STB. : 3354
STB. : 3354
i
LEMBAR BERITA ACARA UJIAN SKRIPSI
DEWAN PENGUJI
ii
HALAMAN PENGESAHAN HASIL SIDANG SKRIPSI
DEWAN PENGUJI :
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 29 November 2021
Mengetahui,
Direktur Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini tidak
sesuai dengan kenyataan, maka saya bersedia menaggung sanksi yang akan
dikenakan kepada saya termasuk pencabutan gelar yang nanti saya dapatkan.
Elang Suryandaru
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Dibuat di : Semarang
Pada tanggal : 3 November 2021
Yang menyatakan
Elang Suryandaru
v
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
Correctional Institutions is an intitutions that carry out duties and function which
include conducting coaching programs for prisoners which is a pattern to restore
the rifts that occur between prisoners and the community so that later prisoners
can be accepted back into society and can also participate actively in society, one
way to restore the rifts by fulfilling the rigths of prisoners, that is the parole
program. With conditions in Indonesia being affected by the COVID-19
pandemic, the government issued a regulation regarding the implementation of
the parole program during the COVID-19 pandemic. The purpose of this study
was to determine the implementation of granting parole to general criminal
prisoners and the factors that became obstacle during the COVID-19 pandemic in
Lapas Klas I Semarang. This study used a qualitative method conducted at the
Class I Prison in Semarang. Researcher took the data with observation,
interviews, and documentation techniques. The informants of this research are the
general criminal convicts, who participate in the parole program, adn the
correctional officers who are involved. The results of the study show that the
officers providing parole program services run optimally based on indicators of
the quality of public services, which are; Reability, Responsivenes, Assurance,
Empathy, Tangibles. The mechanism is carried out in accordance with applicble
rules and the SOP’s. The implementation of the Correctional Observer Team
session which was carried out inderictly face to face was aimed to avoiding
crowds and the spreads of COVID-19. However, there are some problems, that
the inmate’s executioner prosecutor does not immediately submit the documents
of the implementation of the court’s decision, the administrative’s requirements
for the parole program, and the other problem is the implementation of the TPP
trial which has not been effective because the members of the trial do not know
directly, how the convicts being tried look like.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dalam
rangka salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan
Pemasyarakatan (S.Tr.Pas) .
Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan Skripsi ini banyak pihak
yang telah memberikan dorongan baik moral maupun spiritual. Oleh karena itu,
izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Rachmayanthy,Bc.IP.,S.H.,M.Si. selaku Direktur Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan.
2. Bapak Mitro Subroto, Bc.IP., S.I.P., M.Si. selaku Kepala Program Studi
Teknik Pemasyarakatan.
3. Bapak Markus Marselinus Soge, S.H., M.H. selaku Pembimbing dalam
penyusunan Skripsi.
4. Bapak Supriyanto, Bc.IP., S.Pd. selaku Plt. Kepala Divisi
Pemasyarakatan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa
Tengah sekaligus Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang.
5. Bapak/Ibu Dosen Politeknik Ilmu Pemasyarakatan yang telah banyak
memberikan bekal ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada penulis.
6. Pembina Politeknik Ilmu Pemasyarakatan yang senantiasa membina
dan memberikan pengasuhan.
7. Keluarga besar Lemabaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang yang
senantiasa menerima dan membantu dari pelaksanaan magang dan proses
pembuatan skripsi.
8. Kedua Orang tua penulis, Badarjo dan Rochi Chayatun yang senantiasa
memberikan doa serta dukungan selama pendidikan.
9. Rekan-rekan seperjuangan Taruna Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan Angkatan 52 Dhira Nagara Danadyaksa, terimakasih atas
semua kebersamaan dan kerja sama selama di POLTEKIP.
10. Adik-adik Taruna Politeknik Ilmu Pemasyarakatan terimakasih atas
semua kebersamaan dan kerjasama selama di Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan.
viii
11. Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya
satu- persatu.
Penulis menyadari di dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan selanjutnya.
Akhirnya penulis berharap semoga penulisan Skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis, akademis, dan juga bagi kita semua.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
x
2. Struktur Organisasi UPT ...................................................................................... 29
B. Implementasi Pemberian Pembebasan Bersyarat bagi narapidana pidana umum
pada masa pandemi COVID-19 di Lapas Klas 1 Semarang. ........................................ 38
C. Faktor kendala dalam implementasi pemberian Pembebasan Bersyarat bagi
narapidana pidana umum pada masa Pandemi COVID-19 di Lapas Klas 1 Semarang.49
BAB V ................................................................................................................... 51
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 51
B. Saran ...................................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 53
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah suatu negara dengan berdasarkan atas hukum, dan tidak
berdasarkan atas suatu kekuasaan belakang. Negara Republik Indonesia
mengandung maksud sebagai negara hukum dengan sistem demokratis yang
berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, terus menjunjung
tinggi hak asasi manusia, serta dapat menjamin semua warga negara bersama
penduduknya di dalam hukum dan sistem pemerintahan dan yang diterapkan
tanpa kecuali. begitu juga yang diterapkan di dalam Lembaga Pemasyarakatan
yang didalamnya terdapat para pelanggar hukum yang diperlakukan sama rata dan
tidak membeda bedakan antara yang lainnya. para pelanggar hukum harus dilihat
dari sudut pandang subjek dan tidak sebagai objek hukum.
1
warga di tengah masyarakat yang berguna” dari situ bisa dilihat bahwa
menjatuhkan pidana bukanlah penindakan untuk balas dendam dari Negara
kepada para pelaku pidana. Seseorang akan tobat dengan ikhlas bukan dengan
penyiksaan tetapi dengan bimbingan yang diberikan. Terpidana yang terbukti
melakukan kejahatan juga tidak dijatuhi penyiksaan hanya pidana hilang
kemerdekaan dalam dirinya. Negara telah menjatuhkan pidana hilang
kemerdekaan bagi para terpidana dan pada waktunya tiba Negara akan
mengembalikan terpidana tersebut ke dalam masyarakat untuk menjadi manusia
yang seutuhnya dan dapat berguna kembali di tengah masyarakat sekitarnya.
2
menjunjung hak asasi manusia dan dan tidak sejalan dengan tujuan negara yaitu
Pancasila.
3
program pembinaan dengan mengintegrasikan narapidana dalam sistem
pemasyarakatan.
4
pemberian pembebasan bersyarat bagi narapidana yang sudah berjalan selama ini
merupakan bentuk kinerja dan usaha dalam mewujudkan tujuan sistem
pemasyarakatan di Indonesia
5
adanya bukti data yang ada pada bulan April 2020 semenjak dari kebijakan
tersebut dikeluarkan dari 38.882 narapidana hanya 0,12% (persen) yang
melakukan kejahatan kembali sehingga awal pro kontra yang terjadi hanyalah
asumsi masyarakat yang belum begitu paham terkait tersebut. Narapidana tidak
semata-mata dibebaskan begitu saja tetapi ada syarat dan prosedur yang harus
dipenuhi untuk mendapatkan hak tersebut. Dinilai kebijakan tersebut berjalan
dengan baik, kemudian pemerintah melalui Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia memperbarui kebijakan dalam penangan COVID-19 tersebut yaitu
Permenkumham Nomor 32 Tahun 2020 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian
Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat Bagi
Narapidana dan Anak Dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan
Penyebaran COVID-19.
6
Dari data yang didapat dari Seksi Bimkemas Lembaga Pemasyarakatan
Klas 1 Semarang pada tahun 2020, telah melaksanakan Pembebasan Bersyarat
kepada narapidana sebanyak 284 orang, disetiap bulannya ada kenaikan dan
penurunan yang tak menentu. Pada pelaksanaan pemberian pembebasan bersyarat
bagi narapidana kategori kasus pidana umum pada bulan Januari sampai Maret
tahun 2021 sebanyak 15 orang narapidana. Pelaksanaan pemberian PB pada tahun
2020 dan bulan Januari-Maret 2021 belum adanya laporan dari Balai
Pemasyarakatan (Bapas) terkait klien yang melakukan pelanggaran atau gagal
melaksanakan Pembebasan Bersyarat.
B. Rumusan Masalah
7
2. Apa saja faktor kendala dalam implementasi pemberian Pembebasan
Bersyarat bagi narapidana pidana umum pada masa Pandemi COVID-19
di Lapas Klas 1 Semarang?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
8
gambaran implementasi pelaksanaan pemberian Pembebasan Bersyarat
kepada narapidana pidana umum di masa Pandemi COVID-19.
