Anda di halaman 1dari 84

KHUTBAH JUM’AT & TAUSYIAH DAN KAIDAH FIQH

A. ISLAM SESUAI DG SETIAP ZAMAN & TEMPAT.


(AL-QUR’ANU/AL-ISLAMU SHALIHUN LÎKULLI ZAMAN WA MAKAN) (PENDPT ‘ULAMA)
Islam, yang diyakini sebagai titik puncak kesempurnaan agama, dianalogi seperti sebuah batu berlian yang
pada tiap sudutnya memancarkan binar cahaya dan kemilau yang mengandung daya pikat kuat luar biasa. 
Allah SWT dalam kalam-Nya dengan lugas menyatakan.
          
  
3. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. QS. Al-Maidah [05] : 03).
Ayat ini diyakini sebagai sebuah legitimasi tekstual yang tegas tak terbantahkan, kesempurnaan Islam adalah
sesuatu yang niscaya dan pasti. Pada tataran ini, seluruh umat Islam bersuara satu dan seragam.
Berbicara tentang Islam dan kesempurnaannya berarti berbicara tentang al-Quran. Islam dan al-Quran
merupakan dua terma yang tidak bisa dilepas satu dengan yang lain. Keseluruhan ajaran Islam termaktub
dalam kitab yang terdiri dari 114 surah dan 30 juz itu. Rasulullah saw bersabda, “Yang terbaik di antara
kamu adalah yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya.” Artinya, sebagai kitab suci, al-Quran tiada
cukup hanya sekedar dimuliakan lantas dihias dan disimpan di menara gading. Barang siapa menklaim diri
sebagai umat Islam dan pengikut Rasulullah saw secara otomatis berkewajiban untuk tidak hanya terjebak
dalam budaya pengkultusan yang kerontang dari pendalaman dan pengamalan. Mestilah ada perjuangan dan
dan kerja keras untuk mentransformasi bimbingan yang termaktub dalam al-Quran ke dalam pola
pengamalan dan perilaku nyata di tengah pusaran realitas kehidupan, sehingga klaim keberislaman tidak
lantas berhenti dan stagnan hanya sekedar klaim.

”Al-Islamu/al-Quranu Shalihun li kulli zaman wa al-makan”, demikian Sang Nabi memberikan gambaran.
Sebuah gambaran yang nampaknya lebih identik sebagai sebuah “rambu-rambu”. Label Islam sebagai
agama yang sempurna dengan sendirinya menuntut bahwa Islam yang memuat beragam ajarannya, mestilah
dapat “menembus” luasnya ruang dan “berjalan” bersama aliran waktu. Artinya tiap jengkal ajaran yang
ditawarkan mestilah sanggup untuk senantiasa shalih dan berjalan selaras di setiap zaman dan pada ruang-
ruang yang berbeda. Pada titik inilah, di beberapa sisi, langkah untuk menerjemahkan “Pesan Tuhan”—yang
termuat dalam al-Quran—ke dalam tataran aplikasi, mulai merambah ruang problematis.
Sebagai hudan linnaas dan dalam kedudukan sebagai kitab yang memuat “Pesan Tuhan” yang bersifat
universal, al-Quran sendiri diturunkan pada kisaran masa nun jauh di sana, yaitu di masa kehidupan
Rasulullah saw. Al-Quran muncul ditengah latar dan realitas budaya Arab yang partikular. Sedang manusia,
yang baginya Kitab ini dijadikan sebagai petunjuk, telah dan tengah tumbuh dalam realitas budaya pada
ruang dan masa berlainan yang masing-masing adalah juga partikular. Manusia sebagai mahluk yang berakal
senantiasa mengalami perkembangan. Sebab itulah denyut peradaban dan budaya manusia senantiasa
mengalami perkembangan. Dalam konteks kontemporer, pola-pola kehidupan dan budaya manusia telah
berjalan menuju suatu titik yang semakin kompleks. Pada titik ini, munculnya beragam persoalan yang juga
semakin kompleks adalah sesuatu yang potensial, bahkan niscaya. Tanpa terbetik secuilpun niat untuk tidak
menghormati al-Quran, nampaknya ada beberapa alternatif dan tawaran yang di masa lampau telah berhasil
menjadi solusi, kerap tak lagi produktif menjadi penawar bagi problematika umat yang muncul dalam
konteks kekinian, spesifiknya di Indonesia, dalam konteks kedisinian. Lantas apakah dengan demikian kita
dapat berkesimpulan bahwa ada bagian dari kitab suci al-Quran yang menjadi “kadaluwarsa” dan tidak
berlaku, terkait dengan penerapannya dalam konteks kekinian? Kemudian, “kaca mata” dalam corak apa
yang mesti kita gunakan untuk meneropong dan menyelami terma al-Quran sebagai shalih li kulli zaman wa
makan? Problema inilah yang menjadi salah satu titik fokus untuk diketemukan jawabannya. Nampaknya
dalam konteks inilah Ulil Abshar Abdala melontar wacana kritis bahwa apakah kesempurnaan Islam itu
merupakan suatu aktual atau potensial? Apakah kesempurnaan Islam itu seperti sebuah tambang emas yang
tersimpan di dalam perut bumi atau ia seperti sebuah kalung emas yang sudah siap pakai?

1
TAFSIR DAN GERAK DINAMISNYA
Al-Quran, sebagaimana dipahami banyak kalangan adalah kitab yang memuat “Pesan Tuhan”. Ilmu tafsir,
adalah sebuah perangkat ilmu yang digunakan untuk menggali kedalaman makna yang termuat dari ayat-
ayat al-Quran. Semenjak al-Quran itu sendiri turun kepada Rasulullah saw, tafsir telah muncul, bergerak
dinamis, dan bertumbuh melintas ruang dan waktu dengan aneka ragam kompleksitasnya. Menyitir tentang
perkembangan ini, Al Makin menulis dalam artikelnya, ‘Apakah Tafsir Masih Mungkin?’;
“ Tafsir berkembang terus seakan tidak pernah berhenti. Perkembangan itu sendiri sangat kompleks. Ini
menyangkut banyak variabel yang tidak begitu saja bisa dianggap simpel, karena setiap zaman
menghasilkan historisitas, penemuan, wacana, dan teori penafsiran terhadap al-Quran yang berbeda dengan
zaman lainnya. Singkatnya setiap ruang dan waktu menghasilkan wacana, warna, gerakan, pembaharuan
penafsiran tersendiri, yang setiap titik tekan mengkritisi penafsiran sebelumnya sembari menelorkan teori
baru tentang penafsiran.”
Membincangkan al-Quran adalah sesuatu yang niscaya bagi kaum muslimin. Sebab ia merupakan firman
Tuhan (kalam Allah) yang senantiasa tepat dan sesuai dengan segala waktu dan setiap tempat (salih li kulli
zaman wa makan). Akan tetapi meski prinsip dasar dan misi utama al-Quran tetap sama seperti sedia kala,
yakni saat kali pertama diturunkan kepada Rasulullah saw, namun semangat al-Quran bisa saja berbeda jika
ditangkap oleh beberapa generasi yang berbeda. Dengan ungkapan lain, ajaran dan semangat al-Quran akan
bersifat universal, rasional, dan sesuai kebutuhan, namun respon historis manusia di mana tantangan zaman
yang mereka hadapi sangat berbeda dan bervariasi, sehingga secara otomatis menimbulkan corak dan warna
pemahaman yang berbeda pula. Dengan demikian pengubahan, penambahan, dan bahkan penggantian suatu
“cara pandang” dalam upaya memaknai dan menangkap pesan inti al-Quran adalah suatu kemestian.
Singkatnya, shifting paradigm—meminjam ungkapan Thomas Khun—adalah sesuatu yang niscaya terjadi.

SHALIH LI KULLI ZAMAN WA MAKAN DALAM PERSPEKTIIF TAFSIR KLASIK


Ayat-ayat Al-Qur’an terbuka untuk ditafsir sepanjang waktu dan zaman. Makna ayat-ayat bagi ulama zaman
pertengahan bisa sangat berbeda dari makna yang diterima ulama yang hidup dalam kondisi modern.
Asumsi bahwa Al-Qur’an shalih li kulli Zamanwa Makan juga diakui oleh para ulama dalam tradisi
penafsiran klasik.Namun dalam paradigma tafsir klasik, asumsi tersebut dipahami dengan cara
“memaksakan” konteks apa pun ke dalam teks Al-Qur’an, sehingga cenderung melahirkan pemahaman
tekstualis dan literalis.

TAFSIR KONTEMPORER DAN PEMBAHARUAN PEMIKIRAN KEISLAMAN


Dalam pidato kebudayaannya Abdul Moqsit Ghazali mengutarakan beberapa sebab yang melatari
pentingnya pembaharuan pemikiran Islam, antara lain ia menyebutkan :

1. Di tengah situasi zaman yang semakin kompleks kita tidak cukup sekedar bersandar pada pikiran-pikiran
keislaman lama yang sudah tidak relevan dengan konteks zaman. Sebab, apa yang dirumuskan ulama-ulama
terdahulu mungkin telah berhasil memecahkan sejumlah masalah di masa lalu, dan belum tentu terampil
menyelesaikan masalah di masa kini.

2. Di tengah berbagai usaha mengkerdilkan al-Quran, kita membutuhkan cara pandang baru terhadap al-
Quran. Jika sebagian memberikan tekanan terlampau kuat pada aspek hukum dalam al-Quran, maka ita
harus mendalaminya dengan pemahaman utuh tentang wawasan moral-etik al-Quran.
Menurut Moqsit, upaya pembaharuan pemikiran itu dimulai dg mmbenahi cara pandang qt terhdp al-Quran.
Ulil Abshar Abdala melontarkan pemikirannya tentang gagasan pembaharuan pemikiran :
“Saya meletakkan Islam pertama-tama sebagai sebuah “organisme” yang hidup; sebuah agama yang
berkembang sesuai dengan denyut nadi perkembangan manusia. Islam bukan sebuah monumen mati yang
dipahat pada abad ke-7 Masehi, lalu dianggap sebagai “patung” indah yg tak blh disentuh tangan sejarah.
Saya melihat, kecenderungan untuk “me-monumen-kan” Islam amat menonjol saat ini. Sudah saatnya suara
lantang dikemukakan untuk menandingi kecenderungan ini.
Saya mengemukakan sejumlah pokok pikiran di bawah ini sebagai usaha sederhana menyegarkan kembali
2
pemikiran Islam yang saya pandang cenderung membeku, menjadi “paket” yang sulit didebat dan
dipersoalkan: paket Tuhan yang disuguhkan kepada kita semua dengan pesan sederhana, take it or leave it!
Islam yang disuguhkan dengan cara demikian, amat berbahaya bagi kemajuan Islam itu sendiri.
Jalan satu-satunya menuju kemajuan Islam adalah dengan mempersoalkan cara kita menafsirkan agama ini.
Untuk menuju ke arah itu, kita memerlukan beberapa hal.
Pertama, penafsiran Islam yang non-literal, substansial, kontekstual, dan sesuai denyut nadi peradaban
manusia yang sedang dan terus berubah.
Kedua, penafsiran Islam yang dapat memisahkan mana unsur-unsur di dalamnya yang merupakan kreasi
budaya setempat, dan mana yang merupakan nilai fundamental. Kita harus bisa membedakan mana ajaran
dalam Islam yang merupakan pengaruh kultur Arab dan mana yang tidak.
Islam itu kontekstual, dalam pengertian, nilai-nilainya yang universal harus diterjemahkan dalam konteks
tertentu, misalnya konteks Arab, Melayu, Asia Tengah, dan seterusnya. Tetapi, bentuk-bentuk Islam yang
kontekstual itu hanya ekspresi budaya, dan kita tidak diwajibkan mengikutinya.”
PENAFSIR KONTEMPORER
1. Nasr Hamid Abu Zaid dan teori Hermeneutikanya
Abu Zayd mengkritik konsep yang diusulkan oleh mazhab teologi Asy-sya’riah tentang ketakterciptaan Al
Quran. Menurutnya Al Quran adalah “sebuah pesan yang mewakili hubungan komunikatif antara pengirim
(sender) dan penerima (receiver) melalui alat sistem kode atau linguistik.” Tuhan menyampaikan pesan
kepada masyarakat Arab abad VII M–yang memiliki kondisi sosio-politik tertentu- melalui Muhammad saw.
Karena itu, memulai sebuah analisis teks Al Quran dengan realitas budaya kontekstualnya sebenarnya
adalah memulai dengan fakta-fakta sejarah empirik.
Atas dasar konsep itu Abu Zayd menawarkan “metode pembacaan kontekstual” yang dia sebut sebagai
metode pembaruan. Menurutnya metode ini tidak sama sekali baru, dalam pengertian bahwa ia, pada satu
sisi merupakan pengembangan dari metode ushul fiqh tradisional, sedangkan pada sisi yang lain merupakan
kelanjutan dari kerja keras para pendukung renaisans Islam –khususnya Muhammad Abduh dan Amin
Khuli. Ulama ushul menerapkan aturan-aturan ‘ulum Al Quran (khususnya asbabun nuzul dan ilmu nasikh
dan mansukh) hingga aspek aturan ilmu-ilmu kebahasaan sebagai alat pokok penafsiran untuk menghasilkan
istinbath (kesimpulan) hukum dari teks. Alat-alat ini, menurut Abu Zayd, merupakan bagian terpenting dari
alat-alat metode “pembacaan kontekstual”. Namun, berbeda dengan ulama ushul yang menekankan pada
pentingnya asbabun nuzul untuk memahami suatu makna. “Pembacaan kontekstual” melihat permasalahan
dr sudut pandang yg lebih luas, yakni sekumpulan konteks historis (sejarah) –abad VII M- turunnya wahyu.
Ulama ushul memandang bahwa asbabun nuzul tidak mengindikasikan “kesementaraan” hukum dan bukan
hanya suatu sebab sehingga mereka meletakkan kaidah “memegangi keumuman lafaz bukan kekhususan
sebab” (al-ibrah bi umum al-lafzh la bi khushush al-sabab). Sementara Abu Zayd membedakan antara
“makna” historis yang disimpulkan dari suatu konteks, dengan “signifikansi” yang diindikasikan oleh makna
dalam konteks sosio-historis penafsiran. Pembedaan ini sangat penting dengan syarat bahwa signifikansi
tersebut muncul dari makna dan memiliki kaitan yang kuat, seperti keterikatan akibat dengan sebab, dan
signifikansi itu bukan ekspresi hawa nafsu penafsir, juga bukan pelompatan makna atau pembatalannya.
Kata ‘makna’ dan ‘signifikansi’ adalah dua istilah penting dalam teori hermeneutika Nashr Abu Zayd.
Untuk memahami konsepnya tentang kedua istilah ini, penting untuk mengutip konsep E.D. Hirsch tentang
makna dan signifikansi yang juga dirujuk oleh Abu Zayd.
Bukanlah makna teks yang berubah, namun signifikansinya (yang berubah) bagi penulisnya. Pembedaan ini
teramat sering diabaikan. Makna adalah makna yang direpresentasikan oleh sebuah teks; ia adalah apa yang
dimaksud oleh penulis dengan penggunaannya atas sebuah sekuensi tanda partikular; ia adalah apa yang
dipresentasikan oleh tanda-tanda. Signifikansi, pada sisi lain, menamai sebuah hubungan antara makna itu
dan seseorang, atau sebuah persepsi, situasi, atau sesuatu yang dapat dibayangkan … Signifikansi selalu
mengimplikasikan sebuah hubungan, dan satu kutub konstan yang tak berubah dari hubungan itulah apa
yang dimaksud oleh teks. Kegagalan untuk mempertimbangkan pembedaan yang simpel dan esensial ini
telah menjadi sumber kekacauan yang luar biasa dalam teori hermeneutika.
Pemahaman Abu Zayd secara umum diderivasi dari Teori E.D. Hirsch. Makna adalah makna yang
ditampilkan oleh teks dan signifikansi adalah apa yang muncul dalam hubungan antara makna dan pembaca.
Abu Zayd mendefinisikan “tiga level makna pesan” yang terkandung dalam teks-teks keagamaan.

3
1. Level pertama adalah makna yang hanya menunjuk kepada “bukti/fakta historis” yang tidak dapat
ditafsirkan secara metaforis.
2. Level kedua adl makna yg menunjuk kepada “bukti/fakta historis” dan dpt ditafsirkan scara metaforis.
3. Level ketiga adalah makna yang bisa diperluas berdasarkan atas “signifikansi” yang dapat diungkap dari
konteks sosio-kultural di mana teks itu berada.
Secara singkat proses penafsiran Abu Zayd diawali dengan mencari makna sosio-kultural kontekstual,
dengan menggunakan kritik historis sebagai analisis permulaan yang diikuti oleh analisis linguistik dan
kritik sastra dengan memanfaatkan sejumlah teori sastra. Dari sini akan diketahui level makna pesan teks itu.
Jika suatu teks memiliki level makna pertama, maka ia berhenti pada kritik historis, dan memperlakukan
teks tersebut sebagai bukti/fakta historis. Jika suatu teks mempunyai level makna kedua, maka kita dapat
melangkah dari kritik historis ke kritik sastra dengan menganggap teks tersebut sebagai metafor. Dalam hal
ini, kaitan antara makna metafora dengan makna hakiki (literal) harus tetap dijaga. Dalam hubungannya
dengan level makna ketiga, sebuah teks harus dicari signifikansinya yang diturunkan dari makna
objektifnya. Makna ini akan membimbing penafsir untuk mendapatkan “pesan baru” dengan bergerak dari
“makna” teks kepada “signifikansi”-nya di dalam konteks sosio-kultural penafsir. Dengan menganalisis
perubahan/pergeseran dari makna ke signifikansi di atas, penafsir akan mendapatkan arah teks. Dari sini
analisis diarahkan kepada hal-hal “yang tak terkatakan” (al-maskut ‘anhu) yang dibedakan dari signifikansi.
Signifikansi masih terkait dengan makna, tetapi “yang tak terkatakan” muncul dari proses pembacaan,
dengan memperhatikan arah teks-teks yang dibaca. Contoh kasus :

Hak waris perempuan


Hak waris perempuan terkait dengan posisi perempuan secara umum dan posisi mereka dalam Islam secara
khusus, serta terkait dengan problem pewarisan sebagaimana yang tersebut dalam teks-teks Al Quran.
Pembagian hak waris didasarkan atas hubungan patriarkhal kesukuan. Tentang pembagian waris antara laki-
laki dan perempuan, ayat berikut ini biasanya dijadikan pegangan.
Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta yang ditinggalkan oleh orang tua dan kerabatnya, dan bagi
perempuan ada hak bagian pula dari harta yang ditinggalkan oleh orang tua dan kerabatnya, baik sedikit atau
banyak menurut bagian yang telah ditetapkan. Dan apabila pada waktu pembagian itu hadir kerabat, anak
yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
baik. Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka
anak-anak yang lemah, dan mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. Sesungguhnya orang-orang yang
memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka menelan api sepenuh perutnya dan merka akan
masuk ke dalam api yang menyala-nyala! Allah mewasiatkan bagimu tentang (hak pewarisan) anak-anakmu.
Yaitu: bagian seorang laki-laki sama dengan bagian dua perempuan […] (tentang) orang tuamu atau anak-
anakmu, kamu tidak mengetahui siapa diantara mereka yang lebih dekat (manfaatnya) bagimu. Ini adalah
ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana (QS Al-Nisa 4 : 7-11)
         
            
        
            
           
             
               
             
               
              
               
7. bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian
(pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.
8. dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat[270], anak yatim dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu [271]
(sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang baik.

4
9. dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan Perkataan yang benar.
10. Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh
perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).
11. Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama
dengan bagahian dua orang anak perempuan[272]; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua[273], Maka bagi mereka
dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua
orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika
orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang
meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah
dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak
mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

[270] Kerabat di sini Maksudnya : Kerabat yang tidak mempunyai hak warisan dari harta benda pusaka.
[271] Pemberian sekedarnya itu tidak boleh lebih dari sepertiga harta warisan.
[272] Bagian laki-laki dua kali bagian perempuan adalah karena kewajiban laki-laki lebih berat dari perempuan, seperti kewajiban
membayar maskawin dan memberi nafkah. (Lihat surat An Nisaa ayat 34).
[273] Lebih dari dua Maksudnya : dua atau lebih sesuai dengan yang diamalkan Nabi.

Merujuk pada ayat-ayat diatas, Abu Zayd menunjuk dua hal yang seharusnya dipertimbangkan dalam
memahami wacana Al Quran tentang pewarisan.
1. Al Quran sebenarnya memperkuat hubungan antara sanak-saudara, anak-anak yatim, dang orang miskin
yang dalam hukum waris tradisional tidak mempunyai hak waris, dengan memberikan kepada mereka
sebagian harta warisan, jika mereka datang pada saat pembagian waris.
2. Al Quran menekankan bahwa hubungan klan bukanlah hubungan kemanusiaan yang paling penting
sebagai mana yang dipahami orang pada masa pra-Islam. Dari kedua poin ini Abu Zayd menyimpulkan
bahwa konsep Al Quran tentang keadilan ekonomi lebih luas ketimbang zakat, shadaqah, dan mirats
(pewarisan), karena tujuannya adalah untuk menghilangkan perputaran harta dikalangan orang2 kaya saja.
Abu Zayd kemudian beralih menganalisis konteks sosio-historis posisi perempuan dalam masyarakat pra-
Islam. Makna dari sebagian besar hukum Islam yang berkaitan dengan perempuan, dan juga signifikansinya,
tidak bisa ditangkap tanpa mempertimbangkan kebudayaan Arab pra-Islam. Dalam kebudayaan Arab pra-
Islam, perempuan tidak memiliki hak untuk memiliki. Karena tidak produktif, perempuan (dan juga anak
kecil) tidak mendapatkan warisan; bahkan sebaliknya, mereka dapat diwariskan laiknya harta warisan.
Aturan standarnya terkait dengan masalah produktivitas ekonomi, sebagaimana yang mereka katakan: “Kita
tidak memberikan warisan kepada seseorang yang tidak bisa menungggang kuda, Tidak kelelahan dan tidak
melukai musuh.” Ini menggambarkan sebuah kebudayaan yang menganggap peperangan sebagaisalah satu
jalan, bukan hanya untuk mendapatkan kekuasaan tetapi juga harta kekayaan (yang berupa rampawan
perang dan budak tawanan). Dalam konteks kebudayaan semacam ini, Al Quran menyatakan bahwa
perempuan mendapatkan warisan setengah dari bagian laki-laki, dan bahkan mereka mempunyai hak untuk
mendapatkan kalalah. Karena itu, berdasarkan atas sebuah prinsip hukum Islam: “hukum berubah
berdasarkan atas ada, atau tidak adanya, alasan-alasan legal” (al-hukm yaduuru ma’a al-‘illah wujuudan wa
‘adaman), Abu Zayd menyatakan bahwa konteks dan alasan legal dari hak perempuan untuk mendapatkan
warisan telah berubah. Pada masa Nabi, secara ekonomi, perempuan tidak produktif, Sementara pada masa
sekarang perempuan rata-rata secara ekonomi produktif. Jadi, hukum dalam hal ini haruslah berubah.
Muhammad ‘Abduh menyatakan bahwa frase “li al-dzakari mitslu hazhzhi al-untsayayn” (bagi laki2 bagian
yang sebanding dengan bagian dua perempuan), harus dipahami dalam kaitannya dengan frase sebelumnya:
“Allah mensyariatkan bagimu tentang (hak pewarisan) anak-anak kamu.” Frase pertama adalah sebuah
kalimat yang menjelaska frase kedua. Ini adalah deklarasi tentang dihapuskannya sistem pewarisan pra-
Islam. Dari konteks ini, Abduh berkesimpulan bahwa bagian perempuan ditetapkan berdasarkan atas
kesepakatan secara wajar. Dan bagian laki2 adalah “sebanding dengan bagian dua perempuan”. Bagian
5
perempuan merupakan dasar dalam pensyariatan dan bagian laki2 diasosiasikan kepadanya dan diakui
setelah bagian perempuan ditentukan.
Menurut Abu Zayd, analisis ‘Abduh tentang bagian waris perempuan sebagai dasar dalam pensyariatan
mengekspresikan makna yang diturunkan dari struktur linguistik (bahasa) teks. Makna ini mempunyai
sebuah signifikansi yang sangat penting dalam konteks sosio-historis dalam sebuah masyarakat patriarkhal,
seperti masyarakat Arab, dimana kelelakian (gender) merupakan ukuran dan prinsip nilai. Signifikansinya
adalah Al Quran bertujuan menciptakan persamaan antara laki-laki dan perempuan secara bertahap.
Perubahan yang mendadak tidak mungkin, dan bahkan bisa bersifat merusak.
Bagian waris perempuan ditetapkan sebagai bagian yang ditetapkan Allah (faridhah min Allah) yang tidak
seorang pun boleh menguranginya. Dari sini, Abu Zayd beralih kepada argumen lain, yang mendukung
argumen pertama (tentang alasan produktivitas perempuan) analisis lain dari frase “bagi laki2 bagian yang
sebanding dengan bagian dua perempuan” adalah, teks menekankan pada bagian laki2 fulu baru kemudian
bagian perempuan, ini menunjukkan bahwa Al Quran membatasi bagian laki2 kerimbang bagian perempuan
“sebanding dengan bagian dua perempuan”. Namun, bagian perempuan ini sebenarnya adalah bagian
minimum, bukan maksimum. Ini berarti laki-laki dapat menerima bagian yang lebih rendah dari yang
seharusnya dia terima, dan perempuan dapat menerima lebih banyak dari bagian yang seharusnya mereka
terima berdasarkan kesepakatan. Dengan mempertimbangkan “arah teks”, perempuan haruslah mendapatkan
bagian waris yang sebanding dengan laki-laki. Dalam hal ini, Abu Zayd mengkaji hukum pewarisan dalam
konteks level makna ketiga, yang harus diungkap signifikansi pesannya.
Konklusi yang harus kita ambil jika kita ingin menjadi seorang muslim yang baik, adalah bahwa perempuan
haruslah mendapatkan bagian yang sebanding dengan bagian laki-laki. Kita haruslah tidak mengikuti makna
literalnya, namun engikuti semangat kalam Allah.
2 Fazlur Rahman dan Teori Double Movement-nya
Fazlur Rahman sama sekali tidak mempersoalkan otentisitas al-Quran. Ia meyakini bahwa al-Quran itu
adalah sebuah kitab yang otentik. Menurutnya yang terpenting adalah bagaimana memahami Quran dengan
metode yang tepat untuk mengungkap kandungan Quran, karena dalam kenyataannya, Quran itu laksana
puncak sebuah gunung es yang terapung, sembilan persepuluh darinya di bawah lautan sejarah, hanua
sepersepuluh darinya yang tampak di permukaan. Karena itulah, untuk memahami Quran, orang harus
mengetahui sejarah Nabi dan perjuangannya selama 23 tahun. Selain itu juga perlu memahami kondisi
bangsa Arab pada awal Islam serta kebiasaan, pranata-pranata dan pandangan hidup orang Arab.
Dalam pandangan rahman Quran muncul dalam sinaran sejarah dn bergadapan dengan latar belakanga
sosio-historis. Quran adalah sebuah respon terhadap situasi yang sebagian besarnya merupakan pernyataan-
pernyataan moral, religius dan sosial yang menanggapi berbagai persoalan spesifik dalam situasi kongkrit.
Dalam Islam and Modernity, Rahman menawarkan dua langkah untuk memahami Quran.
Pertama, orang harus memahami makna pernyataan Quran dengan mengkaji latar belakang historis ketika
sebuah ayat diturunkan. Jadi langkah pertama adalah memahami makna Quran sebagai suatu keseluruhan
disamping jawaban2 khusus.
Kedua, menggeneralisasikan respon2 khusus dan menyatakannya sebagai pernyataan2 moral-sosial umum
yang dapat disarikan dari ayat2 spesifik dan ratio legisnya.
Jika langkah pertama berangkat dari persoalan2 spesifik dalam Quran untuk dilakukan penggalian
sistematisasi prinsip2 umum, nilai2 dan tujuan2 jangka panjang, maka langkah kedua harus dilakukan dari
pandangan umum ke pandangan spesifik yang harus dirumuskan dan direalisasikan pada saat sekarang ini.
SHALIH LI KULLI ZAMAN WA MAKAN DALAM PERSPEKTIF AHMADIYAH
Berikut ini diuraikan pandangan-pandangan dari Hadrat Masih Mau’ud dan khalifah-khalifah beliau :
1. Hadhrat Masih Mau’ud
Kesalahan yang keempat belas, ialah bahwa ada orang-orang yang menganggap sebagian ajaran-ajaran
Islam adalah menurut keadaan tanah Arab saja di zaman dahulu kala, dan itu sekarang dapat dirubah.
Sampai orang-orang seperti sayyid Amir Ali pun menulis bahwa kepercayaan tentang malaikat dan
polygami adalah di antara ajaran-ajaran semacam itu. Sebetulnya orang-orang itu takut dari celaan-celaan

6
orang Kristen, oleh karena itu mereka menulis bahwa masalah-masalah ini adalah hanya untuk orang-orang
Arab saja, dan bukanlah untuk kita, maka sekarang itu dapat ditinggalkan.
Masih Mau’ud berkata bahwa anggapan ini adalah salah, dan semua hukum-hukum al-Quran adalah sahih.
Tidak ada satu jua pun hukum al-Quran yang hanya untuk satu waktu saja, kecuali tentang mana al-Quran
sendiri menerangkan, bahwa hukum ini adalah untuk tempo itu dan tempat itu. Nabi Muhammad saw
membawa syariat panghabisan, oleh karena itu semua ajaran untuk tiap-tiap zaman terdapat di dalam al-
Quran. Memang tempo untuk bekerja menurut ajaran-ajaran itu juga telah diterangkan oleh al-Quran sendiri.
Tidak ada satu jua pun ayat al-Quran yang tidak dapat dikerjakan untuk selama-lamanya. Atau tidak ada
suatu ajaran yang tak dapat dikerjakan oleh orang mana saja.
2. Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad
Hadhrat Muslih Mau’ud menulis :
“…penting untuk kita ketahui bahwa ajaran yang berhasil mencapai tujuannya ialah ajaran yang dapat
memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh manusia pada tiap-tiap zaman. Ajaran itu harus sesuai dan harus
memiliki sifat kekenyalan (elastisitas) dalam menghadapi tuntutan tiap-tiap zaman. Suatu ajaran yang tiak
memiliki sifat kekenyalan tidak akan mampu menyelaeaskan ajarannya dengan segala keadaan pada tiap-
tiap zaman. Akan tetapi yang saya maksudkan dengan sifat kekenyalan adalah dalam penerapannya dan
bukan dalam prinsip-prinsipnya dan itikad-itikadnya.
Umpamanya, sebilah papan tak akan pas kalau diletakkan pada temat yang tidak sesuai dengan ukurannya.
Akan tetapi sehelai kain cadar dapat dipaskan pada tempat yang kecil jika kita ringkaskan dan dapat
dilebarkan pada tempat yang besar. Begitu juga suatu ajaran yang mempunyai prospek untuk menang dan
berhasi dalam maksudnya akan sesuai dan cukup kenyal untuk memenuhi tuntutan tiap-tiap zaman tanpa
sedikitpu merusak pola dasar aslinya.”
3. Konsep Universalitas menurut Hazrat Mirza Tahir Ahmad
Suatu agama dapat diterapkan bagi semua bangsa di dunia dan dapat mengatasi batas-batas geografis dan
negara tapi juga berlaku lintas waktu.
Agama yang Universal memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Agama yang ajarannya terkait dengan fitrat manusia.
2. Agama yang berakar pada fitrat manusia akan dapat mengatasi ruan g dan waktu.
3. Agama tersebut tidak mencampuri situasi-situasi transien manusia dalam kurun waktu manapun.
Semua kriteria ini ada didalam agama Islam.
Mengenai hal tersebut Al Quran menjelaskan:
Padahal mereka (Ahli Kitab) tidak diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan tulus
ikhlas dalam ketaatan kepada-Nya dan dengan lurus serta mendirikan solat dan membayar zakat. Dan itulah
agama yang benar. (Al Bayyinah:5)
          
      
AlBayyinah/98 : 5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
             
           
30 : 30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui

Dari penjelasan yang diterangkan oleh kedua ayat tersebut memunculkan pertanyaan:
1. Apa gunanya menurunkan agama demi agama dengan ajaran yang sama?
2. Mengapa Islam mengaku secara relatif, Islam bersifat lbih Universal dan sempurna dibanding agama2
sblmnya jika agama lain pun memiliki ajaran yg bersifat Universal dan berlaku bg manusia di segala zaman?
7
Jawaban:
• Al Quran menjelaskan dengan fakta historis; semua kitab dan Naskah Suci yang turun sebelum Al Quran
telah mengalami perubahan2 secara berangsur telah mengalami penyesuaian2 atau krn dimasukannya unsur2
baru secara interpolasi sehingga validitas dan autentisitasnya diragukan, hingga muncul agama2 lain.
• Al Quran menjelaskan proses evolusi di segala sisi masyarakat manusia. Agama baru dibutuhkan tidak
hanya sebagai restorasi dari ajaran2 fundamental dari agama yang telah mengalami perubahan krn campur
tangan manusia, tapi juga sebagai tambahan pd agama lama agar dpt beradaptasi dengan evolusi masyarakat.
• Unsur ajaran kedua yang terkait dengan kurun waktu dimana ajaran itu diturunkan guna memenuhi
kebutuhan sekelompok orang / periode tertentu.
• Manusia tidak memperoleh pelatihan dan pendidikan dalam ajaran-ajaran samawi dalam satu hentakan.
Tetapi dibawa secara bertahap hingga ke tingkat kedewasaan mental dimana ia dianggap siap menerima
keseluruhan prinsip2 dasar yang diperlukan sebagai bimbingan baginya.
Menurut pandangan Al Quran, ajaran turunan kedua yg terkait erat berdasarkan pada prinsip2 fundamental
yang baku adalah juga merupakan bag dari Islam sebagai agama yg sempurna, terakhir dan menyeluruh.
Ini pada intinya merupakan konsep Universalitas keagamaan yang dimiliki Islam.
Permasalahan:
Apa manusia mau meneliti dan menilai kelebihan satu per satu dari semua agama yang diperbandingkannya?
Dijelaskan oleh Al Quran:
          
   
QS ASH SHAFF/61 : 9. Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang
benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci.

