Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian penulis

yang berkaitan degan Efektivitas Program, yaitu :

Dalam penelitian pertama dari penelitian oleh Satria Budi Setiawan dan Indah

Prabawati, 2019 [ CITATION Sat19 \l 1033 ] dengan judul “Efektivitas Pelaksanaan Aplikasi GO

SIGAP di Kepolisian Resor Gresik” menjelaskan bahwa Dengan Go Sigap masyarakat bisa

mengadu, melapor, mengurus SKCK dan SIM. Jenis penelitian yang digunakan adalah

deskriptif dengan pendekatan kualitatif Fokus dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi dari efektivitas suatu program berdasarkan Budiani (2007:53) ketepatan

sasaran program, sosialisasi program, tujuan program, dan pemantauan program. Teknik

analisis data dalam penelitian ini adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,

verfikasi dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa efektivitas pelaksanaan

aplikasi Go Sigap di Kepolisian Resort (Polres) Gresik belum berjalan secara efektif, karena

ada beberapa indikator yang belum berjalan seperti sosialisasi program dimana masyarakat

Gresik banyak yang belum pernah mendapat sosialisasi dari Polres Gresik. Selanjutnya

pemantauan program yakni belum ada pemantauan khusus dari Polres Gresik mengenai

aplikasi tersebut, hanya dilakukan pembaruan dan waktu yang dibutuhkan cukup lama yaitu

enam bulan terhitung mulai bulan November 2018 sampai April 2019. Oleh karena itu,

peneliti memberikan saran agar pihak Polres lebih gencar melakukan sosialisasi kepada

masyarakat Gresik mengenai aplikasi Go Sigap, berikutnya yaitu untuk pembaruan aplikasi

diharapkan waktu yang di butuhkan lebih cepat supaya masyarakat dapat menggunakan
aplikasi tersebut kembali dalam hal pelaporan kriminalitas maupun pengurusan SIM dan

SKCK.

Penelitian kedua dari penelitian oleh Dinda Plawidnri dan Indah Prabawati, 2019

[ CITATION Ind19 \l 1033 ] yang berjudul “Efektivitas Program E-SISKAMLING di Kepolisian

Resor (POLRES) Jember” menjelaskan bahwa Melalui aplikasi tersebut, warga pelaksana

ronda dapat terhubung langsung dengan kepolisian jika menemui adanya gangguan

kamtibmas saat melakukan ronda, sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

dan mendeskripsikan bagaimana efektivitas program tersebut dalam mencapai sasaran dan

tujuannya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian mix method, yaitu strategis

eksplanatoris esensial. Metode ini menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif,

yang bobot atau prioritas ini diberikan pada data kuantitatif. Fokus penelitian ini adalah

indikator efektivitas program yang terdiri dari empat indikator yaitu ketepatan sasaran

program, sosialisasi program, pencapaian tujuan program, dan pemahaman program. Teknik

analisis data terdiri dari empat tahap yaitu pengolahan, pengorganisasian data, penemuan

hasil, dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program e-siskamling

sudah berjalan efektif. Dari keempat indikator efektivitas tersebut, indikator ketepatan

sasaran program mendapatkan persentase skor sebesar 72,6% dengan kriteria efektif. Hal ini

juga didukung dengan pernyataan responden bahwa sasaran program mampu menerima dan

melaksanakan program esiskamling. Indikator sosialisasi program mendapatkan jumlah

presentase skor total sebesar 76,2% dengan kriteria efektif. Indikator pencapaian tujuan

program mendapatkan persentase skor sebesar 73% masuk, dan masuk pada kategori efektif.