E. Asumsi
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Literatur Review
1. Tinjauan Yuridis Terhadap Efektifitas Prosedur Pemberian Pembebasan
Bersyarat Secara Online (System Database Pemasyarakatan) (Ahmad
Syaifuddin, 2019)
Dalam Proses Pembinaan Narapidana Penelitian ini di tulis oleh Ahmad
Syaifudin pada tahun 2009 di Lembaga Pemasyaralatan Kendal. Skripsi ini
meneliti tetang bagaimanan Pemberian PB secara Online bagi narapidana,
keefektifan pemberian PB secara online serta kendala dan solusi yang dihadapi
ketika melaksanakan pengajuan PB secara online menggunakan Syste database
Pemasyarakatan. (Ahmad Syaifuddin, 2019)
10
Narapidanan Residivis kasusu Narkotika yang di mana Pembebasan Bersyarat
terhadap narapidana kasus narkotika dilaksanakan dengan syarat administrasi
dan proses pembinaan dilihat dari sudut pembinaan dan rehabilitasi terhadap
narapidanan residivis kasusu narkotika.
Dalam proses pelaksanaannya jurnal ini membahas tentang syarat
administrasi yang diperlukan dalam melakukan proses pembebasan bersyarat
terhadap narapidana yang melakukan pengulangan tindak pidana atau residivis
kasus narkotika di Rutan Kelas IIB Sigli yang harus dipenuhi syaratnya sesuai
yang tercantum dalam Pasal 7 Permenkumham RI Nomor M.2.PK.04-10
Tahun 2007 tentang Syarat dan tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat. Selain itu Jurnal ini juga
membahas tentang narapidana residivis kasus narkotika di Lapas Kelas IIB
Kota Sigli mendapatkan upaya pembinaan dan rehabilitas apakah sesuai
dengan standar yang ditetapkan. Dari sini penulis dapat melihat upaya
pembinaan serta rehabilitasi yang di laksanakan Rutan Kelas IIB Kota Sigli
sangat memadai mulai dari pembinaan dibidang agama sampai pembinaan
dibidang keterampilan yang mungkin berguna nantinya bagi narapidana
residivis kasus narkotika bila kembali ke lingkungan masyarakat. Dengan
demikian penulis akan mengamati prosedur pemberian Pembebasan bersyarat
yang berbeda, yaitu pemberian pembebasan bersyarat kepada narapidana
pidana umum pada masa pandemi COVID-19.
B. Landasan Teori
1. Teori Utilitarian
Pengertian Utilitarianism menurut John Stuart Mill yaitu sebuah bentuk
paham etis atau perbuatan etis yang memiliki pendapat bahwa suatu yang baik
adalah yang bermanfaat, baik, menguntungkan bagi diri sendiri dan orang lain
dalam perbuatan. Utilitarianism adalah teori yang menyatakan bahwa suatu
tindakan (atau aturan, institusi, dll.) Benar sejauh mengarah pada utilitas total
yang lebih besar daripada alternatif apa pun. Ini adalah contoh utama teori moral
konsekuensialis, yaitu teori yang menyatakan bahwa hanya konsekuensi X yang
menentukan kebenaran atau kesalahan X. Utilitas - utilitarian yang baik berusaha
untuk memaksimalkan - dapat dipahami dengan berbagai cara. Secara tradisional,
sudah diberi makna hedonistik. Utilitas dan disutilitas pada pemahaman ini
12
mengacu pada kondisi pikiran kesenangan dan rasa sakit. Yang lain telah
memahami utilitas sebagai pemenuhan keinginan atau kepuasan preferensi. Hari
ini, banyak yang telah menetap untuk label “kesejahteraan” yang agak inklusif,
yang merupakan istilah yang akan saya gunakan secara bergantian dengan utilitas.
Kesejahteraan mengacu pada hal atau hal-hal yang meningkatkan kesejahteraan
seseorang. Semakin banyak kesejahteraan yang dimiliki seseorang, semakin baik
dari dia. Seorang utilitarian akan mengatakan bahwa tindakan yang benar secara
moral adalah tindakan yang, di antara alternatif, mengarah ke jumlah terbesar total
kesejahteraan di antara makhluk yang relevan secara moral. Teori utilitarian akan
menghukum akibatnya mengatakan bahwa hukuman dibenarkan selama itu
mengarah ke utilitas total yang lebih besar dari pada alternatif lebih sejahtera
daripada alternatif (Duus-Otterström, 2019).
Ini jelas memiliki konsekuensi untuk bagaimana kita berpikir tentang
hukuman. Utilitarianism adalah teori egaliter meskipun dapat dibenarkan hasil
yang sangat tidak setara. Pada tahap input kalkulus utilitas tidak ada diskriminasi:
setiap makhluk yang relevan secara moral dimasukkan, dan utilitas seseorang pada
prinsipnya tidak dianggap lebih penting daripada utilitas dari yang lain (Duus-
Otterström, 2019).
Jika utilitarian membuat pilihan antara hukuman dan perawatan pada
dasarnya faktual alasan, retributivists tentu berkomitmen pandangan bahwa
hukuman harus melibatkan kerugian. Tidak ada pengamatan empiris tentang
efisiensi kerusakan dapat mengubah ini, karena ini merupakan persyaratan
normatif bahwa pelaku kesalahan mengalami rasa sakit dan kekurangan. Selain
itu, retributivist berpendapat bahwa hukuman harus memiliki nada emosional
tertentu (Sawczyn, 2018).
Dalam konteks ini teori utilitarian digunakan dalam melakukan perawatan
para WBP yang telah melakukan kejahatan, dengan tetap menggunakan teori
retributive dimana dilakukan penjatuhan pidana atas dasar hukuman atas kejahatan
yang telah dilakukan.
Kondisi di Lapas saat ini Hukuman tidak memenuhi tujuan utilitarianism:
untuk memaksimalkan konsekuensi yang baik bagi mayoritas masyarakat. Itu
tidak mencegah kejahatan dengan menciptakan tahanan yang lebih disiplin tetapi
13
menciptakan tahanan yang lebih rentan terhadap kekerasan dan kemarahan. Yang
negatif hasil untuk semua kelompok yang terlibat jauh lebih besar daripada yang
positif, yaitu kebalikan dari tujuan utilitarianism dimana masih banyak hukuman
tidak memanusiakan tahanan dan tidak proporsional dengan kejahatan seperti
kurungan isolasi sangat menghukum seseorang secara psikologis dan fisik, yang
menyebabkan efek abadi yang tidak dibenarkan melalui dua teori filosofis utama
tentang hukuman (Sawczyn, 2018).
Sedangkan tujuan retributivism: untuk memperbaiki tindakan yang salah
sementara menghormati pilihan otonom orang tersebut untuk melakukan
kejahatan. Tujuan dari hukuman utilitarian dan retributivist (maksimum positif
hasil, keamanan, rasa hormat, dan proportionalities) (Sawczyn, 2018).
14
selanjutnya yaitu tugas pemberdayaan yang memiliki peran untuk meningkatkan
kualitas dari kemanusiaan dan kemasyarakatan yang ada.
Melihat dalam Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik pada pasal 1 ayat 1 “bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administrative”. Menurut Dwiyanto (2008) dalam
buku yang ditulisnya yang berjudul “ Mewujudkan Good Governance Melalui
Pelayanan Publik” mendapatkan hasil ada suatu hal yang menjadi pertimbangan
yaitu mengapa pelayanan public bisa dijadikan suatu titik yang strategis dalam
proses awal pengembangan good governance di Negara Indonesia, pelayanan
public memiliki dan atau melibatkan unsur unsur yang ada dalam pemerintahan.
Pemerintah bisa menjadi representasi suatu negara, masyarakat juga memiliki
peran yang penting dan menjadi dari bagian penyelenggaraan dalam proses
pelaksanaan pelayanan publik dan harus memberikan suatu pelayanan publik yang
sesuai dengan peraturan yang sudah berlaku.
Untuk menyiapkan sebuah pelayanan publik yang berkualitas dan sesuai
harapan, harus berdasarkan pada sistem yang memiliki karakteristik atau pada ciri
ciri tertentu. Menurut Fitzsimmons dalam Sedarmayanti, pelayanan publik
merupakan sesuatu hal yang kompleks, sehingga dalam mengukur kualitas dari
pelayanan publik dapat melihat dari lima indikator, yaitu :
a. Reability, merupakan sebuah kinerja untuk memberikan pelayanan secara
benar dan tepat
b. Responsivenes, adalah suatu keinginan dan kesadaran untuk memberikan
bantuan dan melayani pelayanan secara efektif.
c. Assurance, sebuah wawasan atau pengetahuan, tingkah laku atau kesopanan,
kepercayaan diri dalam memberikan pelayanan.
d. Empathy, kemampuan atas kesadaran untuk melakukan pendekatan dan
memberikan sebuah perlindungan dan melakukan usaha untuk dapat
mengetahui keinginan dari pelanggan.
e. Tangibles, sebuah kerapian atau penampilan dari pegawai dan fasilitas fisik
lainnya, seperti peralatan untuk menunjang pelayanan.
