Anda di halaman 1dari 41

TEORI TEORI SOSIOLOGIS

TENTANG HUKUM

OLEH
DR. SUNARDI, SH. MH.
1

Secara etimologi, sosiologi berasal dari


dua kata yaitu socius, social,
bermasyarakat. Kata logos yang berarti
kata atau ilmu. Jadi sosiologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang
berteman (bermasyarakat).

August Comte, sosiologi Perancis, dalam


bukunya Positive Philosophy yang
diterbitkan tahun1838 memperkenalkan
kata sociology, mendeskripsikan bahwa
ilmu sosiologi adalah ilmu yang
didasarkan pada observasi dan klasifikasi
yang bersifat sistematis dan empirik.

Teori-teori sosiologi memiliki kegunaan antara lain yaitu, sebagai berikut


a.
Suatu teori atau beberapa teori merupakan ikhtisar hal-hal yang
telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang
dipelajari sosiologi.
b.
Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangankekurangan pada seseorang yang memperdalam pengetahuannya di
bidang sosiologi.
c.
Teori berguna untuk lebih mempertajam atau lebih
mengkhususkan fakta yang dipelajari oleh sosiologi.
d.
Suatu teori akan sangat berguna dalam mengembangkan sistem
klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta
memperkembangkan definisi-definisi yang penting untuk penelitian.
e.
Pengetahuan teoritis memberikan kemungkinan-kemungkinan
untuk mengadakan proyeksi sosial, yaitu usaha untuk dapat mengetahui
ke arah mana masyarakat akan berkembang atas dasar fakta yang
diketahui pada masa yang lampau dan pada dewasa ini.
4

Teori geografi dan lingkungan.


Pentingnya Mazhab ini adalah
menghubungkan faktor keadaan alam
dengan faktor-faktor struktur organisasi
sosial. Teori ini mengungkapkan adanya
korelasi antara tempat tinggal dengan
adanya aneka ragam karekteristik
kehidupan sosial suatu masyarakat
5

Sosiologi tidak memberi justifikasi


apakah perilaku tersebut salah atau
benar.

Saifullah (2007:3), mengemukakan


sosiologi hukum
(Rechtsociologie/rechtssoziologie)
merupakan cabang ilmu pengetahuan
yang memahami, mempelajari,
menjelaskan secara analitis empiris
tentang persoalan hukum dihadapkan
dengan fenomena-fenomena lain di
masyarakat.
8

Menurut Satjipto Rahardjo sosiologi


hukum adalah ilmu yang mempelajari
hukum bukan dalam bentuk pasal
undang-undang, melainkan hukum yang
dijalankan sehari-harinya atau tampak
kenyataannya.

Soejono Soekanto sosiologi hukum


adalah suatu cabang ilmu pengetahuan
yang secara analitis dan empiris yang
menganalisis atau mempelajari
hubungan timbal balik antara hukum
dengan gejala-gejala sosial lainnya.

10

Sosiologi hukum adalah ilmu yang


mempelajari hubungan timbal balik
antara hukum dengan gejala-gejala
sosial lainnya secara empiris analistis.

11

Para sosiolog yang tergolong pemuka


perkembangan ilmu ini, telah mengakui
adanya hubungan esensial antara
lembaga-lembaga hukum dan tertib
sosial.

12

Konsep-konsep yang
mengidentifikasikan hukum sebagai
institusi sosial yang riil dan fungsional
dalam sistem kehidupan bermasyarakat,
merupakan konsep hukum yang
sosiologis, empiris atau antropologis
(Abdurrahman, 1987).

13

Sosiologi hukum mencoba


menghubungkan kaitan antara hukum
dengan kehidupan masyarakat atau
lebih spesifik bisa dikatakan bahwa
hukum adalah bagian dari kehidupan
manusia. Hukum tidak dipandang
sebagai dogma-dogma yang hidup dan
menjamur dalam masyarakat, tetapi
hukum merupakan substansi dari nilainilai abstrak yang diyakini sebagai
kebenaran.

14

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari


tentang fenomena sosial yang terjadi
dalam masyarakat.

15

Fenomena sosial dalam masyarakat


banyak ragamnya kadang kala
fenomena sosial berkembang menjadi
suatu masalah sosial akibat perbedaan
cara pandang mengenai Fenomena
tersebut.

16

Dalam menyelesaikan masalah sosial


dibutuhkan suatu teori untuk
menyelesaikannya. Teori- teori tersebut lahir
dari pengalaman- pengalaman yang terjadi
dalam kehidupan sehari- hari. Karena setiap
individu mengalami pengalaman yang
berbeda maka teori yang muncul juga akan
berbeda pula antara satu individu dengan
individu lainnya. Disimpulkan bahwa tidak
ada teori yang dapat menyeluruh membahas
mengenai masalah sosial di masyarakat.
17

Teori Fungsional Struktural /


Structural Function Theory

18

Menurut teori fungsional structural,


struktur sosial dan pranata sosial
tersebut berada dalam suatu sistem
sosial yang berdiri atas bagian-bagian
atau elemen-elemen yang saling
berkaitan dan menyatu dalam
keseimbangan.

