”Al-Islamu/al-Quranu Shalihun li kulli zaman wa al-makan”, demikian Sang Nabi memberikan gambaran.
Sebuah gambaran yang nampaknya lebih identik sebagai sebuah “rambu-rambu”. Label Islam sebagai
agama yang sempurna dengan sendirinya menuntut bahwa Islam yang memuat beragam ajarannya, mestilah
dapat “menembus” luasnya ruang dan “berjalan” bersama aliran waktu. Artinya tiap jengkal ajaran yang
ditawarkan mestilah sanggup untuk senantiasa shalih dan berjalan selaras di setiap zaman dan pada ruang-
ruang yang berbeda. Pada titik inilah, di beberapa sisi, langkah untuk menerjemahkan “Pesan Tuhan”—yang
termuat dalam al-Quran—ke dalam tataran aplikasi, mulai merambah ruang problematis.
Sebagai hudan linnaas dan dalam kedudukan sebagai kitab yang memuat “Pesan Tuhan” yang bersifat
universal, al-Quran sendiri diturunkan pada kisaran masa nun jauh di sana, yaitu di masa kehidupan
Rasulullah saw. Al-Quran muncul ditengah latar dan realitas budaya Arab yang partikular. Sedang manusia,
yang baginya Kitab ini dijadikan sebagai petunjuk, telah dan tengah tumbuh dalam realitas budaya pada
ruang dan masa berlainan yang masing-masing adalah juga partikular. Manusia sebagai mahluk yang berakal
senantiasa mengalami perkembangan. Sebab itulah denyut peradaban dan budaya manusia senantiasa
mengalami perkembangan. Dalam konteks kontemporer, pola-pola kehidupan dan budaya manusia telah
berjalan menuju suatu titik yang semakin kompleks. Pada titik ini, munculnya beragam persoalan yang juga
semakin kompleks adalah sesuatu yang potensial, bahkan niscaya. Tanpa terbetik secuilpun niat untuk tidak
menghormati al-Quran, nampaknya ada beberapa alternatif dan tawaran yang di masa lampau telah berhasil
menjadi solusi, kerap tak lagi produktif menjadi penawar bagi problematika umat yang muncul dalam
konteks kekinian, spesifiknya di Indonesia, dalam konteks kedisinian. Lantas apakah dengan demikian kita
dapat berkesimpulan bahwa ada bagian dari kitab suci al-Quran yang menjadi “kadaluwarsa” dan tidak
berlaku, terkait dengan penerapannya dalam konteks kekinian? Kemudian, “kaca mata” dalam corak apa
yang mesti kita gunakan untuk meneropong dan menyelami terma al-Quran sebagai shalih li kulli zaman wa
makan? Problema inilah yang menjadi salah satu titik fokus untuk diketemukan jawabannya. Nampaknya
dalam konteks inilah Ulil Abshar Abdala melontar wacana kritis bahwa apakah kesempurnaan Islam itu
merupakan suatu aktual atau potensial? Apakah kesempurnaan Islam itu seperti sebuah tambang emas yang
tersimpan di dalam perut bumi atau ia seperti sebuah kalung emas yang sudah siap pakai?
1
TAFSIR DAN GERAK DINAMISNYA
Al-Quran, sebagaimana dipahami banyak kalangan adalah kitab yang memuat “Pesan Tuhan”. Ilmu tafsir,
adalah sebuah perangkat ilmu yang digunakan untuk menggali kedalaman makna yang termuat dari ayat-
ayat al-Quran. Semenjak al-Quran itu sendiri turun kepada Rasulullah saw, tafsir telah muncul, bergerak
dinamis, dan bertumbuh melintas ruang dan waktu dengan aneka ragam kompleksitasnya. Menyitir tentang
perkembangan ini, Al Makin menulis dalam artikelnya, ‘Apakah Tafsir Masih Mungkin?’;
“ Tafsir berkembang terus seakan tidak pernah berhenti. Perkembangan itu sendiri sangat kompleks. Ini
menyangkut banyak variabel yang tidak begitu saja bisa dianggap simpel, karena setiap zaman
menghasilkan historisitas, penemuan, wacana, dan teori penafsiran terhadap al-Quran yang berbeda dengan
zaman lainnya. Singkatnya setiap ruang dan waktu menghasilkan wacana, warna, gerakan, pembaharuan
penafsiran tersendiri, yang setiap titik tekan mengkritisi penafsiran sebelumnya sembari menelorkan teori
baru tentang penafsiran.”
Membincangkan al-Quran adalah sesuatu yang niscaya bagi kaum muslimin. Sebab ia merupakan firman
Tuhan (kalam Allah) yang senantiasa tepat dan sesuai dengan segala waktu dan setiap tempat (salih li kulli
zaman wa makan). Akan tetapi meski prinsip dasar dan misi utama al-Quran tetap sama seperti sedia kala,
yakni saat kali pertama diturunkan kepada Rasulullah saw, namun semangat al-Quran bisa saja berbeda jika
ditangkap oleh beberapa generasi yang berbeda. Dengan ungkapan lain, ajaran dan semangat al-Quran akan
bersifat universal, rasional, dan sesuai kebutuhan, namun respon historis manusia di mana tantangan zaman
yang mereka hadapi sangat berbeda dan bervariasi, sehingga secara otomatis menimbulkan corak dan warna
pemahaman yang berbeda pula. Dengan demikian pengubahan, penambahan, dan bahkan penggantian suatu
“cara pandang” dalam upaya memaknai dan menangkap pesan inti al-Quran adalah suatu kemestian.
Singkatnya, shifting paradigm—meminjam ungkapan Thomas Khun—adalah sesuatu yang niscaya terjadi.
1. Di tengah situasi zaman yang semakin kompleks kita tidak cukup sekedar bersandar pada pikiran-pikiran
keislaman lama yang sudah tidak relevan dengan konteks zaman. Sebab, apa yang dirumuskan ulama-ulama
terdahulu mungkin telah berhasil memecahkan sejumlah masalah di masa lalu, dan belum tentu terampil
menyelesaikan masalah di masa kini.
2. Di tengah berbagai usaha mengkerdilkan al-Quran, kita membutuhkan cara pandang baru terhadap al-
Quran. Jika sebagian memberikan tekanan terlampau kuat pada aspek hukum dalam al-Quran, maka ita
harus mendalaminya dengan pemahaman utuh tentang wawasan moral-etik al-Quran.
Menurut Moqsit, upaya pembaharuan pemikiran itu dimulai dg mmbenahi cara pandang qt terhdp al-Quran.
Ulil Abshar Abdala melontarkan pemikirannya tentang gagasan pembaharuan pemikiran :
“Saya meletakkan Islam pertama-tama sebagai sebuah “organisme” yang hidup; sebuah agama yang
berkembang sesuai dengan denyut nadi perkembangan manusia. Islam bukan sebuah monumen mati yang
dipahat pada abad ke-7 Masehi, lalu dianggap sebagai “patung” indah yg tak blh disentuh tangan sejarah.
Saya melihat, kecenderungan untuk “me-monumen-kan” Islam amat menonjol saat ini. Sudah saatnya suara
lantang dikemukakan untuk menandingi kecenderungan ini.
Saya mengemukakan sejumlah pokok pikiran di bawah ini sebagai usaha sederhana menyegarkan kembali
2
pemikiran Islam yang saya pandang cenderung membeku, menjadi “paket” yang sulit didebat dan
dipersoalkan: paket Tuhan yang disuguhkan kepada kita semua dengan pesan sederhana, take it or leave it!
Islam yang disuguhkan dengan cara demikian, amat berbahaya bagi kemajuan Islam itu sendiri.
Jalan satu-satunya menuju kemajuan Islam adalah dengan mempersoalkan cara kita menafsirkan agama ini.
Untuk menuju ke arah itu, kita memerlukan beberapa hal.
Pertama, penafsiran Islam yang non-literal, substansial, kontekstual, dan sesuai denyut nadi peradaban
manusia yang sedang dan terus berubah.
Kedua, penafsiran Islam yang dapat memisahkan mana unsur-unsur di dalamnya yang merupakan kreasi
budaya setempat, dan mana yang merupakan nilai fundamental. Kita harus bisa membedakan mana ajaran
dalam Islam yang merupakan pengaruh kultur Arab dan mana yang tidak.
Islam itu kontekstual, dalam pengertian, nilai-nilainya yang universal harus diterjemahkan dalam konteks
tertentu, misalnya konteks Arab, Melayu, Asia Tengah, dan seterusnya. Tetapi, bentuk-bentuk Islam yang
kontekstual itu hanya ekspresi budaya, dan kita tidak diwajibkan mengikutinya.”
PENAFSIR KONTEMPORER
1. Nasr Hamid Abu Zaid dan teori Hermeneutikanya
Abu Zayd mengkritik konsep yang diusulkan oleh mazhab teologi Asy-sya’riah tentang ketakterciptaan Al
Quran. Menurutnya Al Quran adalah “sebuah pesan yang mewakili hubungan komunikatif antara pengirim
(sender) dan penerima (receiver) melalui alat sistem kode atau linguistik.” Tuhan menyampaikan pesan
kepada masyarakat Arab abad VII M–yang memiliki kondisi sosio-politik tertentu- melalui Muhammad saw.
Karena itu, memulai sebuah analisis teks Al Quran dengan realitas budaya kontekstualnya sebenarnya
adalah memulai dengan fakta-fakta sejarah empirik.
Atas dasar konsep itu Abu Zayd menawarkan “metode pembacaan kontekstual” yang dia sebut sebagai
metode pembaruan. Menurutnya metode ini tidak sama sekali baru, dalam pengertian bahwa ia, pada satu
sisi merupakan pengembangan dari metode ushul fiqh tradisional, sedangkan pada sisi yang lain merupakan
kelanjutan dari kerja keras para pendukung renaisans Islam –khususnya Muhammad Abduh dan Amin
Khuli. Ulama ushul menerapkan aturan-aturan ‘ulum Al Quran (khususnya asbabun nuzul dan ilmu nasikh
dan mansukh) hingga aspek aturan ilmu-ilmu kebahasaan sebagai alat pokok penafsiran untuk menghasilkan
istinbath (kesimpulan) hukum dari teks. Alat-alat ini, menurut Abu Zayd, merupakan bagian terpenting dari
alat-alat metode “pembacaan kontekstual”. Namun, berbeda dengan ulama ushul yang menekankan pada
pentingnya asbabun nuzul untuk memahami suatu makna. “Pembacaan kontekstual” melihat permasalahan
dr sudut pandang yg lebih luas, yakni sekumpulan konteks historis (sejarah) –abad VII M- turunnya wahyu.
Ulama ushul memandang bahwa asbabun nuzul tidak mengindikasikan “kesementaraan” hukum dan bukan
hanya suatu sebab sehingga mereka meletakkan kaidah “memegangi keumuman lafaz bukan kekhususan
sebab” (al-ibrah bi umum al-lafzh la bi khushush al-sabab). Sementara Abu Zayd membedakan antara
“makna” historis yang disimpulkan dari suatu konteks, dengan “signifikansi” yang diindikasikan oleh makna
dalam konteks sosio-historis penafsiran. Pembedaan ini sangat penting dengan syarat bahwa signifikansi
tersebut muncul dari makna dan memiliki kaitan yang kuat, seperti keterikatan akibat dengan sebab, dan
signifikansi itu bukan ekspresi hawa nafsu penafsir, juga bukan pelompatan makna atau pembatalannya.
Kata ‘makna’ dan ‘signifikansi’ adalah dua istilah penting dalam teori hermeneutika Nashr Abu Zayd.
Untuk memahami konsepnya tentang kedua istilah ini, penting untuk mengutip konsep E.D. Hirsch tentang
makna dan signifikansi yang juga dirujuk oleh Abu Zayd.
Bukanlah makna teks yang berubah, namun signifikansinya (yang berubah) bagi penulisnya. Pembedaan ini
teramat sering diabaikan. Makna adalah makna yang direpresentasikan oleh sebuah teks; ia adalah apa yang
dimaksud oleh penulis dengan penggunaannya atas sebuah sekuensi tanda partikular; ia adalah apa yang
dipresentasikan oleh tanda-tanda. Signifikansi, pada sisi lain, menamai sebuah hubungan antara makna itu
dan seseorang, atau sebuah persepsi, situasi, atau sesuatu yang dapat dibayangkan … Signifikansi selalu
mengimplikasikan sebuah hubungan, dan satu kutub konstan yang tak berubah dari hubungan itulah apa
yang dimaksud oleh teks. Kegagalan untuk mempertimbangkan pembedaan yang simpel dan esensial ini
telah menjadi sumber kekacauan yang luar biasa dalam teori hermeneutika.
Pemahaman Abu Zayd secara umum diderivasi dari Teori E.D. Hirsch. Makna adalah makna yang
ditampilkan oleh teks dan signifikansi adalah apa yang muncul dalam hubungan antara makna dan pembaca.
Abu Zayd mendefinisikan “tiga level makna pesan” yang terkandung dalam teks-teks keagamaan.
3
1. Level pertama adalah makna yang hanya menunjuk kepada “bukti/fakta historis” yang tidak dapat
ditafsirkan secara metaforis.
2. Level kedua adl makna yg menunjuk kepada “bukti/fakta historis” dan dpt ditafsirkan scara metaforis.
3. Level ketiga adalah makna yang bisa diperluas berdasarkan atas “signifikansi” yang dapat diungkap dari
konteks sosio-kultural di mana teks itu berada.
Secara singkat proses penafsiran Abu Zayd diawali dengan mencari makna sosio-kultural kontekstual,
dengan menggunakan kritik historis sebagai analisis permulaan yang diikuti oleh analisis linguistik dan
kritik sastra dengan memanfaatkan sejumlah teori sastra. Dari sini akan diketahui level makna pesan teks itu.
Jika suatu teks memiliki level makna pertama, maka ia berhenti pada kritik historis, dan memperlakukan
teks tersebut sebagai bukti/fakta historis. Jika suatu teks mempunyai level makna kedua, maka kita dapat
melangkah dari kritik historis ke kritik sastra dengan menganggap teks tersebut sebagai metafor. Dalam hal
ini, kaitan antara makna metafora dengan makna hakiki (literal) harus tetap dijaga. Dalam hubungannya
dengan level makna ketiga, sebuah teks harus dicari signifikansinya yang diturunkan dari makna
objektifnya. Makna ini akan membimbing penafsir untuk mendapatkan “pesan baru” dengan bergerak dari
“makna” teks kepada “signifikansi”-nya di dalam konteks sosio-kultural penafsir. Dengan menganalisis
perubahan/pergeseran dari makna ke signifikansi di atas, penafsir akan mendapatkan arah teks. Dari sini
analisis diarahkan kepada hal-hal “yang tak terkatakan” (al-maskut ‘anhu) yang dibedakan dari signifikansi.
Signifikansi masih terkait dengan makna, tetapi “yang tak terkatakan” muncul dari proses pembacaan,
dengan memperhatikan arah teks-teks yang dibaca. Contoh kasus :
4
9. dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan Perkataan yang benar.
10. Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh
perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).
11. Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama
dengan bagahian dua orang anak perempuan[272]; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua[273], Maka bagi mereka
dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua
orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika
orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang
meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah
dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak
mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
[270] Kerabat di sini Maksudnya : Kerabat yang tidak mempunyai hak warisan dari harta benda pusaka.
[271] Pemberian sekedarnya itu tidak boleh lebih dari sepertiga harta warisan.
[272] Bagian laki-laki dua kali bagian perempuan adalah karena kewajiban laki-laki lebih berat dari perempuan, seperti kewajiban
membayar maskawin dan memberi nafkah. (Lihat surat An Nisaa ayat 34).
[273] Lebih dari dua Maksudnya : dua atau lebih sesuai dengan yang diamalkan Nabi.
Merujuk pada ayat-ayat diatas, Abu Zayd menunjuk dua hal yang seharusnya dipertimbangkan dalam
memahami wacana Al Quran tentang pewarisan.
1. Al Quran sebenarnya memperkuat hubungan antara sanak-saudara, anak-anak yatim, dang orang miskin
yang dalam hukum waris tradisional tidak mempunyai hak waris, dengan memberikan kepada mereka
sebagian harta warisan, jika mereka datang pada saat pembagian waris.
2. Al Quran menekankan bahwa hubungan klan bukanlah hubungan kemanusiaan yang paling penting
sebagai mana yang dipahami orang pada masa pra-Islam. Dari kedua poin ini Abu Zayd menyimpulkan
bahwa konsep Al Quran tentang keadilan ekonomi lebih luas ketimbang zakat, shadaqah, dan mirats
(pewarisan), karena tujuannya adalah untuk menghilangkan perputaran harta dikalangan orang2 kaya saja.
Abu Zayd kemudian beralih menganalisis konteks sosio-historis posisi perempuan dalam masyarakat pra-
Islam. Makna dari sebagian besar hukum Islam yang berkaitan dengan perempuan, dan juga signifikansinya,
tidak bisa ditangkap tanpa mempertimbangkan kebudayaan Arab pra-Islam. Dalam kebudayaan Arab pra-
Islam, perempuan tidak memiliki hak untuk memiliki. Karena tidak produktif, perempuan (dan juga anak
kecil) tidak mendapatkan warisan; bahkan sebaliknya, mereka dapat diwariskan laiknya harta warisan.
Aturan standarnya terkait dengan masalah produktivitas ekonomi, sebagaimana yang mereka katakan: “Kita
tidak memberikan warisan kepada seseorang yang tidak bisa menungggang kuda, Tidak kelelahan dan tidak
melukai musuh.” Ini menggambarkan sebuah kebudayaan yang menganggap peperangan sebagaisalah satu
jalan, bukan hanya untuk mendapatkan kekuasaan tetapi juga harta kekayaan (yang berupa rampawan
perang dan budak tawanan). Dalam konteks kebudayaan semacam ini, Al Quran menyatakan bahwa
perempuan mendapatkan warisan setengah dari bagian laki-laki, dan bahkan mereka mempunyai hak untuk
mendapatkan kalalah. Karena itu, berdasarkan atas sebuah prinsip hukum Islam: “hukum berubah
berdasarkan atas ada, atau tidak adanya, alasan-alasan legal” (al-hukm yaduuru ma’a al-‘illah wujuudan wa
‘adaman), Abu Zayd menyatakan bahwa konteks dan alasan legal dari hak perempuan untuk mendapatkan
warisan telah berubah. Pada masa Nabi, secara ekonomi, perempuan tidak produktif, Sementara pada masa
sekarang perempuan rata-rata secara ekonomi produktif. Jadi, hukum dalam hal ini haruslah berubah.
Muhammad ‘Abduh menyatakan bahwa frase “li al-dzakari mitslu hazhzhi al-untsayayn” (bagi laki2 bagian
yang sebanding dengan bagian dua perempuan), harus dipahami dalam kaitannya dengan frase sebelumnya:
“Allah mensyariatkan bagimu tentang (hak pewarisan) anak-anak kamu.” Frase pertama adalah sebuah
kalimat yang menjelaska frase kedua. Ini adalah deklarasi tentang dihapuskannya sistem pewarisan pra-
Islam. Dari konteks ini, Abduh berkesimpulan bahwa bagian perempuan ditetapkan berdasarkan atas
kesepakatan secara wajar. Dan bagian laki2 adalah “sebanding dengan bagian dua perempuan”. Bagian
5
perempuan merupakan dasar dalam pensyariatan dan bagian laki2 diasosiasikan kepadanya dan diakui
setelah bagian perempuan ditentukan.
Menurut Abu Zayd, analisis ‘Abduh tentang bagian waris perempuan sebagai dasar dalam pensyariatan
mengekspresikan makna yang diturunkan dari struktur linguistik (bahasa) teks. Makna ini mempunyai
sebuah signifikansi yang sangat penting dalam konteks sosio-historis dalam sebuah masyarakat patriarkhal,
seperti masyarakat Arab, dimana kelelakian (gender) merupakan ukuran dan prinsip nilai. Signifikansinya
adalah Al Quran bertujuan menciptakan persamaan antara laki-laki dan perempuan secara bertahap.
Perubahan yang mendadak tidak mungkin, dan bahkan bisa bersifat merusak.
Bagian waris perempuan ditetapkan sebagai bagian yang ditetapkan Allah (faridhah min Allah) yang tidak
seorang pun boleh menguranginya. Dari sini, Abu Zayd beralih kepada argumen lain, yang mendukung
argumen pertama (tentang alasan produktivitas perempuan) analisis lain dari frase “bagi laki2 bagian yang
sebanding dengan bagian dua perempuan” adalah, teks menekankan pada bagian laki2 fulu baru kemudian
bagian perempuan, ini menunjukkan bahwa Al Quran membatasi bagian laki2 kerimbang bagian perempuan
“sebanding dengan bagian dua perempuan”. Namun, bagian perempuan ini sebenarnya adalah bagian
minimum, bukan maksimum. Ini berarti laki-laki dapat menerima bagian yang lebih rendah dari yang
seharusnya dia terima, dan perempuan dapat menerima lebih banyak dari bagian yang seharusnya mereka
terima berdasarkan kesepakatan. Dengan mempertimbangkan “arah teks”, perempuan haruslah mendapatkan
bagian waris yang sebanding dengan laki-laki. Dalam hal ini, Abu Zayd mengkaji hukum pewarisan dalam
konteks level makna ketiga, yang harus diungkap signifikansi pesannya.
Konklusi yang harus kita ambil jika kita ingin menjadi seorang muslim yang baik, adalah bahwa perempuan
haruslah mendapatkan bagian yang sebanding dengan bagian laki-laki. Kita haruslah tidak mengikuti makna
literalnya, namun engikuti semangat kalam Allah.
2 Fazlur Rahman dan Teori Double Movement-nya
Fazlur Rahman sama sekali tidak mempersoalkan otentisitas al-Quran. Ia meyakini bahwa al-Quran itu
adalah sebuah kitab yang otentik. Menurutnya yang terpenting adalah bagaimana memahami Quran dengan
metode yang tepat untuk mengungkap kandungan Quran, karena dalam kenyataannya, Quran itu laksana
puncak sebuah gunung es yang terapung, sembilan persepuluh darinya di bawah lautan sejarah, hanua
sepersepuluh darinya yang tampak di permukaan. Karena itulah, untuk memahami Quran, orang harus
mengetahui sejarah Nabi dan perjuangannya selama 23 tahun. Selain itu juga perlu memahami kondisi
bangsa Arab pada awal Islam serta kebiasaan, pranata-pranata dan pandangan hidup orang Arab.
Dalam pandangan rahman Quran muncul dalam sinaran sejarah dn bergadapan dengan latar belakanga
sosio-historis. Quran adalah sebuah respon terhadap situasi yang sebagian besarnya merupakan pernyataan-
pernyataan moral, religius dan sosial yang menanggapi berbagai persoalan spesifik dalam situasi kongkrit.
Dalam Islam and Modernity, Rahman menawarkan dua langkah untuk memahami Quran.
Pertama, orang harus memahami makna pernyataan Quran dengan mengkaji latar belakang historis ketika
sebuah ayat diturunkan. Jadi langkah pertama adalah memahami makna Quran sebagai suatu keseluruhan
disamping jawaban2 khusus.
Kedua, menggeneralisasikan respon2 khusus dan menyatakannya sebagai pernyataan2 moral-sosial umum
yang dapat disarikan dari ayat2 spesifik dan ratio legisnya.
Jika langkah pertama berangkat dari persoalan2 spesifik dalam Quran untuk dilakukan penggalian
sistematisasi prinsip2 umum, nilai2 dan tujuan2 jangka panjang, maka langkah kedua harus dilakukan dari
pandangan umum ke pandangan spesifik yang harus dirumuskan dan direalisasikan pada saat sekarang ini.