15
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik perlu adanya keterlibatan
masyarakat yang optimal, masyarakat melakukan fungsi kontrol untuk membantu
bagaimana pelayan publik berjalan dengan sebagaimana mestinya. Pengetahuan
dan kesadaran masyarakat mengenai peran apa yang dibutuhkan dalam melakukan
pelayananan public contohnya seperti hak serta kewajiban dari masyarakat, dan
harus memenuhi kewajiban atas ketentuan yang diatur dan tercantum sesuai
standar penyelenggaran pelayanan publik dan mematuhi aturan terkait. Peran
masyarakat dalam pengawasan penyelenggaran pelayanan publik diatur dalam
Undang-Undang Normor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik pasal 35 ayat
(3) huruf a yang yang berbunyi “Masyarakat dapat melakukan aduan atau
menyampaikan laporan sebagai bentuk pengawasan”, hal ini menjelaskan bahwa
masyarakat dapat melakukan pengaduan atau pelaporan apabila penyelenggaran
pelayanan public yang di laksanakan dan diselengarakan tidak sesuai dengan
aturan yang berlaku dalam pelaksanaan pelayanan public terhadap masayarakat.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Desain Penelitian
Penelitian yang telah di lakukan sebelumnya oleh peneliti kali ini adalah
penelitian dengan menggunakan metode penelitian Kualitatif Deskriptif. Pada
Penelitian Kualitatif Deskriptif adalah dengan menggunakan desai deskriptif
17
kualitatif. Penelitian ini berfokus pada suatu aspek atau objek yang dianggap
menarik dan ingin diteliti sebagai suatu kasus. Data dalam studi ini dapat
dikumpulkan menggunakan data semua pihak yaitu data baik secara primer dan
sekunder. Dengan demikian studi ini bisa dibilang disusun menggunakan berbagai
berbagai sumber yang ada. (Nawawi, 2003:1).
Mudjia Raharji, 2017 hal 14-20 menjelaskan tentang langkah langkah yang
bisa dilakukan dalam melakukan penelitian :
a. Menentukan Tema, Topik, dan Kasus. Pada langkah awal seorang peneliti
harus yakin dalam memilih suatu kasus yang ingin diteliti dan merupakan
salah satu bagian dari suatu “Body of knowledge” yang dipelajari.
c. Merumuskan fokus dan masalah yang akan diteliti. Langkah ketiga adalah
yang sangat penting yaitu kita sebagai peneliti mencari dan menemukan
rumusan masalah yang akan dimasukkan ke dalam penelitian . tahap ini harus
dibuat agar penelitian bisa fokus dan mengalah dalam suatu kasus yang akan
diteliti.
d. Mengumpulkan data. Pada tahap ini perlu juga dilakukan karena menyangkut
akan hasil dan mempengaruhi hasil yang akan diteliti. Data penelitian yang
digunakan bisa berupa studi kasus yang meliputi banyak teknik, seperti,
observasi , dokumentasi, dan wawancara.
18
f. Mengelola data. Pada tahap ini setelah data yang didapatkan bisa dianggap
baik dan sempurna, seorang peneliti bisa melaksanakan pengolahan data,
yaitu melakukan kroscek dengan kebenaran data, melakukan coding
(penyandingan), mengkategorikan (mengklasifikasikan) data, menyusun data,
melihat dan mengecek jawaban serta wawancara yang kurang sempurna.
Pada tahap ini bisa dilakukan dengan tujuan agar mempermudah peneliti
dalam menggunakan data yang didapatkan.
C. Sumber Data
Sumber data yang diambil dikumpulkan dengan teknik yang terbagi
menjadi dua, agar penulis mendapatkan hasil yang objektif, yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah suatu data yang didapatkan langsung oleh
informan yang berada di Lapas ketika melaksanakan penelitian
(Semiawan, 2017). Data yang didapat dengan cara melaksanakan suatu
pengamatan dan juga dengan cara wawancara langsung.
Data primer yang diperoleh dari lapangan khususnya dari Lapas Kelas
I Semarang berupa tanggapan atau pendapat narasumber atau informan baik
narapidana maupun petugas, narapidana kasus pidana umum dan petugas
yakni Kepala Seksi Bimkemas dan staff Bimkemas.
19
2. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan oleh penulis dalam penelitian ini dengan
mendapatkan sumber pendukung yang diambil dari studi literatur, buku yang
terkait, internet yang tebukti kebenarannya, artikel pada jurnal dan prosiding,
tulisan yang berhubungan dan sejalan dengan masalah yang diteliti, serta
dikuatkan dengan berbagai teori dan konsep pelayanan publik serta yang
berhubungan dengan pemberian pembebasan bersyarat bagi narapidana, serta
peraturan perundang-undangan(Semiawan, 2017).
Digunakan data sekunder, yaitu data yang didapatkan dan diperoleh
dari bahan tertulis berupa dokumen atau surat resmi dan surat keputusan
pembebasan bersyarat yang diberikan narapidana serta peraturan perundangan
yang terkait.
1. Observasi
Observasi yang biasa disebut pengamatan adalah salah satu teknik
pengumpulan sumber data untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara
pengamatan dan pengindraan kepada kegiatan yang dilakukan para
responden dalam aktivitas kehidupannya (Semiawan, 2017).
Observasi akan dilaksanakan di Lapas Kelas I Semarang dengan
melihat pelaksanaan pemberian pembebasan bersyarat yang diikuti oleh
narapidana pidana umum yang akan dilakukan sebelum pelaksanaan
penelitian dimulai.
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan yang memeiliki tujuan agar
memperoleh keterangan atau informasi dengan apa yang diteliti (Wijaya,
20
2018) dalam melaksanakan penelitian kualitatif, teknik wawancara
merupakan hal yang terpenting dikarenakan dalam melakukan penelitian
ini penulis akan mewawancarai responden secara mendalam dan langsung
guna memperoleh data.
Wawancara akan dilakukan dengan petugas Seksi Bimkemas dan
petugas yang terkait dalam pelaksanaan pemberian pembebasan bersyarat
serta narapidana pidana umum.
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan cara dokumentasi adalah salah satu
cara pengumpulan sumber data berupa arsip-arsip yang diperlukan,
peninggalan data tertulis, dan buku-buku terkait tentang pendapat, serta
berbagai rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian
(Wijaya, 2019). Teknik ini merupakan hal yang diperlukan dikarenakan
dokumentasi merupakan suatu data pendukung dalam melakukan penelitian
guna menguatkan kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian.
Dokumentasi yang akan penulis kumpulkan berupa kegiatan setiap
prosedur dan proses pelaksanaan pemberian pembebasan bersyarat serta data-
data arsip yang terkait dengan program pemberian pembebasan bersyarat
khususnya terhadap narapidana pidana umum.
Tujuan dari melakukan analisis data adalah agar data yang diperoleh dapat
lebih mudah untuk disampaikan dan dipahami serta lebih mudah untuk mengambil
21
dan menarik kesimpulan penelitian. Hal ini dilakukan dengan dasar yaitu suatu
pengujian dan pendugaan dari hipotesis yang sudah dibuat (Rijali,2019).
1. Pengumpulan Data
2. Reduksi Data
3. Penarikan Kesimpulan
Pada tahap ini data yang sudah di dapatkan dan di oleh dengan tahap
tahap sebelumnya kemudian diambil kesimpulan yang secara kritis dengan
menggunakan metode induktif yang didapatkan dari suatu hal yang bersifat
22
khusus untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang lebih objektif. Ketika
sudah mendapatkan kesimpulan kemudian dapat melakukan verifikasi dengan
melihat kembali hasil sebelumnya yaitu hasil reduksi dan display data
sehingga penarikan kesimpulan tidak melenceng dan mengarah ke arah yang
berbeda dari yang diinginkan.
A. Jadwal Penelitian
Sebelum menentukan judul penelitian, penulis telah melakukan observasi
langsung pada bulan Februari 2021, kemudian penulis mengidentifikasi masalah
terkait Pembebasan Bersyarat di Lapas Kelas I Semarang selama pandemi
COVID-19. Lalu pada minggu keempat bulan Februari 2021 penulis mengajukan
judul ke Dosen Pembimbing Proposal Skripsi yang telah ditentukan. Selanjutnya
pada bulan Maret hingga April penulis melakukan penyusunan proposal,
dilanjutkan pada minggu pertama bulan Mei 2021 penulis melaksanakan Seminar
Proposal Skripsi. Kemudian penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 7 Juni
2021 sampai dengan tanggal 9 Agustus 2021.