Al-Quran yang Shalih LiKulli Zaman Wal Makan Membuktikan Bahwa Li Kulli Zaman Rijaaluhu
dakwatuna.com – Al-Quran adalah sebuah kitab yang abadi di sepanjang kurun zaman dan makan. Ia
merupakan sebuah mukjizat terbesar dari sebuah kenabian yaitu Kenabian Akhir Zaman yang diturunkan
pada Nabi Muhammad saw. Tidaklah bertambah penemuan ilmiah dan sains melainkan akan menambah
bukti-bukti kemukjizatan Al-Quran di akhir zaman dimana peradaban manusia berada saat ini. Ketinggian
dan kemuliaan Al-Quran tidak lain dan tidak bukan adalah karena ia merupakan panduan bagi kehidupan
insan di muka bumi. Ia bukanlah kitab sekadar kitab yang dibaca dan kemudian diletakkan di atas rak buku,
melainkan ia terwujud dalam pribadi-pribadi muslim yang melaksanakan ajaran-ajaran di dalamnya. Dan
contoh terbesar insan yang qur’ani adalah Baginda Rasulullah saw sendiri, sebagaimana diriwayatkan Imam
Muslim ra. dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika ditanya tentang Akhlaq Rasulullah saw
maka dijawablah bahwa Kaana Khuluquhu Al-Quran (Sesungguhnya Akhlaqnya adalah Al-Quran).
Sedemikian agungnya Al-Quran ini sehingga para Sahabat ra. berlomba-lomba belajar talaqqi Al-Quran dari
Rasulullah saw dan pemahamannya. Kemuliaan pribadi sahabat satu dengan yang lain kemudian akan dinilai
dari penguasaannya terhadap Al-Quran. Tidaklah mengejutkan bahwa dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Ibn Hajar Al Asqalani dari Anas bin Malik ra dikatakan bahwa:
“‫كان الرجل منا إذا قرأ البقرة وآل عمران َج َّد فينا” أي َعظُم‬
“Di zaman kami seseorang diantara kami apabila telah selesai menghafalkan Al-Baqarah dan Ali Imran
maka dia akan menjadi seorang yang agung diantara kami” (H.R. Ibn Hajar Al Asqalani)
Diterangkan dalam Kitab An Nihayah Fi Gharibil Hadits wal Atsar bahwa makna Jadda fiinaa dalam hadits
ini adalah kadar seseorang akan menjadi agung dan mulia sehingga memiliki kedudukan tinggi.
Ketinggian kedudukan Al-Quran ini mendorong para sahabat radhiyallahu ‘anhu mempelajari cara
membacanya, menghafalnya, berjuang keras menerapkannya dan berupaya istiqomah (konsisten) dengan
segala kandungannya berupa perintah dan larangan-Nya, yang dengan demikian agar mereka dapat
berperilaku sesuai dengan perilaku Al-Quran sepenuhnya dalam kehidupan mereka sehari2 rad ‘anhum.
Ketinggian dan Keagungan ini membuat semua muslim yang hakiki mestilah meyakini dan meresapi dalam
hatinya bahwa kitab ini tidak boleh diabaikan sedikitpun apalagi dihinakan dan dicemooh walau sepenggal
8
ayat pun darinya. Tidaklah mengherankan bahwa kemarahan hati dan perasaan umat Islam terhadap
komentar seorang Basuki Tjahaja Purnama, seorang yang tidak Islam, tidak paham apapun tentang Al-Quran
namun berani menggunakan ungkapan pelecehan terhadap kitab suci ini merupakan kesalahan/ aib terbesar
(gross sin) menginjak kemuliaan dan keagungan Al-Quran. Aksi Bela Al-Quran yang diadakan pada 4
November baru-baru ini yang sampai-sampai pertama kalinya dalam sejarah Indonesia dapat mengumpulkan
jutaan manusia dalam satu lokasi juga merupakan bukti bahwa kemuliaan Al-Quran sangatlah tinggi shingga
tidak dapat ditolerir sedikitpun oleh penistaan yang dilakukan seorang pejabat pengganti yg awam pun non-
muslim dan memiliki track-record hobi mengumpat dan mengacak2 tatanan sosial moral masyarakat.
Perkara penistaan Al-Quran yang membelit BTP Ahok di negeri muslim terbesar di dunia yang sangat
mencintai Al-Quran ini sesungguhnya adalah pertanda bahwa karir kepemimpinan Ahok sudah tamat secara
prematur. Ketabuan menyerang kepercayaan agama/ SARA oleh seorang pejabat publik pun tidak akan
pernah ditolerir di negara-negara demokrasi maju di manapun berada. Bahkan kandidat akan segera malu
sendiri dan mengundurkan diri dari jabatannya bahkan di awal-awal isu yang membelitnya ketika media
massa mulai meliputnya. Ketidakjantanan Ahok yang sampai saat ini tidak mengundurkan diri dan tidak
lugas tulus meminta maaf ataupun menyerahkan diri semakin mempertegas kepongahan sikap dan
pribadinya. Untuk itulah umat Islam harus terus teguh menyuarakan tegaknya keadilan.
Disisi lain, kasus penistaan Al-Quran ini membuktikan bahwa Li Kulli Zaman Rijaluh (di Setiap Zaman
terdapat Punggawa-Punggawanya) yang membela kehormatan Al-Quran dan Islam. Kaum muslimin yang
mendukung dengan infaq mereka atau turun bergabung turun berdemonstrasi dibawah kepemimpinan
Ustadz Bachtiar Nasir, Habib Rizieq Shihab dan asatidz serta ulama lainnya membuktikan di Hari Akhir
nanti sebagai punggawa-punggawa pembela Quran di zaman ini. Begitupula Panglima TNI Jenderal Gatot
yang mempertegas sikapnya dan dukungannya atas pembelaan terhadap penistaan Al-Quran ini. Al-Quran
yang datang lebih dari 1400 tahun yang lalu membuktikan mukjizatnya di zaman ini sebagai al furqon yaitu
pembeda antara yang benar dan yang batil.  Sebaliknya kasus penistaan Al-Quran ini juga memperlihatkan
barisan-barisan yang tidak bersedia membela kehormatan Al-Quran melainkan membela kehormatan
penista. Merekalah – yang nama-namanya telah dimaklumi – yang akan tercatat dalam tinta-tinta sejarah
kemudian sebagai ulama suu’ atau bila belum mencapai taraf keilmuan ulama maka orang awam, keduanya
dalam bahasa Al-Quran tergolong memiliki nifaq, semoga Allah melindungi kita dari hal ini.
FLEKSIBILITAS ISLAM DALAM MERESPON MASALAH KONTEMPORER

Islam adalah agama samawi (ilahi) yang diturunkan oleh Allah kepada umat Muhammad sebagai pelengkap
dari agama samawi yang telah ada sebelumnya. Artinya Islam bukanlah agama yang muncul berdiri sendiri
(mustaqil) di atas sendi ajaran yang tidak berkorelasi dengan agama sebelumnya yang diemban oleh rasul
terdahulu, tetapi Islam berfungsi sebagai penyempurna ajaran agama sebelumnya. Sehingga tidak heran jika
banyak syariat Islam yang diturunkan (diambil) dari syariat umat terdahulu (syar’u man qoblana). Hal ini
karena Islam tiada lain adalah sebagai batu bata terakhir yang dipasang untuk melengkapi bangunan yg tlh
tersusun sebelumnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 3 yang menjelaskan
bahwa pada saat itu (sebelum rasul wafat) islam telah sempurna dan tiada lagi agama sesudahnya.

Di sisi lain Islam itu agama yang mengandung syariat (tata hukum) yang fleksibel atau transparan dan
luwes. Aturan hukumnya mampu disesuikan dengan kondisi kapan dan dimana hukum itu akan diterapkan.
Sehingga tak heran jika muncul sebuah adagium, ‘Islam sholihun li kulli zaman wa makan (Islam itu sesuai
dengan waktu dan tempat)’. Artinya keluwesan dari hukum Islam itu yang menjadikan Islam arif dan mudah
didakwahkan kepada umat manusia. Ajaran yang terkandung di dalamnya tidak saklek yang akan
menimbulkan kesan kaku dan tidak dapat beradaptasi. Tetapi justru Islam mampu menjawab tantangan dan
permasalahan umat masa kini atau yang lebih kita kenal dengan masalah kontemporer.

Sumber ajaran Islam itu sendiri luas, dengan sumber utama Alquran dan al-Hadits. Alquran sebagai kitab
suci yang diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril berfungsi sebagai ktab undang-undang yang
mengatur segala aspek kehidupan. Selain Alquran juga ada hadits yang selain berfungsi sebagai tafsiran dari
kandungan (madlul) Alquran juga sebagai pelengkap dan sumber hukum yang tidak dijelaskan dalam
Alquran. Dari dua sumber utama ini tentu tidak serta merta dapat diterapkan dalam amal perbuatan manusia.
9
Ada metodologi (tata cara) penerapan ajaran Islam itu sendiri sehingga kita kenal Ushul Fiqh dalam kazanah
keilmuan hukum Islam. Ilmu ini kemudian berfungsi sebagai dasar menentukan hukum praktis (amaliyah)
yang disebut dengan Fiqh. Sedangkan Figh sendiri merupakan ilmu mengenai hukum-hukum syara’ praktis
yang diambil dari dalil-dalilnya yang terperinci. Materi Fiqh sendiri sangat luas dan banyak ragamnaya. Dari
materi-materi yang universal tadi ditemukan materi yang sejenis yang kamudian dikumpulkan dalam kaidah
Fiqh (qawaid fiqhiyah). Demikian lah kira-kira sekilas sistematika hukum Islam itu sendiri.

Sebagaimana kita maklumi bahwa hukum adalah sesuatu yang fleksibel, mudah berubah sesuai dengan
kondisi dan terkadang tergantung pada kebijakan para pengambil keputusan (pemerintah). Hal ini karena
tujuan dari syariat itu sendiri adalah demi kemaslahatan manusia itu sendiri. Sehingga manakala hukum
yang telah ditetapkan tidak lagi menimbulkan maslahat atau bahkan berdampak pada kerusakan (mudharat)
maka bisa saja disepakati hukum baru demi terciptanya kemaslahatan tadi. Dalam islam hal ini boleh-boleh
saja asalkan masih dalam koridor muamalah bukan pada inti ajaran Islam yaitu aqidah atau apa yang sudah
jelas dan tetap dalam agama (al-ma’lum minad din bidh dharurah). Sehingga terdapat kaidah ushul fiqh yang
menjelaskan kefleksibelitasan islam dalam masalah hukum yang berbunyi, ‘al-hukmu yataghayyaru
bitaghayyuril amkinah wal azminah’, hukum itu berubah sejalan dengan perubahan situasi dan kindisi.
Artinya Islam menghendaki kemaslahatan yang sebesar2nya terhadap umatnya dg keluwesan huk yg ada.

Dalam kajian hukum Islam kita mengenal qaul qodim (pendapat lama) dan qaul jadid (pendapat baru) Imam
Syafi’i. Qaul qodim adalah fatwa Syafi’i tatkala ia masih berada di baghdad sedangkan qoul jadid adalah
fatwa baru dari Syafi’i setelah pergi dari Baghdad, di Mesir tepatnya. Ini adalah satu indikasi akan
flesibelitas hukum islam, dimana Syafi’i, seorang imam madzhad memiliki dua pendapat yang berbeda
terkait masalah fiqh. Apabila distingsi itu kita temukan dari dua ulama’ maka hal itu bisa kita katakan wajar
namun manakala ikhtilaf itu terdapat pada satu imam, ini yang menjadi bahan renungan. Sehinggan dapat
kita fahami bahwa hukum itu tidak tetap, tetapi bisa berubah dan disesuikan dengan keadaan sebagaimana
yang dilakukan oleh Syafi’i. Mungkin saja andaikata Syafi’i tinggal di Indonesia akan merumuskan qaul
jadid ala Indonesia. Sekarang saja Indonesia telah memiliki Kompilasi Hukam Islam (KHI) ala Indonesia
yang banyak mengadopsi pendapat Syafi’i.

Mengenai fleksibelitas Islam itu sendiri nampaknya mengandung banyak hikmah bagi umat islam. Apabila
Islam itu kaku maka akan banyak ditemui kesulitan untuk menerapkan hukum terhadap semua umat.
Padahal umat ini berbeda beda, baik latar belakang, kondisi tempat dan waktu dan juga pemikirannya.
Dalam islam sendiri kita telah mengenal, ‘ma ja’alallahu fid dini min haraj (sekali-kali Allah tidak menbuat
kesusahan bagimu dalam agama)’. Kalau saja Allah sebagai syari’ (pembuat hukum) menghendaki adanya
kemudahan dalam agama mengapa kita mesti menyusahkan diri dalam agama. Seorang yang mampu solat
dengan berdiri, wajib baginya shalat dengan berdiri namun manakala ia mendapati kesusahan maka boleh
saja shalat dengan duduk bahkan berbaring sekalipun. Seorang yang mampu berpuasa misalnya, wajib
baginya untuk berpuasa namun manakala haraj (kondisi yang menyulitkan) mendapatinya maka tidaklah
wajib baginya berpuasa pada waktu itu dengan catatan ia masih wajib mengganti puasanya pada hari yang
lainnya atau dengan membayar fidhyah.

Hukum Islam sendiri merupakan tata aturan yang rentan dengan masalah kontemporer yang terkadang sama
sekali belum ada aturan hukumnya. Hal ini karena pada waktu rasul masih hidup masalah itu tidak
ditemukan sehingga untuk menentukan hukumnya diperlukan adanya ijtihad yang berlandaskan Alquran dan
Hadits. Mengenai masalah ini, pemerintah Indonesia khusunya telah menbentuk badan yang berfungsi untuk
menanggapi permasalahan yang bergulir di tengah kehidupan umat yaitu MUI. Pada pondok pesantern
misalnya banyak kita jumpai pertemuan yang mengkaji masalah kekinian yang ada yang kita kenal dengan
istilah bahtsul masail. Hal ini merupakan manifestasi daripada keluesan Islam dalam menjawab tantangan
dunia modern. Sebab islam bukanlah agama yang jumud (statis) melainkan agama yang dinamis dan
responsif terhadap perkembangan zaman dan permasalahan umat. Sehingga umat islam mampu bersaing dan
hidup dengan segala kemaslahatan pada era modern ini.

Islam juga menghendaki adanya hubungan yang harmonis dengan pemerintah. Sebab pemerintah sebagai

10
pemegang kekuasaan adalah partner agama dalam masalah syariat Islam. Misalnya saja, belakangan ini
banyak beredar isu kontemporer di tengah masyarakat, kita ambil contoh yang mungkin masih hangat
dibicarakan yaitu rencana rumusan RUU yg mengatur tentang nikah siri dimana pelakunya akan dikenai
pidana berupa kurungan penjara dan denda meterial. Hal ini tentu menyangkut dua dimensi, di satu sisi
nikah itu adalah urusan agama terkait dengan tata cara dan hukumnya namun di sisi lain aturan pidana
tentang nikah siri dengan alasan akan menimbulkan banyak mudharat adalah ranah hukum negara. Disini
lah, peran islam dalam menjawab permalahan yang selalu hadir di tengah-tengah umat. Sehingga, dengan
adanya keharmonisan antara agama dan pemerintah dibutuhkan kerjasama dan keterkaitan yang saling
mengisi dan melengkapi antara agama dan pemerintah. Dalam masalah nikah siri tadi sebenarnya dalam
syariat Islam sah adanya dan tidak memilki sanksi apapun bagi pelakunaya. Namun karena Islam
meghendaki kemaslahatan maka demi terciptanya sebuah kebaikan, pidana terhadap pelaku nikah siri juga
dibenarkan dan sekali lagi tidak menyalahi syariat. Dalam ushul fiqh terdapat sebuah kaidah yang berbunyi,
‘dar’ul mafasid muqoddamun ‘ala jalbul mashalih (mancegah adanya kemungkinan timbulnya mudharat itu
dikedepankan dalam rangka memperoleh kemaslahatan)’.

Demikianlah kiranya penjelasan mengenai fleksibelitas Islam dalam menanggapi masalah kontemporer
umat. Dimana Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam) merupakan agama yang
berfungsi untuk memelihara manusia dari mudharat dan menginginkan adanya kebaikan dan kemaslahatan.
Sesuai dengan konsep ini maka manakala hukum islam itu tidak lagi menimbulkan kemaslahatan maka
memungkinkan perumusan hukum baru yang disesuikan dengan kondisi mukallaf (orang yang terkena
pembebanan hukum) dan keadaan kala itu sehingga kemaslahatan itu akan tetap terpelihara. Hal ini karena
sejatinya Allah swt menginginkan adannya kemudahan dalam beragama sebagaimana firmannya yang
berbunyi, “innallaha yuridu bikumul yusro (sesungguhnya Allah menghendaki kemudahan bagi kalian)”.
Sehingga islam mudah diterapkan dalam kondisi apapun dan dimanapun juga karena islam memiliki konsep
maslahat yang tidak dimiliki oleh agama lainnya.
AGAMA ISLAM DAN PAHAM KEAGAMAAN
A. Pengertian Agama Islam Agama merupakan segenap kepercayaan kepada Tuhan, dewa, dan sebagainya,
serta dengan kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Menurut Drs. Sidi
Gazalba mengatakan bahwa agama ialah kepercayaan kepada Tuhan dan hubungan manusia dengan yang
Qudus, dihayati sebagai hakikat yang ghaib, hubungan untuk menyatakan diri dalam bentuk serta sistem
kultus dan sikap hidup berdasarkan doktrin tertentu. Al-Qur’an mengistilahkan agama secara umum dengan
din, baik untuk Islam maupun selainnya, termasuk kepercayaan terhadap berhala. Seperti dalam Qur’an surat
al-Kafirun ayat 6.
    
6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Artinya: Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku. Al-Syahrustani juga mengidentifikasikan din,
sebagai sesuatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal untuk memegang
peraturan Tuhan itu dengan kehendak sendiri, untuk mencapai kebaikan hidup di dunia dan kelak di akhirat.
Syaratsyarat agama meliputi beberapa hal yaitu:
1. Ajaran tentang kepercayaan (Aqidah) Aqidah ialah keyakinan bulat, tanpa keraguan, yang menimbulkan
sikap jiwa, dilahirkan dalam perkataan dan diwujudkan dalam perbuatan.
2. Ajaran pemujaan atau kultus (Ibadah) Ibadah adalah sistem ritus, yakni, upacara yang tatacaranya telah
ditentukan agama (ibadah dalam arti khusus).
3. Aturan hukum (Syari’ah) Hukum (Syari’ah) adalah peraturan Allah dan sesama makhluk, untuk
menjamin kebahagian dan kesejahteraan manusia, lahir dan batin, di dunia dan akhirat.
4. Adanya penyampaian ajaran (Nabi atau Rasul) 18 Nabi dan Rasul adalah pembawa ajaran agama. Nabi
dan Rasul merupakan pembawa atau penyambung “lidah” Tuhan yang menyampaikan pesan Ilahiyah
kepada umat manusia.

11
5. Adannya sumber ajaran (Kitab Suci) Kitab Suci adalah kitab firman-firman (wahyu) Tuhan yang
terhindar dari nodanoda baik sengaja maupun tidak. Kitab Suci harus memenuhi syarat-syarat: adanya
keterangan bahwa kitab itu ditulis atau dituliskan atas perintah orang yang menerima wahyu, terdapat kitab
asli dalam bahasa Nabi yang berisi ajaran yang dapat memimpin manusia ke jalan yang lurus serta tidak
terdapat ayat yang saling bertentangan.
1 Kata Islam secara etimologis memberikan pengertian penyerahan diri dan masuk ke dalam kedamaian.
Pengertian pertama sangat banyak dipakai dalam al-Qur’an, seperti pada ayat yang menyebutkan bahwa
agama yang benar bagi Allah adalah Islam. Dalam istilah, Islam merupakan nama bagi agama yang dibawa
atau disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya, wahyu yang terkodifikasikan dalam apa yang
secara teknis disebut mushaf, namun secara umum disebut dengan al-Qur’an merupakan sumber utama
sedangkan praktek Nabi Muhammad bersama para sahabatnya yang dalam pengawasan beliau merupakan
sumber kedua yang disebut sunnah (tradisi) Nabi dan tertulis dalam literatur yang dinamakan Kitab Hadis.
Menurut Musthafa Abdur Raziq agama Islam merupakan peraturan-peraturan yang terdiri dari kepercayaan-
kepercayaan dan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan keadaan suci, artinya yang membedakan mana
yang halal dan yang haram, yang dapat membawanya memiliki rohani yang kuat.
2 Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan
agama inilah Allah menutup agama2 sebelumnya. Allah telah menyempurnakan agama ini bagi hamba2Nya.
Dengan agama Islam ini pula Allah menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah hanya meridhoi Islam
sebagai agama yang harus mereka peluk. Oleh sebab itu tidak ada suatu agama pun yang diterima selain
Islam. Allah ta’ala juga berfirman dalam Qur’an surat Ali Imran Ayat 19.
              
            

19. Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang
telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian
(yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya
Allah sangat cepat hisab-Nya.
[189] Maksudnya ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al Quran.
1. Islam memerintahkan untuk mentauhidkan Allah ta’ala dan melarang kesyirikan.
2. Islam memerintahkan untuk berbuat jujur dan melarang dusta.
3. Islam memerintahkan untuk berbuat adil dan melarang aniaya.
4. Islam memerintahkan untuk menunaikan amanat dan melarang berkhianat.
5. Islam memerintahkan untuk menepati janji dan melarang pelanggaran janji.
6. Islam memerintahkan untuk berbakti kpd kedua orang tua dan melarang perbuatan durhaka kpd mereka.
7. Islam memerintahkan untuk menjalin silaturahim (hubungan kekerabatan yang terputus) dengan sanak
famili dan Islam melarang perbuatan memutuskan silaturahim.
8. Islam memerintahkan untuk berhubungan baik dengan tetangga dan melarang bersikap buruk kpd mereka.
9. Secara umum dapat dikatakan bahwasanya Islam memerintahkan semua akhlak yang mulia dan melarang
akhlak yang rendah dan hina. Islam memerintahkan segala macam amal salih dan melarang segala amal
yang jelek. Allah ta’ala berfirman
           
      
QS A-NAHL/16 : 90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

12
Ajaran Islam sebagai ajaran yang lengkap, utuh, kukuh, komprehensif, integrated, dan holistis memiliki
prinsip-prinsip yang dijadikan landasan operasionalnya. Berdasarkan kajian dan analisis terhadap ayat-ayat
al-Qur’an, al-Sunah, al-Ra’yu dan fakta sejarah, dapat diketahui bahwa prinsip-prinsip ajaran Islam antara
lain: sesuai dengan fitrah manusia, seimbang, sesuai dengan perkembangan zaman, manusiawi, sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, berbasis pada penelitian, berorientasi pada masa
depan, kesederajatan manusia, musyawarah, persaudaraan, keterbukaan, dan komitmen pada kebenaran.
Penjelasan secara singkat terhadap prinsip ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Sesuai Dengan Fitrah Manusia (Muthabaraqah Li Fitrah Al-Naas) Kata fitrah secara harfiah berarti
keadaan suci, dan dapat pula berarti berbuka. Dengan demikian, ketika disebut Idul Fitri, berarti kembali
kepada keadaan suci sebagaimana waktu dilahirkan ke muka bumi, dan berarti pula kembali makan dan
minum disiang hari. Selain itu juga fitrah merupakan kecenderungan atau perasaan mengakui adanya
kekuasaan yang menguasai dirinya dan alam jagad raya, yang selanjutnya disebut Tuhan. Hal ini sejalan dg
al-Qur’an 30 : 30
             
           
30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama
yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],
[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau
ada manusia tdk beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mreka tdk beragama tauhid itu hanyalah lkrn pengaruh lingkungan.
Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama
tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid
itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
2. Keseimbangan (Al-Tawazun) Manusia terdiri dari unsur jasmani dan rohani. Jasmani berasal dari tanah
atau dari bumi yang melambangkan kerendahan. Adapun rohani berasal dari Tuhan, dan bahkan ia
merupakan unsur ketuhanan (lahut) yang terdapat dalam diri manusia yang melambangkan ketinggian.
Jasmani cenderung kepada hal2 yg besifat materi, pragmatis, sesaat, tujuan jangka pendek, menghalalkan
segala cara, dan selanjutnya melanggar. Adapun rohani cenderung kepada hal2 yang bersifat immateri,
rohaniah, filosofis, abadi, tujuan jangka panjang, dan selalu berpihak kepada kebenaran.
3. Sesuai Dengan Keadaan Zaman Dan Tempat (Shalihun Li Kulli Zaman Wa Makan) Islam adalah
agama akhir zaman. Setelah itu tidak ada lagi agama yang diturunkan oleh Allah SWT. Dengan sifat yang
demikian itu, maka Islam sebagaimana yang sumbernya terdapat dalam al-Qur’an dan al-Sunah sbgmana
telah disebutkan sebelumnya akan terus berlaku sepanjang zaman. Untuk mengantisipasi berbagai
perkembangan yang terjadi, maka di dalam alQur’an terdapat ayat2 yang bersifat qath’i (pasti), yakni ayat2
yang pengertiannya sudah jelas, tegas, dan tidak dapat diartikan dengan arti yang lain. misalnya, ayat2
tentang aqidah, akhlak, ibadah, dan hal2 yang berkaiatan dengan hukum halal dan haram.
Penafsiran Al-Qur'an Masa Modern dan Kontemporer
Tulisan ini berusaha membahas mengenai perkembangan penafsiran bermula dari masa pertengahan sampai
awal modern maupun kontemporer. Banyak sarjana muslim maupun para ulama mencoba menganalisis
perubahan karakteristik tafsir yang berkembang dari masa ke masa. Sebagaimana ada ungkapan yang
berbunyi "al-Qur'an sholihun li kulli zaman wa makan" ( al-Qur'an sesuai dengan waktu dan tempat)
sehingga tak menuntupi kemungkinan terjadi perubahan-perubahan dalam rangka menyesuaikan latar
belakang masyarakat yang berkembang pada masa tsb. 
Tapi meskipun begitu, tidak sepenuhnya keseluruhan terdapat perbedaan secara signifikan dari pola dan
pendekatan yang terdapat pada tafsir2 terdahulu, ada kalanya penafsiran modern masih harus bertumpu pada
tafsir klasik. Adapun rujukannya biasanya mengambil dari sumber2 klasik seperti karya Fakhrudin Al-Razi,
Zamakhsyari dan Ibnu Katsir. 
Satu hal yang perlu diperhatikan oleh penafsiran masa kontemporer kini lebih cenderung
bersifat continuing artinya terus berkembang keilmuannya. Terbukti, kalau melihat tafsir-tafsir klasik
13
pembahasannya seputar pendapat-pendapat ulama se-zamannya yang cenderung lebih ke ranah kritikan.
Jadi, mereka saling mengkritik satu sama lain. 
Mengungkapkan argumen-argumennya sebagai pendukung teori-teori mereka. Berbeda, pada tafsir era
kontemporer yang isinya semakin meluber ke mana-mana sehingga memunculkan warna-warni keilmuan.
Pendekatan-pendekatan tafsir di era modern banyak dimulai di negara-negara Arab utamanya Mesir.
Dahulunya wilayah Mesir adalah bekas jajahan dari Negara Barat (Ingris), maka bermula dari keterpurukan
tersebut lahirlah semangat pembaharuan dari masyarakat Mesir untuk mengubah pola pikir mereka. 
Wujud perubahan konten penafsiran al-Qur'an di era modern ini lebih berfokus dalam rangka menjawab
pertanyaan-pertanyaan baru yang muncul dari kalangan masyarakat entah itu dari bidang politik, sosial dan
perubahan budaya umat Muslim yang telah mengalami akulturasi dengan peradaban Barat. 
Secara garis besarnya pembahasan tafsir modern dikelompokkan menjadi 2 pembahasan : 
1. Membahas kesesuaian pandangan al-Qur'an terhadap dunia, dengan penemuan-penemuan dari ilmu
pengetahuan alam. 
2. Problem politik dan sosial berdasarkan pandangan al-Qur'an. Dalam wacana kontemporer tafsir sebagai
produk diposisikan sama seperti produk pemikiran lainnya, bersifat relatif dan nisbi, tidak bersifat mutlak
dan sakral atau harus disakralkan. 
Absolutisasi dan sakralisasi justru akan mengekang kebebasan untuk menemukan petunjuk kitab suci yang
sesuai dan hidup di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Lebih jauh dapat ditegaskan, bahwa tafsir sebagai
produk pemikiran yang tertuang dalam kitab-kitab tafsir yang sudah ada, kitab tafsir masa lalu boleh di
keritisi dan diberi tafsir ulang sesuai dengan kebutuhan masa kini. 
Term dan istilah kontemporer biasanya terkait dengan situasi dan kondisi yang sedang berkembang pada
saatnya, yaitu kondisi yang sedang berkembang pada saat ini. Secara konsepsional istilah kontemporer tidak
berdiri sendiri. Kemunculannya sebagai jawaban dari persoalan-persoalan yang pernah muncul pada periode
sebelumnya dan sekaligus sebagai respons dari situasi dan kondisi yang sedang dialami. Kemunculannya di
satu sisi karena dipengaruhi oleh suasana ke modern an yang telah dan sedang dialami. Oleh karena itu, sulit
untuk memisahkan antara modern dengan kontemporer. 
Apabila istilah kontemporer ini dikaitkan dengan tafsir, maka itu berarti bagaimana upaya menafsirkan ayat-
ayat al-Quran diadaptasikan dan disesuaikan dengan suasana dan kondisi pada saat ini yang sedang
dipengaruhi dan berada dalam suasana kehidupan modern. Istilah kontemporer terkait dengan situasi dan
kondisi tradisi penafsiran pada saat ini. 
Dengan demikian, sebenarnya ia dibedakan dengan masa modern, namun karena sulit dipisahkan antara
modern dan kontemporer, sebab banyak ide tafsir kontemporer yang terinspirasi oleh ide modern, maka
kadang kala dua istilah itu disatukan menjadi modern kontemporer. Sebagai lawan dan titik tolak dari tafsir
moden atau tafsir kontemporer adalah tafsir klasik, yaitu tafsir yang masih terikat dengan pesan-pesan
normatif dan mengikuti produk-produk tafsir yang sudah ada. Secara umum, model penafsiran klasik bisa
diklasifikasikan dalam dua hal: 
Pertama, tafsir tektualis. Tafsir ini menjadikan teks segala-galanya. Apa yang disampaikan teks adalah titah
Tuhan yang harus dilaksanakan. Bagi kalangan ini, ada keyakinan teologis,bahwa kehendak dan kekuasaan
Tuhan sudah disampaikan secara komprehensif dalam teks, sehingga konsekuensinya, pemahaman
keagamaan dan keduniaan harus merujuk sepenuhnya kepada teks. 
Kedua, tafsir ideologis. Biasanya tafsir model ini dikodifikasi sesuai dengan ideologi yang menjadi pilihan
kekuasaan. Kalangan sunni akan menafsirkan teks suci sesuai dengan ideologinya, begitu pula kalangan
Syiah mempunyai tafsir.
Dalam konteks metodologi tafsir, yaitu metodologi tafsir kontemporer berarti sama dengan metodologi tafsir
modern. Keberadaannya merupakan bentuk lain dari metodologi tafsir klasik. Selanjutnya, bila dilakukan
perbandingan, pemahaman metodologi tafsir kontemporer secara sekilas tidak ada bedanya dengan yang
klasik, ia juga ditujukan untuk menyelaraskan teks Kitab Suci dengan kondisi di mana mufassir hidup.
Dalam konteks kontemporer, dampak ilmu pengetahuan barangkali merupakan faktor utama yang
14
menciptakan tuntutan baru selain elemen-elemen yang mengitari kehidupan kontemporer di mana
kebanyakan tafsir modern awal meresponnya. 
Mayoritas kalangan modernis berargumen bahwa (sebagian besar) umat islam tidak memahami al-Quran
yang sesungguhnya, karenanya kehilangan sentuhan dengan inti pengetahuan,semangat rasional dari teks.
Namun demikian, terdapat karakteristik yang menonjol yang membedakan dari pemahaman metodologi
tafsir terdahulu adalah : 
Pertama, metodologi tafsir kontemporer menjadikan al-Quran sebagai kitab petunjuk, atau meminjam istilah
Amin al-Khuli (w. 1966 M.) al-ihtida' bi al-Quran. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh Syeikh Muhammad
Abduh yang ingin mengembalikan fungsi Alquran sebagai kitab petunjuk. 
Kedua, adanya kecenderungan penafsiran yang melihat kepada pesan yang ada di balik teks al-Quran.
Dengan kata lain, metodologi tafsir kontemporer tidak menerima begitu saja apa yang diungkapkan oleh al-
Quran secara literal, tetapi mencoba melihat lebih jauh sasaran yang ingin dicapai oleh ungkapan-ungkapan
literal tersebut. Dengan demikian, apa yang ingin dicapai adalah "ruh" atau pesan moral al-Quran. 
Produk kajian tafsir kontemporer sesungguhnya bukanlah produk tafsir yang tanpa kritik dan respon,
termasuk pendekatan dan metodologi yang dikembangkan dalam tradisi tafsir tersebut. Dalam perjalanannya
tafsir modern-kontemporer seringkali memunculkan kontroversi. Baik dari dalam diri umat Islam sendiri
maupun dari luar. Kritikan langsung dan tidak langsung seringkali muncul untuk mengkritisinya dan bahkan
memberi penilaian yang relatif ekstrim

‫القواعد الفقهية‬
Secara bahasa kata Kaidah Fiqhiyyah terdiri dari dua kata, kaidah dan fiqhiyyah. Kaidah berarti dasar
atau asas, dalam istilah Usul Fiqh adalah suatu yang biasa atau ghalibnya begitu. Fiqh berarti faham,
dalam istilah berarti kumpulan hukum-hukum  syara’ yang bertalian dengan perbuatan mukallaf yang
dikeluarkan dari dalilnya yang terperinci.

Secara istilah kaidah Fiqhiyyah berarti ketentuan aturan yang berkenaan dengan hukum-hukum fiqh
yang diambilkan dari dalil-dalil yang terinci. Menurut DR. Musthafa Ahmad bin Zarqa’ didefinisikan
sebagai dasar-dasar yang bertalian dengan hukum syara’ yang bersifat mencakup (sebagian besar
bagian-bagiannya) dalam bentuk teks-teks perundang-undangan yang ringkas (singkat dan padat) yang
mengandung penetapan hukum-hukum umum pada peristiwa yang dapat dimasukkan pada
permasalahannya. Menurut Prof. Hasbi Ash-Shiddiqy berarti kaidah-kaidah yang bersifat kully yang
diambil dari dalil-dalil kully dan dari maksud-maksud syara’ menetapkan hukum (maqashidusy syar’iy)
pada mukallaf serta dari memahami rahasia tasyri’ dan hikmah-hikmahnya. Lihat Kamal Mukhtar,
Ushul Fiqh 2, Dana Bakti Wakaf 1995, hal 185-187.

Kedudukan Kaidah Fiqhiyyah

Melihat dari obyek yang diteliti untuk menjadi dasar perumusan Kaidah Fiqhiyyah, maka Kaidah
Fiqhiyyah itu tidak lain adalah termasuk kumpulan hukum fiqh, tetapi dengan melihat namanya
kaidah, akan lebih dekat pada ilmu Ushul Fiqh, karena ilmu Ushul Fiqh itu juga bernama kaidah
ushuliyyah yang wujudnya ialah kaidah-kaidah yang merupakan rumusan cara-cara mengeluarkan
hukum dari dalil. Dari kaidah seseorang dapat menerapkan hukum furu’  sehingga menyerupai dalil,
15
sekalipun bukan dalil. Kaidah Fiqhiyyah merupakan indikator pada adanya furu’ yang tercakup di
dalamnya. Lihat Kamal Mukhtar, Ushul Fiqh 2 hal 189.

