Anda di halaman 1dari 6

“RIBA” POLITIK & SOSIAL DALAM PERSPEKTIF AL - QUR’AN

Assalâmu ‘alaykum wr. wb.


‫ َمنْ يَ ْه ِد ِه‬،‫ت أَ ْع َمالِنَا‬ َ ْ‫سنَا َو ِمن‬
ِ ‫سيِّئَا‬ ِ ُ‫ش ُرو ِر أَ ْنف‬
ُ ْ‫وذ بِاهللِ ِمن‬ ُ ‫ َونَ ُع‬،ُ‫ستَ ْغفِ ُره‬
ْ َ‫ست َِع ْينُهُ َون‬ ْ َ‫الـح ْم َد هّلِل ِ ن‬
ْ َ‫ـح َم ُدهُ َون‬ َ َّ‫إن‬
ً‫ـح َّمدا‬َ ‫ش َه ُد أَنَّ ُم‬
ْ َ‫ش ِر ْيكَ لَهُ َوأ‬
َ ‫ش َه ُد أَنْ الَّ إِلَهَ ِإالَّ هللا َو ْح َدهُ اَل‬
ْ َ‫ َوأ‬،ُ‫ي لَه‬َ ‫ضلِ ْل فَاَل هَا ِد‬ ْ ُ‫ َو َمنْ ي‬،ُ‫ض َّل لَه‬ ِ ‫هللاُ فَاَل ُم‬
‫سولُه‬
ُ ‫َع ْب ُدهُ َو َر‬
‫ص ّل َو َسلّ ْم عَلى ُم َح ّم ٍد َوعَلى آلِ ِه ِوأَصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َسا ٍن إِلَى يَوْ ِم ال ّديْن‬
َ ‫اَللهُ ّم‬
          
 
3 : 102. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-
Nya; dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.
          
           
 
AL-AHZAB /33:70 Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar,
71. Niscaya Allah memperbaiki bagi kalian amalan-amalan kalian dan mengampuni bagi kalian
dosa-dosa kalian dan siapa saja mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenangan yang besar.

َ‫اي بِتَ ْق َوى هللاِ فَقَ ْد فَا َز ا ْل ُمتَّقُ ْونَ َو طَ َعاتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُح ْون‬ ِ ‫ فيَا ِعبَا َدهللاِ أُ ْو‬،ُ‫أَ َّما بَ ْعد‬
َ َّ‫ص ْي ُك ْم َوإِي‬
Segala puji syukur hanya bagi Allah swt yang selalu mencurahkan rahmat kasih sayangnya kpd kita
semua, semoga Allah swt memilih kita menjadi jalan untuk bergagi rasa syukur kepada sesama.

Shalawat dan salam kita haturkan kepada Rasulullah saw yng telah menjadi wasilah sampai nya
risalah Islam kepada kita semua. Juga kepada sahabat-sahabatnya, keluarganya, ummatnya hingga
akhir zaman. Mari kita melajutkan perjuangannya membela kemanusiaan dan mengamalkan
akhlaqul karimah yang telah dicontohkannya.

Khatib berwasiat khususnya untuk diri sendiri dan umumnya untuk kita semua, mari kita bersama-
sama terus meningkatkan kualitas taqwa, silaturahiim, saling berwasiat dalam kebaikan dan
kesabaran dengan istiqamah hingga maut menjemput kita.

Jama’ah jum’ah rahimakumullah, topik khutbah jum’at kali ini adalah:

“RIBA” POLITIK dan SOSIAL DALAM PERSPEKTIF AL -QUR’AN


Sebelum membahas tentang “RIBA” POLITIK & SOSIAL , izinkan khatib mengulas sedikit
tentang Riba Mua’malah Mâliyah

Riba secara Etimologi : berasal dari akar kata ‫ُربُـ ًوا و ِربَــا ًء‬ ‫َربَــا يَربُــو‬ yang artinya
tambahan atau kelebihan (az-Ziyâdah).
Secara Terminologi (Mua’malah Mâliyah) : Riba adalah penambahan harta yang diperoleh secara
bathil karena penundaan pembayaran, baik akadnya hutang piutang ataupun akad jual beli.

Allah SWT mengharamkan riba sesuai dengan firman-Nya dalam surah Âli ‘Imrân ayat 130:

         


   
3 : 130. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan riba dengan berlipat ganda
dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.

  berati berlipat ganda, mengandung ma’na kezhaliman dan penganiayaan karena
akan sangat membebani debitur dalam melunasi hutangnya.
Final pengharaman riba adalah pada surah Al-Baqarah ayat 275 hingga 279 :

         


           
     . . . 
275. orang-orang yang memakan (mengambil) riba, tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila, keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, . . .