23
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
25
Tabel 4.1. Data Isi Lapas Kelas I Semarang Per. Tanggal 30 September
2021
BI 0 24 1140 16 1180
B II a 0 7 28 0 35
B II b 0 0 1 0 1
NARAPIDANA
B III 0 0 24 1 25
SH 0 0 15 1 16
PM 0 0 6 1 7
AI 0 0 6 0 6
A II 0 7 33 0 40
TAHANAN A IV 0 4 19 0 23
AV 0 0 16 0 16
26
Kegiatan pembinaan di Lapas Semarang meliputi :
1. Pembinaan Kepribadian
a. Upacara Kesadaran Nasional
b. LKBB (Latihan Keterampilan Baris Berbaris)
c. Pembinaan kerohanian
d. PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Mengajar/Kejar Paket)
e. Kesenian melalui gamelan, ketoprak, seni tari (karawitan)
f. Kesenian rebana/marawis
g. Kesenian lukis
h. Kesenian musik (band dan paduan suara)
i. Membaca buku (perpustakan)
j. Olahraga (volley, futsal, badminton, tenis lapangan, tenis meja,
fitness,dsb)
k. Pramuka
2. Pembinaan Kemandirian
a. Bengkel perkayuan
b. Kerajinan kerupuk
c. Kerajinan tempe
d. Pembuatan cuttonbud
e. Pembuatan sol sepatu
f. Pembuatan kursi rotan
g. Pembuatan keset
h. Pembuatan kain batik
i. Kerajinan kaligrafi
j. Jasa cuci dan setrika (laundry)
k. Jasa potong rambut
l. Jasa las listrik
m. Penjahitan, sablon, dan border
n. Kerajinan tangan (handy craft)
o. Pertanian dan perkebunan
p. Produksi es batu
q. Budidaya perikanan
27
r. Pembuatan kasur, bantal dan guling dakron
Visi :
Menjadi lembaga yang akuntabel, transparan dan profesional
dengan didukung oleh petugas yang memiliki kompetensi tinggi yang
mampu mewujudkan tertib pemasyarakatan.
Misi :
1. Mewujudkan tertib pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
pemasyarakatan secara konsisiten dengan mengedepankan
penghormatan terhadap hukum dan hak asasi manusia.
2. Membangun kelembagaan yang profesional dengan berlandaskan
akuntabilitas dan transparansi dalam pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi pemasyarakatan.
3. Mengembangkan kompetensi dan potensi sumber daya petugas
secara konsisten dan berkesinambungan.
4. Mengembangkan kerjasama dengan mengoptimalkan keterlibatan
stakeholder.
Motto :
Lapas Kedungpane BERTEMAN (Bersih, Tertib, Aman, Nyaman)
28
Gambar 4.2 . Struktur Organisasi Lapas Klas I Semarang
29
2) Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan
Terdiri dari regu 4 regu yang tiap regunya berjumlah 17 orang, dimana tugas
rutinnya adalah pengawasan dan pengamanan terhadap WBP. Adapun
tugas-tugas lainnya yaitu:
a) Petugas penjagaan, dan staf KPLP melaksanakan tugas rutin sehari- hari
yaitu membuat laporan harian.
b) Menyusun rencana kerja bidang KPLP.
c) Menetapkan buku asimilasi kerja luar tembok.
d) Menyiapkan buku laporan kegiatan tugas regu pengamanan.
e) Menyiapkan permohonan kebutuhan sarana pengamanan, ATK, alat
pertanian dan alat kebersihan.
f) Menyiapkan buku laporan kegiatan pelaksanaan tugas di rumah sakit.
g) Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan penggeledahan
blok/kamar-kamar hunian.
h) Melaksanakan penggeledahan insidentil bersama regu pengamanan.
i) Menyiapkan berita acara penggeledahan dan penyerahan barang bukti
hasil penggeledahan.
j) Menetapkan berita acara serah terima kunci peti pengamanan.
k) Mengikuti sidang TPP bersama tim.
l) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas penjagaan pengamanan dan
ketertiban sesuai jadwal tugas agar tercapai keamanan dan ketertiban di
lingkungan Lembaga Pemasyarakatan.
30
e) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas ketata usahaan kepegawaian,
keuangan, perlengkapan dan kerumah tanggaan sesuai ketentuan dan
peraturan yang berlaku dalam rangka pelayanan administratif dan
fasilitatif Lembaga Pemasyarakatan.
31
viii. Memeriksa dan meneliti pembayaran atas tagihan beban anggaran
belanja rutin.
ix. Memeriksa dan meneliti laporan bulanan, triwulan, semester dan tahunan
Sub Bagian Keuangan.
c) Kepala Sub Bagian Umum
i. Membuat program kerja Sub Bagian Umum.
ii. Memeriksa dan meneliti pengiriman surat keluar dan penyampaian
informasi keluar.
iii. Memeriksa dan Meneliti pengelolaan surat masuk dan keluar.
iv. Memeriksa dan meneliti tata kelola kearsipan, dokumentasi dan
pemeliharaan dokumentasi.
v. Membuat konsep surat-surat dinas Sub Bagian Umum.
vi. Membuat konsep jadwal tugas petugas kendaraan dinas (darat dan laut)
vii. Membagi tugas dan menyelenggarakan pemeliharaan alat
perlengkapan kantor.
viii. Membagi tugas dan menyelenggarakan pemeliharaan jaringan
listrik,air, telepon dan bangunan.
ix. Membuat laporan dan meneliti berkas tagihan pemeliharaan alat
perlengkapan kantor.
x. Membuat laporan dan menyelenggarakan administrasi biaya
pemeliharaan kendaraan dinas.
xi. Membagi tugas dan mengkoordinasikan inventarisasi barang,
SIMAK BMN serta persediaan.
xii. Membuatlaporan dan mengajukan rencana anggaran
biaya(air,listrik,telpon,genset,kendaraan dinas dan bangunangedung).
xiii. Menyusun, membuat, meneliti dan memeriksa laporan bulanan sub
bagian umum.
xiv. Mengikuti sidang TPP bersama Tim.
32
4) Kepala Bidang Pembinaan Narapidana
a) Menyusun rencana kerja bidang pembinaan.
b) Menetapkan buku asimilasi kerja luar tembok.
c) Menyiapkan sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan.
d) Menyiapkan usul Pembebasan Bersyarat.
e) Menyiapkan usulan remisi umum, remisi khusus, remisi perubahan
pidana.
f) Menetapkan buku-buku register Warga Binaan Pemasyarakatan.
g) Menyiapkan surat permohonan pembuatan litmas, ada/tidaknya
perkara lain, perminataan D2, surat rujukan dokter lapas.
h) Menyiapkan laporan bulanan bidang pembinaan.
i) Mengkoordinasikan pelaksanaan registrasi, statistic, dokumentasi,
pembinaan mental/rohani dan fisik serta perawatan kesehatan
Narapidana/ tahanan sesuai peraturan dan prosedur yang berlaku dalam
rangka kelancaran pelaksanaan tugas pemasyarakatan.
Kabid Pembinaan membawahi 3 bagian, yaitu :
a) Kepala Seksi Registrasi
i. Menyusun dan membuat rencana kerja Seksi Registrasi.
ii. Memeriksa dan meneliti entri data Sistem Database Pemasyarakatan
(SDP).
iii. Memeriksa dan meneliti surat ijin kunjungan WBP
iv. Memeriksa dan meneliti usulan remisi umum dan khusus.
v. Memeriksa dan meneliti WBP baru.
vi. Memeriksa dan meneliti surat lepas WBP yang telah selesai menjalani
masa pidana dan PB.
vii. Memeriksa dan meneliti buku jurnal, buku ekspirasi dan buku register
WBP lainnya.
viii. Memeriksa dan meneliti usulan remisi perubahan pidana.
ix. Memeriksa dan meneliti laporan bulanan seksi registrasi.
x. Mengikuti sidang TPP bersama tim.
xi. Melakukan dan membuat pendataan, statistik, dokumentasi sidik jari,
serta mengisi data diri/informasi narapidana/tahanan kedalam SDP.