Hal ini juga didukung pernyataan responden bahwa partisipasi masyarakat cukup baik untuk

menjaga keamanan lingkungan dan adanya peningkatan keamanan di titik rawan. Sedangkan
indikator yang memiliki jumlah skor terendah adalah indikator pemantauan program dengan

jumlah presentase skor sebesar 69,4%. Pemantauan program e-siskamling dilakukan oleh

Satbinmas Polres Jember dengan mengecek grafik keaktifan ronda dan pada saat anev

(analisa dan evaluasi kinerja Polres) menegur Bhabinkamtibmas yang desa binaannya kurang

aktif. Akan tetapi, pada anev akhir-akhir ini sudah tidak lagi menegur Bhabinkamtibmas

yang keaktifannya kurang. Indikator pemantuan program masih masuk pada kategori efektif

dengan perolehan skor 69,4%. Secara keseluruhan nilai persentase skor jawaban dari empat

indikator diatas untuk Efektivitas Program E-Siskamling di Kepolisian Resor Jember

memperoleh skor sebesar 72,8% yang masuk pada kelas interval 61%-80% yang berarti

“Efektif”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disarankan Polres Jember diharapkan lebih

memantau kembali keaktifan berjalannya program e-siskamling di 248 desa dan kelurahan

yang ada, karena program ini cukup efektif untuk mencegah tindak kejahatan di malam hari

terutama di jam-jam rawan dan untuk anggota Bhabinkamtibmas yang menjadi kordinator

lapangan diharapkan terus aktif dalam mendekati warga di desa binaannya, dan terus

mensosialisasikan pentingnya menjaga keamanan lingkungan bersama.

Penelitian ketiga dari penelitian oleh Alvian Dwi Oktavisa dan Weni Rosdiana,

2019[ CITATION Alv19 \l 1033 ] yang berjudul “Efektivitas Aplikasi Sistem Operasional

Terpadu Online Lamongan (Sotola) Di Polres Lamongan” menjelaskan bahwa Dengan

aplikasi SOTOLA masyarakat dapat mengadu, melapor mengurus SKCK, SIM, dan Izin

keramaian. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Fokus dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi dari efektivitas suatu

program berdasarkan pemahaman program, tepat sasaran, tepat waktu, tercapainya tujuan,

dan perubahan nyata. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah pengumpulan, reduksi
data, penyajian data, verifikasi, dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

aplikasi SOTOLA di Polres Lamongan tidak berjalan secara efektif, karena ada beberapa

indikator yang belum berjalan seperti masih kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh

petugas yang hanya sebatas di sekolah-sekolah sekitar kota dan perangkat desa saja sehingga

masyarakat Lamongan masih banyak yang tidak mengetahui aplikasi SOTOLA, Oleh karena

itu peneliti memberikan saran agar pihak Polres lebih sosialisasi kepada masyarakat

Lamongan mengenai aplikasi SOTOLA, berikutnya yaitu lebih mengembangkan aplikasi

agar tampilannya lebih menarik minat masyarakat untuk menggunakan aplikasi tersebut.

Penelitian keempat dari penelitian oleh Musa, 2020 [ CITATION Mus20 \l 1033 ] yang

berjudul “Efektivitas Layanan Darurat Jakarta Siaga 112 dalam Penanganan Kebakaran oleh

UPT. Pusat Data & Informasi Kebencanaan BPBD Provinsi DKI Jakarta. “ yang menjelaskan

bahwa bahwa Efektivitas Layanan Darurat Jakarta Siaga 112 dalam Penanganan Kebakaran

oleh UPT. Pusat Data & Informasi Kebencanaan BPBD Provinsi DKI Jakarta Efektivitasnya

masih rendah, dikarenakan Penyelenggaraan Layanan Darurat Jakarta Siaga 112 dalam

Penanganan Kebakaran yang dilaksanakan oleh UPT. Pusat Data & Informasi Kebencanaan

BPBD Provinsi DKI Jakarta ditinjau dari aspek Pemahaman Kelompok Target (Target

Group) terhadap Program, aspek Ketercapaian Tujuan Program, dan aspek Tindaklanjut

Program. Disarankan harus terus menerus melakukan sosialisasi Layanan Darurat ini kepada

masyarakat, perlu peningkatan komitmen yang tegas dari Kepala 8 SKPD terkait penanganan

kebakaran agar dilapangan semua unit berperan sesuai dengan Standar Operasi Prosedur

(SOP) Penanganan Kebakaran dan diperlukan evaluasi dan tindaklanjut layanan program

yang diadakan berkala 3 bulan sekali.


