3 : 102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-
Nya; dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.
Shalawat dan salam kita haturkan kepada Rasulullah saw yng telah menjadi wasilah sampai nya risalah
Islam kepada kita semua. Juga kepada sahabat-sahabatnya, keluarganya, ummatnya hingga akhir
zaman. Mari kita melajutkan perjuangannya membela kemanusiaan dan mengamalkan akhlaqul
karimah yang telah dicontohkannya.
Khatib berwasiat khususnya untuk diri sendiri dan umumnya untuk kita semua, mari kita bersama-
sama terus meningkatkan kualitas taqwa, silaturahiim, saling berwasiat dalam kebaikan dan kesabaran
dengan istiqamah hingga maut menjemput kita.
Secara Terminologi (Mua’malah Mâliyah) : Riba adalah penambahan harta yang diperoleh secara
bathil karena penundaan pembayaran, baik akadnya hutang piutang ataupun akad jual beli.
Allah SWT mengharamkan riba sesuai dengan firman-Nya dalam surah Âli ‘Imrân ayat 130:
3 : 130. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan riba dengan berlipat ganda
dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.
berati berlipat ganda, mengandung ma’na kezhaliman dan penganiayaan karena akan
. . .
275. orang-orang yang memakan (mengambil) riba, tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila, keadaan mereka yang demikian itu,
adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, . . .
Menurut Rafiq Yunus al-Misriy (ahli fiqh mua’malah kontemporer dari Mesir) dalam bukunya Jami’
fî Ushuli ar-Ribâ, bentuk isim ma’rifah (definite) pada kata dan berma’na bahwa tidak
semua jual beli: “halal” dan tidak semua riba “haram”. Jual beli derivatif (indeks saham atau fluktuasi
nilai mata uang) adalah haram sekalipun saling ridha diantara yang bertransaksi.
Demikian juga “riba” yang diharamkan adalah riba yang sifatnya mengeksploitasi dan atau
menzhalimi debitur seperti lintah darat dan Pinjol dengan bunga 1 % / hari plus teror bila terjadi
keterlambatan pembayaran. Ini lebih kejam dari Riba Jahiliyah.
Kenapa Allah SWT memilih diksi (memakan) bukan َ( َي ْف َعلُ ْونmengerjakan) pada hampir setiap
ayat riba, ayat harta dan ayat harta anak yatim ?. Jawabannya ada pada kitab tafsir al-Jami’ lî ahkamil
Qur’an karya Imam Qurtubi, menjelaskan bahwa kata (memakan) adalah sebagai simbol
“dieksploitasi” orang lain. Hal ini sejalan dengan hadis Rasulullah yang kemudian menjadi Kaidah
Asasi Fiqh : ( ال ضرر وال ضرارjangan saling mencelakakan) maka ( الضّرر يزالbahaya harus
dihilangkan)
Ciri-ciri transaksi yang mengandung substansi riba adalah apabila dalam prosesnya a.l terdapat unsur-
unsur :
Maysir (gambling) ; gharar (penipuan) ; dharar (curang) ; risywah (suap) ; najasy (cornering) dsb.
Menurut data dari KPK tahun 2020 , kontribusi terbesar dalam memperburuk CPI (Corruption
Perception Index) adalah sektor Korupsi Politik dan Korupsi Ekonomi (perijinan Eksim; Perdagangan
dan Pajak) yang melibatkan 21 orang anggota DPR dan DPRD; 55 orang Pejabat / Politikus dan 31
orang Swasta. Hampir dapat dipastikan dalam setiap kasus korupsi Politik Ekonomi Sosial tersebut
mengandung unsur2 terlarang pada proses transaksinya.
Contoh Riba Politik adalah : Deal-deal transaksi politik pada proses Pilkada yang menghasilkan materi
atau non materi yang merugikan (menzhalimi) negara/rakyat. Deal-deal investor (Rentenir) Politik
dengan Partai Politik dan atau Calon Pejabat yang kelak harus dibayar dengan mengambil hak-hak
publik, mengeksploitasi sumber alam dan atau merusak ekosistim.
Contoh Riba Sosial paling kekinian adalah : kasus Vaksin dan test PCR C 19.
Apapun Lembaganya, siapapun pelakunya yang memanfaatkan Pandemi C19 untuk mengeruk
keuntungan secara bathil sehingga menzhalimi manusia dan kemanusiaan maka dia adalah Rentenir
Sosial. Dia telah merusak tatanan homo homini socius menjadi the real homo homini lupus.
