Anda di halaman 1dari 2

Nama :Farhan hamid

1. Teori Patologi Sosial


Teori patologi sosial merupakan suatu pendekatan dalam sosiologi yang mencoba
untuk memahami fenomena sosial dari perspektif penyakit atau gangguan. Teori ini
menganggap bahwa ada ketidakseimbangan atau disfungsi dalam struktur sosial yang
menyebabkan munculnya masalah-masalah sosial. Istilah "patologi" dalam konteks ini
mengacu pada pemahaman tentang penyakit atau gangguan yang mempengaruhi
kesejahteraan sosial.
Beberapa tokoh terkenal dalam pengembangan teori patologi sosial antara lain Emile
Durkheim, Robert K. Merton, dan William Julius Wilson.
 Durkheim, misalnya, menyoroti konsep anomie, di mana individu-individu
kehilangan orientasi mereka dalam masyarakat yang terorganisir secara kompleks,
sehingga meningkatkan risiko perilaku devian dan masalah sosial lainnya.
 Robert K. Merton mengembangkan konsep strain theory, yang menyatakan bahwa
ketidaksesuaian antara tujuan yang diinginkan oleh individu dan cara untuk
mencapainya dalam masyarakat dapat menyebabkan tekanan atau ketegangan yang
kemudian menghasilkan perilaku devian.
 William Julius Wilson memperkenalkan konsep kesengsaraan urban, yang menyoroti
permasalahan struktural dalam kota-kota besar yang dapat menciptakan lingkungan
yang tidak kondusif bagi kemakmuran dan kesejahteraan sosial.
Pendekatan teori patologi sosial menyoroti pentingnya memahami akar penyebab
masalah sosial untuk merumuskan solusi yang efektif. Namun, kritik terhadap pendekatan ini
mencakup argumen bahwa terlalu fokus pada aspek negatif masyarakat dapat mengaburkan
pemahaman tentang aspek positifnya, serta potensi untuk menyalahkan individu atas masalah
yang mungkin bersifat sistemik.
Tentu, mari lanjutkan dengan beberapa contoh konkret dari bagaimana teori patologi
sosial diterapkan dalam analisis masalah-masalah sosial:
1. Kriminalitas: Teori patologi sosial memandang kriminalitas sebagai hasil dari
ketidakseimbangan atau disfungsi dalam struktur sosial. Contohnya, strain theory
menyatakan bahwa ketegangan antara tujuan yang diinginkan oleh individu (seperti
kesuksesan ekonomi) dan cara yang sah untuk mencapainya dapat menyebabkan
beberapa individu beralih ke kegiatan ilegal untuk mencapai tujuan mereka.
2. Kemiskinan: Pandangan patologi sosial terhadap kemiskinan menekankan bahwa ada
disfungsi dalam sistem ekonomi atau struktur sosial yang menghasilkan ketidakadilan
dalam distribusi kekayaan dan peluang. Misalnya, kesengsaraan urban adalah konsep
yang menyoroti bagaimana pola ketidaksetaraan ekonomi, ketidakstabilan pekerjaan,
dan kurangnya akses ke layanan publik di daerah perkotaan dapat menyebabkan
kemiskinan yang bertahan lama.
3. Gangguan Mental: Dalam konteks patologi sosial, gangguan mental dapat dipahami
sebagai hasil dari tekanan atau ketegangan yang berlebihan dalam struktur sosial,
seperti tekanan ekonomi, sosial, atau budaya. Ketidakmampuan masyarakat untuk
menyediakan dukungan sosial yang memadai atau akses terhadap perawatan
kesehatan mental juga dapat berkontribusi pada masalah ini.
4. Perilaku Adiktif: Teori patologi sosial menyelidiki faktor-faktor yang menyebabkan
perilaku adiktif seperti penyalahgunaan narkoba, alkohol, atau perjudian. Konflik
sosial, ketidaksetaraan ekonomi, dan kurangnya dukungan sosial dapat menjadi
faktor-faktor yang mendukung perkembangan perilaku adiktif dalam masyarakat.
Dengan memahami masalah-masalah ini dari perspektif patologi sosial, para peneliti
dan pembuat kebijakan dapat mencari solusi yang lebih efektif dengan menargetkan akar
penyebab struktural masalah tersebut. Hal ini dapat mencakup perubahan dalam kebijakan
ekonomi, program intervensi sosial, dan peningkatan akses terhadap layanan kesehatan
mental dan rehabilitasi.

2. Individu Sosiopatik
Individu sosiopatik sering menjadi subjek analisis dalam konteks teori patologi sosial.
Sosiopat atau psikopat adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan individu dengan
gangguan kepribadian antisosial, yang sering kali ditandai dengan kurangnya empati,
penipuan, manipulasi, dan perilaku antisosial lainnya.
Dalam kerangka teori patologi sosial, individu sosiopatik sering dianggap sebagai
produk dari disfungsi dalam struktur sosial atau lingkungan yang tidak kondusif bagi
perkembangan moral dan emosional yang sehat. Beberapa faktor yang dianggap
berkontribusi terhadap perkembangan sosiopati meliputi:
 Keluarga yang Disfungsional: Lingkungan keluarga yang tidak stabil, kekerasan
dalam rumah tangga, penelantaran, atau penyalahgunaan zat-zat tertentu dapat
memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan kepribadian antisosial.
 Ketidakstabilan Lingkungan Sosial: Keadaan lingkungan yang kacau, termasuk
tingkat kejahatan yang tinggi, kemiskinan, dan kurangnya akses terhadap pendidikan
atau pekerjaan yang layak, dapat memperkuat perilaku antisosial.
 Kurangnya Dukungan Sosial: Individu yang kurang mendapatkan dukungan sosial
dari keluarga, teman, atau masyarakat umumnya memiliki risiko lebih tinggi untuk
mengembangkan perilaku antisosial.
 Faktor Genetik dan Biologis: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik
dan biologis juga dapat memainkan peran dalam perkembangan sosiopati, meskipun
interaksi antara faktor-faktor lingkungan dan genetik seringkali kompleks dan belum
sepenuhnya dipahami.
Dalam konteks teori patologi sosial, individu sosiopatik sering dianggap sebagai
contoh ekstrem dari disfungsi dalam struktur sosial yang lebih luas. Analisis terhadap mereka
dapat membantu dalam pemahaman tentang bagaimana ketidakseimbangan dalam
masyarakat dapat menyebabkan konsekuensi yang serius, serta memberikan wawasan tentang
bagaimana masyarakat dapat merespons dan mencegah perkembangan sosiopati dan perilaku
antisosial lainnya.

Anda mungkin juga menyukai