Penelitian kelima dari penelitian oleh Mutia Riska, 2019 [ CITATION Mut19 \l 1033 ] yang

berjudul : Efektivitas Penerapan E-Government Melalui Sistem E-Tilang Pada Satuan Polisi

Lalu Lintas (SATLANTAS) Polresta Pekanbaru” yang menjelaskan bahwa penggunaan E-

Traffic belum efektif. Terbukti dari masyarakat yang belum sepenuhnya mengetahui sistem

e-tiket, minimnya informasi dari pejabat tentang sistem E-Tilang, dan pemerasan yang masih

dihadapi aparat saat terjadi pelanggaran lalu lintas. Dalam aplikasi E-Tilang, penulis

mencatat beberapa faktor yang menghambat, dari seorang petugas, seringnya terjadi

gangguan jaringan yang menghambat pengiriman denda tilang dan nomor briva kepada

pelanggar. Sedangkan pelanggar kurang sosialisasi terkait dengan sistem E-Tilang dari

pejabat kepada pelanggar sehingga masyarakat masih bingung dengan mekanisme Sistem E-

Tilang, serta buruknya perilaku pelaksana yang terdapat pada retribusi yang ditemukan oleh

pelanggar yang menyebabkan penerapan sistem E - Tilang efektif kembali.

2.2. Landasan Konseptual

2.2.1. Pelayanan Publik

Menurut (UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik) secara normatif, pelayanan

publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan

pelayanan sesuai dengan peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan

penduduk atas barang, jasa, dana tau pelayanan administratif yang disediakan oleh

penyelenggara pelayanan publik.

Adapun pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik Keputusan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 tahun 2003 adalah segala kegiatan pelayanan yang

dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan


penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang–undangan. Menurut

hardiansyah (2011:12) menjelaskan bahwa:

“Pelayanan publik diartikan sebagai pemberi layanan (melayani) keperluan seseorang

ataupun masyarakat yang memiliki kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan

aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

Sedangkan Sinambela dalam Samsara (2013:8) menjelaskan:

“Pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau

kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terkait pada suatu produk

secara fisik”

Berdasarkan berbagai penjelasan diatas tentang pemahaman pelayanan publik memiliki

pandangan yang hampir sama yaitu segala bentuk pelayanan yang telah diberikan oleh

penyelenggara pelayanan publik baik barang, jasa maupun pelayanan administratif itu

merupakan sebagai bentuk tanggung jawab Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Badan

Usaha Milik Negara Maupun Badan Usaha Milik Daerah untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat.

2.2.2. Asas Pelayanan Publik

Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan untuk memberikan kepuasan kepada

masyarakat, untuk mencapai kepuasan tersebut maka diperlukan asas-asas yang dijadikan

sebagai landasan dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Asas-asas dalam penyelenggaraan

pelayanan publik dituangkan dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor 63 Tahun 2003, yang dijabarkan sebagai berikut:


a. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan

disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

c. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap

berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

d. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan

memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

e. Kemanan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, agama, ras, golongan, gender

dan status ekonomi.

f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing -

masing pihak.

Pada setiap komponen asas pelayanan publik memiliki makna yang sangat penting dan

wajib ada dalam instansiinstansi pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan publik, hal

tersebut terjadi agar dalam kegiatan pelayanan dapat dilaksanankan semaksimal dan

seprofesional mungkin.
2.2.3. Prinsip Pelayanan Publik

Dalam mewujudkan pelayanan publik yang baik maka setiap pelayanan harus mengacu pada

suatu prinsip pelayanan yang baik. Menurut Rahmayanty (2010:88), prinsip-prinsip pelayanan

publik:

a. Kesederhanaan, adalah prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan

mudah dilaksanakan.

b. Kejelasan, yang menyangkut: persyaratan teknis dan administrasi pelayanan publik, unit

kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan

penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik.

c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.

d. Standar pelayanan publik, setiap penyelenggara pelayanan publik harus memiliki stndar

pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan.