 
‫اص ِدهَا‬ ِ َ‫ اَألُ ُم ْو ُر بِ َمق‬.1           

Setiap perkara tergantung kepada maksud mengerjakannya

ِّ ‫ اَلْيَ ِقنْي ُ اَل يَُز ُال بِالش‬.2


‫َّك‬           

Suatu keyakinan tidak dapat dihilangkan dengan adanya suatu keraguan

‫الذ َّم ِة‬


ِّ ُ‫َصل َبراءَة‬
َ ُ ْ ‫ اَأل‬.3           

Hukum dasar adalah kebebasan seseorang dari tanggung jawab

‫َص ُل َب َقاءُ َما َكا َن َعلَى َما َكا َن‬ ْ ‫ اَأْل‬.4           

Yang menjadi dasar adalah tetap apa yang telah ada atas apa yang telah ada

‫لضَر ُر يَُز ُال‬


َّ َ‫ ا‬.5           

Kemudlaratan itu harus dihilangkan

‫ضَر َر َوالَ ِضَر َار‬ َ َ‫ال‬


Tidak boleh membalas kemudlaratan dan membalas kemudlaratan

ِ ‫لضرر ي ْدفَع بَِق ْد ِر اْ ِالم َك‬


‫ان‬ ْ ُ ُ ُ َ َّ َ‫ ا‬.6           

Kemudlaratan itu harus dihindarkan sedapat mungkin

‫ف‬
ِّ ‫َخ‬َ ‫الضَر ِر اْأل‬ َّ ِ‫َش ُّد يَُز ُال ب‬ َ ‫لضَر ُر اْأل‬َّ َ‫ ا‬.7           

Kemudlaratan yang lebih berat dapat dihilangkan denganmengerjakan kemudlaratan yang lebih ringan

‫َخ ِّف ِه َما‬‫أ‬ ِ


‫اب‬ ‫ك‬
َ ِ‫ان رو ِعي أ َْعظَمهمضا ضررا بِارت‬ ِ َ‫ إِ َذا َتعارض امل ْفس َدت‬.8
َ ْ ََ َ ُُ َ ُْ َ َ َ ََ           

Apabila ada dua mudlarat yang saling berhadapan maka ditinggalkan yang lebih besar mudlaratnya dengan
melaksanakan yang lebih ringan

‫ح‬ ِ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ص‬َ ‫م‬َ ‫ال‬ ‫ب‬


ِ ْ ‫اس ُد ُمقَ َّد ُم َعلَى َج‬
‫ل‬ ِ َ‫ َدرْ ُء ال َمف‬.9
ِ Meninggalkan mafsadah/ kerusakan didahulukan dari memperoleh kemaslahatan
          

‫َّيءُ اِتَّ َس َع‬ ْ ‫الش‬ ‫اق‬َ ‫ض‬


َ ‫ا‬ ‫ذ‬
َ ِ
‫إ‬ – ِ ِ ‫اَمل َش َّقةُ جَتْلِب التَّي‬.10
‫س‬
‫ُ ْ رْي‬
Kesukaran itu mendatangkan kemudahan َ
ُ ‫ات تُبِْي ُح اْملَ ْحظُْو َر‬
‫ات‬ ُ ‫لض ُر ْو َر‬َّ َ‫ا‬.11
Keadaan dlarurat itu membolehkan larangan-larangan

‫َّر بَِق َد ِر َها‬ ُ ‫ات ُت َقد‬


ُ ‫لض ُر ْو َر‬َّ َ‫ا‬.12
Keadaan dlarurat itu ditentukan ukurannya menurut kadar yang dibutuhkan

ٌ‫اَ ْل َعا َدةُ ُم َح َّك َّمة‬.13


16
Adat kebiasaan dapat ditetapkan sebagai hukum

‫ض بِاْ ِال ْجتِ َه ِاد‬ ‫ق‬


ُ
ُ َ ‫ن‬
ْ ‫ي‬ ‫ال‬
َ ‫اد‬
ُ ‫ه‬ِ‫اَالجت‬.14
َْ
Ijtihad tidak gugur dengan ijtihad

ِ ِ
ٌ ْ ُ َ َ‫اَ ِإل ْيثَ ُار بِالْع‬.15
‫ع‬ ‫و‬‫ن‬ْ‫مَم‬ ‫ة‬ ‫اد‬ ‫ب‬
Mengutamakan orang lain dalam masalah ibadah terlarang

‫ب‬ ِ ‫اِ ِإل ْيثَار بِغَرْيِ اْلعِب َاد ِة مطْلُو‬.16


ْ َ َ ُ
Mengutamakan orang lain dalam masalah yang bukan ibadah merupakan tuntutan

‫ب‬ ِ ‫ما الَ يتِ ُّم اْلو ِاجب إِالَّ بِِه َفهو و‬.17
‫اج‬
ٌ َ َُ ُ َ َ َ
Sesuatu, dimana kewajiban tidak sempurna kecuali dengan adanya sesuatu tersebut, maka seseatu itu hukumnya wajib

‫ب‬ ِ َ‫اَخلروج ِمن اخْلِال‬.18


ٌّ ‫ف ُم ْستَ َح‬ َ ُ ْ ُُ
Keluar dari khilaf disunnahkan

ُ‫ َما الَ يُ ْد َر ُك ُكلُّهُ الَيُْتَر ُك ُكلُّه‬.19


Sesuatu yang tidak diperoleh secara keseluruhan maka tidak ditinggalkan semuanya

‫ َما َح ُر َم فِ ْعلُهُ َح ُر َم طَلَبُ ُه‬.20


Sesuatu yang haram melaksanakannya haram pula memintanya

ُ‫َخ ُذهُ َح ُر َم إِ ْعطَ ُاؤه‬ ْ ‫ َما َح ُر َم أ‬.21


Sesuatu yang haram mengambilnya haram pula memberikannya

ِ ‫ضل ِمن اْل َق‬


‫اص ِر‬ َ ُ َ ْ‫اَخلَْي ُر اْملَُت َعدِّي أَف‬.22
Kebaikan yang berdampak pada orang lain lebih utama dari pada yang terbatas pada dirinya sendiri

‫اَحلُ ْك ُم يَ ُد ْو ُر َم َع اْلعِلَّ ِة ُو ُج ْو ًدا َو َع َد ًما‬.23


Hukum itu berkisar dengan illatnya / alasannya, ada atau tidak ada

‫اح ِة‬ ‫ب‬ ِ


‫إل‬ ‫ا‬
َ ِ ‫اَألَصل يِف اْألَ ْشي‬.24
‫اء‬
ََ َ ُْ
Asal segala sesuatu itu boleh
1- ‫األمور بمقاصدها‬.
2- ‫درء المفاسد مقدم على جلب المصالح‬.
3- ‫األشد يزال باألخف‬.
4- ‫الضرر يدفع بقدر اإلمكان‬.
5- ‫الضرر ال يزال بمثله‬.
6- ‫ال ضرر وال ضرار‬.

17
‫‪.‬الضرر يزال ‪7-‬‬
‫‪.‬العبرة في العقود للمعاني ال لأللفاظ والمباني‪ / .‬االعتبار للمقاصد والمعاني ال لأللفاظ والمباني ‪8-‬‬
‫‪.‬إذا تعارضت مفسدتان روعي أعظمهما ضرراً بارتكاب أخفهما ‪9-‬‬
‫‪.‬ال ثواب إال بنية„ ‪10-‬‬
‫‪.‬العادة محكمة ‪11-‬‬
‫‪.‬العبرة للغالب الشائع ال للنادر ‪12-‬‬
‫‪.‬الحقيقة تترك بداللة العادة ‪13-‬‬
‫‪.‬إنما تعتبر العادة إذا اطردت أو غلبت ‪14-‬‬
‫‪.‬استعمال الناس حجة يجب العمل بها ‪15-‬‬
‫‪.‬التعيين بالعرف كالتعيين بالنص ‪16-‬‬
‫‪.‬ال ينكر تغير األحكام بتغير الزمان ‪17-‬‬
‫‪.‬العقد شريعة المتعاقدين ‪18-‬‬
‫‪.‬الغش يفسد كل شيء ‪19-‬‬
‫‪.‬المتهم بريء حتى تثبت إدانته ‪20-‬‬
‫‪.‬العقوبة شخصية ‪21-‬‬
‫‪.‬ال جريمة وال عقوبة إال بنص ‪22-‬‬
‫‪.‬ما بني على باطل فهو باطل ‪23-‬‬
‫‪.‬األصل في اإلنسان حسن النية ‪24-‬‬
‫‪.‬الشك يفسر لمصلحة المتهم ‪25-‬‬
‫‪.‬إفالت مجرم من العقاب خير من إدانة بريء ‪26-‬‬
‫‪.‬األصل في األشياء اإلباحة ‪27-‬‬
‫‪.‬وما كنا معذبين حتى نبعث رسوال ‪28-‬‬
‫‪.‬ال تزر وازرة وزر أخرى ‪29-‬‬
‫‪.‬الجزاء من جنس العمل ‪30-‬‬
‫‪.‬الضرورات تبيح„ المحظورات ‪31-‬‬
‫‪.‬ادرؤوا الحدود بالشبهات ‪32-‬‬
‫‪.‬ألن يخطئ القاضي في العفو خير من أن يخطئ في العقوبة ‪33-‬‬
‫‪18‬‬
‫‪.‬األصل براءة الذمة ‪34-‬‬
‫‪.‬األصل بقاء ما كان على ما كان ‪35-‬‬
‫‪.‬األصل في األمور العارضة العدم ‪36-‬‬
‫‪.‬األصل في األمور اإلباحة ‪37-‬‬
‫‪.‬األصل إضافة الحادث إلى أقرب أوقاته ‪38-‬‬
‫‪.‬ال ينسب لساكت قول ‪39-‬‬
‫‪.‬السكوت في معرض الحاجة بيان ‪40-‬‬
‫‪.‬اليقين ال يزول بالشك ‪41-‬‬
‫‪.‬الكتاب كالخطاب ‪42-‬‬
‫‪.‬ال حجة مع االحتمال الناشئ عن دليل ‪43-‬‬
‫‪.‬ال عبرة بالداللة مقابل الصريح ‪44-‬‬
‫‪.‬ال عبرة للتوهم ‪45-‬‬
‫‪.‬المشقة تجلب التيسير„ ‪46-‬‬
‫‪.‬المعروف عرفا ً كالمشروط شرطا ً ‪47-‬‬
‫‪.‬المعروف بين التجار كالمشروط بينهم ‪48-‬‬
‫‪.‬المدعي ال يحكم عليه وإنما يحكم له أو ترد دعواه ‪49-‬‬
‫‪.‬الدعوى ال تقابل بدعوى ‪50-‬‬
‫‪.‬اإلقرار سيد األدلة ‪51-‬‬
‫‪.‬اإلقرار حجة قاصرة على المقر وال يتعدى إلى غيره ‪52-‬‬
‫‪.‬المرء مؤاخذ بإقراره ‪53-‬‬
‫‪.‬ال نكول بعد إقرار ‪54-‬‬
‫‪.‬ما يثبت باليقين ال يزول بالشك ‪55-‬‬
‫‪.‬البينة على من ادعى واليمين على من أنكر ‪56-‬‬
‫‪.‬الحدود تدرأ بالشبهات ‪57-‬‬
‫‪.‬البينة„ إلثبات خالف الظاهر واليمين إلبقاء األصل ‪58-‬‬
‫‪.‬االجتهاد ال ينقض باالجتهاد ‪59-‬‬
‫‪.‬األجر والضمان ال يجتمعان ‪60-‬‬
‫‪19‬‬
‫‪.‬االجتهاد ال ينقض بمثله ‪61-‬‬
‫‪.‬إذا بطل الشيء بطل ما في ضمنه„ ‪62-‬‬
‫‪.‬إذا تعذر األصل يصار إلى البدل ‪63-‬‬
‫‪.‬الثابت بالبرهان كالثابت بالعيان ‪64-‬‬
‫‪.‬اإلشارة المعهودة لألخرس كالبيان باللسان ‪65-‬‬
‫‪.‬الممتنع عادة كالممتنع حقيقة ‪66-‬‬
‫‪.‬من سعى في نقض ما تم على يديه فسعيه مردود عليه ‪67-‬‬
‫‪.‬دليل الشيء في األمور الباطنة يقوم مقامه ‪68-‬‬
‫‪.‬المطلق على إطالقه إذا لم يُقيد نصا أو داللة ‪69-‬‬
‫‪.‬ال عبرة بالظن البين خطؤه ‪70-‬‬
‫‪.‬الضمان على المعتدي ‪71-‬‬
‫‪.‬ما أبيح لسبب بطُل بزواله ‪72-‬‬
‫‪.‬من أتلف شيئا ً عمداً بغير حق لزمه الضمان جبراً لما فات من الحق ‪73-‬‬
‫‪.‬يتحمل الضرر الخاص لدفع ضرر عام ‪74-‬‬
‫‪.‬القديم يترك على قدمه ‪75-‬‬
‫‪.‬الضرر ال يكون قديما ً ‪76-‬‬
‫‪.‬حق التقاضي مكفول ‪77-‬‬
‫‪.‬الحيازة في المنقول سند الملكية ‪78-‬‬
‫‪.‬ال يجوز إثبات ما يخالف الكتابة إال بالكتابة ‪79-‬‬
‫‪.‬االستثناء يقدر بقدره وال يجوز القياس عليه ‪80-‬‬
‫‪.‬الفرع يتبع األصل والجزء يتبع„ الكل ‪81-‬‬
‫‪.‬ال يضار المستأنف من استئنافه ‪82-‬‬
‫‪.‬الزيادة كالنقصان ‪83-‬‬
‫‪.‬العقود غابن ومغبون ‪84-‬‬
‫‪.‬عدم جواز نظر الدعوى لسابقة الفصل بها ‪85-‬‬
‫‪.‬إنما األعمال بالنيات ‪86-‬‬
‫‪.‬التقادم ال يسقط الحق مهما طال األمد ‪87-‬‬
‫‪20‬‬
88- ‫القانون ال يقر التعسف في استعمال الحق‬.
89- ‫من استعجل الشيء قبل أوانه عوقب بحرمانه‬.
90- ‫ لكن البينة„ على المدعي و اليمين على‬، ‫ الدعى رجال أموال قوم ودمائهم‬، ‫لو يعطى الناس بدعواهم‬
‫من أنكر‬.
91- ‫إذا تعذر األصل يصار إلى البدل‬.
92- ‫إذا تردد العقد بين الصحة والفساد حمل على الصحة‬.
93- ‫األصل في العقود حملها على السالمة من المفسد‬.
94- ‫تصحيح„ العقود إذا ترتب على إبطالها ضرر‬.
95- ‫إبقاء الحال على ما وقعت عليه إذا ترتب على نقضها مفسدة أعظم‬.

KUMPULAN KAIDAH USHUL FIQIH DAN PENJELASANNYA


Amar Dan Kaidah-Kaidahnya

‫األ مــر هــو طــلــب ا لــفــعــل مــنا أل عــلى ا لى ا أل د نى‬


Amar adalah tuntutan melakukan pekerjaan dari orang yang derajatnya lebih tinggi kepada orang yang
derajatnya lebih rendah.
Bentuk – Bentuk Amar

Fiil Amar contohnya :  : QS 17 : 79


Fiil Mudhori yang didahului lam amr contohnya :  QS 65 : 7
Lafad-lafad ‫قــضى – كــتــب – و جــب – فــر ض‬
Isim Fiil Amar ‫عــلــيــكــم‬
Masdar pengganti fiil contohnya :  ‫ ا حـــســا نـا‬contohnya :  QS 2 : 83
Kalam Khobar bermakna Insya contohnya :  QS 2 : 228

Makna Amar selain makna perintah

1. Boleh contohnya :  QS 2: 60

2. Aancaman contohnya :  ‫أ عــمــلـو ا مـا شــئــتــم‬

3. Sunah contohnya :  :24 : 33

4. Petunjuk contohnya :  QS 2 : 282

5. Memuliakan contohnya :  15 : 46

6. Menyamakan contohnya :  QS 52 : 16

7. Penghinaan QS 2 : 65

8. Melemahkan QS 2 : 23

21
9. pernyataan terhadap nikmat ( imtinan ) contohnya :  QS 6: 142

10. Penciptaan contohnya :  36 : 82

11. Penyerahan ( tafwid ) QS toha : 72

12. Mendustakan 2: 111

13. sedih ( talhif ) 3: 119

14. permohonan ( doa ) 2 : 201

15. Permintaan biasa contohnya : . mainlah kerumahku

16. angan-angan ( tamanni ) contohnya :  memohon semoga muda kembali

17. sopan santun contohnya :  hadits agar makan makanan yang letaknya dekatdengan tempat
duduk.

Kaidah-Kaidah Amr

‫ا أل صــل فى ا أل مــر لـلــو جـو ب‬


Asal dalam perintah menunjukan arti wajib

‫ا أل صــل فى ا أل مــر لـلــو جـو ب و ال تـد لّ عـلى غـيـره ا أل بــقــر يــنــة‬


Asal dalam perintah menunjukan arti wajib` kecuali adadalil yang memalingkanya.

‫ا أل صــل فى ا أل مــر أل يــقــتـضى ا لــتــكــرا ر‬


Asal dalam perintah tidak menghendaki pengulangan

‫ا لــحــكــم يــد و ر مــع ا لــعــلّـة و جـو دا و عــد مـا‬


Hukum itu berkisar pada : ada atau tidak adanya illat

‫ا أل صــل فى األ مــر ال يــقـتـضى ا لــفــو ر‬


Asal dari perintah tidak menunjukan segera.

‫ا أل مــر بــا لــشــيـئ أ مــر بــو ســا ئــلــه حـكــم ا لــمــقــا صــد‬
Perintah kepada sesuatu menjadi perintah padaperantaranya. Dan perantara itu hukumnya
sama dengan yang dimakasud

‫مـاأل يــتــم ا لــو ا جــب ا ال بـه فــهــو و ا جــب‬


Tidak akan sempurna suatu kewajiban kecuali dengan sesuatuyang lain, maka sesuatu yang
lain itu pun hukumnya menjadi wajib.

‫ا أل مــر بــا لــشــيئ نــهــي عـن ضــ ّد ه‬


Perintah terhadap sesuatu merupakan larangan darisebaliknya.

22
‫ا أل مــر بــعـد ا لــنـهـى يــفــيــد ا أل بــا حــة‬
Perintah yang jatuh setelah adanya larangan hukumnyaadalah boleh.

Kaidah NAHI (larangan)

ّ
‫لــكــف عـن فــعــل مـن ا أل عــلى ا لى ا أل د نى‬ ‫ا لــنـهـي هـو طــلـب ا‬
Larangan adalah tuntutan untuk meninggalkan perbuatan dariorang yang lebih tinggi derajatnya kepada yang
rendah.

Bentuk – Bentuk nahi

Fiil nahi 17 : 32
Fiil mudori 56 : 79
lafal-lafal larangan ‫حـرم – ا حــذ ر – ا تــر ك – خـطـر – نـهـى – د ع – ذ ر‬

Makna Nahi selain larangan

1) Makruh contohnya :  hdits larang solat dikandang onta

2) Harapan, doa 2 : 286

3) Petunjuk 5 : 101

4) Menghibur ( I’tinas ) 9: 40

5) Angan-angan 32: 12

6) Biasa ( iltimas ) contohnya :  jangan main kesana

7) Menjelaskan suatu akibat. Contohnya :  menganggap mati orang jihad fisabililah 3 :169

8) Menjelaskan ( tanbih ) contohnya :  jangan melarang jika engkau mengerjakan

Kaidah kaidah NAHI

‫ا أل صــل فـى ا لــنــهـى لـلــتــحــر يــم‬

Asal pada larangan menunjukan arti haram

‫ا لــنــهــى عـن ا لــشــيـئ أ مــر بــضــد ه‬

Larangan terhadap sesuatu berarti perintah kebalikannya.

‫ا أل صــل فـى ا لــنــهــى يــقــتــضـى ا لــفــســا د مــطــلــقـا‬

Asal larangan akan mengakibatkan kerusakan secara mutlak

‫ا أل صــل فـى ا لــنــهـى يــقــتــضـى ا لــــتـكــر ا ر مـطــــلــقــا‬

Asal dalam larangan menghendaki adanya pengulanganseanjang masa.


23
‘AM ( UMUM )

‫ا لـعـا م هـو ا لـلــفـظ ا لـمـسـتــغـر ق لـجـمـيـع مـا يـصـلـح و ضـع و ا حـد د فـعـة‬

‘Am adlah lafal yang menujukan pengertian umum yangmencakup satuan-satuan ( afrad) yang ada dalam
lafal itu tanpa pembatasanjumlah tettentu.

Menurut jumhur ulama, ‘amm dibangun dari khas. Oleh karenaitu khas lebih kuat dari ‘am. Maka ‘am dapat
digugurkan ketika ditemukan khas.Sedangka khas tidak dapat digugurkan dengan adanya ‘amm.

Lafal-Lafal Yang menujukan ‘AMM

‫كــ ّل يشى جــمــيــع‬


‫ا ل تــعــر يــف ا لــجــنــس ” ا لــبــيـع يـنــقـل ا لـمــلـكــيّــة لــفـظ ا لـمأأفـر د مـع‬

lafal jama yang dimakrifatkan dengan alif lamtarif jinsi.

lafal mufrod da jama yg dimakrifatkan dg idofat contohnya:  ‫و ا مـا بــنـعـمــة ر بـك‬
isim – isim maushul
isim-isim isyarat
isim –isim istifham
Isim nakiroh yang dinafikan contohnya :  ‫ال هـجـر ة بــعـد ا لــفــتـح‬

KAIDAH ‘AM

‫ا لـعـمـو م ال يـتصـو ر ا أل حــكت م‬


Keumuman itu tidak mengambarkan suatu hokum.

‫ا لـمـفـهـو م لـه عـمـو م‬


Makna yang tersirat itu mempunyai bentuk umum.

‫ا لـمـخـا طـب يـد خـل فى عـمـو م خـطـا ب‬


Orang yang memerintahkan sesuatu masuk ke dalam pemerintah tersebut.

‫ا لـعـبـر ة بـعـمـو م ا لـلـفـــظ ال بــخـصـو ص ا لــسـبــب‬


Suatu ungkapan itu berdasarkan keumuman lafal, bukan kekhususan sebab.

‫ا لــعـمـل بـا لــعــا م قـبـل ا لـبـحـث عـن ا لـمـخــصّــص ال يـجـو ز‬


Mengamalkan lafal yang bersifat umum sebelum ada pengkhususantidaklah diperbolehkan.

‫ّ عــمـوم ا لــعـا م ســمــو لــ ّي و عـمـو م ا لــمــطــلــق بــد لــي‬


Keumuman itu bersifat menyeluruh, sedangkan keumuman mutlak itu bersifat mengganti atau mewakili.

KHAS ( KHUSUS )

‫ا لـلــفـظ ا لـذ ى يـد ّل عـلى مـعـنى و ا حــد‬


lafal yang menunjukan makna tertentu.

ADA 2 JENIS TAKHSHIS

24
1) Takhshih Muttasil (bersambung)

Syarat contohnya :  2 : 228

Sifat 4 : 92

Goyah (maksud, tujuan) contohnya : . 5:6

badal ba’du min kulli contohnya :  : haji bagi yang mampu

hal (keadaan) contohnya :  larangan saat ketika mabuk 4 : 43

Dzorof makan dan zaman. Contohnya :  masa zakat fitrah jadi sodakoh setelah sholatid.

2) Takhsih Munfasil (terpisah)

mentahsis qur’an dengan qur’an 2: 228 dengan 65 : 4

mentakhsis qur’an dengan sunah contohnya : warisan 4 :11 dengan kafir dan pembunuh

mentakhsis sunah dengan qur’an contohnya : hadits wudu dengan tayamum 4:43

sunah ditakhsis dengan sunah. contohnya :  zakat tani 10 % dengan tidak wajib sebelum lima wasak

qur’an atau hadits ditakhsis dengan qiyas contohnya : hukum dera bagi pezna 100 kali 24 : 2 dengan qiyas
hamba sahaya 50 kali.

qur’an ditakhsis dengan akal contohnya : wajib haji 3 :97 anak kecil dan orang gila tidak wajib.

hadits ditakhsis dengan mafhum (makna tersirat) contohnya:  zakat satu kambing dari 40. hanya kambing
diluar kandang mencari makan sendiri, tapi yang dikandang /dipelihara tidak wajib ( HR Bukhari )

penghususan dengan problem nyata karena darurat hukumnya boleh. Contohnya :  Abdurahman bin Auf dan
zubair boleh pakai sutera karena penyakit gatal.

Mutlaq dan Muqoyyad

Adalah lafal yang menujukan sesuatu yang tidak terbatas.

‫ا لــمــطــلــق هــو ا للــفــظ ا اــخــا ص لـم يــقــيـّــد بــقــيــد لــفــظــ ّي يــقــلّــل شــيــو عــه‬
Mutlaq adalah suatu lafadz tertentu yang tidak terikat oleh batasan lafadz yang mengurangi keumumannya.

‫ا لـــمــقــيّــد هـو ا للــفــظ ا لــخــا ص قــيّــد لــفــظــ ّي يــقــلّــل شــيــو عــه‬


Muqayyad adalah lafadz tetentu yang dibataasi oleh batasan lafadz lain yang mengurangi keumumannya.

‫ا لـمـطـلـق عـلى ا طــلـقــه مـا لـم يــقـم د لــيـل عـلى تــقــيــد ه‬


Hukum mutlaq ditetapkan berdasarkan kemutlakannya sebelum ada dalil yang membatasinya.

‫ا لــمـقــيـد بـا ق عـلى تــقــيــيـد ه مـا لـم يــقـم د لـيــل عــلى ا طــال قــه‬
Lafal muqayyad tetap dihukumi muqayyad sebelum ada bukti yang memutlakannya.

25
‫ا لــمــطــلـق ال يــبـقـى عـلى ا طــال قــه ا ذ ا يـقـو م د لـــيـل عــلى تــقــيـيـد ه‬
Lafal mutlak tidak boleh dinyatakan mutlak jika telah ada yang membatasinya.

‫ا لــمـقــيـد ال يـبـقـى عـلى تـقـيـيـد ه ا ذ ا يـقـو م د لـــيـل عـلى ا طـــال قــه‬


Muqayyad tidak aka tetap dikatakan muqayyad jika ada dalil lain yang menunjukan kemutlakannya.

‫ا لــمـطــلـق يـحـمـل عـلى ا لـمـقـيـّتد ا ذ ا ا تّــفــقـا فى ا لــســبـب و ا لــحـكــم‬


Mutlak dibawa ke mukoyyad jika sebab dan hukumnya sama.

‫ا لـمــطــلـق يـحــمــل عــلى ا لــمــقــيـد ا ن ا خــتــلـفـا فى ا لــســبـب‬


Mutlak itu dibawa ke mukoyyad jika sebabnya berbeda

‫ا لـمــطــلــق ال يــحــمـل عـلى ا لــمــقــيــد ا ذ ا ا خــتــلـف فى ا لــحــكـم‬


Mutlak itu tidak dibawa ke mukoyyad jika yang berbedahanya hukumnya

‫ا لــمــطــلـق ال يــحــمـل عـلى ا لــمــقــيــد ا ذ ا ا خـــتــلـفـا فى ا لــســبــب و ا لــحــكــم‬


Mutlak itu tidak dibawa ke mukoyyad jika sebab dan hukumnya berbeda

MANTUQ ( YANG TERSURAT ) DAN MAFHUM (YANG TERSIRAT )

Mantuq adalah lafal yang kandungan hukumnya tersurat didalam apa yang diucakan.

Mafhum adalah lafal yang kandungan hukumnya ada dibalikarti mantuq

‫مــاد ّل عــلــيــه ا لـلــفــظ فى مــحــ ّل ا لــنّــطــق‬

Manthuq adalah sesuatu yang ditunjukan oleh lafadz sesuaidengan yang diucapkan

‫مــاد ّل عــلــيــه ا لـلــفــظ ال فى مــحــ ّل ا لــنّــطــق‬

Mafhum adalah sesuatu yang ditunjukan oleh lafadz, bukanarti harfiyyah yang diucapkan

Mafhum terbagi 2 :

mafhum muwafaqoh yaitu menetapkan hukum dari maknanya yang sejalan atau sepadan dengan makna
yang tersurat. Contohnya : khomar itu haram maka semua yang memabukan hukumnya haram.

Mafhum Muwafaqoh terbagi 2 :

fahwal khitab
yaitu apabila yang tersirat lebih utama dari yang tersurat.

Contohnya :  QS 17 :23 menyebut "AH" saja dilarang, apalagi memukul. 17 : 32 jangan mendekati zina.
Mafhummuwafaqoh fahwal khitab nya adalah mendekati zina saja diharamkan, apalagi melakukannya.

Lahnul Khitab,
yaitu apabila yang tidak diucapkan (tersirat) sama hukumnya dengan yang diucapkan (tersurat).

Contohnya :  memakan harta anak yatim 4 : 9. mafhummuwafaqoh lanhul khitab nya contohnya : dengan
membakar, atau merusaknya.

mafhum mukhalafah adalah menetapkan hukum kebalikan dari hukum mantuqnya

26
Mafhum mukhalafah terbagi:

mafhum dengan sifat


contohnya : . hadits zakat kambing, maka mafhummukhalafahnya adalah binatang yang dikandangin, diberi
makan tidak wajib zakat.

mafhum dengan goyah


contohnya : . 2 : 187 mafhum mukhalafahnya apabila fajard atang, maka hentikan makan dan minum,
artinya puasa dimulai.

mafhum dengan syarat


contohnya : . 65: 6, mafhum mukhalafahnya adalah jika istri yang ditalak tidak hamil, maka mantan suami
tidak harus memberi nafkah.

mafhum dengan bilangan


contohnya : . 24 : 4, mafhum mukhalafahnya tidak boleh mendera.

‫مــفــهـوم ا لــمــو ا فــقــة حــجــة‬

Mafhum muawafakoh ( makna tersirat yang sesuai ) dapat dijadikan hukum.

MUJMAL DAN MUBAYYAN

Mujmal adalah lafal yang mencakup kemungkinan segalakeadaan dan hukum yang terkandung di dalam
lafal tersebut. Ia bersifat globaldan menyeluruh sehinga membingungkan dan tidak dapat diketahui secara
jelasmaksudnya tanpa danya mubayyan ( penjelas )

Abdul Wahab Khalaf mendefinisikan, “"afal yang pengertiannya tidak dapat dipahami dari lafal itu sendirin
apabila tidak ada qarinah yang menjelaskannya"

‫ا لــمــجــمــل هــو ا للــفــظ ا لــذ ي ال يــد ّل بــصــيــيــغـتــه عــلى ا لــمــر ا د‬

Mujmal adalah lafadz yang sighotnya tidak menunjukan apa yang dimaksud ( tidak jelas )

‫ا لــمــبــيــّـن هــو ا للــفــظ ا لــذ ي يــد ّل بــصــيــيــغـتــه عــلى ا لــمــر ا د‬

Mubayyan adalah lafadz yang sigotnya jelas menunjukan apa yang dimaksud.

‫تــأخــيــرا لـبـــيــا ن عــن و قـــت ا لــحــا جـة ال يــجــو ز‬

Mengakhirkan penjelasan pada saat dibutuhkan tidak dibolehkan.

‫تــأخــيــرا لـبـــيــا ن عــن و قـــت ا لـــخــطــا ب يــجــو ز‬

Mengakhirkan penjelasan pada saat diperintahkan hukumnya boleh.

MURADIF (SINONIM) DAN MUSYTARAK (HOMONIM)

‫ا لـلــفـظ ا لــمــتـعــد د لــمـعــنى و ا حــد ا‬

murodif adalah dua kata atau lebih, satu arti

27
‫ا لـلـــفـظ ا لــذ ى يــد ل عــلى مـعــنـيـن ا و ا كــثـر‬

musytarak adalah satu kata mempunyai dua arti atau lebih

‫أ يــقــا ع كل مــن ا لــمــر ا د فــيــن مــكا ن ا ال خــر يــجــو ز ا ذ ا لــم يــقـم عــلــيــه طــا لــع شــر عــ ّي‬

Mendudukan dua muradif pada tempat yang lain (mempertukarkannya) itu diperbolehkan jika tidak ada
ketetapannya.

‫أ ســتــعــمــا ل ا لــمــشــتــر ك فى مــعــنـيــه ا و مــعــا نــيــه يــجــو ز‬

Penggunaan Musytarak menurut makna yang dikehendakiataupun untuk beberapa maknanya itu
diperbolehkan.

ZAHIR DAN MUAWWAL / TAKWIL

Zahir adalah lafal yang menunjukan arti secara langsungdari nas itu sendiri, tanpa memerlukan qarinah
(penyerta) lain yang datang dari luar untuk memahami maksudnnya. Oleh karenanya lafal zahir
tidakmemungkinkan adanya takhshis, takwil, dan naskh.

Takwil adalah memalingkan arti zahir kepada makna lain yang memungkinkan berdasarkan dalil / bukti.

‫ا لــفــر و ع يــد خــلــه ا لــتــأ و يــل ا تــفــا قــا‬

Masalah cabang dapat dimasuki takwil berdasarkan contohnya: sensus.

‫ا أل صــو ل ال يــد خــلـه ا لــتــأ و يــل‬

Masalah ushuludin (aqidah) tidak dapat menerima takwil.

NASAKH DALAM NAS

‫ر فــع ا لــشــا ر ع حــكــمــا شــر عــيّــا بــد لــيــل مــتــر ا خ‬


Naskh adalah membatalkan pelaksanaan hukum dengan hukum yang datang kemudian.

‫ا بــظــا ل ا لــعــمــل بــا لــحــكــم ا لــشــر عــ ّى بــد لــيــل مــتــر ا خ عــنــه‬
Naskh adalah membatalkan pengamalan sesuatu hukum syuara’dengan dalil yang datang kemudian.

ّ
‫لــظــن‬ ‫ا لــقــطــعــى ال يــنــســخــه ا‬
Dalil qath’I tidak dapat dihapus dengan dalil zanni.

‫مـاال ت ا أل فــعــا ل مـقـصـو د ة و مـعـتـبـر ة‬


Ukuran sesuatu perbuatan tergantung kepada tujuan

‫مـاال يــتـ ّم ا لـو ا جـب ا ال بـه فـهـو و ا جــب‬


Sesuatu yang menjadikan kewajiban sempurna karenanyaadalah wajib

‫د ر أ ا لـمـفــا ســد مــقـــد م عــلى جــلـب ا لــمــصــا لــح‬


Mencegah kerusakan lebih diutamakan dari mencari kebaikan

28
‫ا لــر خــص ال تــنــا ط بــا لـمــعــا صــى‬
Kemudahan tidak dikaitkan dengan maksiat

‫ا اــعــبــر ة فى ا لـعـقــو د بــا لـمـقــا صــد و ا لــمــعــا نـى ال بـا ال لــــفـــا ظ و ا لــمــبــنى‬
Perkara yang dianggap dalam akad-akad adalah berdasarkankepada maksud dan iniat, bukan dengan lafadz
.dan perkataan

‫مــاحــرم أ خــذ ه حــر م أ عــطــا ؤ ه‬


Sesuatu yang diharamkan mengambilnya, diharamkanmemberinya

‫مــاحــرم أ ســـتــعــمــا لـه حــر م أ تــخــا ذ ه‬


Perkara yang haram menggunkannya, haram mengambilnya

‫مـنا ســتــعــجـل شــيــئـا قــبــل أ و ا نــه عــو قــب بــحــر مــا نــه‬
.Barang siapa yang bertindak cepat terhadap sesuatu sebelumwaktunya, maka dibalas dengan sebaliknya

‫ا ذ ا ا جــتــمــع ا لــحــال ل و ا لــحــر ا م غــلــب ا لــحــر ا م‬


Apabila berkumpul halal dengan haram, maka yang dimenangkanadalah yang haram

‫ا لــضــر ر يــز ا ل شــر عــا‬


Bahaya harus dilenyapkan menurut syara
Contohnya : memelihara diri dari merokok

‫ا لــضــر ر ال يــزا ل بــا لــضــرر‬


.Bahaya itu tidak boleh dilenyapkan dengan bahaya
Contohnya :  Memakan manusia karena lapar

‫يــحــتـمــال لــضــرر ا لــخــا ص لــد فــع ا لــضــر ر ا لـــعــا م‬


.Ditangguhkan bahaya khusus demi menolak bahaya umum
.Contohnya : Pembunuh harus dibunuh mengamankan jiwa-jiwa yang lain
.Tangan pencuri dipotong demi menyelamatkan harta manusia

‫خــف ا لــضــرر يــن ال تّــــــقــا ء أ شــ ّد هـــمــا‬


ّ ‫يــرتــكــبأ‬
.Yang lebih ringan diantara dua bahaya bisa dilakukan demi menjaga yang lebih membahayakan
.Contohnya : seorang suami boleh di tahan ( bui) apabilamenengguhkan memberi nafkah istrinya
Seorang istri boleh ditalak karena bahaya, dan suami tidakmemberi nafkah kepadanya
.Meninggalkan syarat sholat lebih ringan dari pada meninggalkan shalat

‫ر فـــع ا لــضــرر مــقــ ّد م عــلى جــلــب ا لــمــنــا فــع‬


Menolak bahaya didahulukan dari pada menarik keuntungan
.Contohnya :  Seorang pemilik dilarang mengelola hartamiliknya apabila membahayakan orang lain
Orang puasa, makruh berkumur dan menghisap air kedalamhidung secara berlebihan

‫ا لــضــرو رت تــبــيــح ا لــمــحــظــو ر ا ت‬


.Keterpaksaan dapat diperkenankan melakukan hal-hal yangdilarang
Contohnya : . Orang yang sangat lapar terpaksa harusmemakan bangkai , kalau tidak membahayakn orang
.lain. Orang yang enggan membayarhutang bias diambil hartanya tanpa ijin dia

‫ا لــضــرور ا ت تــقــ ّد ر بــقــد ر هــا‬


.Keterpaksaan itu diukur menurut tingkat keadaannya
Contohnya : . Orang yang dalam kedaan terpaksa tidak bolehmemanpaatkan sesuatru yang haram kecuali
.sekedar dapat menahan lidah

29
.Hukum rukhsoh menjadi gugur karena telah hilang sebabnya

‫ا لــمــشــقــة تـــجــلــب ا لــتــيــســيــر‬

.Kesulitan menuntut adanya kemudahan


Contohnya : Semua rukhsoh dari Allah untuk membuatseorang dan meringankan beban mukalaf dengan
: adanya 7 Sebab, yaitu
Bepergian .1
2. Sakit
3. Paksaan
4. Lupa
5. Tidak tahu
6.umumul bala (gangguan umum)
7. Kekurangan

‫ا لـــحــر ج شــر عــا مــر فــو عــا‬


Kesempitan menurut syara bias ditiadakan dan diterima.
Contohnya : Saksi wanita dalam hal tidak bias dilakukanlaki-laki cacat dan buta.

‫ا لــحــا جــة تــنــز ل مــنــز لــة ا لــضــر و را ت فــى ا بــا حــة ا لـــمــحــظــو ر ا تـــ‬
Kebutuhan itu bias menduduki tingkatan keterpaksaan dalamkebolehan memeroleh sesuatu yang haram

KAIDAH ISTISHAB

ّ ‫مـايـثـبـتبـالـيــقــيـنال يـزو ل بــا لـشــّــ‬


‫ك‬
Apa yang ditetapkan oleh sesuatu yang meyakinkan, makatidak dapat dihilangkan dengan sesuatu yang
meragukan.

‫ا أل صــل بـــقـا ء مـا كا ن عـلى مـا كا ن حــت ّى يــثـبـت مـا يــغـيــره‬


Asal sesuatu adalah ketepan yang telah ada menurut keadaansemula sehingga terdapat suatu ketetapan yang
mengubahnya.

‫ا أل صــل فى األ شـــيـاء ا أل بــا حـة‬


Hukum asal segala sesuatu adalah boleh

‫ا أل صــل فى األ شـــيـاء ا أل بــا حـة حــتى يــد ل ا لــد لــيـل عـلى تــحــر يــمــهــا‬
Hukum sesuatu pada asalnya adalah boleh sehingga ada dalilyang mengharamkannya.