SHALIH LI KULLI ZAMAN WA MAKAN DALAM PERSPEKTIF AHMADIYAH
Berikut ini diuraikan pandangan-pandangan dari Hadrat Masih Mau’ud dan khalifah-khalifah beliau :
1. Hadhrat Masih Mau’ud
Kesalahan yang keempat belas, ialah bahwa ada orang-orang yang menganggap sebagian ajaran-ajaran
Islam adalah menurut keadaan tanah Arab saja di zaman dahulu kala, dan itu sekarang dapat dirubah.
Sampai orang-orang seperti sayyid Amir Ali pun menulis bahwa kepercayaan tentang malaikat dan
polygami adalah di antara ajaran-ajaran semacam itu. Sebetulnya orang-orang itu takut dari celaan-celaan
6
orang Kristen, oleh karena itu mereka menulis bahwa masalah-masalah ini adalah hanya untuk orang-orang
Arab saja, dan bukanlah untuk kita, maka sekarang itu dapat ditinggalkan.
Masih Mau’ud berkata bahwa anggapan ini adalah salah, dan semua hukum-hukum al-Quran adalah sahih.
Tidak ada satu jua pun hukum al-Quran yang hanya untuk satu waktu saja, kecuali tentang mana al-Quran
sendiri menerangkan, bahwa hukum ini adalah untuk tempo itu dan tempat itu. Nabi Muhammad saw
membawa syariat panghabisan, oleh karena itu semua ajaran untuk tiap-tiap zaman terdapat di dalam al-
Quran. Memang tempo untuk bekerja menurut ajaran-ajaran itu juga telah diterangkan oleh al-Quran sendiri.
Tidak ada satu jua pun ayat al-Quran yang tidak dapat dikerjakan untuk selama-lamanya. Atau tidak ada
suatu ajaran yang tak dapat dikerjakan oleh orang mana saja.
2. Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad
Hadhrat Muslih Mau’ud menulis :
“…penting untuk kita ketahui bahwa ajaran yang berhasil mencapai tujuannya ialah ajaran yang dapat
memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh manusia pada tiap-tiap zaman. Ajaran itu harus sesuai dan harus
memiliki sifat kekenyalan (elastisitas) dalam menghadapi tuntutan tiap-tiap zaman. Suatu ajaran yang tiak
memiliki sifat kekenyalan tidak akan mampu menyelaeaskan ajarannya dengan segala keadaan pada tiap-
tiap zaman. Akan tetapi yang saya maksudkan dengan sifat kekenyalan adalah dalam penerapannya dan
bukan dalam prinsip-prinsipnya dan itikad-itikadnya.
Umpamanya, sebilah papan tak akan pas kalau diletakkan pada temat yang tidak sesuai dengan ukurannya.
Akan tetapi sehelai kain cadar dapat dipaskan pada tempat yang kecil jika kita ringkaskan dan dapat
dilebarkan pada tempat yang besar. Begitu juga suatu ajaran yang mempunyai prospek untuk menang dan
berhasi dalam maksudnya akan sesuai dan cukup kenyal untuk memenuhi tuntutan tiap-tiap zaman tanpa
sedikitpu merusak pola dasar aslinya.”
3. Konsep Universalitas menurut Hazrat Mirza Tahir Ahmad
Suatu agama dapat diterapkan bagi semua bangsa di dunia dan dapat mengatasi batas-batas geografis dan
negara tapi juga berlaku lintas waktu.
Agama yang Universal memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Agama yang ajarannya terkait dengan fitrat manusia.
2. Agama yang berakar pada fitrat manusia akan dapat mengatasi ruan g dan waktu.
3. Agama tersebut tidak mencampuri situasi-situasi transien manusia dalam kurun waktu manapun.
Semua kriteria ini ada didalam agama Islam.
Mengenai hal tersebut Al Quran menjelaskan:
Padahal mereka (Ahli Kitab) tidak diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan tulus
ikhlas dalam ketaatan kepada-Nya dan dengan lurus serta mendirikan solat dan membayar zakat. Dan itulah
agama yang benar. (Al Bayyinah:5)
AlBayyinah/98 : 5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
30 : 30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui
Dari penjelasan yang diterangkan oleh kedua ayat tersebut memunculkan pertanyaan:
1. Apa gunanya menurunkan agama demi agama dengan ajaran yang sama?
2. Mengapa Islam mengaku secara relatif, Islam bersifat lbih Universal dan sempurna dibanding agama2
sblmnya jika agama lain pun memiliki ajaran yg bersifat Universal dan berlaku bg manusia di segala zaman?
7
Jawaban:
• Al Quran menjelaskan dengan fakta historis; semua kitab dan Naskah Suci yang turun sebelum Al Quran
telah mengalami perubahan2 secara berangsur telah mengalami penyesuaian2 atau krn dimasukannya unsur2
baru secara interpolasi sehingga validitas dan autentisitasnya diragukan, hingga muncul agama2 lain.
• Al Quran menjelaskan proses evolusi di segala sisi masyarakat manusia. Agama baru dibutuhkan tidak
hanya sebagai restorasi dari ajaran2 fundamental dari agama yang telah mengalami perubahan krn campur
tangan manusia, tapi juga sebagai tambahan pd agama lama agar dpt beradaptasi dengan evolusi masyarakat.
• Unsur ajaran kedua yang terkait dengan kurun waktu dimana ajaran itu diturunkan guna memenuhi
kebutuhan sekelompok orang / periode tertentu.
• Manusia tidak memperoleh pelatihan dan pendidikan dalam ajaran-ajaran samawi dalam satu hentakan.
Tetapi dibawa secara bertahap hingga ke tingkat kedewasaan mental dimana ia dianggap siap menerima
keseluruhan prinsip2 dasar yang diperlukan sebagai bimbingan baginya.
Menurut pandangan Al Quran, ajaran turunan kedua yg terkait erat berdasarkan pada prinsip2 fundamental
yang baku adalah juga merupakan bag dari Islam sebagai agama yg sempurna, terakhir dan menyeluruh.
Ini pada intinya merupakan konsep Universalitas keagamaan yang dimiliki Islam.
Permasalahan:
Apa manusia mau meneliti dan menilai kelebihan satu per satu dari semua agama yang diperbandingkannya?
Dijelaskan oleh Al Quran:
QS ASH SHAFF/61 : 9. Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang
benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci.
Al-Quran yang Shalih LiKulli Zaman Wal Makan Membuktikan Bahwa Li Kulli Zaman Rijaaluhu
dakwatuna.com – Al-Quran adalah sebuah kitab yang abadi di sepanjang kurun zaman dan makan. Ia
merupakan sebuah mukjizat terbesar dari sebuah kenabian yaitu Kenabian Akhir Zaman yang diturunkan
pada Nabi Muhammad saw. Tidaklah bertambah penemuan ilmiah dan sains melainkan akan menambah
bukti-bukti kemukjizatan Al-Quran di akhir zaman dimana peradaban manusia berada saat ini. Ketinggian
dan kemuliaan Al-Quran tidak lain dan tidak bukan adalah karena ia merupakan panduan bagi kehidupan
insan di muka bumi. Ia bukanlah kitab sekadar kitab yang dibaca dan kemudian diletakkan di atas rak buku,
melainkan ia terwujud dalam pribadi-pribadi muslim yang melaksanakan ajaran-ajaran di dalamnya. Dan
contoh terbesar insan yang qur’ani adalah Baginda Rasulullah saw sendiri, sebagaimana diriwayatkan Imam
Muslim ra. dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika ditanya tentang Akhlaq Rasulullah saw
maka dijawablah bahwa Kaana Khuluquhu Al-Quran (Sesungguhnya Akhlaqnya adalah Al-Quran).
Sedemikian agungnya Al-Quran ini sehingga para Sahabat ra. berlomba-lomba belajar talaqqi Al-Quran dari
Rasulullah saw dan pemahamannya. Kemuliaan pribadi sahabat satu dengan yang lain kemudian akan dinilai
dari penguasaannya terhadap Al-Quran. Tidaklah mengejutkan bahwa dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Ibn Hajar Al Asqalani dari Anas bin Malik ra dikatakan bahwa:
“كان الرجل منا إذا قرأ البقرة وآل عمران َج َّد فينا” أي َعظُم
“Di zaman kami seseorang diantara kami apabila telah selesai menghafalkan Al-Baqarah dan Ali Imran
maka dia akan menjadi seorang yang agung diantara kami” (H.R. Ibn Hajar Al Asqalani)
Diterangkan dalam Kitab An Nihayah Fi Gharibil Hadits wal Atsar bahwa makna Jadda fiinaa dalam hadits
ini adalah kadar seseorang akan menjadi agung dan mulia sehingga memiliki kedudukan tinggi.
Ketinggian kedudukan Al-Quran ini mendorong para sahabat radhiyallahu ‘anhu mempelajari cara
membacanya, menghafalnya, berjuang keras menerapkannya dan berupaya istiqomah (konsisten) dengan
segala kandungannya berupa perintah dan larangan-Nya, yang dengan demikian agar mereka dapat
berperilaku sesuai dengan perilaku Al-Quran sepenuhnya dalam kehidupan mereka sehari2 rad ‘anhum.
Ketinggian dan Keagungan ini membuat semua muslim yang hakiki mestilah meyakini dan meresapi dalam
hatinya bahwa kitab ini tidak boleh diabaikan sedikitpun apalagi dihinakan dan dicemooh walau sepenggal
8
ayat pun darinya. Tidaklah mengherankan bahwa kemarahan hati dan perasaan umat Islam terhadap
komentar seorang Basuki Tjahaja Purnama, seorang yang tidak Islam, tidak paham apapun tentang Al-Quran
namun berani menggunakan ungkapan pelecehan terhadap kitab suci ini merupakan kesalahan/ aib terbesar
(gross sin) menginjak kemuliaan dan keagungan Al-Quran. Aksi Bela Al-Quran yang diadakan pada 4
November baru-baru ini yang sampai-sampai pertama kalinya dalam sejarah Indonesia dapat mengumpulkan
jutaan manusia dalam satu lokasi juga merupakan bukti bahwa kemuliaan Al-Quran sangatlah tinggi shingga
tidak dapat ditolerir sedikitpun oleh penistaan yang dilakukan seorang pejabat pengganti yg awam pun non-
muslim dan memiliki track-record hobi mengumpat dan mengacak2 tatanan sosial moral masyarakat.
Perkara penistaan Al-Quran yang membelit BTP Ahok di negeri muslim terbesar di dunia yang sangat
mencintai Al-Quran ini sesungguhnya adalah pertanda bahwa karir kepemimpinan Ahok sudah tamat secara
prematur. Ketabuan menyerang kepercayaan agama/ SARA oleh seorang pejabat publik pun tidak akan
pernah ditolerir di negara-negara demokrasi maju di manapun berada. Bahkan kandidat akan segera malu
sendiri dan mengundurkan diri dari jabatannya bahkan di awal-awal isu yang membelitnya ketika media
massa mulai meliputnya. Ketidakjantanan Ahok yang sampai saat ini tidak mengundurkan diri dan tidak
lugas tulus meminta maaf ataupun menyerahkan diri semakin mempertegas kepongahan sikap dan
pribadinya. Untuk itulah umat Islam harus terus teguh menyuarakan tegaknya keadilan.
Disisi lain, kasus penistaan Al-Quran ini membuktikan bahwa Li Kulli Zaman Rijaluh (di Setiap Zaman
terdapat Punggawa-Punggawanya) yang membela kehormatan Al-Quran dan Islam. Kaum muslimin yang
mendukung dengan infaq mereka atau turun bergabung turun berdemonstrasi dibawah kepemimpinan
Ustadz Bachtiar Nasir, Habib Rizieq Shihab dan asatidz serta ulama lainnya membuktikan di Hari Akhir
nanti sebagai punggawa-punggawa pembela Quran di zaman ini. Begitupula Panglima TNI Jenderal Gatot
yang mempertegas sikapnya dan dukungannya atas pembelaan terhadap penistaan Al-Quran ini. Al-Quran
yang datang lebih dari 1400 tahun yang lalu membuktikan mukjizatnya di zaman ini sebagai al furqon yaitu
pembeda antara yang benar dan yang batil. Sebaliknya kasus penistaan Al-Quran ini juga memperlihatkan
barisan-barisan yang tidak bersedia membela kehormatan Al-Quran melainkan membela kehormatan
penista. Merekalah – yang nama-namanya telah dimaklumi – yang akan tercatat dalam tinta-tinta sejarah
kemudian sebagai ulama suu’ atau bila belum mencapai taraf keilmuan ulama maka orang awam, keduanya
dalam bahasa Al-Quran tergolong memiliki nifaq, semoga Allah melindungi kita dari hal ini.
FLEKSIBILITAS ISLAM DALAM MERESPON MASALAH KONTEMPORER
Islam adalah agama samawi (ilahi) yang diturunkan oleh Allah kepada umat Muhammad sebagai pelengkap
dari agama samawi yang telah ada sebelumnya. Artinya Islam bukanlah agama yang muncul berdiri sendiri
(mustaqil) di atas sendi ajaran yang tidak berkorelasi dengan agama sebelumnya yang diemban oleh rasul
terdahulu, tetapi Islam berfungsi sebagai penyempurna ajaran agama sebelumnya. Sehingga tidak heran jika
banyak syariat Islam yang diturunkan (diambil) dari syariat umat terdahulu (syar’u man qoblana). Hal ini
karena Islam tiada lain adalah sebagai batu bata terakhir yang dipasang untuk melengkapi bangunan yg tlh
tersusun sebelumnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 3 yang menjelaskan
bahwa pada saat itu (sebelum rasul wafat) islam telah sempurna dan tiada lagi agama sesudahnya.
Di sisi lain Islam itu agama yang mengandung syariat (tata hukum) yang fleksibel atau transparan dan
luwes. Aturan hukumnya mampu disesuikan dengan kondisi kapan dan dimana hukum itu akan diterapkan.
Sehingga tak heran jika muncul sebuah adagium, ‘Islam sholihun li kulli zaman wa makan (Islam itu sesuai
dengan waktu dan tempat)’. Artinya keluwesan dari hukum Islam itu yang menjadikan Islam arif dan mudah
didakwahkan kepada umat manusia. Ajaran yang terkandung di dalamnya tidak saklek yang akan
menimbulkan kesan kaku dan tidak dapat beradaptasi. Tetapi justru Islam mampu menjawab tantangan dan
permasalahan umat masa kini atau yang lebih kita kenal dengan masalah kontemporer.
Sumber ajaran Islam itu sendiri luas, dengan sumber utama Alquran dan al-Hadits. Alquran sebagai kitab
suci yang diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril berfungsi sebagai ktab undang-undang yang
mengatur segala aspek kehidupan. Selain Alquran juga ada hadits yang selain berfungsi sebagai tafsiran dari
kandungan (madlul) Alquran juga sebagai pelengkap dan sumber hukum yang tidak dijelaskan dalam
Alquran. Dari dua sumber utama ini tentu tidak serta merta dapat diterapkan dalam amal perbuatan manusia.
9
Ada metodologi (tata cara) penerapan ajaran Islam itu sendiri sehingga kita kenal Ushul Fiqh dalam kazanah
keilmuan hukum Islam. Ilmu ini kemudian berfungsi sebagai dasar menentukan hukum praktis (amaliyah)
yang disebut dengan Fiqh. Sedangkan Figh sendiri merupakan ilmu mengenai hukum-hukum syara’ praktis
yang diambil dari dalil-dalilnya yang terperinci. Materi Fiqh sendiri sangat luas dan banyak ragamnaya. Dari
materi-materi yang universal tadi ditemukan materi yang sejenis yang kamudian dikumpulkan dalam kaidah
Fiqh (qawaid fiqhiyah). Demikian lah kira-kira sekilas sistematika hukum Islam itu sendiri.
Sebagaimana kita maklumi bahwa hukum adalah sesuatu yang fleksibel, mudah berubah sesuai dengan
kondisi dan terkadang tergantung pada kebijakan para pengambil keputusan (pemerintah). Hal ini karena
tujuan dari syariat itu sendiri adalah demi kemaslahatan manusia itu sendiri. Sehingga manakala hukum
yang telah ditetapkan tidak lagi menimbulkan maslahat atau bahkan berdampak pada kerusakan (mudharat)
maka bisa saja disepakati hukum baru demi terciptanya kemaslahatan tadi. Dalam islam hal ini boleh-boleh
saja asalkan masih dalam koridor muamalah bukan pada inti ajaran Islam yaitu aqidah atau apa yang sudah
jelas dan tetap dalam agama (al-ma’lum minad din bidh dharurah). Sehingga terdapat kaidah ushul fiqh yang
menjelaskan kefleksibelitasan islam dalam masalah hukum yang berbunyi, ‘al-hukmu yataghayyaru
bitaghayyuril amkinah wal azminah’, hukum itu berubah sejalan dengan perubahan situasi dan kindisi.
Artinya Islam menghendaki kemaslahatan yang sebesar2nya terhadap umatnya dg keluwesan huk yg ada.
Dalam kajian hukum Islam kita mengenal qaul qodim (pendapat lama) dan qaul jadid (pendapat baru) Imam
Syafi’i. Qaul qodim adalah fatwa Syafi’i tatkala ia masih berada di baghdad sedangkan qoul jadid adalah
fatwa baru dari Syafi’i setelah pergi dari Baghdad, di Mesir tepatnya. Ini adalah satu indikasi akan
flesibelitas hukum islam, dimana Syafi’i, seorang imam madzhad memiliki dua pendapat yang berbeda
terkait masalah fiqh. Apabila distingsi itu kita temukan dari dua ulama’ maka hal itu bisa kita katakan wajar
namun manakala ikhtilaf itu terdapat pada satu imam, ini yang menjadi bahan renungan. Sehinggan dapat
kita fahami bahwa hukum itu tidak tetap, tetapi bisa berubah dan disesuikan dengan keadaan sebagaimana
yang dilakukan oleh Syafi’i. Mungkin saja andaikata Syafi’i tinggal di Indonesia akan merumuskan qaul
jadid ala Indonesia. Sekarang saja Indonesia telah memiliki Kompilasi Hukam Islam (KHI) ala Indonesia
yang banyak mengadopsi pendapat Syafi’i.
Mengenai fleksibelitas Islam itu sendiri nampaknya mengandung banyak hikmah bagi umat islam. Apabila
Islam itu kaku maka akan banyak ditemui kesulitan untuk menerapkan hukum terhadap semua umat.
Padahal umat ini berbeda beda, baik latar belakang, kondisi tempat dan waktu dan juga pemikirannya.
Dalam islam sendiri kita telah mengenal, ‘ma ja’alallahu fid dini min haraj (sekali-kali Allah tidak menbuat
kesusahan bagimu dalam agama)’. Kalau saja Allah sebagai syari’ (pembuat hukum) menghendaki adanya
kemudahan dalam agama mengapa kita mesti menyusahkan diri dalam agama. Seorang yang mampu solat
dengan berdiri, wajib baginya shalat dengan berdiri namun manakala ia mendapati kesusahan maka boleh
saja shalat dengan duduk bahkan berbaring sekalipun. Seorang yang mampu berpuasa misalnya, wajib
baginya untuk berpuasa namun manakala haraj (kondisi yang menyulitkan) mendapatinya maka tidaklah
wajib baginya berpuasa pada waktu itu dengan catatan ia masih wajib mengganti puasanya pada hari yang
lainnya atau dengan membayar fidhyah.
Hukum Islam sendiri merupakan tata aturan yang rentan dengan masalah kontemporer yang terkadang sama
sekali belum ada aturan hukumnya. Hal ini karena pada waktu rasul masih hidup masalah itu tidak
ditemukan sehingga untuk menentukan hukumnya diperlukan adanya ijtihad yang berlandaskan Alquran dan
Hadits. Mengenai masalah ini, pemerintah Indonesia khusunya telah menbentuk badan yang berfungsi untuk
menanggapi permasalahan yang bergulir di tengah kehidupan umat yaitu MUI. Pada pondok pesantern
misalnya banyak kita jumpai pertemuan yang mengkaji masalah kekinian yang ada yang kita kenal dengan
istilah bahtsul masail. Hal ini merupakan manifestasi daripada keluesan Islam dalam menjawab tantangan
dunia modern. Sebab islam bukanlah agama yang jumud (statis) melainkan agama yang dinamis dan
responsif terhadap perkembangan zaman dan permasalahan umat. Sehingga umat islam mampu bersaing dan
hidup dengan segala kemaslahatan pada era modern ini.
Islam juga menghendaki adanya hubungan yang harmonis dengan pemerintah. Sebab pemerintah sebagai
10
pemegang kekuasaan adalah partner agama dalam masalah syariat Islam. Misalnya saja, belakangan ini
banyak beredar isu kontemporer di tengah masyarakat, kita ambil contoh yang mungkin masih hangat
dibicarakan yaitu rencana rumusan RUU yg mengatur tentang nikah siri dimana pelakunya akan dikenai
pidana berupa kurungan penjara dan denda meterial. Hal ini tentu menyangkut dua dimensi, di satu sisi
nikah itu adalah urusan agama terkait dengan tata cara dan hukumnya namun di sisi lain aturan pidana
tentang nikah siri dengan alasan akan menimbulkan banyak mudharat adalah ranah hukum negara. Disini
lah, peran islam dalam menjawab permalahan yang selalu hadir di tengah-tengah umat. Sehingga, dengan
adanya keharmonisan antara agama dan pemerintah dibutuhkan kerjasama dan keterkaitan yang saling
mengisi dan melengkapi antara agama dan pemerintah. Dalam masalah nikah siri tadi sebenarnya dalam
syariat Islam sah adanya dan tidak memilki sanksi apapun bagi pelakunaya. Namun karena Islam
meghendaki kemaslahatan maka demi terciptanya sebuah kebaikan, pidana terhadap pelaku nikah siri juga
dibenarkan dan sekali lagi tidak menyalahi syariat. Dalam ushul fiqh terdapat sebuah kaidah yang berbunyi,
‘dar’ul mafasid muqoddamun ‘ala jalbul mashalih (mancegah adanya kemungkinan timbulnya mudharat itu
dikedepankan dalam rangka memperoleh kemaslahatan)’.
Demikianlah kiranya penjelasan mengenai fleksibelitas Islam dalam menanggapi masalah kontemporer
umat. Dimana Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam) merupakan agama yang
berfungsi untuk memelihara manusia dari mudharat dan menginginkan adanya kebaikan dan kemaslahatan.
Sesuai dengan konsep ini maka manakala hukum islam itu tidak lagi menimbulkan kemaslahatan maka
memungkinkan perumusan hukum baru yang disesuikan dengan kondisi mukallaf (orang yang terkena
pembebanan hukum) dan keadaan kala itu sehingga kemaslahatan itu akan tetap terpelihara. Hal ini karena
sejatinya Allah swt menginginkan adannya kemudahan dalam beragama sebagaimana firmannya yang
berbunyi, “innallaha yuridu bikumul yusro (sesungguhnya Allah menghendaki kemudahan bagi kalian)”.
Sehingga islam mudah diterapkan dalam kondisi apapun dan dimanapun juga karena islam memiliki konsep
maslahat yang tidak dimiliki oleh agama lainnya.
AGAMA ISLAM DAN PAHAM KEAGAMAAN
A. Pengertian Agama Islam Agama merupakan segenap kepercayaan kepada Tuhan, dewa, dan sebagainya,
serta dengan kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Menurut Drs. Sidi
Gazalba mengatakan bahwa agama ialah kepercayaan kepada Tuhan dan hubungan manusia dengan yang
Qudus, dihayati sebagai hakikat yang ghaib, hubungan untuk menyatakan diri dalam bentuk serta sistem
kultus dan sikap hidup berdasarkan doktrin tertentu. Al-Qur’an mengistilahkan agama secara umum dengan
din, baik untuk Islam maupun selainnya, termasuk kepercayaan terhadap berhala. Seperti dalam Qur’an surat
al-Kafirun ayat 6.
6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Artinya: Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku. Al-Syahrustani juga mengidentifikasikan din,
sebagai sesuatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal untuk memegang
peraturan Tuhan itu dengan kehendak sendiri, untuk mencapai kebaikan hidup di dunia dan kelak di akhirat.