Standar pelayanan merupakan ukuran yang dilakukan dalam penyelenggaraan pelayanan

publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan/atau penerima pelayanan.

e. Pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik, menurut UU nomor 25 tahun 2009 tentang

“pengawasan penyelenggraaan pelayanan publik dilakukan oleh pengawas internal dan

pengawas eksternal” pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik, dilakukan melalui

pengawasan yang melekat yaitu dilakukan oleh atasan langsung, sesuai dengam ketentuan

peraturan perundang-undangan. Pengawasan fungsional yaitu pengawasan yang dilakukan

oleh aparat pengawasan fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


Pengawasan masyarakat merupakan pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat, berupa

laporan atau pengaduan masyarakat tentang penyimpangan dan kelemahan dalam

penyelenggaraan pelayanan publik.

Dari penjelasan diatas terkait dengan prinsip-prinsip pelayanan publik dapat disimpulakan

bahwa pemerintah yang bertanggung jawab atas pelayanan publik, harus memberikan informasi

terkait dengan prosedur, rincian biaya maupun persyaratan dalam sebuah layanan yang diberikan

oleh pemerintah kepada masyarakat. Selain itu masyarakat sebagai penerima layanan juga

memiliki peran penting dalam suatu pelayanan, salah satunya masyarakat turut ikut serta dalam

mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik. Sehingga pemerintah lebih mudah dalam

melakukan pembaharuan layanan, jika pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan

masyarakat selanjutnya pemerintah juga dapat memberikan pelayanan yang sesuai kebutuhan

masyarakat.

2.2.4. Standar Pelayanan Publik

Pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan publik juga diperlukannya standar pelayanan

pelayanan publik agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Menurut keputusan menteri

pendayahgunaan aparatur negara nomor 63//KEP/M.PAN/7/2003 tentang pedoman umum

penyelenggaraan pelayanan publik, meliputi ;

a. Prosedur pelayanan, prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemeberi dan penerima

pelayanan termasuk pengadaan.

b. Waktu penyelesaian, waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan

sampai dengn penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.


c. Biaya pelayanan, biaya atau tarif pelayanan tarmasuk rinciannya yang dititipkan dalam

proses pemberian pelayanan.

d. Produk pelayanan, hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan

e. Sarana dan prasarana, penyedia sarana dan prasarana pelayanan yang memadai dalam

penyelenggaraan pelayanan publik.

f. Kompetensi petugas pemberi pelayanan, kompetensi petugas pemberi pelayanan harus

ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku

yang dibutuhkan.

Berdasarkan penjelasan diatas maka tujuan dari adanya standar penyelenggaraan

pelayanan publik dalam peraturan perundang-undangan ialah memberikan kepastian hukum dan

menjaga kualitas pelayanan yang diberikan oleh setiap penyelenggara pelayanan publik kepada

masyarakat.

2.2.5. Efektivitas Program

Efektivitas pada dasarnya menunjukan pada taraf tercapainya hasil, sering atau senantiasa

dikaitakan dengan pengertian efisien, meskipun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya,

Efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada

bagaimana cara mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan

outputnya (Siagian, 2001: 24).

Menurut Sejathti (2011), efektivitas merupakan “ketepatgunaan, hasil guna, menunjang

tujuan. Soewarno Handayaningrat dalam Ade Gunawan (2003:2) menyatakan bahwa,

“Efektivitas merupakan pengukuran dalam arti terperincinya sasaran atau tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya”. Ali Muhidin (2009) juga menjelaskan bahwa, Efektivitas juga

berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, tingkat

daya fungsi unsur atau komponen serta masalah tingkat kepuasan pengguna/klien.

Menurut Sondang dalam Othenk (2008:4), efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya,

sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk

menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan

keberhasilann dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan

semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. Sejalan dengan pendapat

tersebut, Abdurrahmat dalam Othenk (2008:7), efektivitas merupakan penfaatan sumber daya,

sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk

menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya. Dapat disimpulkan bahwa efektivitas

berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan

partisipasi aktif dari anggota serta merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang

diinyatakan, dan menunjukna derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil

yang dicapai.

Sedarmayanti (2014) menyatakan bahwa efektivitas berkaitan dengan pencapaian kerja

yang maksimal, artinya pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu.

Dari pengertian-pengertian efektivitas diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah

suata ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kualitas, kuantitas dan waktu) yang telah

dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.

Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari tingkat efektivitas dapat digunakan rumus sebagai

berikut:

Efektivitas = Output Target


a. Jika output actual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama dengan 1 (satu),

maka akan tercapai efektivitas

b. Jika output actual berbanding output yang ditargetkan kurang daripada 1 (satu), maka

efektivitas tidak tercapai.

Dalam Setiyanto et al, (2017) efektivitas dapat dikatakan sebagai sebuah pengukuran dalam

arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan, dimana jika tujuan tersebut telah

dicapai, maka dapat dikatakan efektif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa efektivitas

menunjukkan kemampuan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai standar yang

berlaku.

Menurut Kurniawan dalamNovianti (2018) mendefinisikan efektivitas adalah kemampuan

melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) dari pada suatu organisasi atau

sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya. Sedangkan

Menurut Beni (2016) Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan atau dapat juga

dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dari

organisasi. Efektivitas juga berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor

publik sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh

besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan sasaran yang

telah ditentukan.

Sedangkan menurut Budiani (2007, p. 53) menyatakan efektivitas program ini dapat dilihat

dari variabel-variabel sebagai berikut:

1. Ketepatan sasaran program.


Yaitu sejauhmana peserta program tepat dengan sasaran yang sudah ditentukan

sebelumnya.

2. Sosialisasi program.

Yaitu kemampuan penyelenggara program dalam melakukan sosialisasi program

sehingga informasi mengenai pelaksanaan program dapat tersampaikan kepada

masyarakat pada umumnya dan sasaran peserta program pada khususnya.

3. Tujuan program

Yaitu sejauh mana kesesuaian antara hasil pelaksanaan program dengan tujuan program

yang telah ditetapkan sebelumnya

4. Pemantuan program

Yaitu kegiatan yang dilakukan setelah dilaksanakannya program sebagai bentuk

perhatian kepada peserta program.

Untuk Pengukuran efektivitas menurut Sutrisno 2007, yaitu:

1. Pemahaman Program

dilihat sejauh mana masyarakat (Kota Surabaya) dapat memahami program aplikasi

Jogosuroboyo. Pemahaman Program dapat diukur melalui sub indikator, yaitu :

a. Pengetahuan terhadap program

b. Sumber informasi tentang program

2. Tepat Sasaran

Dilihat dari program Aplikasi Jogosuroboyo melalui kegunaan dan fungsinya apakah

sudah tepat sasaran dan tercapai sesuai kebutuhan dan harapan penerima program. Tepat

Sasaran dapat diukur melalui sub indikator, yaitu :


a. Ketepatan penerima manfaat

b. Kesesuaian program dengan kebutuhan dan harapan penerima program.

3. Tepat Waktu

Dilihat melalui penggunaan waktu untuk pelaksanaan program Aplikasi Jogosuroboyo

yang telah disediakan Polrestabes Surabaya apakah telah sesuai dengan yang diharapkan

sebelumnya. Tepat Waktu dapat diukur melalui sub indikator, yaitu :

a. Kesesuain waktu pelaksanaan dengan rencana yang telah ditetapkan.

b. Keberlanjutan Program

4. Tercapainya Tujuan

Diukur melalui pencapaian tujuan Aplikasi Jogosuroboyo yang telah dijalankan.

Tercapainya Tujuan dapat diukur melauli sub indikator, yaitu :

a. Tercapainya Tujuan

5. Perubahan Nyata

Diukur melalui sejauh mana kegunaan Aplikasi Jogosuroboyo tersebut memberikan suatu

efek atau dampak serta perubahan nyata bagi masyarakat Kota Surabaya. Perubahan

Nyata dapat diukur melalui sub indikator, yaitu :

a. Perubahan kondisi penerima program

b. Manfaat program bagi penerima program

Sedangkan Menurut Muasaroh (2010) untuk mengukur efektivitas suatu program dapat

dilihat dari aspek-aspek sebagai berikut:

1. Keberhasilan Program
Suatu program akan efektif jika suatu tugas dan fungsinya dapat dilaksanakan dengan

baik dan penerima program bisa melakukukan kegiatan dengan baik.

2. Kepuasan Terhadap Program

Suatu program dikatakan efektif jika penerima program merasa puas dengan program

yang diberikan dan rencana ataupun waktu dari program dapat terlaksana dengan

baik.