Menurut Rafiq Yunus al-Misriy (ahli fiqh mua’malah kontemporer dari Mesir) dalam bukunya Jami’
fî Ushuli ar-Ribâ, bentuk isim ma’rifah (definite) pada kata  dan  berma’na
bahwa tidak semua jual beli: “halal” dan tidak semua riba “haram”. Jual beli derivatif (indeks saham
atau fluktuasi nilai mata uang) adalah haram sekalipun saling ridha diantara yang bertransaksi.
Demikian juga “riba” yang diharamkan adalah riba yang sifatnya mengeksploitasi dan atau
menzhalimi debitur seperti lintah darat dan Pinjol dengan bunga 1 % / hari plus teror bila terjadi
keterlambatan pembayaran. Ini lebih kejam dari Riba Jahiliyah.

Kenapa Allah SWT memilih diksi  (memakan) bukan ‫( َي ْف َعلُ ْو َن‬mengerjakan) pada hampir
setiap ayat riba, ayat harta dan ayat harta anak yatim ?. Jawabannya ada pada kitab tafsir al-Jami’ lî
ahkamil Qur’an karya Imam Qurtubi, menjelaskan bahwa kata  (memakan) adalah sebagai
simbol “Keserakahan”, maka salah satu karakter rentenir adalah “Serakah”.
Berdasarkan metodologi Makhârij Fiqhiyyah : I’adhah an-Nadhar (Peninjauan ulang terhadap
pendapat terdahulu) dan Tahqiqul Manath (Analisa argument hukum / ‘illat), maka Khatib me re-
interpretasi terhadap pemahaman tekstual riba yang semula hanya dimaksudkan untuk Mua’malah
Mâliyah menuju kepada pemahaman Mua’amalah lainnya yaitu inter aksi Politik & Sosial, karena
pada bidang ini juga terjadi transaksi materi maupun immateri yang efek ribanya bisa lebih dahsyat
dari pada Riba Mua’malah Mâliyah, ke-dua2 mempunyai persamaan ‘illat hukum yaitu : kezhaliman
Firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 279:
َ‫ب ِّمنَ هّٰللا ِ َو َرسُوْ لِ ٖ ۚه َواِ ْن تُ ْبتُ ْم فَلَ ُك ْم ُرءُوْ سُ اَ ْم َوالِ ُك ۚ ْم اَل تَ ْظلِ ُم ْونَ َواَل تُ ْظلَ ُم ْون‬
ٍ ْ‫ بِ َحر‬x‫فَاِ ْن لَّ ْم تَ ْف َعلُوْ ا فَأْ َذنُوْ ا‬
279. Jika kalian tidak melaksanakannya (tidak berhenti mengerjakan riba), ketahuilah akan
terjadi perang (dahsyat) dari Allah dan Rasul-Nya, akan tetapi, jika kalian bertobat, kalian
berhak atas pokok harta kalian. Kalian tidak berbuat zalim (merugikan) dan tidak dizalimi
(dirugikan).
ْ ُ‫ اَل تَ ْظلِ ُم ْونَ َواَل ت‬mengandung makna : “Tidak boleh mengeksploitasi” dan atau
Kata َ‫ظلَ ُم ْون‬
“dieksploitasi” orang lain. Hal ini sejalan dengan hadis Rasulullah yang kemudian menjadi Kaidah
Asasi Fiqh : ‫( ال ضرر وال ضرار‬jangan saling mencelakakan) maka ‫ضرر يزال‬
ّ ‫( ال‬bahaya harus
dihilangkan)
Ciri-ciri transaksi yang mengandung substansi riba adalah apabila dalam prosesnya a.l terdapat
unsur-unsur :
Maysir (gambling) ; gharar (penipuan) ; dharar (curang) ; risywah (suap) ; najasy (cornering) dsb.
Menurut data dari KPK tahun 2020 , kontribusi terbesar dalam memperburuk CPI (Corruption
Perception Index) adalah sektor Korupsi Politik dan Korupsi Ekonomi (perijinan Eksim;
Perdagangan dan Pajak) yang melibatkan 21 orang anggota DPR dan DPRD; 55 orang Pejabat /
Politikus dan 31 orang Swasta. Hampir dapat dipastikan dalam setiap kasus korupsi Politik Ekonomi
Sosial tersebut mengandung unsur2 terlarang pada proses transaksinya.