Syaratsyarat agama meliputi beberapa hal yaitu:
1. Ajaran tentang kepercayaan (Aqidah) Aqidah ialah keyakinan bulat, tanpa keraguan, yang menimbulkan
sikap jiwa, dilahirkan dalam perkataan dan diwujudkan dalam perbuatan.
2. Ajaran pemujaan atau kultus (Ibadah) Ibadah adalah sistem ritus, yakni, upacara yang tatacaranya telah
ditentukan agama (ibadah dalam arti khusus).
3. Aturan hukum (Syari’ah) Hukum (Syari’ah) adalah peraturan Allah dan sesama makhluk, untuk
menjamin kebahagian dan kesejahteraan manusia, lahir dan batin, di dunia dan akhirat.
4. Adanya penyampaian ajaran (Nabi atau Rasul) 18 Nabi dan Rasul adalah pembawa ajaran agama. Nabi
dan Rasul merupakan pembawa atau penyambung “lidah” Tuhan yang menyampaikan pesan Ilahiyah
kepada umat manusia.
11
5. Adannya sumber ajaran (Kitab Suci) Kitab Suci adalah kitab firman-firman (wahyu) Tuhan yang
terhindar dari nodanoda baik sengaja maupun tidak. Kitab Suci harus memenuhi syarat-syarat: adanya
keterangan bahwa kitab itu ditulis atau dituliskan atas perintah orang yang menerima wahyu, terdapat kitab
asli dalam bahasa Nabi yang berisi ajaran yang dapat memimpin manusia ke jalan yang lurus serta tidak
terdapat ayat yang saling bertentangan.
1 Kata Islam secara etimologis memberikan pengertian penyerahan diri dan masuk ke dalam kedamaian.
Pengertian pertama sangat banyak dipakai dalam al-Qur’an, seperti pada ayat yang menyebutkan bahwa
agama yang benar bagi Allah adalah Islam. Dalam istilah, Islam merupakan nama bagi agama yang dibawa
atau disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya, wahyu yang terkodifikasikan dalam apa yang
secara teknis disebut mushaf, namun secara umum disebut dengan al-Qur’an merupakan sumber utama
sedangkan praktek Nabi Muhammad bersama para sahabatnya yang dalam pengawasan beliau merupakan
sumber kedua yang disebut sunnah (tradisi) Nabi dan tertulis dalam literatur yang dinamakan Kitab Hadis.
Menurut Musthafa Abdur Raziq agama Islam merupakan peraturan-peraturan yang terdiri dari kepercayaan-
kepercayaan dan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan keadaan suci, artinya yang membedakan mana
yang halal dan yang haram, yang dapat membawanya memiliki rohani yang kuat.
2 Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan
agama inilah Allah menutup agama2 sebelumnya. Allah telah menyempurnakan agama ini bagi hamba2Nya.
Dengan agama Islam ini pula Allah menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah hanya meridhoi Islam
sebagai agama yang harus mereka peluk. Oleh sebab itu tidak ada suatu agama pun yang diterima selain
Islam. Allah ta’ala juga berfirman dalam Qur’an surat Ali Imran Ayat 19.
19. Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang
telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian
(yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya
Allah sangat cepat hisab-Nya.
[189] Maksudnya ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al Quran.
1. Islam memerintahkan untuk mentauhidkan Allah ta’ala dan melarang kesyirikan.
2. Islam memerintahkan untuk berbuat jujur dan melarang dusta.
3. Islam memerintahkan untuk berbuat adil dan melarang aniaya.
4. Islam memerintahkan untuk menunaikan amanat dan melarang berkhianat.
5. Islam memerintahkan untuk menepati janji dan melarang pelanggaran janji.
6. Islam memerintahkan untuk berbakti kpd kedua orang tua dan melarang perbuatan durhaka kpd mereka.
7. Islam memerintahkan untuk menjalin silaturahim (hubungan kekerabatan yang terputus) dengan sanak
famili dan Islam melarang perbuatan memutuskan silaturahim.
8. Islam memerintahkan untuk berhubungan baik dengan tetangga dan melarang bersikap buruk kpd mereka.
9. Secara umum dapat dikatakan bahwasanya Islam memerintahkan semua akhlak yang mulia dan melarang
akhlak yang rendah dan hina. Islam memerintahkan segala macam amal salih dan melarang segala amal
yang jelek. Allah ta’ala berfirman
QS A-NAHL/16 : 90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
12
Ajaran Islam sebagai ajaran yang lengkap, utuh, kukuh, komprehensif, integrated, dan holistis memiliki
prinsip-prinsip yang dijadikan landasan operasionalnya. Berdasarkan kajian dan analisis terhadap ayat-ayat
al-Qur’an, al-Sunah, al-Ra’yu dan fakta sejarah, dapat diketahui bahwa prinsip-prinsip ajaran Islam antara
lain: sesuai dengan fitrah manusia, seimbang, sesuai dengan perkembangan zaman, manusiawi, sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, berbasis pada penelitian, berorientasi pada masa
depan, kesederajatan manusia, musyawarah, persaudaraan, keterbukaan, dan komitmen pada kebenaran.
Penjelasan secara singkat terhadap prinsip ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Sesuai Dengan Fitrah Manusia (Muthabaraqah Li Fitrah Al-Naas) Kata fitrah secara harfiah berarti
keadaan suci, dan dapat pula berarti berbuka. Dengan demikian, ketika disebut Idul Fitri, berarti kembali
kepada keadaan suci sebagaimana waktu dilahirkan ke muka bumi, dan berarti pula kembali makan dan
minum disiang hari. Selain itu juga fitrah merupakan kecenderungan atau perasaan mengakui adanya
kekuasaan yang menguasai dirinya dan alam jagad raya, yang selanjutnya disebut Tuhan. Hal ini sejalan dg
al-Qur’an 30 : 30
30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama
yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],
[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau
ada manusia tdk beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mreka tdk beragama tauhid itu hanyalah lkrn pengaruh lingkungan.
Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama
tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid
itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
2. Keseimbangan (Al-Tawazun) Manusia terdiri dari unsur jasmani dan rohani. Jasmani berasal dari tanah
atau dari bumi yang melambangkan kerendahan. Adapun rohani berasal dari Tuhan, dan bahkan ia
merupakan unsur ketuhanan (lahut) yang terdapat dalam diri manusia yang melambangkan ketinggian.
Jasmani cenderung kepada hal2 yg besifat materi, pragmatis, sesaat, tujuan jangka pendek, menghalalkan
segala cara, dan selanjutnya melanggar. Adapun rohani cenderung kepada hal2 yang bersifat immateri,
rohaniah, filosofis, abadi, tujuan jangka panjang, dan selalu berpihak kepada kebenaran.
3. Sesuai Dengan Keadaan Zaman Dan Tempat (Shalihun Li Kulli Zaman Wa Makan) Islam adalah
agama akhir zaman. Setelah itu tidak ada lagi agama yang diturunkan oleh Allah SWT. Dengan sifat yang
demikian itu, maka Islam sebagaimana yang sumbernya terdapat dalam al-Qur’an dan al-Sunah sbgmana
telah disebutkan sebelumnya akan terus berlaku sepanjang zaman. Untuk mengantisipasi berbagai
perkembangan yang terjadi, maka di dalam alQur’an terdapat ayat2 yang bersifat qath’i (pasti), yakni ayat2
yang pengertiannya sudah jelas, tegas, dan tidak dapat diartikan dengan arti yang lain. misalnya, ayat2
tentang aqidah, akhlak, ibadah, dan hal2 yang berkaiatan dengan hukum halal dan haram.
Penafsiran Al-Qur'an Masa Modern dan Kontemporer
Tulisan ini berusaha membahas mengenai perkembangan penafsiran bermula dari masa pertengahan sampai
awal modern maupun kontemporer. Banyak sarjana muslim maupun para ulama mencoba menganalisis
perubahan karakteristik tafsir yang berkembang dari masa ke masa. Sebagaimana ada ungkapan yang
berbunyi "al-Qur'an sholihun li kulli zaman wa makan" ( al-Qur'an sesuai dengan waktu dan tempat)
sehingga tak menuntupi kemungkinan terjadi perubahan-perubahan dalam rangka menyesuaikan latar
belakang masyarakat yang berkembang pada masa tsb.
Tapi meskipun begitu, tidak sepenuhnya keseluruhan terdapat perbedaan secara signifikan dari pola dan
pendekatan yang terdapat pada tafsir2 terdahulu, ada kalanya penafsiran modern masih harus bertumpu pada
tafsir klasik. Adapun rujukannya biasanya mengambil dari sumber2 klasik seperti karya Fakhrudin Al-Razi,
Zamakhsyari dan Ibnu Katsir.
Satu hal yang perlu diperhatikan oleh penafsiran masa kontemporer kini lebih cenderung
bersifat continuing artinya terus berkembang keilmuannya. Terbukti, kalau melihat tafsir-tafsir klasik
13
pembahasannya seputar pendapat-pendapat ulama se-zamannya yang cenderung lebih ke ranah kritikan.
Jadi, mereka saling mengkritik satu sama lain.
Mengungkapkan argumen-argumennya sebagai pendukung teori-teori mereka. Berbeda, pada tafsir era
kontemporer yang isinya semakin meluber ke mana-mana sehingga memunculkan warna-warni keilmuan.
Pendekatan-pendekatan tafsir di era modern banyak dimulai di negara-negara Arab utamanya Mesir.
Dahulunya wilayah Mesir adalah bekas jajahan dari Negara Barat (Ingris), maka bermula dari keterpurukan
tersebut lahirlah semangat pembaharuan dari masyarakat Mesir untuk mengubah pola pikir mereka.
Wujud perubahan konten penafsiran al-Qur'an di era modern ini lebih berfokus dalam rangka menjawab
pertanyaan-pertanyaan baru yang muncul dari kalangan masyarakat entah itu dari bidang politik, sosial dan
perubahan budaya umat Muslim yang telah mengalami akulturasi dengan peradaban Barat.
Secara garis besarnya pembahasan tafsir modern dikelompokkan menjadi 2 pembahasan :
1. Membahas kesesuaian pandangan al-Qur'an terhadap dunia, dengan penemuan-penemuan dari ilmu
pengetahuan alam.
2. Problem politik dan sosial berdasarkan pandangan al-Qur'an. Dalam wacana kontemporer tafsir sebagai
produk diposisikan sama seperti produk pemikiran lainnya, bersifat relatif dan nisbi, tidak bersifat mutlak
dan sakral atau harus disakralkan.
Absolutisasi dan sakralisasi justru akan mengekang kebebasan untuk menemukan petunjuk kitab suci yang
sesuai dan hidup di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Lebih jauh dapat ditegaskan, bahwa tafsir sebagai
produk pemikiran yang tertuang dalam kitab-kitab tafsir yang sudah ada, kitab tafsir masa lalu boleh di
keritisi dan diberi tafsir ulang sesuai dengan kebutuhan masa kini.
Term dan istilah kontemporer biasanya terkait dengan situasi dan kondisi yang sedang berkembang pada
saatnya, yaitu kondisi yang sedang berkembang pada saat ini. Secara konsepsional istilah kontemporer tidak
berdiri sendiri. Kemunculannya sebagai jawaban dari persoalan-persoalan yang pernah muncul pada periode
sebelumnya dan sekaligus sebagai respons dari situasi dan kondisi yang sedang dialami. Kemunculannya di
satu sisi karena dipengaruhi oleh suasana ke modern an yang telah dan sedang dialami. Oleh karena itu, sulit
untuk memisahkan antara modern dengan kontemporer.
Apabila istilah kontemporer ini dikaitkan dengan tafsir, maka itu berarti bagaimana upaya menafsirkan ayat-
ayat al-Quran diadaptasikan dan disesuaikan dengan suasana dan kondisi pada saat ini yang sedang
dipengaruhi dan berada dalam suasana kehidupan modern. Istilah kontemporer terkait dengan situasi dan
kondisi tradisi penafsiran pada saat ini.
Dengan demikian, sebenarnya ia dibedakan dengan masa modern, namun karena sulit dipisahkan antara
modern dan kontemporer, sebab banyak ide tafsir kontemporer yang terinspirasi oleh ide modern, maka
kadang kala dua istilah itu disatukan menjadi modern kontemporer. Sebagai lawan dan titik tolak dari tafsir
moden atau tafsir kontemporer adalah tafsir klasik, yaitu tafsir yang masih terikat dengan pesan-pesan
normatif dan mengikuti produk-produk tafsir yang sudah ada. Secara umum, model penafsiran klasik bisa
diklasifikasikan dalam dua hal:
Pertama, tafsir tektualis. Tafsir ini menjadikan teks segala-galanya. Apa yang disampaikan teks adalah titah
Tuhan yang harus dilaksanakan. Bagi kalangan ini, ada keyakinan teologis,bahwa kehendak dan kekuasaan
Tuhan sudah disampaikan secara komprehensif dalam teks, sehingga konsekuensinya, pemahaman
keagamaan dan keduniaan harus merujuk sepenuhnya kepada teks.
Kedua, tafsir ideologis. Biasanya tafsir model ini dikodifikasi sesuai dengan ideologi yang menjadi pilihan
kekuasaan. Kalangan sunni akan menafsirkan teks suci sesuai dengan ideologinya, begitu pula kalangan
Syiah mempunyai tafsir.
Dalam konteks metodologi tafsir, yaitu metodologi tafsir kontemporer berarti sama dengan metodologi tafsir
modern. Keberadaannya merupakan bentuk lain dari metodologi tafsir klasik. Selanjutnya, bila dilakukan
perbandingan, pemahaman metodologi tafsir kontemporer secara sekilas tidak ada bedanya dengan yang
klasik, ia juga ditujukan untuk menyelaraskan teks Kitab Suci dengan kondisi di mana mufassir hidup.
Dalam konteks kontemporer, dampak ilmu pengetahuan barangkali merupakan faktor utama yang
14
menciptakan tuntutan baru selain elemen-elemen yang mengitari kehidupan kontemporer di mana
kebanyakan tafsir modern awal meresponnya.
Mayoritas kalangan modernis berargumen bahwa (sebagian besar) umat islam tidak memahami al-Quran
yang sesungguhnya, karenanya kehilangan sentuhan dengan inti pengetahuan,semangat rasional dari teks.
Namun demikian, terdapat karakteristik yang menonjol yang membedakan dari pemahaman metodologi
tafsir terdahulu adalah :
Pertama, metodologi tafsir kontemporer menjadikan al-Quran sebagai kitab petunjuk, atau meminjam istilah
Amin al-Khuli (w. 1966 M.) al-ihtida' bi al-Quran. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh Syeikh Muhammad
Abduh yang ingin mengembalikan fungsi Alquran sebagai kitab petunjuk.
Kedua, adanya kecenderungan penafsiran yang melihat kepada pesan yang ada di balik teks al-Quran.
Dengan kata lain, metodologi tafsir kontemporer tidak menerima begitu saja apa yang diungkapkan oleh al-
Quran secara literal, tetapi mencoba melihat lebih jauh sasaran yang ingin dicapai oleh ungkapan-ungkapan
literal tersebut. Dengan demikian, apa yang ingin dicapai adalah "ruh" atau pesan moral al-Quran.
Produk kajian tafsir kontemporer sesungguhnya bukanlah produk tafsir yang tanpa kritik dan respon,
termasuk pendekatan dan metodologi yang dikembangkan dalam tradisi tafsir tersebut. Dalam perjalanannya
tafsir modern-kontemporer seringkali memunculkan kontroversi. Baik dari dalam diri umat Islam sendiri
maupun dari luar. Kritikan langsung dan tidak langsung seringkali muncul untuk mengkritisinya dan bahkan
memberi penilaian yang relatif ekstrim
القواعد الفقهية
Secara bahasa kata Kaidah Fiqhiyyah terdiri dari dua kata, kaidah dan fiqhiyyah. Kaidah berarti dasar
atau asas, dalam istilah Usul Fiqh adalah suatu yang biasa atau ghalibnya begitu. Fiqh berarti faham,
dalam istilah berarti kumpulan hukum-hukum syara’ yang bertalian dengan perbuatan mukallaf yang
dikeluarkan dari dalilnya yang terperinci.
Secara istilah kaidah Fiqhiyyah berarti ketentuan aturan yang berkenaan dengan hukum-hukum fiqh
yang diambilkan dari dalil-dalil yang terinci. Menurut DR. Musthafa Ahmad bin Zarqa’ didefinisikan
sebagai dasar-dasar yang bertalian dengan hukum syara’ yang bersifat mencakup (sebagian besar
bagian-bagiannya) dalam bentuk teks-teks perundang-undangan yang ringkas (singkat dan padat) yang
mengandung penetapan hukum-hukum umum pada peristiwa yang dapat dimasukkan pada
permasalahannya. Menurut Prof. Hasbi Ash-Shiddiqy berarti kaidah-kaidah yang bersifat kully yang
diambil dari dalil-dalil kully dan dari maksud-maksud syara’ menetapkan hukum (maqashidusy syar’iy)
pada mukallaf serta dari memahami rahasia tasyri’ dan hikmah-hikmahnya. Lihat Kamal Mukhtar,
Ushul Fiqh 2, Dana Bakti Wakaf 1995, hal 185-187.
Melihat dari obyek yang diteliti untuk menjadi dasar perumusan Kaidah Fiqhiyyah, maka Kaidah
Fiqhiyyah itu tidak lain adalah termasuk kumpulan hukum fiqh, tetapi dengan melihat namanya
kaidah, akan lebih dekat pada ilmu Ushul Fiqh, karena ilmu Ushul Fiqh itu juga bernama kaidah
ushuliyyah yang wujudnya ialah kaidah-kaidah yang merupakan rumusan cara-cara mengeluarkan
hukum dari dalil. Dari kaidah seseorang dapat menerapkan hukum furu’ sehingga menyerupai dalil,
15
sekalipun bukan dalil. Kaidah Fiqhiyyah merupakan indikator pada adanya furu’ yang tercakup di
dalamnya. Lihat Kamal Mukhtar, Ushul Fiqh 2 hal 189.
اص ِدهَا ِ َ اَألُ ُم ْو ُر بِ َمق.1
َص ُل َب َقاءُ َما َكا َن َعلَى َما َكا َن ْ اَأْل.4
Yang menjadi dasar adalah tetap apa yang telah ada atas apa yang telah ada
ف
ِّ َخَ الضَر ِر اْأل َّ َِش ُّد يَُز ُال ب َ لضَر ُر اْألَّ َ ا.7
Kemudlaratan yang lebih berat dapat dihilangkan denganmengerjakan kemudlaratan yang lebih ringan
Apabila ada dua mudlarat yang saling berhadapan maka ditinggalkan yang lebih besar mudlaratnya dengan
melaksanakan yang lebih ringan
ِ ِ
ٌ ْ ُ َ َاَ ِإل ْيثَ ُار بِالْع.15
ع ونْمَم ة اد ب
Mengutamakan orang lain dalam masalah ibadah terlarang
ب ِ ما الَ يتِ ُّم اْلو ِاجب إِالَّ بِِه َفهو و.17
اج
ٌ َ َُ ُ َ َ َ
Sesuatu, dimana kewajiban tidak sempurna kecuali dengan adanya sesuatu tersebut, maka seseatu itu hukumnya wajib
17
.الضرر يزال 7-
.العبرة في العقود للمعاني ال لأللفاظ والمباني / .االعتبار للمقاصد والمعاني ال لأللفاظ والمباني 8-
.إذا تعارضت مفسدتان روعي أعظمهما ضرراً بارتكاب أخفهما 9-
.ال ثواب إال بنية„ 10-
.العادة محكمة 11-
.العبرة للغالب الشائع ال للنادر 12-
.الحقيقة تترك بداللة العادة 13-
.إنما تعتبر العادة إذا اطردت أو غلبت 14-
.استعمال الناس حجة يجب العمل بها 15-
.التعيين بالعرف كالتعيين بالنص 16-
.ال ينكر تغير األحكام بتغير الزمان 17-
.العقد شريعة المتعاقدين 18-
.الغش يفسد كل شيء 19-
.المتهم بريء حتى تثبت إدانته 20-
.العقوبة شخصية 21-
.ال جريمة وال عقوبة إال بنص 22-
.ما بني على باطل فهو باطل 23-
.األصل في اإلنسان حسن النية 24-
.الشك يفسر لمصلحة المتهم 25-
.إفالت مجرم من العقاب خير من إدانة بريء 26-
.األصل في األشياء اإلباحة 27-
.وما كنا معذبين حتى نبعث رسوال 28-
.ال تزر وازرة وزر أخرى 29-
.الجزاء من جنس العمل 30-
.الضرورات تبيح„ المحظورات 31-
.ادرؤوا الحدود بالشبهات 32-
.ألن يخطئ القاضي في العفو خير من أن يخطئ في العقوبة 33-
18
.األصل براءة الذمة 34-
.األصل بقاء ما كان على ما كان 35-
.األصل في األمور العارضة العدم 36-
.األصل في األمور اإلباحة 37-
.األصل إضافة الحادث إلى أقرب أوقاته 38-
.ال ينسب لساكت قول 39-
.السكوت في معرض الحاجة بيان 40-
.اليقين ال يزول بالشك 41-
.الكتاب كالخطاب 42-
.ال حجة مع االحتمال الناشئ عن دليل 43-
.ال عبرة بالداللة مقابل الصريح 44-
.ال عبرة للتوهم 45-
.المشقة تجلب التيسير„ 46-
.المعروف عرفا ً كالمشروط شرطا ً 47-
.المعروف بين التجار كالمشروط بينهم 48-
.المدعي ال يحكم عليه وإنما يحكم له أو ترد دعواه 49-
.الدعوى ال تقابل بدعوى 50-
.اإلقرار سيد األدلة 51-
.اإلقرار حجة قاصرة على المقر وال يتعدى إلى غيره 52-
.المرء مؤاخذ بإقراره 53-
.ال نكول بعد إقرار 54-
.ما يثبت باليقين ال يزول بالشك 55-
.البينة على من ادعى واليمين على من أنكر 56-
.الحدود تدرأ بالشبهات 57-
.البينة„ إلثبات خالف الظاهر واليمين إلبقاء األصل 58-
.االجتهاد ال ينقض باالجتهاد 59-
.األجر والضمان ال يجتمعان 60-
19
.االجتهاد ال ينقض بمثله 61-
.إذا بطل الشيء بطل ما في ضمنه„ 62-
.إذا تعذر األصل يصار إلى البدل 63-
.الثابت بالبرهان كالثابت بالعيان 64-
.اإلشارة المعهودة لألخرس كالبيان باللسان 65-
.الممتنع عادة كالممتنع حقيقة 66-
.من سعى في نقض ما تم على يديه فسعيه مردود عليه 67-
.دليل الشيء في األمور الباطنة يقوم مقامه 68-
.المطلق على إطالقه إذا لم يُقيد نصا أو داللة 69-
.ال عبرة بالظن البين خطؤه 70-
.الضمان على المعتدي 71-
.ما أبيح لسبب بطُل بزواله 72-
.من أتلف شيئا ً عمداً بغير حق لزمه الضمان جبراً لما فات من الحق 73-
.يتحمل الضرر الخاص لدفع ضرر عام 74-
.القديم يترك على قدمه 75-
.الضرر ال يكون قديما ً 76-
.حق التقاضي مكفول 77-
.الحيازة في المنقول سند الملكية 78-
.ال يجوز إثبات ما يخالف الكتابة إال بالكتابة 79-
.االستثناء يقدر بقدره وال يجوز القياس عليه 80-
.الفرع يتبع األصل والجزء يتبع„ الكل 81-
.ال يضار المستأنف من استئنافه 82-
.الزيادة كالنقصان 83-
.العقود غابن ومغبون 84-
.عدم جواز نظر الدعوى لسابقة الفصل بها 85-
.إنما األعمال بالنيات 86-
.التقادم ال يسقط الحق مهما طال األمد 87-
20
88- القانون ال يقر التعسف في استعمال الحق.