‫ا أل صــل فى ا أل نــســا ن ا لــبــرا ء ة‬


Asal pada manusia adalah bebas

‫بهاالصالحوالفسادللعماللنيةشرطلسائرالعمل‬
An niyatu sartun lisairil ‘amal biha sholaku wal fasadulil’amal
(Niat itu adalah syarat bagi semua amalan dalam ibadahdengan niat akan diketahui baik & buruknya
amalan).

‫في جلبِها والدرء للقبائح الدِّينُ مبني على المصالح‬


Ad dinu mabniyun ‘ala masholihi fi jalbiha wa dar iililqobaiihi
(Agama ini bangun untuk kebaikan dan maslahat dalampenetapan syariatnya dan untuk menolak kerusakan)

‫المصالح‬
ِ ‫المصالح فإذا تزاحم عدد‬
ِ ‫يُق َّدماألعلىمن‬
Jika dalam suatu masalah bertabrakan antara manfaat satudengan yang lainnya maka di dahulukan &

30
diambil manfaat yang paling besar /tinggi

‫وض ُّدهتزاح ُمالمفاس ِدفارْ تَ ِكباألدنىمنـ المفاس‬


wadhidduhu tazakumul mafasiddi fartakabu adna minalmafasidi
Adapun lawannya jika bertabrakan antara mudharat satudengan yang lainya maka diambil mudharat yang
paling kecil dan ringan

‫ن قواعد الشريعة التيسير في كل أمر نابه تعسير م و‬


wamin qowai’idis sari’atit taisiru fi kulli amrin naabahuta’sir
Dan termasuk qaidah syari’ah adalah mudah dalam setiapperkara sebagai ganti dari kesulitan ( kesusahan )

‫وليسواجببالاقتداروال ُم َحرَّممع اضطرار‬


Walaisa wajibun bilaa iqtidarin walaa muharomun ma’aadhdhoror.
Tidak menjadi kewajiban jika tidak mampu mengerjakan dantidak ada keharaman dalam keadaan darurat
( bahaya )

‫وكلمحظورمع الضرورة بقدر ما تحتاجه الضرورة‬


Wa kullu mahthurin ma’ad dhorurohi bi qodri maa tahtaajuhuad dhorurotu
Setiap hal yang dilarang itu di bolehkan jika dalamkondisi yang darurat, tetapi sesui dengan kadar yang
dibolehkan saja untukmenghilangkan darurat itu.

‫وترجعاألحكاملليقينفاليزياللش ُكلليقين‬
Wa turja’ul ahkamu lillyaqini falaa yuziilus sakkulillyaqini
Dan dikembalikan hukum itu kepada yang diyakini dankeraguan tidaklah membatalkan keyakinan itu.

‫واألصلفي مياهنا الطهارة واألرض والسماء والحجارة‬


wal aslu fi miyahinaa at thohaarotu wal ardhu was sama’uwal hijaarotu
Hukum asal air tanah, langit dan batu adalah suci.

‫األصلفي األبضاع واللحوم والنفس واألموال التحريم‬


al aslu fil abdho’i wal luhuumi wan nafsi wal amwaali attahrim
Hukum asal dalam hal perkawinan ( kemaluan ), daging hewandan jiwa/nyawa dan harta adalah haram.

‫واألصلفي عاداتنا اإلباحة حتى يجيء صارف اإلباحة‬


Wal aslu fi ‘aadaatinal ibaahati hatta yajii u soorifulibahah
Dan hukum asal dalam kebiasaan ( adat istiadat ) adalahboleh saja sampai ada dalil yang memalingkan dari
hukum asal.

‫في العبادات التحريم األصل‬


Al aslu fil ibaadati at tahrim
Hukum asal ibadah adalah haram.

‫الوسائلتعطىأحكامالمقاصد‬
al wasailu tu’thii ahkamul maqosid
Semua sarana suatu perbuatan hukumnya sama dengantujuannya ( perbuatan tersebut ).

‫اإلقرار حجة قاصرة‬


Al ‘Iqrooru Hujjatun Qoo Shiroh
Pengakuan adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas

Al Islamu shalihun li kulli zaman wa makan


Sepertinya ulama kontemporer pak yahya , tapi saya tidak tahu siapa yg memulai , tapi mungkin secara
makna itu senada dengan ungkapan ulama2 terdahulu , ‫ ( أينما كانت المصلحة فثم شرع هللا‬aina maa kanat
31
almaslahah fatsamma syar'ullah )  dimanapun ada kemaslahatan disitu ada hukum/syariat Allah , ungkapan
itu bisa ditemukan di i'lam almuwaqqiin nya Ibnul qoyyim , atau ungkapan ulama lain sperti izz bin
abdussalam dll 

Di antara ulama kontemporer yg mempopulerkan kalimat ni adalah Syaikh Nasih Ulwan bahkan beliau
menjadikannya sbg judul buku.
َ ‫ا ْل ُح ْك ُم َيد ُْو ُر َم َع عِ لَّتِ ِه َو‬
‫س َب ِب ِه ُو ُج ْودًا َو َع َد ًما‬
Al-hukmu yadûru ma'a 'illatihi wa sababihi wujûdan wa 'adaman
Ada dan tidaknya hukum itu tergantung pada sebab ('illat)nya.
‫تَ َغ ُّي ُر ْاألَ ْح َك ِام بِتَ َغ ُّي ِر ْاألَ ْم ِكنَ ِة َو ْاألَ ْز ِمنَ ِة‬
Taghayyur al-ahkâm bi taghayyur al- amkinah wal azminah
Hukum itu berubah disebabkan perubahan tempat dan waktu.

ٌ ‫ب إِالَّ بِ ِه فَ ُه َو َوا ِج‬


‫ب‬ ِ ‫َماالَ يَتِ ُّم ا ْل َو‬
ُ ‫اج‬
Mâ lâ Yatimmu al-Wâjibu illâ bihî fa Huwa Wâjib
Suatu kewajiban tidak akan sempurna, kecuali dengan adanya sesuatu, maka sesuatu tadi hukumnya
menjadi wajib.

AL-ISLÂMU SHÂLIHUN LI KULLI ZAMAN WA MAKAN

32
ASSALÂMU ‘ALAYKUM WR. WB. (TERUS DUDUK MENUNGU ADZAN)
PEMBUKAAN KHOTBAH KE I
ِ ‫ َمنْ يَ ْه ِد ِه هللاُ فَاَل ُم‬،‫ت أَ ْع َمالِنَا‬
،ُ‫ض َّل لَه‬ َ ْ‫سنَا َو ِمن‬
ِ ‫سيِّئَا‬ ِ ُ‫ش ُرو ِر أَ ْنف‬
ُ ْ‫ َونَ ُعو ُذ بِاهللِ ِمن‬،ُ‫ستَ ْغفِ ُره‬ ْ َ‫ست َِع ْينُهُ َون‬ ْ َ‫الـح ْم َد هّلِل ِ ن‬
ْ َ‫ـح َم ُدهُ َون‬ َ َّ‫إن‬
‫سولُه‬ َ ‫ش َه ُد أَنَّ ُم‬
ُ ‫ـح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َر‬ ْ َ‫ش ِر ْيكَ لَهُ َوأ‬
َ ‫ش َه ُد أَنْ الَّ إِلَهَ إِالَّ هللا َو ْح َدهُ اَل‬
ْ َ‫ َوأ‬،ُ‫ي لَه‬ َ ‫ضلِ ْل فَاَل هَا ِد‬ ْ ُ‫َو َمنْ ي‬
SHALAWAT ‫ص ّل َو َسلّ ْم َعلى ُم َح ّم ٍد َو َعلى آلِ ِه ِوأَصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َسا ٍن إِلَى يَ ْو ِم ال ّديْن‬
َ ‫اَللهُ ّم‬
A’ÛDZUBILLÂH . . . . .
           

3 : 102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya;
dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.
          
           
       
4 : 1. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang
diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
          
            

AL-AHZAB /33:70 Hai orang2 yg beriman, bertakwalah kamu kpd Allah& katakanlah perkataan yg
benar,
71. niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan2mu dan mengampuni bagimu dosa2mu dan siapa sj
mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.

َ‫از ا ْل ُم َّتقُ ْونَ َو َط َعا ِت ِه َل َع َّل ُك ْم ُت ْفلِ ُح ْون‬


َ ‫هللا َف َقدْ َف‬ َ ‫ ف َيا ِعبَا َدهللاِ أ ُ ْوصِ ْي ُك ْم َوإِ َّي‬،ُ‫أَ َّما بَ ْعد‬
ِ ‫اي ِب َت ْق َوى‬
ْ ‫ش„ َّر األُ ُم‬
‫ َو ُك„ َّل‬، ‫„و ِر ُم ْح„ َدثَاتُ َها‬ َ ‫ َو‬، ‫س„لَّ َم‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫ي ُم َح َّم ٍد‬
ُ ‫ْي َه ْد‬ِ ‫سنَ ال َهد‬ َ ‫ َوأَ ْح‬، ِ ‫َاب هَّللا‬
ُ ‫ث ِكت‬ِ ‫ق ا ْل َح ِدي‬
َ ‫ص َد‬ ْ َ‫ فإِنَّ أ‬،ُ‫أَ َّما بَ ْعد‬
‫ضاللَ ٍة فِي النَّا ِر‬َ ‫ َو ُك َّل‬، ٌ‫ضاللَة‬ َ ‫ َو ُك َّل بِ ْد َع ٍة‬، ٌ‫ُم ْح َدثَ ٍة بِ ْد َعة‬
SEGALA PUJI SYUKUR HANYA BAGI ALLAH SWT YG SLALU MENCURAHKAN RAHMAT KASIH
SAYANGNYA KPD QT SEMUA, SMOGA ALLAH SWT MEMILIH QT MENJADI JALAN UTK BERGAGI RASA
SYUKUR KPD SESAMA , JUGA NI’MAT IHSAN (SELAIN INI’MAT IMAN & iSLAMs)
SHALAWAT & SALAM QT HATURKAN KPD RASULULLAH SAW YG TELAH MENJADI WASILAH SP NYA
RISALAH DAN SYARIAT ISLAM KPD QT SEMUA. JUGA KPD SAHABAT2NYA, KELUARGANYA, UMMATNYA
HG AKHIR ZAMAN. SMOGA QT DPT MELAJUTKAN PERJUANGANNYA MEMBELA KEMANUSIAAN DAN
MENGAMALKAN AKHLAQUL KARIMAH YG TELAH DICONTOHKANNYA. SMOGA ALLAH SWT MERIDHAI
QT UTK MENDPT SYAFA’AT DR RASULALLAH SAW.
KHOTIB BERWASIAT KHUSUSNYA UTK DIRI SENDIRI DAN UMUMNYA UTK QT SEMUA, MARI QT BER-
SAMA2 TERUS MENINGKATKAN KUALITAS TAQWA, SILATURAHIIM, SALING BERWASIAT DALAM
KEBAIKAN & KESABARAN DG ISTIQOMAH HINGGA MAUT MENJEMPUT QT.
JAMA’AH JUM’AH RAHIMAKUMULLAH . . .TOPIK KHUTBAH JUM’AT KALI INI ADL: AL-ISLÂMU
SHÂLIHUN LI KULLI ZAMAN WA MAKAN (Islam sesuai utk setiap waktu & tempat)
Ada 3 norma hukum yg mnyebabkn ISLAM SESUAI UTK SETIAP ZAMAN & TEMPT (1.Huk yg
Tsawabit /langgeng sbg identitas-Aqidah & Ibadah Mahdoh; 2.Huk yg Mutaghoyyirot/Luwes-Fiqh ;
3. Ijtihad)
Minimal ada 2 ayat yg mnjadi dasar hukum pendpt ini :Pertama, surat Al-Mâ’idah/5:03
33
Qôlallahu ta’ala fil Qur’an A’ûdzubillâh ‫يت َل ُك ُم اإْل ِسْ اَل َم دِي ًنا‬ ُ ‫ت َل ُك ْم دِي َن ُك ْم وَأَ ْت َم‬
ُ ِ‫مْت َع َل ْي ُك ْم ِنعْ َمتِي َو َرض‬ ُ ‫ْال َي ْو َم أَ ْك َم ْل‬
5:3. Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-
Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
Sempurna berarti : Paripurna (tdk perlu ada tambahan lg)= Menembus ruang dan waktu
‫ َك َم َل‬- ‫ َكا ِم ٌل‬-ُ‫ = َي ْك ِمل‬Sempurna ‫ أَ ْك َم َل‬- ً‫ ِا ْك َماال‬-ُ‫ = ي ُْك ِمل‬menyempurnakan /Paripurna
‫ يُتَ ِّم ُم – اِ ْت َما ًما‬- ‫ = تَ َّم َم‬mencukupkan ‫ يُتِ ُّم – اِ ْت َما ًما‬- ‫أَتَ َّم‬
= mencukupkan
Nama lain dari surat al-Mâ’idah adalah al-‘Uqûd (akad2/perjanjian2 hukum), Madaniyyah, dimana
norma2, Prinsip2 Huk dibangun selama 10 thn. Mnurut at-Thabary ini ayt terakhir (81 hr Nabi wft)
Ayat ini turun pd tgl 9 Dzul Hijjah th ke 10 Hijrah di Arafah ketika Nabi saw melaksanakan Haji
ُ ‫“ أَ ْك َم ْل‬telah Kusempurnakan untukmu agamamu”
Wada’. Menurut sebagian Mufassir : ‫ت لَ ُك ْم دِي َن ُك ْم‬
maksudnya “telah sempurna/paripurna ttg prinsip2 petunjuk agama”. Prinsip2 inilah yg dikenal sbg
norma2 hukun yg Tsawabit/Langgeng, sperti: Akidah; ‘Ibadah Mahdhoh (murni), Rukun Iman &
Islam, Prinsip2 Kemanusiaan, seperti : Keadilan, Persamaan Hak, Kemerdekaan.
ُ ْ‫“ وَأَ ْت َمم‬telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku”, maksudnya :
Sedangkan mengenai : ‫ت َعلَ ْي ُك ْم نِعْ َمتِي‬
bhw cukupnya ni’mat itu tdk langgeng bisa ber-ubah bersifat kontekstual.
Dan ‫يت لَ ُك ُم اإْل ِسْ اَل َم دِي ًنا‬
Kُ ِ‫“ َو َرض‬dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” , maksudnya “Berserah
diri sepenuhnya kpd Allah swt “
Kedua, surat Âli ‘ Imran/3: 104
         
     
3:104. dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yg menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yg ma'ruf dan mencegah dari yg munkar; merekalah orang2 yg beruntung.
 = kebajikan adalah nilai2/norma2 yg bersifat Universal dan Tetap/Langgeng, sementara
= sesuatu yg baik, bersifat berubah sesuai dg perkembangan zaman, tempat dan adat
istiadat.
Dua norma huk inilah yg menjadikan Islam selalu SESUAI DG PERKEMBANGAN ZAMAN & TEMPAT
1. Huk Tsawabit yg mnjadi Identitas & Orsinilitas Islam : y.i : Akidah & Ibadah Mahdoh sperti:
rukun Islam & ruk Iman
2. Huk Mutaghoyyirot/huk yg dpt berubah sesuai PERKEMBANGAN ZAMAN & TEMPAT, seperti: Fiqh
Mu’amalah. Contoh : Jual Beli Emas blh dg tdk kontan krn illat (sebab) hukumnya sdh berubah, dl
Emas sbg mata uang, skarang Emas menjadi perhiasat alat Investasi. Zakat Fitri : kadarnya 2 mud
(3,5 ltr) adl tetap, tapi fisiknya blh berubah selama berupa makanan pokok. Bahkan mnurut
madzhab Hanafiyah, blh diganti dg uang. Demikian juga zakat Mâl, kadarnya tetap 2,5 %, tapi
penyaluran nya kpd Mustahik bisa ber-beda2, seprti zakat produktif dg memberikan sarana usaha,
malah menurut fatwa MUI no:4/2003 penggunaan dana zakat blh utk ISTITSMAR (Investasi).
Huk Mutaghoyyirot ini mngikuti kaidah Fiqh: ‫ا ْل ُح ْك ُم َيد ُْو ُر َم َع ِعلَّ ِت ِه ُو ُج ْودًا َو َع َد ًما‬
Al-hukmu yadûru ma'a 'illatihi wujûdan wa 'adaman
Ada dan tidaknya hukum itu tergantung pada sebab ('illat)nya. Cont: Tayamum
Selain 2 norma huk yg utama td, Islam juga mngedepankan penentuan Huk dg Cara Ijtihad.
Ijitihad adl usaha yg sungguh2 dg mengerahkan segala kemampuan utk menemukan solusi hukum
Dasar hukum Ijtihad adalah hadis riwayat Muaz bin Jabal ketika diutus mnjadi gubernur Yaman.
‫ب ُم َعا ٍذ‬ ْ َ‫ مِنْ أ‬:١٢٤٩ ‫سنن الترمذي‬
ِ ‫ص َحا‬

34
ْ‫ب هَّللا ِ َقال َ َفإِنْ َل ْم َي ُكن‬ِ ‫ف َت ْقضِ ي َف َقال َ أَ ْقضِ ي ِب َما فِي ِك َتا‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫سلَّ َم َب َع َث ُم َعا ًذا إِلَى ا ْل َي َم ِن َف َقال َ َك ْي‬ َ ِ ‫سول َ هَّللا‬ُ ‫أَنَّ َر‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫سلَّ َم َقال‬ َ ِ ‫ول هَّللا‬
ِ ‫س‬ ُ ‫سلَّ َم َقال َ َفإِنْ لَ ْم َي ُكنْ فِي‬
ُ ‫س َّن ِة َر‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬َ ِ ‫ول هَّللا‬ ِ ‫س‬ ُ ‫س َّن ِة َر‬ ُ ‫ب هَّللا ِ َقال َ َف ِب‬
ِ ‫فِي ِك َتا‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
‫سلَّ َم‬ َ ِ ‫ول هَّللا‬
ِ ‫س‬ ُ ‫أَ ْج َت ِه ُد َر ْأ ِيي َقال َ ا ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّذِي َو َّف َق َر‬
ُ ‫سول َ َر‬
Sunan Tirmidzi 1249: dari sahabat Mu'adz bhw Rasulullah saw pernah mengutus Mu'adz ke Yaman,
lalu beliau bertanya: "Bagaimana engkau memutuskan hukum?" ia menjawab; Aku memutuskan
hukum dari apa yang terdapat di dalam kitabullah. Beliau bertanya lagi: "Jika tidak ada di dalam
kitabullah?" ia menjawab; Dengan sunnah Rasulullah saw. Beliau bertanya: "Jika tidak terdapat di
dalam sunnah Rasulullah saw?" Ia menjawab; Aku akan berijtihad dengan pendapatku. Beliau
mengatakan: "Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah saw."
Contoh Ijtihad: Abu Bakar Siidiq ra : mengumpulkn/menyusun kmbali lembarn2 AQ yg brserakn
‘Umar Ibn Khaththab ra: mmbagikan Ghonimah melalui baitul mâl, shalat Tarawih berjama’ah
selama Ramadhan, Menambah huk cambuk mnjadi 80x bagi pemabuk, talak 3 langsung jatuh 3,
Mualaf tdk mendpt zakat, Tentara diberi Gaji, Pencetakan mata uang, Mmberlakukan Pajak, huk
potong tngan tdk berlaku ketika Paceklik; Pembentukan Penjara & Kantor Pos; Thn H ditetapkn
‘Utsman bin Affan ra : Mashohif Utsmani ; Unta yg hilang dtangkap & dibawa ke Baitul Mâl
‘Umar bin ‘Abdul Aziz (w. 101 H/720 M) : Memungut Pajak Profesi dr pegawai Kesulatanannya;
Penulisan & Pembukuan hadis2 Nabi saw.
Imam Syafi’i : Qoul (pendpt) Qodim (lama) di Irak direvisi mnjadi Qoul Jadid (Baru) ketika di Mesir
Kaidah Fiqh/Huk utk Ijtihady :
‫ا ْل ُح ْك ُم َيد ُْو ُر َم َع عِ لَّ ِت ِه ُو ُج ْودًا َو َعدَ ًما‬
Al-hukmu yadûru ma'a 'illatihi wujûdan wa 'adaman
Ada/tdknya hukum itu trgantung pada 'illatnya. Mk perlu dilakukn telaah ulang (i’adah an-nazhar)
‫تَ َغيُّ ُر ْاألَ ْح َك ِام بِتَ َغيُّ ِر ْاألَ ْم ِكنَ ِة َو ْاألَ ْز ِمنَ ِة‬ Taghayyur al-ahkâm bi taghayyur al- amkinah wal azminah
Hukum itu berubah disebabkan perubahan tempat dan waktu.
ِ َ‫ضرر وال‬
‫ض َر َار‬ َ َ َ َ َ‫ ال‬Tdk blh memudharatkan & tdk blh dimudharatkan
‫اص ِة‬
َّ ‫الخ‬ ْ ‫ص َل َح ُة ال َعا َّم ُة ُم َق َّد َم ٌة َع َلى ال َم‬
َ ‫ص َل َح ِة‬ ْ ‫ال َم‬
“Kemaslahatan umum lebih didahulukan dari pada kemaslahatan individu”
Pentingny berIjtihad ini adl utk mncairkan keJUMUDan (kbekuan/kekakuan cara brpikir& brsikap)
Cont:Fiqh Haji (nunggu 20 th) kemah arofah 2 lt; fiqh Zakat (zakat hanya 2% dr konsumsi rokok),
ada pemikiran harmonisasi Zakat dg Pajak, Fiqh Muamalah, bgmn memajukan Bank Sya ?, akses
pedagang kecil ke perbankan (Kasus rentenir yg mengambil KUR dg bunga 7% dan mminjamknnya
kembali kpd pedagang kecil dg 30%). Khutbah jum’at dlm bhs Arab; AQ dterjemakn kdlm bhs Ind
dulunya di haramkan. Namun brijtihad hrs dg keilmuan yg mmadai spy tdk kebablasan sprti kasus
Milkul Yamin, menghalalkan hub suami istri di luar nikah.
Akibat kejumudan dlm memahami huk adl mandeknya Kemajuan di brbagai bidang : Iptek & Ekon,
malah yg lbh parah dapat terjadi perpecahan dan penjajahan olh negara lain.
PENUTUP KHUTBAH KE I

َ ‫ت َوال ذ ِْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم َو َت َق َّبل‬ ِ َ ‫آن ْا َلعظِ ْي ِم َو َن َف َعنِي َوإ َّيا ُك ْم ِب َم ا ِف ْي ِه مِنَ ْاآلي ا‬ ِ ‫ار َك هللاُ ل ِْي َو َل ُك ْم ف ِْي ْالقُ ْر‬ َ ‫َب‬
‫اس َت ْغفِ ُر ْوهُ إِنَّهُ ه َُو ا ْل َغفُ ْو ُر ال َّر ِح ْي ُم‬ َّ ‫ِم ِّني َو ِم ْن ُك ْم ِتالَ َو َت ُه إ َّن ُه ه َُو‬
ْ ‫ أَقُ ْول ُ َق ْولِي هذا َو‬. ‫الس ِم ْي ُع ْا َلعلِ ْي ُم‬
PEMBUKAAN KHUTBAH KEDUA

َ ‫ب ْالم ُْؤ ِمن‬


‫ إِي َما ًنا م ََّع إِي َمان ِِه ْم‬K‫ِين لِ َي ْزدَا ُدوا‬ َ َ‫ الحمد هللِ الَّذِي أ‬, ‫الحمد هلل‬
ِ ‫نز َل ال َّسكِي َن َة فِي قُلُو‬
35
ْ‫وأشهد أن‬ ،‫ نبينا محمد و آله وصحبه ومن وااله‬،‫والصالة والسالم على رسول هللا‬
ُ‫وأشهد أنَّ مح ّمداً عبده ورسوله‬ ،‫اَل إلَهَ إال هللا وحده ال شريك له‬
Kesimpulan dari khutbah pertama adalah : Dalam menghadapi prkembangan zaman dimana IPTEK
maju pesat hampir lepas kendali, qt hrs tetap mempertahankan Identitas dan Orisinilitas qt sbg
muslimin/mu’minin yg ta’at patuh kpd prinsip2 ajaran Islam, namun tetap luwes dlm mensikapi
persoalan baru dan terbarukan. Sejarah tlh mmbuktikan bhwa terbunuhnya ‘Umar, Ali r anhuma
dlm keadaan mengimami sholat dan Utsman ra dlm keadaan sdg mmbaca AQ, selain karena
pertikain politik dan rasa keadilan juga krn pembunuh tsb gagal faham ttg huk yg mutaghoyirot.
Demikianlah khutbah singkat ini, semoga bermanfaat utk meningkatkan ilmu & ketaqwan qt.
PENUTUP KHOTBAH KE II & DO’A PENUTUP KHOTBAH :

ْ َ‫سلِّ ُموا ت‬
‫سلِي ًما‬ َ ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو‬َ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬  ۚ‫صلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي‬
َ ُ‫إِنَّ اللَّـهَ َو َماَل ئِ َكتَهُ ي‬
‫ َوبَا ِركْ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬،‫صلَّيْتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم‬
َ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ ِ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
‫ إِنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬،‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم‬
ِ
‫ت‬
ِ ‫ب ال َّدع ََوا‬ ٌ ‫س ِم ْي ٌع قَ ِر ْي‬
ُ ‫ب ُم ِج ْي‬ ِ ‫ت األَ ْحيَا ِء ِم ْن ُه ْم َواألَ ْم َوا‬
َ ‫ت إِنَّ َك‬ ِ ‫ت َوالمؤْ ِمنِيْنَ َوالمؤْ ِمنَا‬
ِ ‫سلِ َما‬ ْ ‫الل ُه َّم ا ْغفِ ْر لِ ْل ُم‬ 
ْ ‫سلِ ِميْنَ َوالم‬
َ ُ‫ َر َّب َنا َظ َل ْم َنا اَ ْنف‬ 
َ ‫س َنا َو اِنْ َل ْم َت ْغف ِْر َل َنا َو َت ْر َح ْم َنا َل َن ُك ْو َننَّ مِنَ ْا‬
َ‫لخاسِ ِر ْين‬

َ ‫س َن ًة َوقِ َنا َع َذ‬


ِ ‫اب ال َّن‬
‫ار‬ َ ‫س َن ًة َوفِى ْاآلخ َِر ِة َح‬
َ ‫َر َّب َنا آتِنا َ فِى ال ُّد ْن َيا َح‬

‫س „ا ِن َوإِ ْيت„„آ ِء ِذى ْالقُ„ ْ„رب َى َويَ ْن َهى َع ِن ْالفَ ْحش„„آ ِء َو ْال ُم ْن َك„ ِر َو ْالبَ ْغي‬ َ ‫ِعبَا َدهللاِ ! اِنَّ هللاَ يَ„„أْ ُم ُر بِاْل َع„د ِْل َو ْا ِال ْح‬
ْ ‫ َو ْاذ ُك ُرواهللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا‬. ‫يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُر ْو َن‬
‫ش ُك ُر ْوهُ َعل َى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ اَ ْكبَ ْر‬

         
       
AN-NAHL/16 : 90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
(Aqimushshalâh)

36
ASSALÂMU ‘ALAYKUM WR. WB. (TERUS DUDUK MENUNGU ADZAN)
PEMBUKAAN KHOTBAH KE I

‫سنَا‬ِ ُ‫ش ُرو ِر أَ ْنف‬


ُ ْ‫ َونَ ُعو ُذ بِاهللِ ِمن‬،ُ‫ستَ ْغفِ ُره‬
ْ َ‫ستَ ِع ْينُهُ َون‬ ْ َ‫الـح ْم َد هّلِل ِ ن‬
ْ َ‫ـح َم ُدهُ„ َون‬ َ َّ‫إن‬
،ُ‫ي لَه‬َ ‫ضلِ ْل فَاَل َها ِد‬ ِ ‫ َمنْ يَ ْه ِد ِه هللاُ فَاَل ُم‬،‫ت أَ ْع َمالِنَا‬
ْ ُ‫ َو َمنْ ي‬،ُ‫ض َّل لَه‬ ِ ‫سيِّئَا‬ َ ْ‫َو ِمن‬
‫سولُه‬ َ ‫ش َه ُد أَنَّ ُم‬
ُ ‫ـح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َر‬ ْ َ‫ش ِر ْي َك لَهُ َوأ‬
َ ‫ش َه ُد أَنْ الَّ إِلَهَ إِالَّ هللا َو ْح َدهُ„ اَل‬
ْ َ‫َوأ‬
SHALAWAT ‫ص ّل َو َسلّ ْم َعلى ُم َح ّم ٍد َو َعلى آلِ ِه ِوأَصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َسا ٍن إِلَى يَ ْو ِم ال ّديْن‬
َ ‫اَللهُ ّم‬
QôlaLLAHU TA’ALA FIL QURÂNIL KARÎM. A’ÛDZUBILLÂHI . . . .
        
   
        
        
         
  
        
         
     
) َ‫از ا ْل ُم َّتقُ ْونَ ( َو َط َعا ِت ِه َل َع َّل ُك ْم ُت ْفلِ ُح ْون‬
َ ‫هللا َف َقدْ َف‬ َ ‫ ف َيا ِعبَا َدهللاِ أ ُ ْوصِ ْي ُك ْم َوإِ َّي‬،ُ‫أَ َّما بَ ْعد‬
ِ ‫اي ِب َت ْق َوى‬
SEGALA PUJI SYUKUR HANYA BAGI ALLAH SWT
SHALAWAT & SALAM QT HATURKAN KPD RASULULLAH SAW . . .
KHOTIB BERWASIAT KHUSUSNYA UTK DIRI SENDIRI DAN UMUMNYA UTK QT SEMUA
JAMA’AH JUM’AH RAHIMAKUMULLAH . . .TOPIK KHUTBAH JUM’AT KALI INI ADL: AL-ISLÂMU
SHÂLIHUN LI KULLI ZAMAN WA MAKAN (Islam sesuai utk setiap waktu & tempat)
Ada 3 norma hukum yg mnyebabkn ISLAM SESUAI UTK SETIAP ZAMAN & TEMPT (1.Huk yg
Tsawabit /langgeng sbg identitas-Aqidah & Ibadah Mahdoh; 2.Huk yg Mutaghoyyirot/Luwes-Fiqh ;
3. Ijtihad)
Dalil ttg Huk yg Tsawabit / langgeng & yg Mutaghoyyirot/Luwes a.l :Pertama, surat Al-Mâ’idah/5:03

A’ûdzubillâh . . . ‫يت لَ ُك ُم اإْل ِ ْساَل َم ِدينًا‬


ُ ‫ض‬ ُ ‫ت لَ ُك ْم ِدينَ ُك ْم وَأَ ْت َم ْم‬
ِ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم ِن ْع َمتِي َو َر‬ ُ ‫ْاليَ ْو َم أَ ْك َم ْل‬
5:3. Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-
Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
‫ َك َم َل‬- ‫ َكا ِم ٌل‬-ُ‫ = َي ْك ِمل‬menyempurnakan. ‫ يُتَ ِّم ُم – اِ ْت َما ًما‬- ‫تَ َّم َم‬
= mencukupkan
Nama lain dr surat al-Mâ’idah adl al-‘Uqûd. Ayat ini turun pd tgl 9 Dzul Hijjah th ke 10 H di Arafah
ketika Nabi saw Haji Wada’. Mnurut at-Thabary ini ayt terakhir (81 hr kmdn Nabi saw wafat 11 H)
ُ ‫“ أَ ْك َم ْل‬telah Kusempurnakan untukmu agamamu” maksudnya
Menurut sebagian Mufassir : ‫ت لَ ُك ْم دِي َن ُك ْم‬
“telah sempurna/paripurna ttg prinsip2 petunjuk agama”. Prinsip2 inilah yg dikenal sbg norma2
hukun yg Tsawabit/Langgeng, sperti: Akidah; ‘Ibadah Mahdhoh (murni), Rukun Iman & Islam,
Prinsip2 Kemanusiaan, seperti : Keadilan, Persamaan Hak, Kemerdekaan & Toleransi
ُ ْ‫“ وَأَ ْت َمم‬telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku”, maksudnya :
Sedangkan mengenai : ‫ت َعلَ ْي ُك ْم نِعْ َمتِي‬
bhw cukupnya ni’mat itu tdk langgeng bisa ber-ubah bersifat kontekstual.