Contoh Riba Politik adalah : Deal-deal transaksi politik pada proses Pilkada yang menghasilkan
materi atau non materi yang merugikan (menzhalimi) negara/rakyat. Deal-deal investor (Rentenir)
Politik dengan Partai Politik dan atau Calon Pejabat yang kelak harus dibayar dengan mengambil
hak-hak publik, mengeksploitasi sumber alam dan atau merusak ekosistim.
Contoh Riba Sosial paling kekinian adalah : kasus Vaksin dan test PCR C 19.
Apapun Lembaganya, siapapun pelakunya yang memanfaatkan Pandemi C19 untuk mengeruk
keuntungan secara bathil sehingga menzhalimi manusia dan kemanusiaan maka dia adalah Rentenir
Sosial. Dia telah merusak tatanan homo homini socius menjadi the real homo homini lupus.

Maka benarlah perkataan Tabi’in Harits bin Abi Umamah yang kini menjadi kaidah fiqh yang
masyhur: ‫ض َج َّر َن ْف ًعا َف ُه َو ِر ًبوا‬
ٍ ‫“ ُكل ُّ َق ْر‬Setiap pinjaman yang mendatangkan manfa’at adalah riba”
Kaidah ini lahir ketika terjadi krisis politik dan sosial pada zaman Dinasti Abbasiyyah.

Demikian juga Kaidah Fiqh Politik yang berasal dari perkataan Imam Syafi’i :
‫َم ْن ِزلَةُ ال َوالِي ِمنَ الرَّا ِعيَ ِة َك َم ْن ِزلَ ِة الولِ ِّي ِمنَ اليَتِي ِْم‬
“Kedudukan seorang pemimpin terhadap rakyatnya seperti kedudukan wali kepada anak yatim”
Dari semua ini dapat ditarik kesimpulan, bahwa Substansi “Riba” Politik & Sosial adalah : Berbagai
bentuk usaha untuk mengeruk keuntungan materil maupun non materil dengan cara menzhalimi dan
atau mengeksploitasi kepentingan publik sehingga merugikan masyarakat banyak.

Khutbah pertama ini khatib tutup dengan firman Allah SWT dalam surah Ar- Rûm/30 : 41
َ‫ْض الَّ ِذيْ َع ِملُوْ ا لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ِجعُوْ ن‬ ْ َ‫سا ُد فِى ْالبَرِّ َو ْالبَحْ ِر بِ َما َك َسب‬
ِ َّ‫ت اَ ْي ِدى الن‬
َ ‫اس لِيُ ِذ ْيقَهُ ْم بَع‬ َ َ‫ظَهَ َر ا ْلف‬
30 : 41. Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia.
(Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar
mereka kembali (ke jalan yang benar).

Wahbah az-Zuhaily dalam tafsir al-Munîr menafsirkan kata Fasâd tersebut diatas sebagai suatu
kondisi kacau dan rusak, paceklik, wabah, banjir, kekeringan disebabkan oleh kemaksiatan,
kemudharatan (a-sosial), kezhaliman dan dosa-dosa manusia. Solusinya adalah manusia harus sadar,
insaf, meninggalkan perilaku buruk dan bertobat.

‫ت َوالـ ِذ ْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِم َوتَقَبَّ َل ِمنِّيـ‬ ِ َ ‫آن ْال َع ِظ ْي ِم َونَفَ َعنِي َوإيَّا ُك ْم ِب َمــا ِف ْيـ ِه ِمنَ ْاآليـا‬
ِ ‫ار َك هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِ ْي ْالقُـ ْـر‬َ َ‫ب‬
ْ ‫ أَقُ ْو ُل قَ ْولِي هذا َوا‬. ‫س ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‬
‫ستَ ْغفِ ُر ْوهُ إِنَّهُ ُه َو ا ْل َغفُ ْو ُر ال َّر ِح ْي ُم‬ َّ ‫َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ إنَّهُ ُه َو ال‬

 ‫الحمد هلل رب العالمين حمداً كثيراً طيبا ً مباركا ً فيه كما يحب ربنا و يرضى‬
‫وأشهد أنْ اَل‬ ،‫ نبينا محمد و آله وصحبه ومن وااله‬،‫والصالة والسالم على رسول هللا‬
ُ‫وأشهد أنَّ مح ّمداً عبده ورسوله‬ ،‫إلَهَ إال هللا وحده ال شريك له‬
Rasulullah bersabda tentang cara menghindari transaksi ribawi :

‫ض ِة والبُ ُر بالبُ ِر والشَعي ُر‬ َ ِ‫ضةُ بالف‬ َ ِ‫ب والف‬ ِ ‫الذهب بالذه‬
ُ ‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫س َوا ٍء يَ ًدا بِيَ ٍد‬َ ِ‫س َوا ًء ب‬ ٍ ‫ح ِم ْثاًل ب ِم‬
َ ‫ثل‬ ِ ‫بالشَعي ِر والتَ َم ُر بالتَ َم ِر وال ِم ْل ُح بال ِم ْل‬
"Rasulullah saw bersabda: "Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum,
jewawut dg jewawut, kurma dengan kurma dan garam dengan garam, tidak mengapa jika dengan
takaran yang sama (setara nilainya / kualitasnya), dan sama berat (adil) serta tunai (tidak boleh
berhutang).
Hadis ini mengandung spirit keadilan, persamaan hak dan kewajiban serta kesetaraan nilai.
Pesan dari khutbah ini adalah : Tegakkan Keadilan SOSEKPOL, tinggalkan kezhaliman.