89- من استعجل الشيء قبل أوانه عوقب بحرمانه.
90- لكن البينة„ على المدعي و اليمين على، الدعى رجال أموال قوم ودمائهم، لو يعطى الناس بدعواهم
من أنكر.
91- إذا تعذر األصل يصار إلى البدل.
92- إذا تردد العقد بين الصحة والفساد حمل على الصحة.
93- األصل في العقود حملها على السالمة من المفسد.
94- تصحيح„ العقود إذا ترتب على إبطالها ضرر.
95- إبقاء الحال على ما وقعت عليه إذا ترتب على نقضها مفسدة أعظم.
7. Penghinaan QS 2 : 65
8. Melemahkan QS 2 : 23
21
9. pernyataan terhadap nikmat ( imtinan ) contohnya : QS 6: 142
17. sopan santun contohnya : hadits agar makan makanan yang letaknya dekatdengan tempat
duduk.
Kaidah-Kaidah Amr
ا أل مــر بــا لــشــيـئ أ مــر بــو ســا ئــلــه حـكــم ا لــمــقــا صــد
Perintah kepada sesuatu menjadi perintah padaperantaranya. Dan perantara itu hukumnya
sama dengan yang dimakasud
22
ا أل مــر بــعـد ا لــنـهـى يــفــيــد ا أل بــا حــة
Perintah yang jatuh setelah adanya larangan hukumnyaadalah boleh.
ّ
لــكــف عـن فــعــل مـن ا أل عــلى ا لى ا أل د نى ا لــنـهـي هـو طــلـب ا
Larangan adalah tuntutan untuk meninggalkan perbuatan dariorang yang lebih tinggi derajatnya kepada yang
rendah.
Fiil nahi 17 : 32
Fiil mudori 56 : 79
lafal-lafal larangan حـرم – ا حــذ ر – ا تــر ك – خـطـر – نـهـى – د ع – ذ ر
3) Petunjuk 5 : 101
4) Menghibur ( I’tinas ) 9: 40
5) Angan-angan 32: 12
7) Menjelaskan suatu akibat. Contohnya : menganggap mati orang jihad fisabililah 3 :169
ا لـعـا م هـو ا لـلــفـظ ا لـمـسـتــغـر ق لـجـمـيـع مـا يـصـلـح و ضـع و ا حـد د فـعـة
‘Am adlah lafal yang menujukan pengertian umum yangmencakup satuan-satuan ( afrad) yang ada dalam
lafal itu tanpa pembatasanjumlah tettentu.
Menurut jumhur ulama, ‘amm dibangun dari khas. Oleh karenaitu khas lebih kuat dari ‘am. Maka ‘am dapat
digugurkan ketika ditemukan khas.Sedangka khas tidak dapat digugurkan dengan adanya ‘amm.
lafal mufrod da jama yg dimakrifatkan dg idofat contohnya: و ا مـا بــنـعـمــة ر بـك
isim – isim maushul
isim-isim isyarat
isim –isim istifham
Isim nakiroh yang dinafikan contohnya : ال هـجـر ة بــعـد ا لــفــتـح
KAIDAH ‘AM
KHAS ( KHUSUS )
24
1) Takhshih Muttasil (bersambung)
Sifat 4 : 92
Dzorof makan dan zaman. Contohnya : masa zakat fitrah jadi sodakoh setelah sholatid.
mentakhsis qur’an dengan sunah contohnya : warisan 4 :11 dengan kafir dan pembunuh
mentakhsis sunah dengan qur’an contohnya : hadits wudu dengan tayamum 4:43
sunah ditakhsis dengan sunah. contohnya : zakat tani 10 % dengan tidak wajib sebelum lima wasak
qur’an atau hadits ditakhsis dengan qiyas contohnya : hukum dera bagi pezna 100 kali 24 : 2 dengan qiyas
hamba sahaya 50 kali.
qur’an ditakhsis dengan akal contohnya : wajib haji 3 :97 anak kecil dan orang gila tidak wajib.
hadits ditakhsis dengan mafhum (makna tersirat) contohnya: zakat satu kambing dari 40. hanya kambing
diluar kandang mencari makan sendiri, tapi yang dikandang /dipelihara tidak wajib ( HR Bukhari )
penghususan dengan problem nyata karena darurat hukumnya boleh. Contohnya : Abdurahman bin Auf dan
zubair boleh pakai sutera karena penyakit gatal.
ا لــمــطــلــق هــو ا للــفــظ ا اــخــا ص لـم يــقــيـّــد بــقــيــد لــفــظــ ّي يــقــلّــل شــيــو عــه
Mutlaq adalah suatu lafadz tertentu yang tidak terikat oleh batasan lafadz yang mengurangi keumumannya.
ا لــمـقــيـد بـا ق عـلى تــقــيــيـد ه مـا لـم يــقـم د لـيــل عــلى ا طــال قــه
Lafal muqayyad tetap dihukumi muqayyad sebelum ada bukti yang memutlakannya.
25
ا لــمــطــلـق ال يــبـقـى عـلى ا طــال قــه ا ذ ا يـقـو م د لـــيـل عــلى تــقــيـيـد ه
Lafal mutlak tidak boleh dinyatakan mutlak jika telah ada yang membatasinya.
Mantuq adalah lafal yang kandungan hukumnya tersurat didalam apa yang diucakan.
Manthuq adalah sesuatu yang ditunjukan oleh lafadz sesuaidengan yang diucapkan
Mafhum adalah sesuatu yang ditunjukan oleh lafadz, bukanarti harfiyyah yang diucapkan
Mafhum terbagi 2 :
mafhum muwafaqoh yaitu menetapkan hukum dari maknanya yang sejalan atau sepadan dengan makna
yang tersurat. Contohnya : khomar itu haram maka semua yang memabukan hukumnya haram.
fahwal khitab
yaitu apabila yang tersirat lebih utama dari yang tersurat.
Contohnya : QS 17 :23 menyebut "AH" saja dilarang, apalagi memukul. 17 : 32 jangan mendekati zina.
Mafhummuwafaqoh fahwal khitab nya adalah mendekati zina saja diharamkan, apalagi melakukannya.
Lahnul Khitab,
yaitu apabila yang tidak diucapkan (tersirat) sama hukumnya dengan yang diucapkan (tersurat).
Contohnya : memakan harta anak yatim 4 : 9. mafhummuwafaqoh lanhul khitab nya contohnya : dengan
membakar, atau merusaknya.
26
Mafhum mukhalafah terbagi:
Mujmal adalah lafal yang mencakup kemungkinan segalakeadaan dan hukum yang terkandung di dalam
lafal tersebut. Ia bersifat globaldan menyeluruh sehinga membingungkan dan tidak dapat diketahui secara
jelasmaksudnya tanpa danya mubayyan ( penjelas )
Abdul Wahab Khalaf mendefinisikan, “"afal yang pengertiannya tidak dapat dipahami dari lafal itu sendirin
apabila tidak ada qarinah yang menjelaskannya"
Mujmal adalah lafadz yang sighotnya tidak menunjukan apa yang dimaksud ( tidak jelas )
Mubayyan adalah lafadz yang sigotnya jelas menunjukan apa yang dimaksud.
27
ا لـلـــفـظ ا لــذ ى يــد ل عــلى مـعــنـيـن ا و ا كــثـر
أ يــقــا ع كل مــن ا لــمــر ا د فــيــن مــكا ن ا ال خــر يــجــو ز ا ذ ا لــم يــقـم عــلــيــه طــا لــع شــر عــ ّي
Mendudukan dua muradif pada tempat yang lain (mempertukarkannya) itu diperbolehkan jika tidak ada
ketetapannya.
Penggunaan Musytarak menurut makna yang dikehendakiataupun untuk beberapa maknanya itu
diperbolehkan.
Zahir adalah lafal yang menunjukan arti secara langsungdari nas itu sendiri, tanpa memerlukan qarinah
(penyerta) lain yang datang dari luar untuk memahami maksudnnya. Oleh karenanya lafal zahir
tidakmemungkinkan adanya takhshis, takwil, dan naskh.
Takwil adalah memalingkan arti zahir kepada makna lain yang memungkinkan berdasarkan dalil / bukti.
ا بــظــا ل ا لــعــمــل بــا لــحــكــم ا لــشــر عــ ّى بــد لــيــل مــتــر ا خ عــنــه
Naskh adalah membatalkan pengamalan sesuatu hukum syuara’dengan dalil yang datang kemudian.
ّ
لــظــن ا لــقــطــعــى ال يــنــســخــه ا
Dalil qath’I tidak dapat dihapus dengan dalil zanni.
28
ا لــر خــص ال تــنــا ط بــا لـمــعــا صــى
Kemudahan tidak dikaitkan dengan maksiat
ا اــعــبــر ة فى ا لـعـقــو د بــا لـمـقــا صــد و ا لــمــعــا نـى ال بـا ال لــــفـــا ظ و ا لــمــبــنى
Perkara yang dianggap dalam akad-akad adalah berdasarkankepada maksud dan iniat, bukan dengan lafadz
.dan perkataan
مـنا ســتــعــجـل شــيــئـا قــبــل أ و ا نــه عــو قــب بــحــر مــا نــه
.Barang siapa yang bertindak cepat terhadap sesuatu sebelumwaktunya, maka dibalas dengan sebaliknya
29
.Hukum rukhsoh menjadi gugur karena telah hilang sebabnya
ا لــحــا جــة تــنــز ل مــنــز لــة ا لــضــر و را ت فــى ا بــا حــة ا لـــمــحــظــو ر ا تـــ
Kebutuhan itu bias menduduki tingkatan keterpaksaan dalamkebolehan memeroleh sesuatu yang haram
KAIDAH ISTISHAB
ا أل صــل فى األ شـــيـاء ا أل بــا حـة حــتى يــد ل ا لــد لــيـل عـلى تــحــر يــمــهــا
Hukum sesuatu pada asalnya adalah boleh sehingga ada dalilyang mengharamkannya.
بهاالصالحوالفسادللعماللنيةشرطلسائرالعمل
An niyatu sartun lisairil ‘amal biha sholaku wal fasadulil’amal
(Niat itu adalah syarat bagi semua amalan dalam ibadahdengan niat akan diketahui baik & buruknya
amalan).
المصالح
ِ المصالح فإذا تزاحم عدد
ِ يُق َّدماألعلىمن
Jika dalam suatu masalah bertabrakan antara manfaat satudengan yang lainnya maka di dahulukan &
30
diambil manfaat yang paling besar /tinggi
وترجعاألحكاملليقينفاليزياللش ُكلليقين
Wa turja’ul ahkamu lillyaqini falaa yuziilus sakkulillyaqini
Dan dikembalikan hukum itu kepada yang diyakini dankeraguan tidaklah membatalkan keyakinan itu.
الوسائلتعطىأحكامالمقاصد
al wasailu tu’thii ahkamul maqosid
Semua sarana suatu perbuatan hukumnya sama dengantujuannya ( perbuatan tersebut ).
Di antara ulama kontemporer yg mempopulerkan kalimat ni adalah Syaikh Nasih Ulwan bahkan beliau
menjadikannya sbg judul buku.
َ ا ْل ُح ْك ُم َيد ُْو ُر َم َع عِ لَّتِ ِه َو
س َب ِب ِه ُو ُج ْودًا َو َع َد ًما
Al-hukmu yadûru ma'a 'illatihi wa sababihi wujûdan wa 'adaman
Ada dan tidaknya hukum itu tergantung pada sebab ('illat)nya.
تَ َغ ُّي ُر ْاألَ ْح َك ِام بِتَ َغ ُّي ِر ْاألَ ْم ِكنَ ِة َو ْاألَ ْز ِمنَ ِة
Taghayyur al-ahkâm bi taghayyur al- amkinah wal azminah
Hukum itu berubah disebabkan perubahan tempat dan waktu.
32
ASSALÂMU ‘ALAYKUM WR. WB. (TERUS DUDUK MENUNGU ADZAN)
PEMBUKAAN KHOTBAH KE I
ِ َمنْ يَ ْه ِد ِه هللاُ فَاَل ُم،ت أَ ْع َمالِنَا
،ُض َّل لَه َ ْسنَا َو ِمن
ِ سيِّئَا ِ ُش ُرو ِر أَ ْنف
ُ ْ َونَ ُعو ُذ بِاهللِ ِمن،ُستَ ْغفِ ُره ْ َست َِع ْينُهُ َون ْ َالـح ْم َد هّلِل ِ ن
ْ َـح َم ُدهُ َون َ َّإن
سولُه َ ش َه ُد أَنَّ ُم
ُ ـح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َر ْ َش ِر ْيكَ لَهُ َوأ
َ ش َه ُد أَنْ الَّ إِلَهَ إِالَّ هللا َو ْح َدهُ اَل
ْ َ َوأ،ُي لَه َ ضلِ ْل فَاَل هَا ِد ْ َُو َمنْ ي
SHALAWAT ص ّل َو َسلّ ْم َعلى ُم َح ّم ٍد َو َعلى آلِ ِه ِوأَصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َسا ٍن إِلَى يَ ْو ِم ال ّديْن
َ اَللهُ ّم
A’ÛDZUBILLÂH . . . . .
3 : 102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya;
dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.
4 : 1. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang
diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
AL-AHZAB /33:70 Hai orang2 yg beriman, bertakwalah kamu kpd Allah& katakanlah perkataan yg
benar,
71. niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan2mu dan mengampuni bagimu dosa2mu dan siapa sj
mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.
34
ْب هَّللا ِ َقال َ َفإِنْ َل ْم َي ُكنِ ف َت ْقضِ ي َف َقال َ أَ ْقضِ ي ِب َما فِي ِك َتا َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو
َ سلَّ َم َب َع َث ُم َعا ًذا إِلَى ا ْل َي َم ِن َف َقال َ َك ْي َ ِ سول َ هَّللاُ أَنَّ َر
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو
َ سلَّ َم َقال َ ِ ول هَّللا
ِ س ُ سلَّ َم َقال َ َفإِنْ لَ ْم َي ُكنْ فِي
ُ س َّن ِة َر َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َوَ ِ ول هَّللا ِ س ُ س َّن ِة َر ُ ب هَّللا ِ َقال َ َف ِب
ِ فِي ِك َتا
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو
سلَّ َم َ ِ ول هَّللا
ِ س ُ أَ ْج َت ِه ُد َر ْأ ِيي َقال َ ا ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّذِي َو َّف َق َر
ُ سول َ َر
Sunan Tirmidzi 1249: dari sahabat Mu'adz bhw Rasulullah saw pernah mengutus Mu'adz ke Yaman,
lalu beliau bertanya: "Bagaimana engkau memutuskan hukum?" ia menjawab; Aku memutuskan
hukum dari apa yang terdapat di dalam kitabullah. Beliau bertanya lagi: "Jika tidak ada di dalam
kitabullah?" ia menjawab; Dengan sunnah Rasulullah saw. Beliau bertanya: "Jika tidak terdapat di
dalam sunnah Rasulullah saw?" Ia menjawab; Aku akan berijtihad dengan pendapatku. Beliau
mengatakan: "Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah saw."
Contoh Ijtihad: Abu Bakar Siidiq ra : mengumpulkn/menyusun kmbali lembarn2 AQ yg brserakn
‘Umar Ibn Khaththab ra: mmbagikan Ghonimah melalui baitul mâl, shalat Tarawih berjama’ah
selama Ramadhan, Menambah huk cambuk mnjadi 80x bagi pemabuk, talak 3 langsung jatuh 3,
Mualaf tdk mendpt zakat, Tentara diberi Gaji, Pencetakan mata uang, Mmberlakukan Pajak, huk
potong tngan tdk berlaku ketika Paceklik; Pembentukan Penjara & Kantor Pos; Thn H ditetapkn
‘Utsman bin Affan ra : Mashohif Utsmani ; Unta yg hilang dtangkap & dibawa ke Baitul Mâl
‘Umar bin ‘Abdul Aziz (w. 101 H/720 M) : Memungut Pajak Profesi dr pegawai Kesulatanannya;
Penulisan & Pembukuan hadis2 Nabi saw.
Imam Syafi’i : Qoul (pendpt) Qodim (lama) di Irak direvisi mnjadi Qoul Jadid (Baru) ketika di Mesir
Kaidah Fiqh/Huk utk Ijtihady :
ا ْل ُح ْك ُم َيد ُْو ُر َم َع عِ لَّ ِت ِه ُو ُج ْودًا َو َعدَ ًما
Al-hukmu yadûru ma'a 'illatihi wujûdan wa 'adaman
Ada/tdknya hukum itu trgantung pada 'illatnya. Mk perlu dilakukn telaah ulang (i’adah an-nazhar)
تَ َغيُّ ُر ْاألَ ْح َك ِام بِتَ َغيُّ ِر ْاألَ ْم ِكنَ ِة َو ْاألَ ْز ِمنَ ِة Taghayyur al-ahkâm bi taghayyur al- amkinah wal azminah
Hukum itu berubah disebabkan perubahan tempat dan waktu.
ِ َضرر وال
ض َر َار َ َ َ َ َ الTdk blh memudharatkan & tdk blh dimudharatkan
اص ِة
َّ الخ ْ ص َل َح ُة ال َعا َّم ُة ُم َق َّد َم ٌة َع َلى ال َم
َ ص َل َح ِة ْ ال َم
“Kemaslahatan umum lebih didahulukan dari pada kemaslahatan individu”
Pentingny berIjtihad ini adl utk mncairkan keJUMUDan (kbekuan/kekakuan cara brpikir& brsikap)
Cont:Fiqh Haji (nunggu 20 th) kemah arofah 2 lt; fiqh Zakat (zakat hanya 2% dr konsumsi rokok),
ada pemikiran harmonisasi Zakat dg Pajak, Fiqh Muamalah, bgmn memajukan Bank Sya ?, akses
pedagang kecil ke perbankan (Kasus rentenir yg mengambil KUR dg bunga 7% dan mminjamknnya
kembali kpd pedagang kecil dg 30%). Khutbah jum’at dlm bhs Arab; AQ dterjemakn kdlm bhs Ind
dulunya di haramkan. Namun brijtihad hrs dg keilmuan yg mmadai spy tdk kebablasan sprti kasus
Milkul Yamin, menghalalkan hub suami istri di luar nikah.
Akibat kejumudan dlm memahami huk adl mandeknya Kemajuan di brbagai bidang : Iptek & Ekon,
malah yg lbh parah dapat terjadi perpecahan dan penjajahan olh negara lain.
PENUTUP KHUTBAH KE I
َ ت َوال ذ ِْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم َو َت َق َّبل ِ َ آن ْا َلعظِ ْي ِم َو َن َف َعنِي َوإ َّيا ُك ْم ِب َم ا ِف ْي ِه مِنَ ْاآلي ا ِ ار َك هللاُ ل ِْي َو َل ُك ْم ف ِْي ْالقُ ْر َ َب
اس َت ْغفِ ُر ْوهُ إِنَّهُ ه َُو ا ْل َغفُ ْو ُر ال َّر ِح ْي ُم َّ ِم ِّني َو ِم ْن ُك ْم ِتالَ َو َت ُه إ َّن ُه ه َُو
ْ أَقُ ْول ُ َق ْولِي هذا َو. الس ِم ْي ُع ْا َلعلِ ْي ُم
PEMBUKAAN KHUTBAH KEDUA
ْ َسلِّ ُموا ت
سلِي ًما َ صلُّوا َعلَ ْي ِه َوَ يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا ۚصلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي
َ ُإِنَّ اللَّـهَ َو َماَل ئِ َكتَهُ ي
َوبَا ِركْ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى،صلَّيْتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم
َ آل ُم َح َّم ٍد َك َما ِ ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى َ اَللَّ ُه َّم
إِنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد،آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم
ِ
ت
ِ ب ال َّدع ََوا ٌ س ِم ْي ٌع قَ ِر ْي
ُ ب ُم ِج ْي ِ ت األَ ْحيَا ِء ِم ْن ُه ْم َواألَ ْم َوا
َ ت إِنَّ َك ِ ت َوالمؤْ ِمنِيْنَ َوالمؤْ ِمنَا
ِ سلِ َما ْ الل ُه َّم ا ْغفِ ْر لِ ْل ُم
ْ سلِ ِميْنَ َوالم
َ ُ َر َّب َنا َظ َل ْم َنا اَ ْنف
َ س َنا َو اِنْ َل ْم َت ْغف ِْر َل َنا َو َت ْر َح ْم َنا َل َن ُك ْو َننَّ مِنَ ْا
َلخاسِ ِر ْين
س „ا ِن َوإِ ْيت„„آ ِء ِذى ْالقُ„ ْ„رب َى َويَ ْن َهى َع ِن ْالفَ ْحش„„آ ِء َو ْال ُم ْن َك„ ِر َو ْالبَ ْغي َ ِعبَا َدهللاِ ! اِنَّ هللاَ يَ„„أْ ُم ُر بِاْل َع„د ِْل َو ْا ِال ْح
ْ َو ْاذ ُك ُرواهللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا. يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُر ْو َن
ش ُك ُر ْوهُ َعل َى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ اَ ْكبَ ْر
AN-NAHL/16 : 90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
(Aqimushshalâh)
36
ASSALÂMU ‘ALAYKUM WR. WB. (TERUS DUDUK MENUNGU ADZAN)
PEMBUKAAN KHOTBAH KE I
37
Kedua, surat Âli ‘ Imran/3: 104
3:104. dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yg menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yg ma'ruf dan mencegah dari yg munkar; merekalah orang2 yg beruntung.
= kebajikan adalah nilai2/norma2 yg bersifat Universal dan Tetap/Langgeng, sementara
= sesuatu yg baik, bersifat berubah sesuai dg perkembangan zaman dan tempat
Dua norma huk inilah yg menjadikan Islam selalu SESUAI DG PERKEMBANGAN ZAMAN & TEMPAT
1. Huk Tsawabit yg mnjadi Identitas & Orsinilitas Islam : y.i : Akidah & Ibadah Mahdoh sperti:
rukun Islam & ruk Iman
2. Huk Mutaghoyyirot/huk yg dpt berubah sesuai PERKEMBANGAN ZAMAN & TEMPAT, seperti: Fiqh
Mu’amalah. Contoh : Jual Beli Emas blh dg tdk kontan krn illat (sebab) hukumnya sdh berubah,
Huk Mutaghoyyirot ini mengikuti kaidah Fiqh: ا ْل ُح ْك ُم َيد ُْو ُر َم َع عِ َّل ِت ِه ُو ُج ْودًا َو َعدَ ًما
Al-hukmu yadûru ma'a 'illatihi wujûdan wa 'adaman
Ada dan tidaknya hukum itu tergantung pada sebab ('illat)nya. Cont: Tayamum
Selain 2 norma huk yg utama td, Islam juga mngedepankan penentuan Huk dg Cara Ijtihad.
Ijitihad adl usaha yg sungguh2 dg mengerahkan segala kemampuan utk menemukan solusi hukum
Dasar hukum Ijtihad adalah hadis riwayat Muaz bin Jabal ketika diutus mnjadi gubernur Yaman.
ب ُم َعا ٍذ
ِ ص َحا ْ َ مِنْ أ:١٢٤٩ سنن الترمذي
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو
سلَّ َم َ ِ ول هَّللا
ِ س ِ َقالَ أَ ْج َت ِه ُد َر
ُ أيي َقال َ ا ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّذِي َو َّف َق َر
ُ سول َ َر
Sunan Tirmidzi 1249: Muadz menjawab; Aku akan berijtihad dengan pendapatku.