3. Pencapain Tujuan

Suatu program kegiatan dikatakan efektif dari sudut hasil jika tujuan atau kondisi

ideal program tersebut dapat dicapai.

Menurut Cambel J.P (1989:47), pengukuran efektivitas secara umum dan yang paling

menonjol adalah:

1. Keberhasilan Program

Efektivitas program dapat dijalankan dengan kemampuan operasional dalam

melaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Keberhasilan program dapat ditinjau dari proses dan

mekanisme suatu kegiatan dilakukan di lapangan.

2. Keberhasilan Sasaran

Efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan dengan memusatkan perhatian

terhadap aspek output, artinya efektivitas dapat diukur dengan seberapa jauh tingkat

output dalam kebijakan prosedur dari organisasi untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

3. Kepuasan terhadap Program


Kepuasan merupkan kriteria efektivitas yang mengacu pada keberhasilan program

dalam memenuhi kebutuhan pengguna. Kepuasan dirasakan oleh para pengguna

terhadap kualitas produk atau jasa yang dihasilkan. Semakin berkualitas produk dan

jasa yang diberikan maka kepuasan yang dirasakan oleh pengguna semakin tinggi,

maka dapat menimbulkan keuntungan bagi lembaga.

4. Tingkat Input dan Otput

Pada efektivitas tingkat input dan output dapat dilihat dari perbandingan antara

masukan (input) dengan keluaran (output). Jika output lebih besar dari input maka

dapat dikatakan efisien dan sebaliknya jika input lebih besar dari output maka dapat

dikatakan tidak efisien.

5. Pencapain Tujuan Menyeluruh

Sejauh mana organisasi melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini

merupakan penilaian umum dengan sebanyak mungkin kriteria tunggal dan

menghasilkan penilaian umum efektivitas organisasi.

Sehingga efektivitas program dapat dijalankan berdasarkan dengan kemampuan

operasionalnya dalam melaksankan program yang sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya, secara komprehensif, efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat

kemampuan suatu lembaga untuk mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya (Campbell, 1989:47).

Tabel 2.2 Mapping Teori Efektivitas Program

No Teori Indikator
1 Budiani, 2007 1. Ketepatan Sasaran Program

2. Sosialisasi Program

3. Pencapain Tujuan Program


4. Pemantauan Program
2 Sutrisno, 2007 1. Pemahaman Program, sub indikator :

a. Pengetahuan terhadap program

b. Sumber informasi terhadap program

2. Tepat Sasaran, sub indikator :

a. Ketepatan penerima manfaat

b. Kesesuaian program dengan kebutuhan dan

harapan penerima program.

3. Tepat Waktu, sub indikator :

a. Kesesuaian waktu pelaksanaan dengan rencana

yang telah ditetapkan

b. Keberlanjutan program

4. Tercapainya Tujuan, sub indikator :

a. Tercapainya tujuan

5. Perubahan Nyata, sub indikator :

a. Perubahan kondisi penerima program

b. Manfaat program bagi penerima program


3 Muasaroh, 2010 1. Keberhasilan Program

2. Kepuasan Terhadap Program

3. Pencapaian Tujuan
4 Cambel J.P, 1989 1. Keberhasilan Program

2. Keberhasilan Sasaran

3. Kepuasan Terhadap Program

4. Tingkat input dan output

5. Pencapaian Tujuan Menyeluruh


Berdasarkan tabel mengenai mapping teori indikator efektivitas program, dapat dilihat

bahwa ada 4 indikator menurut Budiani (2007), Muasaroh (2010), Cambel J.P (1989) dan

Sutrisno (2007). Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori Efektivitas Program Menurut

Budiani (2007) dengan 4 indikator yaitu : 1. Ketepatan Sasaran Program, 2. Sosialisasi Program,

3. Pencapaian Tujuan Program, 4. Pemantauan Program.

Menurut peneliti teori tersebut adalah teori yang paling relevan dengan penelitian tentang

menganalisis Efektivitas Program Aplikasi Jogosuroboyo di Polrestabes Surabaya, dan yang

dianggap bisa menjawab masalah yang diteliti Peneliti.

