Anda di halaman 1dari 19

KEBEBASAN:

‘IBN ARABI
FAHRUDDIN FAIZ
KEBEBASAN DALAM TASAWWUF

▪ Pembebasan diri dari segala sesuatu yang menghalangi


kesempurnaan manusia
▪ Freedom from_bebas dari perbudakan segala sesuatu selain
Allah
▪ Al-Qushairi: jika seseorang hamba tidak lagi berada di
lingkaran perbudakan segala makhluk.
▪ Indikasinya: hilangnya perbedaan segala sesuatu dalam hatinya
sehingga tampak sama baginya berbagai lintasan pikiran (akhthar)
yang bersifat aksidental
KEBEBASAN SEBAGAI MAQAM

• KEBEBASAN: usaha meliberasi diri (taharrur) secara aktif dan dinamis


melalui prinsip asketis, yaitu memerangi hawa nafsu demi tercapainya
kesempurnaan spiritual
• JUNAYD: Al-Hurriyyatu akhir maqam lil ‘arif
DASAR PANDANGAN KEBEBASAN:
KATEGORI MANUSIA
 Manusia sempurna (insan kamil) VS manusia binatang, (al-insan
al-hayawan)
 Manusia binatang memiliki sifat persis seperti sifat semua binatang.
Ia berbeda dengan binatang-binatang lain hanya dalam differentia
yang merupakan sifatnya, seperti perbedaan antara sebagian
binatang dengan sebagian lainya dalam differentia.
 “Hamba Tuhan” (‘abd rabb) VS “Hamba Nalar” (abd nazar).
 “Hamba Tuhan”= ‘arif; jiwa dan kalbunya suci, bebas dari hawa
nafsu dan ikatan badaniah; berada dalam formasi ukhrawi” (an
nasyah al ukhrawiyah); mengetahui Allah dengan penyingkapan
intuitif (kasyf) dan rasa (dzawq), bukan dengan akal (‘aql).
 “Hamba Nalar”, orang yang terikat kepada badan dan hawa
nafsunya; berada dalam “formasi duniawi” (an nasy’ah al-
dunyawiyah); mengetahui Tuhan dengan nalar pikiran, menundukan
Tuhan dibawah hukum nalar. Ia adalah abdi akal, bukan abdi Rabb.
DASAR PANDANGAN KEBEBASAN:
INSAN KAMIL
 Manusia diberi oleh Allah suatu kedudukan sebagai
khalifah karena ia adalah “perpaduan” (jam’iyyah)
atau paduan (majmu) semua nama Tuhan dan
semua realitas alam. Manusia mempunyai sifat-
sifat ketuhanan dan sifat-sifat kemakhlukan. “maka
aspek lahir manusia adalah makhluk dan aspek
batinya adalah Tuhan”.
 Kesempurnaan manusia bukan terletak pada
kekuatan akal dan pikiran (an-nuthq) yang
dimilikinya, melainkan pada kesempurnaan dirinya
sebagai lokus penjelmaan diri (tajalli) Tuhan.
MANIFESTASI INSAN KAMIL

 Orang yang hanya menjadikan Allah sebagai pelindung


 Orang yang mencintai Allah dan berusaha meniru sifat-sifatnya, misal
menjadi lebih sabar, lebih penyayang, pemaaf dsb.
 Orang yang senantiasa kembali kepada Allah, bertaubat.
 Orang yang selalu menyucikan diri lahir dan batin.
 Orang yang selalu bersyukur atas nikmat dan kehendak Allah.
Bagi para wali musibah dan karunia adalah sama-sama nikmat, karena
keduanya datang dan berasal dari Allah.
 Orang yang selalu berbuat baik dan memperbaiki, yang disebut
Muhsin.
 Orang yang selalu menghadirkan Allah dalam hatinya, pada setiap
detak jantung dan hembusan nafasnya.
KEBEBASAN MUTLAK

• Bebas sejati: independen, absolut, tidak mengandaikan segala bentuk


penyandaran (idafah).
• Kebebasan Mutlak hanya dimiliki Allah di level Zat.
• Allah memiliki dua level:
• Level Zat yang independen mutlak (al-Hurr al-Mutlaq)
• Level Marbub (Yang Disembah), secara eksistensial berbentuk Tuan Hamba dan
meniscayakan adanya dua hal yang saling membutuhkan (al-mutadayifan).
• Hadis Qudsi: “Aku adalah khazanah yang tersembunyi (kanzun makhfiy). Aku rindu untuk dikenal.
Karena itu Aku ciptakan makhluk supaya Aku diketahui.”
• At-Thalaq: 12: Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku
padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya
Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.
Kebebasan : Fitrah Manusia

▪ Karena manusia merupakan citra Ilahi maka ia akan selalu


merindukan ‘kebebasan’ dari selain Yang Ilahi dan berusaha
merealisasikannya.
▪ Kebebasan Tuhan ini tercermin dalam sifat dhat Tuhan
yang tidak butuh kepada apapun (Ghany ‘an al-Alamin),
dan seorang Insan Kamil memanifestasikannya dalam
konteks takhallaq bi akhlaqillah.
REALISASI KEBEBASAN MANUSIA
• Realisasi kebebasan pada manusia adalah usaha pelepasan diri dari
ketergantungan kepada selain Allah dan bukan dari penghambaan
kepada-Nya.
• Tidak diperbudak oleh apapun selain Allah.
• Karena segala sesuatu adalah milik Allah, maka status kehambaan
manusia tidak bisa ditanggalkan, dan oleh karenanya tidak ada
kebebasan dari Allah.
• Direalisasikan sepenuhnya untuk Allah.
MAQAM AL-HURRIYYAH
• Maqam tahaqquq bukan maqam takhalluq
• Ta’alluq (menggantungkan diri hanya kepada Allah), Takhalluq (mengisi diri
dengan sifat-sifat Tuhan Yang Mulia), Tahaqquq (Aktualisasi
sikap/Kesadaran)
• Kesadaran bahwa hakekat dirinya adalah mumkinul wujud, substansinya
adalah ketiadaan. Setelah kesadaran ketiadaan ini muncul, maka sifat
‘membutuhkan’ kepada “ketiadaan” yang lain juga akan hilang.
• Satu-satunya kebutuhan adalah kepada Allah, karena setiap sudut alam
semesta adalah tajalli dari Allah, sehingga kebutuhannya terhadap
segala di alam semesta ini hakikatnya adalah kebutuhan terhadap
Allah.
HAL AL-HURRIYYAH