Contoh Ijtihad: Abu Bakar Siidiq ra : mengumpulkn/menyusun kmbali lembarn2 AQ yg brserakn
‘Umar Ibn Khaththab ra: mmbagikan Ghonimah melalui baitul mâl, shalat Tarawih berjama’ah
Menambah huk cambuk mnjadi 80x bagi pemabuk, talak 3 langsung jatuh 3, Mualaf tdk mendpt
zakat, Pencetakan mata uang, , huk potong tngan tdk berlaku ketika Paceklik; Thn H ditetapkn
‘Utsman bin Affan ra : Mashohif Utsmani ; Unta yg hilang dtangkap & dibawa ke Baitul Mâl
‘Umar bin ‘Abdul Aziz (w. 101 H/720 M) : Penulisan & Pembukuan hadis2 Nabi saw.
Imam Syafi’i : Qoul Qodim di Irak direvisi mnjadi Qoul Jadid ketika di Mesir, terjadi 43 item perub
Kaidah Fiqh/Huk utk Ijtihady :
PENUTUP KHUTBAH KE I
َ ت َوال ِذ ْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم َو َت َق َّبل ِ َ آن ْا َلعظِ ْي ِم َو َن َف َعنِي َوإ َّيا ُك ْم ِب َم ا ِف ْي ِه مِنَ ْاآلي ا ِ ار َك هللاُ ل ِْي وَ َل ُك ْم ف ِْي ْالقُ ْر َ َب
اس َت ْغفِ ُر ْوهُ إِنَّهُ ه َُو ا ْل َغفُ ْو ُر ال َّر ِح ْي ُم َّ ِم ِّني َو ِم ْن ُك ْم ِتالَ َو َت ُه إ َّن ُه ه َُو
ْ أَقُ ْول ُ َق ْولِي هذا َو. الس ِم ْي ُع ْا َلعلِ ْي ُم
38
PEMBUKAAN KHUTBAH KEDUA
نبينا محمد و آله وصحبه ومن،الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا
ُوأشهد أنَّ مح ّمداً عبده ورسوله ،وأشهد أنْ اَل إلَهَ إال هللا وحده ال شريك له ،وااله
Kesimpulan dari khutbah pertama adalah : Dalam menghadapi prkembangan zaman dimana IPTEK
PENUTUP KHOTBAH KE II & DO’A PENUTUP KHOTBAH :
ْ َسلِّ ُموا ت
سلِي ًما َ صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َ يَا أَيُّ َها الَّ ِذ ۚون َعلَى النَّبِ ِّي
َ ين آ َمنُوا َ ُّصل
َ ُإِنَّ اللَّـهَ َو َماَل ئِ َكتَهُ ي
َوبَا ِركْ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى،صلَّيْتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم َ آل ُم َح َّم ٍد َك َماِ ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى َ اَللَّ ُه َّم
إِنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد،آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم
ِ
ت
ِ ب ال َّدع ََوا ٌ س ِم ْي ٌع قَ ِر ْي
ُ ب ُم ِج ْي ِ ت األَ ْحيَا ِء ِم ْن ُه ْم َواألَ ْم َوا
َ ت إِنَّ َك ِ ت َوالمؤْ ِمنِيْنَ َوالمؤْ ِمنَا
ِ سلِ َما ْ الل ُه َّم ا ْغفِ ْر لِ ْل ُم
ْ سلِ ِميْنَ َوالم
َ ُ َر َّب َنا َظ َل ْم َنا اَ ْنف
َ س َنا َو اِنْ َل ْم َت ْغف ِْر َل َنا َو َت ْر َح ْم َنا َل َن ُك ْو َننَّ مِنَ ْا
َلخاسِ ِر ْين
ان َوإِ ْيتآ ِء ِذى ْالقُ ْرب َى َويَ ْن َهى َع ِن ِ س َ ِعبَا َدهللاِ ! اِنَّ هللاَ يَأْ ُم ُر بِاْل َعد ِْل َو ْا ِال ْح
. ْالفَ ْحشآ ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُر ْو َن
39
bentuk kalimat ; “marilah kita bertaqwa serta menjadi hamba yang taat kepada Allah Yang Maha Esa.” atau
“Takutlah kalian kepada Allah SWT.” Dapat juga membaca bacaan berikut :
“yaa ayyuhalladziina aamanuu ittaqullaaha haqqa tuqaatihi wa laa tamuutunna ilaa wa antum muslimuun”
5. Membaca ayat suci Al-Quran pada salah satu khutbahnyaPada saat khutbah hendaknya membaca ayat
suci Al-Quran ninimal satu kalimat dari ayat-ayat suci Al-Quran tersebut.
Tata cara khutbah jumat sesuai sunnah
Ada tata cara khutbah Jumat sesuai dengan sunnah yang dianjurkan. Tata cara khutbah Jumat sesuai sunnah
tersebut merupakan tata cara khutbah Jumat sesuai anjuran Rasul.
Berikut merupakan Tata cara khutbah jumat sesuai sunnah :
1. Khatib berdiri di atas mimbar atau tempat yang lebih tinggi lalu mengucapkan salamTata cara khutbah
Jumat sesuai sunnah yang pertama adalah mengucapkan salam. Setelah berdiri khatib dianjurkan untuk
mengucapkan salam pada jamaah yang ada sebagaimana disebutkan dalam hadits Jabir bin Abdullah,
“Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika telah naik mimbar biasa mengucapkan salam”. HR
Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah.
2. Duduk menanti adzan selesai sambil menirukan adzan.Setelah mengucap salam, maka suara adzan akan
dikumandagkan. Khatib dianjurkan untuk duduk mendengarkan dan menirukan hingga adzan selesai.
3. Kemudian berdiri untuk berkhutbahSebelum memulai berkhutbah hendaknya membuka khutbah sesuai
dengan rukun khutbah yaitu dengan membaca alhamdulilah, sanjungan kepada Allah, syahadat, shalawat,
bacaan ayat2 taqwa, dan perkataan amma ba’d.
4. Khatib berkhutbah dengan berdiri, menghadapkan wajah kepada jamaah.
5. Duduk di antara dua khutbahSaat telah menyampaikan khutbah pertama hendaknya khatib duduk sejenak
untuk beristirahat sebelum menyampaikan khutbah kedua.
6. Khutbah Jumat hendaknya tdk trlalu panjangKhutbah hendaknya tdk blh lbh lama dr durasi sholat jumat.
7. Hendaknya khatib fasih dan keras suaranyaDalam berkhutbah khatib hendaknya melantangkan suara dan
menyampaikan khutbahnya dg jelas. Hal ini agar jamaah yg mendengarkan paham akan kata2 yg diucapkan.
8. khutbah ke II hendaknya disudahi dengan permohonan ampunan kepada Allah.
40
) َاز ا ْل ُم َّتقُ ْونَ ( َو َط َعا ِت ِه َل َع َّل ُك ْم ُت ْفلِ ُح ْون
َ هللا َف َقدْ َف َ ف َيا ِعبَا َدهللاِ أ ُ ْوصِ ْي ُك ْم َوإِ َّي،ُأَ َّما بَ ْعد
ِ اي ِب َت ْق َوى
SEGALA PUJI SYUKUR HANYA BAGI ALLAH SWT
SHALAWAT & SALAM QT HATURKAN KPD RASULULLAH SAW . . .
KHOTIB BERWASIAT KHUSUSNYA UTK DIRI SENDIRI DAN UMUMNYA UTK QT SEMUA
JAMA’AH JUM’AH RAHIMAKUMULLAH . . .TOPIK KHUTBAH JUM’AT KALI INI ADL: AL-ISLÂMU
SHÂLIHUN LI KULLI ZAMAN WA MAKAN (Islam sesuai utk setiap waktu & tempat)
Ada 3 norma hukum yg mnyebabkn ISLAM SESUAI UTK SETIAP ZAMAN & TEMPT (1.Huk yg
Tsawabit /langgeng sbg identitas-Aqidah & Ibadah Mahdoh; 2.Huk yg Mutaghoyyirot/Luwes-Fiqh ;
3. Ijtihad)
Dalil ttg Huk yg Tsawabit / langgeng & yg Mutaghoyyirot/Luwes a.l :Pertama, surat Al-Mâ’idah/5:03
A’ûdzubillâh . . . يت َل ُك ُم اإْل ِسْ اَل َم دِي ًنا ُ ت َل ُك ْم دِي َن ُك ْم وَأَ ْت َم
ُ ِمْت َع َل ْي ُك ْم ِنعْ َمتِي َو َرض ُ ْال َي ْو َم أَ ْك َم ْل
5:3. Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-
Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
َك َم َل- َكا ِم ٌل-ُ = َي ْك ِملmenyempurnakan. يُتَ ِّم ُم – اِ ْت َما ًما- تَ َّم َم
= mencukupkan
Nama lain dr surat al-Mâ’idah adl al-‘Uqûd. Ayat ini turun pd tgl 9 Dzul Hijjah th ke 10 H di Arafah
ketika Nabi saw Haji Wada’. Mnurut at-Thabary ini ayt terakhir (81 hr kmdn Nabi saw wafat 11 H)
ُ “ أَ ْك َم ْلtelah Kusempurnakan untukmu agamamu” maksudnya
Menurut sebagian Mufassir : ت لَ ُك ْم دِي َن ُك ْم
“telah sempurna/paripurna ttg prinsip2 petunjuk agama”. Prinsip2 inilah yg dikenal sbg norma2
hukun yg Tsawabit/Langgeng, sperti: Akidah; ‘Ibadah Mahdhoh (murni), Rukun Iman & Islam,
Prinsip2 Kemanusiaan, seperti : Keadilan, Persamaan Hak, Kemerdekaan & Toleransi
ُ ْ“ وَأَ ْت َممtelah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku”, maksudnya :
Sedangkan mengenai : ت َعلَ ْي ُك ْم نِعْ َمتِي
bhw cukupnya ni’mat itu tdk langgeng bisa ber-ubah bersifat kontekstual.
Kedua, surat Âli ‘ Imran/3: 104
3:104. dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yg menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yg ma'ruf dan mencegah dari yg munkar; merekalah orang2 yg beruntung.
= kebajikan adalah nilai2/norma2 yg bersifat Universal dan Tetap/Langgeng, sementara
= sesuatu yg baik, bersifat berubah sesuai dg perkembangan zaman dan tempat
Dua norma huk inilah yg menjadikan Islam selalu SESUAI DG PERKEMBANGAN ZAMAN & TEMPAT
1. Huk Tsawabit yg mnjadi Identitas & Orsinilitas Islam : y.i : Akidah & Ibadah Mahdoh sperti:
rukun Islam & ruk Iman
2. Huk Mutaghoyyirot/huk yg dpt berubah sesuai PERKEMBANGAN ZAMAN & TEMPAT, seperti: Fiqh
Mu’amalah. Contoh : Jual Beli Emas blh dg tdk kontan krn illat (sebab) hukumnya sdh berubah,
Huk Mutaghoyyirot ini mengikuti kaidah Fiqh: ا ْل ُح ْك ُم َيد ُْو ُر َم َع ِعلَّ ِت ِه ُو ُج ْودًا َو َع َد ًما
Al-hukmu yadûru ma'a 'illatihi wujûdan wa 'adaman
Ada dan tidaknya hukum itu tergantung pada sebab ('illat)nya. Cont: Tayamum
Selain 2 norma huk yg utama td, Islam juga mngedepankan penentuan Huk dg Cara Ijtihad.
41
Ijitihad adl usaha yg sungguh2 dg mengerahkan segala kemampuan utk menemukan solusi hukum
Dasar hukum Ijtihad adalah hadis riwayat Muaz bin Jabal ketika diutus mnjadi gubernur Yaman.
ب ُم َعا ٍذ
ِ ص َحاْ َ مِنْ أ:١٢٤٩ سنن الترمذي
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو
سلَّ َم َ ِ ول هَّللا
ِ س ُ َقال َ أَ ْج َت ِه ُد َر ِأيي َقال َ ا ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّذِي َو َّف َق َر
ُ سول َ َر
Sunan Tirmidzi 1249: Muadz menjawab; Aku akan berijtihad dengan pendapatku.
Contoh Ijtihad: Abu Bakar Siidiq ra : mengumpulkn/menyusun kmbali lembarn2 AQ yg brserakn
‘Umar Ibn Khaththab ra: mmbagikan Ghonimah melalui baitul mâl, shalat Tarawih berjama’ah
Menambah huk cambuk mnjadi 80x bagi pemabuk, talak 3 langsung jatuh 3, Mualaf tdk mendpt
zakat, Pencetakan mata uang, , huk potong tngan tdk berlaku ketika Paceklik; Thn H ditetapkn
‘Utsman bin Affan ra : Mashohif Utsmani ; Unta yg hilang dtangkap & dibawa ke Baitul Mâl
‘Umar bin ‘Abdul Aziz (w. 101 H/720 M) : Penulisan & Pembukuan hadis2 Nabi saw.
Imam Syafi’i : Qoul Qodim di Irak direvisi mnjadi Qoul Jadid ketika di Mesir, terjadi 43 item perub
Kaidah Fiqh/Huk utk Ijtihady :
ا ْل ُح ْك ُم َيد ُْو ُر َم َع عِ لَّ ِت ِه ُو ُج ْودًا َو َعدَ ًما
Al-hukmu yadûru ma'a 'illatihi wujûdan wa 'adaman
Ada/tdknya hukum itu trgantung pada 'illatnya. Mk perlu dilakukn telaah ulang (i’adah an-nazhar)
ِ َضرر وال
ض َر َار َ َ َ َ َ الTdk blh memudharatkan & tdk blh dimudharatkan
اص ِة
َّ الخ ْ ص َل َح ُة ال َعا َّم ُة ُم َق َّد َم ٌة َع َلى ال َم
َ ص َل َح ِة ْ ال َم
“Kemaslahatan umum lebih didahulukan dari pada kemaslahatan individu”
Pentingny berIjtihad ini adl utk mncairkan keJUMUDan (kbekuan/kekakuan cara brpikir& brsikap)
Cont:Fiqh Haji (nunggu 20 th) kemah arofah 2 lt; fiqh Zakat (zakat hanya 2% dr konsumsi rokok),
ada pemikiran harmonisasi Zakat dg Pajak, Fiqh Muamalah, bgmn memajukan Bank Sya ?,
Akibat kejumudan dlm memahami huk adl mandeknya Kemajuan di brbagai bidang : Iptek & Ekon,
PENUTUP KHUTBAH KE I
َ ت َوال ِذ ْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم َو َت َق َّبل ِ َ آن ْا َلعظِ ْي ِم َو َن َف َعنِي َوإ َّيا ُك ْم ِب َم ا ِف ْي ِه مِنَ ْاآلي ا ِ ار َك هللاُ ل ِْي وَ َل ُك ْم ف ِْي ْالقُ ْر َ َب
اس َت ْغفِ ُر ْوهُ إِنَّهُ ه َُو ا ْل َغفُ ْو ُر ال َّر ِح ْي ُم َّ ِم ِّني َو ِم ْن ُك ْم ِتالَ َو َت ُه إ َّن ُه ه َُو
ْ أَقُ ْول ُ َق ْولِي هذا َو. الس ِم ْي ُع ْا َلعلِ ْي ُم
PEMBUKAAN KHUTBAH KEDUA
وأشهد أنْ اَل إلَهَ إال هللا وحده ال شريك ، نبينا محمد و آله وصحبه ومن وااله،الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا
ُوأشهد أنَّ مح ّمداً عبده ورسوله ،له
Kesimpulan dari khutbah pertama adalah : Dalam menghadapi prkembangan zaman dimana IPTEK
PENUTUP KHOTBAH KE II & DO’A PENUTUP KHOTBAH :
ْ َسلِّ ُموا ت
سلِي ًما َ صلُّوا َعلَ ْي ِه َوَ يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا ۚصلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي
َ ُإِنَّ اللَّـهَ َو َماَل ئِ َكتَهُ ي
َوبَا ِركْ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى،صلَّيْتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم
َ آل ُم َح َّم ٍد َك َما ِ ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى َ اَللَّ ُه َّم
إِنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد،آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم
ِ
ت
ِ ب ال َّدع ََوا ٌ س ِم ْي ٌع قَ ِر ْي
ُ ب ُم ِج ْي ِ ت األَ ْحيَا ِء ِم ْن ُه ْم َواألَ ْم َوا
َ ت إِنَّ َك ِ ت َوالمؤْ ِمنِيْنَ َوالمؤْ ِمنَا
ِ سلِ َما ْ الل ُه َّم ا ْغفِ ْر لِ ْل ُم
ْ سلِ ِميْنَ َوالم
َ ُ َر َّب َنا َظ َل ْم َنا اَ ْنف
َ س َنا َو اِنْ َل ْم َت ْغف ِْر َل َنا َو َت ْر َح ْم َنا َل َن ُك ْو َننَّ مِنَ ْا
َلخاسِ ِر ْين
42
بى َويَ ْن َهى َع ِن ْالفَ ْحشآ ِء َ ان َوإِ ْيتآ ِء ِذى ْالقُ ْر ِ سَ ِعبَا َدهللاِ ! اِنَّ هللاَ يَأْ ُم ُر بِاْل َعد ِْل َو ْا ِال ْح
ْ َو ْاذ ُك ُرواهللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا. َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي„ يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُر ْو َن
َ ش ُك ُر ْوهُ َع
لى
نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ اَ ْكبَ ْر
(Aqimushshalâh)
6 :162. Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam.
163. tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang
yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".
2 : 186. dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah),
bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
44
2: 286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa
atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah
Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami;
ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap
kaum yang kafir."
At taghabun/64 : 16. Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah
serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu[1480]. dan Barangsiapa yang
dilindungi dari kekikiran dirinya, Maka mereka Itulah orang-orang yang beruntung.
[1480] Maksudnya: nafkahkanlah nafkah yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat.
Adz-Dzariyat/51 : 56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.
Al-A’la/87 :16. tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi.
17. sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.
Ad-Dhuha/93 : 4. dan Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang
(permulaan)[1582].
[1582] Maksudnya ialah bahwa akhir perjuangan Nabi Muhammad s.a.w. itu akan menjumpai
kemenangan-kemenangan, sedang permulaannya penuh dengan kesulitan-kesulitan. ada pula
sebagian ahli tafsir yang mengartikan akhirat dengan kehidupan akhirat beserta segala
kesenangannya dan ula dengan arti kehidupan dunia.
34. dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan
kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.
Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).
18. dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
45
Namun, ternyata ada orang yang berjihad dan dalam pandangan manusia mati syahid tetapi masuk neraka.
Siapa dia? Rasulullah saw menerangkan:
ش ِه َد فَأُتِ َى بِ ِه فَ َع َّرفَهُ نِ َع َمهُ فَ َع َرفَ َها قَا َل فَ َما َع ِم ْلتَ فِي َها قَا َل قَاتَ ْلتُ فِي َك َحتَّى ْ ضى يَ ْو َم ا ْلقِيَا َم ِة َعلَ ْي ِه َر ُج ٌل ا
ْ ُ ست ِ إِنَّ أَ َّو َل النَّا
َ س يُ ْق
“Sesungguhnya manusia pertama yang diputuskan perkaranya pada hari kiamat adalah seorang laki-
laki yang mati syahid. Dia dihadapkan, lalu Allah menunjukkan kenikmatan-kenikmatanNya
kepadanya, maka dia pun mengenalnya. Allah bertanya, ‘Apa yang telah kamu lakukan padanya?’
Orang itu menjawab, ‘Aku berperang karenaMu sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman, ‘Kamu
dusta, akan tetapi kamu berperang agar dikatakan ‘fulan pemberani; dan itu telah kamu dapatkan.’
Kemudian diperintahkan (agar dia diseret di atas wajahnya). Lalu dia pun diseret di atas wajahnya
sampai dicampakkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim)
Itu teksnya hanya mengambil intinya saja lengkapnya seperti ini
إن أول الناس يُقضى يوم القيامة عليه رج ٌل استشهد فأُت َي به:عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول
ثم أمر به، فقد قيل، ولكنك قاتلت ألن يقال هو جريء، قال كذبت، قاتلت فيك حتى استشهدت: قال فما عملت فيها؟ قال،فعرَّفه نع َم ه فعرفها
تعلمت العلم: قال فما عملت فيها؟ قال، ورج ٌل تعلَّم العلم وعلَّمه وقرأ القرآن فأتي به فعرَّفه نع َمه فعرفها،ُحب على وجهه حتى ألقي في النار
َ فس
ُحب على وجهه حتى ألقي َ فقد قيل ثم أمر به فس، ولكنك تعلمت ليقال عالم وقرأت القرآن ليقال هو قارئ، قال كذبت،وعلمته وقرأت فيك القرآن
ما تركت من سبيل تحب أن: قال فما عملت فيها؟ قال، ورج ٌل وسع هللا عليه وأعطاه من أصناف المال فأتي به فعرفه نعمه فعرفها،في النار
ُحب على وجهه ثم ألقي في النار ) رواه مسلم َ فقد قيل ثم أمر به فس، ولكنك فعلت ليقال هو جواد، قال كذبت،ينفق فيها إال أنفقت فيها لك.
Hadisnya memang shohih riwayat imam muslim , tiga kategori golongan itu hanya sebagai tamstil atau
percontohan bukan untuk membatasi 3 saja , dalam kaedahnya : ذكر العدد ال يفيد الحصر، menyebut bilangan
tidak berfaidah membatasi .
Inti hadis itu hanya ingin menjelaskan bahwa amal seorang hamba tidak ada manfaatnya di akhirat nanti jika
tidak disertai keikhlasan karena mengharap ridho dan balasan dari Allah , tapi bukan berarti amal tidak
penting , banyak sekali nas al qur'an dan hadis yg mendorong kita beramal , sampai ulama bnyak
mengumpulkan hadis bertema fadhoilul a'mal atau targhib wa tarhib , ikhlas tanpa amal ibarat ruh tanpa
jasad , begitu juga amal tanpa ikhlas ibarat jasad tanpa ruh .
Amal amal adalah ibarat jasad yg tegak sedang ruhnya adalah adanya rahasia keikhlasan di dalamnya .
Jadi amal dan keikhlasam adalah ibarat 2 sisi uang yg selalu harus saling menyertai tidak bisa dipisah2 . Ini
keterangan berdasar apa yg saya fahami. Wallahu a'lam
Tidak hanya dalam perbandingan waktu, dalam skala perbandingan kenikmatan pun kehidupan dunia ini
tidak bisa dibandingkan dengan kehidupan di akhirat sana. Rasulullah saw bersabda,
ض
ِ َوفِي بَ ْع.ش ٍر
َ َب ب َ ٌصالِ ِح ْي َن َما اَل َع ْينٌ َرأَتْ َواَل أُ ُذن
ِ س ِم َعتْ َواَل َخطَ َر َعلَى قَ ْل َّ ي ال َ أَ ْع َددْتُ لِ ِعبَا ِد
ٌ َواَل يَ ْعلَ ُمهُ َملَ ٌك ٌمقَ َّر:ِر َوايَاتِ ِه
َ ب َواَل نَبِ ٌي ُم ْر
.س ٌل
46
“Aku telah siapkan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih sesuatu yang (kenikmatannya) tidak pernah dilihat
oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan juga tidak pernah terbetik dalam hati manusia.” Dalam
suatu riwayat: “Dan juga tidak diketahui oleh malaikat yang dekat (di sisi Allah) juga para nabi yang
diutus.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Anas ra, bahwasannya Rasulullah Saw. telah bersabda, "Bukanlah yang terbaik diantara kamu orang
yang meninggalkan urusan dunia karena mengejar urusan akhirat, dan bukan pula orang yang terbaik
orang yang menhinggalkan akhiratnya karena mengejar urusan dunianya, sehingga ia memperoleh kedua-
duanya, karena dunia itu adalah perantara yang menyampaikan ke akhirat, dan janganlah kamu menjadi
beban orang lain."