33
b) Kepala Seksi Perawatan
i. Menyusun dan membuat rencana kerja seksi Perawatan Narapidana.
ii. Menyelenggaraan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan.
iii. Memeriksa dan meneliti permohonan perbaikan/penggantian peralatan
masak/dapur, peralatan makan, pakaian WBPdan alas tidur yang telah
rusak.
iv. Memeriksa dan meneliti permohonan kebutuhan obat-obatan WBP dan
Alat kesehatan.
v. Memeriksa dan meneliti pendistribusian peralatan makan, pakaian, alas
tidur, peralatan mandi dan pembagian jatahmakan WBP.
vi. Memeriksa dan meneliti surat rujukan dokter lapas untuk rawat inap di
rumah sakit.
vii. Memeriksa dan meneliti kelengkapan tes urine bagi WBP.
viii. Memeriksa dan meneliti manage bon,pengeluaran beras, makanan siap
saji.
ix. Memeriksa dan meneliti laporan bulanan seksi perawatan.
x. Mengikuti sidang TPP bersama tim.
xi. Melaksanakan pelayanan kesehatan/perawatan dan penyediaan pakaian
dan makananan sesuai ketentuan dan prosedur yang berlaku dalam
rangka pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan Narapidana dan
tahanan.
34
vi. Memeriksa dan meneliti berkas usul pembebasan bersyarat (PB).
vii. Memeriksa dan meneliti jadwal kegiatan hari besar keagamaan
viii. Melaksanakan program deradikalisasi teroris dan konsultasi WBP.
ix. Memeriksa dan meneliti laporan pelaksanaan Warung Telkom
Khusus.
x. Menyusun dan membuat laporan seksi bimkemas dan, surat permohonan
litmas,ada/tidaknya perkara lain dan permintaan D2.
35
ii. Memeriksa dan meneliti jadwal tugas regu pengamanan, P2U, satgas kamtib
dan piket.
iii. Memeriksa inventarisasi sarana keamanan.
iv. Memeriksa dan meneliti hasil berita acara pemeriksaan WBP.
v. Memeriksa dan meneliti laporan kebutuhan kelengkapan sarana
keamanan.
vi. Memeriksa dan meneliti laporan bulanan dan triwulan
vii. Melakukan penggeledahankamar - kamar hunian WBP bersama tim.
viii. Memeriksa dan meneliti berita acara hasil penggeledahan kamar hunian
WBP.
ix. Memeriksa dan meneliti surat permohonan bantuan ke pihak POLRI.
x. Memeriksa dan meneliti surat perintah tugas pengawalan WBP yang
keluar lapas.
xi. Memastikan pendistribusian kelengkapan sarana keamanan kepada KPLP.
xii. Mengikuti sidang TPP bersama tim.
xiii. Menyelenggarakan tugas pengamanan dan ketertiban mengatur/membuat
jadwal tugas dan pengamanan, perlengkapan pengamanan jadwal sesuai
dengan peraturan dan petunjuk yang berlaku agar tercipta suasana aman dan
tertib di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan.
b) Kepala Seksi Pelaporan dan Tata Tertib
i. Memeriksa dan meneliti laporan bulanan dan triwulan.
ii. Memeriksa dan meneliti rekap absensi regu pengamanan, P2U, satgas
kamtib dan piket.
iii. Memeriksa dan meneliti resume tugas harian regu pengamanan, P2U dan
Satgas Kamtib.
iv. Memeriksa dan meneliti hasil control clock regu pengamanan.
v. Melakukan penggeledahan kamar-kamar hunian WBP bersama tim.
vi. Melakukan penggeledahan badan dan barang pengunjung laki-laki bersama
tim.
vii. Mengikuti sidang TPP bersama Tim.
viii. Membuat laporan keamanan dan ketertiban berdasarkan data dan Berita
Acara dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas.
36
6) Kepala Bidang Kegiatan Kerja
1) Menyusun rencana kerja bidang kegiatan kerja.
2) Menetapkan buku asimilasi kerja luar tembok.
3) Meneliti dan memeriksa inventarisasi hasil kerja WBP.
4) Meneliti pelaksanaan pemasaran hasil kerja barang produksi.
5) Meneliti laporan hasil transaksi jual beli hasil kerja.
6) Membuat laporan bidang kegiatan kerja.
7) Mengikuti sidang TPP bersama tim.
8) Pemberian bimbingan kerja dan mempersiapkan fasilitas sarana kerja serta
mengelola hasil kerja daripada narapidana/tahanan di Lembaga
Pemasyarakatan sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku.
37
vi. Meneliti dan memeriksa sisa bahan, saran/ peralatan kerja yang telah di
pakai.
vii. Membuat laporan seksi sarana kerja.
viii. Mengikuti sidang TPP bersama tim.
ix. Mengelola Sarana serta Prasarana untuk mendukung kegiatan bimbingan
yang ada di Lembaga Pemasyarakatan agar berjalan dengan lancar.
38
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang
Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
Seiring berjalannya waktu dan sesuai dengan perkembangan situasi dan
tuntutan keadaan di Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999
tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan telah diperbaharui dengan Pemerintah Nomor 28 Tahun
2006 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999
tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan. Kemudian dengan kondisi Indonesia yang terdampak oleh
pandemi COVID-19, yakni pandemi diartikan sebagai penggambaran kondisi
sedang terjadinya suatu wabah penyakit yang menyerang dan mengancam
banyak korban, menyebar luas ke berbagai negara. COVID-19 yaitu sebuah
penyakit yang disebabkan oleh SARS-COV2 yakni virus yang termasuk ke
dalam kategori keluarga besar coronavirus yang menyebabkan penyakit
terhadap hewan dan manusia, pada manusia dapat menyebabkan penyakit
gangguan atau infeksi terhadap saluran pernafasan dari yang ringan sampai
berat seperti sindrom pernafasan akut berat atau SARS (Severe Acute
Respirotory Syndrom). Dalam pelaksanaan pembebasan bersyarat sebelum
pandemi COVID-19 diperjelas atas syarat dan ketentuannya pada
Permenkumham No. 3 Tahun 2018 Tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian
Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti
Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat, setelah adanya pandemi COVID-19
pemerintah khususnya Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
mengeluarkan kebijakan dengan mengeluarkan peraturan terbaru yaitu
Permenkumham No. 24 Tahun 2021 Tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 32 Tahun 2020 Tentang
Syarat dan Tata Cara Pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti
Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat bagi Narapidana dan Anak dalam
Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran COVID-19.
Adapun pada pandemi COVID-19, pelaksaanaan pemberian
pembebasan bersyarat di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Semarang ada
beberapa hal yang menjadi perhatian , yakni :
39
1. Mekanisme Pemberian Pembebasan Bersyarat di Lapas Klas I Semarang di
Masa Pandemi COVID-19
Pemberian Pembebasan Bersyarat bagi narapidana pidana umum di
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Semarang pada masa pandemi COVID-19
ini dalam pelaksanaannya narapidana harus memenuhi persyaratan
berdasarkan aturan yang telah diterbitkan dalam Permenkumham No. 24
Tahun 2021 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Nomor 32 Tahun 2020 Tentang Syarat dan Tata Cara
Pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti
Bersyarat bagi Narapidana dan Anak dalam Rangka Pencegahan dan
Penanggulangan Penyebaran COVID-19.
Dari hasil wawancara dengan petugas staf Seksi Bimkemas
menyatakan :
“kalo untuk syarat dan administrasinya sama yang berbeda adalah
masalah pelaksanaan nya saja kalo yang sebelumnya itu
dilaksanakan dengan cara langsung serah terima ke bapas kejaksaan
untuk saat ini bias diserahkan secara daring karena itu juga
terjangkau sesuai dengan aturannya juga pelaksanaan dilakukan
secara daring”
1. Syarat subtantif :
a. telah menjalani masa pidana paling singkat 2/3 (dua per tiga), dengan
ketentuan 2/3 (dua per tiga) masa pidana tersebut paling sedikit 9
(sembilan) bulan; dan
b. berkelakuan baik selama menjalani masa pidana paling singkat 9
(sembilan) bulan terakhir dihitung sebelum tanggal 2/3 (dua per tiga)
masa pidana.
2. Syarat administratif :
40
a. petikan putusan pengadilan dan berita acara pelaksanaan putusan
pengadilan;
b. laporan perkembangan pembinaan yang ditandatangani oleh Kepala
Lapas/LPKA;
c. salinan register F dari Kepala Lapas/LPKA;
d. salinan daftar perubahan dari Lapas/LPKA;
e. surat pernyataan dari Narapidana/Anak tidak melakukan perbuatan
melanggar hukum dan menjalankan protokol kesehatan pencegahan dan
penanggulangan penyebaran Covid-19;
f. surat keterangan dari instansi penegak hukum yang menyatakan tidak
terlibat perkara lain dan/atau tidak terdapat penundaan proses perkara
lain;
g. laporan penelitian kemasyarakatan yang dibuat oleh Pembimbing
Kemasyarakatan yang diketahui dan ditandatangani oleh Kepala Bapas;
dan
h. surat jaminan kesanggupan dari pihak keluarga/wali, lembaga sosial,
instansi pemerintah, instansi swasta, yayasan, atau Pembimbing
Kemasyarakatan yang menyatakan bahwa:
1. Narapidana/Anak tidak melakukan perbuatan melanggar hukum; dan
2. membantu dalam membimbing dan mengawasi Narapidana/Anak
selama mengikuti program Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang
Bebas, dan Cuti Bersyarat.