Maka benarlah perkataan Tabi’in Harits bin Abi Umamah yang kini menjadi kaidah fiqh yang
masyhur: ض َج َّر نَ ْفعًا فَ ُه َو ِربًوا
ٍ “ كُ ُّل قَ ْرSetiap pinjaman yang mendatangkan manfa’at adalah riba”
Kaidah ini lahir ketika terjadi krisis politik dan sosial pada zaman Dinasti Abbasiyyah.
Demikian juga Kaidah Fiqh Politik yang berasal dari perkataan Imam Syafi’i :
َ َُم ْن ِزلَة
ّ الوا ِلي مِنَ الرا ِع َي ِة َك َم ْن ِزلَ ِة الو ِل
ي ِ مِنَ ال َي ِتي ِْم
“Kedudukan seorang pemimpin terhadap rakyatnya seperti kedudukan wali kepada anak yatim”
Dari semua ini dapat ditarik kesimpulan, bahwa Substansi “Riba” Politik & Sosial adalah : Berbagai
bentuk usaha untuk mengeruk keuntungan materil maupun non materil dengan cara menzhalimi dan
atau mengeksploitasi kepentingan publik sehingga merugikan masyarakat banyak.
Khutbah pertama ini khatib tutup dengan firman Allah SWT dalam surah Ar- Rûm/30 : 41
َ ْ ُ ْ َ ْ ُ َّ َ َ ْ ُ َ ْ َّ َ ْ َ ْ ُ َ ْ ُ َّ ْ
َ ْ َ َ َ ْ
َ َظ َه َر ال َف َس ُاد فى الْ َبر َوالْ َب ْحر بما ك
اس ِلي ِذيقهم بعض ال ِذي ع ِملوا لعلهم ير ِجعون ِ الن ى د
ِ ي ا ت ب س ِ ِ ِ ِ
30 : 41. Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia.
(Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar
mereka kembali (ke jalan yang benar).
Wahbah az-Zuhaily dalam tafsir al-Munîr menafsirkan kata Fasâd tersebut diatas sebagai suatu
kondisi kacau dan rusak, paceklik, wabah, banjir, kekeringan disebabkan oleh kemaksiatan,
kemudharatan (a-sosial), kezhaliman dan dosa-dosa manusia. Solusinya adalah manusia harus sadar,
insaf, meninggalkan perilaku buruk dan bertobat.
الحمد هلل رب العالمين حمدا ً كثيرا ً طيبا ً مباركا ً فيه كما يحب ربنا و يرضى
ْ وأشهد، نبينا محمد و آله وصحبه ومن وااله،والصَلة والسَلم على رسول هللا
أن َال
ُأن محمهدا ً عبده ورسوله
َّ وأشهد،إ َلهَ إال هللا وحده ال شريك له
Rasulullah bersabda tentang cara menghindari transaksi ribawi :
شعي ُر
َ ض ّة والبُ ُر بالبُ ّر وال َ ضةُ بال ّفَ ب وال ّف ّ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم الذهبُ بالذه
س َواء َيدًا ّب َيدَ س َوا ًء ّب ّ ح ّمثْ ًَل
َ بمثل ّ بالم ْل
ّ والم ْل ُح
ّ عير والت َ َم ُر بالت َ َم ّر
ّ ش َ بال
"Rasulullah saw bersabda: "Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum,
jewawut dg jewawut, kurma dengan kurma dan garam dengan garam, tidak mengapa jika dengan
takaran yang sama (setara nilainya / kualitasnya), dan sama berat (adil) serta tunai (tidak boleh
berhutang).
Hadis ini mengandung spirit keadilan, persamaan hak dan kewajiban serta kesetaraan nilai.
Pesan dari khutbah ini adalah : Tegakkan Keadilan SOSEKPOL, tinggalkan kezhaliman.
Surah Ar-Rahmân/55 : 9
َ َ ْ ْ ُ َ ْ َ ْ ْ َ
َوا ِق ْي ُموا ال َوزن ِبال ِق ْس ِط َولا تخ ِس ُروا ال ِم ْيزان
55 : 9. Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi timbangan itu .
Demikianlah khutbah singkat ini, semoga bermanfaat untuk meningkatkan ilmu dan ketaqwaan
kita.
! ّّعبَادَهللا
AN-NAHL/16 : 90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
(Aqimushshalâh)