Hadist di atas menjelaskan tentang kehidupan manusia yang seharusnya, yaitu kehidupan yang berimbang,
kehidupan dunia harus diperhatikan disamping kehidupan di akhirat. Islam tidak memandang baik terhadap
orang yang hanya mengutamakan urusan dunia saja, tapi urusan akhirat dilupakan. Sebaliknya Islam juga
tidak mengajarkan umat manusia untuk konsentrasi hanya pada urusan akhirat saja sehingga melupakan
kehidupan dunia.
Dunia adalah sarana yang akan mengantarkan ke akhirat. Kita hidup didunia memerlukan harta benda untuk
memenuhi hajatnya, manusia perlu makan, munum, pakaian, tempat tinggal, berkeluarga dan sebagainya,
semua ini harus kita cari dan kita usahakan. Kehadiran kita di dunia ini jangan sampai menjadi beban orang
lain. Maksudnya janganlah memberatkan dan menyulitkan orang lain. Dalam hubungan ini, umat Islam tidak
boleh bermalas-malasan, apalagi malas bekerja untuk mencari nafkah, sehingga mengharapkan belas
kasihan orang lain untuk menutupi keperluan hidup sehari-hari.
Dalam Al-Quran Surah Al-Qashash ayat 77 yang artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu yaitu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
kenikmatan duniawi, dan berbuat baiklah kepada orang lain, sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Ada tiga kategori atau tiga bagian manusia di dunia ini jika dilihat dari sikap dan pandangan hidup serta
perilakunya terhadap kehidupan dunia ini.
1. Kategori pertama adalah golongan manusia yang menganggap bahwa dunia ini adalah syurga, dan
merupakan tujuan hidup mereka.
Adapun ciri-ciri dari kategori ini dapat dilihat bahwa, gaya hidup mereka suka berfoya-foya, mencari harta
sebanyak-banyaknya. Mereka beranggapan dunia merupakan tujuan hidup, sehingga mereka hanya mencari
kenikmatan dunia semata. Mereka tidak sadar bahwa harta dan kekayaan yang menjadi kesenangan mereka
di dunia ini tidak akan dibawa ke alam kubur, atau ke akhirat nanti.
Rasulullah pernah menyatakan bahwa seandainya ada seseorang yang memiliki harta satu lembah, maka dia
akan berusaha memiliki dua lembah, dan pasti ingin memiliki tiga lembah. Tipe orang semacam ini, mereka
lupa terhadap Al-Khaliq (Allah) Pencipta mereka, bahkan sudah menyembah kepada materi.
Rasulullah pernah bersabda “Ada tiga hal yang menyertai seseorang ketika dia meninggal dunia, pertama
adalah ahlinya (famili, kerabat dan teman-temannya), kedua adalah harta bendanya, dan ketiga adalah amal
perbuatannya. Kemudian ada dua hal yang meninggalkan dia di dalam kubur; yakni ahli dan hartanya. dan
yang satu, yakni amal perbuatannya yang meyertai dia di dalam kubur”. (Hadis Riwayat Bukhari).
Oleh sebab itu Amal perbuatan yang baik akan menyertainya berupa kenikmatan, dan amal perbuatan yang
buruk serta melanggar norma-norma Allah akan menyertainya berupa siksaan di dalam kubur. Golongan
yang Iebih mengutamakan urusan duniawi dari pada urusan ukhrawi ini termasuk musyrikin, karena mereka
lebih mengutamakan materi dan menafikan Allah SWT, seperti Fir’aun dan Qarun, mudah2an kita semua
tidak termasuk golongan ini.
2. Kategori kedua adalah golongan manusia yang beranggapan bahwa dunia bagaikan neraka, mereka
beranggapan dunia adalah syurganya orang-orang kafir.
47
Corak kehidupan manusia seperti ini hanya mementingkan ibadah saja, sujud kepada Allah. Ia tidak peduli
dengan anak dan isterinya, lingkungan dan masyarakatnya, bagi mereka yang penting adalah masuk syurga,
bahkan diri dan kebutuhan hidup mereka tergantung kepada orang lain. Menyikapi hal ini, Rasulullah
bersabda “Demi sekiranya salah seorang di antara kamu mencari kayu, lalu dipikul dipundaknya sendiri, itu
lebih baik dari pada meminta-minta kepada tetangga. Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah”.
(Hadis Riwayat Bukhari).
Suatu ketika Rasulullah SAW didatangi dua orang yang melaporkan perihal perkaranya, “Ya Rasulallah,
guru kami siang dan malam hanya beribadah kepada Allah. Lalu Rasulullah bertanya, “Siapa yang memberi
makan guru kalian?”. Mereka menjawab, “Yang memberikan makan adalah kami berdua ya Rasulallah”.
Jawab Rasulullah “Sesungguhnya guru kalian tidak mendapatkan pahala apa-apa, justru kalian berdualah
yang mendapatkan pahalanya”.
3. Kategori ketiga adalah golongan manusia yang beranggapan bahwa dunia ini bukan syurga dan juga
bukan neraka, akan tetapi dunia adalah kebunnya syurga.
Golongan ini adalah mereka yang berpegang terhadap Al-Qur’an dan Al-Hadis, taat beribadah. Sebagaimana
disebutkan dalam surat Adz-Dzariat ayat 56. artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. Dan golongan ini adalah mereka yang menyeimbangkan antara
kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Semoga kita semua temasuk kedalam golongan yang ketiga ini.
Sebagai kesimpulan, saya menguraikannya ke dalam 3 kategori utama terhadap permasalahan ini, yaitu:
1. Kehidupan Akhirat Adalah Tujuan
Allah SWT berfirman, "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akherat". Di sini terlihat dengan jelas bahwa yang harus kita kejar adalah
kebahagiaan hidup akhirat. Mengapa? Karena di sanalah kehidupan abadi. Tidak ada mati lagi setelah itu.
Karenanya dalam ayat yang lain Allah berfirman: "Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang
sebenarnya" (QS. Al-Ankabut: 64).
2. Berusaha Memperbaiki Kehidupan Dunia
Allah SWT berfirman: ”Dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi
dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu". Ayat di
atas dengan jelas bahwasannya Allah memerintahkan umat Islam untuk selalu berusaha menggapai
kebahagiaan akhirat, tetapi jangan melupakan kehidupan di dunia ini. Meskipun kebahagiaan dan
kenikmatan dunia bersifat sementara tetapi tetaplah penting, sebab dunia adalah ladangnya akhirat.
Allah telah menciptakan dunia dan seisinya adalah untuk manusia, sebagai sarana menuju akhirat. Allah
juga telah menjadikan dunia sebagai tempat ujian bagi manusia, untuk mengetahui siapa yang paling baik
amalnya, siapa yang paling baik hati dan niatnya. Allah SWT juga mengingatkan perlunya manusia untuk
mengelola dan menggarap dunia ini dengan sebaik-baiknya, untuk kepentingan kehidupan manusia dan
keturunannya. Pada saat yang sama Allah juga menegaskan perlunya selalu berbuat baik kepada orang lain,
dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi.
TAFSIR
48
185. Puji syukur kpd Allah swt yg telah menurunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)
SYAHADATAIN
Kalau kita mau mengkaji ilmu..atau diminta membahas tentnag akidah? Darimana kita mulai?
ilmu yang paling penting kita pelajari adalah ilmu aqidah karena dia adalah hidup dan mati kita
dan dia adalah inti dari dakwah para Nabi dan Rasul ..Allah swt berfirman : [Surat An-Nahl 36]
Dan tauhid adalah wasiat para Nabi dan orang2 shaleh kepada anak2nya..
( َٱصطَفَ ٰى لَ ُك ُم ٱلدِّینَ فَاَل تَ ُموتُنَّ إِاَّل َوأَنتُم ُّم ۡسلِ ُمون ُ ُص ٰى بِ َه ۤا إِ ۡب ٰ َر ِه ۧـ ُم بَنِی ِه َویَ ۡعق
ۡ َ وب یَ ٰـبَنِ َّی إِنَّ ٱهَّلل َّ )و َو
َ
Wasiat lukmanul hakim kepada anaknya [Surat Luqman 13]
(Innaka taqdumu ala qaumin min ahlil kitab..falyakun awwala ma tad'uhum ila an yuwahhidullaha ta'ala)
Yang kedua adalah ilmu syariat dan fiqh . Yang ketiga kalau mau lebih pelajarilah ilmu bahasa arab
# didalam beragama seseorang itu memiliki tiga tingkatan : islam, iman dan ihsan
Setiap orang islam belum tentu beriman dan setiap yang berima belum tentu ihsan..
۟ وا َولَ ٰـ ِكن قُولُ ۤو ۟ا أَ ۡسلَمۡ نَا َولَ َّما یَ ۡد ُخ ِل ٱإۡل ِ ی َم ٰـنُ فِی قُلُوبِ ُكمۡ ۖ َوإِن تُ ِطی ُع
(۞ َ وا ٱهَّلل ۟ ُاب َءا َمنَّ ۖا قُل لَّمۡ ت ُۡؤ ِمن ُ ت ٱأۡل َ ۡع َر
ِ َقَال
سولَهۥُ اَل یَلِ ۡت ُكم ِّم ۡن أَ ۡع َم ٰـلِ ُكمۡ ش َۡیٔـًًٔ„ ۚا إِنَّ ٱهَّلل َ َغفُو ٌر َّر ِحی ٌمُ )و َر
َ
#. Makna syahadah lailahaillallah adalah
49
(al-iqrar bil qalbi wallisan binnahu la ma'buda haqqun illallah)
Tidak cukup dengan lisan karena orang munafik juga mengatakan kami beriman kepada Allah dan rasulnya
Tapi allah tolak keimanan mereka
(وا َو َما ِ „ََٔس َمن یَقُو ُل َءا َمنَّا بِٱهَّلل ِ َوبِ ۡٱلیَ ۡو ِم ۡٱلٔـ
۟ ُ یُ َخ ٰـ ِدعُونَ ٱهَّلل َ َوٱلَّ ِذینَ َءا َمن اخ ِر َو َما هُم بِ ُم ۡؤ ِمنِینَ ِ َو ِمنَ ٱلنَّا
َس ُهمۡ َو َما یَ ۡش ُع ُرون َ ُ)یَ ۡخ َدعُونَ إِاَّل ۤ أَنف
[Surat Al-Baqarah 8 - 9]
Tidak cukup juga dengan hati.. karena Abu thalib adalah orng yang mengimani kenabian Rasul bahkan
membelanya tapi tetap kekal di neraka..
hadis riwayat muslim (ahwanun ahlinnari azaban yaumal qiyamah abu thalib) di hadis lain (law la ana
lakana fiddarkil asfali minannari)
#. La disini adalah la nafi lilljinsi..artinya meniadakan secara mutlak dan total..la arrajulu fil masjid..la rajula
fil masjid..
#. Harus ada kata haqqunnya karena klu tidak ada maka khilaful waqi' karena ada yang menyembah selain
Allah
Seperti di india itu ada ratusan tuhan
َّ فَإِنَّ ُهمۡ َع ُد ٌّو لِّ ۤی إِاَّل َر أَنتُمۡ َو َءابَ ۤا ُؤ ُك ُم ٱأۡل َ ۡق َد ُمونَ )قَا َل أَفَ َر َء ۡیتُم َّما ُكنتُمۡ ت َۡعبُدُونَ
( َب ۡٱل َع ٰـلَ ِمین
Allah adalah nama untuk rabb dan dia adalah ismullahil a'zham tidak boleh dinamakan denganya
selainnya..adapun nama2 asmaul husna sebagian ada yang boleh sperti
aziz,mukmin,malik,mukmin,muhaimin
#. Makna syahadat anna muhammadan rasulullah
#. Aplikasi (penerapan) syahadat anna muhamad rasulullah setidaknya ada tiga aspek :
50
1. tasdiquhu fima akhbara (nabi mengabarkan tentang surga neraka, tentang isra' mi'raj tentang fitnah akhir
zaman, tentang haudh) kita yakini walau kita tidak tahu hikmahnya.
2. ta'atuhu fima amar (wama kana limukminin wala mukminatin iza qadallahu warasuluhu amran an yakuna
lahumul khiyaratu min amrihim)
Maka jauh perbedaan kita dengan para generasi terdahulu..kalau ada perintah mereka gak bertanya apakah
ini wajib atau hanya sunnah?
3. ijtinabu manaha anhu wa zajar) maka batillah orang2 yang hanya berdalil dengan alquran tapi
mengingkari sunnah nabi..mereka berkata ini gak ada dalam alquran
4. Tidak mendahulukan perkataan manusia diatas perkataan nabi..maka sungguh ajaib ketika dikatakan ini
adalah hadis nabi lalu dia jawab kata ustad ini, kata fulan dll.maka ini perkara besar.
Ibnu abbas (hampir saja Allah turunkan azab batu dari langit,aku katakan qala rasulullah dan kalian
mengatakan qala abu bakar wa umar)
Nama : muhammad, ahmad, almahi, al'aqib, alhasyir, almuqaffi, nabiyyurrahmah, nabiyyutaubah, khatamun
nabiyyin, abdullah
(Ma kana muhammadun aba ahadin min rijalikum) alahzab:40
(Waannahu lamma qama abdullahi yad'uhu kadu yakununa alaihi libada) aljin:19
(Hadis jabir bin math'am : ana muhammad, ana ahmad, ana almahi, allazi yamhullahu biyal kufra, ana
alhasyir allazi yuhsyarunnasu ala qadami, ana al'aqib)
Di riwayat lain, ana muhammad, ana ahmad, ana almuqaffi, alhasyor, nabiyyutaubah wanabiyyurrahmah)
Maka jelas dari sini tidak ada nma beliau yasin dan toha
#kunyah/gelar beliau adalah abu qasim (sammu biismi wala takannu bikunyati, faiini ana abul qasim)
#nasab nabi : muhammad bin abdullah bin abdul mutallib bin hasyim bin abdul manaf bin qushay bin kilab
bin murrah bin ka'ab
#nasab rasulullah adalah sebaik baik nasab beliau bersabda (bu'istu min khairu quruni bani adam, qarnan fa
qarnan)
#. setelah kita mengenal lafaz tauhid lailahaillah muhammad rasulullah
S1: Maka pertanyaan sekarang apakah semua orang yang mengucapkan lailahaillah dakhalal jannah?
Iya dengan syarat harus ikhlas dari hatinha tanpa ada keraguan sedikitpun
Inilah yang dimaksud dalam hadis nabi...(man kana akhiru kalamihi minaddunya lailahaillallah dakhalal
jannah). Dalam riwayat lain (Man qala lailahaillah sidqan min qalbihi atau khalisan min qalbihi dakhalal
jannah)
51
Tidak ada sedikitpun keraguan kalau Allah adalah rabnya dan muhammad adalah rasulnya..dan dia buktikan
itu dengan mengerjakan semua amalan ikhlash karena Allah dan menjauhi kesyirikan dan dia kerjakan
semua perintah nabinya..maka inilah yang dimaksud dalam hadis tadi khalisan min qalbihi..
Inilah yang dinamakan tauhid ya jamaah
PEMBUKAAN
6:1. Segala puji bagi Allah yg telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang, namun
orang2 yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.
Al-A’raf/7:43. "Segala puji bagi Allah yg telah menunjuki Kami kepada (surga) ini. dan Kami se-kali2 tidak
akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi Kami petunjuk”.
Al-Isra’/17:111. "Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam
kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan
pengagungan yang sebesar-besarnya.”
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al kitab (Al-Quran) dan Dia tidak
18:1.
Mengadakan kebengkokan di dalamnya;
52
An-Naml/27:59. "Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba2-Nya yang dipilih-Nya.”
An-Naml/27:93. "Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda2 kebesaran-Nya, maka
kamu akan mengetahuinya dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan".
As-Saba/34:1. segala puji bagi Allah yg memiliki apa yg di langit & apa yg di bumi dan bagi-Nya (pula)
segala puji di akhirat & Dia-lah yg Maha Bijaksana lg Maha mengetahui.
Al-Fatir/35:34. dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yg tlh menghilangkan duka cita dari kami.
Sesungguhnya Tuhan Kami benar2 Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri.
53
4:1. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264], dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
[263] Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk)
Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. di samping itu ada pula yang mnafsirkan
dr pdnya ialah dari unsur yg serupa Yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan.
[264] Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada
orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau
meminta kepadamu dengan nama Allah.
(1) Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan yang telah menciptakan kalian dari satu
nafs (jiwa). Dari satu nafs itu Dia menciptakan pasangannya, dan dari sepasang nafs tersebut Dia
kemudian memperkembangbiakkan banyak laki-laki dan perempuan. Sesungguhnya dari nafs yang
satu itulah kalian berasal. Takutlah kepada Allah, tempat kalian memohon segala yang kalian
butuhkan dan yang nama-Nya kalian sebut dalam setiap urusan. Peliharalah tali silaturahmi dan
janganlah kamu putuskan hubungan silaturahmi itu, baik yang dekat maupun yang jauh.
Sesungguhnya Allah selalu mengawasi diri kalian. Tidak ada satu pun urusan kalian yang
tersembunyi dari-Nya. Allah akan membalas itu semua.
MUNASABAH 4: 1 DENGAN :
[259] Maksudnya sebagaimana laki-laki berasal dari laki-laki dan perempuan, Maka demikian pula
halnya perempuan berasal dari laki-laki dan perempuan. Kedua-duanya sama-sama manusia, tak
ada kelebihan yang satu dari yang lain tentang penilaian iman dan amalnya.
54
30:21. & di antara tanda2 kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan utkmu isteri2 dari jenismu sendiri,
spy kamu cenderung dan merasa tenteram kpdnya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar2 terdapat tanda2 bagi kaum yg berfikir.
55
151. Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu
bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan
memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan
yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang
benar[518]", demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).
Katakan pula, "Kemarilah kalian, akan aku terangkan larangan-larangan yang harus kalian perhatikan
dan jauhi. Pertama, jangan menyekutukan Allah dengan apa pun dan dalam bentuk apa pun. Kedua,
jangan berbuat tidak baik (artinya: harus berbuat baik) kepada orang tua. Perbanyaklah berbuat baik
kepada mereka. Ketiga, jangan membunuh anak-anak kalian karena takut kemiskinan yang melanda
kalian atau yang akan melanda mereka kelak. Kalian tidak memberikan rezeki kepada mereka. Kamilah
yang memberikan rezeki kepada kalian dan kepada mereka. Keempat, jangan dekati perbuatan zina,
sebab zina adalah perbuatan yang sangat jelek dan hina. Larangan ini berlaku pada zina yang tampak,
diketahui oleh orang, juga pada zina yang tidak tampak dan hanya diketahui oleh Allah. Kelima, jangan
membunuh jiwa yang memang dilarang karena tidak ada alasan yang sah, kecuali kalau membunuh itu
dilakukan secara benar, karena melaksanakan keputusan hukum. Allah sangat menekankan perintah
menjauhi larangan itu, sesuatu yang oleh akal sehat pun dinilai demikian, agar kalian berpikir.
152. dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat,
hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak
memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata,
Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu)[519], dan penuhilah janji
Allah[520], yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.
Keenam, jangan menggunakan harta anak yatim kecuali dengan cara terbaik yang dapat menjamin dan
mengembangkannya, sampai ia mencapai usia dewasa dan mampu mengatur sendiri keuangannya
dengan baik. Saat itu, serahkan harta itu kepadanya. Ketujuh, jagan mengurangi timbangan atau
ukuran saat kalian memberi dan jangan meminta lebih atau tambahan saat kalian menerima.
56
Lakukanlah timbangan itu secara adil semampu kalian. Allah tidak membebani manusia kecuali sesuatu
yang sesuai dengan kemampuannya, tanpa merasa terpaksa. Kedelapan, apabila kalian mengucapkan
sesuatu tentang hukum, persaksian, berita dan sebagainya, jangan sampai condong kepada perilaku
tidak adil dan tidak jujur. Lakukanlah itu tanpa melihat hubungan kebangsaan, warna kulit,
kekerabatan, dan sebagainya. Kesembilan, jangan melanggar janji kepada Allah yang telah
memberikan tugas. Juga, jangan mlanggar janji di antara sesama kalian, berkenaan dengan urusan
yang disyariatkan. Tepatilah semua janji itu. Allah menekankan perintah menjauhi larangan ini kepada
kalian, agar kalian ingat bahwa ketentuan itu memang untuk maslahat kalian.
153. dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[152], karena jalan-jalan itu mencerai beraikan
kamu dari jalanNya, yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.
Terakhir, kesepuluh, jangan kalian keluar dari ketentuan yang telah Aku gariskan. Sebab, ketentuan-
ketentuan itu adalah jalan yang lurus yang akan mengantarkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Ikutilah jalan itu dan jangan sekali-kali mengikuti jalan lain yang tidak benar, yang telah dilarang
Allah, agar kalian tidak terpecah menjadi kelompok-kelompok dan golongan-golongan, dan tidak
menjauh dari jalan Allah yang lurus. Allah menegaskan perintah menjauhi larangan itu, agar kalian
tidak sekali-kali melanggarnya."
[518] Maksudnya yang dibenarkan oleh syara' seperti qishash membunuh orang murtad, rajam dsb.
[152] Shalat wusthaa ialah shalat yang di tengah2 dan yang paling utama. ada yang berpendapat,
bahwa yang dimaksud dengan shalat wusthaa ialah shalat Ashar. menurut kebanyakan ahli hadits,
ayat ini menekankan agar semua shalat itu dikerjakan dengan sebaik2nya.
KAIDAH FIQH
Contoh kaidah:
Berkumur dan mengisap air kedalam hidung ketika berwudhu merupakan sesuatu yang disunatkan,
namun dimakruhkan bagi orang yang berpuasa karena untuk menjaga masuknya air yang dapat
membatalkan puasanya.
57
Meresapkan air kesela-sela rambut saat membasuh kepala dalam bersuci merupakan sesuatu yang
disunatkan, namun makruh dilakukan oleh orang yang sedang ihram karena untuk menjaga agar
rambutnya agar tidak rontok.
Mengalokasikan dana kependidikan lebih baik dari pada membeli rumah mewah
ُ َد
mental spiritual dg tidak memberi pendidikan yang baik. كم َواَل َت ْق ُتلُوا أَ ْواَل
4. WASIAT keempat LARANGAN mendekati perbuatan2 yg keji (zhalim) baik
َ ْال َف َواح
terang2an/sembunyi. ِش َواَل َت ْق َربُوا
َ ال َّن ْف
5. WASIAT kelima LARANGAN membunuh jiwa/seseorang س َواَل َت ْق ُتلُوا, kecuali dg dasar
yang dibenarkan olh Allah swt
SETLH BERWASIAT TTG JIWA MK WASIAT BERIKUTNYA ADLH TTG HARTA
(KRN NILAI/VALUE HARTA ADLH DIBAWAH JIWA)
6. WASIAT keenam LARANGAN mendekati (apalagi memakan) harta anak Yatim
Hadits Nabi: Lâ Dharar wa lâ Dhirâr ""ال ضرر وال ضرار. Dharar adalah menimbulkan kerusakan
pada orang lain secara mutlak. Sedangkan dhirâr adalah membalas kerusakan dengan kerusakan lain
58
atau menimpakan kerusakan pada orang lain. Yang dimaksud dengan tidak adanya dhirâr adalah
membalas kerusakan (yang ditimpakan) dengan kerusakan yang sama.
Contoh: Siapa yang merusak harta orang lain, maka bagi yang dirusak tidak boleh membalas dengan
merusak harta benda si perusak. Karena hal itu akan memperluas kerusakan tanpa ada manfaatnya.
Yang benar adalah si perusak mengganti barang atau harta benda yang dirusaknya.
8. WASIAT kedelapan = Perintah berucap/bersaksi dg adil َوإِ َذا قُ ْل ُت ْم َفاعْ ِدلُوا, sekalipun merugikan
kerabat.