37
Kedua, surat Âli ‘ Imran/3: 104
         
    
3:104. dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yg menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yg ma'ruf dan mencegah dari yg munkar; merekalah orang2 yg beruntung.
 = kebajikan adalah nilai2/norma2 yg bersifat Universal dan Tetap/Langgeng, sementara
= sesuatu yg baik, bersifat berubah sesuai dg perkembangan zaman dan tempat
Dua norma huk inilah yg menjadikan Islam selalu SESUAI DG PERKEMBANGAN ZAMAN & TEMPAT
1. Huk Tsawabit yg mnjadi Identitas & Orsinilitas Islam : y.i : Akidah & Ibadah Mahdoh sperti:
rukun Islam & ruk Iman
2. Huk Mutaghoyyirot/huk yg dpt berubah sesuai PERKEMBANGAN ZAMAN & TEMPAT, seperti: Fiqh
Mu’amalah. Contoh : Jual Beli Emas blh dg tdk kontan krn illat (sebab) hukumnya sdh berubah,

Huk Mutaghoyyirot ini mengikuti kaidah Fiqh: ‫ا ْل ُح ْك ُم َيد ُْو ُر َم َع عِ َّل ِت ِه ُو ُج ْودًا َو َعدَ ًما‬
Al-hukmu yadûru ma'a 'illatihi wujûdan wa 'adaman
Ada dan tidaknya hukum itu tergantung pada sebab ('illat)nya. Cont: Tayamum
Selain 2 norma huk yg utama td, Islam juga mngedepankan penentuan Huk dg Cara Ijtihad.
Ijitihad adl usaha yg sungguh2 dg mengerahkan segala kemampuan utk menemukan solusi hukum
Dasar hukum Ijtihad adalah hadis riwayat Muaz bin Jabal ketika diutus mnjadi gubernur Yaman.
‫ب ُم َعا ٍذ‬
ِ ‫ص َحا‬ ْ َ‫ مِنْ أ‬:١٢٤٩ ‫سنن الترمذي‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
‫سلَّ َم‬ َ ِ ‫ول هَّللا‬
ِ ‫س‬ ِ ‫َقالَ أَ ْج َت ِه ُد َر‬
ُ ‫أيي َقال َ ا ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّذِي َو َّف َق َر‬
ُ ‫سول َ َر‬
Sunan Tirmidzi 1249: Muadz menjawab; Aku akan berijtihad dengan pendapatku.
Contoh Ijtihad: Abu Bakar Siidiq ra : mengumpulkn/menyusun kmbali lembarn2 AQ yg brserakn
‘Umar Ibn Khaththab ra: mmbagikan Ghonimah melalui baitul mâl, shalat Tarawih berjama’ah
Menambah huk cambuk mnjadi 80x bagi pemabuk, talak 3 langsung jatuh 3, Mualaf tdk mendpt
zakat, Pencetakan mata uang, , huk potong tngan tdk berlaku ketika Paceklik; Thn H ditetapkn
‘Utsman bin Affan ra : Mashohif Utsmani ; Unta yg hilang dtangkap & dibawa ke Baitul Mâl
‘Umar bin ‘Abdul Aziz (w. 101 H/720 M) : Penulisan & Pembukuan hadis2 Nabi saw.
Imam Syafi’i : Qoul Qodim di Irak direvisi mnjadi Qoul Jadid ketika di Mesir, terjadi 43 item perub
Kaidah Fiqh/Huk utk Ijtihady :

‫ا ْل ُح ْك ُم َيد ُْو ُر َم َع ِع َّل ِت ِه ُو ُج ْودًا َو َع َد ًما‬


Al-hukmu yadûru ma'a 'illatihi wujûdan wa 'adaman
Ada/tdknya hukum itu trgantung pada 'illatnya. Mk perlu dilakukn telaah ulang (i’adah an-nazhar)
ِ َ‫ضرر وال‬
‫ض َر َار‬ َ َ َ َ َ‫ ال‬Tdk blh memudharatkan & tdk blh dimudharatkan
‫اص ِة‬
َّ ‫الخ‬ ْ ‫ص َل َح ُة ال َعا َّم ُة ُم َق َّد َم ٌة َع َلى ال َم‬
َ ‫ص َل َح ِة‬ ْ ‫ال َم‬
“Kemaslahatan umum lebih didahulukan dari pada kemaslahatan individu”
Pentingny berIjtihad ini adl utk mncairkan keJUMUDan (kbekuan/kekakuan cara brpikir& brsikap)
Cont:Fiqh Haji (nunggu 20 th) kemah arofah 2 lt; fiqh Zakat (zakat hanya 2% dr konsumsi rokok),
ada pemikiran harmonisasi Zakat dg Pajak, Fiqh Muamalah, bgmn memajukan Bank Sya ?,
Akibat kejumudan dlm memahami huk adl mandeknya Kemajuan di brbagai bidang : Iptek & Ekon,

PENUTUP KHUTBAH KE I

َ ‫ت َوال ِذ ْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم َو َت َق َّبل‬ ِ َ ‫آن ْا َلعظِ ْي ِم َو َن َف َعنِي َوإ َّيا ُك ْم ِب َم ا ِف ْي ِه مِنَ ْاآلي ا‬ ِ ‫ار َك هللاُ ل ِْي وَ َل ُك ْم ف ِْي ْالقُ ْر‬ َ ‫َب‬
‫اس َت ْغفِ ُر ْوهُ إِنَّهُ ه َُو ا ْل َغفُ ْو ُر ال َّر ِح ْي ُم‬ َّ ‫ِم ِّني َو ِم ْن ُك ْم ِتالَ َو َت ُه إ َّن ُه ه َُو‬
ْ ‫ أَقُ ْول ُ َق ْولِي هذا َو‬. ‫الس ِم ْي ُع ْا َلعلِ ْي ُم‬

38
PEMBUKAAN KHUTBAH KEDUA

‫ نبينا محمد و آله وصحبه ومن‬،‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا‬
ُ‫وأشهد أنَّ مح ّمداً عبده ورسوله‬ ،‫وأشهد أنْ اَل إلَهَ إال هللا وحده ال شريك له‬ ،‫وااله‬
Kesimpulan dari khutbah pertama adalah : Dalam menghadapi prkembangan zaman dimana IPTEK
PENUTUP KHOTBAH KE II & DO’A PENUTUP KHOTBAH :

ْ َ‫سلِّ ُموا ت‬
‫سلِي ًما‬ َ ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذ‬  ۚ‫ون َعلَى النَّبِ ِّي‬
َ ‫ين آ َمنُوا‬ َ ُّ‫صل‬
َ ُ‫إِنَّ اللَّـهَ َو َماَل ئِ َكتَهُ ي‬
‫ َوبَا ِركْ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬،‫صلَّيْتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم‬ َ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ِ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
‫ إِنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬،‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم‬
ِ
‫ت‬
ِ ‫ب ال َّدع ََوا‬ ٌ ‫س ِم ْي ٌع قَ ِر ْي‬
ُ ‫ب ُم ِج ْي‬ ِ ‫ت األَ ْحيَا ِء ِم ْن ُه ْم َواألَ ْم َوا‬
َ ‫ت إِنَّ َك‬ ِ ‫ت َوالمؤْ ِمنِيْنَ َوالمؤْ ِمنَا‬
ِ ‫سلِ َما‬ ْ ‫الل ُه َّم ا ْغفِ ْر لِ ْل ُم‬ 
ْ ‫سلِ ِميْنَ َوالم‬
َ ُ‫ َر َّب َنا َظ َل ْم َنا اَ ْنف‬ 
َ ‫س َنا َو اِنْ َل ْم َت ْغف ِْر َل َنا َو َت ْر َح ْم َنا َل َن ُك ْو َننَّ مِنَ ْا‬
َ‫لخاسِ ِر ْين‬

َ ‫س َن ًة َوقِ َنا َع َذ‬


ِ ‫اب ال َّن‬
‫ار‬ َ ‫س َن ًة َوفِى ْاآلخ َِر ِة َح‬
َ ‫َر َّب َنا آتِنا َ فِى ال ُّد ْن َيا َح‬

‫ان َوإِ ْيتآ ِء ِذى ْالقُ ْرب َى َويَ ْن َهى َع ِن‬ ِ ‫س‬ َ ‫ِعبَا َدهللاِ ! اِنَّ هللاَ يَأْ ُم ُر بِاْل َعد ِْل َو ْا ِال ْح‬
. ‫ْالفَ ْحشآ ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُر ْو َن‬

ْ ‫َو ْاذ ُك ُرواهللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُك ْر ُك ْ„م َوا‬


‫ش ُك ُر ْوهُ َعل َى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ اَ ْكبَ ْر‬
(Aqimushshalâh)
         
       
AN-NAHL/16 : 90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Rukun Khutbah Jumat


1. Bacaan alhamdulillah Khutbah Shalat Jumat harus (wajib) dimulai dengan bacaan hamdalah yakni lafadz
yang memuji Allah SWT. Misal lafadz Alhamdulillah atau innalhamda-lillah.
2. Shalawat kepada Nabi SAW wajib dilafadzkan dengan jelas, minimal paling tidak ada ucapan shalawat.
Misal :“Allahumma sholli wa sallam ‘alaa muhammadin wa ‘alaa alihii wa ash haabihi wa man tabi’ahum bi
ihsaani ilaa yaumiddiin.”
3. Membaca dua kalimat syahadat
4. Ajakan untuk Taqwa pada Allah SWT.Yang dimaksud adalah perintah atau ajakan atau anjuran untuk
bertakwa atau takut kepada Allah SWT. Untuk Lafadznya sendiri itu bisa lebih bebas. Misal seperti dalam

39
bentuk kalimat ; “marilah kita bertaqwa serta menjadi hamba yang taat kepada Allah Yang Maha Esa.” atau
“Takutlah kalian kepada Allah SWT.” Dapat juga membaca bacaan berikut :
“yaa ayyuhalladziina aamanuu ittaqullaaha haqqa tuqaatihi wa laa tamuutunna ilaa wa antum muslimuun”
5. Membaca ayat suci Al-Quran pada salah satu khutbahnyaPada saat khutbah hendaknya membaca ayat
suci Al-Quran ninimal satu kalimat dari ayat-ayat suci Al-Quran tersebut.
Tata cara khutbah jumat sesuai sunnah
Ada tata cara khutbah Jumat sesuai dengan sunnah yang dianjurkan. Tata cara khutbah Jumat sesuai sunnah
tersebut merupakan tata cara khutbah Jumat sesuai anjuran Rasul.
Berikut merupakan Tata cara khutbah jumat sesuai sunnah :
1. Khatib berdiri di atas mimbar atau tempat yang lebih tinggi lalu mengucapkan salamTata cara khutbah
Jumat sesuai sunnah yang pertama adalah mengucapkan salam. Setelah berdiri khatib dianjurkan untuk
mengucapkan salam pada jamaah yang ada sebagaimana disebutkan dalam hadits Jabir bin Abdullah,
“Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam jika telah naik mimbar biasa mengucapkan salam”. HR
Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah.
2. Duduk menanti adzan selesai sambil menirukan adzan.Setelah mengucap salam, maka suara adzan akan
dikumandagkan. Khatib dianjurkan untuk duduk mendengarkan dan menirukan hingga adzan selesai.
3. Kemudian berdiri untuk berkhutbahSebelum memulai berkhutbah hendaknya membuka khutbah sesuai
dengan rukun khutbah yaitu dengan membaca alhamdulilah, sanjungan kepada Allah, syahadat, shalawat,
bacaan ayat2 taqwa, dan perkataan amma ba’d.
4. Khatib berkhutbah dengan berdiri, menghadapkan wajah kepada jamaah.
5. Duduk di antara dua khutbahSaat telah menyampaikan khutbah pertama hendaknya khatib duduk sejenak
untuk beristirahat sebelum menyampaikan khutbah kedua.
6. Khutbah Jumat hendaknya tdk trlalu panjangKhutbah hendaknya tdk blh lbh lama dr durasi sholat jumat.
7. Hendaknya khatib fasih dan keras suaranyaDalam berkhutbah khatib hendaknya melantangkan suara dan
menyampaikan khutbahnya dg jelas. Hal ini agar jamaah yg mendengarkan paham akan kata2 yg diucapkan.
8. khutbah ke II hendaknya disudahi dengan permohonan ampunan kepada Allah.

ASSALÂMU ‘ALAYKUM WR. WB. (TERUS DUDUK MENUNGU ADZAN)


PEMBUKAAN KHOTBAH KE I

،‫ت أَ ْع َمالِنَا‬ َ ْ‫سنَا َو ِمن‬


ِ ‫سيِّئَا‬ ِ ُ‫ش ُرو ِر أَ ْنف‬
ُ ْ‫وذ بِاهللِ ِمن‬ ُ ‫ َونَ ُع‬،ُ‫ستَ ْغفِ ُره‬
ْ َ‫ستَ ِع ْينُهُ َون‬ ْ َ‫الـح ْم َد هّلِل ِ ن‬
ْ َ‫ـح َم ُدهُ َون‬ َ َّ‫إن‬
ُ‫ش ِر ْيكَ لَه‬َ ‫ش َه ُد أَنْ الَّ إِلَهَ إِالَّ هللا َو ْح َدهُ اَل‬
ْ َ‫ َوأ‬،ُ‫ي لَه‬
َ ‫ضلِ ْل فَاَل َها ِد‬ْ ُ‫ َو َمنْ ي‬،ُ‫ض َّل لَه‬ ِ ‫َمنْ يَ ْه ِد ِه هللاُ فَاَل ُم‬
‫سولُه‬ َ ‫ش َه ُد أَنَّ ُم‬
ُ ‫ـح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َر‬ ْ َ‫َوأ‬
SHALAWAT ‫ص ّل َو َسلّ ْم َعلى ُم َح ّم ٍد َو َعلى آلِ ِه ِوأَصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َسا ٍن إِلَى يَ ْو ِم ال ّديْن‬ َ ‫اَللهُ ّم‬
QôlaLLAHU TA’ALA FIL QURÂNIL KARÎM. A’ÛDZUBILLÂHI . . . .

40
           

          
           
       
          
            

) َ‫از ا ْل ُم َّتقُ ْونَ ( َو َط َعا ِت ِه َل َع َّل ُك ْم ُت ْفلِ ُح ْون‬
َ ‫هللا َف َقدْ َف‬ َ ‫ ف َيا ِعبَا َدهللاِ أ ُ ْوصِ ْي ُك ْم َوإِ َّي‬،ُ‫أَ َّما بَ ْعد‬
ِ ‫اي ِب َت ْق َوى‬
SEGALA PUJI SYUKUR HANYA BAGI ALLAH SWT
SHALAWAT & SALAM QT HATURKAN KPD RASULULLAH SAW . . .
KHOTIB BERWASIAT KHUSUSNYA UTK DIRI SENDIRI DAN UMUMNYA UTK QT SEMUA
JAMA’AH JUM’AH RAHIMAKUMULLAH . . .TOPIK KHUTBAH JUM’AT KALI INI ADL: AL-ISLÂMU
SHÂLIHUN LI KULLI ZAMAN WA MAKAN (Islam sesuai utk setiap waktu & tempat)
Ada 3 norma hukum yg mnyebabkn ISLAM SESUAI UTK SETIAP ZAMAN & TEMPT (1.Huk yg
Tsawabit /langgeng sbg identitas-Aqidah & Ibadah Mahdoh; 2.Huk yg Mutaghoyyirot/Luwes-Fiqh ;
3. Ijtihad)
Dalil ttg Huk yg Tsawabit / langgeng & yg Mutaghoyyirot/Luwes a.l :Pertama, surat Al-Mâ’idah/5:03
A’ûdzubillâh . . . ‫يت َل ُك ُم اإْل ِسْ اَل َم دِي ًنا‬ ُ ‫ت َل ُك ْم دِي َن ُك ْم وَأَ ْت َم‬
ُ ِ‫مْت َع َل ْي ُك ْم ِنعْ َمتِي َو َرض‬ ُ ‫ْال َي ْو َم أَ ْك َم ْل‬
5:3. Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-
Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
‫ َك َم َل‬- ‫ َكا ِم ٌل‬-ُ‫ = َي ْك ِمل‬menyempurnakan. ‫ يُتَ ِّم ُم – اِ ْت َما ًما‬- ‫تَ َّم َم‬
= mencukupkan
Nama lain dr surat al-Mâ’idah adl al-‘Uqûd. Ayat ini turun pd tgl 9 Dzul Hijjah th ke 10 H di Arafah
ketika Nabi saw Haji Wada’. Mnurut at-Thabary ini ayt terakhir (81 hr kmdn Nabi saw wafat 11 H)
ُ ‫“ أَ ْك َم ْل‬telah Kusempurnakan untukmu agamamu” maksudnya
Menurut sebagian Mufassir : ‫ت لَ ُك ْم دِي َن ُك ْم‬
“telah sempurna/paripurna ttg prinsip2 petunjuk agama”. Prinsip2 inilah yg dikenal sbg norma2
hukun yg Tsawabit/Langgeng, sperti: Akidah; ‘Ibadah Mahdhoh (murni), Rukun Iman & Islam,
Prinsip2 Kemanusiaan, seperti : Keadilan, Persamaan Hak, Kemerdekaan & Toleransi
ُ ْ‫“ وَأَ ْت َمم‬telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku”, maksudnya :
Sedangkan mengenai : ‫ت َعلَ ْي ُك ْم نِعْ َمتِي‬
bhw cukupnya ni’mat itu tdk langgeng bisa ber-ubah bersifat kontekstual.
Kedua, surat Âli ‘ Imran/3: 104
           
   
3:104. dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yg menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yg ma'ruf dan mencegah dari yg munkar; merekalah orang2 yg beruntung.
 = kebajikan adalah nilai2/norma2 yg bersifat Universal dan Tetap/Langgeng, sementara
= sesuatu yg baik, bersifat berubah sesuai dg perkembangan zaman dan tempat
Dua norma huk inilah yg menjadikan Islam selalu SESUAI DG PERKEMBANGAN ZAMAN & TEMPAT
1. Huk Tsawabit yg mnjadi Identitas & Orsinilitas Islam : y.i : Akidah & Ibadah Mahdoh sperti:
rukun Islam & ruk Iman
2. Huk Mutaghoyyirot/huk yg dpt berubah sesuai PERKEMBANGAN ZAMAN & TEMPAT, seperti: Fiqh
Mu’amalah. Contoh : Jual Beli Emas blh dg tdk kontan krn illat (sebab) hukumnya sdh berubah,
Huk Mutaghoyyirot ini mengikuti kaidah Fiqh: ‫ا ْل ُح ْك ُم َيد ُْو ُر َم َع ِعلَّ ِت ِه ُو ُج ْودًا َو َع َد ًما‬
Al-hukmu yadûru ma'a 'illatihi wujûdan wa 'adaman
Ada dan tidaknya hukum itu tergantung pada sebab ('illat)nya. Cont: Tayamum
Selain 2 norma huk yg utama td, Islam juga mngedepankan penentuan Huk dg Cara Ijtihad.

41
Ijitihad adl usaha yg sungguh2 dg mengerahkan segala kemampuan utk menemukan solusi hukum
Dasar hukum Ijtihad adalah hadis riwayat Muaz bin Jabal ketika diutus mnjadi gubernur Yaman.
‫ب ُم َعا ٍذ‬
ِ ‫ص َحا‬ْ َ‫ مِنْ أ‬:١٢٤٩ ‫سنن الترمذي‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
‫سلَّ َم‬ َ ِ ‫ول هَّللا‬
ِ ‫س‬ ُ ‫َقال َ أَ ْج َت ِه ُد َر ِأيي َقال َ ا ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّذِي َو َّف َق َر‬
ُ ‫سول َ َر‬
Sunan Tirmidzi 1249: Muadz menjawab; Aku akan berijtihad dengan pendapatku.
Contoh Ijtihad: Abu Bakar Siidiq ra : mengumpulkn/menyusun kmbali lembarn2 AQ yg brserakn
‘Umar Ibn Khaththab ra: mmbagikan Ghonimah melalui baitul mâl, shalat Tarawih berjama’ah
Menambah huk cambuk mnjadi 80x bagi pemabuk, talak 3 langsung jatuh 3, Mualaf tdk mendpt
zakat, Pencetakan mata uang, , huk potong tngan tdk berlaku ketika Paceklik; Thn H ditetapkn
‘Utsman bin Affan ra : Mashohif Utsmani ; Unta yg hilang dtangkap & dibawa ke Baitul Mâl
‘Umar bin ‘Abdul Aziz (w. 101 H/720 M) : Penulisan & Pembukuan hadis2 Nabi saw.
Imam Syafi’i : Qoul Qodim di Irak direvisi mnjadi Qoul Jadid ketika di Mesir, terjadi 43 item perub
Kaidah Fiqh/Huk utk Ijtihady :
‫ا ْل ُح ْك ُم َيد ُْو ُر َم َع عِ لَّ ِت ِه ُو ُج ْودًا َو َعدَ ًما‬
Al-hukmu yadûru ma'a 'illatihi wujûdan wa 'adaman
Ada/tdknya hukum itu trgantung pada 'illatnya. Mk perlu dilakukn telaah ulang (i’adah an-nazhar)
ِ َ‫ضرر وال‬
‫ض َر َار‬ َ َ َ َ َ‫ ال‬Tdk blh memudharatkan & tdk blh dimudharatkan
‫اص ِة‬
َّ ‫الخ‬ ْ ‫ص َل َح ُة ال َعا َّم ُة ُم َق َّد َم ٌة َع َلى ال َم‬
َ ‫ص َل َح ِة‬ ْ ‫ال َم‬
“Kemaslahatan umum lebih didahulukan dari pada kemaslahatan individu”
Pentingny berIjtihad ini adl utk mncairkan keJUMUDan (kbekuan/kekakuan cara brpikir& brsikap)
Cont:Fiqh Haji (nunggu 20 th) kemah arofah 2 lt; fiqh Zakat (zakat hanya 2% dr konsumsi rokok),
ada pemikiran harmonisasi Zakat dg Pajak, Fiqh Muamalah, bgmn memajukan Bank Sya ?,
Akibat kejumudan dlm memahami huk adl mandeknya Kemajuan di brbagai bidang : Iptek & Ekon,
PENUTUP KHUTBAH KE I

َ ‫ت َوال ِذ ْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم َو َت َق َّبل‬ ِ َ ‫آن ْا َلعظِ ْي ِم َو َن َف َعنِي َوإ َّيا ُك ْم ِب َم ا ِف ْي ِه مِنَ ْاآلي ا‬ ِ ‫ار َك هللاُ ل ِْي وَ َل ُك ْم ف ِْي ْالقُ ْر‬ َ ‫َب‬
‫اس َت ْغفِ ُر ْوهُ إِنَّهُ ه َُو ا ْل َغفُ ْو ُر ال َّر ِح ْي ُم‬ َّ ‫ِم ِّني َو ِم ْن ُك ْم ِتالَ َو َت ُه إ َّن ُه ه َُو‬
ْ ‫ أَقُ ْول ُ َق ْولِي هذا َو‬. ‫الس ِم ْي ُع ْا َلعلِ ْي ُم‬
PEMBUKAAN KHUTBAH KEDUA
‫وأشهد أنْ اَل إلَهَ إال هللا وحده ال شريك‬ ،‫ نبينا محمد و آله وصحبه ومن وااله‬،‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا‬
ُ‫وأشهد أنَّ مح ّمداً عبده ورسوله‬ ،‫له‬
Kesimpulan dari khutbah pertama adalah : Dalam menghadapi prkembangan zaman dimana IPTEK
PENUTUP KHOTBAH KE II & DO’A PENUTUP KHOTBAH :

ْ َ‫سلِّ ُموا ت‬
‫سلِي ًما‬ َ ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو‬َ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬  ۚ‫صلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي‬
َ ُ‫إِنَّ اللَّـهَ َو َماَل ئِ َكتَهُ ي‬
‫ َوبَا ِركْ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬،‫صلَّيْتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم‬
َ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ ِ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
‫ إِنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬،‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم‬
ِ
‫ت‬
ِ ‫ب ال َّدع ََوا‬ ٌ ‫س ِم ْي ٌع قَ ِر ْي‬
ُ ‫ب ُم ِج ْي‬ ِ ‫ت األَ ْحيَا ِء ِم ْن ُه ْم َواألَ ْم َوا‬
َ ‫ت إِنَّ َك‬ ِ ‫ت َوالمؤْ ِمنِيْنَ َوالمؤْ ِمنَا‬
ِ ‫سلِ َما‬ ْ ‫الل ُه َّم ا ْغفِ ْر لِ ْل ُم‬ 
ْ ‫سلِ ِميْنَ َوالم‬
َ ُ‫ َر َّب َنا َظ َل ْم َنا اَ ْنف‬ 
َ ‫س َنا َو اِنْ َل ْم َت ْغف ِْر َل َنا َو َت ْر َح ْم َنا َل َن ُك ْو َننَّ مِنَ ْا‬
َ‫لخاسِ ِر ْين‬

َ ‫س َن ًة َوقِ َنا َع َذ‬


ِ ‫اب ال َّن‬
‫ار‬ َ ‫س َن ًة َوفِى ْاآلخ َِر ِة َح‬
َ ‫َر َّب َنا آتِنا َ فِى ال ُّد ْن َيا َح‬

42
‫بى َويَ ْن َهى َع ِن ْالفَ ْحشآ ِء‬ َ ‫ان َوإِ ْيتآ ِء ِذى ْالقُ ْر‬ ِ ‫س‬َ ‫ِعبَا َدهللاِ ! اِنَّ هللاَ يَأْ ُم ُر بِاْل َعد ِْل َو ْا ِال ْح‬
ْ ‫ َو ْاذ ُك ُرواهللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا‬. ‫َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي„ يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُر ْو َن‬
َ ‫ش ُك ُر ْوهُ َع‬
‫لى‬
‫نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ اَ ْكبَ ْر‬
(Aqimushshalâh)

KESEIMBANGAN DUNIA & AKHIRAT


KESEIMBANGAN LAHIR & BATHIN
KESEIMBANGAN JIWA & RAGA
KESEIMBANGAN RUH & FISIK
KESEIMBANGAN ‘AMAL & NIAT IKHLASH
             
               

“Dan carilah  pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagian) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang
lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS. Al Qashash/28: 77)
Dalam tulisan yang singkat ini, penulis mencoba menggali makna firman Allah swt: “Dan carilah
(kebahagian) negeri akhirat pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu dan janganlah kamu
melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi”.
Pertama: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagian) negeri akhirat.
Sebenarnya ayat ini bagian cerita dari Allah swt. tentang nasehat Ahlul Ilmi dari Bani Israel kepada Qarun
saat ia memamerkan kekayaannya. Mereka berkata:” Dan carilah negeri akhirat pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu”, Artinya pergunakanlah sebagian dari hartamu itu untuk mendapatkan
akhirat dengan sedekah, infak dijalan Allah swt. dan perbuatan yang diridhoi oleh Allah swt, lainnya.
Yang menarik, dalam ayat di atas Allah swt menggunakan kata “fiimaa atakalloh” (pada apa yang
dianugerahhan oleh Allah kepadamu), tidak memakai kata “bimaa atakalloh” (dengan apa yang
dianugerahkan kepadamu). Perbedaan dua huruf ini mengakibatkan perbedaan makna yang mencolok antara
keduanya; yang kedua bermakna “Hendaklah kamu sedekahkan atau infakkan dijalan Allah seluruh apa
yang dianugerahkan kepadamu untuk mendapatkan akhirat”. Sedangkan yang pertama memerintahkan untuk
menginfakkan sebagian saja, dimana sebagian yang lain bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi.
Dengan demikian, ayat di atas merupakan nasehat dari kaum Qarun agar ia mempergunakan sebagian dari
hartanya dijalan Allah swt, demi meraih akhirat.
Kedua: Dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi.
43
Ketika menafsirkan ayat ini, para ulama berbeda pendapat kepada beberapa pendapat yaitu:
Pendapat pertama: Pergunakanlah sebagian dari nikmat yang telah Allah swt anugerahkan kepadamu
untuk kepentingan hidupmu; karena Allah swt sangat senang melihat pengaruh nikmat tersebut dalam diri
hambanya, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis.
Menurut pendapat ini, tidak seharusnya seseorang menginfakkan seluruh hartanya kepada orang lain,
kemudian ia hidup kekurangan dan melarat. Selayaknya sebagian dari nikmat tersebut ia pakai untuk
kepentingan pribadinya sehingga terlihat ada pengaruh dari nikmat Allah pada dirinya. Ketika Imam Malik
ditanya tentang ayat ini, ia menjawab: “ Hendaklah ia pakai untuk hidup, makan, minum tanpa harus pelit
pada diri sendiri”.
Pendapat kedua: Maknanya: Jangan lupa bagianmu dari kehidupan dunia, dimana kehidupan dunia meski
lama, pasti akan pindah kekuburan. Ingat, kehidupan dunia hanyalah sementara. Selama apapun ia tinggal di
dunia, di akhirat nanti mereka akan mengatakan bahwa kehidupan dunia hanya sementara, bahkan rasanya
seperti sehari saja. Oleh karena itu, janganlah kamu habiskan duniamu demi mengejar dunia; jadikanlah
tujuan hidupmu akhirat.
Pendapat ketiga: Maknanya: Jangan lupakan bagianmu dari kehidupan dunia, dengan arti pergunakanlah
apa yang dianugerahkan oleh Allah swt. kepadamu untuk kepentingan akhirat. Karena dunia yang akan
menjadi milik manusia hanyalah dunia yang ia pergunakan untuk akhirat. Dengan demikian pendapat ketiga
ini menunjukkan bahwa hendaklah seorang mukmin menjadikan seluruh apa yang dianugerahkan oleh Allah
swt kepadanya, sebagai sarana untuk mencapai tujuan akhirat. Ini adalah pendapat mayortas ahli tafsir.
Sebenarnya tidak ada pertentangan antara pendapat-pendapat di atas dimana seorang mukmin hendaklah
mempergunakan nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepadanya untuk kehidupannya selama masih
dalam batas halal dan jauh dari haram serta meniatkannya untuk ibadah yang merupakan bagian dari
masalah akhirat. Dengan demikian, ayat di atas dapat dilaksanakan secara bersamaan. Ayat di atas secara
tegas memerintahkan kita untuk memperhatikan dunia dan akhirat, dan menjadikan dunia sebagai sarana
untuk menggapai akhirat.
Ayat di atas meski turun berkenaan dengan Qarun dan kaumnya, namun kita seluruh umat islam wajib
melaksanakannya karena ulama kita telah mengatakan bahwa “Al ibro bi umum al lafz la bikhusus as sabab”
yang kira-kira maknanya: yang menjadi patokan dalam memahami nash adalah keuniversalan nash, bukan
kekhususan sebab nash tersebut”.

               
   
6 :162. Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam.
163. tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang
yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".

              
    
2 : 186. dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah),
bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

                 
               
                
    

44
2: 286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa
atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kami, janganlah
Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri ma'aflah kami;
ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap
kaum yang kafir."

            
    
At taghabun/64 : 16. Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah
serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu[1480]. dan Barangsiapa yang
dilindungi dari kekikiran dirinya, Maka mereka Itulah orang-orang yang beruntung.
[1480] Maksudnya: nafkahkanlah nafkah yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat.
      
Adz-Dzariyat/51 : 56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.
        
Al-A’la/87 :16. tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi.
17. sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.
     
Ad-Dhuha/93 : 4. dan Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang
(permulaan)[1582].
[1582] Maksudnya ialah bahwa akhir perjuangan Nabi Muhammad s.a.w. itu akan menjumpai
kemenangan-kemenangan, sedang permulaannya penuh dengan kesulitan-kesulitan. ada pula
sebagian ahli tafsir yang mengartikan akhirat dengan kehidupan akhirat beserta segala
kesenangannya dan ula dengan arti kehidupan dunia.

   


Asy-Syarh/94 : 7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh2 (urusan) yg lain[1586],
[1586] Maksudnya: sebagian ahli tafsir menafsirkan apabila kamu (Muhammad) telah selesai
berdakwah Maka beribadatlah kepada Allah; apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia
Maka kerjakanlah urusan akhirat, dan ada lagi yang mengatakan: apabila telah selesai mengerjakan
shalat berdoalah.

                

34. dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan
kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya.
Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).

           
18. dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
45
Namun, ternyata ada orang yang berjihad dan dalam pandangan manusia mati syahid tetapi masuk neraka.
Siapa dia? Rasulullah saw menerangkan:

‫ش ِه َد فَأُتِ َى بِ ِه فَ َع َّرفَهُ نِ َع َمهُ فَ َع َرفَ َها قَا َل فَ َما َع ِم ْلتَ فِي َها قَا َل قَاتَ ْلتُ فِي َك َحتَّى‬ ْ ‫ضى يَ ْو َم ا ْلقِيَا َم ِة َعلَ ْي ِه َر ُج ٌل ا‬
ْ ُ ‫ست‬ ِ ‫إِنَّ أَ َّو َل النَّا‬
َ ‫س يُ ْق‬

‫س ِح َب َعلَى َو ْج ِه ِه َحتَّى أُ ْلقِ َى فِى النَّا ِر‬


ُ َ‫ ثُ َّم أُ ِم َر بِ ِه ف‬.‫ فَقَ ْد قِي َل‬.‫ قَا َل َك َذبْتَ َولَ ِكنَّكَ قَاتَ ْلتَ ألَنْ يُقَا َل َج ِرى ٌء‬. ُ‫ش ِهدْت‬
ْ ُ ‫ست‬
ْ ‫ا‬

“Sesungguhnya manusia pertama yang diputuskan perkaranya pada hari kiamat adalah seorang laki-
laki yang mati syahid. Dia dihadapkan, lalu Allah menunjukkan kenikmatan-kenikmatanNya
kepadanya, maka dia pun mengenalnya. Allah bertanya, ‘Apa yang telah kamu lakukan padanya?’
Orang itu menjawab, ‘Aku berperang karenaMu sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman, ‘Kamu
dusta, akan tetapi kamu berperang agar dikatakan ‘fulan pemberani; dan itu telah kamu dapatkan.’
Kemudian diperintahkan (agar dia diseret di atas wajahnya). Lalu dia pun diseret di atas wajahnya
sampai dicampakkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim)
Itu teksnya hanya mengambil intinya saja lengkapnya seperti ini 

‫إن أول الناس يُقضى يوم القيامة عليه رج ٌل استشهد فأُت َي به‬:‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول‬
‫ ثم أمر به‬،‫ فقد قيل‬،‫ ولكنك قاتلت ألن يقال هو جريء‬،‫ قال كذبت‬،‫ قاتلت فيك حتى استشهدت‬:‫ قال فما عملت فيها؟ قال‬،‫فعرَّفه نع َم ه فعرفها‬
‫ تعلمت العلم‬:‫ قال فما عملت فيها؟ قال‬،‫ ورج ٌل تعلَّم العلم وعلَّمه وقرأ القرآن فأتي به فعرَّفه نع َمه فعرفها‬،‫ُحب على وجهه حتى ألقي في النار‬
َ ‫فس‬
‫ُحب على وجهه حتى ألقي‬ َ ‫ فقد قيل ثم أمر به فس‬،‫ ولكنك تعلمت ليقال عالم وقرأت القرآن ليقال هو قارئ‬،‫ قال كذبت‬،‫وعلمته وقرأت فيك القرآن‬
‫ ما تركت من سبيل تحب أن‬:‫ قال فما عملت فيها؟ قال‬،‫ ورج ٌل وسع هللا عليه وأعطاه من أصناف المال فأتي به فعرفه نعمه فعرفها‬،‫في النار‬
‫ُحب على وجهه ثم ألقي في النار ) رواه مسلم‬ َ ‫ فقد قيل ثم أمر به فس‬،‫ ولكنك فعلت ليقال هو جواد‬،‫ قال كذبت‬،‫ينفق فيها إال أنفقت فيها لك‬.

Hadisnya memang shohih riwayat imam muslim , tiga kategori golongan itu hanya sebagai tamstil atau
percontohan bukan untuk membatasi 3 saja , dalam kaedahnya : ‫ ذكر العدد ال يفيد الحصر‬، menyebut bilangan
tidak berfaidah membatasi .

Inti hadis itu hanya ingin menjelaskan bahwa amal seorang hamba tidak ada manfaatnya di akhirat nanti jika
tidak disertai keikhlasan karena mengharap ridho dan balasan dari Allah , tapi bukan berarti amal tidak
penting , banyak sekali nas al qur'an dan hadis yg mendorong kita beramal , sampai ulama bnyak
mengumpulkan hadis bertema fadhoilul a'mal atau targhib wa tarhib ,  ikhlas tanpa amal ibarat ruh tanpa
jasad , begitu juga amal tanpa ikhlas ibarat jasad tanpa ruh . 

Ibnu athoillah mengibaratkanya dengan ungkapannya .

‫األعمال صور قائمة وأرواحها وجود سر اإلخالص فيها‬

Amal amal adalah ibarat jasad yg tegak sedang ruhnya adalah adanya rahasia keikhlasan di dalamnya .
Jadi amal dan keikhlasam adalah ibarat 2 sisi uang yg selalu harus saling menyertai tidak bisa dipisah2 . Ini
keterangan berdasar apa yg saya fahami. Wallahu a'lam

Tidak hanya dalam perbandingan waktu, dalam skala perbandingan kenikmatan pun kehidupan dunia ini
tidak bisa dibandingkan dengan kehidupan di akhirat sana. Rasulullah saw  bersabda,

‫ض‬
ِ ‫ َوفِي بَ ْع‬.‫ش ٍر‬
َ َ‫ب ب‬ َ ٌ‫صالِ ِح ْي َن َما اَل َع ْينٌ َرأَتْ َواَل أُ ُذن‬
ِ ‫س ِم َعتْ َواَل َخطَ َر َعلَى قَ ْل‬ َّ ‫ي ال‬ َ ‫أَ ْع َددْتُ لِ ِعبَا ِد‬
ٌ ‫ َواَل يَ ْعلَ ُمهُ َملَ ٌك ٌمقَ َّر‬:‫ِر َوايَاتِ ِه‬
َ ‫ب َواَل نَبِ ٌي ُم ْر‬
.‫س ٌل‬

46
“Aku telah siapkan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih sesuatu yang (kenikmatannya) tidak pernah dilihat
oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan juga tidak pernah terbetik dalam hati manusia.” Dalam
suatu riwayat: “Dan juga tidak diketahui oleh malaikat yang dekat (di sisi Allah) juga para nabi yang
diutus.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Anas ra, bahwasannya Rasulullah Saw. telah bersabda, "Bukanlah yang terbaik diantara kamu orang
yang meninggalkan urusan dunia karena mengejar urusan akhirat, dan bukan pula orang yang terbaik
orang yang menhinggalkan akhiratnya karena mengejar urusan dunianya, sehingga ia memperoleh kedua-
duanya, karena dunia itu adalah perantara yang menyampaikan ke akhirat, dan janganlah kamu menjadi
beban orang lain."
Hadist di atas menjelaskan tentang kehidupan manusia yang seharusnya, yaitu kehidupan yang berimbang,
kehidupan dunia harus diperhatikan disamping kehidupan di akhirat. Islam tidak memandang baik terhadap
orang yang hanya mengutamakan urusan dunia saja, tapi urusan akhirat dilupakan. Sebaliknya Islam juga
tidak mengajarkan umat manusia untuk konsentrasi hanya pada urusan akhirat saja sehingga melupakan
kehidupan dunia.
Dunia adalah sarana yang akan mengantarkan ke akhirat. Kita hidup didunia memerlukan harta benda untuk
memenuhi hajatnya, manusia perlu makan, munum, pakaian, tempat tinggal, berkeluarga dan sebagainya,
semua ini harus kita cari dan kita usahakan. Kehadiran kita di dunia ini jangan sampai menjadi beban orang
lain. Maksudnya janganlah memberatkan dan menyulitkan orang lain. Dalam hubungan ini, umat Islam tidak
boleh bermalas-malasan, apalagi malas bekerja untuk mencari nafkah, sehingga mengharapkan belas
kasihan orang lain untuk menutupi keperluan hidup sehari-hari.
Dalam Al-Quran Surah Al-Qashash ayat 77 yang artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu yaitu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
kenikmatan duniawi, dan berbuat baiklah kepada orang lain, sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Ada tiga kategori atau tiga bagian manusia di dunia ini jika dilihat dari sikap dan pandangan hidup serta
perilakunya terhadap kehidupan dunia ini. 
1. Kategori pertama adalah golongan manusia yang menganggap bahwa dunia ini adalah syurga, dan
merupakan tujuan hidup mereka. 
Adapun ciri-ciri dari kategori ini dapat dilihat bahwa, gaya hidup mereka suka berfoya-foya, mencari harta
sebanyak-banyaknya. Mereka beranggapan dunia merupakan tujuan hidup, sehingga mereka hanya mencari
kenikmatan dunia semata. Mereka tidak sadar bahwa harta dan kekayaan yang menjadi kesenangan mereka
di dunia ini tidak akan dibawa ke alam kubur, atau ke akhirat nanti. 
Rasulullah pernah menyatakan bahwa seandainya ada seseorang yang memiliki harta satu lembah, maka dia
akan berusaha memiliki dua lembah, dan pasti ingin memiliki tiga lembah. Tipe orang semacam ini, mereka
lupa terhadap Al-Khaliq (Allah) Pencipta mereka, bahkan sudah menyembah kepada materi. 
Rasulullah pernah bersabda “Ada tiga hal yang menyertai seseorang ketika dia meninggal dunia, pertama
adalah ahlinya (famili, kerabat dan teman-temannya), kedua adalah harta bendanya, dan ketiga adalah amal
perbuatannya. Kemudian ada dua hal yang meninggalkan dia di dalam kubur; yakni ahli dan hartanya. dan
yang satu, yakni amal perbuatannya yang meyertai dia di dalam kubur”. (Hadis Riwayat Bukhari). 
Oleh sebab itu Amal perbuatan yang baik akan menyertainya berupa kenikmatan, dan amal perbuatan yang
buruk serta melanggar norma-norma Allah akan menyertainya berupa siksaan di dalam kubur. Golongan
yang Iebih mengutamakan urusan duniawi dari pada urusan ukhrawi ini termasuk musyrikin, karena mereka
lebih mengutamakan materi dan menafikan Allah SWT, seperti Fir’aun dan Qarun, mudah2an kita semua
tidak termasuk golongan ini.
2. Kategori kedua adalah golongan manusia yang beranggapan bahwa dunia bagaikan neraka, mereka
beranggapan dunia adalah syurganya orang-orang kafir. 