Ingatlah firman Allah SWT dalam surah Al-Isrâ/7 : 7


‫سأْتُ ْم فَلَ َه ۗا‬ ِ ُ‫س ْنتُ ْم اِل َ ْنف‬
َ َ‫س ُك ْـم ۗ َواِنْ ا‬ َ ‫س ْنتُ ْم اَ ْح‬
َ ‫اِنْ اَ ْح‬
7 : 7. Jika berbuat baik, (berarti) kalian telah berbuat baik untuk diri kalian sendiri. Jika kalian
berbuat jahat, (kerugian dari kejahatan) itu kembali kepada diri kalian sendiri.

Surah Ar-Rahmân/55 : 9
َ‫س ُروا ا ْل ِم ْيزَ ان‬ ْ ِ‫َواَقِ ْي ُموا ا ْل َو ْزنَ بِا ْلق‬
ِ ‫س ِط َواَل ت ُْخ‬
55 : 9. Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi timbangan itu .
Demikianlah khutbah singkat ini, semoga bermanfaat untuk meningkatkan ilmu dan
ketaqwaan kita.

ْ َ‫سلِّ ُموا ت‬
‫سلِي ًما‬ َ ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو‬َ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬  ۚ‫صلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي‬
َ ُ‫إِنَّ اللَّـهَ َو َماَل ئِ َكتَهُ ي‬
‫ َوبَا ِركْ َعلَى ُم َح َّم ٍد‬،‫صلَّيْتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم‬
َ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ ِ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
‫ إِنَّ َك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬،‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم‬
ِ ‫َو َعلَى‬
‫ب‬ ٌ ‫س ِم ْي ٌع قَ ِر ْي‬
ُ ‫ب ُم ِج ْي‬ ِ ‫ت األَ ْحيَا ِء ِم ْن ُه ْم َواألَ ْم َوا‬
َ ‫ت إِنَّ َك‬ ِ ‫ت َوالمؤْ ِمنِيْنَ َوالمؤْ ِمنَا‬
ِ ‫سلِ َما‬ ْ ‫الل ُه َّم ا ْغفِ ْر لِ ْل ُم‬ 
ْ ‫سلِ ِميْنَ َوالم‬
‫ت‬
ِ ‫ال َّد َع َوا‬
َ ُ‫ َر َّب َنا َظ َل ْم َنا اَ ْنف‬ 
َ ‫س َنا َو اِنْ َل ْم َت ْغف ِْر َل َنا َو َت ْر َح ْم َنا َل َن ُك ْو َننَّ مِنَ ْا‬
َ‫لخاسِ ِر ْين‬

َ ‫س َن ًة َوقِ َنا َع َذ‬


ِ ‫اب ال َّن‬
‫ار‬ َ ‫س َن ًة َوفِى ْاآلخ َِر ِة َح‬
َ ‫َر َّب َنا آتِنا َ فِى ال ُّد ْن َيا َح‬

          ! ِ‫عبَا َدهللا‬ ِ
       
AN-NAHL/16 : 90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
(Aqimushshalâh)
Assalamualaikum. Wr. Wb.
Kepada Yth.
Bapak/Ibu

Kami berencana akan membuat Buku In Memoriam Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA.
(Cinta, Canda dan Mutiara Hikmah) Karena itu dimohon kesediaan Bpk/Ibu untuk mengirimkan
tulisan tetang kenangan dan kesan-kesan selama berinteraksi dengan al-maghfur laha Ibu Huzaemah.

Adapun ketentuan tulisan sbb:

1. Panjang tulisan sekitar satu sampai dua halaman A-4, 1 spasi;


2. Mencantumkan nama & jabatan penulis;
3. Tulisan dapat dikirim ke Email: obituari.prof.huzaemah@iiq.ac.id paling lambat tanggal 27 Juli
2021.

Tulisan akan dikompilasi, diseleksi dan diedit untuk diterbitkan dan diserahkan secara simbolik pada
malam 7 tahlilan almarhumah. Kemudian disempurnakan dan dicetak pada tahlil malam ke-100 hari.
Ditargetkan buku mencapai 500 hlm.

Demikian terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Tim Penyusun/IIQ

Anda mungkin juga menyukai