19

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa


teori ini ( fungsional structural )
menekankan kepada keteraturan dan
mengabaikan konflik dan perubahanperubahan dalam masyarakat. Asumsi
dasarnya adalah bahwa setiap struktur
dalam system sosial, fungsional terhadap
yang lain, sebaliknya kalau tidak
fungsional maka struktur itu tidak akan
ada atau hilang dengan sendirinya.
20

Emile Durkheim, seorang sosiolog


Perancis menganggap bahwa adanya
teori fungsionalisme-struktural
merupakan suatu yang berbeda, hal ini
disebabkan Para fungsionalis
kontemporer menyebut keadaan normal
sebagai ekuilibrium, atau sebagai suatu
system yang seimbang, sedang keadaan
patologis menunjuk pada
ketidakseimabangan atau perubahan
social.

21

Teori Konflik / Conflict Theory

22

Bagi Marx, dalam masyarakat terdapat


dua kekuatan yang saling berhadapan,
yakni kaum borjuis yang menguasai
sarana produksi ekonomi dan kaum
proletar atau buruh yang dikendalikan
oleh kaum borjuis. Antara kedua
kelompok ini selalu terjadi konflik. Karl
Marx melihat masyarakat manusia
sebagai sebuah proses perkembangan
yang akan menyudahi konflik melalui
konflik.

23

Teori Interaksi Simbolik / Simbolic


Interaction Theory

24

Namun sebagian pakar berpendapat,


teori interaksi simbolik khusunya George
Herbert Mead (1920-1930an), terlebih
dahulu dikenal dalam lingkup sosiologi
interpretatif yang berada di bawah
payung teori tindakan sosial (action
theory), yang dikemukakan oleh filosof
sekaligus sosiolog besar Max Weber
(1864-1920).
25

Salah satu pandangan Weber yang


dianggap relevan dengan pemikiran
Mead, bahwa tindakan sosial bermakna
jauh, berdasarkan makna subyektifnya
yang diberikan individu-individu.
Tindakan itu mempertimbangkan
perilaku orang lain dan kerenanya
diorientasikan dalam penampilan.

26

Teori Pertukaran Sosial / Social


Exchange Theory

27

Hukum menurut beberapa tokoh teori


hukum sosiologis.

28

Karl Marx berpendapat bahwa hukum


merupakan hasil perkembangan
kekuatan-kekuatan ekonomis; hukum
merupakan suatu sarana yang
dipergunakan oleh pihak yang
memegang kekuasaan untuk
mempertahankan kekuasaannya; hukum
sebagai sarana mengadakan
pengendalian sosial,
29

Karl Mark, dengan demikian hukum


dipandang berguna bagi kelas yang
berkuasa sebagai sarana penindasan
dan sarana penipuan untuk
menciptakan dan mempertahankan
ilusi-ilusi yang mencitrakan seolah nilai
tatanan masyarakat yang ada lebih
berharga daripada sebenarnya.

30

Teori Sibernetika Talcott Parsons.

31

Tingkah laku seseorang harus


ditempatkan dalam kerangka sistem
sosial yang luas yang terbagi dalam sub
sistem - sub sistem.
Hukum adalah salah satu dari sub
sistem sosial.

32

Diantara dua lingkungan dasar tersebut


terdapat hierarkhis, yaitu sub-sistem
budaya dengan fungsi mempertahankan
pola, sub-sistem social dengan fungsi
integrasi, sub-sistem politik dengan
fungsi mencapai tujuan dan sub-sistem
ekonomi dengan fungsi adaptasi.
(Soemitro, 1989: 29)

33

Teori Solidaritas Emile Durkheim.

34

Bahwa penyebab orang-orang terikat


dalam satu kesatuan sosial ialah karena
adanya solidaritas.
Baik buruknya keadaan suatu
masyarakat dipengaruhi oleh kadar
kualitas solidaritas.

35

Solidaritas mekanis menghasilkan hukum


represif yang bersifat menindak (Hukum
Pidana),
Solidaritas organis menghasilkan hukum
restitutif yang bersifat mengganti.
Solidaritas restoratif menghasilkan hukum
yang responsif.

36

Teori Malinowski.
Bahwa setiap elemen dari hukum
primitif, setiap tuntutan, ditentukan oleh
kebutuhan untuk mempertahankan
identitas kelompok

37

Teori Alf Ross.


Norma adalah pengarahan yang berada
dalam kaitan korespondensinya dengan
fakta-fakta sosial, norma benar-benar
bekerja karena dirasakan oleh para
hakim mempunyai daya ikat sosial dan
karenanya dipatuhi

38

Teori Eugen Ehrlich.


Bahwa hukum positif berbeda dengan hukum
yang hidup (living law), hukum positif hanya
akan efektif jika ia selaras dengan hukum
yang hidup dalam masyarakat atau pola-pola
kebudayaan (culture patterns), pusat
perkembangan hukum bukan terletak pada
badan-badan legeslatif, keputusan-keputusan
badan yudikatif atau ilmu hukum tapi justru
terletak pada kehidupan masyarakat itu
sendiri
39

Metode-Metode Dalam Sosiologi


Pada dasarnya terdapat dua jenis cara kerja atau
metode yaitu :
Metode Kualitatif, mengutamakan bahan yang sukar dapat
diukur dengan angka-angka atau dengan ukuran-ukuran
lain yang bersifat eksak, walaupun bahan-bahan tersebut
terdapat dengan nyata di dalam masyarakat. Di dalam
metode kualitatif termasuk metode historis dan metode
komparatif.
Metode Kuantitatif, mengutamakan bahan-bahan keterangan
dengan angka-angka, sehingga gejala-gejala yang teliti
dapat diukur dengan mempergunakan skala-skala, indeks,
tabel, dan formula-formula yang semuanya
mempergunakan ilmu pasti atau matematika.
40

41

Anda mungkin juga menyukai