47
Corak kehidupan manusia seperti ini hanya mementingkan ibadah saja, sujud kepada Allah. Ia tidak peduli
dengan anak dan isterinya, lingkungan dan masyarakatnya, bagi mereka yang penting adalah masuk syurga,
bahkan diri dan kebutuhan hidup mereka tergantung kepada orang lain.  Menyikapi hal ini, Rasulullah
bersabda “Demi sekiranya salah seorang di antara kamu mencari kayu, lalu dipikul dipundaknya sendiri, itu
lebih baik dari pada meminta-minta kepada tetangga. Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah”.
(Hadis Riwayat Bukhari). 
Suatu ketika Rasulullah SAW didatangi dua orang yang melaporkan perihal perkaranya, “Ya Rasulallah,
guru kami siang dan malam hanya beribadah kepada Allah. Lalu Rasulullah bertanya, “Siapa yang memberi
makan guru kalian?”. Mereka menjawab, “Yang memberikan makan adalah kami berdua ya Rasulallah”.
Jawab Rasulullah “Sesungguhnya guru kalian tidak mendapatkan pahala apa-apa, justru kalian berdualah
yang mendapatkan pahalanya”. 
3. Kategori ketiga adalah golongan manusia yang beranggapan bahwa dunia ini bukan syurga dan juga
bukan neraka, akan tetapi dunia adalah kebunnya syurga. 
Golongan ini adalah mereka yang berpegang terhadap Al-Qur’an dan Al-Hadis, taat beribadah. Sebagaimana
disebutkan dalam surat Adz-Dzariat ayat 56. artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah-Ku”.  Dan golongan ini adalah mereka yang menyeimbangkan antara
kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Semoga kita semua temasuk kedalam golongan yang ketiga ini. 
Sebagai kesimpulan, saya menguraikannya ke dalam 3 kategori utama terhadap permasalahan ini, yaitu:
1. Kehidupan Akhirat Adalah Tujuan
Allah SWT berfirman, "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akherat". Di sini terlihat dengan jelas bahwa yang harus kita kejar adalah
kebahagiaan hidup akhirat. Mengapa? Karena di sanalah kehidupan abadi. Tidak ada mati lagi setelah itu.
Karenanya dalam ayat yang lain Allah berfirman: "Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang
sebenarnya" (QS. Al-Ankabut: 64).
2. Berusaha Memperbaiki Kehidupan Dunia
Allah SWT berfirman: ”Dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari kenikmatan duniawi
dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu". Ayat di
atas dengan jelas bahwasannya Allah memerintahkan umat Islam untuk selalu berusaha menggapai
kebahagiaan akhirat, tetapi jangan melupakan kehidupan di dunia ini. Meskipun kebahagiaan dan
kenikmatan dunia bersifat sementara tetapi tetaplah penting, sebab dunia adalah ladangnya akhirat.
Allah telah menciptakan dunia dan seisinya adalah untuk manusia, sebagai sarana menuju akhirat. Allah
juga telah menjadikan dunia sebagai tempat ujian bagi manusia, untuk mengetahui siapa yang paling baik
amalnya, siapa yang paling baik hati dan niatnya. Allah SWT juga mengingatkan perlunya manusia untuk
mengelola dan menggarap dunia ini dengan sebaik-baiknya, untuk kepentingan kehidupan manusia dan
keturunannya. Pada saat yang sama Allah juga menegaskan perlunya selalu berbuat baik kepada orang lain,
dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi.

TAFSIR

        


Al Furqan/25:33. tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil,
melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya

         


   

48
185. Puji syukur kpd Allah swt yg telah menurunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)

SYAHADATAIN
Kalau kita mau mengkaji ilmu..atau diminta membahas tentnag akidah? Darimana kita mulai? 
ilmu yang paling penting kita pelajari adalah ilmu aqidah karena dia adalah hidup dan mati kita 

dan dia adalah inti dari dakwah para Nabi dan Rasul ..Allah swt berfirman : [Surat An-Nahl 36]

ۖ ‫وا ٱلطَّ ٰـ ُغ‬


‫وتَ فَ ِم ۡن ُهم َّم ۡن َهدَى ٱهَّلل ُ َو ِم ۡن ُهم َّم ۡن َحقَّ ۡت َعلَ ۡی ِه‬ ۟ ُ‫ُوا ٱهَّلل َ َو ۡٱجتَنِب‬
۟ ‫ٱعبُد‬ ُ ‫َولَقَ ۡد بَ َع ۡثنَا فِی ُك ِّل أُ َّم ٍة َّر‬
ۡ ‫سواًل أَ ِن‬
ۚ
َ‫وا َك ۡیفَ َكانَ َع ٰـقِبَةُ ۡٱل ُم َك ِّذبِین‬ ۟ ‫ض فَٱنظُ ُر‬
ِ ‫وا فِی ٱأۡل َ ۡر‬ ۟ ‫سی ُر‬
ِ َ‫ضلَ ٰـلَةُ ف‬َّ ‫ٱل‬
Dan Rasulullah berapa tahun di mekkah? 13 tahun mendkawahkan tauhid..

Dan tauhid adalah wasiat para Nabi dan orang2 shaleh kepada anak2nya..

wasiat ibrahim dan ya'qub kepada anak2nya [Surat Al-Baqarah 132]

( َ‫ٱصطَفَ ٰى لَ ُك ُم ٱلدِّینَ فَاَل تَ ُموتُنَّ إِاَّل َوأَنتُم ُّم ۡسلِ ُمون‬ ُ ُ‫ص ٰى بِ َه ۤا إِ ۡب ٰ َر ِه ۧـ ُم بَنِی ِه َویَ ۡعق‬
ۡ َ ‫وب یَ ٰـبَنِ َّی إِنَّ ٱهَّلل‬ َّ ‫)و َو‬
َ
Wasiat lukmanul hakim kepada anaknya [Surat Luqman 13]

ۡ ُ‫)وإِ ۡذ قَا َل لُ ۡق َم ٰـن‬


(‫ٱِلبنِ ِۦه„ َوه َُو یَ ِعظُ ۥهُ یَ ٰـبُنَ َّی اَل ت ُۡش ِر ۡك بِٱهَّلل ۖ ِ إِنَّ ٱلش ِّۡر َك لَظُ ۡل ٌم َع ِظی ٌم‬ َ
Kalau kita sekarang mewasiatkan anak2 kita dengan apa pak? Harta, kekayaan, sekolah yang tinggi, na'am
itu perlu tapi jangan jadi pokok..karena setelah kita mati tidaklah bermanfaat harta kekayaan itu, pendidikan
yang tinggi, yang bermanfaat apa? Doa anak shalih yang kita tinggalkan, ilmu bermanfaat yang kita ajarkan,
harta jariah yang kita sedekahkan..

Dia juga wasiat Rasulullah kepada muaz ketika mengutus ke yaman..

(Innaka taqdumu ala qaumin min ahlil kitab..falyakun awwala ma tad'uhum ila an yuwahhidullaha ta'ala)

Yang kedua adalah ilmu syariat dan fiqh . Yang ketiga kalau mau lebih pelajarilah ilmu bahasa arab

# didalam beragama seseorang itu memiliki tiga tingkatan : islam, iman dan ihsan

Setiap orang islam belum tentu beriman dan setiap yang berima belum tentu ihsan..

Allah berfirman alhujurat 14 

۟ ‫وا َولَ ٰـ ِكن قُولُ ۤو ۟ا أَ ۡسلَمۡ نَا َولَ َّما یَ ۡد ُخ ِل ٱإۡل ِ ی َم ٰـنُ فِی قُلُوبِ ُكمۡ ۖ َوإِن تُ ِطی ُع‬
(۞ َ ‫وا ٱهَّلل‬ ۟ ُ‫اب َءا َمنَّ ۖا قُل لَّمۡ ت ُۡؤ ِمن‬ ُ ‫ت ٱأۡل َ ۡع َر‬
ِ َ‫قَال‬
‫سولَهۥُ اَل یَلِ ۡت ُكم ِّم ۡن أَ ۡع َم ٰـلِ ُكمۡ ش َۡیٔـًًٔ„ ۚا إِنَّ ٱهَّلل َ َغفُو ٌر َّر ِحی ٌم‬ُ ‫)و َر‬
َ
#. Makna syahadah lailahaillallah adalah 
49
(al-iqrar bil qalbi wallisan binnahu la ma'buda haqqun illallah)

#. Asyhadu artinya uqirru bilqalbi antiqu bilisani.

Tidak cukup dengan lisan karena orang munafik juga mengatakan kami beriman kepada Allah dan rasulnya
Tapi allah tolak keimanan mereka

(Iza jaakalmunafiquna qalu nasyhadu innaka larasulullah wallahu ya'lamu....)

(‫وا َو َما‬ ِ „ََٔ‫س َمن یَقُو ُل َءا َمنَّا بِٱهَّلل ِ َوبِ ۡٱلیَ ۡو ِم ۡٱلٔـ‬
۟ ُ‫ یُ َخ ٰـ ِدعُونَ ٱهَّلل َ َوٱلَّ ِذینَ َءا َمن‬ ‫اخ ِر َو َما هُم بِ ُم ۡؤ ِمنِینَ ۝‬ ِ ‫َو ِمنَ ٱلنَّا‬
َ‫س ُهمۡ َو َما یَ ۡش ُع ُرون‬ َ ُ‫)یَ ۡخ َدعُونَ إِاَّل ۤ أَنف‬
[Surat Al-Baqarah 8 - 9]

Tidak cukup juga dengan hati.. karena Abu thalib adalah orng yang mengimani kenabian Rasul bahkan
membelanya tapi tetap kekal di neraka..

hadis riwayat muslim (ahwanun ahlinnari azaban yaumal qiyamah abu thalib) di hadis lain (law la ana
lakana fiddarkil asfali minannari)

#. La disini adalah la nafi lilljinsi..artinya meniadakan secara mutlak dan total..la arrajulu fil masjid..la rajula
fil masjid..

#. Ilaha bima'na ma'luh ma'bud ini menjawab tafsiran ayat

Fi'i al artinya maf'ul


(wahuwallazi fissamai ilahun wafil ardi ilahun wahuwal hakimul alim)

#. Harus ada kata haqqunnya karena klu tidak ada maka khilaful waqi' karena ada yang menyembah selain
Allah
Seperti di india itu ada ratusan tuhan

Dalil dari haqqun dalam Alquran Alhajj 62 

ُّ ‫) ٰ َذلِكَ بِأَنَّ ٱهَّلل َ ه َُو ۡٱل َح‬


(‫ق َوأَنَّ َما یَ ۡدعُونَ ِمن دُونِ ِهۦ ُه َو ۡٱلبَ ٰـ ِط ُل َوأَنَّ ٱهَّلل َ ُه َو ۡٱل َعلِ ُّی ۡٱل َكبِی ُر‬
Juga perkataan ibrahim asyyu'ara 75-77 

َّ ‫ فَإِنَّ ُهمۡ َع ُد ٌّو لِّ ۤی إِاَّل َر‬ ‫ أَنتُمۡ َو َءابَ ۤا ُؤ ُك ُم ٱأۡل َ ۡق َد ُمونَ ۝‬ ‫)قَا َل أَفَ َر َء ۡیتُم َّما ُكنتُمۡ ت َۡعبُدُونَ ۝‬
( َ‫ب ۡٱل َع ٰـلَ ِمین‬

Allah adalah nama untuk rabb dan dia adalah ismullahil a'zham tidak boleh dinamakan denganya
selainnya..adapun nama2 asmaul husna sebagian ada yang boleh sperti
aziz,mukmin,malik,mukmin,muhaimin
 
#. Makna syahadat anna muhammadan rasulullah

asyahdu artinya uqirru bilqalbi wa antiqu bilisani

#. Aplikasi (penerapan) syahadat anna muhamad rasulullah setidaknya ada tiga aspek  :

50
1. tasdiquhu fima akhbara (nabi mengabarkan tentang surga neraka, tentang isra' mi'raj tentang fitnah akhir
zaman, tentang haudh) kita yakini walau kita tidak tahu hikmahnya.

2. ta'atuhu fima amar (wama kana limukminin wala mukminatin iza qadallahu warasuluhu amran an yakuna
lahumul khiyaratu min amrihim) 
Maka jauh perbedaan kita dengan para generasi terdahulu..kalau ada perintah mereka gak bertanya apakah
ini wajib atau hanya sunnah?

3. ijtinabu manaha anhu wa zajar) maka batillah orang2 yang hanya berdalil dengan alquran tapi
mengingkari sunnah nabi..mereka berkata ini gak ada dalam alquran

(Wama atakumurrasulu fakhuzuhu wama nahakum anhu fantahuhu)

4. Tidak mendahulukan perkataan manusia diatas perkataan nabi..maka sungguh ajaib ketika dikatakan ini
adalah hadis nabi lalu dia jawab kata ustad ini, kata fulan dll.maka ini perkara besar.
Ibnu abbas (hampir saja Allah turunkan azab batu dari langit,aku katakan qala rasulullah dan kalian
mengatakan qala abu bakar wa umar)

5. Mengagungkan sunnah2 rasul

6. Tidak berdusta dengan nama Nabi..

7. Tidak berbicara dalam bab agama kecuali dengan ilmu

#muhammad siapa itu muhammad

Nama : muhammad, ahmad, almahi, al'aqib, alhasyir, almuqaffi, nabiyyurrahmah, nabiyyutaubah, khatamun
nabiyyin, abdullah
(Ma kana muhammadun aba ahadin min rijalikum) alahzab:40
(Waannahu lamma qama abdullahi yad'uhu kadu yakununa alaihi libada) aljin:19
(Hadis jabir bin math'am : ana muhammad, ana ahmad, ana almahi, allazi yamhullahu biyal kufra, ana
alhasyir allazi yuhsyarunnasu ala qadami, ana al'aqib)
Di riwayat lain, ana muhammad, ana ahmad, ana almuqaffi, alhasyor, nabiyyutaubah wanabiyyurrahmah)
Maka jelas dari sini tidak ada nma beliau yasin dan toha

#kunyah/gelar beliau adalah abu qasim (sammu biismi wala takannu bikunyati, faiini ana abul qasim)

#nasab nabi : muhammad bin abdullah bin abdul mutallib bin hasyim bin abdul manaf bin qushay bin kilab
bin murrah bin ka'ab

#nasab rasulullah adalah sebaik baik nasab beliau bersabda (bu'istu min khairu quruni bani adam, qarnan fa
qarnan)
#. setelah kita mengenal lafaz tauhid lailahaillah muhammad rasulullah

S1: Maka pertanyaan sekarang apakah semua orang yang mengucapkan lailahaillah dakhalal jannah?

Iya dengan syarat harus ikhlas dari hatinha tanpa ada keraguan sedikitpun
Inilah yang dimaksud dalam hadis nabi...(man kana akhiru kalamihi minaddunya lailahaillallah dakhalal
jannah). Dalam riwayat lain (Man qala lailahaillah sidqan min qalbihi atau  khalisan min qalbihi dakhalal
jannah)

51
Tidak ada sedikitpun keraguan kalau Allah adalah rabnya dan muhammad adalah rasulnya..dan dia buktikan
itu dengan mengerjakan semua amalan ikhlash karena Allah dan menjauhi kesyirikan dan dia kerjakan
semua perintah nabinya..maka inilah yang dimaksud dalam hadis tadi khalisan min qalbihi..
Inilah yang dinamakan tauhid ya jamaah

S.2: Kenpa jdi satu rukun bukan dua rukun??

 krn dua ini adalah syarat dikabulkan smua Amal..


Lailahillah mengandung makna ikhlas karena kalau ada yang mengatakan tidak ada tuhan selain allah tapi
dia punya sesembahan selain allah atau ibadahnya tidak semata mata karena allah berrtati dia berdusta

        


             
        
          
            
AN-NAHL/16 : 125. serulah (manusia) kpd jln Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yg baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yg lebih mengetahui orang2 yg mendapat petunjuk.
126. dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan Balasan yang sama dengan siksaan yang
ditimpakan kepadamu[846]. akan tetapi jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi
orang-orang yang sabar.
127. bersabarlah (hai Muhammad) dan Tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan
janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa
yang mereka tipu dayakan.
[845] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yg dpt membedakan antara yg hak dg yg bathil.
[846] Maksudnya pembalasan yg dijatuhkan atas mrk janganlah mlebihi dri siksaan yg ditimpakan atas kita.

PEMBUKAAN
            
 
6:1. Segala puji bagi Allah yg telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang, namun
orang2 yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.

            

Al-A’raf/7:43. "Segala puji bagi Allah yg telah menunjuki Kami kepada (surga) ini. dan Kami se-kali2 tidak
akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi Kami petunjuk”.
              
      
Al-Isra’/17:111. "Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam
kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan
pengagungan yang sebesar-besarnya.”

           
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al kitab (Al-Quran) dan Dia tidak
18:1.
Mengadakan kebengkokan di dalamnya;
        
52
An-Naml/27:59. "Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba2-Nya yang dipilih-Nya.”
         
 
An-Naml/27:93. "Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda2 kebesaran-Nya, maka
kamu akan mengetahuinya dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan".
               
 
As-Saba/34:1. segala puji bagi Allah yg memiliki apa yg di langit & apa yg di bumi dan bagi-Nya (pula)
segala puji di akhirat & Dia-lah yg Maha Bijaksana lg Maha mengetahui.
           
Al-Fatir/35:34. dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yg tlh menghilangkan duka cita dari kami.
Sesungguhnya Tuhan Kami benar2 Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri.

53
         

          

         

4:1. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264], dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

[263] Maksud dari padanya menurut jumhur mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk)
Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. di samping itu ada pula yang mnafsirkan
dr pdnya ialah dari unsur yg serupa Yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan.

[264] Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada
orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau
meminta kepadamu dengan nama Allah.

(1) Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan yang telah menciptakan kalian dari satu
nafs (jiwa). Dari satu nafs itu Dia menciptakan pasangannya, dan dari sepasang nafs tersebut Dia
kemudian memperkembangbiakkan banyak laki-laki dan perempuan. Sesungguhnya dari nafs yang
satu itulah kalian berasal. Takutlah kepada Allah, tempat kalian memohon segala yang kalian
butuhkan dan yang nama-Nya kalian sebut dalam setiap urusan. Peliharalah tali silaturahmi dan
janganlah kamu putuskan hubungan silaturahmi itu, baik yang dekat maupun yang jauh.
Sesungguhnya Allah selalu mengawasi diri kalian. Tidak ada satu pun urusan kalian yang
tersembunyi dari-Nya. Allah akan membalas itu semua.

MUNASABAH 4: 1 DENGAN :

    


3 : 195. sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain[259].

[259] Maksudnya sebagaimana laki-laki berasal dari laki-laki dan perempuan, Maka demikian pula
halnya perempuan berasal dari laki-laki dan perempuan. Kedua-duanya sama-sama manusia, tak
ada kelebihan yang satu dari yang lain tentang penilaian iman dan amalnya.

54
       
        
    
30:21. & di antara tanda2 kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan utkmu isteri2 dari jenismu sendiri,
spy kamu cenderung dan merasa tenteram kpdnya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar2 terdapat tanda2 bagi kaum yg berfikir.

       


         
    
AL-HUJURAT/49:13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki2 dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu ber-bangsa2 dan ber-suku2 supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

KHOTBAH JUM’AT 20.12.19 DI AL-HIKMAH TAMAN ARIES  


WASHIAT = Pesan/nasihat baik dan penting untuk dilaksanakan

: Mewashiatkan = Meninggalkan Pesan / nasihat ً‫صيَة‬


ِ ْ‫صيَّةً اَو تَو‬
ِ ‫ َو‬- ‫صي‬
ِ ُ‫ ي‬- ‫َوصَّى‬
‫اص ْوا‬
َ ‫ت ََو‬Utk dhamir antum dlm keadaan Mudhori’ = senantiasa saling nasihat menasihati =
      
Al’Ashr/103 : 3. dan (senantiasa) saling nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran.

Al-An’âm (Binatang Ternak)/6:151-153=Makkiyyah (kec: 150-153 Madaniy)=T. Nuzuli=No. 55


Tujuan al-An’âm = utk memantapkan Tauhid dan Ushûluddin =prinsip2 ajaran agama.

           
        
         
           
        
55
        
        
          
         
        
         
 
151. Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu
bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan
memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan
yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang
benar[518]", demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).

Katakan pula, "Kemarilah kalian, akan aku terangkan larangan-larangan yang harus kalian perhatikan
dan jauhi. Pertama, jangan menyekutukan Allah dengan apa pun dan dalam bentuk apa pun. Kedua,
jangan berbuat tidak baik (artinya: harus berbuat baik) kepada orang tua. Perbanyaklah berbuat baik
kepada mereka. Ketiga, jangan membunuh anak-anak kalian karena takut kemiskinan yang melanda
kalian atau yang akan melanda mereka kelak. Kalian tidak memberikan rezeki kepada mereka. Kamilah
yang memberikan rezeki kepada kalian dan kepada mereka. Keempat, jangan dekati perbuatan zina,
sebab zina adalah perbuatan yang sangat jelek dan hina. Larangan ini berlaku pada zina yang tampak,
diketahui oleh orang, juga pada zina yang tidak tampak dan hanya diketahui oleh Allah. Kelima, jangan
membunuh jiwa yang memang dilarang karena tidak ada alasan yang sah, kecuali kalau membunuh itu
dilakukan secara benar, karena melaksanakan keputusan hukum. Allah sangat menekankan perintah
menjauhi larangan itu, sesuatu yang oleh akal sehat pun dinilai demikian, agar kalian berpikir.
152. dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat,
hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak
memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata,
Maka hendaklah kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu)[519], dan penuhilah janji
Allah[520], yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.

Keenam, jangan menggunakan harta anak yatim kecuali dengan cara terbaik yang dapat menjamin dan
mengembangkannya, sampai ia mencapai usia dewasa dan mampu mengatur sendiri keuangannya
dengan baik. Saat itu, serahkan harta itu kepadanya. Ketujuh, jagan mengurangi timbangan atau
ukuran saat kalian memberi dan jangan meminta lebih atau tambahan saat kalian menerima.

56
Lakukanlah timbangan itu secara adil semampu kalian. Allah tidak membebani manusia kecuali sesuatu
yang sesuai dengan kemampuannya, tanpa merasa terpaksa. Kedelapan, apabila kalian mengucapkan
sesuatu tentang hukum, persaksian, berita dan sebagainya, jangan sampai condong kepada perilaku
tidak adil dan tidak jujur. Lakukanlah itu tanpa melihat hubungan kebangsaan, warna kulit,
kekerabatan, dan sebagainya. Kesembilan, jangan melanggar janji kepada Allah yang telah
memberikan tugas. Juga, jangan mlanggar janji di antara sesama kalian, berkenaan dengan urusan
yang disyariatkan. Tepatilah semua janji itu. Allah menekankan perintah menjauhi larangan ini kepada
kalian, agar kalian ingat bahwa ketentuan itu memang untuk maslahat kalian.

153. dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)[152], karena jalan-jalan itu mencerai beraikan
kamu dari jalanNya, yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.

Terakhir, kesepuluh, jangan kalian keluar dari ketentuan yang telah Aku gariskan. Sebab, ketentuan-
ketentuan itu adalah jalan yang lurus yang akan mengantarkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Ikutilah jalan itu dan jangan sekali-kali mengikuti jalan lain yang tidak benar, yang telah dilarang
Allah, agar kalian tidak terpecah menjadi kelompok-kelompok dan golongan-golongan, dan tidak
menjauh dari jalan Allah yang lurus. Allah menegaskan perintah menjauhi larangan itu, agar kalian
tidak sekali-kali melanggarnya."

[518] Maksudnya yang dibenarkan oleh syara' seperti qishash membunuh orang murtad, rajam dsb.

[519] Maksudnya mengatakan yang sebenarnya meskipun merugikan Kerabat sendiri.

[520] Maksudnya penuhilah segala perintah-perintah-Nya.

[152] Shalat wusthaa ialah shalat yang di tengah2 dan yang paling utama. ada yang berpendapat,
bahwa yang dimaksud dengan shalat wusthaa ialah shalat Ashar. menurut kebanyakan ahli hadits,
ayat ini menekankan agar semua shalat itu dikerjakan dengan sebaik2nya.

KAIDAH FIQH

‫درأ المفاسد مقدم على جلب المصالح‬


MENCEGAH MAFSADAT/KERUSAKAN/PERPECAHAN UMMAT LBH DIPRIORITASKAN D/P
MENGAMBIL MASHLAHAH/MANFA’AT.

Contoh kaidah:
Berkumur dan mengisap air kedalam hidung ketika berwudhu merupakan sesuatu yang disunatkan,
namun dimakruhkan bagi orang yang berpuasa karena untuk menjaga masuknya air yang dapat
membatalkan puasanya.

57
Meresapkan air kesela-sela rambut saat membasuh kepala dalam bersuci merupakan sesuatu yang
disunatkan, namun makruh dilakukan oleh orang yang sedang ihram karena untuk menjaga agar
rambutnya agar tidak rontok.
Mengalokasikan dana kependidikan lebih baik dari pada membeli rumah mewah

POINT2 PENTING (5 LARANGAN & 5 PERINTAH)

A. SISTEMATIKA URUTAN WASIAT.

1. WASIAT pertama DIMULAI DG LARANGAN MEMPERSEKUTUKAN ALLAH SWT , YG MERUPAKAN

CAUSA PRIMA (PENYEBAB DARI SEGALA SEBAB) : ‫أَاَّل ُت ْش ِر ُكوا ِب ِه َش ْي ًئا‬


2. WASIAT kedua = Perintah Berbakti kpd orangtua ‫سا ًنا‬
َ ْ‫إِح‬ ِ ‫و ِب ْال َوالِدَ ي‬ َ = sababul washilah (sebab
‫ْن‬
perantara/penyambung) lahirnya qt di dunia.
Redaksinya : perintah berbakti bukan larangan durhaka. Krn kpd Ayah Bunda tidak cukup
hanya dg tidak durhaka tapi harus ditingkatkan menjadi berbakti.
3. WASIAT ketiga LARANGAN membunuh anak : secara fisik => krn takut miskin ; secara

ُ َ‫د‬
mental spiritual dg tidak memberi pendidikan yang baik. ‫كم‬ ‫َواَل َت ْق ُتلُوا أَ ْواَل‬
4. WASIAT keempat LARANGAN mendekati perbuatan2 yg keji (zhalim) baik

َ ‫ْال َف َواح‬
terang2an/sembunyi. ‫ِش‬ ‫َواَل َت ْق َربُوا‬
َ ‫ال َّن ْف‬
5. WASIAT kelima LARANGAN membunuh jiwa/seseorang ‫س‬ ‫ َواَل َت ْق ُتلُوا‬, kecuali dg dasar
yang dibenarkan olh Allah swt
SETLH BERWASIAT TTG JIWA MK WASIAT BERIKUTNYA ADLH TTG HARTA
(KRN NILAI/VALUE HARTA ADLH DIBAWAH JIWA)
6. WASIAT keenam LARANGAN mendekati (apalagi memakan) harta anak Yatim

‫ال ْاليَتِ ِيم‬


َ ‫َواَل تَ ْق َربُوا َم‬ . Stlh larangan mendekati harta anak yatim dilanjutkan dgan hrs
bersifat jujur dan adil sbgmn pd wasiat berikut:
7. WASIAT ketujuh = Perintah menyempurnakan takaran (Vol) dan timbangan (Gravi) dg adil.

ِ‫ان ِب ْالقِسْ ط‬ َ ‫َوأَ ْوفُوا ْال َك ْي َل َو ْالم‬


َ ‫ِيز‬
Ini juga merupakan maqashid substansi larangan riba : tercapainya keadilan ekonomi, tdk blh
curang / zhalim, tidak blh orang kaya meng eksploitir orang miskin ; human exploitation  =
exploatation de l‘homme par l‘homme’- bhs Prancis  ), pengisapan manusia atas manusia.
Firman Allah SWT : 2 : 279. kalian tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
    

Hadits Nabi: Lâ Dharar wa lâ Dhirâr "‫"ال ضرر وال ضرار‬. Dharar adalah menimbulkan kerusakan
pada orang lain secara mutlak. Sedangkan dhirâr adalah membalas kerusakan dengan kerusakan lain
58
atau menimpakan kerusakan pada orang lain. Yang dimaksud dengan tidak adanya dhirâr adalah
membalas kerusakan (yang ditimpakan) dengan kerusakan yang sama.
Contoh: Siapa yang merusak harta orang lain, maka bagi yang dirusak tidak boleh membalas dengan
merusak harta benda si perusak. Karena hal itu akan memperluas kerusakan tanpa ada manfaatnya.
Yang benar adalah si perusak mengganti barang atau harta benda yang dirusaknya.

8. WASIAT kedelapan = Perintah berucap/bersaksi dg adil ‫ َوإِ َذا قُ ْل ُت ْم َفاعْ ِدلُوا‬, sekalipun merugikan
kerabat.

9. WASIAT kesembilan = Perintah memenuhi janji (kpd Allah & Manusia )‫أَ ْوفُوا‬ ِ ‫َو ِب َع ْه ِد هَّللا‬
10. WASIAT kesepuluh = Perintah mengikuti jalan Allah SWT (Shirâthal Mustaqîm jln yang lebar
dan lurus yang mampu menampung aneka pejalan kendati mereka ber-beda2/cara, shg

terhindar dari perpecahan). ُ‫ٰ َه َذا صِ َراطِ ي مُسْ َتقِيمًا َفا َّت ِبعُوه‬
B. PENUTUP DR TIGA AYAT TSB (6 : 151 - 152 - 153) .

1. 6 : 151 = WASIAT ke 1 S/D 5 (4 Larangan + 1 Perintah), diakhiri dg :

]٦:١٥١[ َ‫ٰ َذلِ ُك ْم َوصَّا ُكم بِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقِلُون‬


dmikian itu yg dperintahkn kpd kalian spy kalian mmahami(nya), (spy kalian mmpergunakn akal sehat)
(Allah sangat menekankan perintah menjauhi larangan itu, sesuatu yang oleh akal sehat pun dinilai
demikian, agar kalian berpikir).

Al-Khatib al- Iskafi (w. 1055 M) 5 wasiat dlm ayat 151 = wasiat yang sangat pokok, hawa nafsu
sering kali mendorong utk melanggarnya, itulah sebabnya ayat ini diakhiri dg َ‫ لَ َعل َّ ُك ْم تَ ْعقِلُون‬spy qt
menggunakan akal sehat utk meninggalkan laranganNya dan melaksanakan perintahnya.
Quraish Shihab : akal = al-aqlu = tali (utk mengikat hawa nafsu spy tidak terjerumus).

2. 6 : 152 = WASIAT ke 6 S/D 9 (3 perintah + 1 larangan) , diakhiri dg :

]٦:١٥٢[ َ‫ٰ َذلِ ُك ْم َوصَّا ُكم بِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُرون‬


“yang demikian itu diperintahkan Allah kpd kalian agar kalian (terus menerus) mengingat (nya).”
Allah menekankan perintah menjauhi larangan ini kepada kalian, agar kalian ingat bahwa ketentuan itu
memang untuk maslahat kalian.

5 wasiat dlm ayat 152 = wasiat ttg materi yang sulit dan perlu pemikiran, itulah sebabnya ayat ini
diakhiri dg َ‫ لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُرون‬spy qt (terus menerus) mengingatnya (fi’il mudhari’)
3. 6 : 15 = WASIAT ke 10 (1 perintah) , diakhiri dg :

]٦:١٥٣[ َ ُ‫ٰ َذلِ ُك ْم َوصَّا ُكم بِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّق‬


‫ون‬

59
“yang demikian itu diperintahkan Allah agar kalian (senantiasa) bertakwa (upaya / kesadaran
utk menghindari bencana & siksa)”

Allah menegaskan perintah menjauhi larangan itu, agar kalian tidak se-kali2 melanggarnya."

Kesimpulan : Munasabah (keterkaitan) Penutup ketiga ayat tsb diatas yg bermula dg berakal
(sehat) lalu mengingat & terakhir “bertaqwa” menunnjukkan hub sebab & akibat.

Hasil menggunakan akal (sehat) adalah terus menerus ingat mk munul kewaspadaan yg
penuh dg kesadaran shg terhindar dari bencana & siksa, itulah taqwa.