41
Gambar 4.3. Alur Proses Pembebasan Bersyarat. Sumber : Seksi Bimkemas
42
pandemi COVID-19 ini. Yakni aturan tersebut memberikan prorgam asimilasi
rumah yang dimana 2/3 masa pidananya jatuh sebelum 31 Desember 2021,
jadi sebelum diusulkannya PB juga diusulkan untuk mengikuti program
asimilasi rumah bagi yang memenuhi syarat-syarat. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan dari petugas bimkemas Lapas Kelas I Semarang yaitu :
43
proses, persyaratan baik administratif maupun subtantif yang harus dipenuhi
narapidana untuk mengurus PB dan penetapan alur yang harus dijalankan dan
mempermudah narapidana yang akan mengurus PB.
44
mengambil kebijakan dengan mengadakan sidang TPP secara sistem mobile
atau secara tidak langsung tatap muka dengan melihat catatan pembinaan dan
tingkah laku narapidana, kemudian menuliskan pendapat masing masing di
buku sidang TPP. Hal ini dikarenakan untuk menghindari kerumunan dan
pencegahan penyebaran virus corona / COVID-19.
Masuk dalam indikator kualitas pelayanan publik responsivenes,
dimana pelaksanaan sidang TPP tetap harus dilaksanakan walau dalam
kondisi apapun demi tetap berjalanannya setiap proses pelaksanaan PB yang
sesuai dengan prosedur yang ada dan menghindari adanya penundaan dalam
proses pengusulan PB.
45
terhadap narkoba berusaha untuk membasni peredaran narkoba di Lapas
Kelas I Semarang, narapidana yang mendapatkan PB dan pada saat hari
dikeluarkannya dari Lapas sebelumnya harus mengikuti tes urin di Klinik
Pratama Lapas Kelas I Semarang. Seperti yang di sampaikan oleh salah satu
staff Bimkemas :
“jadi sebelum bebas akan kita tes apabila dia positif tidak akan
kita keluarkan, gitu ya. Tapi Alhamdulillah selama ini negative ya
tidak ada yang positif ya . tidak hanya pada saat keluar pada saat
sidang atau pu waktu waktu tertentu akan kita tes jadi sifatnya
insidental gitu. Tidak tidak terus terjadwal gitu nggak, insidental
kita tes urine kalau seumpama positif kita, apa namanya, cancel,
tidak hanya positif kalau melanggar aturan pelanggaran tata tertib
kena register F ya kita tunda.”
46
Ketika awal menjadi penghuni sementara di Lapas, narapidana tidak
mengetahui/ awam dengan pengetahuan apa itu pembebasan bersyarat,
mekanisme, serta alur untuk mendapatkannya. Namun, petugas di Lapas
Kelas I Semarang melakukan sosialisasi kepada narapidana dalam bentuk
secara tatap muka di setiap blok dan penyedian banner-banner yang berisi
informasi terkait layanan pemberian hak integrasi khususnya pembebasan
bersyarat. Bahkan sebelum adanya pandemi, petugaas memberikan sosialisasi
kepada narapidana secara langsung turun ke blok hunian seminggu sekali,
setelah adanya pandemi COVID-19 hanya dilakukan sebulan sekali
dikarenakan untuk mengurangi insentitas kerumunan. Analisis peneliti,
bahwa hal ini masuk dalam indikator kualitas pelayanan publik yakni
Responsivenes, adalah suatu keinginan dan kesadaran untuk memberikan
bantuan dan melayani pelayanan secara efektif. Dibuktikan dengan adanya
petugas melaksanakan sosialisasi dan memberitahukan kepada narapidana
yang sudah dapat mengurus pengusulan pembebasan bersyarat serta selalu
mengarahkan dan memonitoring di setiap proses dan tahapannya. Hal ini
sesuai dengan salah satu pernyataan dari salah satu narapidana yang
melaksanakan pengurusan PB yaitu :
“sudah di lakukan sosialisasi, terus di depan juga terpampang banner
besar yang di dalamnya terpampang tidak hanya pb saja, tapi ada
cmb, cb dan asimilasi. Saya awal membacanya dari situ.”
47
melalui calo(penjual jasa) di ruang Bimkemas yang memiliki peralatan dan
prasarana yang bagus untuk menunjang pelayanan dengan baik dan nyaman.
Salah satu narapidana menyampaikan pendapatnya :
“sudah sedari awal saya di jelaskan mengenai cb ataupun pb-nya. Di
jelaskan apa saja yang perlu saya lengkapi. Terus petuigasnya
bersikap kooperatif karena setiap kali saya tanya juga di respon
dengan baik. Sehingga secara monitoringnya sudah sejauh apa tau.
Malahan saya rasa di permudah karena setiap tanya saya
mendapatkan jawaban sesuai yang saya harapkan”
48
C. Faktor kendala dalam implementasi pemberian Pembebasan Bersyarat
bagi narapidana pidana umum pada masa Pandemi COVID-19 di Lapas
Klas 1 Semarang.
49
bersyarat, hal ini menjadikan para anggota sidang TPP hanya mengetahui
nama tetapi tidak begitu mengetahui orangnya yang seperti apa karena
hanya menilai dari data saja. Hal ini menjadi kurang akuratnya hasil sidang
narapidana tersebut diusulkan namun adanya permasalahan atau sesuatu
hal yang seharusnya tidak diloloskan untuk mengikuti program
pembebasan bersyarat, jika dilihat dari pelayanan publik kurang realibity
yakni kurang benar dan tepat.
50
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini
bahwa Lapas Klas 1 Semarang telah melaksanakan pemberian pembebasan
bersyarat di masa pandemi COVID-19 untuk narapidana pidana umum, dan
dari implementasi hal tersebut dapat disimpulkan bahwa :
51
dan kesejahteraan dari petugas ke narapidana dan keluarga narapidana
sebagai konsumen atau yang diberikan layanan mengarah kepada
kesejahteraan bersama dan keuntungan bersama.
2. Faktor Kendala implementasi yaitu pihak jaksa eksekutor tidak segera
menyampaikan kelengkapan dokumen berita acara pelaksanaan putusan
pengadilan yang menjadi hak narapidana setelah diputus oleh pengadilan.
Pelaksanaan sidang TPP (Tim Pengamat Pemasyarakatan) yang dilakukan
secara tidak langsung tatap muka (mobile) guna mencegah kerumunan
dan penyebaran COVID-19 berjalan belum efektif. Karena para anggota
sidang TPP tidak mengetahui secara langsung narapidana dan hanya
melihat catatan yang disidangkan sehingga dirasa kurang mengetahui
tingkah laku kesehariannya. Yang menjadikan salah satu faktor
terhambatnya proses dalam persyaratan pengusulan program pembebasan
bersyarat, sehingga mengurangi nilai responsivenes dalam pelayanan.
B. Saran
Melihat hasil analisis, dengan mengamati kondisi diatas tentang
pemberian pembebasan bersyarat bagi narapidana pidana umum pada masa
pandemi COVID-19 dilaksanakan di Lapas Klas I Semarang,
menyarankan yaitu :
Kebijakan pelaksanaan sidang TPP secara tidak langsung tatap muka
(mobile) guna menghindari kerumunan dan pencegahan penyebaran virus
corona/COVID-19 yang belum efektif dapat diganti atau diubah untuk
dilaksanakan dengan sidang TPP melalui via daring atau Online Meeting.
Sehingga para anggota sidang dapat mengetahui dengan jelas narapidana
yang disidangkan dan dapat menilai dengan maksimal. Kemudian
membangun kerjasama dan kordinasi dengan instansi lain yakni Kejaksaan
terkait pemenuhan dokumen narapidana yang sudah vonis dengan cepat
supaya saat dalam pengurusan pengusulan program pembebasan bersyarat
tidak terlalu lama dan dapat tepat pada waktunya.
52
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Aday, R. H., & Krabill, J. J. (2013). Older and geriatric offenders: Critical issues
for the 21st century. In Special Needs Offenders in Correctional Institutions.
https://doi.org/10.4135/9781452275444.n7
Mudjia Rahardjo. (2017). Studi Kasus Dalam Penelitian Kualitatif: Konsep dan
Prosedurnya. http://repository.uin-malang.ac.id/1104/1/Studi-kasus-dalam-
penelitian-kualitatif.pdf diakses 5 april 2021
53
Widoyoko, Eko Putro. (2014). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Karya Ilmiah :
Agustiwi, Asri & Nurviana, Reky. (2020). Kajian Kritis Terhadap Pembebasan
Narapidana Di Masa Pandemi COVID-19. Fakultas Hukum Universitas
Surakarta
54
Sanusi, A. (2011). Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Peraturan :
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan
Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
Peraturan Menteri Hukum dan HAM No.3 Tahun 2018 Tentang Syarat dan Tata
Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat.