“Ketahuilah Bahwasanya Kebebasan


Dalam Pandangan Kami Adalah
Menghilangkan Sifat Kehambaan Dengan
Menggantinya Dengan Sifat Ketuhanan
Ketika Segenap Hidupnya Dikembalikan
Kepada-nya. Inilah Eksistensi Hamba
Yang Sebenar-benarnya. Dengan Begitu
Ia Menjadi Tempat Bagi Daya Tuhan”

A L- F U T U H AT A L- M A K K I YA H
Hadis Qudsi
 “Sesungguhnya Allah ta’ala telah berfirman: ‘Barang siapa memusuhi wali-
Ku, maka sesungguhnya Aku menyatakan perang terhadapnya. Hamba-Ku
senantiasa (bertaqorrub) mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu
(perbuatan) yang Aku sukai seperti bila ia melakukan yang fardhu yang Aku
perintahkan kepadanya. Hamba-Ku senantiasa (bertaqorrub) mendekatkan
diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah hingga Aku mencintainya. Jika
Aku telah mencintainya, maka jadilah Aku sebagai pendengarannya yang ia
gunakan untuk mendengar, sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk
melihat, sebagai tangannya yang ia gunakan untuk memegang, sebagai
kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-
Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti
akan Aku berikan kepadanya." (HR. Bukhari).
MAQAM TARK AL-HURRIYYAH

• Maqam Ubudiyah (sifat kehambaan) itu lebih mulia daripada


Maqam Hurriyyah
• Maqam Ubudah (realisasi kehambaan sejati /penghambaan)
itu lebih mulia dari Maqam Ubudiyah.
• Dalam Maqam Hurriyyah, seseorang menyaksikan enti tas-
enti tas selain allah, dan kemudian membebaskan diri dari
mereka. Dalam posisi ini hilang Ubudiyah dan Ubudah.
• Maqam Tark al-Hurriyyah = Maqam Ubudah
• Dalam maqam Ubudah, seorang hamba mewujudkan ketundukan total kepada
Allah, juga sunnatullah-Nya (sebab-akibat).
MAQAM TARK AL-HURRIYYAH
• Manusia sempurna dengan sifat kemanusiaannya tidak tetap dalam
sifat ketuhanannya akan tetapi kembali kepada sifat
kemanusiaannya, yakni kepada kehambaannya.
• “Manusia tidak akan mengetahui getirnya bersifat seperti Tuhan
[ta’alluh] dan manisnya bersifat hamba kecuali orang yang telah
merasakan keduanya.”
• “Manusia tidak akan merasakan nikmatnya kehambaan kecuali orang
itu merasakan sakitnya ketika ia bersifat dengan ketuhanan
[rububiyah]”
Al-Futuhat Al-Makkiyah
ISYARAT KEUNGGULAN MAQAM UBUDAH

▪ Suatu ketika Maiminah binti Haris memerdekakan


budaknya, kemudian ia menceritakan hal tersebut
kepada Rasulullah SAW. Rasulullah bersabda: “Law
A’taytiha Akhwalaka Lakana A’zamu Li Ajrika”
(Andai engkau memberi budakmu itu keadaanmu
[menjadikannya memahami agama seperti dirimu]
maka pahala yang engkau peroleh akan lebih besar.
ISYARAT KEUNGGULAN MAQAM UBUDAH

▪ Suatu ketika Rasulullah SAW keluar dari masjid memutus


rangkaian ibadahnya. Di luar Beliau bertemu Abu Bakar
yang juga keluar masjid, lalu Rasulullah bertanya: “Abu
Bakar, apa yang membuatmu keluar?”. “Karena lapar wahai
Rasulullah”, jawab Abu Bakar. Kemudian Rasulullah
berkata: “Lapar jugalah yang membuatku keluar. Bersama-
sama mereka kemudian mendatangi rumah al-Haytam bin
Abi Al-Tahhan, yang menyembelihkan mereka kambing
dan memberi mereka makan.
Duhai kekasihku,
Begitu sering aku memanggilmu, namun tidak terdengar olehmu
Begitu sering kutampakkan diriku di hadapanmu, namun tidak terlihat
olehmu
Begitu sering kusebar aromaku, namun tidak tercium bauku olehmu
Berlimpah hidangan lezat, dan tak kau rasakan aku
Mengapa tak mampu engkau sampai padaku bersama segala yang kau
sentuh? Atau mencium bauku seiring aroma harum sekelilingmu?
Mengapa tak kau lihat diriku? Mengapa?
SEORANG BODOH TIDAK AKAN BISA MELIHAT KEBODOHANNYA,

KARENA IA SEDANG TENGGELAM DALAM KEGELAPANNYA


SEORANG YANG BERILMU JUGA TIDAK AKAN BISA MELIHAT KEPANDAIANNYA,

KARENA IA SEDANG TENGGELAM DALAM CAHAYANYA

Anda mungkin juga menyukai