10 WASHIAT ALLAH SWT DALAM SURAT AL-AN’ÂM/6 : 151-153

       



   
   
    
  
      
 

       


    
  
   
   
 
      
  

Bilik-Bilik Etika Informasi dalam Al-Hujurat


Dinamika di belantara media sosial dalam beberapa tahun terakhir telah membuat berbagai pihak membuat
seruan moral tentang perlunya menggunakan kemajuan teknologi pengiriman pesan secara bijaksana. Tak
sedikit seruan yang menekankan perlunya prinsip-prinsip etik yang bersumber dari agama digaungkan dan
diteladankan untuk mendorong kearifan dalam menyikapi, mengolah dan menebar informasi.
60
Dalam satu dua kesempatan, Prof Haedar Nashir misalnya, mengingatkan tentang mendesaknya kebutuhan
untuk mengangkat dan mempraktikkan apa yang ia sebut “al-Hujurat ethics“, yaitu nilai dan prinsip etik
yang didasarkan pada surah al-Hujurat. Sebuah surah dalam Quran yang memuat pesan2 relevan untuk
merayakan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi tanpa menimbulkan dampak yg membahayakan.
Mengungkap kandungan makna dan relevansi bagian wahyu ini untuk masa kini, tulisan ini mencoba
menerangkan “bilik-bilik” (hujurat) pesan etik di surah ini dengan pendekatan tematik.
Pesan untuk Orang Beriman
Surah al-Hujurat memuat edukasi adab bagi orang-orang yang beriman. Mengapa orang beriman? Pesan-
pesan edukatif di dalamnya lebih banyak ditujukan kepada orang yang beriman bukanlah karena orang-
orang berimanlah yang memiliki masalah dengan etika. Melainkan karena iman menjadi modal bagi
berhasilnya pendidikan etik di surah ini.
Tanpa iman, nasihat-nasihat moral di sini tak akan banyak menuai hasil. Imanlah yang dapat mencegah
individu dan masyarakat dari kerusakan akibat moralitas yang buruk. Orang-orang yang beriman di sini
diistimewakan karena mereka memiliki bekal yang lebih baik untuk menjadi orang baik.
Di surah al-Hujurat, yang ayatnya sejumlah 18, terdapat 5 ayat (yaitu ayat 1, 2, 6, 11 dan 12) yang dimulai
dengan sapaan yâ ayyuhalladzîna âmanû (wahai orang-orang yang beriman). Itu artinya 27 persen ayat
surah al-Hujurat diawali dengan sapaan kepada orang-orang yang beriman. Tidak ada surah yang
persentasenya setinggi al-Hujurat dalam hal ini. Dalam al-Qur’an sendiri, hanya terdapat 89 ayat, yang
tersebar di 19 surah, yang diawali dengan sapaan yâ ayyuhalladzîna âmanû. Itu sama dengan 1,4 persen saja
dari jumlah total ayat al-Qur’an, yang sejumlah 6236 ayat.
Di surah al-Hujurat sendiri, kata iman (dalam berbagai bentuk atau derivasinya) tersebut 15 kali di 12 ayat.
Itu artinya dua per tiga ayat surah al-Hujurat menyebut kata iman. Yaitu, 7 kali dalam bentuk kata kerja
lampau (âmanû yang tersebut 6 kali, atau âmannâ yang tersebut 1 kali), 1 kali dalam bentuk kata kerja
kini/nanti (tu’minû). Sementara itu ditemukan dalam 4 kali dalam bentuk kata benda kejadian (îmân), dan 3
kali dlm bentuk kata benda pelaku jamak (mu’minûn yg disebut 2 kali, atau mu’minîn yg disebut 1 kali).
Dua dari 12 ayat tersebut diawali dengan ungkapan innamal-mu’minûn (orang-orang mukmin itu
adalah/hanyalah …), yang menandakan bahwa ungkapan selanjutnya menerangkan karakter orang-orang
dengan keimanan sejati. Dalam al-Qur’an sendiri hanya ada empat ayat yang diawali dengan ungkapan
innamal-mu’minûn. Itu menegaskan secara statistik kuatnya kaitan pesan surah al-Hujurat dengan keimanan.
Dengan demikian, tema pokok surah al-Hujurat yang sangat menonjol adalah keimanan, yaitu keimanan
berikut konsekuensinya. Terutama konsekuensi moralnya dalam konteks hubungan horizontal dg sesama
(mu‘âmalah ma‘al-makhlûq) dalam semangat keadaban, dan hubungan vertikal dengan Allah (mu‘âmalah
ma‘al-Khâliq) dalam semangat ketakwaan, serta balasan yang akan diterima oleh orang yang beriman.
Hubungan dengan Al-Fath
Tema keimanan ini tampak menyambung tema keimanan yang disinggung beberapa ayat surah al-Fath, yang
terletak sebelum al-Hujurat. Di ujung surah al-Fath, Allah menyatakan bahwa Allah menjanjikan orang-
orang yang beriman dan beramal saleh (di antara orang-orang yang bersama dengan Nabi Muhammad
saw.) maghfirah (ampunan) dan ajr ‘azhîm (ganjaran yang agung).
Di surah al-Hujurat sendiri juga ditegaskan bahwa keimanan dan ketakwaan akan dibalas dengan maghfirah
dan ajr ‘azhîm (lihat ayat 3). Dengan diberikannya maghfirah, maka amal-amal orang-orang beriman
tidaklah sia-sia. Dan dengan ajr ‘azhîm, orang-orang beriman
mendapatkan fadhl  (karunia), ni‘mah dan raḥmah dari Allah.
Dengan demikian menjadi jelas bahwa pengajaran etika (sebagaimana nanti diulas) di surah al-Hujurat ini
ditujukan kepada orang beriman karena merekalah yang lebih berpeluang meraih ampunan dan balasan
besar dari Allah. Orang yang beriman sudah sepatutnya lebih dekat dengan etika luhur dibandingkan dengan
yang lain. Dengan kata lain, orang beriman sudah selayaknya memiliki adab dan akhlak yang lebih tinggi
daripada yang tidak beriman.
HADIS DUNIA SENILAI SAYAP NYAMUK DI SISI ALLAH SWT

‫ت ال ُّد ْن َيا َت ِزنُ ِع ْن َد هَّللا ِ َج َنا َح‬


ِ ‫ َل ْو َكا َن‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬: ‫عن سهل بن سعد قال‬
ٍ ‫ش ْر َب َة َم‬
‫اء‬ َ ‫س َقى َكاف ًِرا ِم ْن َها‬
َ ‫ َما‬،ٍ‫ضة‬
َ ‫ َب ُعو‬.
61
Dari Sahl bin Sa’ad berkata, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah bersabda, “Seandainya dunia ini
sama nilainya dengan sayap nyamuk di sisi Allah. Niscaya Ia tidak akan memberikan minuman dari dunia
itu kepada orang kafir, meskipun hanya seteguk air” (HR. Tirmidzi. Syeikh Albani menshahihkan hadis ini).

KALAM ILHAM SIRRIYAH

Wahai hamba-Ku,
"Aku bagimu adalah sesuatu yang tak tersentuh oleh kedua mata dan telingamu, dan tidak jua oleh akal
pikiranmu, maka pergilah engkau dengan rasa dan temui hatimu, dan masuklah ke dalam nuranimu serta
menetaplah padanya, hingga Aku akan menemuimu dan berkata, 'Inilah Aku Tuhan-mu!'"

O, My Servant,
"I am for you, a spirit that cannot be touched by both your eyes and ears, and cannot either by your mind.
Therefore, go with your sense and meet your heart, and enter your conscience (nurani) and keep staying
inside, so that I will meet you and say: "Here I am, your God!'"

SYURGA TANPA KENIKMATAN : Wejangan Tuangku Syaikh Muhammad Ali Hanafiah Ar-Rabbani

Jadikanlah dunia sebagai gerbang menuju surga, dan jadikanlah surga untuk menuju Allah, bukan
kebalikannya, bila Allah engkau jadikan hanya sebagai perantara menuju surga, ketahuilah apapun surga
yang engkau masuki, tidak akan ada kelezatannya tanpa izin dan qudrah-Nya

Berlaku adillah kamu, selagi ada kesempatan untuk berlaku adil, dan berlaku benarlah kamu selagi masih ada kesempatan
untuk melakukannya.

Dan berdoalah kepada Tuhanmu selagi engkau diberi kesempatan untuk berdoa, dan sebaik-baik doa adalah meminta agar
selalu diberi kesempatan untuk berdoa.

Sebab di zaman ini telah banyak manusia yang kehilangan kesempatan untuk bermunajat kepada Tuhannya.

DAMAI SE-DAMAI2NYA. SEJAHTERA SE-SEJAHTERA2NYA. BAHAGIA SE-BAHAGIA2NYA

         
           
  
62. Sesungguhnya orang2 mukmin, orang2 Yahudi, orang2 Nasrani dan orang2 Shabiin[56], siapa saja diantara mereka
yang benar2 beriman kepada Allah[57], hari kemudian dan beramal saleh[58], mereka akan menerima pahala dari Tuhan
mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
[56] Shabiin ialah orang2 yg mengikuti syari'at nabi-nabi zaman dahulu atau orang2 yg menyembah bintang atau dewa2.
[57] Orang2 mukmin begitu pula orang Yahudi, Nasrani dan Shabiin yang beriman kepada Allah Termasuk iman kepada
Muhammad s.a.w., percaya kpd hari akhirat dan mengerjakan amalan yg saleh, mereka mendapat pahala dari Allah.
[58] Ialah perbuatan yang baik yang diperintahkan oleh agama Islam, baik yang berhubungan dengan agama atau tidak.

62
              
          
262. orang2 yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu
dengan me-nyebut2 pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi
Tuhan mereka. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

         
       
274. orang2 yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang2an, Maka mereka
mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

        


          
277. Sesungguhnya orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka
mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

            
            
      
199. dan Sesungguhnya diantara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan
kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak
menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya
Allah Amat cepat perhitungan-Nya.
         
       
274. orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, Maka
mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.

           
            
           
             
275. orang-orang yang Makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.

[174] Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang
meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya
karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan
sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini Riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat
Arab zaman jahiliyah.
[175] Maksudnya: orang yang mengambil Riba tidak tenteram jiwanya seperti orang kemasukan syaitan.
[176] Riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan.

            

63
276. Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah[177]. dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang tetap dalam
kekafiran, dan selalu berbuat dosa[178].

[177] Yang dimaksud dengan memusnahkan Riba ialah memusnahkan harta itu atau meniadakan berkahnya. dan yang
dimaksud dengan menyuburkan sedekah ialah memperkembangkan harta yang telah dikeluarkan sedekahnya atau
melipat gandakan berkahnya.
[178] Maksudnya ialah orang-orang yang menghalalkan Riba dan tetap melakukannya.

        


          
277. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.

            
             
261. perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[166] adalah
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.

[166] Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan,
rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.

              
          
262. orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang
dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka
memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati.

             
263. Perkataan yang baik dan pemberian maaf[167] lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang
menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.

[167] Perkataan yang baik Maksudnya menolak dengan cara yang baik, dan maksud pemberian ma'af ialah mema'afkan
tingkah laku yang kurang sopan dari si penerima.

MENJAGA AGAMA

Menjaga Agama = Keperluan Utama/Primer/ al-Dlarûriyyât dalam Maq Sya

64
DR. Thahir Ibnu ‘Asyur (w. 1973 M) dalam karyanya “Maqâshid al-Syari’ah al-Islâmiyyah” (Ushul Fiqh)
& Tafsir “at-Tahrir wa at-Tanwir” (Tafsir Pembebasan dan Pencerahan): Mendefinisikan :
Maq Sya = Benerapa Tujuan & Hikmah Syarî’ah (Huk agama Islam) yang dijadikan pijakan syariat dalam
seluruh ketentuan hukum agama (Islam)= Benerapa Tujuan & Hikmah Disyarî’atkannya Huk agama Islam.
5 Pokok Maq Sya : 1. Hifzh al-Dîn (menjaga Agama). 2. Hifzh al-Nafs (Nyawa). 3. Hifzh al-Nasl
(Keturunan). 4. Hifzh al-‘Aqli (Akal). 5. Hifzh al-Mâl (Harta).
Maqâshid adl jamak dari Maqshûd.
Bapak Maq Sya (Penyusun Kitab al-Muwâfaqât) = Abu Ishaq al-Syathibi(w.790 H/1388 M) = Imam Aswaja
madzhab Maliki, hasil penelitiannya : dalam setiap keputusan, perintah & larangan Allah swt senantiasa
brtujuan utk “Kemashlahatan” & menghindari “Kemudharatan / Mafsadat”. Contoh : tujuan mengutus Rasul
     
Al-Anbiya/21 : 107. dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.
Memelihara agama (selain melaksanakan rukun iman, islam & ihsan utk keselamatan akhirat) adl dg
: 1. Mewujudkan Tujuan Agama yaitu: Kesejahteraan Sosial (Kolektif) = Sejahtera yang
Mensejahterakan (2:262/274/277 Lahum ajruhum’inda Robbihim-wa lâ khaufun ‘alaihim-wa lâ hum
yahzanûn). Musuh manusia dr dl adalah kemiskinan (ilmu, jiwa & harta). Khalifah Ali b Abd Thalib:
(Bukan kaya Individual model Qorun atau Kapitalisme Konglomerasi)
‫لَ ْو كاَنَ ال َف ْق ُر ِر َجالَ لَ َق َت ْل ُت ُه‬ Seandainya kemiskinan itu adalah seorang lk2 niscaya tlh Aku bunuh dia.

‫ال‬
ُ ‫اَلض ََّر ُر ُي َز‬   
Kemudlaratan itu harus dihilangkan

Tafs dr segi ma’na = Keseimbangan (Proporsional) dunia akhirat :

َ ‫س َن ًة َو قِ َنا َع َذ‬
ِ ‫اب ال َّن‬
‫ار‬ َ ‫س َن ًة َو فِي اآْل خ َِر ِة َح‬
َ ‫َر َّب َنا آتِ َنا فِي ال ُّد ْن َيا َح‬
Robbanâ âtinâ fiddunyâ hasanah wa fil akhirati hasanah wa qinâ adzâban nâr.
(Selamat dulu di dunia baru utk meraih keselamatan di akhirat, sekaligus koreksi thdp mrk yang
memohon hanya utk kepentinan dunia namun melupakan akhirat).
Artinya : “Wahai Tuhan kami! Anugrahkanlah kepada kami kebaikan/keselamatan (bukan kesenangan)di
dunia dan kebaikan/keselamatan di akhirat, serta lindungilah kami dari api neraka.” (QS. 2: 201)
Utk keselamatan akhirat tidak cukup hanya dg melakasanakan ibadah mahdoh (rukun Islam) krn msh
mungkin utk berbuat salah, mk hrs mhn rahmat Allah utk ridha & perlindungan-Nya.
Tafs dari segi Ushul Lughah Balaghah
‫س َن ًة‬
َ ‫ = َح‬Majaz Mursal, ‘alaqah nya Musyababbiyyah, yaitu : Usaha.
Artinya : Kebaikan di dunia dan akhirat itu akan didapat bila melakukan usaha.
Jadi tafsirnya: yaa Rabb mhn linpahkan ‘amalan/usaha, yang mengantarka kami kpd kebaikan
dunia dan akhirat.
Kebaikan di dunia : Keuangan dg bekerja/berdagang, silaturahim & sedekah ; Ilmu dg belajar dll.
Kebaikan di akhirat : Dg ibadah mahdha , menyantuni fakir miskin yatim dhuafa dll.

65
3:110 Tujuan Agama ditinjau dr Tafs al Adabiy al Ijtima’i (Menggali makna AQ utk solusi masalah
Kemasyarakatan Sosial & Budaya) (Fî Zhilalil Quran Sayyid Quthb/al Manar-M. Abduh) yaitu:
Keadilan & Kesejahteraan Sosial (Kolektif)
(Tujuan agama dari tafsir theosentris adl : masuk surga dalam keridhaan-Nya)
         
 
3:110. Jadilah (Perintah=Wajib) kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah.
Kuntum = Perintah = wajib, kaidahnya : Asal dari perintah itu menunjukkan arti wajib.
‫األصل في األمر للوجوب‬
Ummah dalam konteks sosiologis = Himpunan manusia yang seluruh anggotanya ber sama2
bergerak dinamis menuju 1 tujuan yang sama
           
Ar-Ra’d/13 : 11. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri.
[768] Tuhan tidak akan merobah keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab2 kemunduran mereka.

2. Da’wah
         
     
3:104. dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang
beruntung. [217] Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar
ialah segala perbuatan (haram) (yang makruh tidak termasuk) yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
          
  
An-Nahl/16 : 125. serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang paling baik.
[845] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
= Pelajaran berguna yang dpt diambil dari suatu kejadian= Ungkapan kebenaran = Ungkapan yang bijak.

= utk da’wah kpd yang berpengetahuan (hikmah tanpa kata sifat).


  = utk da’wah kpd masyarakat umum (Mau’izhah dg sifat yang
baik/hasan)
    = utk da’wah kpd yang berbeda keyakinan
3. Tidak berlebihan/Ghuluw (melampaui apa yang di syri’atkan) dalam menjalankan Agama (Hasil
KUII 28/02/20 Babel). Contoh : Tasyaddud (mem berat2kan diri) : Puasa tiap hari ; khalwat &
berdzikir sepanjang waktu; kultus individu terhadap tokoh spiritual;was was ketika takbiratul ihram
; meng kafir2kan sesama muslim ; merasa paling benar sendiri dalam beragama (yang lain salah) ;
menghalakan nikah sesama jenis. “Fiqih prasmanan” adlah kecenderungan seseorang untuk sesuka
hati memilih dalil2 agama untuk melegitimasi hawa nafsu pemahaman agamanya (cocokologi)

     


4:171. Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu[383]

66
[383] Maksudnya: janganlah kamu mengatakan Nabi Isa a.s. itu Allah, sebagai yang dikatakan oleh
orang-orang Nasrani.
Kaidah Ushul Fiqh : “Al ibrah bî umûmil lafdzi lâ bî khusushin sababi ” – sababun nuzul nya utk ahli
kitab namun ditujukan kepada ummat yang lain juga.
            
   
5:77. Katakanlah: "Hai ahli Kitab, janganlah kamu berlebih2an (melampaui batas) dengan cara
tidak benar dalam agamamu. dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah
sesat dahulunya (sblm kedatangan Muhammad).
       
2: 286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Prinsip menjalankan ibadah agama : semua ibadah dilarang, kecuali yang diperintahkan.
            
Al-Qashash/28 : 77. dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi

Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA


Syariah merupakan ajaran Islam yang bersifat permanen, fundamental, dan universal. Dasarnya diperoleh dari Al-Quran
dan hadis. Sedangkan fikih adalah ajaran yang Islam yang bersifat interpretasi dari para ulama, terutama ulama mujtahid.
Ajaran fikih bersifat temporer, tidak pemanen, bisa berubah berdasarkan perubahan illat dan sebab. Antara keduanya
sesungguhnya memiliki persamaan sebagai sama-sama menjadi pegangan umat Islam di dalam menjalani kehidupannya.

Contohnya ialah hukum salat lima waktu wajib ditegakkan sesuai dengan firman Allah: Aqimu al-shalah. Tidak ada
perselisihan tentang wajibnya salat lima waktu. Ini adalah syariah. Sedangkan fikih ialah pemahaman dari syariah tentang
bagaimana melakukan salat secara teknis. Ada orang salat subuh tidak pakai qunut sedangkan yang lain pakai qunut. Ada
orang melipat tangannya di pusar dan ada yang di dada. Ada yang membaca basmalah secara keras saat membaca surah
al-Fatihah dan ada yang tidak. Contoh lain, syariah menganjurkan musyawarah dalam menyelesaikan setiap urusan, tetapi
bagaimana cara bermusyawarah merupakan wilayah fikih.

Syariah melarang kita memakan riba, sebagaimana ditegaskan di dalam Al-Quran: La ta'kulu al-riba adh'afan
mudha'afah (Jangan memakan riba yang berlipat ganda). Substansi syariahnya kita dilarang makan riba, tetapi kriteria riba
dan yang bukan riba masuk wilayah fikih. Singkatnya, syariah sesuatu yang sudah jelas dan tidak perlu diperdebatkan lagi.
Sedangkan fikih selalu ada potensi untuk dipermasalahkan. Syariah bersumber dari Allah, sedangkan fikih bersumber dari
pikiran-pikiran cerdas manusia, khususnya para ulama.

67
Syariah lebih banyak berbicara tentang sesuatu yang bersifat dasar (ushul/basics), sedangkan fikih lebih banyak berbicara
tentang sesuatu yang bersifat cabang (furu'/branch). Jika kita meninggalkan syariah, persoalan dan urusannya berat. Bisa
mempengaruhi keabsahan suatu ibadah, bahkan bisa menimbulkan kekufuran. Sedangkan jika meninggalkan fikih, kita
hanya akan berhadapan dengan kesulitan dan tidak membawa kepada kekufuran. Meninggalkan syariah analoginya sama
dengan meninggalkan kewajiban. Sedangkan meninggalkan fikih dapat dianalogikan sama dengan meninggalkan ibadah
sunah.

Persoalan di dalam masyarakat sering muncul karena perbedaan antara syariah dan fikih masih rancu. Terkadang ada
orang menempatkan fikih setara dan sejajar dengan syariah. Sebaliknya ada yang menurunkan syariah setara dan sejajar
fikih. Untuk membedakan secara tegas antara syariah dan fikih memang kita dituntut untuk banyak belajar. Kita diminta
memahami seluk beluk ayat dan hadis, memahami substansi persoalan, lalu memahami dasar-dasar bahasa Arab dan
kaidah-kaidah ushul fikih, kaidah-kaidah  sabab nuzul ayat dan sabab wurus hadis.

Kita juga dituntut untuk lebih arif memahami kondisi objektif di mana hukum itu diterapkan. Semua ilmu-ilmu yang diperlukan
dalam proses ijtihad sangat diperlukan, termasuk memahami situasi berat yang dihadapi oleh setiap subjek hukum

AYAT2 TTG KESEJAHTERAAN SOSIAL

        


29. Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian

           
      
2:126. dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan
berikanlah rezki dari buah2an kpd penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian.

68
         
   
3 : 110. kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah
dari yang munkar.

          
 
4: 9. dan hendaklah takut kepada Allah orang2 yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak2 yg lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah

          
   
Al-an Am/6 : 165. dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian
kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.

            
Al-‘Araf/7 : 10. Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka
bumi (sumber) penghidupan.

          
      
At-Taubah/9 : 105. dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan
melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

      


Hud/11 : 61. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya[726],

[726] Maksudnya: manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai dan memakmurkan dunia.

           
Ar-Ra’d/13 : 11. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768]
yang ada pada diri mereka sendiri.

[768] Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab2 kemunduran mereka.

           
            
  
Ibrahim/14:32. Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia
mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah2an menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera
bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai2

          

69
Ibrahim/14:33. dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam
orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.

          



12. dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. dan bintang-bintang itu ditundukkan
(untukmu) dengan perintah-Nya.

          
         

14. dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar
(ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar
padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.

           
      
An-Nahl/16 : 90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu
agar kamu dapat mengambil pelajaran.

             
anNahl/16 : 97. Siapa saja yang mengerjakan amal saleh, baik laki2 maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka
Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.

          
26. dan berikanlah kpd keluarga2 yang dekat akan haknya, kpd orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan
janganlah kamu menghambur2kan (hartamu) secara boros.

           

Thaha/20 : 117. Maka Kami berkata: "Hai Adam, Sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu,
Maka se-kali2 janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yg menyebabkan kamu menjadi celaka.

       


Thaha/20 : 118. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang,

      

70
Thaha/20 : 119. dan Sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di
dalamnya".

            
Al-Qashash/28 : 77. dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi .

           
   
Al-Jatsiyah/45: 12. Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan
seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya dan Mudah-mudahan kamu bersyukur.

              
  
Al-Jatsiyah/45: 13. dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai
rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar2 terdapat tanda2 (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berfikir.



            
            
           
            
            
         
187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu,
dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah
mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan
Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian
sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf[115]
dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

[115] I'tikaf ialah berada dalam mesjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah.
71
AYAT – AYAT TTG SHALAT & SUBSTANSINYA (BIL MA’TSUR)

         


2 : 45. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-
orang yang khusyu',

           
THAHA/20 : 14. Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah
shalat untuk mengingat aku.

            
           
AL ANKABUT/29 : 45. bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

            
28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

          
         
 
103. Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.
kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah
fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

           
   
10. apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-
banyak supaya kamu beruntung.

             
          
110. Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al asmaaul
husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula
merendahkannya[870] dan carilah jalan tengah di antara kedua itu".

[870] Maksudnya janganlah membaca ayat Al Quran dalam shalat terlalu keras atau terlalu perlahan tetapi cukuplah sekedar dapat
didengar oleh ma'mum.

72
               
            
              

26. Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah/kecil dari itu[33]. Adapun
orang-orang yang beriman, Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir
mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." dengan perumpamaan itu banyak orang yang
disesatkan Allah[34], dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan
Allah kecuali orang-orang yang fasik,

[33] Diwaktu turunnya surat Al Hajj ayat 73 yang di dalamnya Tuhan menerangkan bahwa berhala-berhala yang mereka sembah
itu tidak dapat membuat lalat, sekalipun mereka kerjakan bersama-sama, dan turunnya surat Al Ankabuut ayat 41 yang di
dalamnya Tuhan menggambarkan kelemahan berhala-berhala yang dijadikan oleh orang-orang musyrik itu sebagai pelindung
sama dengan lemahnya sarang laba-laba.

[34] Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk
Allah. dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai
perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat.

NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM DIJAMIN MASUK SURGA. 

Surga adalah hak prerogatif Allah. Dialah satu-satunya yang berhak menentukan, siapa yang akan masuk surga. Akan
tetapi, jika Allah telah menegaskan melalui firman-Nya atau melalui hadis Rasul-Nya bahwa ada beberapa orang yang
dijamin masuk surga, apakah hal ini akan kita ingkari??

Terdapat sangat banyak dalil yang menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dijamin masuk surga. Baik dalil
al-Quran maupun hadis. Berikut hanya beberapa diantaranya,

Firman Allah,

ِ ‫) َويَ ْنص َُركَ هَّللا ُ نَصْ رًا ع‬2( ‫ص َراطًا ُم ْستَقِي ًما‬
‫َزي ًزا‬ َ ‫ك َو َما تَأ َ َّخ َر َويُتِ َّم نِ ْع َمتَهُ َعلَ ْي‬
َ َ‫ك َويَ ْه ِدي‬
ِ ‫ك‬ َ ِ‫ك هَّللا ُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنب‬
َ َ‫) لِيَ ْغفِ َر ل‬1( ‫إِنَّا فَتَحْ نَا لَكَ فَ ْتحًا ُمبِينًا‬

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu (Muhammad) kemenangan yang nyata, Supaya Allah memberi
ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu
dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus, dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat
(banyak). (QS. Al-Fath: 1 – 3).

Allah memberi jaminan mengampuni semua dosa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah lewat dan yang akan
datang. Jaminan ini diberikan oleh Allah ketika beliau masih hidup, bersamaan dengan Allah berikan kepada beliau
kemenangan yang nyata.

Allah juga berfirman,

َ ِ‫صدِّيقِينَ َوال ُّشهَدَا ِء َوالصَّالِ ِحينَ َو َحسُنَ أُولَئ‬


ِ ‫ َذلِكَ ْالفَضْ ُل ِمنَ هَّللا‬.‫ك َرفِيقًا‬ َ ِ‫َو َم ْن ي ُِط ِع هَّللا َ َوال َّرسُو َل فَأُولَئ‬
‫ك َم َع الَّ ِذينَ أَ ْن َع َم هَّللا ُ َعلَ ْي ِه ْم ِمنَ النَّبِي َـ‬
ِّ ‫ِّين َوال‬
‫َو َكفَى بِاهَّلل ِ َعلِي ًما‬

Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka
Itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui. (QS. An-
Nisa: 69 – 70)

73
Para nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang shaleh, mereka di surga.

Memang, untuk manusia SELAIN nabi, kita tidak bisa memastikan apakah si A itu orang sholeh di sisi Allah atakah
bukan.

Tapi untuk nabi, kita wajib memastikan. Karena bagian dari rukun iman adalah iman kepada para nabi. Dan tidak
mungkin iman ini bisa terwujud, sementara kita tidak tahu siapa saja yang menjadi nabi. Dan siapapun yang termasuk
nabi, dia dijamin masuk surga. Tentu saja Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam termask di dalamnya, karena
beliau nabi terbaik.

Allah juga berfirman,

‫إِنَّا أَ ْعطَ ْينَاكَ ْال َكوْ ثَ َر‬

”Sesunguhnya Aku berikan kepadamu al-Kautsar.”

Mengenai tafsir al-Kautsar, disebutkan dalam hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa suatu ketika
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terbangun dari tidur sambil tersenyum.

‘Apa yang membuat anda tertawa, wahai Rasulullah?’ tanya kami.

“Baru saja turun kepadaku satu surat.” kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat al-Kautsar hingga
selesai.

”Tahukah kalian, apa itu al-Kautsar?” tanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

”Hanya Allah dan Rasul-Nya yang tahu.” Jawab kami.

Kemudian beliau bersabda,

ِ ‫ آنِيَتُهُ أَ ْكثَ ُر ِم ْن َع َد ِد ْال َك َوا ِك‬،‫فَإِنَّهُ نَ ْه ٌر َو َع َدنِي ِـه َربِّي فِي ْال َجنَّ ِة‬
‫ب‬

“Itu adalah sungai, Allah janjikan untuk diberikan kepadaku di Surga. Jumlah gayungnya sebanyak bintang..” (HR.
Muslim 400, Ahmad 11996, Nasai 904, Abu Daud 784, dan yang lainnya).

Ayat dan hadis di atas sangat jelas bahwa beliau dijamin masuk surga. Apa gunanya janji diberi sesuatu di surga,
sementara beliau belum dijamin masuk surga.

Di samping itu, hadis yang sangat tegas bahwa beliau dijamin masuk surga adalah hadis dari Said bin Zaid radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, menyebutkan daftar sahabat yang masuk surga,

‫ َو َعلِ ٌّي فِي ْال َجنَّ ِة‬،‫ َوع ُْث َمانُ فِي ْال َجنَّ ِة‬،‫ َو ُع َم ُر فِي ْال َجنَّ ِة‬،‫ َوأَبُو بَ ْك ٍر فِي ْال َجنَّ ِة‬،‫…النَّبِ ُّي فِي ْال َجنَّ ِة‬

”Nabi di surga, Abu Bakr bin surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga….”

(HR. Ahmad 1631, Abu Daud 4649, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Kemudian hadis dari Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫أَنَا َو َكافِ ُل اليَتِ ِيم فِي‬


‫الجنَّ ِة هَ َك َذا» َوقَا َل بِإِصْ بَ َع ْي ِه ال َّسبَّابَ ِة َوال ُو ْسطَى‬

“Saya bersama orang yang nanggung anak yatim di dalam surga seperti ini.”

Beliau berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah. (HR. Bukhari 6005, Abu Daud 5150, dan yang lainnya)

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

74
َ ‫إِنَّهُ ال يُ ْد ِخ ُل أَ َحدًا‬
ُ‫الجنَّةَ َع َملُه‬
‫ إِاَّل أَ ْن يَتَ َغ َّم َدنِي هَّللا ُ بِ َم ْغفِ َر ٍة َو َرحْ َم ٍة‬،‫ « َوال أَنَا‬:‫ُول هَّللا ِ؟ قَا َل‬
َ ‫ َوالَ أَ ْنتَ يَا َرس‬:‫»قَالُوا‬

“Tidak ada seorangpun yang dimasukan surga oleh amalnya.”

Para sahabat bertanya, “Termasuk anda, wahai Rasulullah?”

“Termasuk saya, hanya saja Allah meliputiku dengan ampunan dan rahmatnya.” (HR. Bukhari 6467, Ahmad 15236).

Hadis ini menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendapatkan jaminan surga, karena Allah meliputi
beliau dengan ampunan dan rahmatnya, yang dengan itu beliau dijamin masuk surga.

Semoga Allah menyelamatkan kita dari kesesatan pemikiran orang liberal, pembela syiah, yang menghina islam dan Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

FIQH PRIORITAS DALAM BINGKAI KESERASIAN AL-QUR’AN

ASSALÂMU ‘ALAYKUM WR. WB. (TERUS DUDUK MENUNGU ADZAN)


75
PEMBUKAAN KHOTBAH KE I
ِ ‫ َمنْ يَ ْه ِد ِه هللاُ فَاَل ُم‬،‫ت أَ ْع َمالِنَا‬
،ُ‫ض َّل لَه‬ َ ْ‫سنَا َو ِمن‬
ِ ‫سيِّئَا‬ ِ ُ‫ش ُرو ِر أَ ْنف‬
ُ ْ‫وذ بِاهللِ ِمن‬ ُ ‫ َونَ ُع‬،ُ‫ستَ ْغفِ ُره‬ْ َ‫ست َِع ْينُهُ َون‬ ْ َ‫الـح ْم َد هّلِل ِ ن‬
ْ َ‫ـح َم ُدهُ َون‬ َ َّ‫إن‬
‫سولُه‬ َ ‫ش َه ُد أَنَّ ُم‬
ُ ‫ـح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َر‬ ْ َ‫ش ِر ْيكَ لَهُ َوأ‬
َ ‫ش َه ُد أَنْ الَّ إِلَهَ إِالَّ هللا َو ْح َدهُ اَل‬
ْ َ‫ َوأ‬،ُ‫ي لَه‬ َ ‫ضلِ ْل فَاَل هَا ِد‬ ْ ُ‫َو َمنْ ي‬
SHALAWAT ‫ص ّل َو َسلّ ْم َعلى ُم َح ّم ٍد َو َعلى آلِ ِه ِوأَصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َسا ٍن إِلَى يَ ْو ِم ال ّديْن‬
َ ‫اَللهُ ّم‬
A’ÛDZUBILLÂH . . . . .
           

3 : 102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya;
dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.
          
           
       
4 : 1. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang
diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
          
            

AL-AHZAB /33:70 Hai orang2 yg beriman, bertakwalah kamu kpd Allah& katakanlah perkataan yg
benar,
71. niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan2mu dan mengampuni bagimu dosa2mu dan siapa sj
mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.

َ‫از ا ْل ُم َّتقُ ْونَ َو َط َعا ِت ِه َل َع َّل ُك ْم ُت ْفلِ ُح ْون‬


َ ‫هللا َف َقدْ َف‬ َ ‫ ف َيا ِعبَا َدهللاِ أ ُ ْوصِ ْي ُك ْم َوإِ َّي‬،ُ‫أَ َّما بَ ْعد‬
ِ ‫اي ِب َت ْق َوى‬
SEGALA PUJI SYUKUR HANYA BAGI ALLAH SWT YG SLALU MENCURAHKAN RAHMAT KASIH
SAYANGNYA KPD QT SEMUA BERUPA NI’MAT TAQWA & IHSAN.
SHALAWAT & SALAM QT HATURKAN KPD RASULULLAH SAW YG TELAH MENJADI WASILAH SP NYA
RISALAH DAN SYARIAT ISLAM KPD QT SEMUA. SMOGA QT DPT MELAJUTKAN PERJUANGANNYA
MEMBELA KEMANUSIAAN DAN MENGAMALKAN AKHLAQUL KARIMAH YG TELAH DICONTOHKANNYA.
KHOTIB BERWASIAT KHUSUSNYA UTK DIRI SENDIRI DAN UMUMNYA UTK QT SEMUA, MARI QT BER-
SAMA2 TERUS MENINGKATKAN KUALITAS TAQWA, SILATURAHIIM, SALING BERWASIAT DALAM
KEBAIKAN & KESABARAN DG ISTIQOMAH HINGGA MAUT MENJEMPUT QT.
JAMA’AH JUM’AH RAHIMAKUMULLAH . . .TOPIK KHUTBAH JUM’AT KALI INI ADL:
FIQH PRIORITAS DALAM BINGKAI KESERASIAN AL-QUR’AN
Al Qaradawy : FIQH PRIORITAS adalah : ILMU ttg meletakkan suatu masalah sesuai peringkatnya
dg adil dari segi hukum, nilai & pelaksanaannya.
SKALA PRIORITASNYA : Berdasarkan penilaian Syariah yang Shahih yang diberi petunjuk
olh cahaya wahyu (Al-Qur’an) dan diterangi olh akal.
‫ نُّو ٌر َعلَ ٰى نُو ٍر‬an- Nûr/24 : 35. Cahaya diatas cahaya
PRINSIP : Sesuatu yg tidak penting, tidak didahulukan dr sesuatu yg penting.
Sesuatu yg penting, tidak didahulukan dr sesuatu yang lbh penting.
Sesuatu yg tidak kuat, tidak didahulukan dr sesuatu yg kuat/rajih.
Sesuatu yg biasa2 sj, tidak didahulukan dr sesuatu yg utama.
76
Analogi : ‫رسول هللا صلى هللا عليه وسلم صالة الجماعة أفضل من صالة أحدكم وحده قال‬
Rasulullah SAW bersabda: "Shalat berjama'ah lebih utama d/p shalat salah seorang
diantara kalian dengan sendiri."
URGENSI FIQH PRIOROTAS, KARENA : KACAUNYA PERTIMBANGAN “MANFA’AT” /KEMASHLAHATAN
(MAQASHID SYARIAH) PADA UMMAT
1. MENDAHULUKAN YANG SUNAH D/P YG WAJIB (MENGURUS ORANG TUA & DHUAFA)
2. BERTENGKAR GARA2 MASALAH KHILAFIYAH & HOAX
3. POLA HIDUP HEDONISME DG ME-NUMPUK2 HARTA & GAYA HIDUP MEWAH KONSUMTIF
NAMUN MENGABAIKAN :
1. MEMBANGUN SDM YANG UNGGUL
2. MEMBANGUN SARANA PENDIDIKAN, PENELITIAN & KESEHATAN
3. MEMBANGUN PASAR & PABRIK & SARANA PENGEMBANGAN EKONOMI
CONTOH PILIHAN DALAM FIQH PRIORITAS
MANA YG HRS DIDAHULUKAN :KUALITAS ATAU KUANTITAS ?. ILMU ATAU AMAL ?.
PEMAHAMAN ATAU HAFALAN ?. SUBSTANSI (ISI) ATAU KEMASAN ?. KARAKTER ATAU
PENCITRAAN ?. IJTIHAD ATAU TAQLID ? ADIL ATAU IHSAN ?.
KASUS KEKINIAN (COVID 19)
MANA YG HRS DIDAHULUKAN:MENYELAMATKAN NYAWA ATAU PERTUMB EKONOMI ?
VAKSINASI ATAU MENINGKATKAN IMMUNITAS ?. UTK MENJAWAB ITU PERLU BBRP
ILMU & PERTIMBANGAN, A.L :
A. MAQASHID SYARIAH
1. Menjaga agama adlh tanggung jawab individu/kolektif. Sebab manusia diciptakn untuk
beribadah, misalnya shalat dan zakat, jihad, menyantuni kaum dhuafa
2. Menjaga jiwa adalah menjaga hilang/kebersihannya individu / kolektif.
3. Menjaga akal diundangkan dalam al-Qur’an dengan kewajiban mencari ilmu pengetahuan,
misalnya mencari ilmu, menghindari narkoba & barang haram
4. Menjaga keturunan misalnya nikah, pendidikan, menghindari pezina.
5. Menjaga harta, misalnya dg berdagang, bekerja, menghindari Riba
6. Menjaga persatuan & keutuhan Negara.
7. Menjaga kemandirian Ekonomi & Politik Negara (stop berhutang)
PRIORITAS KEMASHLAHATAN (KEMANFA’ATAN)
1. DHARURIYYAT = Sesuatu yg sangat penting utk kelangsungan hidup (papan, pangan, & sandang.
2. HAJIYYAT = untuk menghindari kesulitan hidup (kendaraan, HP sesuai kebutuhan)
3. TAHSINAT = untuk menghiasi kehidupan (perhiasan, VILA, TV kabel)
B. AZAS - AZAS KAIDAH FIQH
1. Kemudlaratan itu harus dihilangkan َّ ‫اَل‬
          ‫ض َر ُر يُزَا ُل‬
2. Tidak boleh membalas kemudlaratan dg kemudlaratan ‫ار‬ ِ َ‫ض َر َر َوال‬
َ ‫ض َر‬ َ َ‫ال‬
3. Meninggalkan mafsadah/ kerusakan didahulukan dari memperoleh kemaslahatan
‫ال اله اال هللا‬ - ‫صالِح‬َ ‫ب ال َم‬ ِ ‫اس ُد ُمقَ َّد ُم َعلَى َج ْل‬ ِ َ‫د َْر ُء ال َمف‬      
4. Keadaan dlarurat itu membolehkan larangan2 ُ‫ض ُر ْو َراتُ تُبِ ْي ُح ْال َم ْحظُ ْو َرات‬
َّ ‫اَل‬
5. Sesuatu yg tdk diperoleh secara keseluruhan maka jangan ditinggalkan semuanya
ُ‫َما الَ يُد َْر ُك ُكلُّهُ الَيُ ْت َر ُك ُكلُّه‬
6. Berlaku dan tidaknya suatu hukum itu tergantung pada sebab ('illat)nya
‫ا ْل ُح ْك ُم يَد ُْو ُر َم َع ِعلَّتِ ِه ُو ُج ْودًا َو َع َد ًما‬
MEMPRIORITASKAN KUALITAS ATAU KUANTITAS ?