9. WASIAT kesembilan = Perintah memenuhi janji (kpd Allah & Manusia )أَ ْوفُوا ِ َو ِب َع ْه ِد هَّللا
10. WASIAT kesepuluh = Perintah mengikuti jalan Allah SWT (Shirâthal Mustaqîm jln yang lebar
dan lurus yang mampu menampung aneka pejalan kendati mereka ber-beda2/cara, shg
terhindar dari perpecahan). ُٰ َه َذا صِ َراطِ ي مُسْ َتقِيمًا َفا َّت ِبعُوه
B. PENUTUP DR TIGA AYAT TSB (6 : 151 - 152 - 153) .
Al-Khatib al- Iskafi (w. 1055 M) 5 wasiat dlm ayat 151 = wasiat yang sangat pokok, hawa nafsu
sering kali mendorong utk melanggarnya, itulah sebabnya ayat ini diakhiri dg َ لَ َعل َّ ُك ْم تَ ْعقِلُونspy qt
menggunakan akal sehat utk meninggalkan laranganNya dan melaksanakan perintahnya.
Quraish Shihab : akal = al-aqlu = tali (utk mengikat hawa nafsu spy tidak terjerumus).
5 wasiat dlm ayat 152 = wasiat ttg materi yang sulit dan perlu pemikiran, itulah sebabnya ayat ini
diakhiri dg َ لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُرونspy qt (terus menerus) mengingatnya (fi’il mudhari’)
3. 6 : 15 = WASIAT ke 10 (1 perintah) , diakhiri dg :
59
“yang demikian itu diperintahkan Allah agar kalian (senantiasa) bertakwa (upaya / kesadaran
utk menghindari bencana & siksa)”
Allah menegaskan perintah menjauhi larangan itu, agar kalian tidak se-kali2 melanggarnya."
Kesimpulan : Munasabah (keterkaitan) Penutup ketiga ayat tsb diatas yg bermula dg berakal
(sehat) lalu mengingat & terakhir “bertaqwa” menunnjukkan hub sebab & akibat.
Hasil menggunakan akal (sehat) adalah terus menerus ingat mk munul kewaspadaan yg
penuh dg kesadaran shg terhindar dari bencana & siksa, itulah taqwa.
Wahai hamba-Ku,
"Aku bagimu adalah sesuatu yang tak tersentuh oleh kedua mata dan telingamu, dan tidak jua oleh akal
pikiranmu, maka pergilah engkau dengan rasa dan temui hatimu, dan masuklah ke dalam nuranimu serta
menetaplah padanya, hingga Aku akan menemuimu dan berkata, 'Inilah Aku Tuhan-mu!'"
O, My Servant,
"I am for you, a spirit that cannot be touched by both your eyes and ears, and cannot either by your mind.
Therefore, go with your sense and meet your heart, and enter your conscience (nurani) and keep staying
inside, so that I will meet you and say: "Here I am, your God!'"
SYURGA TANPA KENIKMATAN : Wejangan Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah Ar-Rabbani
Jadikanlah dunia sebagai gerbang menuju surga, dan jadikanlah surga untuk menuju Allah, bukan
kebalikannya, bila Allah engkau jadikan hanya sebagai perantara menuju surga, ketahuilah apapun surga
yang engkau masuki, tidak akan ada kelezatannya tanpa izin dan qudrah-Nya
Berlaku adillah kamu, selagi ada kesempatan untuk berlaku adil, dan berlaku benarlah kamu selagi masih ada kesempatan
untuk melakukannya.
Dan berdoalah kepada Tuhanmu selagi engkau diberi kesempatan untuk berdoa, dan sebaik-baik doa adalah meminta agar
selalu diberi kesempatan untuk berdoa.
Sebab di zaman ini telah banyak manusia yang kehilangan kesempatan untuk bermunajat kepada Tuhannya.
62. Sesungguhnya orang2 mukmin, orang2 Yahudi, orang2 Nasrani dan orang2 Shabiin[56], siapa saja diantara mereka
yang benar2 beriman kepada Allah[57], hari kemudian dan beramal saleh[58], mereka akan menerima pahala dari Tuhan
mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
[56] Shabiin ialah orang2 yg mengikuti syari'at nabi-nabi zaman dahulu atau orang2 yg menyembah bintang atau dewa2.
[57] Orang2 mukmin begitu pula orang Yahudi, Nasrani dan Shabiin yang beriman kepada Allah Termasuk iman kepada
Muhammad s.a.w., percaya kpd hari akhirat dan mengerjakan amalan yg saleh, mereka mendapat pahala dari Allah.
[58] Ialah perbuatan yang baik yang diperintahkan oleh agama Islam, baik yang berhubungan dengan agama atau tidak.
62
262. orang2 yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu
dengan me-nyebut2 pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi
Tuhan mereka. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
274. orang2 yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang2an, Maka mereka
mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
199. dan Sesungguhnya diantara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan
kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak
menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya
Allah Amat cepat perhitungan-Nya.
274. orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, Maka
mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.
275. orang-orang yang Makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.
[174] Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang
meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya
karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan
sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini Riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat
Arab zaman jahiliyah.
[175] Maksudnya: orang yang mengambil Riba tidak tenteram jiwanya seperti orang kemasukan syaitan.
[176] Riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan.
63
276. Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah[177]. dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang tetap dalam
kekafiran, dan selalu berbuat dosa[178].
[177] Yang dimaksud dengan memusnahkan Riba ialah memusnahkan harta itu atau meniadakan berkahnya. dan yang
dimaksud dengan menyuburkan sedekah ialah memperkembangkan harta yang telah dikeluarkan sedekahnya atau
melipat gandakan berkahnya.
[178] Maksudnya ialah orang-orang yang menghalalkan Riba dan tetap melakukannya.
261. perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.
[166] Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan,
rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.
262. orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang
dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka
memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.
263. Perkataan yang baik dan pemberian maaf[167] lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang
menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.
[167] Perkataan yang baik Maksudnya menolak dengan cara yang baik, dan maksud pemberian ma'af ialah mema'afkan
tingkah laku yang kurang sopan dari si penerima.
MENJAGA AGAMA
64
DR. Thahir Ibnu ‘Asyur (w. 1973 M) dalam karyanya “Maqâshid al-Syari’ah al-Islâmiyyah” (Ushul Fiqh)
& Tafsir “at-Tahrir wa at-Tanwir” (Tafsir Pembebasan dan Pencerahan): Mendefinisikan :
Maq Sya = Benerapa Tujuan & Hikmah Syarî’ah (Huk agama Islam) yang dijadikan pijakan syariat dalam
seluruh ketentuan hukum agama (Islam)= Benerapa Tujuan & Hikmah Disyarî’atkannya Huk agama Islam.
5 Pokok Maq Sya : 1. Hifzh al-Dîn (menjaga Agama). 2. Hifzh al-Nafs (Nyawa). 3. Hifzh al-Nasl
(Keturunan). 4. Hifzh al-‘Aqli (Akal). 5. Hifzh al-Mâl (Harta).
Maqâshid adl jamak dari Maqshûd.
Bapak Maq Sya (Penyusun Kitab al-Muwâfaqât) = Abu Ishaq al-Syathibi(w.790 H/1388 M) = Imam Aswaja
madzhab Maliki, hasil penelitiannya : dalam setiap keputusan, perintah & larangan Allah swt senantiasa
brtujuan utk “Kemashlahatan” & menghindari “Kemudharatan / Mafsadat”. Contoh : tujuan mengutus Rasul
Al-Anbiya/21 : 107. dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.
Memelihara agama (selain melaksanakan rukun iman, islam & ihsan utk keselamatan akhirat) adl dg
: 1. Mewujudkan Tujuan Agama yaitu: Kesejahteraan Sosial (Kolektif) = Sejahtera yang
Mensejahterakan (2:262/274/277 Lahum ajruhum’inda Robbihim-wa lâ khaufun ‘alaihim-wa lâ hum
yahzanûn). Musuh manusia dr dl adalah kemiskinan (ilmu, jiwa & harta). Khalifah Ali b Abd Thalib:
(Bukan kaya Individual model Qorun atau Kapitalisme Konglomerasi)
لَ ْو كاَنَ ال َف ْق ُر ِر َجالَ لَ َق َت ْل ُت ُه Seandainya kemiskinan itu adalah seorang lk2 niscaya tlh Aku bunuh dia.
ال
ُ اَلض ََّر ُر ُي َز
Kemudlaratan itu harus dihilangkan
َ س َن ًة َو قِ َنا َع َذ
ِ اب ال َّن
ار َ س َن ًة َو فِي اآْل خ َِر ِة َح
َ َر َّب َنا آتِ َنا فِي ال ُّد ْن َيا َح
Robbanâ âtinâ fiddunyâ hasanah wa fil akhirati hasanah wa qinâ adzâban nâr.
(Selamat dulu di dunia baru utk meraih keselamatan di akhirat, sekaligus koreksi thdp mrk yang
memohon hanya utk kepentinan dunia namun melupakan akhirat).
Artinya : “Wahai Tuhan kami! Anugrahkanlah kepada kami kebaikan/keselamatan (bukan kesenangan)di
dunia dan kebaikan/keselamatan di akhirat, serta lindungilah kami dari api neraka.” (QS. 2: 201)
Utk keselamatan akhirat tidak cukup hanya dg melakasanakan ibadah mahdoh (rukun Islam) krn msh
mungkin utk berbuat salah, mk hrs mhn rahmat Allah utk ridha & perlindungan-Nya.
Tafs dari segi Ushul Lughah Balaghah
س َن ًة
َ = َحMajaz Mursal, ‘alaqah nya Musyababbiyyah, yaitu : Usaha.
Artinya : Kebaikan di dunia dan akhirat itu akan didapat bila melakukan usaha.
Jadi tafsirnya: yaa Rabb mhn linpahkan ‘amalan/usaha, yang mengantarka kami kpd kebaikan
dunia dan akhirat.
Kebaikan di dunia : Keuangan dg bekerja/berdagang, silaturahim & sedekah ; Ilmu dg belajar dll.
Kebaikan di akhirat : Dg ibadah mahdha , menyantuni fakir miskin yatim dhuafa dll.
65
3:110 Tujuan Agama ditinjau dr Tafs al Adabiy al Ijtima’i (Menggali makna AQ utk solusi masalah
Kemasyarakatan Sosial & Budaya) (Fî Zhilalil Quran Sayyid Quthb/al Manar-M. Abduh) yaitu:
Keadilan & Kesejahteraan Sosial (Kolektif)
(Tujuan agama dari tafsir theosentris adl : masuk surga dalam keridhaan-Nya)
3:110. Jadilah (Perintah=Wajib) kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah.
Kuntum = Perintah = wajib, kaidahnya : Asal dari perintah itu menunjukkan arti wajib.
األصل في األمر للوجوب
Ummah dalam konteks sosiologis = Himpunan manusia yang seluruh anggotanya ber sama2
bergerak dinamis menuju 1 tujuan yang sama
Ar-Ra’d/13 : 11. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri.
[768] Tuhan tidak akan merobah keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab2 kemunduran mereka.
2. Da’wah
3:104. dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang
beruntung. [217] Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar
ialah segala perbuatan (haram) (yang makruh tidak termasuk) yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
An-Nahl/16 : 125. serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang paling baik.
[845] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
= Pelajaran berguna yang dpt diambil dari suatu kejadian= Ungkapan kebenaran = Ungkapan yang bijak.
66
[383] Maksudnya: janganlah kamu mengatakan Nabi Isa a.s. itu Allah, sebagai yang dikatakan oleh
orang-orang Nasrani.
Kaidah Ushul Fiqh : “Al ibrah bî umûmil lafdzi lâ bî khusushin sababi ” – sababun nuzul nya utk ahli
kitab namun ditujukan kepada ummat yang lain juga.
5:77. Katakanlah: "Hai ahli Kitab, janganlah kamu berlebih2an (melampaui batas) dengan cara
tidak benar dalam agamamu. dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah
sesat dahulunya (sblm kedatangan Muhammad).
2: 286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Prinsip menjalankan ibadah agama : semua ibadah dilarang, kecuali yang diperintahkan.
Al-Qashash/28 : 77. dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi
Contohnya ialah hukum salat lima waktu wajib ditegakkan sesuai dengan firman Allah: Aqimu al-shalah. Tidak ada
perselisihan tentang wajibnya salat lima waktu. Ini adalah syariah. Sedangkan fikih ialah pemahaman dari syariah tentang
bagaimana melakukan salat secara teknis. Ada orang salat subuh tidak pakai qunut sedangkan yang lain pakai qunut. Ada
orang melipat tangannya di pusar dan ada yang di dada. Ada yang membaca basmalah secara keras saat membaca surah
al-Fatihah dan ada yang tidak. Contoh lain, syariah menganjurkan musyawarah dalam menyelesaikan setiap urusan, tetapi
bagaimana cara bermusyawarah merupakan wilayah fikih.
Syariah melarang kita memakan riba, sebagaimana ditegaskan di dalam Al-Quran: La ta'kulu al-riba adh'afan
mudha'afah (Jangan memakan riba yang berlipat ganda). Substansi syariahnya kita dilarang makan riba, tetapi kriteria riba
dan yang bukan riba masuk wilayah fikih. Singkatnya, syariah sesuatu yang sudah jelas dan tidak perlu diperdebatkan lagi.
Sedangkan fikih selalu ada potensi untuk dipermasalahkan. Syariah bersumber dari Allah, sedangkan fikih bersumber dari
pikiran-pikiran cerdas manusia, khususnya para ulama.
67
Syariah lebih banyak berbicara tentang sesuatu yang bersifat dasar (ushul/basics), sedangkan fikih lebih banyak berbicara
tentang sesuatu yang bersifat cabang (furu'/branch). Jika kita meninggalkan syariah, persoalan dan urusannya berat. Bisa
mempengaruhi keabsahan suatu ibadah, bahkan bisa menimbulkan kekufuran. Sedangkan jika meninggalkan fikih, kita
hanya akan berhadapan dengan kesulitan dan tidak membawa kepada kekufuran. Meninggalkan syariah analoginya sama
dengan meninggalkan kewajiban. Sedangkan meninggalkan fikih dapat dianalogikan sama dengan meninggalkan ibadah
sunah.
Persoalan di dalam masyarakat sering muncul karena perbedaan antara syariah dan fikih masih rancu. Terkadang ada
orang menempatkan fikih setara dan sejajar dengan syariah. Sebaliknya ada yang menurunkan syariah setara dan sejajar
fikih. Untuk membedakan secara tegas antara syariah dan fikih memang kita dituntut untuk banyak belajar. Kita diminta
memahami seluk beluk ayat dan hadis, memahami substansi persoalan, lalu memahami dasar-dasar bahasa Arab dan
kaidah-kaidah ushul fikih, kaidah-kaidah sabab nuzul ayat dan sabab wurus hadis.
Kita juga dituntut untuk lebih arif memahami kondisi objektif di mana hukum itu diterapkan. Semua ilmu-ilmu yang diperlukan
dalam proses ijtihad sangat diperlukan, termasuk memahami situasi berat yang dihadapi oleh setiap subjek hukum
2:126. dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan
berikanlah rezki dari buah2an kpd penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian.
68
3 : 110. kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah
dari yang munkar.
4: 9. dan hendaklah takut kepada Allah orang2 yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak2 yg lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
Al-an Am/6 : 165. dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian
kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Al-‘Araf/7 : 10. Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka
bumi (sumber) penghidupan.
At-Taubah/9 : 105. dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan
melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
[726] Maksudnya: manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai dan memakmurkan dunia.
Ar-Ra’d/13 : 11. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768]
yang ada pada diri mereka sendiri.
[768] Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab2 kemunduran mereka.
Ibrahim/14:32. Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia
mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah2an menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera
bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai2
69
Ibrahim/14:33. dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam
orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.
14. dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar
(ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar
padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.
An-Nahl/16 : 90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu
agar kamu dapat mengambil pelajaran.
anNahl/16 : 97. Siapa saja yang mengerjakan amal saleh, baik laki2 maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka
Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.
26. dan berikanlah kpd keluarga2 yang dekat akan haknya, kpd orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan
janganlah kamu menghambur2kan (hartamu) secara boros.
Thaha/20 : 117. Maka Kami berkata: "Hai Adam, Sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu,
Maka se-kali2 janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yg menyebabkan kamu menjadi celaka.
70
Thaha/20 : 119. dan Sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di
dalamnya".
Al-Qashash/28 : 77. dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi .
Al-Jatsiyah/45: 12. Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan
seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya dan Mudah-mudahan kamu bersyukur.
Al-Jatsiyah/45: 13. dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai
rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar2 terdapat tanda2 (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berfikir.
187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu,
dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah
mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan
Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian
sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf[115]
dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepada manusia, supaya mereka bertakwa.
[115] I'tikaf ialah berada dalam mesjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah.
71
AYAT – AYAT TTG SHALAT & SUBSTANSINYA (BIL MA’TSUR)
THAHA/20 : 14. Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah
shalat untuk mengingat aku.
AL ANKABUT/29 : 45. bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
103. Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.
kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah
fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
10. apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-
banyak supaya kamu beruntung.
110. Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al asmaaul
husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula
merendahkannya[870] dan carilah jalan tengah di antara kedua itu".
[870] Maksudnya janganlah membaca ayat Al Quran dalam shalat terlalu keras atau terlalu perlahan tetapi cukuplah sekedar dapat
didengar oleh ma'mum.
72
26. Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah/kecil dari itu[33]. Adapun
orang-orang yang beriman, Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir
mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." dengan perumpamaan itu banyak orang yang
disesatkan Allah[34], dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan
Allah kecuali orang-orang yang fasik,
[33] Diwaktu turunnya surat Al Hajj ayat 73 yang di dalamnya Tuhan menerangkan bahwa berhala-berhala yang mereka sembah
itu tidak dapat membuat lalat, sekalipun mereka kerjakan bersama-sama, dan turunnya surat Al Ankabuut ayat 41 yang di
dalamnya Tuhan menggambarkan kelemahan berhala-berhala yang dijadikan oleh orang-orang musyrik itu sebagai pelindung
sama dengan lemahnya sarang laba-laba.
[34] Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk
Allah. dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai
perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat.
Surga adalah hak prerogatif Allah. Dialah satu-satunya yang berhak menentukan, siapa yang akan masuk surga. Akan
tetapi, jika Allah telah menegaskan melalui firman-Nya atau melalui hadis Rasul-Nya bahwa ada beberapa orang yang
dijamin masuk surga, apakah hal ini akan kita ingkari??
Terdapat sangat banyak dalil yang menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dijamin masuk surga. Baik dalil
al-Quran maupun hadis. Berikut hanya beberapa diantaranya,
Firman Allah,
ِ ) َويَ ْنص َُركَ هَّللا ُ نَصْ رًا ع2( ص َراطًا ُم ْستَقِي ًما
َزي ًزا َ ك َو َما تَأ َ َّخ َر َويُتِ َّم نِ ْع َمتَهُ َعلَ ْي
َ َك َويَ ْه ِدي
ِ ك َ ِك هَّللا ُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنب
َ َ) لِيَ ْغفِ َر ل1( إِنَّا فَتَحْ نَا لَكَ فَ ْتحًا ُمبِينًا
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu (Muhammad) kemenangan yang nyata, Supaya Allah memberi
ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu
dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus, dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat
(banyak). (QS. Al-Fath: 1 – 3).
Allah memberi jaminan mengampuni semua dosa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah lewat dan yang akan
datang. Jaminan ini diberikan oleh Allah ketika beliau masih hidup, bersamaan dengan Allah berikan kepada beliau
kemenangan yang nyata.
Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka
Itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui. (QS. An-
Nisa: 69 – 70)
73
Para nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang shaleh, mereka di surga.
Memang, untuk manusia SELAIN nabi, kita tidak bisa memastikan apakah si A itu orang sholeh di sisi Allah atakah
bukan.
Tapi untuk nabi, kita wajib memastikan. Karena bagian dari rukun iman adalah iman kepada para nabi. Dan tidak
mungkin iman ini bisa terwujud, sementara kita tidak tahu siapa saja yang menjadi nabi. Dan siapapun yang termasuk
nabi, dia dijamin masuk surga. Tentu saja Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam termask di dalamnya, karena
beliau nabi terbaik.
Mengenai tafsir al-Kautsar, disebutkan dalam hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa suatu ketika
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terbangun dari tidur sambil tersenyum.
“Baru saja turun kepadaku satu surat.” kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat al-Kautsar hingga
selesai.
ِ آنِيَتُهُ أَ ْكثَ ُر ِم ْن َع َد ِد ْال َك َوا ِك،فَإِنَّهُ نَ ْه ٌر َو َع َدنِي ِـه َربِّي فِي ْال َجنَّ ِة
ب
“Itu adalah sungai, Allah janjikan untuk diberikan kepadaku di Surga. Jumlah gayungnya sebanyak bintang..” (HR.
Muslim 400, Ahmad 11996, Nasai 904, Abu Daud 784, dan yang lainnya).
Ayat dan hadis di atas sangat jelas bahwa beliau dijamin masuk surga. Apa gunanya janji diberi sesuatu di surga,
sementara beliau belum dijamin masuk surga.
Di samping itu, hadis yang sangat tegas bahwa beliau dijamin masuk surga adalah hadis dari Said bin Zaid radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, menyebutkan daftar sahabat yang masuk surga,
َو َعلِ ٌّي فِي ْال َجنَّ ِة، َوع ُْث َمانُ فِي ْال َجنَّ ِة، َو ُع َم ُر فِي ْال َجنَّ ِة، َوأَبُو بَ ْك ٍر فِي ْال َجنَّ ِة،…النَّبِ ُّي فِي ْال َجنَّ ِة
”Nabi di surga, Abu Bakr bin surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga….”
Kemudian hadis dari Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Saya bersama orang yang nanggung anak yatim di dalam surga seperti ini.”
Beliau berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah. (HR. Bukhari 6005, Abu Daud 5150, dan yang lainnya)
74
َ إِنَّهُ ال يُ ْد ِخ ُل أَ َحدًا
ُالجنَّةَ َع َملُه
إِاَّل أَ ْن يَتَ َغ َّم َدنِي هَّللا ُ بِ َم ْغفِ َر ٍة َو َرحْ َم ٍة، « َوال أَنَا:ُول هَّللا ِ؟ قَا َل
َ َوالَ أَ ْنتَ يَا َرس:»قَالُوا
“Termasuk saya, hanya saja Allah meliputiku dengan ampunan dan rahmatnya.” (HR. Bukhari 6467, Ahmad 15236).
Hadis ini menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendapatkan jaminan surga, karena Allah meliputi
beliau dengan ampunan dan rahmatnya, yang dengan itu beliau dijamin masuk surga.
Semoga Allah menyelamatkan kita dari kesesatan pemikiran orang liberal, pembela syiah, yang menghina islam dan Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
77
1. UNTUK IBADAH MAHDAH/HABLUM MINALLAH : KUALITAS LEBIH DIUTAMAKAN
(Tauhid, Shalat, Zakat, Shaum, Haji, Qurban, Ihsan)
َ ﴾أَيُّ ُه ْم أَ ْحal-Kahfi/18:7. siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.
٧﴿ سنُ َع َماًل
2. UNTUK IBADAH GHAIR MAHDAH/HABLUM MINAN NÂS : DISESUAIKAN DG SIKON
BERDASARKAN PERTIMBANGAN PRIORITAS & PEMERATAAN (Infaq, Shadaqah, Bantuan
Sosial, Membangun Fasum dari bunga bank/deposito)
DASARNYA = Mensyukuri Karunia/Ni’mat dr Allah SWT
َ َشك َْرتُ ْم أَل َ ِزي َدنَّ ُك ْم ۖ َولَئِن َكفَ ْرتُ ْم إِنَّ َع َذابِي ل
٧﴿ ش ِدي ٌد َ ﴾لَئِن
S. IBRAHIM/14 : 7. "Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kpd
kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
ٰ
ِ ﴾ َولَ ِكنَّ أَ ْكثَ َر النَّاtetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur (2 : 243)
ْ َس اَل ي
٢٤٣﴿ َش ُكرُون
MEMPRIORITASKAN ILMU ATAS AMAL
اِنَّ َما يَ ْخشَى هَّللا َ ِمنْ ِعبَا ِد ِه ا ْل ُعلَ َما ُء
Fathir/35:28. Sesungguhnya yg segan kpd Allah di antara hamba2-Nya, hanyalah ulama.