2.3. Aplikasi Jogosuroboyo

Aplikasi Jogosuroboyo merupakan sebuah terobosan dalam memberikan pelayanan

untuk warga surabaya. Aplikasi tersebut merupakan sebuah aplikasi berbasis androd yang di

dalamnya terdiri dari berbagai macam menu aplikasi mulai dari pembuatan SKCK Online , SIM ,

dan layanan Kepolisian lainnya ( Layanan E-SPKT, Layanan Satreskris, Layanan Satlantas,

Layanan Sabhara, Layanan Intelkam, Layanan Satnarkoba, Layanan Binmas ) selain layanan

Kepolisian diatas pada Aplikasi Jogosuroboyo juga dilengkapi dengan tombol Panic Button,

tombol Panic Button dapat digunakan jika terjadi kejadi kejahatan jalanan maupun keadaan

darurat lainnya yang berhubungan dengan kepolisian. dengan adanya aplikasi Jogosuroboyo

warga surabaya secara otomatis dimudahkan dalam segala bentuk kegiatan yang berhubungan

dengan layanan kepolisian, dalam hal ini layanan polrestabes surabaya.

Aplikasi Jogosuroboyo saat ini hanya dapat digunakan pada system operasional versi

android, dan direncanakan akan ada pengembangan versi selanjutnya dalam bentuk aplikasi

Versi Iphone (IOS). selain merupakan nama sebuah aplikasi , Kapolrestabes Surabaya juga
membentuk sebuah group Komunitas dalam bentuk Group Media Sosial. Group tersebut juga

menggunakan nama Jogosuroboyo.  Dengan begitu warga surabaya akan lebih dimudahkan

lagi dalam memberikan informasi dan sharing informasi. karena dengan Group tersebut

Warga Surabaya bisa secara otomatis posting kejadian kejadian di wilayah surabaya.

2.4. Kerangka Konsep

UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik

Program Aplikasi Jogosuroboyo

Pengukuran Efektivitas , Budiani, 2007:

1. Ketepatan Sasaran Program

2. Sosialisasi Program

3.Pencapaian Tujuan Program

4. Pemantauan Program

Pelayanan Prima

2.5. Definisi Konsep


Menurut Bahri (2008:30) pengertian konsep adalah satuan arti mewakili sejumlah objek

yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi

terhadap objek-objek yang dihadapi sehingga objek-objek ditempatkan dalam golongan

tertentu. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata (lambang Bahasa).

Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui bagaimana Efektivitas Program Aplikasi

Jogosuroboyo di Polrestabes Surabaya.

Penulis berpedoman pada teori yang dikemukakan oleh Sedangkan menurut Budiani

(2007, 53) menyatakan efektivitas program ini dapat dilihat dari variabel-variabel sebagai

berikut:

1. Ketepatan sasaran program.

Yaitu sejauhmana antusiasme masyarakat Kota Surabaya dengan adanya aplikasi

Jogosuroboyo ini, apakah jumlah pengguna aplikasi Jogosuroboyo sudah sesuai dengan

target pengunaan aplikasi Jogosuroboyo yang sudah ditentukan sebelumnya.

2. Sosialisasi program.

Yaitu kemampuan Polrestabes Surabaya dalam melakukan sosialisasi Aplikasi

Jogosuroboyo sehingga informasi mengenai fungsi dari Aplikasi Jogosuroboyo dapat

tersampaikan kepada masyarakat Kota Surabaya pada umumnya yang dimana mereka

adalah sasaran program Aplikasi Jogosuroboyo.

3. Tujuan program

Yaitu sejauh mana Efektivitas kebutuhan masyarakat Kota Surabaya dengan Polrestabes

Surabaya dengan adanya Aplikasi Jogosuroboyo. tujuan dari adanya Aplikasi

Jogosuroboyo adalah untuk mempermudah akses masyarakat Kota Surabaya dengan

Polrestabes Surabaya.
4. Pemantuan program

Yaitu kegiatan yang dilakukan Polrestabes Surabaya disaat mendapat laporan melalui

Aplikasi Jogosuroboyo, Polrestabes Surabaya dapat menanggapi laporan yang masuk

sesuai dengan SOP yang berlaku sesuai dengan laporan yang masuk.

Anda mungkin juga menyukai