Peraturan Menteri Hukum dan HAM No.10 Tahun 2020 Tentang Syarat
Pemberian Asimilasi dan Hak Integrasi Bagi Narapidana dan Anak Dalam
Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran COVID-19.
Peraturan Menteri Hukum dan HAM COVID-19 No.32 Tahun 2020 Tentang
Syarat dan Tata Cara Pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti
Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat Bagi Narapidana dan Anak Dalam
Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran.
55
Lampiran 1 : Formulir Pengajuan judul
Mitro Subroto, Bc.IP., S.I.P., M.Si. Markus Marselinus Soge, S.H., M.H
56
Lampiran 2 : Berita Acara Bimbingan Skripsi
TANGGAL PARAF
No. KETERANGAN
KONSULTASI PEMBIMBING
57
Lampiran 3 : Data Informan Narapidana
58
Lampiran 4 : Pedoman Wawancara
Instrumen Pedoman Wawancara Narapidana dan Petugas
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Semarang
Narasumber : Narapidana
1. Apakah sebelumnya anda mengetahui apa itu PB (pembebasan bersyarat) ?
2. Apakah petugas atau pihak Lapas melaksanakan sosialisasi tentang hak
narapidana berupa intergrasi khususnya Pembebasan Bersyarat kepada
WBP secara menyeluruh dan efektif ?
3. Apakah dalam pemberian pelayanan PB anda diminta pungutan uang ?
4. Apakah dalam pelayanan petugas diskriminatif ?
5. Apakah dalam proses pelaksaan pemberian PB, anda dipersulit atau
merasa sulit ?
6. Bagaimana kinerja petugas dalam pelaksanaan pemberian PB pada masa
pandemi COVID-19 ini ?
59
7. Apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan PB saat pandemi COVID-
19 ini di Lapas Kelas I Semarang ?
8. Apa saran untuk menanggulangi permasalahan ini ?
60
Lampiran 5 : Hasil Wawancara
Hasil Wawancara
P : PEWAWANCARA
S : SUBJEK
1. Informan Petugas I
S
Iya selamat siang.
P
Mohon maaf sebelumnya mengganggu waktunya sebentar di sela sela
kesibukan pak fajar saya ingin mewawancarai pak fajar untuk data
penelitian skripsi saya. Izin pak mohon jawabannya terkait pertanyaan saya
Berdasarkan permenkumham no 10 tahun 2020 dan permenkumham no
24 tahun 2021 bagaimana pelaksanaan pemberian PB bagi narapidana
pidana umum pada saat pandemic covid 19. Terkait hal tersebut bagaimana
pak?
S
Ya, jadi dalam pelaksanaannya ee kita merujuk dengan aturan tersebut eeee
yang sudah dijalani ini sudah berjalan dengan baik karena aturan tersebut
sudah eeeh turunan dari permen sebelumnya permen 32 yang sudah banyak
evolusi di situ eee jadi dengan adanya permen yang baru ini sudah semakin
mengerucut maksudnya da pengetatan pengetatan sehingga tingkat eeee
residivis atau kejahatan terulang itu semakin berkurang gitu ya, jadi sudah
berjalan dengan baik.
P
Eemmm selanjutnya, apa saja yang berubah dari pelaksanaan PB setelah
adanya pandemic covid ini dari berlakunya peraturan tersebut pak ?
S
Ya sebenarnya kalo untuk syarat dan administrasinya sama yang berbeda
adalah masalah pelaksanaan nya saja kalo yang sebelumnya itu
dilaksanakan dengan cara langsung serah terima ke bapas kejaksaan untuk
saat ini bias diserahkan secara daring karena itu juga terjangkau sesuai
61
dengan aturannya juga pelaksanaan dilakukan secara daring, ya
tetep administrasi tetep dijalankan eee by scan ya tetep ada serah
terimanya
P
Itu syarat administratif nya itu sebelum pandemic itu sama ya pak yang di
permen ya pak?
S
Sama. iya jadi syarat administratifnya itu tetep sama Cuma yang bedanya
ada di litmas, kalo untuk litmas yang permen 24 kan lebih eeee simple ya,
jadi beda dengan litmas sebelumnya yang sangat detail kalo litmas permen
24 kan lebih simple Cuma di situ tetep ada assesmentnya jadi semua Warga
binaan yang akan menjalani asimilasi di rumah tetep di assessment eeee
jangan sampai nanti dia tidak layak untuk asimilasi, agar tidak terjadi
pengulangan tindak pidana
P
Berarti ada tambahan assessment ya, khususnya untuk asimilasi rumah ya
pak.
S
Ya betul
P
Ee untuk kemudian apakah hal tersebut efektif dalam rangka penanganan
covid pak, karena peraturan tersebutkan berbunyi tentang eee
penanggulangan pandemi covid 19?
S
Iya, tentunya kalo pemerintah sudah membuat aturan edaran peraturan pasti
ada kemanfaatan buat kita ya, jadi sudah judulnyakan permenkumham
untuk eee mengurangi tingkat penyebaran covid, ya bener di lapas kan
sangat riskan untuk terjadi penyebaran covid, makanya dengan adanya
permen tersebut insyaallah bisa mengurangi penyebaran covid tersebut
karena di lapas juga sudah over capacity eee kita mengurangi adanya
penyebaran covid dengan adanya mengeluarkan narapidana untuk asimilasi
di rumah.
P
Eee apakah peraturan tersebut itu mempengaruhi kondisi narapidana pak?
Atau pada syarat administrasinya atau dalam proses tiap tahapnya itu pak
62
S
Iya yang jelas kan mereka kan eeee ini yang ditunggu tunggu mereka gitu,
gitu kan yang sebelumnya 2/3 masa pidana. eee pulang, saat ini di bias
menjalani asimilasinya dirumah walaupun dengan syarat tertentu yang
mewajibkan dia dirumah ya, enggak boleh ke mana mana gitu kan yang
untuk selalu dirumah ya nama nya juga untuk menghindari penyebaran
covid ya emang asimilasi tetap selalu di rumah. Ya tapi kalo
pelaksanaannya kan kitakan juga tidak secara dekat mengawasi karena itu
kan pengawasan bapas dan dari bapas pun juga saya kira juga tidak bias
secara detail eee mengawasi setiap harinya apakah dirumah atau tidak
karenakan pengawasannya juga lewat daring tidak secara langsung. Ya tapi
tetap efektiflah dengan keadaannya yang seperti ini.
P
Eee kemudian itu dari setiap prosesnya itu ada kendala atau hambatan
dalam pelaksanaannya ya pak? Dalam peraturan tersebut itu
S
Sampai dengan saat ini tidak ada kendala karena semua kita koordinasikan
dengan baik dengan pihak bapas dengan kejaksaan, eee jadi semua bisa
berjalan dengan baik tidak ada kendala sampai saat ini, walaupun dia ada di
wilayah bapas luar kota semarang tetep kita komunikasikan ya. Semua kalo
kita komunikasikan insyaallah akan berjalan dengan baik
P
Kemudian eee dari kebijakan lapas sendiri itu apa sih yang dilakukan
dalam berlakunya peraturan tersebut pak?
S
Ya kebijakan dengan lapas ya kita kan tetep menjalankan sesuai aturan ya
kalo aturan dari menteri itu tetep itu acuannya adalah itu, untuk kebijakan
sendiri kita di sini ee kita tambahkan dengan mewajibkan semua warga
binaan yang akan menjalani asimilasi untuk dilakukan tes urine. Ya jadi
sebelum bebas akan kita tes apabila dia positif tidak akan kita keluarkan,
gitu ya. Tapi Alhamdulillah selama ini negative ya tidak ada yang positif
ya . tidak hanya pada saat keluar pada saat sidang atau pu waktu waktu
tertentu akan kita tes jadi sifatnya insidental gitu. Tidak tidak terus
terjadwal gitu nggak, insidental kita tes urine kalau seumpama positif kita,
apa namanya, cancel, tidak hanya positif kalau melanggar aturan
pelanggaran tata tertib kena register F ya kita tunda.
P
Ya pak. Terus eee dari saran pak fajar sendiri apa yang dapat dilakukan
untuk memperbaiki kondisi yang telah dijalankan pak?