77
1. UNTUK IBADAH MAHDAH/HABLUM MINALLAH   : KUALITAS LEBIH DIUTAMAKAN
(Tauhid, Shalat, Zakat, Shaum, Haji, Qurban, Ihsan)
َ ‫ ﴾أَيُّ ُه ْم أَ ْح‬al-Kahfi/18:7. siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.
٧﴿ ‫سنُ َع َماًل‬
2. UNTUK IBADAH GHAIR MAHDAH/HABLUM MINAN NÂS : DISESUAIKAN DG SIKON
BERDASARKAN PERTIMBANGAN PRIORITAS & PEMERATAAN (Infaq, Shadaqah, Bantuan
Sosial, Membangun Fasum dari bunga bank/deposito)
DASARNYA = Mensyukuri Karunia/Ni’mat dr Allah SWT
َ َ‫شك َْرتُ ْم أَل َ ِزي َدنَّ ُك ْم ۖ َولَئِن َكفَ ْرتُ ْم إِنَّ َع َذابِي ل‬
٧﴿ ‫ش ِدي ٌد‬ َ ‫﴾لَئِن‬
S. IBRAHIM/14 : 7. "Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kpd
kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
ٰ
ِ ‫ ﴾ َولَ ِكنَّ أَ ْكثَ َر النَّا‬tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur (2 : 243)
ْ َ‫س اَل ي‬
٢٤٣﴿ َ‫ش ُكرُون‬
MEMPRIORITASKAN ILMU ATAS AMAL
‫اِنَّ َما يَ ْخشَى هَّللا َ ِمنْ ِعبَا ِد ِه ا ْل ُعلَ َما ُء‬ 
Fathir/35:28. Sesungguhnya yg segan kpd Allah di antara hamba2-Nya, hanyalah ulama.
(Il-Peng lah yg menyebabkan rasa segan & kagum kpd Allah swt shg mendorong utk beramal shalih)
Mu’adz bin Jabal : “Ilmu itu adalah pemimpin & amal adlh pengikutnya”
Imam Bukhari : “Ilmu itu mendahului Perekataan & Perbuatan”.
Yusuf al-Qaradawy : “Ilmu merupakan syarat bagi Profesi Kepemimpinan (POLSEKBUD)”
Dasarnya : ٥٥﴿ ‫علِي ٌم‬ ِ ‫اج َع ْلنِي َعلَ ٰى َخزَائِ ِن اأْل َ ْر‬
َ ٌ‫ض ۖ إِنِّي َحفِيظ‬ ْ ‫﴾قَا َل‬
Yusuf/12 : 55. Yusuf berkata : "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku
adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan".
MEMPRIORITASKAN SUBSTANSI (ISI) ATAS KEMASAN.
َ ‫َو َما أَ ْر‬
﴾١٠٧﴿ َ‫س ْل َنا َك إِاَّل َر ْح َم ًة لِّ ْل َعالَمِين‬
AL-ANBIYYA/21 : 107. DAN TIADALAH KAMI MENGUTUS KAMU, MELAINKAN UNTUK (MENJADI)
RAHMAT BAGI SEMESTA ALAM.
ٌ ‫﴾لَّ ُه ْم أَ ْج ُر ُه ْم ِعندَ َر ِّب ِه ْم َواَل َخ ْو‬
٢٦٢﴿ َ‫ف َعلَ ْي ِه ْم َواَل ُه ْم َي ْح َز ُنون‬
2: 262. MEREKA MEMPEROLEH GANJARAN DI SISI TUHAN MEREKA, TIDAK ADA KEKHAWATIRAN
TERHADAP MEREKA DAN TIDAK (PULA) MEREKA BERSEDIH HATI.
• ‫ لَّ ُه ْم أَ ْج ُر ُه ْم عِ ن َد َر ِّب ِه ْم‬GANJARAN DI SISI ALLAH = SEJAHTERA YG MENSEJAHTERAKAN
• ‫ف َعلَ ْي ِه ْم‬ ٌ ‫ َواَل َخ ْو‬TDK TAKUT MENGHADAPI MASA DEPAN = DAMAI YG MENDAMAIKAN
• َ‫ َواَل ُه ْم َي ْح َز ُنون‬TDK BERSEDIH TRHADAP YG TLH LEWAT & YG AKAN DATANG = BAHAGIA YG
MEMBAHAGIAKAN

ِ ‫ار َم األَ ْخ‬


‫الق‬ ِ ‫ت أل ُ َت ِّم َم َم َك‬
ُ ‫إِ َّن َما ُب ِع ْث‬
“SESUNGGUHNYA AKU DIUTUS HANYALAH UNTUK MENYEMPURNAKAN KEMULIAAN AKHLAK.”
(HR. IMAM BUKHARI DALAM AL ADAAB AL MUFRAAD)
ِ ‫اس أَ ْن َف ُع ُه ْم لِل َّن‬
‫اس‬ ِ ‫خ ْي ُر ال َّن‬ 
َ
SE-BAIK2 MANUSIA ADLH ORANG YG PALING BERMANFAAT BAGI MANUSIA.” (HR. THABRANI)
PENUTUP KHUTBAH KE I

َ ‫ت َوال ذ ِْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم َو َت َق َّبل‬ ِ َ ‫آن ْا َلعظِ ْي ِم َو َن َف َعنِي َوإ َّيا ُك ْم ِب َم ا ِف ْي ِه مِنَ ْاآلي ا‬ ِ ‫ار َك هللاُ ل ِْي َو َل ُك ْم ف ِْي ْالقُ ْر‬ َ ‫َب‬
‫اس َت ْغفِ ُر ْوهُ إِنَّهُ ه َُو ا ْل َغفُ ْو ُر ال َّر ِح ْي ُم‬ َّ ‫ِم ِّني َو ِم ْن ُك ْم ِتالَ َو َت ُه إ َّن ُه ه َُو‬
ْ ‫ أَقُ ْول ُ َق ْولِي هذا َو‬. ‫الس ِم ْي ُع ْا َلعلِ ْي ُم‬
PEMBUKAAN KHUTBAH KEDUA

78
َ ‫ب ْالم ُْؤ ِمن‬
‫ إِي َما ًنا م ََّع إِي َمان ِِه ْم‬K‫ِين لِ َي ْزدَا ُدوا‬ َ َ‫ الحمد هللِ الَّذِي أ‬, ‫الحمد هلل‬
ِ ‫نز َل ال َّسكِي َن َة فِي قُلُو‬
ْ‫وأشهد أن‬ ،‫ نبينا محمد و آله وصحبه ومن وااله‬،‫والصالة والسالم على رسول هللا‬
ُ‫وأشهد أنَّ مح ّمداً عبده ورسوله‬ ،‫اَل إلَهَ إال هللا وحده ال شريك له‬
Masalah Fiqh Prioritas berikutnya adalah : MEMPRIORITASKAN IJTIHAD ATAS TAQLID
IJTIHAD = Usaha yang sungguh2 dg mengerahkan segala kemampuan utk menghasikn solusi
(Hukum, Ekonomi, Politik) berdasarkan dalil2 Syar’i
TAQLID : ‫ = َقلَّ َد – ُي َقلِّ ُد – َت ْقلِ ْي ًدا‬Membebek, manut, meniru, menggantungkan
٣٦﴿ ۚ ‫س لَ َك ِب ِه ِع ْل ٌم‬ ُ ‫﴾ َواَل َت ْق‬
َ ‫ف َما لَ ْي‬
Al-Isra’/17:36. janganlah kamu mengikuti apa yg kamu tdk mempunyai pengetahuan ttgnya.
ِ ‫ول َوإِلَ ٰى أُولِي اأْل َ ْم ِر ِم ْن ُه ْم لَ َعلِ َم ُه الَّذِينَ َي ْس َت‬
]٤:٨٣[  ‫نب ُطو َن ُه ِم ْن ُه ْم‬ ِ ‫س‬ َّ ‫َولَ ْو َردُّو ُه إِلَى‬
ُ ‫الر‬
4:83. Dan kalau mrk menyerahkannya kpd Rasul dan Ulil Amri di antara mrk, tentulah orang2 yg
ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mrk (Rasul & Ulil Amri).
]٤:٥٩[ ‫ول‬
ِ ‫س‬ َّ ‫ش ْي ٍء َف ُردُّو ُه إِلَى هَّللا ِ َو‬
ُ ‫الر‬ َ ‫َفإِن َت َن‬
َ ‫از ْع ُت ْم فِي‬
4:59. Kemudian jika kamu berlainan pendapat ttg sesuatu, maka kembalikanlah ia
kpd Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya).
‫اج َت َهدَ ُث َّم أَ ْخ َطأ َ َفلَ ُه أَ ْج ٌر‬ ِ ‫اب َفلَ ُه أَ ْج َر‬
ْ ‫ان َوإِ َذا َح َك َم َف‬ َ ‫ص‬َ َ‫اج َت َه َد ُث َّم أ‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
ْ ‫سلَّ َم َقال َ إِ َذا َح َك َم ا ْل َحا ِك ُم َف‬ َ ِ ‫سول َ هَّللا‬
ُ ‫َر‬
HR. Muslim 3240. "Jika seorang hakim berijtihad dlm menetapkan suatu hukum, ternyata benar, mk
hakim tsb mndapatkn dua pahala, namun bila salah, maka dia mendapatkan satu pahala."
ADIL ATAU IHSAN YANG DIDAHULUKAN ?
Az-Zamakhsyari (Tafsir al Kasyaf): Keadilan lbh diprioritaskan d/p berbuat Ihsan, berlaku adil
hukumnya WAJIB, sdgkan berbuat Ihsan hukumnya SUNNAH. KEADILAN bersifat Universal
tanpa memandang latar belakang SOSBUDEKPOL.
Utk sifat ADIL dlm bidang Hukum, Allah swt berfirman a.l dalam surat al-maidah/5 (Madaniy) :8
ِ‫اء ِبا ْلق ِْسط‬ ُ ِ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذِينَ آ َم ُنوا ُكو ُنوا َق َّوامِينَ هَّلِل‬
َ َ‫ش َهد‬
8. Hai orang2 yg beriman hendaklah kalian jadi orang2 yg slalu mnegakkn (kebenaran) krn Allah,
menjadi saksi dg adil . Diujung ayat Allah swt berfirman : “uqø)G=Ï9 Ü>tø%r& 3 qèd (#qä9ωôã$#
“Berlaku adillah, karena adil itu lbh dekat kpd takwa. dan bertakwalah kepada Allah”

MEMPERBAIKI DIRI SEBELUM MEMPERBAIKI SISTEM

KAYA DISERTAI SYUKUR DIUTAMAKAN D/P MISKIN DISERTAI SABAR

KASUS KEKINIAN (COVID 19)


MANA YG HRS DIDAHULUKAN:MENYELAMATKAN NYAWA ATAU PERTUMB EKONOMI ?
VAKSINASI ATAU MENINGKATKAN IMMUNITAS ?.
JAWABANNYA ADALAH : MENYELAMATKAN NYAWA LBH DIUTAMAKAN D/P
MENGEJAR PERTUMBUHAN EOKONOMI.
MENINGKATKAN IMMUNITAS LBH DI UTAMAKAN D/P IMMUNISASI.

ْ َ‫سلِّ ُموا ت‬
‫سلِي ًما‬ َ ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو‬َ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬  ۚ‫صلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي‬
َ ُ‫إِنَّ اللَّـهَ َو َماَل ئِ َكتَهُ ي‬
‫ َوبَا ِركْ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬،‫صلَّيْتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم‬
َ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ ِ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
‫ إِنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬،‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم‬
ِ
‫ت‬
ِ ‫ب ال َّدع ََوا‬ ٌ ‫س ِم ْي ٌع قَ ِر ْي‬
ُ ‫ب ُم ِج ْي‬ ِ ‫ت األَ ْحيَا ِء ِم ْن ُه ْم َواألَ ْم َوا‬
َ ‫ت إِنَّ َك‬ ِ ‫ت َوالمؤْ ِمنِيْنَ َوالمؤْ ِمنَا‬
ِ ‫سلِ َما‬ ْ ‫الل ُه َّم ا ْغفِ ْر لِ ْل ُم‬ 
ْ ‫سلِ ِميْنَ َوالم‬
79
‫‪َ  ‬ر َّب َنا َظ َل ْم َنا اَ ْنفُ َ‬
‫س َنا َو اِنْ َل ْم َت ْغف ِْر َل َنا َو َت ْر َح ْم َنا َل َن ُك ْو َننَّ مِنَ ْا َ‬
‫لخاسِ ِر ْينَ‬

‫س َن ًة َوقِ َنا َع َذ َ‬
‫اب ال َّن ِ‬
‫ار‬ ‫س َن ًة َوفِى ْاآلخ َِر ِة َح َ‬
‫َر َّب َنا آتِنا َ فِى ال ُّد ْن َيا َح َ‬

‫س „ا ِن َوإِ ْيت„„آ ِء ِذى ْالقُ„ ْ„رب َى َويَ ْن َهى َع ِن ْالفَ ْحش„„آ ِء َو ْال ُم ْن َك„ ِر َو ْالبَ ْغي‬ ‫ِعبَا َدهللاِ ! اِنَّ هللاَ يَ„„أْ ُم ُر بِاْل َع„د ِْل َو ْا ِال ْح َ‬
‫يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُر ْو َن ‪َ .‬و ْاذ ُك ُرواهللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا ْ‬
‫ش ُك ُر ْوهُ َعل َى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ اَ ْكبَ ْر‬

‫‪         ‬‬
‫‪       ‬‬

‫‪“RIBA” POLITIK & SOSIAL DALAM PERSPEKTIF AL -QUR’AN‬‬


‫)‪ASSALÂMU ‘ALAYKUM WR. WB. (TERUS DUDUK MENUNGU ADZAN‬‬
‫‪PEMBUKAAN KHUTBAH KE I‬‬
‫ت أَ ْع َمالِنَا‪َ ،‬منْ يَ ْه ِد ِه هللاُ فَاَل‬ ‫سنَا َو ِمنْ َ‬
‫سيِّئَا ِ‬ ‫ش ُرو ِر أَ ْنفُ ِ‬
‫وذ بِاهللِ ِمنْ ُ‬ ‫ستَ ْغفِ ُرهُ‪َ ،‬ونَ ُع ُ‬‫ست َِع ْينُهُ َونَ ْ‬ ‫الـح ْم َد هّلِل ِ نَ ْ‬
‫ـح َم ُدهُ َونَ ْ‬ ‫إنَّ َ‬
‫سولُه‬ ‫ش َه ُد أَنَّ ُم َ‬
‫ـح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َر ُ‬ ‫ش ِر ْيكَ لَهُ َوأَ ْ‬‫ش َه ُد أَنْ الَّ إِلَهَ إِالَّ هللا َو ْح َدهُ اَل َ‬
‫ي لَهُ‪َ ،‬وأَ ْ‬‫ضلِ ْل فَاَل هَا ِد َ‬ ‫ض َّل لَهُ‪َ ،‬و َمنْ يُ ْ‬ ‫ُم ِ‬
‫‪SHALAWAT‬‬ ‫ص ّل َو َسلّ ْم َعلى ُم َح ّم ٍد َو َعلى آلِ ِه ِوأَصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َسا ٍن إِلَى يَ ْو ِم ال ّديْن‬
‫اَللهُ ّم َ‬
‫‪A’ÛDZUBILLÂH . . . . .‬‬

‫‪80‬‬
           

3 : 102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya;
dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.
          
            

AL-AHZAB /33:70 Hai orang2 yg beriman, bertakwalah kamu kpd Allah& katakanlah perkataan yg
benar,
71. niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan2mu dan mengampuni bagimu dosa2mu dan siapa sj
mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.

َ‫از ا ْل ُم َّتقُ ْونَ َو َط َعا ِت ِه َل َع َّل ُك ْم ُت ْفلِ ُح ْون‬


َ ‫هللا َف َقدْ َف‬ َ ‫ ف َيا ِعبَا َدهللاِ أ ُ ْوصِ ْي ُك ْم َوإِ َّي‬،ُ‫أَ َّما بَ ْعد‬
ِ ‫اي ِب َت ْق َوى‬
SEGALA PUJI SYUKUR HANYA BAGI ALLAH SWT YG SLALU MENCURAHKAN RAHMAT KASIH
SAYANGNYA KPD QT SEMUA, SMOGA ALLAH SWT MEMILIH QT MENJADI JALAN UTK BERGAGI RASA
SYUKUR KPD SESAMA , JUGA NI’MAT IHSAN (SELAIN INI’MAT IMAN & iSLAMs)
SHALAWAT & SALAM QT HATURKAN KPD RASULULLAH SAW YG TELAH MENJADI WASILAH SP NYA
RISALAH DAN SYARIAT ISLAM KPD QT SEMUA. JUGA KPD SAHABAT2NYA, KELUARGANYA, UMMATNYA
HG AKHIR ZAMAN. SMOGA QT DPT MELAJUTKAN PERJUANGANNYA MEMBELA KEMANUSIAAN DAN
MENGAMALKAN AKHLAQUL KARIMAH YG TELAH DICONTOHKANNYA. SMOGA ALLAH SWT MERIDHAI
QT UTK MENDPT SYAFA’AT DR RASULALLAH SAW.
KHOTIB BERWASIAT KHUSUSNYA UTK DIRI SENDIRI DAN UMUMNYA UTK QT SEMUA, MARI QT BER-
SAMA2 TERUS MENINGKATKAN KUALITAS TAQWA, SILATURAHIIM, SALING BERWASIAT DALAM
KEBAIKAN & KESABARAN DG ISTIQOMAH HINGGA MAUT MENJEMPUT QT.
Jama’ah jum’ah rahimakumullah . . .topik khutbah jum’at kali ini adalah:
“RIBA” POLITIK & SOSIAL DALAM PERSPEKTIF AL -QUR’AN
Sebelum membahas tentang “RIBA” POLITIK & SOSIAL , izinkan Khatib mengulas sedikit tentang
Riba Mua’malah Mâliyah
Riba secara Etimologi : berasal dari akar kata ‫ُربُ ًوا و ِربَا ًء‬ ‫َربَا يَربُو‬ yang artinya tambahan
atau kelebihan (az-Ziyâdah).
Secara Terminologi (Mua’malah Mâliyah) : Riba adalah penambahan harta yang diperoleh secara bathil
karena penundaan pembayaran, baik akadnya hutang piutang ataupun akad jual beli.
Allah SWT mengharamkan riba sesuai dengan firman-Nya dalam surah Âli ‘Imrân ayat 130:
          
  
3 : 130. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.

  berati berlipat ganda, mengandung ma’na kezhaliman dan penganiayaan karena akan
sangat membebani debitur dalam melunasi hutangnya.
Final pengharaman riba adalah pada surah Al-Baqarah ayat 275 hingga 279 :
           
            
  . . . 
275. orang-orang yang memakan (mengambil) riba, tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila, keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, . . .

81
Menurut Rafiq Yunus al-Misriy (ahli fiqh mua’malah kontemporer dari Mesir) dalam bukunya Jami’ fî
Ushuli ar-Ribâ, bentuk isim ma’rifah (definite) pada kata  dan  berma’na bahwa
tidak semua jual beli: “halal” dan tidak semua riba “haram”. Jual beli derivatif (indeks saham atau fluktuasi
nilai mata uang) adalah haram sekalipun saling ridha diantara yang bertransaksi.
Demikian juga “riba” yang diharamkan adalah riba yang sifatnya mengeksploitasi dan atau menzhalimi
debitur seperti lintah darat dan Pinjol dengan bunga 1 % / hari plus teror bila terjadi keterlambatan
pembayaran. Ini lebih kejam dari Riba Jahiliyah.

Berdasarkan metodologi Makhârij Fiqhiyyah : I’adhah an-Nadhar (Peninjauan ulang terhadap pendapat
terdahulu) dan Tahqiqul Manath (Analisa argument hukum / ‘illat), maka Khatib me re-interpretasi
terhadap pemahaman tekstual riba yang semula hanya dimaksudkan untuk Mua’malah Mâliyah menuju
kepada pemahaman Mua’amalah lainnya yaitu inter aksi Politik & Sosial, karena pada bidang ini juga terjadi
transaksi materi maupun immateri yang efeknya bisa lebih dahsyat d/p Riba Mua’malah Mâliyah.
Firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 279:

Sempurna berarti : Paripurna (tdk perlu ada tambahan lg)= Menembus ruang dan waktu
‫ َك َم َل‬- ‫ َكا ِم ٌل‬-ُ‫ = َي ْك ِمل‬Sempurna ‫ أَ ْك َم َل‬- ً‫ ِا ْك َماال‬-ُ‫ = ي ُْك ِمل‬menyempurnakan /Paripurna
‫ يُتَ ِّم ُم – اِ ْت َما ًما‬- ‫ = تَ َّم َم‬mencukupkan ‫ يُتِ ُّم – اِ ْت َما ًما‬- ‫أَتَ َّم‬
= mencukupkan
Nama lain dari surat al-Mâ’idah adalah al-‘Uqûd (akad2/perjanjian2 hukum), Madaniyyah, dimana
norma2, Prinsip2 Huk dibangun selama 10 thn. Mnurut at-Thabary ini ayt terakhir (81 hr Nabi wft)
Ayat ini turun pd tgl 9 Dzul Hijjah th ke 10 Hijrah di Arafah ketika Nabi saw melaksanakan Haji
ُ ‫“ أَ ْك َم ْل‬telah Kusempurnakan untukmu agamamu”
Wada’. Menurut sebagian Mufassir : ‫ت لَ ُك ْم دِي َن ُك ْم‬
maksudnya “telah sempurna/paripurna ttg prinsip2 petunjuk agama”. Prinsip2 inilah yg dikenal sbg
norma2 hukun yg Tsawabit/Langgeng, sperti: Akidah; ‘Ibadah Mahdhoh (murni), Rukun Iman &
Islam, Prinsip2 Kemanusiaan, seperti : Keadilan, Persamaan Hak, Kemerdekaan.
ُ ْ‫“ وَأَ ْت َمم‬telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku”, maksudnya :
Sedangkan mengenai : ‫ت َعلَ ْي ُك ْم نِعْ َمتِي‬
bhw cukupnya ni’mat itu tdk langgeng bisa ber-ubah bersifat kontekstual.
Dan ‫يت لَ ُك ُم اإْل ِسْ اَل َم دِي ًنا‬
Kُ ِ‫“ َو َرض‬dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” , maksudnya “Berserah
diri sepenuhnya kpd Allah swt “
Kedua, surat Âli ‘ Imran/3: 104
         
     
3:104. dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yg menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yg ma'ruf dan mencegah dari yg munkar; merekalah orang2 yg beruntung.
 = kebajikan adalah nilai2/norma2 yg bersifat Universal dan Tetap/Langgeng, sementara
= sesuatu yg baik, bersifat berubah sesuai dg perkembangan zaman, tempat dan adat
istiadat.
Dua norma huk inilah yg menjadikan Islam selalu SESUAI DG PERKEMBANGAN ZAMAN & TEMPAT
1. Huk Tsawabit yg mnjadi Identitas & Orsinilitas Islam : y.i : Akidah & Ibadah Mahdoh sperti:
rukun Islam & ruk Iman
2. Huk Mutaghoyyirot/huk yg dpt berubah sesuai PERKEMBANGAN ZAMAN & TEMPAT, seperti: Fiqh
Mu’amalah. Contoh : Jual Beli Emas blh dg tdk kontan krn illat (sebab) hukumnya sdh berubah, dl
Emas sbg mata uang, skarang Emas menjadi perhiasat alat Investasi. Zakat Fitri : kadarnya 2 mud
(3,5 ltr) adl tetap, tapi fisiknya blh berubah selama berupa makanan pokok. Bahkan mnurut
madzhab Hanafiyah, blh diganti dg uang. Demikian juga zakat Mâl, kadarnya tetap 2,5 %, tapi
penyaluran nya kpd Mustahik bisa ber-beda2, seprti zakat produktif dg memberikan sarana usaha,
malah menurut fatwa MUI no:4/2003 penggunaan dana zakat blh utk ISTITSMAR (Investasi).
Huk Mutaghoyyirot ini mngikuti kaidah Fiqh: ‫ا ْل ُح ْك ُم َيد ُْو ُر َم َع ِعلَّ ِت ِه ُو ُج ْودًا َو َع َد ًما‬
82
Al-hukmu yadûru ma'a 'illatihi wujûdan wa 'adaman
Ada dan tidaknya hukum itu tergantung pada sebab ('illat)nya. Cont: Tayamum
Selain 2 norma huk yg utama td, Islam juga mngedepankan penentuan Huk dg Cara Ijtihad.
Ijitihad adl usaha yg sungguh2 dg mengerahkan segala kemampuan utk menemukan solusi hukum
Dasar hukum Ijtihad adalah hadis riwayat Muaz bin Jabal ketika diutus mnjadi gubernur Yaman.
‫ب ُم َعا ٍذ‬ ْ َ‫ مِنْ أ‬:١٢٤٩ ‫سنن الترمذي‬
ِ ‫ص َحا‬

ْ‫ب هَّللا ِ َقال َ َفإِنْ َل ْم َي ُكن‬ِ ‫ف َت ْقضِ ي َف َقال َ أَ ْقضِ ي بِ َما فِي ِك َتا‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫سلَّ َم َب َع َث ُم َعا ًذا إِلَى ا ْل َي َم ِن َف َقال َ َك ْي‬ َ ِ ‫سول َ هَّللا‬ُ ‫أَنَّ َر‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫سلَّ َم َقال‬ َ ِ ‫ول هَّللا‬
ِ ‫س‬ ُ ‫سلَّ َم َقال َ َفإِنْ لَ ْم َي ُكنْ فِي‬
ُ ‫س َّن ِة َر‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬َ ِ ‫ول هَّللا‬ ِ ‫س‬ ُ ‫س َّن ِة َر‬ ُ ِ‫ب هَّللا ِ َقال َ َفب‬
ِ ‫فِي ِك َتا‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
‫سلَّ َم‬ َ ِ ‫ول هَّللا‬
ِ ‫س‬ ُ ‫أَ ْج َت ِه ُد َر ْأيِي َقال َ ا ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّذِي َو َّف َق َر‬
ُ ‫سول َ َر‬
Sunan Tirmidzi 1249: dari sahabat Mu'adz bhw Rasulullah saw pernah mengutus Mu'adz ke Yaman,
lalu beliau bertanya: "Bagaimana engkau memutuskan hukum?" ia menjawab; Aku memutuskan
hukum dari apa yang terdapat di dalam kitabullah. Beliau bertanya lagi: "Jika tidak ada di dalam
kitabullah?" ia menjawab; Dengan sunnah Rasulullah saw. Beliau bertanya: "Jika tidak terdapat di
dalam sunnah Rasulullah saw?" Ia menjawab; Aku akan berijtihad dengan pendapatku. Beliau
mengatakan: "Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah saw."
Contoh Ijtihad: Abu Bakar Siidiq ra : mengumpulkn/menyusun kmbali lembarn2 AQ yg brserakn
‘Umar Ibn Khaththab ra: mmbagikan Ghonimah melalui baitul mâl, shalat Tarawih berjama’ah
selama Ramadhan, Menambah huk cambuk mnjadi 80x bagi pemabuk, talak 3 langsung jatuh 3,
Mualaf tdk mendpt zakat, Tentara diberi Gaji, Pencetakan mata uang, Mmberlakukan Pajak, huk
potong tngan tdk berlaku ketika Paceklik; Pembentukan Penjara & Kantor Pos; Thn H ditetapkn
‘Utsman bin Affan ra : Mashohif Utsmani ; Unta yg hilang dtangkap & dibawa ke Baitul Mâl
‘Umar bin ‘Abdul Aziz (w. 101 H/720 M) : Memungut Pajak Profesi dr pegawai Kesulatanannya;
Penulisan & Pembukuan hadis2 Nabi saw.
Imam Syafi’i : Qoul (pendpt) Qodim (lama) di Irak direvisi mnjadi Qoul Jadid (Baru) ketika di Mesir
Kaidah Fiqh/Huk utk Ijtihady :
‫ا ْل ُح ْك ُم َيد ُْو ُر َم َع عِ لَّ ِت ِه ُو ُج ْودًا َو َعدَ ًما‬
Al-hukmu yadûru ma'a 'illatihi wujûdan wa 'adaman
Ada/tdknya hukum itu trgantung pada 'illatnya. Mk perlu dilakukn telaah ulang (i’adah an-nazhar)
‫تَ َغيُّ ُر ْاألَ ْح َك ِام بِتَ َغيُّ ِر ْاألَ ْم ِكنَ ِة َو ْاألَ ْز ِمنَ ِة‬ Taghayyur al-ahkâm bi taghayyur al- amkinah wal azminah
Hukum itu berubah disebabkan perubahan tempat dan waktu.
ِ َ‫ضرر وال‬
‫ض َر َار‬ َ َ َ َ َ‫ ال‬Tdk blh memudharatkan & tdk blh dimudharatkan
‫اص ِة‬
َّ ‫الخ‬ ْ ‫ص َل َح ُة ال َعا َّم ُة ُم َق َّد َم ٌة َع َلى ال َم‬
َ ‫ص َل َح ِة‬ ْ ‫ال َم‬
“Kemaslahatan umum lebih didahulukan dari pada kemaslahatan individu”
Pentingny berIjtihad ini adl utk mncairkan keJUMUDan (kbekuan/kekakuan cara brpikir& brsikap)
Cont:Fiqh Haji (nunggu 20 th) kemah arofah 2 lt; fiqh Zakat (zakat hanya 2% dr konsumsi rokok),
ada pemikiran harmonisasi Zakat dg Pajak, Fiqh Muamalah, bgmn memajukan Bank Sya ?, akses
pedagang kecil ke perbankan (Kasus rentenir yg mengambil KUR dg bunga 7% dan mminjamknnya
kembali kpd pedagang kecil dg 30%). Khutbah jum’at dlm bhs Arab; AQ dterjemakn kdlm bhs Ind
dulunya di haramkan. Namun brijtihad hrs dg keilmuan yg mmadai spy tdk kebablasan sprti kasus
Milkul Yamin, menghalalkan hub suami istri di luar nikah.
Akibat kejumudan dlm memahami huk adl mandeknya Kemajuan di brbagai bidang : Iptek & Ekon,
malah yg lbh parah dapat terjadi perpecahan dan penjajahan olh negara lain.
83
PENUTUP KHUTBAH KE I

َ ‫ت َوال ذ ِْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم َو َت َق َّبل‬ ِ َ ‫آن ْا َلعظِ ْي ِم َو َن َف َعنِي َوإ َّيا ُك ْم ِب َم ا ِف ْي ِه مِنَ ْاآلي ا‬ ِ ‫ار َك هللاُ ل ِْي َو َل ُك ْم ف ِْي ْالقُ ْر‬ َ ‫َب‬
‫اس َت ْغفِ ُر ْوهُ إِنَّهُ ه َُو ا ْل َغفُ ْو ُر ال َّر ِح ْي ُم‬ َّ ‫ِم ِّني َو ِم ْن ُك ْم ِتالَ َو َت ُه إ َّن ُه ه َُو‬
ْ ‫ أَقُ ْول ُ َق ْولِي هذا َو‬. ‫الس ِم ْي ُع ْا َلعلِ ْي ُم‬
PEMBUKAAN KHUTBAH KEDUA

َ ‫ب ْالم ُْؤ ِمن‬


‫ إِي َما ًنا م ََّع إِي َمان ِِه ْم‬K‫ِين لِ َي ْزدَا ُدوا‬ َ َ‫ الحمد هللِ الَّذِي أ‬, ‫الحمد هلل‬
ِ ‫نز َل ال َّسكِي َن َة فِي قُلُو‬
ْ‫وأشهد أن‬ ،‫ نبينا محمد و آله وصحبه ومن وااله‬،‫والصالة والسالم على رسول هللا‬
ُ‫وأشهد أنَّ مح ّمداً عبده ورسوله‬ ،‫اَل إلَهَ إال هللا وحده ال شريك له‬
Kesimpulan dari khutbah pertama adalah : Dalam menghadapi prkembangan zaman dimana IPTEK
maju pesat hampir lepas kendali, qt hrs tetap mempertahankan Identitas dan Orisinilitas qt sbg
muslimin/mu’minin yg ta’at patuh kpd prinsip2 ajaran Islam, namun tetap luwes dlm mensikapi
persoalan baru dan terbarukan. Sejarah tlh mmbuktikan bhwa terbunuhnya ‘Umar, Ali r anhuma
dlm keadaan mengimami sholat dan Utsman ra dlm keadaan sdg mmbaca AQ, selain karena
pertikain politik dan rasa keadilan juga krn pembunuh tsb gagal faham ttg huk yg mutaghoyirot.
Demikianlah khutbah singkat ini, semoga bermanfaat utk meningkatkan ilmu & ketaqwan qt.
PENUTUP KHOTBAH KE II & DO’A PENUTUP KHOTBAH :

ْ َ‫سلِّ ُموا ت‬
‫سلِي ًما‬ َ ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو‬َ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬  ۚ‫صلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي‬
َ ُ‫إِنَّ اللَّـهَ َو َماَل ئِ َكتَهُ ي‬
‫ َوبَا ِركْ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬،‫صلَّيْتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم‬
َ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ ِ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
‫ إِنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬،‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم‬
ِ
‫ت‬
ِ ‫ب ال َّدع ََوا‬ ٌ ‫س ِم ْي ٌع قَ ِر ْي‬
ُ ‫ب ُم ِج ْي‬ ِ ‫ت األَ ْحيَا ِء ِم ْن ُه ْم َواألَ ْم َوا‬
َ ‫ت إِنَّ َك‬ ِ ‫ت َوالمؤْ ِمنِيْنَ َوالمؤْ ِمنَا‬
ِ ‫سلِ َما‬ ْ ‫الل ُه َّم ا ْغفِ ْر لِ ْل ُم‬ 
ْ ‫سلِ ِميْنَ َوالم‬
َ ُ‫ َر َّب َنا َظ َل ْم َنا اَ ْنف‬ 
َ ‫س َنا َو اِنْ َل ْم َت ْغف ِْر َل َنا َو َت ْر َح ْم َنا َل َن ُك ْو َننَّ مِنَ ْا‬
َ‫لخاسِ ِر ْين‬

َ ‫س َن ًة َوقِ َنا َع َذ‬


ِ ‫اب ال َّن‬
‫ار‬ َ ‫س َن ًة َوفِى ْاآلخ َِر ِة َح‬
َ ‫َر َّب َنا آتِنا َ فِى ال ُّد ْن َيا َح‬

‫س „ا ِن َوإِ ْيت„„آ ِء ِذى ْالقُ„ ْ„رب َى َويَ ْن َهى َع ِن ْالفَ ْحش„„آ ِء َو ْال ُم ْن َك„ ِر َو ْالبَ ْغي‬ َ ‫ِعبَا َدهللاِ ! اِنَّ هللاَ يَ„„أْ ُم ُر بِاْل َع„د ِْل َو ْا ِال ْح‬
ْ ‫ َو ْاذ ُك ُرواهللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا‬. ‫يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّك ُر ْو َن‬
‫ش ُك ُر ْوهُ َعل َى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ اَ ْكبَ ْر‬

         
       
AN-NAHL/16 : 90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
(Aqimushshalâh)

84

Anda mungkin juga menyukai