(Il-Peng lah yg menyebabkan rasa segan & kagum kpd Allah swt shg mendorong utk beramal shalih)
Mu’adz bin Jabal : “Ilmu itu adalah pemimpin & amal adlh pengikutnya”
Imam Bukhari : “Ilmu itu mendahului Perekataan & Perbuatan”.
Yusuf al-Qaradawy : “Ilmu merupakan syarat bagi Profesi Kepemimpinan (POLSEKBUD)”
Dasarnya : ٥٥﴿ علِي ٌم ِ اج َع ْلنِي َعلَ ٰى َخزَائِ ِن اأْل َ ْر
َ ٌض ۖ إِنِّي َحفِيظ ْ ﴾قَا َل
Yusuf/12 : 55. Yusuf berkata : "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku
adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan".
MEMPRIORITASKAN SUBSTANSI (ISI) ATAS KEMASAN.
َ َو َما أَ ْر
﴾١٠٧﴿ َس ْل َنا َك إِاَّل َر ْح َم ًة لِّ ْل َعالَمِين
AL-ANBIYYA/21 : 107. DAN TIADALAH KAMI MENGUTUS KAMU, MELAINKAN UNTUK (MENJADI)
RAHMAT BAGI SEMESTA ALAM.
ٌ ﴾لَّ ُه ْم أَ ْج ُر ُه ْم ِعندَ َر ِّب ِه ْم َواَل َخ ْو
٢٦٢﴿ َف َعلَ ْي ِه ْم َواَل ُه ْم َي ْح َز ُنون
2: 262. MEREKA MEMPEROLEH GANJARAN DI SISI TUHAN MEREKA, TIDAK ADA KEKHAWATIRAN
TERHADAP MEREKA DAN TIDAK (PULA) MEREKA BERSEDIH HATI.
• لَّ ُه ْم أَ ْج ُر ُه ْم عِ ن َد َر ِّب ِه ْمGANJARAN DI SISI ALLAH = SEJAHTERA YG MENSEJAHTERAKAN
• ف َعلَ ْي ِه ْم ٌ َواَل َخ ْوTDK TAKUT MENGHADAPI MASA DEPAN = DAMAI YG MENDAMAIKAN
• َ َواَل ُه ْم َي ْح َز ُنونTDK BERSEDIH TRHADAP YG TLH LEWAT & YG AKAN DATANG = BAHAGIA YG
MEMBAHAGIAKAN
َ ت َوال ذ ِْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم َو َت َق َّبل ِ َ آن ْا َلعظِ ْي ِم َو َن َف َعنِي َوإ َّيا ُك ْم ِب َم ا ِف ْي ِه مِنَ ْاآلي ا ِ ار َك هللاُ ل ِْي َو َل ُك ْم ف ِْي ْالقُ ْر َ َب
اس َت ْغفِ ُر ْوهُ إِنَّهُ ه َُو ا ْل َغفُ ْو ُر ال َّر ِح ْي ُم َّ ِم ِّني َو ِم ْن ُك ْم ِتالَ َو َت ُه إ َّن ُه ه َُو
ْ أَقُ ْول ُ َق ْولِي هذا َو. الس ِم ْي ُع ْا َلعلِ ْي ُم
PEMBUKAAN KHUTBAH KEDUA
78
َ ب ْالم ُْؤ ِمن
إِي َما ًنا م ََّع إِي َمان ِِه ْمKِين لِ َي ْزدَا ُدوا َ َ الحمد هللِ الَّذِي أ, الحمد هلل
ِ نز َل ال َّسكِي َن َة فِي قُلُو
ْوأشهد أن ، نبينا محمد و آله وصحبه ومن وااله،والصالة والسالم على رسول هللا
ُوأشهد أنَّ مح ّمداً عبده ورسوله ،اَل إلَهَ إال هللا وحده ال شريك له
Masalah Fiqh Prioritas berikutnya adalah : MEMPRIORITASKAN IJTIHAD ATAS TAQLID
IJTIHAD = Usaha yang sungguh2 dg mengerahkan segala kemampuan utk menghasikn solusi
(Hukum, Ekonomi, Politik) berdasarkan dalil2 Syar’i
TAQLID : = َقلَّ َد – ُي َقلِّ ُد – َت ْقلِ ْي ًداMembebek, manut, meniru, menggantungkan
٣٦﴿ ۚ س لَ َك ِب ِه ِع ْل ٌم ُ ﴾ َواَل َت ْق
َ ف َما لَ ْي
Al-Isra’/17:36. janganlah kamu mengikuti apa yg kamu tdk mempunyai pengetahuan ttgnya.
ِ ول َوإِلَ ٰى أُولِي اأْل َ ْم ِر ِم ْن ُه ْم لَ َعلِ َم ُه الَّذِينَ َي ْس َت
]٤:٨٣[ نب ُطو َن ُه ِم ْن ُه ْم ِ س َّ َولَ ْو َردُّو ُه إِلَى
ُ الر
4:83. Dan kalau mrk menyerahkannya kpd Rasul dan Ulil Amri di antara mrk, tentulah orang2 yg
ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mrk (Rasul & Ulil Amri).
]٤:٥٩[ ول
ِ س َّ ش ْي ٍء َف ُردُّو ُه إِلَى هَّللا ِ َو
ُ الر َ َفإِن َت َن
َ از ْع ُت ْم فِي
4:59. Kemudian jika kamu berlainan pendapat ttg sesuatu, maka kembalikanlah ia
kpd Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya).
اج َت َهدَ ُث َّم أَ ْخ َطأ َ َفلَ ُه أَ ْج ٌر ِ اب َفلَ ُه أَ ْج َر
ْ ان َوإِ َذا َح َك َم َف َ صَ َاج َت َه َد ُث َّم أ َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو
ْ سلَّ َم َقال َ إِ َذا َح َك َم ا ْل َحا ِك ُم َف َ ِ سول َ هَّللا
ُ َر
HR. Muslim 3240. "Jika seorang hakim berijtihad dlm menetapkan suatu hukum, ternyata benar, mk
hakim tsb mndapatkn dua pahala, namun bila salah, maka dia mendapatkan satu pahala."
ADIL ATAU IHSAN YANG DIDAHULUKAN ?
Az-Zamakhsyari (Tafsir al Kasyaf): Keadilan lbh diprioritaskan d/p berbuat Ihsan, berlaku adil
hukumnya WAJIB, sdgkan berbuat Ihsan hukumnya SUNNAH. KEADILAN bersifat Universal
tanpa memandang latar belakang SOSBUDEKPOL.
Utk sifat ADIL dlm bidang Hukum, Allah swt berfirman a.l dalam surat al-maidah/5 (Madaniy) :8
ِاء ِبا ْلق ِْسط ُ ِ َيا أَ ُّي َها الَّذِينَ آ َم ُنوا ُكو ُنوا َق َّوامِينَ هَّلِل
َ َش َهد
8. Hai orang2 yg beriman hendaklah kalian jadi orang2 yg slalu mnegakkn (kebenaran) krn Allah,
menjadi saksi dg adil . Diujung ayat Allah swt berfirman : uqø)G=Ï9 Ü>tø%r& 3 qèd (#qä9Ïôã$#
“Berlaku adillah, karena adil itu lbh dekat kpd takwa. dan bertakwalah kepada Allah”
ْ َسلِّ ُموا ت
سلِي ًما َ صلُّوا َعلَ ْي ِه َوَ يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا ۚصلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي
َ ُإِنَّ اللَّـهَ َو َماَل ئِ َكتَهُ ي
َوبَا ِركْ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى،صلَّيْتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم
َ آل ُم َح َّم ٍد َك َما ِ ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى َ اَللَّ ُه َّم
إِنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد،آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم
ِ
ت
ِ ب ال َّدع ََوا ٌ س ِم ْي ٌع قَ ِر ْي
ُ ب ُم ِج ْي ِ ت األَ ْحيَا ِء ِم ْن ُه ْم َواألَ ْم َوا
َ ت إِنَّ َك ِ ت َوالمؤْ ِمنِيْنَ َوالمؤْ ِمنَا
ِ سلِ َما ْ الل ُه َّم ا ْغفِ ْر لِ ْل ُم
ْ سلِ ِميْنَ َوالم
79
َ ر َّب َنا َظ َل ْم َنا اَ ْنفُ َ
س َنا َو اِنْ َل ْم َت ْغف ِْر َل َنا َو َت ْر َح ْم َنا َل َن ُك ْو َننَّ مِنَ ْا َ
لخاسِ ِر ْينَ
س َن ًة َوقِ َنا َع َذ َ
اب ال َّن ِ
ار س َن ًة َوفِى ْاآلخ َِر ِة َح َ
َر َّب َنا آتِنا َ فِى ال ُّد ْن َيا َح َ
س „ا ِن َوإِ ْيت„„آ ِء ِذى ْالقُ„ ْ„رب َى َويَ ْن َهى َع ِن ْالفَ ْحش„„آ ِء َو ْال ُم ْن َك„ ِر َو ْالبَ ْغي ِعبَا َدهللاِ ! اِنَّ هللاَ يَ„„أْ ُم ُر بِاْل َع„د ِْل َو ْا ِال ْح َ
يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُر ْو َن َ .و ْاذ ُك ُرواهللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا ْ
ش ُك ُر ْوهُ َعل َى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ اَ ْكبَ ْر
80
3 : 102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya;
dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.
AL-AHZAB /33:70 Hai orang2 yg beriman, bertakwalah kamu kpd Allah& katakanlah perkataan yg
benar,
71. niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan2mu dan mengampuni bagimu dosa2mu dan siapa sj
mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.
berati berlipat ganda, mengandung ma’na kezhaliman dan penganiayaan karena akan
sangat membebani debitur dalam melunasi hutangnya.
Final pengharaman riba adalah pada surah Al-Baqarah ayat 275 hingga 279 :
. . .
275. orang-orang yang memakan (mengambil) riba, tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila, keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, . . .
81
Menurut Rafiq Yunus al-Misriy (ahli fiqh mua’malah kontemporer dari Mesir) dalam bukunya Jami’ fî
Ushuli ar-Ribâ, bentuk isim ma’rifah (definite) pada kata dan berma’na bahwa
tidak semua jual beli: “halal” dan tidak semua riba “haram”. Jual beli derivatif (indeks saham atau fluktuasi
nilai mata uang) adalah haram sekalipun saling ridha diantara yang bertransaksi.
Demikian juga “riba” yang diharamkan adalah riba yang sifatnya mengeksploitasi dan atau menzhalimi
debitur seperti lintah darat dan Pinjol dengan bunga 1 % / hari plus teror bila terjadi keterlambatan
pembayaran. Ini lebih kejam dari Riba Jahiliyah.
Berdasarkan metodologi Makhârij Fiqhiyyah : I’adhah an-Nadhar (Peninjauan ulang terhadap pendapat
terdahulu) dan Tahqiqul Manath (Analisa argument hukum / ‘illat), maka Khatib me re-interpretasi
terhadap pemahaman tekstual riba yang semula hanya dimaksudkan untuk Mua’malah Mâliyah menuju
kepada pemahaman Mua’amalah lainnya yaitu inter aksi Politik & Sosial, karena pada bidang ini juga terjadi
transaksi materi maupun immateri yang efeknya bisa lebih dahsyat d/p Riba Mua’malah Mâliyah.
Firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 279:
Sempurna berarti : Paripurna (tdk perlu ada tambahan lg)= Menembus ruang dan waktu
َك َم َل- َكا ِم ٌل-ُ = َي ْك ِملSempurna أَ ْك َم َل- ً ِا ْك َماال-ُ = ي ُْك ِملmenyempurnakan /Paripurna
يُتَ ِّم ُم – اِ ْت َما ًما- = تَ َّم َمmencukupkan يُتِ ُّم – اِ ْت َما ًما- أَتَ َّم
= mencukupkan
Nama lain dari surat al-Mâ’idah adalah al-‘Uqûd (akad2/perjanjian2 hukum), Madaniyyah, dimana
norma2, Prinsip2 Huk dibangun selama 10 thn. Mnurut at-Thabary ini ayt terakhir (81 hr Nabi wft)
Ayat ini turun pd tgl 9 Dzul Hijjah th ke 10 Hijrah di Arafah ketika Nabi saw melaksanakan Haji
ُ “ أَ ْك َم ْلtelah Kusempurnakan untukmu agamamu”
Wada’. Menurut sebagian Mufassir : ت لَ ُك ْم دِي َن ُك ْم
maksudnya “telah sempurna/paripurna ttg prinsip2 petunjuk agama”. Prinsip2 inilah yg dikenal sbg
norma2 hukun yg Tsawabit/Langgeng, sperti: Akidah; ‘Ibadah Mahdhoh (murni), Rukun Iman &
Islam, Prinsip2 Kemanusiaan, seperti : Keadilan, Persamaan Hak, Kemerdekaan.
ُ ْ“ وَأَ ْت َممtelah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku”, maksudnya :
Sedangkan mengenai : ت َعلَ ْي ُك ْم نِعْ َمتِي
bhw cukupnya ni’mat itu tdk langgeng bisa ber-ubah bersifat kontekstual.
Dan يت لَ ُك ُم اإْل ِسْ اَل َم دِي ًنا
Kُ ِ“ َو َرضdan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” , maksudnya “Berserah
diri sepenuhnya kpd Allah swt “
Kedua, surat Âli ‘ Imran/3: 104
3:104. dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yg menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yg ma'ruf dan mencegah dari yg munkar; merekalah orang2 yg beruntung.
= kebajikan adalah nilai2/norma2 yg bersifat Universal dan Tetap/Langgeng, sementara
= sesuatu yg baik, bersifat berubah sesuai dg perkembangan zaman, tempat dan adat
istiadat.
Dua norma huk inilah yg menjadikan Islam selalu SESUAI DG PERKEMBANGAN ZAMAN & TEMPAT
1. Huk Tsawabit yg mnjadi Identitas & Orsinilitas Islam : y.i : Akidah & Ibadah Mahdoh sperti:
rukun Islam & ruk Iman
2. Huk Mutaghoyyirot/huk yg dpt berubah sesuai PERKEMBANGAN ZAMAN & TEMPAT, seperti: Fiqh
Mu’amalah. Contoh : Jual Beli Emas blh dg tdk kontan krn illat (sebab) hukumnya sdh berubah, dl
Emas sbg mata uang, skarang Emas menjadi perhiasat alat Investasi. Zakat Fitri : kadarnya 2 mud
(3,5 ltr) adl tetap, tapi fisiknya blh berubah selama berupa makanan pokok. Bahkan mnurut
madzhab Hanafiyah, blh diganti dg uang. Demikian juga zakat Mâl, kadarnya tetap 2,5 %, tapi
penyaluran nya kpd Mustahik bisa ber-beda2, seprti zakat produktif dg memberikan sarana usaha,
malah menurut fatwa MUI no:4/2003 penggunaan dana zakat blh utk ISTITSMAR (Investasi).
Huk Mutaghoyyirot ini mngikuti kaidah Fiqh: ا ْل ُح ْك ُم َيد ُْو ُر َم َع ِعلَّ ِت ِه ُو ُج ْودًا َو َع َد ًما
82
Al-hukmu yadûru ma'a 'illatihi wujûdan wa 'adaman
Ada dan tidaknya hukum itu tergantung pada sebab ('illat)nya. Cont: Tayamum
Selain 2 norma huk yg utama td, Islam juga mngedepankan penentuan Huk dg Cara Ijtihad.
Ijitihad adl usaha yg sungguh2 dg mengerahkan segala kemampuan utk menemukan solusi hukum
Dasar hukum Ijtihad adalah hadis riwayat Muaz bin Jabal ketika diutus mnjadi gubernur Yaman.
ب ُم َعا ٍذ ْ َ مِنْ أ:١٢٤٩ سنن الترمذي
ِ ص َحا
ْب هَّللا ِ َقال َ َفإِنْ َل ْم َي ُكنِ ف َت ْقضِ ي َف َقال َ أَ ْقضِ ي بِ َما فِي ِك َتا َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو
َ سلَّ َم َب َع َث ُم َعا ًذا إِلَى ا ْل َي َم ِن َف َقال َ َك ْي َ ِ سول َ هَّللاُ أَنَّ َر
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو
َ سلَّ َم َقال َ ِ ول هَّللا
ِ س ُ سلَّ َم َقال َ َفإِنْ لَ ْم َي ُكنْ فِي
ُ س َّن ِة َر َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َوَ ِ ول هَّللا ِ س ُ س َّن ِة َر ُ ِب هَّللا ِ َقال َ َفب
ِ فِي ِك َتا
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو
سلَّ َم َ ِ ول هَّللا
ِ س ُ أَ ْج َت ِه ُد َر ْأيِي َقال َ ا ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّذِي َو َّف َق َر
ُ سول َ َر
Sunan Tirmidzi 1249: dari sahabat Mu'adz bhw Rasulullah saw pernah mengutus Mu'adz ke Yaman,
lalu beliau bertanya: "Bagaimana engkau memutuskan hukum?" ia menjawab; Aku memutuskan
hukum dari apa yang terdapat di dalam kitabullah. Beliau bertanya lagi: "Jika tidak ada di dalam
kitabullah?" ia menjawab; Dengan sunnah Rasulullah saw. Beliau bertanya: "Jika tidak terdapat di
dalam sunnah Rasulullah saw?" Ia menjawab; Aku akan berijtihad dengan pendapatku. Beliau
mengatakan: "Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah saw."
Contoh Ijtihad: Abu Bakar Siidiq ra : mengumpulkn/menyusun kmbali lembarn2 AQ yg brserakn
‘Umar Ibn Khaththab ra: mmbagikan Ghonimah melalui baitul mâl, shalat Tarawih berjama’ah
selama Ramadhan, Menambah huk cambuk mnjadi 80x bagi pemabuk, talak 3 langsung jatuh 3,
Mualaf tdk mendpt zakat, Tentara diberi Gaji, Pencetakan mata uang, Mmberlakukan Pajak, huk
potong tngan tdk berlaku ketika Paceklik; Pembentukan Penjara & Kantor Pos; Thn H ditetapkn
‘Utsman bin Affan ra : Mashohif Utsmani ; Unta yg hilang dtangkap & dibawa ke Baitul Mâl
‘Umar bin ‘Abdul Aziz (w. 101 H/720 M) : Memungut Pajak Profesi dr pegawai Kesulatanannya;
Penulisan & Pembukuan hadis2 Nabi saw.
Imam Syafi’i : Qoul (pendpt) Qodim (lama) di Irak direvisi mnjadi Qoul Jadid (Baru) ketika di Mesir
Kaidah Fiqh/Huk utk Ijtihady :
ا ْل ُح ْك ُم َيد ُْو ُر َم َع عِ لَّ ِت ِه ُو ُج ْودًا َو َعدَ ًما
Al-hukmu yadûru ma'a 'illatihi wujûdan wa 'adaman
Ada/tdknya hukum itu trgantung pada 'illatnya. Mk perlu dilakukn telaah ulang (i’adah an-nazhar)
تَ َغيُّ ُر ْاألَ ْح َك ِام بِتَ َغيُّ ِر ْاألَ ْم ِكنَ ِة َو ْاألَ ْز ِمنَ ِة Taghayyur al-ahkâm bi taghayyur al- amkinah wal azminah
Hukum itu berubah disebabkan perubahan tempat dan waktu.
ِ َضرر وال
ض َر َار َ َ َ َ َ الTdk blh memudharatkan & tdk blh dimudharatkan
اص ِة
َّ الخ ْ ص َل َح ُة ال َعا َّم ُة ُم َق َّد َم ٌة َع َلى ال َم
َ ص َل َح ِة ْ ال َم
“Kemaslahatan umum lebih didahulukan dari pada kemaslahatan individu”
Pentingny berIjtihad ini adl utk mncairkan keJUMUDan (kbekuan/kekakuan cara brpikir& brsikap)
Cont:Fiqh Haji (nunggu 20 th) kemah arofah 2 lt; fiqh Zakat (zakat hanya 2% dr konsumsi rokok),
ada pemikiran harmonisasi Zakat dg Pajak, Fiqh Muamalah, bgmn memajukan Bank Sya ?, akses
pedagang kecil ke perbankan (Kasus rentenir yg mengambil KUR dg bunga 7% dan mminjamknnya
kembali kpd pedagang kecil dg 30%). Khutbah jum’at dlm bhs Arab; AQ dterjemakn kdlm bhs Ind
dulunya di haramkan. Namun brijtihad hrs dg keilmuan yg mmadai spy tdk kebablasan sprti kasus
Milkul Yamin, menghalalkan hub suami istri di luar nikah.
Akibat kejumudan dlm memahami huk adl mandeknya Kemajuan di brbagai bidang : Iptek & Ekon,
malah yg lbh parah dapat terjadi perpecahan dan penjajahan olh negara lain.
83
PENUTUP KHUTBAH KE I
َ ت َوال ذ ِْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم َو َت َق َّبل ِ َ آن ْا َلعظِ ْي ِم َو َن َف َعنِي َوإ َّيا ُك ْم ِب َم ا ِف ْي ِه مِنَ ْاآلي ا ِ ار َك هللاُ ل ِْي َو َل ُك ْم ف ِْي ْالقُ ْر َ َب
اس َت ْغفِ ُر ْوهُ إِنَّهُ ه َُو ا ْل َغفُ ْو ُر ال َّر ِح ْي ُم َّ ِم ِّني َو ِم ْن ُك ْم ِتالَ َو َت ُه إ َّن ُه ه َُو
ْ أَقُ ْول ُ َق ْولِي هذا َو. الس ِم ْي ُع ْا َلعلِ ْي ُم
PEMBUKAAN KHUTBAH KEDUA
ْ َسلِّ ُموا ت
سلِي ًما َ صلُّوا َعلَ ْي ِه َوَ يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا ۚصلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي
َ ُإِنَّ اللَّـهَ َو َماَل ئِ َكتَهُ ي
َوبَا ِركْ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى،صلَّيْتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم
َ آل ُم َح َّم ٍد َك َما ِ ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى َ اَللَّ ُه َّم
إِنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد،آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم
ِ
ت
ِ ب ال َّدع ََوا ٌ س ِم ْي ٌع قَ ِر ْي
ُ ب ُم ِج ْي ِ ت األَ ْحيَا ِء ِم ْن ُه ْم َواألَ ْم َوا
َ ت إِنَّ َك ِ ت َوالمؤْ ِمنِيْنَ َوالمؤْ ِمنَا
ِ سلِ َما ْ الل ُه َّم ا ْغفِ ْر لِ ْل ُم
ْ سلِ ِميْنَ َوالم
َ ُ َر َّب َنا َظ َل ْم َنا اَ ْنف
َ س َنا َو اِنْ َل ْم َت ْغف ِْر َل َنا َو َت ْر َح ْم َنا َل َن ُك ْو َننَّ مِنَ ْا
َلخاسِ ِر ْين
س „ا ِن َوإِ ْيت„„آ ِء ِذى ْالقُ„ ْ„رب َى َويَ ْن َهى َع ِن ْالفَ ْحش„„آ ِء َو ْال ُم ْن َك„ ِر َو ْالبَ ْغي َ ِعبَا َدهللاِ ! اِنَّ هللاَ يَ„„أْ ُم ُر بِاْل َع„د ِْل َو ْا ِال ْح
ْ َو ْاذ ُك ُرواهللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا. يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُر ْو َن
ش ُك ُر ْوهُ َعل َى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ اَ ْكبَ ْر
AN-NAHL/16 : 90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
(Aqimushshalâh)
84