S
Iya jadi dengan adanya permenkumham 24 ini sudah… apa eee
memperbaiki dari aturan yang sebelumnya ya. Sudah cukup efektif ya
karena sudah banyak pengetatan pengetatan disitu terus residivis pun sudah
tidak ada di lapas semarang maksudnya untuk yang pelanggaran asimilasi
63
tidak ada untuk tahun ini tidak ada berarti kan eee itu sudah efektif gituin.
Nah harapannya si kedepannya mewakili dari pada Warga binaan yang ada
di lapas aturan akan tetap berlaku
P
Terima kasih pak fajar atas eee jawab jawabannya dan terimakasih atas
waktunya pak, cukup sekian dari saya terima kasih
S
Oke sama sama
2. Informan Petugas II
64
S Sebelum pandemi kita dihadapkan ke pihak bapas untuk pengeluaranya
tersebut sekarang selama pandemi kita dilakukan secara daring ke pihak
bapas dan kejaksaan pengendalian tetap oleh pihak bapas tapi kita
selalu berkoordinasi ke pihak bapas, jadi lapas menyerahkan ke pihak
bapas juga.
P Terkait PERMENKUHMAM No. 24 Tahun 2020 Tentang
Penanggulangan Covid 19, apakah hal tersebut efektif dalam rangka
penanganan COVID 19 di Lapas Kelas 1 Semarang ini.?
S Kalau menurut saya efektif juga, yang saya dengar dan saya lihat di TV
mengurangi beban anggaran pemerintah dilaksanakan asimilasi
dirumah berdasarkan permen no 24 tahun 2020 tersebut.
P Selanjutnya terkait peraturan tersebut apakah mempengaruhi kondisi
narapidana.?
S Kondisi narapidana alhamdulillah tetap aman, dan mereka juga
berharap mendapatkan asimilasi tersebut, tetapi ada batasannya di
PERMENKUMHAM NO. 24 Tahun 2020 harus 2/3 nya di Desember
2021.
P Dampaknya yang dirasakan narapidana itu bagaimana pak terkait
peraturan tersebut dan pelaksanaannya yang bapak sampaikan lebih ke
daring itu bagaimana pak ?
S Dampaknya anak-anak tersebut bisa mendapatkan asimilasi dirumah
berdasarkan PERMENKUMHAM N0 24 Tahun 2020 tetapi kita ada
peraturan tersebut di 23 2021 itu boleh tetapi ada persyaratan tersebut
sesuai dengan edaran yang kita terima.
P Apa saja yang menjadi kendala atau hambatan dalam pelaksanaan PB
setelah diberlakukannya peraturan tersebut saat pandemi COVID-19
ini.?
S kendala nya kita narapidana itu posisinya sudah diluar jadi kita
pengawasan nya sepenuhnya oleh pihak bapas terkait.
P Bagaimana cara mengatasi kendala dan hambatan tersebut bapak.?
S mengatasi kendalanya dengan koordinasi oleh pihak bapas dan selalu
komunikasi komunikatif ke yang pihak bapas terkait
65
P Dari pihak lapas apa yang dilakukan terkait hal ini ?
S Secara teknisnya kita tetap koordinasi terus ke pihak bapas dan pihak-
pihak terkait lainnya
P Saran dari bapak ibnu bagaimana yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki kondisi ini selain berkoordinasi atau hal lainnya ?
S Okay, saran dari saya bagi narapidana yang sudah mendapatkan
asimilasi dirumah sangat dimohon untuk mematuhi peraturan yang
berlaku tetap jaga dirumah serta menjaga kesehatan dan tidak
mengulangi lagi, jika mengulangi lagi otomatis asimilasi itu kita cabut
dan kita laporkan ke pihak bapas.
P Terima kasih Bapak Ibnu sekian pertanyaan dari saya sangat-sangat
banyak terima kasih atas keluangan waktu yang diberikan, terima kasih
Bapak Ibnu.
3. Informan Narapidana I
Sebelumnya belum tahu mas, waktu di polsek juga belum tahu. Cuma
pernah denger-denger di lp ada pb tapi secara mekanisme belum tahu. Baru
S di lp ini jadi tahu
66
Oke, berarti sudah banyak napi yang tahu dengan adanya banner maupun
sosialisasi secara langsung juga. Kemudian, apakah dalam pemberian pb
P ini napi di mintai punguatan dana atau uang tidak?
Tidak, karena di banner juga tertulis gratis mas, jadi dari saya pribadi tidak
S ada pungutan biaya apapun
S Iya, kalau di lp kelas 1 semarang. Kalau di tempat lain saya tidak tahu
Kemudian dalam pelaksanaan pemberian pb ini, mas aziz di persulit atau
P merasa sulit atau tidak?
Tidak sih, sudah sedari awal saya di jelaskan mengenai cb ataupun pb-nya.
Di jelaskan apa saja yang perlu saya lengkapi. Terus petuigasnya bersikap
kooperatif karena setiap kali saya tanya juga di respon dengan baik.
Sehingga secara monitoringnya sudah sejauh apa tau. Malahan saya rasa di
permudah karena setiap tanya saya mendapatkan jawaban sesuai yang saya
S harapkan
Menurut saya bagus mas, karena dari timeline yang di tetapkan di banner
di situkan tertulis untuk prosesnya tidak begitu lama, untuk saya pribadi
yang mengajukan ya tidak begitu lama, cepat dan secara pelayanan tidak
S ada diskriminatif atau berbelit-belit
Kemudian mas aziz dalam pengurusan pb ini di masa pandemic covid ini,
P apakah yang menjadi kenadala?
Kalau kendala di masa pandemic ini tidak bisa di lakukan besuk pada diri
saya, otomatis secara administrative terkendala mas, tapi alhamdulillah dari
pihak bimkemas lp kelas 1 semarang membantu saya, contoh
mempersilahkan saya menghubungi keluarga mengenai berkas-berkas yang
S perlu di kirim di sini dan apa saja yang perlu saya lakukan.
67
4. Informan Narapidana II
Awal-awal tidak tahu mas, baru pas udah di blok kita di beri sosialisasi dari
petugas LP. Dulu sebelum pandemi seminggu sekali ada sosialisasi tentang
S PB dan hak-hak napi
P Berarti petugas sudah melaksanakan sosialisasi
S Iya mas sudah
Menurut mas imam, hal itu sudah merata dan efektif keseluruh temen-
P temen tidak mas?
P Dalam pelaksanaan pemberian PB, mas imam dipersulit atau merasa sulit?
Tidak sih mas, mudah-mudah aja. Malahan nanti kalau ada yang tidak bisa
S kesini syarat-syaratnya bisa di kirim lewat pos, lewat e-mail
Menurut mas Imam, bagaimana kinerja petugas dalam pemberian PB pada
P masa pandemic
68
Kinerjanya sudah baik sih mas, mungkin kalau sosialisasi emang berkurang
S mas jadi sebulan sekali, karena ada pembatasan berkumpul
Apa yang menjadi kendala mas imam pada masa pandemic dalam
P pemberian PB?
Sudah efektif. Saat masuk kan di mapenaling dulu. Lalu ada sosialisasi
untuk warga baru tentang PB, CB, dan asimilasi. Jadi rata-rata untuk yang
S vonis 1 tahun lebih itu disuruh langsung mengurus semua
mas indra dalam mengurus PB itu di mintai uang atau tidak?
P
S Tidak sama sekali
P Keluarga juga tidak ya?
S Tidak
69
Menurut mas indra kinerja petugas dalam pemberian PB pada pandemi
P covid di LP kelas I semarang ini?
70
Lampiran 6 : Dokumentasi Pendukung
Pengarahan oleh Kepala Seksi Bimkemas kepada narapidana yang akan mendaftar
program pembebeasan bersyarat
71
Narapidana yang melakukan pendaftaran pembebasan bersyarat di ruangan bimkemas
Pencocokan data narapidana secara langsung dengan berkas oleh petugas secara
langsung
72
Lampiran 7: Surat Pengantar Penelitian
73
74
75
76
Lampiran 8 : Uji Plagiarism
77
Lampiran 9 : Daftar Riwayat Hidup
Stb. : 3354
Kewarganegaraan : Indonesia
Email : elangsuryandaru314@gmail.com
No. HP : 081226232968
Agama : Islam
78
4. Terhitung mulai tanggal 13 November 2017
sebagai Taruna Politeknik Ilmu Pemasyarakatan,
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.
Riwayat Organisasi : 1. Wakil Ketua OSIS di SMA Negeri 1 Kendal
tahun 2015
2. Pengurus Badan Perwakilan Taruna di
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan tahun 2018-
2019
3. Analisis ahli utama Senat Taruna di
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan tahun 2020
4. Kesatuan Polisi Taruna Seksi Penjagaan di
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan tahun 2020-
2021.
79