Anda di halaman 1dari 2

1.

 Anomie adalah sebuah istilah yang diperkenalkan oleh Émile Durkheim untuk menggambarkan
keadaan yang kacau, tanpa peraturan. Kata ini berasal dari bahasa Yunani a-: "tanpa", dan
nomos: "hukum" atau "peraturan". Anomie adalah "kondisi di mana masyarakat tidak banyak
memberikan petunjuk moral kepada individu". Hal ini berkembang dari konflik sistem
kepercayaan dan menyebabkan rusaknya hubungan sosial antara seorang individu dan
komunitas (baik sosialisasi primer maupun ekonomi). Untuk indivdu, ada kemungkinan berlanjut
kepada kemampuan yang abnormal untuk menyatu dalam situasi normatif dunia sosial e.g.,
skenario personal tanpa aturan yang berakhir pada fragmentasi identitas sosial dan penolakan
nilai.
 Istilah ini secara umum dipahami sebagai "ketiadaan norma" dan dipercaya dipopulerkan oleh
Durkheim dalam bukunya yang berpengaruh, Le Suicide (1897). Namun, Durkheim pertama kali
memperkenalkan konsep anomie dalam karyanya pada tahun 1893, De la division du travail
social. Durkheim tidak pernah menggunakan istilah "ketiadaan norma"; ia mendeskripsikan
anomie sebagai"kekacauan" dan "keinginan yang tak terpuaskan".
 Durkheim menggunakan istilah "penyakit dari yang tanpa batas" karena hasrat tanpa batas
tidak akan pernah terpenuhi, melainkan hanya akan semakin intens. Menurut Durkheim, anomie
muncul secara umum dari ketidakcocokan antara standar personal atau kelompok dan standar
sosial yang lebih luas, atau ketiadaan etika sosial, yang membuat deregulasi moral dan
ketiadaan aspirasi yang logis. Ini adalah kondisi hasil nurtur: Sebagian besar sosiolog
mengasosiasikan istilah ini dengan Durkheim, yang menggunakan konsep ini untuk
membicarakan bagaimana tindakan individu sesuai, atau terintegrasi, dengan sistem norma dan
praktik sosial... anomie adalah ketidakcocokan, bukan hanya ketiadaan norma. Oleh karena itu,
masyarakat dengan kekakuan yang terlalu besar dan kebijakan individu yang kecil juga dapat
menghasilkan suatu anomie
 Emile Durkheim mengemukakan bahwa bunuh diri atau suicide berasal dari tiga kondisi sosial
yang menekan (stress), yaitu :
1. deregulasi kebutuhan atau anomi;
2. regulasi yang keterlaluan atau fatalism;
3. kurangnya integrasi struktural atau egoisme.

2.  Menurut e.h.sutrherland perilaku jahat ini dipelajari melalui pergaulan yang dekat dengan
pelaku kejahatan dan ini merupakan proses differrential association. Menurutnya setiap orang
mungkin saja melakukan kontak dengan kelompok yang terorganisasi kriminal dan dalam kontak
yang terjadi tersebut proses belajar yang meliputi teknik kejahatan, motif, dorongan dan sikap
melakukan kejahatan.
 Menurut E.H. Sutherland, seseorang berperilaku jahat dengan cara yang sama dengan perilaku
yang tidak jahat. Maksudnya, perilaku jahat dipelajari dalam interaksi dengan orang lain, dan
orang tersebut mendapatkan perilaku jahat sebagai hasil interaksi yang dilakukannya dengan
orang orang yang berperilaku dengan kecenderungan melawan norma-norma hukun yang ada.
Sutherland menyebutnya sebagai proses asosiasi yang diferensiak ( differential association )
karena apa yang dipelajari dalam proses tersebut sebagai akibat interaksi dengan pola-pola
perilaku jahat, berbeda dengan apa yang dipelajari dalam proses interaksi dengan pola-pila
perilaku yang tidak suka pada kejahatan. Apabila seseorang menjadi jahat, hal itu disebabkan
orang tersebut mengadakan kontak dengan pola-pola perilaku jahat karena dia mengasingkan
diri terhadap pola-pola perilaku yang tidak nenyukai kejahatan tersebut.

3.  Perspektif Fungsional, teori ini mengemukakan bahwa semua elemen masyarakat memiliki
fungsi dan posisi tertentu. Dan setiap masyarakat bekerja dalam sebuah sistem yang
terstratifikasi dan semuanya berfungsi sesuai kebutuhan dari sebuah sistem sosial.
 Perspektif Konflik, teori ini merupakan perkembangan dari reaksi teori fungsionalisme
struktural. Dalam teori ini struktur hubungan dalam masyarakat dibentuk oleh konflik
kepentingan.
 Untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di masyarakat, terdapat Dua teori sosiologi yang
dapat dijadikan sebagai sudut pandang (perspektif), yaitu:
1. Perspektif Sruktural Fungsional, berasumsi pada konsep keteraturan masyarakat. Ahli
sosiologi yang pertama kali mencetuskan teori ini adalah Emile Durkheim. Namun akar
pemikiran mengenai teori ini diawali dari Auguste Comte dan Herbert Spencer. Menurut para
ahli tersebut, keseimbangan sistem masyarakat dapat tercipta dan terjaga ketika setiap bagian
dari sistem tersebut menjalanykan fungsinya masing-masing. Setiap unsur/bagian saling
terhubung dan tergantung satu dengan yang lainnya, sehingga ketika ada bagian yang tidak
berfungsi, maka akan tercipta ketidakseimbangan sistem.
2. Perspektif Konflik, teori ini pertama kali dikemukakan oleh Karl Marx, teori ini mengatakan
bahwa masyarakat tidak selamanya berada dalam keteraturan. Akan terjadi perbedaan
kepentingan yang kemudian menimbulkan konflik. Akan tetapi konflik dapat menimbukan
dampak yang positif bagi interaksi dalam kelompok, salah satunya adalah konflik kepentingan
dapat membentuk struktur hubungan dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai