Anda di halaman 1dari 95

POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN

IMPLEMENTASI PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT


KEPADA NARAPIDANA PIDANA UMUM PADA MASA
PANDEMI COVID-19 DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
KLAS I SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan
Pemasyarakatan (S.Tr.Pas)

NAMA : ELANG SURYANDARU

STB. : 3354

PROGRAM STUDI TEKNIK PEMASYARAKATAN


POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA
DEPOK
OKTOBER 2021
POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN
IMPLEMENTASI PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT
KEPADA NARAPIDANA PIDANA UMUM PADA MASA
PANDEMI COVID-19 DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
KLAS I SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan
Pemasyarakatan (S.Tr.Pas)

NAMA : ELANG SURYANDARU

STB. : 3354

PROGRAM STUDI TEKNIK PEMASYARAKATAN


POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA
DEPOK
OKTOBER 2021
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

NAMA : ELANG SURYANDARU


STB : 3354
JUDUL SKRIPSI : “IMPLEMENTASI PEMBERIAN PEMBEBASAN
BERSYARAT KEPADA NARAPIDANA PIDANA
UMUM PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I
SEMARANG”

Depok, 30 Oktober 2021


Menyetujui, Pembimbing

Markus Marselinus Soge, S.H., M.H


NIP. 197911102003121009

i
LEMBAR BERITA ACARA UJIAN SKRIPSI

Nama : Elang Suryandaru


STB : 3354
Judul Skripsi : “Implementasi Pemberian Pembebasan Bersyarat Kepada
Narapidana Pidana Umum Pada Masa Pandemi COVID-
19 di Lapas Klas I Semarang”

Telah dipertahankan dihadapan sidang dewan penguji pada :


KEGIATAN HARI WAKTU
Ujian Sidang Senin/8 November 2021 08.00 - 08.30WIB

Depok, 8 November 2021

DEWAN PENGUJI

Ketua : Andi Kurniawan, A.Md.IP.,S.H.,M.H. ( )

Penguji : Dr. Rachmayanthy.,Bc.IP., S.H., M.Si. ( )

Pembimbing : Markus Marselinus S, S.H., M.H. ( )

ii
HALAMAN PENGESAHAN HASIL SIDANG SKRIPSI

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Elang Suryandaru
STB : 3354
Program Studi : Teknik Pemasyarakatan
Judul Skripsi : “Implementasi Pemberian Pembebasan
Bersyarat Kepada Narapidana Pidana Umum
Pada Masa Pandemi COVID-19 di Lapas Klas I
Semarang”

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan di terima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan
Pemasyarakatan pada Program Studi Teknik Pemasyarakatan, Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan

DEWAN PENGUJI :

Ketua : Andi Kurniawan, A.Md.IP.,S.H.,M.H. ( )

Penguji : Dr. Rachmayanthy.,Bc.IP., S.H., M.Si. ( )

Pembimbing : Markus Marselinus S, S.H., M.H. ( )

Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 29 November 2021

Mengetahui,
Direktur Politeknik Ilmu Pemasyarakatan

Dr. Rachmayanthy, Bc.IP, SH, M.Si


NIP 196904261992032001

iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Elang Suryandaru


STB : 3354
Tempat Tanggal Lahir : Kendal, 3 Agustus 1999

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: “Implementasi Pemberian


Pembebasan Bersyarat Kepada Narapidana Pidana Umum Pada Masa Pandemi
COVID-19 di Lapas Klas I Semarang” adalah adalah hasil karya saya sebenar-
benarnya yang orisinal dan otentik. Skripsi ini bukan plagiarisme, pencurian hasil
karya orang lain dan seluruh ide, pendapat, atau materi dari sumber lain telah
dikutip dengan cara penulisan referensi yang sesuai.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini tidak
sesuai dengan kenyataan, maka saya bersedia menaggung sanksi yang akan
dikenakan kepada saya termasuk pencabutan gelar yang nanti saya dapatkan.

Depok, 3 November 2021

Elang Suryandaru

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Politeknik Ilmu Pemasyarakatan (Poltekip), saya


yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Elang Suryandaru


STB : 3354
Program Studi : Teknik Pemasyarakatan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Poltekip Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free
Right) berjudul : “Implementasi Pemberian Pembebasan Bersyarat Kepada
Narapidana Pidana Umum Pada Masa Pandemi COVID-19 di Lapas Klas I
Semarang” beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas
Royalti Noneksklusif ini Poltekip berhak menyimpan, mengalih media/format-
kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Semarang
Pada tanggal : 3 November 2021
Yang menyatakan

Elang Suryandaru

v
ABSTRAK

Nama : Elang Suryandaru


Program Studi : Diploma IV - Correctional Techniques
Judul : Implementasi Pemberian Pembebasan Bersyarat
Kepada Narapidana Pidana Umum Pada Masa
Pandemi COVID-19 di Lapas Klas I Semarang
Pembimbing : Markus Marselinus Soge, S.H., M.H.

Lembaga pemasyarakatan melaksanakan tugas dan fungsi yang diantaranya


melakukan program pembinaan terhadap narapidana yang dimana hal ini
merupakan suatu pola untuk memulihkan kembali keretakan yang terjadi antara
narapidana dengan masyarakat, salah satu cara untuk memulihkan keretakan
tersebut dengan pemenuhan hak narapidana yaitu program pembebasan bersyarat.
Dengan kondisi Indonesia yang terdampak pandemi COVID-19, pemerintah
mengeluarkan aturan tentang pelaksanaan program pembebasan bersyarat pada
masa pandemi COVID-19. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui implementasi
pemberian pembebasan bersyarat kepada narapidana pidana umum dan faktor
kendala pada masa pandemi COVID-19 di Lapas Kelas I Semarang. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif yang dilakukan di Lapas Kelas I Semarang,
peneliti mengambil data dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Informan penelitian ini yaitu narapidana pidana umum yang mengiktui program
pembebasan bersyarat dan petugas pemasyarakatan terkait. Hasil penelitian
menunjukan implementasi pembebasan bersyarat kepada narapidana pidana
umum pada masa pandemi COVID-19 di Lapas Klas I Semarang berjalan dengan
optimal berdasarkan indikator kualitas pelayanan publik yaitu Reability,
Responsivenes, Assurance, Empathy, Tangibles serta unsur utilitarian yang
memberikan kemanfaatan, keuntungan dan kesejahteraan bersama dari petugas ke
narapidana dan keluarga narapidana sebagai konsumen. Mekanisme dilakukan
sesuai dengan aturan dan SOP yang berlaku. Sidang Tim Pengamat
Pemasyarakatan yang dilaksanakan secara tidak langsung tatap muka bertujuan
menghindari kerumunan dan penyebaran COVID-19. Faktor kendala yaitu tidak
segera disampaikannya berita acara pelaksanaan putusan pengadilan persyaratan
untuk syarat administratif pembebasan bersyarat dan pelaksanaan sidang Tim
Pengamat Pemasyarakatan yang belum berjalan efektif diakrenakan para anggota
tidak mengetahui secara langsung/tatap muka narapidana yang disidangkan.
Kata Kunci : Pembebasan Bersyarat, Narapidana, Pandemi COVID-19

vi
ABSTRACT

Name : Elang Suryandaru


Study Program : Diploma IV - Correctional Techniques
Title : Implementation of the Granting of Conditional Release
to General Convicts During the COVID-19 Pandemic
in Lapas Klas I Semarang
Advisor : Markus Marselinus Soge, S.H., M.H.

Correctional Institutions is an intitutions that carry out duties and function which
include conducting coaching programs for prisoners which is a pattern to restore
the rifts that occur between prisoners and the community so that later prisoners
can be accepted back into society and can also participate actively in society, one
way to restore the rifts by fulfilling the rigths of prisoners, that is the parole
program. With conditions in Indonesia being affected by the COVID-19
pandemic, the government issued a regulation regarding the implementation of
the parole program during the COVID-19 pandemic. The purpose of this study
was to determine the implementation of granting parole to general criminal
prisoners and the factors that became obstacle during the COVID-19 pandemic in
Lapas Klas I Semarang. This study used a qualitative method conducted at the
Class I Prison in Semarang. Researcher took the data with observation,
interviews, and documentation techniques. The informants of this research are the
general criminal convicts, who participate in the parole program, adn the
correctional officers who are involved. The results of the study show that the
officers providing parole program services run optimally based on indicators of
the quality of public services, which are; Reability, Responsivenes, Assurance,
Empathy, Tangibles. The mechanism is carried out in accordance with applicble
rules and the SOP’s. The implementation of the Correctional Observer Team
session which was carried out inderictly face to face was aimed to avoiding
crowds and the spreads of COVID-19. However, there are some problems, that
the inmate’s executioner prosecutor does not immediately submit the documents
of the implementation of the court’s decision, the administrative’s requirements
for the parole program, and the other problem is the implementation of the TPP
trial which has not been effective because the members of the trial do not know
directly, how the convicts being tried look like.

Keywords: Parole, Convict, COVID-19 Pandemic

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dalam
rangka salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan
Pemasyarakatan (S.Tr.Pas) .
Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan Skripsi ini banyak pihak
yang telah memberikan dorongan baik moral maupun spiritual. Oleh karena itu,
izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Rachmayanthy,Bc.IP.,S.H.,M.Si. selaku Direktur Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan.
2. Bapak Mitro Subroto, Bc.IP., S.I.P., M.Si. selaku Kepala Program Studi
Teknik Pemasyarakatan.
3. Bapak Markus Marselinus Soge, S.H., M.H. selaku Pembimbing dalam
penyusunan Skripsi.
4. Bapak Supriyanto, Bc.IP., S.Pd. selaku Plt. Kepala Divisi
Pemasyarakatan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa
Tengah sekaligus Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang.
5. Bapak/Ibu Dosen Politeknik Ilmu Pemasyarakatan yang telah banyak
memberikan bekal ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada penulis.
6. Pembina Politeknik Ilmu Pemasyarakatan yang senantiasa membina
dan memberikan pengasuhan.
7. Keluarga besar Lemabaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang yang
senantiasa menerima dan membantu dari pelaksanaan magang dan proses
pembuatan skripsi.
8. Kedua Orang tua penulis, Badarjo dan Rochi Chayatun yang senantiasa
memberikan doa serta dukungan selama pendidikan.
9. Rekan-rekan seperjuangan Taruna Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan Angkatan 52 Dhira Nagara Danadyaksa, terimakasih atas
semua kebersamaan dan kerja sama selama di POLTEKIP.
10. Adik-adik Taruna Politeknik Ilmu Pemasyarakatan terimakasih atas
semua kebersamaan dan kerjasama selama di Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan.

viii
11. Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya
satu- persatu.
Penulis menyadari di dalam penyusunan Skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan selanjutnya.
Akhirnya penulis berharap semoga penulisan Skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis, akademis, dan juga bagi kita semua.

Depok, November 2021

Penulis

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI .................................................... i


LEMBAR BERITA ACARA UJIAN SKRIPSI ................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN HASIL SIDANG SKRIPSI ............................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS............................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................7
C. Tujuan Penelitian .....................................................................................................8
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................................8
E. Asumsi .....................................................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 10
A. Literatur Review .................................................................................................... 10
B. Landasan Teori ...................................................................................................... 12
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 17
A. Pendekatan Penelitian Kualitatif ............................................................................ 17
B. Desain Penelitian ................................................................................................... 17
C. Sumber Data .......................................................................................................... 19
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................... 20
E. Teknik Analisis Data.............................................................................................. 21
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS ...................................................... 24
A. Profil Lapas Klas I Semarang ................................................................................ 24
1. Gambaran Umum Lapas Klas I Semarang ............................................................ 24

x
2. Struktur Organisasi UPT ...................................................................................... 29
B. Implementasi Pemberian Pembebasan Bersyarat bagi narapidana pidana umum
pada masa pandemi COVID-19 di Lapas Klas 1 Semarang. ........................................ 38
C. Faktor kendala dalam implementasi pemberian Pembebasan Bersyarat bagi
narapidana pidana umum pada masa Pandemi COVID-19 di Lapas Klas 1 Semarang.49
BAB V ................................................................................................................... 51
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 51
B. Saran ...................................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 53

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Narapidana yang mendapatkan PB tahun 2020 di Lapas Semarang ...... 6


Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian.................................................................................. 17
Tabel 4. 1 Data Isi Lapas Klas I Semarang .......................................................... 26

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4. 1 Lapas Klas 1 Semarang ................................................................... 24


Gambar 4. 2 Struktur Organisasi Lapas Klas I Semarang .................................... 29
Gambar 4. 3 Alur Proses Pembebasan Bersyarat .................................................. 42

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 form pengajuan judul ......................................................................... 56


Lampiran 2 Berita Acara Bimbingan Skripsi ........................................................ 57
Lampiran 3 Data Informan Narapidana ................................................................ 58
Lampiran 4 Pedoman Wawancara ........................................................................ 59
Lampiran 5 Hasil Wawancara ............................................................................... 61
Lampiran 6 Dokumentasi Pendukung ................................................................... 71
Lampiran 7 Surat Pengantar Penelitian ................................................................. 73
Lampiran 8 Uji Plagiarism ................................................................................... 77
Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup ........................................................................ 78

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah suatu negara dengan berdasarkan atas hukum, dan tidak
berdasarkan atas suatu kekuasaan belakang. Negara Republik Indonesia
mengandung maksud sebagai negara hukum dengan sistem demokratis yang
berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, terus menjunjung
tinggi hak asasi manusia, serta dapat menjamin semua warga negara bersama
penduduknya di dalam hukum dan sistem pemerintahan dan yang diterapkan
tanpa kecuali. begitu juga yang diterapkan di dalam Lembaga Pemasyarakatan
yang didalamnya terdapat para pelanggar hukum yang diperlakukan sama rata dan
tidak membeda bedakan antara yang lainnya. para pelanggar hukum harus dilihat
dari sudut pandang subjek dan tidak sebagai objek hukum.

Saharjo dalam pidatonya menerangkan sesuatu revolusi tentang


Pemasyarakatan pada saat Saharjo menerima gelar doktor honoris causa bidang
ilmu hukum dari Universitas Indonesia yang bertempat di Istana Negara pada
tanggal 5 Juli 1963, Saharjo pada intinya mengatakan bahwa : “Tujuan dari
hukuman penjara di samping menimbulkan rasa penderitaan pada para terpidana
karena dihilangkan kemerdekaan bergerak. serta membimbing terpidana agar
kembali bertobat dan menjadi probadi yang berguna bagi masyarakat.

Narapidana merupakan sesorang yang telah dinyatakan vonis bersalah oleh


hakim dalam kasus kejahatan dan menjalankan sanksi atas perbuatannya
(menjalankan masa pidana) hilangnya hak kemerdekaan (Supriyanto, 2018).
Narapidana dikategorikan sesuai tindak pidananya yakni tindak pidana umum dan
tindak pidana khusus. Contoh tindak pidana khusus yaitu berupa tindak kejahatan
narkotika, terorisme dan korupsi, sedangkan tindak pidana umum seperti
pencurian, melakukan kekerasan, penipuan, pembunuhan. Perlakuan terhadap
narapidana atau Warga Binaan Pemasyarakatan lebih khusus yang dimana Saharjo
menyampaikan agar “Masyarakat tidak hanya diayomi terhadap perbuatan jahat
yang diulanginya oleh terpidana, melainkan orang yang tersesat harus juga
diberikan pengayoman dengan melakukan dan memberikan bekal hidup sebagai

1
warga di tengah masyarakat yang berguna” dari situ bisa dilihat bahwa
menjatuhkan pidana bukanlah penindakan untuk balas dendam dari Negara
kepada para pelaku pidana. Seseorang akan tobat dengan ikhlas bukan dengan
penyiksaan tetapi dengan bimbingan yang diberikan. Terpidana yang terbukti
melakukan kejahatan juga tidak dijatuhi penyiksaan hanya pidana hilang
kemerdekaan dalam dirinya. Negara telah menjatuhkan pidana hilang
kemerdekaan bagi para terpidana dan pada waktunya tiba Negara akan
mengembalikan terpidana tersebut ke dalam masyarakat untuk menjadi manusia
yang seutuhnya dan dapat berguna kembali di tengah masyarakat sekitarnya.

Dalam pelaksanaan pemasyarakatan dengan menjunjung tinggi hak asasi


manusia yang ada dan menganut sistem reintegrasi sosial atau pengembalian
hidup, kehidupan, dan penghidupan. Pelanggar hukum atau narapidana
melaksanakan hukuman pidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Lembaga
Pemasyarakatan yang disingkat Lapas merupakan salah satu unit pelaksana teknis
yang bertanggung jawab langsung kepada kepala divisi Pemasyarakatan di setiap
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM. Lapas adalah lembaga atau
institusi yang melaksanakan tugas dan fungsi yang diantaranya melakukan
program pembinaan terhadap warga binaan Pemasyarakatan yang disingkat WBP
yang dimana hal ini merupakan suatu pola untuk memulihkan kembali keretakan
yang terjadi antara WBP dengan masyarakat sehingga nantinya warga binaan ini
dapat diterima kembali kedalam masyarakat dan juga dapat berpartisipasi aktif
dalam kehidupan bermasyarakat.

Dwidja Priyatno (2006) memiliki pendapat yaitu suatu sistem


pemasyarakatan merupakan konsep antara rehabilitasi dengan reintegrasi sosial,
agar narapidana tidak mengulangi kesalahannya dan sadar akan kesalahannya,
serta tidak kembali lagi melakukan perbuatan pidana dan dan kembali lagi
menjadi manusia yang seutuhnya atau warga negara yang bertanggung jawab
bagi diri diri, keluarga serta lingkungan yang ada disekitarnya. dengan suatu
sistem yang tidak sepemikiran dengan sistem pemenjaraan yang lebih
menekankan pada ada tindakan pembalasan dendam dan penjeraan. Sistem
pemenjaraan yang dianggap sebelumnya merupakan sistem yang tidak

2
menjunjung hak asasi manusia dan dan tidak sejalan dengan tujuan negara yaitu
Pancasila.

Tugas dan fungsi program pembinaan pemasyarakatan kepada narapidana


dilakukan secara terpadu yang bertujuan agar narapidana setelah menyelesaikan
masa pidananya dapat kembali ke masyarakat dan menjadi warga yang baik.
Dengan ini petugas Pemasyarakatan diharapkan dapat menghayati serta
mengamalkan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya yang dilaksanakan
sesuai dengan asas yang ada dan terkandung dalam Pancasila, Undang-undang
Dasar 1945, Standard Minimum Rules (SMR), dan Undang- Undang Nomor 12
Tahun 1995 yang keseluruhannya dibalut dalam sepuluh prinsip Pemasyarakatan.

Konsep pemasyarakatan sendiri bertujuan akhir untuk mengembalikan


narapidana di masyarakat dengan keadaan utuh dan menghilangkan stigma yang
melekat sebagai pelanggar hukum. Dengan cara melakukan pembinaan dan
pemenuhan hak – hak yang sudah diatur dalam Undang – Undang Nomor 12
Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan pasal 14 ayat (1) antara lain adalah
pemberian remisi, asimilasi, cuti menjelang bebas (CMK), cuti bersyarat (CB),
pembebasan bersyarat (PB). Pemerintah harus berusaha melaksanakan dan
memantapkan pelaksanaan pidana yang sesuai dengan keadaan lingkungan
masyarakat yang berkepribadian. Disini petugas pemasyarakatan memegang peran
penting dalam proses pembinaan dan pembimbingan narapidana dan memiliki
peranan dalam pelaksanaan hak – hak yang dimiliki oleh setiap narapidana.

Pembebasan bersyarat merupakan salah satu metode pembebasan


narapidana dari lapas atau rutan sebelum masa hukumannya berakhir, pembebasan
bersyarat termasuk dalam bentuk Community Based Correction (CBC). CBC
adalah sebuah program atau konsep alternatif pemidanaan atau pengganti pidana
penjara, konsep ini ditepkan terutama kepada pelanggar hukum dalam kategori
ringan dengan pengganti hukuman dengan cara kerja sosial atau bentuk
mengintegrasikan kepada masyarakat. Pelaksanaan CBC yang ada dalam sistem
pemasyarakatan yaitu salah satunya berupa pemberian pembebasan bersyarat
kepada narapidana, sesuai dengan arti dari Community Based Correction
merupakan pembinaan yang berbasis ke masyarakat sama dengan pelaksanaan

3
program pembinaan dengan mengintegrasikan narapidana dalam sistem
pemasyarakatan.

Pembebasan bersyarat seperti yang disebutkan di Undang-undang Nomor


12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan pasal 14 ayat (1) huruf k merupakan
wujud pembinaan bagi narapidana untuk dapat berbaur dengan masyarakat.
Diberikannya hak pembebasan bersyarat memiliki tujuan supaya narapidana dapat
berinteraksi, menyesuaikan diri dan mengembalikan nilai – nilai pada diri
narapidana sehingga masyarakat dapat menerima kembali setelah melaksanakan
masa pidananya (Haryani, S.H). Hak - hak seorang Narapidana diberikan dengan
syarat yang harus dipenuhi, baik narapidana dewasa maupun anak, sebagai warga
binaan Pemasyarakatan. Dalam usaha perwujudannya pemerintah membuat hal
tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1999 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, Peraturan Pemerintah No. 32
Tahun 2006 jo. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1999 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan jo Peraturan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No 21 Th 2013 tentang Syarat dan Tata
Cara Pemberian Remisi, Asaimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan Cuti Bersyarat jo. Peraturan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia No. 21 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Syarat
dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga,
Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat jo. Peraturan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. 3 Tahun 2018 tentang Syarat dan
Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga,
Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat kemudian
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 18 Tahun 2019 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. 3 Tahun
2018 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti
Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti
Bersyarat. Melihat peraturan – peraturan tersebut tidak serta merta diberikanya
pembebasan bersyarat kepada narapidana, ada syarat syarat yang harus dipenuhi
untuk menunjang setiap program pembinaan yang ada di Lapas. Pelaksanaan

4
pemberian pembebasan bersyarat bagi narapidana yang sudah berjalan selama ini
merupakan bentuk kinerja dan usaha dalam mewujudkan tujuan sistem
pemasyarakatan di Indonesia

Dengan adanya bencana pandemi COVID-19 saat ini, Kementerian


Hukum dan Hak Asasi Manusia mengambil langkah dengan dilatarbelakangi
dengan adanya pertimbangan dari Komisi Tinggi PBB “Urgent Action Needed to
Prevent COVID-19 Rampaging Through Places of Detention” yang berisi tentang
intruksi untuk memberikan perlindungan kepada setiap orang tak terkecuali yang
berada di tempat penahanan (lembaga pemasyarakatan) khususnya dengan kondisi
overcrowded, tidak memungkinkan untuk melakukan adanya social distancing,
dan fasilitas kesehatan yang terbatas. Komisi ini mendorong kepada pemerintah
untuk mengurangi tingkat hunian dengan situasi yang tergolong berat dalam
mengambil kebijakan atau keputusan terhadap orang yang rentan tertular oleh
COVID-19. Lembaga pemasyarakatan memiliki aspek desain bangunan yang
kompleks, dibatasinya pergerakan narapidana, dan kondisi overcrowded yang
membuat saling berdesak desakan sehingga tidak memungkinkan untuk
melaksanakan social distancing. Kemudian kondisi fasilitas kesehatan yang
terbatas di berbagai lapas sehingga diperlukan pertimbangan pengeluaran
narapidana.

Indonesia termasuk negara yang terkena dampak COVID-19 terkonfirmasi


kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020 juga mengambil sebuah kebijakan
pembebasan narapidana yang diatur dalam Permenkumham 10 Tahun 2020
tentang Syarat Pemberian Asimilasi dan Hak Integrasi Bagi Narapidana dan Anak
Dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran COVID-19 dan
Kepmenkumaham Nomor M.HH-19.PK.01.04.04 Tahun 2020 tentang
Pengeluaran dan Pembebasan Narapidana dan Anak Melalui Asimilasi dan
Integrasi Dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran COVID-
19. Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Reynhard Silitonga berpendapat bahwa
dikeluarkannya kebijakan tersebut sempat banyak terjadi pro dan kontra dari
kalangan masyarakat yang berpikiran bahwa narapidana yang dibebaskan akan
mengulangi kejahatan kembali dan kriminalitas akan meningkat, tetapi dengan

5
adanya bukti data yang ada pada bulan April 2020 semenjak dari kebijakan
tersebut dikeluarkan dari 38.882 narapidana hanya 0,12% (persen) yang
melakukan kejahatan kembali sehingga awal pro kontra yang terjadi hanyalah
asumsi masyarakat yang belum begitu paham terkait tersebut. Narapidana tidak
semata-mata dibebaskan begitu saja tetapi ada syarat dan prosedur yang harus
dipenuhi untuk mendapatkan hak tersebut. Dinilai kebijakan tersebut berjalan
dengan baik, kemudian pemerintah melalui Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia memperbarui kebijakan dalam penangan COVID-19 tersebut yaitu
Permenkumham Nomor 32 Tahun 2020 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian
Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat Bagi
Narapidana dan Anak Dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan
Penyebaran COVID-19.

Tabel 1.1 Narapidana yang Mendapatkan Pembebasan


Bersyarat pada Tahun 2020 di Lembaga Pemasyarakatan
Klas 1 Semarang
Bulan Jumlah
Januari 18
Februari 32
Maret 26
April -
Mei 21
Juni 8
Juli 23
Agustus 40
September 25
Oktober 29
November 28
Desember 34
TOTAL 284
Sumber Sekunder : Seksi Bimkemas Lapas Kelas 1 Semarang

6
Dari data yang didapat dari Seksi Bimkemas Lembaga Pemasyarakatan
Klas 1 Semarang pada tahun 2020, telah melaksanakan Pembebasan Bersyarat
kepada narapidana sebanyak 284 orang, disetiap bulannya ada kenaikan dan
penurunan yang tak menentu. Pada pelaksanaan pemberian pembebasan bersyarat
bagi narapidana kategori kasus pidana umum pada bulan Januari sampai Maret
tahun 2021 sebanyak 15 orang narapidana. Pelaksanaan pemberian PB pada tahun
2020 dan bulan Januari-Maret 2021 belum adanya laporan dari Balai
Pemasyarakatan (Bapas) terkait klien yang melakukan pelanggaran atau gagal
melaksanakan Pembebasan Bersyarat.

Dalam pelaksanaan mengintegrasikan narapidana ke dalam kehidupan


masyarakat (pemberian Pembebasan Bersyarat) bagi narapidana pidana umum
harus adanya kepahaman petugas dan narapidana, komunikasi yang baik
diperlukan antara petugas dengan petugas, petugas dengan narapidana, dan
narapidana dengan narapidana atau dalam sebuah bentuk sosialisasi semua pihak
yang terkait dengan melihat aturan aturan yang berlaku dan kondisi dalam
pelasanaan program dan proses maupun syarat syarat yang sudah diatur sehingga
pelaksanaan atau implementasi program tersebut berjalan dengan efektif dan
terarah tujuannya.

Dengan demikian berdasarkan pembahasan di atas, penulis mengambil judul


dalam proposal ini yaitu “Implementasi Pemberian Pembebasan Bersyarat
Kepada Narapidana Pidana Umum Pada Masa Pandemi COVID-19 Di
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Semarang”.

B. Rumusan Masalah

Sebagaimana dalam pembatasan masalah diatas, maka penulis


merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi pemberian Pembebasan Bersyarat bagi


narapidana pidana umum pada masa pandemi COVID-19 di Lapas Klas 1
Semarang ?

7
2. Apa saja faktor kendala dalam implementasi pemberian Pembebasan
Bersyarat bagi narapidana pidana umum pada masa Pandemi COVID-19
di Lapas Klas 1 Semarang?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan penelitian di


Lapas Kelas I Semarang adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui implementasi pemberian Pembebasan Bersyarat di


masa Pandemi COVID-19 kepada narapidana pidana umum.
2. Untuk mengetahui faktor kendala dalam implementasi pemberian
Pembebasan Bersyarat bagi narapidana pidana umum pada masa Pandemi
COVID-19.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi


pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu
pemasyarakatan pada khususnya. Untuk mengetahui dan mempelajari
tentang implementasi dan prosedur pemberian Pembebasan bersyarat di
masa Pandemi COVID-19. Dalam rangka pengetahuan tentang peraturan
dan prosedur baru tentang pemberian Pembebasan Bersayarat agar
masyarakat dan para pembaca mengetahui hal hal baru mengenai
Pembebasan Bersyarat.

2. Manfaat Praktis

Menjadi bahan dasar pemikiran dan bahan referensi bagi Direktorat


Jenderal Pemasyarakatan tentang pelaksanaan pemberian pembebasan
bersyarat kepada narapidana umum pada masa pandemi COVID-19. Dan
juga sebagai pedoman dan sarana edukasi dan referensi bagi Unit Pelaksana
Teknis (UPT) dalam mendiskripsikan pengaturan dan memberikan
penjelasan tentang prosedur pemberian Pembebasan Bersyarat kepada
narapidana pidana umum di masa Pandemi Covid 19, serta memeberikan

8
gambaran implementasi pelaksanaan pemberian Pembebasan Bersyarat
kepada narapidana pidana umum di masa Pandemi COVID-19.

E. Asumsi

Pembebasan bersyarat merupakan program untuk memulihkan kembali


keretakan yang terjadi antara narapidana dengan masyarakat sehingga nantinya
narapidana dapat diterima kembali kedalam masyarakat dan juga dapat
berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat. Pada pandemi COVID-19,
pelaksaan pembebasan bersyarat memiliki aturan dan beberapa kebijakan salah
satunya Permenkumham Nomor 24 Tahun 2021 Tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 32 Tahun 2020
Tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat,
Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat bagi Narapidana dan Anak dalam
Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran COVID-19. Pelaksanaan
pemberian pembebasan bersyarat kepada narapidana pidana umum pada masa
pandemi COVID-19 di Lembaga Pemasyarakatan Klas 1 Semarang
dilaksanakan sesuai prosedur dan mekanisme yang ada. Namun masih
ditemukan kendala dalam pelaksanaan.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Literatur Review
1. Tinjauan Yuridis Terhadap Efektifitas Prosedur Pemberian Pembebasan
Bersyarat Secara Online (System Database Pemasyarakatan) (Ahmad
Syaifuddin, 2019)
Dalam Proses Pembinaan Narapidana Penelitian ini di tulis oleh Ahmad
Syaifudin pada tahun 2009 di Lembaga Pemasyaralatan Kendal. Skripsi ini
meneliti tetang bagaimanan Pemberian PB secara Online bagi narapidana,
keefektifan pemberian PB secara online serta kendala dan solusi yang dihadapi
ketika melaksanakan pengajuan PB secara online menggunakan Syste database
Pemasyarakatan. (Ahmad Syaifuddin, 2019)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode pendekatan


sosiologis yang mana meneliti efektifitas pemberian Pembebasan Bersyarat
melalui Online terhadap narapidanan yang dilihat dari aspek hukum. Pada
jurnal ini peneliti akan melakukan komparisasi proses Pembebasan Bersyarat
secara manual dengan secara Online menggunkaan System Database
Pemasayarakatan berdasarkan peraturan perundang undangan serta
menentukan proses yang ada dalam permohonan Pembebasan Bersyarat juga
dampak yang ditimbulkan dari metode manual dan metode online. Sehingga
penulis nantinya akan mengamati dari hasil penelitian penulis untuk kendala
apa yang terjadi dan mengambil langkah solusinya atas implementasi
pemberian Pembebasan Bersyarat saat pandemi COVID-19.

2. Efektifitas Pembebasan Bersyarat Terhadap Narapidana Residivis


Narkotika (Studi Kasus di Rutan Kelas IIB Kota Sigli) (Muhammad Sidiq,
2018)
Penelitian dilakukan oleh Hanin Furqon dan Muhammad Sidiq di Rutan
Kelas IIB Sigli pada tahun 2018. Jurnal yang di tulis oleh Hanin Furqon dan
Muhammad Sidiq membahas tentang efektifitas Pemberian PB terhadap

10
Narapidanan Residivis kasusu Narkotika yang di mana Pembebasan Bersyarat
terhadap narapidana kasus narkotika dilaksanakan dengan syarat administrasi
dan proses pembinaan dilihat dari sudut pembinaan dan rehabilitasi terhadap
narapidanan residivis kasusu narkotika.
Dalam proses pelaksanaannya jurnal ini membahas tentang syarat
administrasi yang diperlukan dalam melakukan proses pembebasan bersyarat
terhadap narapidana yang melakukan pengulangan tindak pidana atau residivis
kasus narkotika di Rutan Kelas IIB Sigli yang harus dipenuhi syaratnya sesuai
yang tercantum dalam Pasal 7 Permenkumham RI Nomor M.2.PK.04-10
Tahun 2007 tentang Syarat dan tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat. Selain itu Jurnal ini juga
membahas tentang narapidana residivis kasus narkotika di Lapas Kelas IIB
Kota Sigli mendapatkan upaya pembinaan dan rehabilitas apakah sesuai
dengan standar yang ditetapkan. Dari sini penulis dapat melihat upaya
pembinaan serta rehabilitasi yang di laksanakan Rutan Kelas IIB Kota Sigli
sangat memadai mulai dari pembinaan dibidang agama sampai pembinaan
dibidang keterampilan yang mungkin berguna nantinya bagi narapidana
residivis kasus narkotika bila kembali ke lingkungan masyarakat. Dengan
demikian penulis akan mengamati prosedur pemberian Pembebasan bersyarat
yang berbeda, yaitu pemberian pembebasan bersyarat kepada narapidana
pidana umum pada masa pandemi COVID-19.

3. Tinjauan Yuridis Terhadap Efektifitas Prosedur Pemberian Pembebasan


Bersyarat Dalam Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II A Kendal (Hidayat, 2014)
Tesis yang berjudul Tinjauan Yuridis Terhadap Efektivitas Prosedur
Pemberian Pembebasan Bersyarat Dalam Pembinaan Narapidana Di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Kendal ditulis oleh Hidayat pada tahun 2014 yang
mana meneliti tentang pemberian Pembebasan Bersyarat di Lapas Kelas IIA
Kendal sebagai Hak Narapidana, Penelitian ini menggunakan metode
penelitian pendekatan yuridis normatif dengan menggunakan jenis penelitian
tipe Deskriptif Analisis. Sumber Data yang digunakan dalam penelitian ini
11
adalah sumber data Sekunder dan mencakup bahan bahan hukum yang berlaku
dan mengikat serta dapat berhubungan dengan objek penelitian. Sedangkan
metode pengambilan data yang digunakan adalah penelitian kepustakaan
(Library Research) serta untuk mendapatkan data primer menggunakan metode
observasi lapangan dan wawancara.
Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa alur pemberian pembebasan
bersyarat bagi narapidana di Lapas Kelas IIA Kendal kurang efektif .
narapidana kesulitan dalam memperoleh surat legalisasi Surat Jaminan dari
kelurahan jika si penjamin domisili tempat tinggal tidak satu kelurahan dengan
narapidana. Masalah yang lain adalah waktu yang cukup lama dalam
menunggu terbitnya surat keterangan tidak ada perkara lain yang didapat dari
kejaksaan dan penelitian kemasyarakatan yang dibuat oleh pembimbing
kemasyarakatan dari bapas. Selain itu juga ditambah kurangnya petugas
pemasyarakatan yang bekerja untuk mengurus Pengajuan PB dari setiap
narapidana serta panjangnya alur dalam pengajuan PB melalui birokrasi yang
panjang sesuai pasal 57 dan 58. Dengan demikian nantinya penulis akan
mengamati kendala kendala yang terjadi pada saat proses pelaksanaan
pemberian pembebasan bersyarat di masa pandemi COVID-19 ini dan
memberikan solusi atas permasalahan yang ada nantinya.

B. Landasan Teori
1. Teori Utilitarian
Pengertian Utilitarianism menurut John Stuart Mill yaitu sebuah bentuk
paham etis atau perbuatan etis yang memiliki pendapat bahwa suatu yang baik
adalah yang bermanfaat, baik, menguntungkan bagi diri sendiri dan orang lain
dalam perbuatan. Utilitarianism adalah teori yang menyatakan bahwa suatu
tindakan (atau aturan, institusi, dll.) Benar sejauh mengarah pada utilitas total
yang lebih besar daripada alternatif apa pun. Ini adalah contoh utama teori moral
konsekuensialis, yaitu teori yang menyatakan bahwa hanya konsekuensi X yang
menentukan kebenaran atau kesalahan X. Utilitas - utilitarian yang baik berusaha
untuk memaksimalkan - dapat dipahami dengan berbagai cara. Secara tradisional,
sudah diberi makna hedonistik. Utilitas dan disutilitas pada pemahaman ini
12
mengacu pada kondisi pikiran kesenangan dan rasa sakit. Yang lain telah
memahami utilitas sebagai pemenuhan keinginan atau kepuasan preferensi. Hari
ini, banyak yang telah menetap untuk label “kesejahteraan” yang agak inklusif,
yang merupakan istilah yang akan saya gunakan secara bergantian dengan utilitas.
Kesejahteraan mengacu pada hal atau hal-hal yang meningkatkan kesejahteraan
seseorang. Semakin banyak kesejahteraan yang dimiliki seseorang, semakin baik
dari dia. Seorang utilitarian akan mengatakan bahwa tindakan yang benar secara
moral adalah tindakan yang, di antara alternatif, mengarah ke jumlah terbesar total
kesejahteraan di antara makhluk yang relevan secara moral. Teori utilitarian akan
menghukum akibatnya mengatakan bahwa hukuman dibenarkan selama itu
mengarah ke utilitas total yang lebih besar dari pada alternatif lebih sejahtera
daripada alternatif (Duus-Otterström, 2019).
Ini jelas memiliki konsekuensi untuk bagaimana kita berpikir tentang
hukuman. Utilitarianism adalah teori egaliter meskipun dapat dibenarkan hasil
yang sangat tidak setara. Pada tahap input kalkulus utilitas tidak ada diskriminasi:
setiap makhluk yang relevan secara moral dimasukkan, dan utilitas seseorang pada
prinsipnya tidak dianggap lebih penting daripada utilitas dari yang lain (Duus-
Otterström, 2019).
Jika utilitarian membuat pilihan antara hukuman dan perawatan pada
dasarnya faktual alasan, retributivists tentu berkomitmen pandangan bahwa
hukuman harus melibatkan kerugian. Tidak ada pengamatan empiris tentang
efisiensi kerusakan dapat mengubah ini, karena ini merupakan persyaratan
normatif bahwa pelaku kesalahan mengalami rasa sakit dan kekurangan. Selain
itu, retributivist berpendapat bahwa hukuman harus memiliki nada emosional
tertentu (Sawczyn, 2018).
Dalam konteks ini teori utilitarian digunakan dalam melakukan perawatan
para WBP yang telah melakukan kejahatan, dengan tetap menggunakan teori
retributive dimana dilakukan penjatuhan pidana atas dasar hukuman atas kejahatan
yang telah dilakukan.
Kondisi di Lapas saat ini Hukuman tidak memenuhi tujuan utilitarianism:
untuk memaksimalkan konsekuensi yang baik bagi mayoritas masyarakat. Itu
tidak mencegah kejahatan dengan menciptakan tahanan yang lebih disiplin tetapi
13
menciptakan tahanan yang lebih rentan terhadap kekerasan dan kemarahan. Yang
negatif hasil untuk semua kelompok yang terlibat jauh lebih besar daripada yang
positif, yaitu kebalikan dari tujuan utilitarianism dimana masih banyak hukuman
tidak memanusiakan tahanan dan tidak proporsional dengan kejahatan seperti
kurungan isolasi sangat menghukum seseorang secara psikologis dan fisik, yang
menyebabkan efek abadi yang tidak dibenarkan melalui dua teori filosofis utama
tentang hukuman (Sawczyn, 2018).
Sedangkan tujuan retributivism: untuk memperbaiki tindakan yang salah
sementara menghormati pilihan otonom orang tersebut untuk melakukan
kejahatan. Tujuan dari hukuman utilitarian dan retributivist (maksimum positif
hasil, keamanan, rasa hormat, dan proportionalities) (Sawczyn, 2018).

2. Konsep Pelayanan Publik


Pelayanan publik adalah suatu aktivitas atau kegiatan untuk melayani
kebutuhan dan keperluan konsumen yang memiliki sifat berwujud dan tidak
terwujud dalam bentuk barang atupun jasa disertai mapupun tidak disertai atas
kepemilikan barang atau jasa tersebut (Moekijat, 2006). Publik yang diartikan
dalam pemahaman ini lebih ditujukan kepada penerima pelayanan atau pengguna
layanan jasa dan pengguna fasilitas yaitu mereka atau warga negara atau
masyarakat yang pada kongkritnya bukan hanya masyarakat yang langsung bisa
menikmatinya tetapi juga pada calon pengguna di masa depan yang diberikan dan
disediakan oleh institusi pelayanan publik (public service provider). Menurut
Nugroho (2008) pelayanan publik merupakan kumpulan berbagi tugas yaitu tugas
pelayanan publik untuk melakukan pelayanan kepada publik atau masyarakat
umum tanpa membeda bedakan dengan cuma cuma atau biaya sedemikian rupa
yang diemban oleh negara atau pemerintah dalam birokrasinya, pelayanan public
tidak diberikan upah atau pun memberikan upah karna pelayan public bersifat
terbuka. Tugas pembangunan yaitu tuga untuk melakukan pembanguan terhadap
masyarakat dan untuk peningkatan kesehatteraan yang berfokus pada membangun
produktivitas dan mengkreasikan nilai nilai ekonomi dari masyarakat tersebut,

14
selanjutnya yaitu tugas pemberdayaan yang memiliki peran untuk meningkatkan
kualitas dari kemanusiaan dan kemasyarakatan yang ada.
Melihat dalam Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik pada pasal 1 ayat 1 “bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administrative”. Menurut Dwiyanto (2008) dalam
buku yang ditulisnya yang berjudul “ Mewujudkan Good Governance Melalui
Pelayanan Publik” mendapatkan hasil ada suatu hal yang menjadi pertimbangan
yaitu mengapa pelayanan public bisa dijadikan suatu titik yang strategis dalam
proses awal pengembangan good governance di Negara Indonesia, pelayanan
public memiliki dan atau melibatkan unsur unsur yang ada dalam pemerintahan.
Pemerintah bisa menjadi representasi suatu negara, masyarakat juga memiliki
peran yang penting dan menjadi dari bagian penyelenggaraan dalam proses
pelaksanaan pelayanan publik dan harus memberikan suatu pelayanan publik yang
sesuai dengan peraturan yang sudah berlaku.
Untuk menyiapkan sebuah pelayanan publik yang berkualitas dan sesuai
harapan, harus berdasarkan pada sistem yang memiliki karakteristik atau pada ciri
ciri tertentu. Menurut Fitzsimmons dalam Sedarmayanti, pelayanan publik
merupakan sesuatu hal yang kompleks, sehingga dalam mengukur kualitas dari
pelayanan publik dapat melihat dari lima indikator, yaitu :
a. Reability, merupakan sebuah kinerja untuk memberikan pelayanan secara
benar dan tepat
b. Responsivenes, adalah suatu keinginan dan kesadaran untuk memberikan
bantuan dan melayani pelayanan secara efektif.
c. Assurance, sebuah wawasan atau pengetahuan, tingkah laku atau kesopanan,
kepercayaan diri dalam memberikan pelayanan.
d. Empathy, kemampuan atas kesadaran untuk melakukan pendekatan dan
memberikan sebuah perlindungan dan melakukan usaha untuk dapat
mengetahui keinginan dari pelanggan.
e. Tangibles, sebuah kerapian atau penampilan dari pegawai dan fasilitas fisik
lainnya, seperti peralatan untuk menunjang pelayanan.
15
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik perlu adanya keterlibatan
masyarakat yang optimal, masyarakat melakukan fungsi kontrol untuk membantu
bagaimana pelayan publik berjalan dengan sebagaimana mestinya. Pengetahuan
dan kesadaran masyarakat mengenai peran apa yang dibutuhkan dalam melakukan
pelayananan public contohnya seperti hak serta kewajiban dari masyarakat, dan
harus memenuhi kewajiban atas ketentuan yang diatur dan tercantum sesuai
standar penyelenggaran pelayanan publik dan mematuhi aturan terkait. Peran
masyarakat dalam pengawasan penyelenggaran pelayanan publik diatur dalam
Undang-Undang Normor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik pasal 35 ayat
(3) huruf a yang yang berbunyi “Masyarakat dapat melakukan aduan atau
menyampaikan laporan sebagai bentuk pengawasan”, hal ini menjelaskan bahwa
masyarakat dapat melakukan pengaduan atau pelaporan apabila penyelenggaran
pelayanan public yang di laksanakan dan diselengarakan tidak sesuai dengan
aturan yang berlaku dalam pelaksanaan pelayanan public terhadap masayarakat.

Dalam pelaksanaan pemberian hak kepada narapidana seperti pemberian


integrasi perlu adanya kerja sama dari semua pihak, karena termasuk juga bentuk
dari pelayanan publik. Sistem yang berjalan harus berdasarkan standar prosedur
dan aturan yang ada, kesadaran dari penyelenggara pelayanan publik dan
konsumen maupun calon konsumen serta peran masyarakat yang ada sangat
penting untuk mewujudkan sebuah pelayanan yang efektif dan tepat.

16
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian Kualitatif


Munculnya penelitian kualitatif pada masa postpositisme ketika adanya
perubahan terkait dengan cara pandang suatu fenomena atau realitas. Filsafat
fenomenalogis dan humanistic menyadari adanya sebuah pendekatan dari sebuah
pendekatan kualitatif, hal ini berseragam pada suatu tradisi oleh pemikiran
positivisme dengan suatu pendekatan kualitatif. Sejarah mengungkapkan bahwa
penelitian dangan cara pendekatan kualitatif dikembangkan dengan kebutuhan
manusia dimana selalu timbulnya rasa ingin tahu dari manusia, walaupun
dimulainya penelitian pendekatan kualitatif mendapatkan pertentangan dengan
penelitian kualitatif.
Bogdan dan Taylor (1975) berpendapat dan mendefinisikan tentang
metode penelitian kualitatif dapat menghasilkan data yang deskriptif yang berupa
suatu kata-kata ataupun tulisan yang berasal dari lisan dan perilaku manusia yang
diamati (Sanusi, 2011). Pendekatan ini berpandangan bahwa bagian dari
keutuhannya merupakan suatu latar dan individu yang dilihat secara holistik
(utuh), dan tedak meletakan suatu subjek kedalam variabel ataupun hipotesis.
Sejalan dengan pendapat itu, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian
dengan pendekatan kualitatif merupakan suatu ilmu pengetahuan sosial dengan
pengamatan langsung terhadap manusia di suatu kawasan sendiri serta
berhubungan dengan manusia lainnya yang satu bahasa dan peristilahannya
(Sugiyono, 2015).
Dengan demikian dapat diartikan bahwa penelitian dengan metode
kualitatif, data yang diterima dari informan tidak terbatas seperti bentuk kuesioner
karena informan dapat menyampaikan informasi sebanyak- banyaknya dengan
menggunakan teknik wawancara mendalam.

B. Desain Penelitian
Penelitian yang telah di lakukan sebelumnya oleh peneliti kali ini adalah
penelitian dengan menggunakan metode penelitian Kualitatif Deskriptif. Pada
Penelitian Kualitatif Deskriptif adalah dengan menggunakan desai deskriptif
17
kualitatif. Penelitian ini berfokus pada suatu aspek atau objek yang dianggap
menarik dan ingin diteliti sebagai suatu kasus. Data dalam studi ini dapat
dikumpulkan menggunakan data semua pihak yaitu data baik secara primer dan
sekunder. Dengan demikian studi ini bisa dibilang disusun menggunakan berbagai
berbagai sumber yang ada. (Nawawi, 2003:1).

Mudjia Raharji, 2017 hal 14-20 menjelaskan tentang langkah langkah yang
bisa dilakukan dalam melakukan penelitian :

a. Menentukan Tema, Topik, dan Kasus. Pada langkah awal seorang peneliti
harus yakin dalam memilih suatu kasus yang ingin diteliti dan merupakan
salah satu bagian dari suatu “Body of knowledge” yang dipelajari.

b. Membaca dan Mencari Literatur. Pada langkah kedua penelitian harus


mengumpulkan dan membaca Literatur dari berbagai sumber yang sejalan
dengan penelitiannya baik dari media cetak seperti Koran atau surat kabar,
jurnal yang ada, penelitian atau artikel, majalah ilmiah atau buku yang terkait
dan bisa menjadi data pendukung dan referensi dari penelitian yang akan
dilakukan.

c. Merumuskan fokus dan masalah yang akan diteliti. Langkah ketiga adalah
yang sangat penting yaitu kita sebagai peneliti mencari dan menemukan
rumusan masalah yang akan dimasukkan ke dalam penelitian . tahap ini harus
dibuat agar penelitian bisa fokus dan mengalah dalam suatu kasus yang akan
diteliti.

d. Mengumpulkan data. Pada tahap ini perlu juga dilakukan karena menyangkut
akan hasil dan mempengaruhi hasil yang akan diteliti. Data penelitian yang
digunakan bisa berupa studi kasus yang meliputi banyak teknik, seperti,
observasi , dokumentasi, dan wawancara.

e. Menyempurnakan data. Data yang sudah dikumpulkan dan didapatkan perlu


untuk di semburnakan dengan cara yaitu menyeleksi atau lebih membaca
lebih detail tentang data yang bisa digunakan yang sejalan dan masuk ke
dalam kasus dan rumusan masalah yang diajukan.

18
f. Mengelola data. Pada tahap ini setelah data yang didapatkan bisa dianggap
baik dan sempurna, seorang peneliti bisa melaksanakan pengolahan data,
yaitu melakukan kroscek dengan kebenaran data, melakukan coding
(penyandingan), mengkategorikan (mengklasifikasikan) data, menyusun data,
melihat dan mengecek jawaban serta wawancara yang kurang sempurna.
Pada tahap ini bisa dilakukan dengan tujuan agar mempermudah peneliti
dalam menggunakan data yang didapatkan.

g. Menganalisis data. Setelah mendapatkan data yang cukup dan melakukan


transkripsi yang bisa berupa hasil observasi dan wawancara yang dilakukan
atau dokumen tasi berupa gambar foto, serta catatan harian subjek dan lainnya
yang bisa masuk ke dalam data penelitian yang dianggap lengkap dan
sempurna. Analisis yang dilakukan yaitu analisis studi kasus serta penelitian
kualitatif yang hanya bisa dikerjakan oleh peneliti itu sendiri dan tidak bisa
dilakukan oleh orang lain selain peneliti yang akan melakukan penelitian itu
sendiri.

h. Kesimpulan hasil penelitian. Pada penelitian yang dilakukan oleh pendidikan


dengan jenjang D4 ( Skripsi ) fakta fakta yang ditemukan dan ada dilapangan
harus dijelaskan secara deskriptif sesuai permasalahan atau pertanyaan
peneliti (Data Description).

C. Sumber Data
Sumber data yang diambil dikumpulkan dengan teknik yang terbagi
menjadi dua, agar penulis mendapatkan hasil yang objektif, yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah suatu data yang didapatkan langsung oleh
informan yang berada di Lapas ketika melaksanakan penelitian
(Semiawan, 2017). Data yang didapat dengan cara melaksanakan suatu
pengamatan dan juga dengan cara wawancara langsung.
Data primer yang diperoleh dari lapangan khususnya dari Lapas Kelas
I Semarang berupa tanggapan atau pendapat narasumber atau informan baik
narapidana maupun petugas, narapidana kasus pidana umum dan petugas
yakni Kepala Seksi Bimkemas dan staff Bimkemas.
19
2. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan oleh penulis dalam penelitian ini dengan
mendapatkan sumber pendukung yang diambil dari studi literatur, buku yang
terkait, internet yang tebukti kebenarannya, artikel pada jurnal dan prosiding,
tulisan yang berhubungan dan sejalan dengan masalah yang diteliti, serta
dikuatkan dengan berbagai teori dan konsep pelayanan publik serta yang
berhubungan dengan pemberian pembebasan bersyarat bagi narapidana, serta
peraturan perundang-undangan(Semiawan, 2017).
Digunakan data sekunder, yaitu data yang didapatkan dan diperoleh
dari bahan tertulis berupa dokumen atau surat resmi dan surat keputusan
pembebasan bersyarat yang diberikan narapidana serta peraturan perundangan
yang terkait.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang diperlukan dalam pengumpulan sumber data yang
menjelaskan terkait tentang penelitian ini dilakukan dengan:

1. Observasi
Observasi yang biasa disebut pengamatan adalah salah satu teknik
pengumpulan sumber data untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara
pengamatan dan pengindraan kepada kegiatan yang dilakukan para
responden dalam aktivitas kehidupannya (Semiawan, 2017).
Observasi akan dilaksanakan di Lapas Kelas I Semarang dengan
melihat pelaksanaan pemberian pembebasan bersyarat yang diikuti oleh
narapidana pidana umum yang akan dilakukan sebelum pelaksanaan
penelitian dimulai.

2. Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan yang memeiliki tujuan agar
memperoleh keterangan atau informasi dengan apa yang diteliti (Wijaya,
20
2018) dalam melaksanakan penelitian kualitatif, teknik wawancara
merupakan hal yang terpenting dikarenakan dalam melakukan penelitian
ini penulis akan mewawancarai responden secara mendalam dan langsung
guna memperoleh data.
Wawancara akan dilakukan dengan petugas Seksi Bimkemas dan
petugas yang terkait dalam pelaksanaan pemberian pembebasan bersyarat
serta narapidana pidana umum.

3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan cara dokumentasi adalah salah satu
cara pengumpulan sumber data berupa arsip-arsip yang diperlukan,
peninggalan data tertulis, dan buku-buku terkait tentang pendapat, serta
berbagai rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian
(Wijaya, 2019). Teknik ini merupakan hal yang diperlukan dikarenakan
dokumentasi merupakan suatu data pendukung dalam melakukan penelitian
guna menguatkan kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian.
Dokumentasi yang akan penulis kumpulkan berupa kegiatan setiap
prosedur dan proses pelaksanaan pemberian pembebasan bersyarat serta data-
data arsip yang terkait dengan program pemberian pembebasan bersyarat
khususnya terhadap narapidana pidana umum.

E. Teknik Analisis Data


Teknik analisis Data adalah metode yang bisa digunakan untuk
menetapkan dan mengubah suatu data yang diperoleh dalam penelitian untuk
dikembangkan dan diubah menjadi suatu informasi yang kemudian akan diolah
dengan karakteristik yang lebih sederhana dan efektif untuk dipahami serta dapat
menjadi solusi dari permasalahan yang diperoleh, yang terpenting adalah
permasalahan yang menjadi permasalahan penelitian (Wijaya, 2019).

Tujuan dari melakukan analisis data adalah agar data yang diperoleh dapat
lebih mudah untuk disampaikan dan dipahami serta lebih mudah untuk mengambil

21
dan menarik kesimpulan penelitian. Hal ini dilakukan dengan dasar yaitu suatu
pengujian dan pendugaan dari hipotesis yang sudah dibuat (Rijali,2019).

Sugiyono (2016) menyatakan untuk mengetahui keabsahan data penilitian


perlu dilakukan teknik triangulasi, jika penelitian menggunakan teknik triangulasi
maka dengan cara mengumpulkan data kemudian melakukan pengecekan data
apakah data tersebut kredibel atau tidak dari berbagai sumber dan pengumpulan
data dengan beragam teknik. Pada penilitian ini, analisis data menggunakan
dengan 3 cara, yakni :

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah tahap dimana peneliti harus,


mengumpulkan, mencatat, dan mencari data yang diperlukan secara objektif
dan sesuai fakta atau apa adanya yang harus sama dengan hasil temuan saat
wawancara dan observasi di lapangan.

2. Reduksi Data

Sugiyono (2010:338). Mereduksi adalah Merangkum data yang sudah


didapatkan, memilih pokok data yang didapatkan, memfokuskan data pada
suatu hal yang dianggap penting oleh peneliti, mencari tema penelitian dan
pola yang digunakan serta membuang hal hal yang dianggap tidak perlu.
Dengan kata lain bahwa data yang sudah direduksi memiliki tingkat
kesederhanaan yang lebih baik sehingga lebih mudah untuk dipahami dan di
teliti untuk pengumpulan data berikutnya, data yang sudah direduksi memiliki
kelibahan yaitu saat peneliti ingin melihat dan mengalalisis lebih lanjut
tentang data yang didapatkan maka akan lebih cepat prosesnya dan lebih
efektif.

3. Penarikan Kesimpulan

Pada tahap ini data yang sudah di dapatkan dan di oleh dengan tahap
tahap sebelumnya kemudian diambil kesimpulan yang secara kritis dengan
menggunakan metode induktif yang didapatkan dari suatu hal yang bersifat
22
khusus untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang lebih objektif. Ketika
sudah mendapatkan kesimpulan kemudian dapat melakukan verifikasi dengan
melihat kembali hasil sebelumnya yaitu hasil reduksi dan display data
sehingga penarikan kesimpulan tidak melenceng dan mengarah ke arah yang
berbeda dari yang diinginkan.

A. Jadwal Penelitian
Sebelum menentukan judul penelitian, penulis telah melakukan observasi
langsung pada bulan Februari 2021, kemudian penulis mengidentifikasi masalah
terkait Pembebasan Bersyarat di Lapas Kelas I Semarang selama pandemi
COVID-19. Lalu pada minggu keempat bulan Februari 2021 penulis mengajukan
judul ke Dosen Pembimbing Proposal Skripsi yang telah ditentukan. Selanjutnya
pada bulan Maret hingga April penulis melakukan penyusunan proposal,
dilanjutkan pada minggu pertama bulan Mei 2021 penulis melaksanakan Seminar
Proposal Skripsi. Kemudian penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 7 Juni
2021 sampai dengan tanggal 9 Agustus 2021.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian


Feb Maret April Mei Juni Juli Agustus Sept Okt Nov
No. Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Observasi
2 Identifikasi Masalah
3 Pengajuan Judul
4 Penyusunan Proposal
5 Bimbingan Proposal
6 Seminar Proposal
7 Pengumpulan Data Penelitian
8 Penyusunan Laporan
9 Ujian Skripsi

23
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS

A. Profil Lapas Klas I Semarang


1. Gambaran Umum Lapas Klas I Semarang

Gambar 4.1. Lapas Klas I Semarang

Lembaga Pemasyarakatan Klas I Semarang merupakan salah satu Unit


Pelaksana Teknis (UPT) di bidang Pemasyarakatan dimana termasuk dalam
wilayah kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Jawa Tengah.

Lembaga Pemasyarakatan ini diresmikan pemakaiannya pada tanggal 13


Maret 1993 oleh Menteri Kehakiman pada saat itu Bapak Ismail Saleh, SH. dan
berlokasi di Jalan Raya Semarang Boja Km.4 Kelurahan Wates, Kecamatan
Ngaliyan, Kota Semarang. Tanah bangunan kantor untuk Lapas Semarang seluas
45.646 m² dan tanah bangunan rumah dinas seluas 1.729 m². Bangunan Lapas
Semarang terdiri dari :
a. Bangunan Gedung Perkantoran 2 lantai
b. Bangunan Aula Pertemuan
c. Bangunan Pembinaan dan Keamanan
d. Bangunan Blok Hunian 12 unit
24
e. Bangunan Tempat Ibadah (masjid, gereja)
f. Bangunan Poliklinik
g. Bangunan Bengkel Kerja
h. Pos Jaga Atas 7 unit dan Pos Jaga Bawah 4 unit
i. Bangunan Dapur dan Gudang
j. Lapangan Sarana Olahraga
k. Bangunan Rumah Dinas Pegawai

Jumlah pegawai Lapas Semarang (29 Oktober 2021) : 155 orang.

25
Tabel 4.1. Data Isi Lapas Kelas I Semarang Per. Tanggal 30 September
2021

ANAK PEMUDA DEWASA ASING JUMLAH

BI 0 24 1140 16 1180

B II a 0 7 28 0 35

B II b 0 0 1 0 1
NARAPIDANA
B III 0 0 24 1 25

SH 0 0 15 1 16

PM 0 0 6 1 7

JUMLAH 0 31 1214 19 1264

ANAK PEMUDA DEWASA ASING JUMLAH

AI 0 0 6 0 6

A II 0 7 33 0 40

A III 0 59 345 1 405

TAHANAN A IV 0 4 19 0 23

AV 0 0 16 0 16

JUMLAH 0 70 419 1 490

JUMLAH TOTAL 1754

KAPASITAS 663 OVERKAPASITAS 164,56%

Sumber: Registrasi Lapas Kelas I Semarang

26
Kegiatan pembinaan di Lapas Semarang meliputi :
1. Pembinaan Kepribadian
a. Upacara Kesadaran Nasional
b. LKBB (Latihan Keterampilan Baris Berbaris)
c. Pembinaan kerohanian
d. PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Mengajar/Kejar Paket)
e. Kesenian melalui gamelan, ketoprak, seni tari (karawitan)
f. Kesenian rebana/marawis
g. Kesenian lukis
h. Kesenian musik (band dan paduan suara)
i. Membaca buku (perpustakan)
j. Olahraga (volley, futsal, badminton, tenis lapangan, tenis meja,
fitness,dsb)
k. Pramuka

2. Pembinaan Kemandirian
a. Bengkel perkayuan
b. Kerajinan kerupuk
c. Kerajinan tempe
d. Pembuatan cuttonbud
e. Pembuatan sol sepatu
f. Pembuatan kursi rotan
g. Pembuatan keset
h. Pembuatan kain batik
i. Kerajinan kaligrafi
j. Jasa cuci dan setrika (laundry)
k. Jasa potong rambut
l. Jasa las listrik
m. Penjahitan, sablon, dan border
n. Kerajinan tangan (handy craft)
o. Pertanian dan perkebunan
p. Produksi es batu
q. Budidaya perikanan

27
r. Pembuatan kasur, bantal dan guling dakron

Visi :
Menjadi lembaga yang akuntabel, transparan dan profesional
dengan didukung oleh petugas yang memiliki kompetensi tinggi yang
mampu mewujudkan tertib pemasyarakatan.

Misi :
1. Mewujudkan tertib pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
pemasyarakatan secara konsisiten dengan mengedepankan
penghormatan terhadap hukum dan hak asasi manusia.
2. Membangun kelembagaan yang profesional dengan berlandaskan
akuntabilitas dan transparansi dalam pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi pemasyarakatan.
3. Mengembangkan kompetensi dan potensi sumber daya petugas
secara konsisten dan berkesinambungan.
4. Mengembangkan kerjasama dengan mengoptimalkan keterlibatan
stakeholder.

Motto :
Lapas Kedungpane BERTEMAN (Bersih, Tertib, Aman, Nyaman)

28
Gambar 4.2 . Struktur Organisasi Lapas Klas I Semarang

2. Struktur Organisasi UPT

Uraian pelaksanaan tugas pada masing-masing bidang kerja di


Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang :

1) Kepala Lembaga Pemasyarakatan

a) Mengkoordinasi tugas seluruh bidang dibawahnya.


b) Menilai dan mengesahkan penilaian pekerjaan pejabat dan pegawai
bawahan di lapas.
c) Melaksanakan pembinaan bagi petugas.
d) Mengkoordinasi pembuatan dan penyusunan laporan.

29
2) Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan
Terdiri dari regu 4 regu yang tiap regunya berjumlah 17 orang, dimana tugas
rutinnya adalah pengawasan dan pengamanan terhadap WBP. Adapun
tugas-tugas lainnya yaitu:
a) Petugas penjagaan, dan staf KPLP melaksanakan tugas rutin sehari- hari
yaitu membuat laporan harian.
b) Menyusun rencana kerja bidang KPLP.
c) Menetapkan buku asimilasi kerja luar tembok.
d) Menyiapkan buku laporan kegiatan tugas regu pengamanan.
e) Menyiapkan permohonan kebutuhan sarana pengamanan, ATK, alat
pertanian dan alat kebersihan.
f) Menyiapkan buku laporan kegiatan pelaksanaan tugas di rumah sakit.
g) Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan penggeledahan
blok/kamar-kamar hunian.
h) Melaksanakan penggeledahan insidentil bersama regu pengamanan.
i) Menyiapkan berita acara penggeledahan dan penyerahan barang bukti
hasil penggeledahan.
j) Menetapkan berita acara serah terima kunci peti pengamanan.
k) Mengikuti sidang TPP bersama tim.
l) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas penjagaan pengamanan dan
ketertiban sesuai jadwal tugas agar tercapai keamanan dan ketertiban di
lingkungan Lembaga Pemasyarakatan.

3) Kepala Bagian Tata Usaha


a) Menyusun rencana kerja tata usaha Lapas
b) Mengklasifikasikan arsip dan dokumentasi lapas.
c) Menyelenggarakan pemeliharaan kendaraan dinas.
d) Menyelenggarakan pemeliharaan alat perlengkapan kantor, gedung
kantor, dan rumah dinas sesuai dengan rencana dan anggaran.

30
e) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas ketata usahaan kepegawaian,
keuangan, perlengkapan dan kerumah tanggaan sesuai ketentuan dan
peraturan yang berlaku dalam rangka pelayanan administratif dan
fasilitatif Lembaga Pemasyarakatan.

Kabag TU membawahi 3 bagian, yaitu :

a) Kepala Sub Bagian Kepegawaian


i. Membuat rencana kerja Sub Bag Kepegawaian.
ii. Meneliti dan memeriksa data Kepegawaian untuk pengusulan formasi
kebutuhan pegawai.
iii. Meneliti dan memeriksa data kepegawaian untuk penyusunan DUK.
iv. Meneliti dan memeriksa surat pengujian kesehatan atau tim penguji
kesehatan CPNS menjadi PNS.
v. Membagi tugas dan menyiapkan pengambilan sumpah PNS.
vi. Meneliti dan memeriksa data pengusulan kenaikan pangkat.
vii. Meneliti dan memeriksa data pengusulan mutasi dalam jabatan
struktural.
viii. Melakukan pembinaan pegawai.
ix. Meneliti dan memeriksa rekapitulasi absensi pegawai untuk
pembayaran uang makan dan tunjangan remunerasi.
x. Membuat laporan dan menyusun laporan Kepegawaian.
xi. Membuat dan menyusun laporan penilaian prestasi kerja sub bag
kepegawaian.
b) Kepala Sub Bagian Keuangan
i. Merencanakan kegiatan kerja Sub Bag Keuangan.
ii. Meneliti dan memeriksa daftar gaji/lembur, rapel, uang makan,
tunjangan kinerja dan UP.
iii. Menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung.
iv. Memeriksa dan meneliti pembayaran gaji pegawai.
v. Menerbitkan dan menanda tangani SPM.
vi. Memeriksa dan meneliti pencairan dana berdasarkan SP2D.
vii. Memeriksa dan meneliti pungutan dan penyetoran pajak.

31
viii. Memeriksa dan meneliti pembayaran atas tagihan beban anggaran
belanja rutin.
ix. Memeriksa dan meneliti laporan bulanan, triwulan, semester dan tahunan
Sub Bagian Keuangan.
c) Kepala Sub Bagian Umum
i. Membuat program kerja Sub Bagian Umum.
ii. Memeriksa dan meneliti pengiriman surat keluar dan penyampaian
informasi keluar.
iii. Memeriksa dan Meneliti pengelolaan surat masuk dan keluar.
iv. Memeriksa dan meneliti tata kelola kearsipan, dokumentasi dan
pemeliharaan dokumentasi.
v. Membuat konsep surat-surat dinas Sub Bagian Umum.
vi. Membuat konsep jadwal tugas petugas kendaraan dinas (darat dan laut)
vii. Membagi tugas dan menyelenggarakan pemeliharaan alat
perlengkapan kantor.
viii. Membagi tugas dan menyelenggarakan pemeliharaan jaringan
listrik,air, telepon dan bangunan.
ix. Membuat laporan dan meneliti berkas tagihan pemeliharaan alat
perlengkapan kantor.
x. Membuat laporan dan menyelenggarakan administrasi biaya
pemeliharaan kendaraan dinas.
xi. Membagi tugas dan mengkoordinasikan inventarisasi barang,
SIMAK BMN serta persediaan.
xii. Membuatlaporan dan mengajukan rencana anggaran
biaya(air,listrik,telpon,genset,kendaraan dinas dan bangunangedung).
xiii. Menyusun, membuat, meneliti dan memeriksa laporan bulanan sub
bagian umum.
xiv. Mengikuti sidang TPP bersama Tim.

32
4) Kepala Bidang Pembinaan Narapidana
a) Menyusun rencana kerja bidang pembinaan.
b) Menetapkan buku asimilasi kerja luar tembok.
c) Menyiapkan sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan.
d) Menyiapkan usul Pembebasan Bersyarat.
e) Menyiapkan usulan remisi umum, remisi khusus, remisi perubahan
pidana.
f) Menetapkan buku-buku register Warga Binaan Pemasyarakatan.
g) Menyiapkan surat permohonan pembuatan litmas, ada/tidaknya
perkara lain, perminataan D2, surat rujukan dokter lapas.
h) Menyiapkan laporan bulanan bidang pembinaan.
i) Mengkoordinasikan pelaksanaan registrasi, statistic, dokumentasi,
pembinaan mental/rohani dan fisik serta perawatan kesehatan
Narapidana/ tahanan sesuai peraturan dan prosedur yang berlaku dalam
rangka kelancaran pelaksanaan tugas pemasyarakatan.
Kabid Pembinaan membawahi 3 bagian, yaitu :
a) Kepala Seksi Registrasi
i. Menyusun dan membuat rencana kerja Seksi Registrasi.
ii. Memeriksa dan meneliti entri data Sistem Database Pemasyarakatan
(SDP).
iii. Memeriksa dan meneliti surat ijin kunjungan WBP
iv. Memeriksa dan meneliti usulan remisi umum dan khusus.
v. Memeriksa dan meneliti WBP baru.
vi. Memeriksa dan meneliti surat lepas WBP yang telah selesai menjalani
masa pidana dan PB.
vii. Memeriksa dan meneliti buku jurnal, buku ekspirasi dan buku register
WBP lainnya.
viii. Memeriksa dan meneliti usulan remisi perubahan pidana.
ix. Memeriksa dan meneliti laporan bulanan seksi registrasi.
x. Mengikuti sidang TPP bersama tim.
xi. Melakukan dan membuat pendataan, statistik, dokumentasi sidik jari,
serta mengisi data diri/informasi narapidana/tahanan kedalam SDP.

33
b) Kepala Seksi Perawatan
i. Menyusun dan membuat rencana kerja seksi Perawatan Narapidana.
ii. Menyelenggaraan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan.
iii. Memeriksa dan meneliti permohonan perbaikan/penggantian peralatan
masak/dapur, peralatan makan, pakaian WBPdan alas tidur yang telah
rusak.
iv. Memeriksa dan meneliti permohonan kebutuhan obat-obatan WBP dan
Alat kesehatan.
v. Memeriksa dan meneliti pendistribusian peralatan makan, pakaian, alas
tidur, peralatan mandi dan pembagian jatahmakan WBP.
vi. Memeriksa dan meneliti surat rujukan dokter lapas untuk rawat inap di
rumah sakit.
vii. Memeriksa dan meneliti kelengkapan tes urine bagi WBP.
viii. Memeriksa dan meneliti manage bon,pengeluaran beras, makanan siap
saji.
ix. Memeriksa dan meneliti laporan bulanan seksi perawatan.
x. Mengikuti sidang TPP bersama tim.
xi. Melaksanakan pelayanan kesehatan/perawatan dan penyediaan pakaian
dan makananan sesuai ketentuan dan prosedur yang berlaku dalam
rangka pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan Narapidana dan
tahanan.

c) Kepala Seksi Bimbingan Kemasyarakatan


i. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan rokhani, latihan olah raga
peningkatan pengetahuan, assimilasi, cuti dan pelepasan Napi/tahanan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam rangka kelancaran
pelaksanaan tugas pemasyarakatan.
ii. Menyusun dan Membuat rencana kerja seksi Bimkemas.
iii. Memeriksa dan meneliti materi sidang TPP.
iv. Memeriksa dan meneliti hasil sidang TPP.
v. Memeriksa dan meneliti jadwal kegiatan pembinaan mental dan olah raga
bagi WBP.

34
vi. Memeriksa dan meneliti berkas usul pembebasan bersyarat (PB).
vii. Memeriksa dan meneliti jadwal kegiatan hari besar keagamaan
viii. Melaksanakan program deradikalisasi teroris dan konsultasi WBP.
ix. Memeriksa dan meneliti laporan pelaksanaan Warung Telkom
Khusus.
x. Menyusun dan membuat laporan seksi bimkemas dan, surat permohonan
litmas,ada/tidaknya perkara lain dan permintaan D2.

5) Kepala Bidang Administrasi Keamanan dan Tata Tertib


a) Menyusun rencana kerja bidang adm. kamtib.
b) Menetapkan buku asimilasi kerja luar tembok.
c) Menyiapkan jadwal tugas regu pengamanan, P2U, satgas kamtib, dan
piket.
d) Menyiapkan berita acara pemeriksaan WBP, dan hasil siding TPP tentang
pelanggaran Tata Tertib WBP.
e) Menyiapkan buku laporan tugas regu pengamanan, buku resume tugas
pengamanan, control clok, P2U, satgas kamtib dan piket.
f) Menyiapkan surat perintah tim penggeledahan kamar hunian dan laporan
hasil kejadian.
g) Menyiapkan surat perintah tim penggeledahan kunjungn / pembesuk WBP.
h) Menyiapkan surat bantuan permohonan bantuan ke pihak POLRI, dan
surat perintah pengawalan WBP yang keluar lapas.
i) Menyiapkan laporan bulanan bidang adm. kamtib.
j) Mengikuti sidang TPP bersama tim.
k) Mengkoordinasikan kegiatan administrasi keamanan dan tata tertib dengan
mengatur jadwal tugas dan pengamanan perlengkapan sesuai peraturan dan
ketentuan yang berlaku dalam rangka tercipta suasana aman dan tertib di
lingkungan Lembaga Pemasyarakatan.

Kabid Adm Kamtib membawahi 2 bagian, yaitu :

a) Kepala Seksi Keamanan


i. Menyusun dan membuat rencana kerja seksi keamanan.

35
ii. Memeriksa dan meneliti jadwal tugas regu pengamanan, P2U, satgas kamtib
dan piket.
iii. Memeriksa inventarisasi sarana keamanan.
iv. Memeriksa dan meneliti hasil berita acara pemeriksaan WBP.
v. Memeriksa dan meneliti laporan kebutuhan kelengkapan sarana
keamanan.
vi. Memeriksa dan meneliti laporan bulanan dan triwulan
vii. Melakukan penggeledahankamar - kamar hunian WBP bersama tim.
viii. Memeriksa dan meneliti berita acara hasil penggeledahan kamar hunian
WBP.
ix. Memeriksa dan meneliti surat permohonan bantuan ke pihak POLRI.
x. Memeriksa dan meneliti surat perintah tugas pengawalan WBP yang
keluar lapas.
xi. Memastikan pendistribusian kelengkapan sarana keamanan kepada KPLP.
xii. Mengikuti sidang TPP bersama tim.
xiii. Menyelenggarakan tugas pengamanan dan ketertiban mengatur/membuat
jadwal tugas dan pengamanan, perlengkapan pengamanan jadwal sesuai
dengan peraturan dan petunjuk yang berlaku agar tercipta suasana aman dan
tertib di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan.
b) Kepala Seksi Pelaporan dan Tata Tertib
i. Memeriksa dan meneliti laporan bulanan dan triwulan.
ii. Memeriksa dan meneliti rekap absensi regu pengamanan, P2U, satgas
kamtib dan piket.
iii. Memeriksa dan meneliti resume tugas harian regu pengamanan, P2U dan
Satgas Kamtib.
iv. Memeriksa dan meneliti hasil control clock regu pengamanan.
v. Melakukan penggeledahan kamar-kamar hunian WBP bersama tim.
vi. Melakukan penggeledahan badan dan barang pengunjung laki-laki bersama
tim.
vii. Mengikuti sidang TPP bersama Tim.
viii. Membuat laporan keamanan dan ketertiban berdasarkan data dan Berita
Acara dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas.

36
6) Kepala Bidang Kegiatan Kerja
1) Menyusun rencana kerja bidang kegiatan kerja.
2) Menetapkan buku asimilasi kerja luar tembok.
3) Meneliti dan memeriksa inventarisasi hasil kerja WBP.
4) Meneliti pelaksanaan pemasaran hasil kerja barang produksi.
5) Meneliti laporan hasil transaksi jual beli hasil kerja.
6) Membuat laporan bidang kegiatan kerja.
7) Mengikuti sidang TPP bersama tim.
8) Pemberian bimbingan kerja dan mempersiapkan fasilitas sarana kerja serta
mengelola hasil kerja daripada narapidana/tahanan di Lembaga
Pemasyarakatan sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku.

Kabid Giatja membawahi 3 bagian, yaitu :

a) Kepala Seksi Bimbingan Kerja


i. Menyusun rencana kerja seksi bimbingan kerja.
ii. Meneliti dan memeriksa penggunaan, penyimpanan alat - alat kerja dan
bahan produksi.
iii. Meneliti dan memeriksa seleksi narapidana yang terampil dalam
pembuatan barang produksi.
iv. Memeriksa proses pembuatan barang serta meneliti barang hasil produksi
v. Menyusun laporan hasil kerja seksi bimbingan kerja.
vi. Mengikuti sidang TPP bersama tim.
vii. Menyelenggarakan dan mengawasi kegiatan bimbingan kerja yang ada di
Lembaga Pemasyarakatan agar berjalan sesuai dengan SOP yang berlaku.
b) Kepala Seksi Sarana Kerja
i. Menyusun rencana kerja seksi sarana kerja.
ii. Meneliti dan memeriksa bahan, sarana/ peralatan kerja yang
diperlukan.
iii. Memeriksa barang, sarana/ peralatan kerja yang akan dibutuhkan.
iv. Memeriksa perbaikan sarana/peralatan kerja yang rusak.
v. Meneliti dan memeriksan bahan, sarana/peralatan kerja yang
dikeluarkan atau digunakan.

37
vi. Meneliti dan memeriksa sisa bahan, saran/ peralatan kerja yang telah di
pakai.
vii. Membuat laporan seksi sarana kerja.
viii. Mengikuti sidang TPP bersama tim.
ix. Mengelola Sarana serta Prasarana untuk mendukung kegiatan bimbingan
yang ada di Lembaga Pemasyarakatan agar berjalan dengan lancar.

c) Kepala Seksi Pengelolaan Hasil kerja


i. Membuat dan menyusun rencana kerja seksi pengelolaan hasil kerja.
ii. Memeriksa dan meneliti barang hasil produksi WBP.
iii. Memasarkan barang hasil produksi WBP dan menerima pesanan.
iv. Membukukan hasil penjualan barang hasil produksi WBP.
v. Menyetorkan hasil penjualan barang produksi WBP kepada
Bendahara penerima.
vi. Menyusun laporan seksi pengelolaan hasil kerja.
vii. Mengikuti sidang TPP bersama tim.
viii. Mengelola dan memasarkan produk yang dihasilkan oleh WBP serta
membuat laporan laporan tentang pemasaran.

B. Implementasi Pemberian Pembebasan Bersyarat bagi narapidana pidana


umum pada masa pandemi COVID-19 di Lapas Klas 1 Semarang.
Hak narapidana yaitu berhak mendapatkan layanan integrasi, salah
satunya pemberian pembebasan bersyarat telah disebutkan dalam Undang
Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. Pembebasan
Bersyarat merupakan proses pembinaan narapidana dengan cara
mengintegrasikan atau mebaurkan narapidana dan anak didik pemasyarakatan
yang sesuai dengan persyaratan yang ada dan telah di tentukan bertujuan
supaya narapidana dapat berinteraksi secara langsung, menyesuaikan diri
dengan lingkungan baru dan mengembalikan nilai – nilai kemanusiaan yang
ada pada diri narapidana sehingga masyarakat dapat menerima kembali
setelah melaksanakan masa pidananya. Dalam mendukung pelaksanaan
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995, Pemerintah telah mengeluarkan

38
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang
Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.
Seiring berjalannya waktu dan sesuai dengan perkembangan situasi dan
tuntutan keadaan di Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999
tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan telah diperbaharui dengan Pemerintah Nomor 28 Tahun
2006 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999
tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan. Kemudian dengan kondisi Indonesia yang terdampak oleh
pandemi COVID-19, yakni pandemi diartikan sebagai penggambaran kondisi
sedang terjadinya suatu wabah penyakit yang menyerang dan mengancam
banyak korban, menyebar luas ke berbagai negara. COVID-19 yaitu sebuah
penyakit yang disebabkan oleh SARS-COV2 yakni virus yang termasuk ke
dalam kategori keluarga besar coronavirus yang menyebabkan penyakit
terhadap hewan dan manusia, pada manusia dapat menyebabkan penyakit
gangguan atau infeksi terhadap saluran pernafasan dari yang ringan sampai
berat seperti sindrom pernafasan akut berat atau SARS (Severe Acute
Respirotory Syndrom). Dalam pelaksanaan pembebasan bersyarat sebelum
pandemi COVID-19 diperjelas atas syarat dan ketentuannya pada
Permenkumham No. 3 Tahun 2018 Tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian
Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti
Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat, setelah adanya pandemi COVID-19
pemerintah khususnya Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
mengeluarkan kebijakan dengan mengeluarkan peraturan terbaru yaitu
Permenkumham No. 24 Tahun 2021 Tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 32 Tahun 2020 Tentang
Syarat dan Tata Cara Pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti
Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat bagi Narapidana dan Anak dalam
Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran COVID-19.
Adapun pada pandemi COVID-19, pelaksaanaan pemberian
pembebasan bersyarat di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Semarang ada
beberapa hal yang menjadi perhatian , yakni :

39
1. Mekanisme Pemberian Pembebasan Bersyarat di Lapas Klas I Semarang di
Masa Pandemi COVID-19
Pemberian Pembebasan Bersyarat bagi narapidana pidana umum di
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Semarang pada masa pandemi COVID-19
ini dalam pelaksanaannya narapidana harus memenuhi persyaratan
berdasarkan aturan yang telah diterbitkan dalam Permenkumham No. 24
Tahun 2021 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Nomor 32 Tahun 2020 Tentang Syarat dan Tata Cara
Pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti
Bersyarat bagi Narapidana dan Anak dalam Rangka Pencegahan dan
Penanggulangan Penyebaran COVID-19.
Dari hasil wawancara dengan petugas staf Seksi Bimkemas
menyatakan :
“kalo untuk syarat dan administrasinya sama yang berbeda adalah
masalah pelaksanaan nya saja kalo yang sebelumnya itu
dilaksanakan dengan cara langsung serah terima ke bapas kejaksaan
untuk saat ini bias diserahkan secara daring karena itu juga
terjangkau sesuai dengan aturannya juga pelaksanaan dilakukan
secara daring”

Dalam hal ini untuk syarat dan administrasi pemberian PB masih


sama dengan aturan sebelumnya pada pandemi COVID-19 ini untuk
kualifikasi narapidana kasus pidana umum.
Tata cara dan persyaratan pemberian Pembebasan Bersyarat bagi
narapidana pidana umum pada aturan tersebut yakni :

1. Syarat subtantif :
a. telah menjalani masa pidana paling singkat 2/3 (dua per tiga), dengan
ketentuan 2/3 (dua per tiga) masa pidana tersebut paling sedikit 9
(sembilan) bulan; dan
b. berkelakuan baik selama menjalani masa pidana paling singkat 9
(sembilan) bulan terakhir dihitung sebelum tanggal 2/3 (dua per tiga)
masa pidana.
2. Syarat administratif :

40
a. petikan putusan pengadilan dan berita acara pelaksanaan putusan
pengadilan;
b. laporan perkembangan pembinaan yang ditandatangani oleh Kepala
Lapas/LPKA;
c. salinan register F dari Kepala Lapas/LPKA;
d. salinan daftar perubahan dari Lapas/LPKA;
e. surat pernyataan dari Narapidana/Anak tidak melakukan perbuatan
melanggar hukum dan menjalankan protokol kesehatan pencegahan dan
penanggulangan penyebaran Covid-19;
f. surat keterangan dari instansi penegak hukum yang menyatakan tidak
terlibat perkara lain dan/atau tidak terdapat penundaan proses perkara
lain;
g. laporan penelitian kemasyarakatan yang dibuat oleh Pembimbing
Kemasyarakatan yang diketahui dan ditandatangani oleh Kepala Bapas;
dan
h. surat jaminan kesanggupan dari pihak keluarga/wali, lembaga sosial,
instansi pemerintah, instansi swasta, yayasan, atau Pembimbing
Kemasyarakatan yang menyatakan bahwa:
1. Narapidana/Anak tidak melakukan perbuatan melanggar hukum; dan
2. membantu dalam membimbing dan mengawasi Narapidana/Anak
selama mengikuti program Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang
Bebas, dan Cuti Bersyarat.

41
Gambar 4.3. Alur Proses Pembebasan Bersyarat. Sumber : Seksi Bimkemas

Pengusulan dalam pemberian PB dilakukan oleh petugas, dalam


alurnya petugas memanggil narapidana yang akan mendekati 2/3 masa
pidananya dan telah menjalani program pembinaan dengan baik serta tidak
melakukan suatu pelanggaran untuk menginformasikan tentang pengusulan
PB terhadap narapidana tersebut. Petuga mengarahkan apa saja yang harus
dipersiapkan untuk syarat-syarat diusulkannya PB, mengisi formulir (data
narapidana, surat pernyataan keluarga/penjamin, surat penjamin), dan diminta
untuk menghubungi keluarga terkait persyaratan tersebut.
Dalam peraturan Permenkumham No. 24 Tahun 2021 ini, ada
pelaksaan Asimilasi Rumah seperti Permenkumham sebelumnya mengenai

42
pandemi COVID-19 ini. Yakni aturan tersebut memberikan prorgam asimilasi
rumah yang dimana 2/3 masa pidananya jatuh sebelum 31 Desember 2021,
jadi sebelum diusulkannya PB juga diusulkan untuk mengikuti program
asimilasi rumah bagi yang memenuhi syarat-syarat. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan dari petugas bimkemas Lapas Kelas I Semarang yaitu :

“syarat administratifnya itu tetep sama, yang berbeda hanya ada di


litmas, kalo untuk litmas yang permen 24 kan lebih simple ya, jadi
beda dengan litmas sebelumnya yang sangat detail kalo litmas
permen 24 kan lebih simple. Cuma di situ tetep ada assesmentnya
jadi semua Warga binaan yang akan menjalani asimilasi di rumah
tetep di assessment jangan sampai nanti dia tidak layak untuk
asimilasi, agar tidak terjadi pengulangan tindak pidana”

Sehingga ketika narapidana mengikuti program asimilasi rumah,


dimana pelaksanaan asimilasinya di luar lapas setelah syarat syarat terpenuhi
ketika sudah di 2/3 masa pidananya dan SK pembebasan bersyaratnya sudah
terbit dan disetujui, narapidana tersebut akan kembali ke lapas untuk
mengambil SK pembebasan bersyaratnya, kemudian dilanjutkan untuk
melaksanakan laporan atau absensi ke Bapas yang dalam pengawasan
pelaksanaan PB narapidana tersebut.
Dalam hal ini bukan hanya saja petugas yang aktif dalam pengusulan
pemberian PB, namun narapidana dan keluarganya juga turut aktif dalam apa
saja yang harus dilakukan dan dipersiapkan. Keluarga yang jauh dari daerah
Semarang atau di luar Provinsi Jawa Tengah, dalam pengisian formulir dapat
mengunduh formulir yang dikirimkan oleh petugas Lapas Semarang. Setelah
keluarga melakukan pengisian formulir dan melengkapi kelengkapan berkas
sesuai dengan ketentuan, berkas selanjutnya dapat dikirimkan melalui paket
atau pos dokumen dengan alamat menuju Lapas Semarang.
Dalam penjelasan diatas, peneliti melakukan analisis dari tinjauan
teori yang dipakai dalam penelitian terkait konsep pelayanan publik, bahwa
dalam penjelasan tersebut masuk dan memenuhi poin Reability, yakni sebuah
kinerja untuk memberikan pelayanan secara benar dan tepat. Apa yang
dilakukan berdasarkan SOP atau aturan yang berlaku di setiap tahap atau

43
proses, persyaratan baik administratif maupun subtantif yang harus dipenuhi
narapidana untuk mengurus PB dan penetapan alur yang harus dijalankan dan
mempermudah narapidana yang akan mengurus PB.

2. Pelaksanaan Sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) di Masa


Pandemi COVID-19
Dari hasil observasi penulis dalam membantu pelaksanaan, setelah
syarat syarat tersebut terpenuhi, kemudian petugas bimkemas mengadakan
sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) apakah narapidana tersebut
layak dan berhak diberikan Pembebasan Bersyarat, yang menjadi perserta
sidang TPP yakni :
a) Kepala Bidang Pembinaan (sebagai ketua sidang TPP)
b) Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan
c) Kepala Bidang Administrasi Keamanan dan Ketertiban
d) Kepala Bidang Kegiatan Kerja
e) Kepala Seksi Bimbingan Kemasyarakatan (sebagai sekretaris sidang
TPP)
f) Kepala Seksi Registrasi
g) Kepala Seksi Perawatan
h) Kepala Seksi Kemanan
i) Kepala Seksi Pelaporan dan Tata Tertib
j) Kepala Seksi Bimbingan Kerja

Hasil dari sidang TPP kemudian diserahkan kepada Kalapas sebagai


bentuk pelaporan atas sidang TPP yang telah dilakukan. Narapidana yang
akan diusulkan untuk mendapatkan layanan integrasi terkhusunya PB
dibuatkan daftar dan para peserta sidang TPP menilai dari tingkah laku, sikap,
program pembinaan di setiap tahap perkembangan sejak awal masuk lapas.
Dengan kondisi COVID-19 di Lapas Semarang yang tergolong rawan
dan tinggi, terhitung pada bulan Agustus dan September narapidana di Lapas
Klas I Semarang yang melaksanakan isolasi mandiri baik yang terpapar dan
melakukan kontak erat dengan penyintas ada 247 orang. Sehingga Kalapas

44
mengambil kebijakan dengan mengadakan sidang TPP secara sistem mobile
atau secara tidak langsung tatap muka dengan melihat catatan pembinaan dan
tingkah laku narapidana, kemudian menuliskan pendapat masing masing di
buku sidang TPP. Hal ini dikarenakan untuk menghindari kerumunan dan
pencegahan penyebaran virus corona / COVID-19.
Masuk dalam indikator kualitas pelayanan publik responsivenes,
dimana pelaksanaan sidang TPP tetap harus dilaksanakan walau dalam
kondisi apapun demi tetap berjalanannya setiap proses pelaksanaan PB yang
sesuai dengan prosedur yang ada dan menghindari adanya penundaan dalam
proses pengusulan PB.

3. Kebijakan dalam Proses Pelaksanaan Pemberian Pembebasan Bersyarat di


Lembaga Pemasyarakatan Klas I Semarang
Peneliti menemukan suatu kasus dimana SK Pembebasan Bersyarat
pada salah satu narapidana sudah terbit dari Ditjen Pemasyarakatan yang
seharusnya dapat dikeluarkan melalui program pembebasan bersyarat, tetapi
dikarenakan narapidana tersebut terpapar oleh virus corona/COVID-19 yang
harus menjalani isolasi mandiri di kamar khusus isolasi mandiri minimal 14
hari dan dinyatakan negatif atau sembuh dari COVID-19, kemudian bisa di
keluarkan dan dibebaskan mengikuti PB setelah 14 hari isolasi dan
dinyatakan sembuh dari COVID-19. Sesuai peraturan dan protokol kesehatan
dari Kementerian Kesehatan, pelaksanan ini untuk memberikan perlindungan
kepada narapidana yang akan melaksanakan PB, narapidana lainnya dan
petugas serta keluarga narapidana yang akan melaksanakan PB.
Adapun narapidana yang mendapatkan/mengikuti propram asimilasi
rumah, nantinya apabila Surat Keputusan (SK) dari Ditjen Pemasyarakatan
sudah menerbitkan pemberian PB kepada narapidana tersebut segera
dihubungi dan diberitahuan melalui grup whatsapp program asimilasi rumah
guna memonitoring bahwa narapidana tersebut untuk mengambil SK tersebut
ke Lapas Semarang dan menuju ke Bapas Semarang untuk registrasi klien.
Kemudian adanya kebijakan dari Kalapas terkait komitmen di
Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang yang menyatakan perang

45
terhadap narkoba berusaha untuk membasni peredaran narkoba di Lapas
Kelas I Semarang, narapidana yang mendapatkan PB dan pada saat hari
dikeluarkannya dari Lapas sebelumnya harus mengikuti tes urin di Klinik
Pratama Lapas Kelas I Semarang. Seperti yang di sampaikan oleh salah satu
staff Bimkemas :

“jadi sebelum bebas akan kita tes apabila dia positif tidak akan
kita keluarkan, gitu ya. Tapi Alhamdulillah selama ini negative ya
tidak ada yang positif ya . tidak hanya pada saat keluar pada saat
sidang atau pu waktu waktu tertentu akan kita tes jadi sifatnya
insidental gitu. Tidak tidak terus terjadwal gitu nggak, insidental
kita tes urine kalau seumpama positif kita, apa namanya, cancel,
tidak hanya positif kalau melanggar aturan pelanggaran tata tertib
kena register F ya kita tunda.”

Apabila tes urin dinyatakan negatif, akan disetujui dan di


tandatangani oleh Kalapas , namun jika tes urin menunjukan hasil positif
program PB akan dicabut atau tidak disetujui untuk diberikan PB dan akan
diperiksa lebih lanjut atas insiden tersebut guna pencegahan dan
pemberantasan narkoba di Lapas Kelas I Semarang.
Peneliti mengalisis hal tersebut memenuhi Empathy, yakni
kemampuan atas kesadaran untuk melakukan pendekatan dan memberikan
sebuah perlindungan dan melakukan usaha untuk dapat mengetahui
keinginan dari pelanggan, yang merupakan dari indikator penilaian kualitas
dari pelayanan publik. Sesuai apa yang dilakukan, yang mana untuk
melindungi kesehatan bersama bagi narapidana, petugas dan keluarga untuk
melakukan isolasi mandiri terlebih dahulu sebelum narapidana yang
terpapar dan kontak erat dibebaskan untuk menjalani pembebasan bersyarat.
Dan juga melakukan tes urin terlebih dahulu bagi narapidana sebelum
dibebaskan untuk melaksanakan pembebesan bersyarat, guna kepentingan
bersama komitmen memberantas narkoba dan peredarannya di Lapas Kelas
I Semarang.

4. Upaya Petugas dalam Memberikan Pelayanan Pemberian Pembebasan


Bersyarat

46
Ketika awal menjadi penghuni sementara di Lapas, narapidana tidak
mengetahui/ awam dengan pengetahuan apa itu pembebasan bersyarat,
mekanisme, serta alur untuk mendapatkannya. Namun, petugas di Lapas
Kelas I Semarang melakukan sosialisasi kepada narapidana dalam bentuk
secara tatap muka di setiap blok dan penyedian banner-banner yang berisi
informasi terkait layanan pemberian hak integrasi khususnya pembebasan
bersyarat. Bahkan sebelum adanya pandemi, petugaas memberikan sosialisasi
kepada narapidana secara langsung turun ke blok hunian seminggu sekali,
setelah adanya pandemi COVID-19 hanya dilakukan sebulan sekali
dikarenakan untuk mengurangi insentitas kerumunan. Analisis peneliti,
bahwa hal ini masuk dalam indikator kualitas pelayanan publik yakni
Responsivenes, adalah suatu keinginan dan kesadaran untuk memberikan
bantuan dan melayani pelayanan secara efektif. Dibuktikan dengan adanya
petugas melaksanakan sosialisasi dan memberitahukan kepada narapidana
yang sudah dapat mengurus pengusulan pembebasan bersyarat serta selalu
mengarahkan dan memonitoring di setiap proses dan tahapannya. Hal ini
sesuai dengan salah satu pernyataan dari salah satu narapidana yang
melaksanakan pengurusan PB yaitu :
“sudah di lakukan sosialisasi, terus di depan juga terpampang banner
besar yang di dalamnya terpampang tidak hanya pb saja, tapi ada
cmb, cb dan asimilasi. Saya awal membacanya dari situ.”

Dari hasil wawancara salah satu narapidana juga menyampaikan :


“Awal-awal tidak tahu mas, baru pas udah di blok kita di beri
sosialisasi dari petugas LP. Dulu sebelum pandemi seminggu sekali
ada sosialisasi tentang PB dan hak-hak napi”

Petugas memberikan pelayanan dalam pemberian pembebasan


bersyarat ini tidak ada memungut biaya apapun dalam setiap proses
pelaksanaannya kepada narapidana ataupun keluarga narapidana yang
bersangkutan. Hal ini termasuk ke dalam indikator kualitas pelayanan publik
yaitu Tangibles, sebuah kerapian atau penampilan dari pegawai dan fasilitas
fisik lainnya, seperti peralatan untuk menunjang pelayanan. Pelaksanaan
pengusulan secara langsung juga ditangani oleh petuas tanpa adanya atau

47
melalui calo(penjual jasa) di ruang Bimkemas yang memiliki peralatan dan
prasarana yang bagus untuk menunjang pelayanan dengan baik dan nyaman.
Salah satu narapidana menyampaikan pendapatnya :
“sudah sedari awal saya di jelaskan mengenai cb ataupun pb-nya. Di
jelaskan apa saja yang perlu saya lengkapi. Terus petuigasnya
bersikap kooperatif karena setiap kali saya tanya juga di respon
dengan baik. Sehingga secara monitoringnya sudah sejauh apa tau.
Malahan saya rasa di permudah karena setiap tanya saya
mendapatkan jawaban sesuai yang saya harapkan”

PB diberikan tanpa adanya diskriminasi sama sekali, dan tidak


menerima dalam bentuk apapun itu gratifikasi atau hadiah dari apa yang telah
diberikan. Juga Narapidana dan keluarga yang mengurus PB di Lapas Klas I
Semarang merasa mudah dan di setiap prosesnya tidak dipersulit atau lama,
dan dinilai kinerja petugas sudah memuaskan dan efektif serta petugas
memberikan dan melayani dengan mengedepankan integritas serta
mengedepankan kepentingan bersama. Hasil analisis peneliti yaitu hal ini
termasuk dalam indikator penilaian kualitas pelayanan publik Assurance,
sebuah wawasan atau pengetahuan, tingkah laku atau kesopanan, kepercayaan
diri dalam memberikan pelayanan. Petugas melayani narapidana yang
mengurus pembebasan bersyarat dengan mengedepankan professionalitas
sebagai petugas pemasyarakatan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia
serta pengetahuan yang dimiliki berdasarkan UUD 1945 dan dasar Pancasila.
Semua ini bertujuan untuk mewudkan tujuan pemasyarakatan yang PASTI
(Professional, Akuntabel, Sinergi, Transparan dan Inovatif), dan konsisten
atas kinerja Lapas Kelas I Semarang yang merupakan Wilayah Bebas dari
Korupsi dan Wialayah Birokrasi Bersih dan Melayani.
Maka yang diliput dan dijelaskan penulis tadi keselurahhnya termasuk
unsur utilitarian yang memberikan kemanfaatan, keuntungan dan
kesejahteraan dari petugas ke narapidana dan keluarga narapidana sebagai
konsumen atau yang diberikan layanan mengarah kepada kesejahteraan
bersama dan keuntungan bersama.

48
C. Faktor kendala dalam implementasi pemberian Pembebasan Bersyarat
bagi narapidana pidana umum pada masa Pandemi COVID-19 di Lapas
Klas 1 Semarang.

Dalam pelaksanaan pemberian pembebasan bersyarat bagi narapidana


pidana umum di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Semarang masih ditemui
beberapa kendala. Dimana dalam setiap proses pentahapan dan
pengusulannya sudah dengan mengikuti adanya aturan dan SOP (Standar
Operasional Perosedur) yang berlaku. Adapun beberapa kendala :
1. Berita acara pelaksanaan putusan pengadilan yang belum disampaikan ke
Lapas
Dari hasil observasi penulis, pada saat persidangan dan tahanan
divonis bersalah dan menjadi narapidana, jaksa eksekutor menyampaikan
surat petikan putusan pengadilan tanpa disertakan berita acara pelaksanaan
putusan pengadilan, padahal narapidana tersebut sudah menjalani lebih
dari ½ masa pidananya. Petugas bimkemas berkordinasi dengan petugas
registrasi untuk mengubungi atau memberitahu kepada jaksa narapidana
tersebut supaya disegerakan untuk terbit berita acara pelaksanaan putusan
pengadilan narapidana tersebut guna sebagai persyaratan pelaksanaan
pembebasan bersyarat.
Pihak luar tidak memberikan dukungan secara efektif,
(responsivenes). Yang menjadikan faktor penghambat dalam persyaratan
pengusulan program pembebasan bersyarat, seharusnya pihak jaksa
eksekutor mengetahui dan segera melengkapi dokumen berita acara
pelaksanaan putusan pengadilan yang menjadi hak narapidana setelah
diputus oleh pengadilan.

2. Pelaksanaan sidang TPP secara mobile yang belum efektif


Penulis melakukan observasi bahwa Sidang TPP yang menjadi
secara mobile terkait kebijakan Kalapas guna menghindari kerumunan dan
pencegahan penyebaran COVID-19 ini belum efektif dalam pengambilan
keputusannya. Dikarenakan para anggota sidang TPP tidak melihat secara
langsung narapidana yang akan diusulkan mengikuti program pembebasan

49
bersyarat, hal ini menjadikan para anggota sidang TPP hanya mengetahui
nama tetapi tidak begitu mengetahui orangnya yang seperti apa karena
hanya menilai dari data saja. Hal ini menjadi kurang akuratnya hasil sidang
narapidana tersebut diusulkan namun adanya permasalahan atau sesuatu
hal yang seharusnya tidak diloloskan untuk mengikuti program
pembebasan bersyarat, jika dilihat dari pelayanan publik kurang realibity
yakni kurang benar dan tepat.

50
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini
bahwa Lapas Klas 1 Semarang telah melaksanakan pemberian pembebasan
bersyarat di masa pandemi COVID-19 untuk narapidana pidana umum, dan
dari implementasi hal tersebut dapat disimpulkan bahwa :

1. Implementasi pemberian pembebasan bersyarat kepada narapidana pidana


umum di Lapas Klas I Semarang pada masa pandemi COVID-19
berdasarkan indikator kualitas pelayanan publik, yakni reability
(keandalan) sudah sesuai dengan aturan yang berlaku pada masa pandemi
COVID-19 walaupun dengan batasan yang mengharuskan melaksanakan
protokol kesehatan dalam mencegah penyebaran COVID-19.
Resposivenes (daya tanggap) dimana pelaksanaan sidang TPP tetap harus
dilaksanakan walau dalam kondisi apapun demi tetap berjalannya setiap
proses pelaksanaan PB yang sesuai dengan prosedur yang ada dan
menghindari adanya penundaan dalam proses pengusulan PB. Empathy,
untuk melindungi kesehatan bersama bagi narapidana. Petugas dan
keluarga untuk melakukan isolasi mandiri terlebih dahulu sebelum
narapidana yang terpapar dan kontak erat dibebaskan untuk menjalani
pembebasan bersyarat. Dan juga melakukan tes urin terlebih dahulu bagi
narapidana sebelum dibebaskan untuk melaksanakan pembebesan
bersyarat, guna kepentingan bersama komitmen memberantas narkoba
dan peredarannya di Lapas Kelas I Semarang. Tangibles (berwujud)
pelaksanaan pengusulan secara langsung juga ditangani oleh petuas tanpa
adanya atau melalui calo(penjual jasa) di ruang Bimkemas yang memiliki
peralatan dan prasarana yang bagus untuk menunjang pelayanan dengan
baik dan nyaman. Assurance (jaminan) Petugas melayani narapidana yang
mengurus pembebasan bersyarat dengan mengedepankan professionalitas
sebagai petugas pemasyarakatan dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia serta pengetahuan yang dimiliki berdasarkan UUD 1945 dan
dasar Pancasila. Utilitarian yang memberikan kemanfaatan, keuntungan

51
dan kesejahteraan dari petugas ke narapidana dan keluarga narapidana
sebagai konsumen atau yang diberikan layanan mengarah kepada
kesejahteraan bersama dan keuntungan bersama.
2. Faktor Kendala implementasi yaitu pihak jaksa eksekutor tidak segera
menyampaikan kelengkapan dokumen berita acara pelaksanaan putusan
pengadilan yang menjadi hak narapidana setelah diputus oleh pengadilan.
Pelaksanaan sidang TPP (Tim Pengamat Pemasyarakatan) yang dilakukan
secara tidak langsung tatap muka (mobile) guna mencegah kerumunan
dan penyebaran COVID-19 berjalan belum efektif. Karena para anggota
sidang TPP tidak mengetahui secara langsung narapidana dan hanya
melihat catatan yang disidangkan sehingga dirasa kurang mengetahui
tingkah laku kesehariannya. Yang menjadikan salah satu faktor
terhambatnya proses dalam persyaratan pengusulan program pembebasan
bersyarat, sehingga mengurangi nilai responsivenes dalam pelayanan.

B. Saran
Melihat hasil analisis, dengan mengamati kondisi diatas tentang
pemberian pembebasan bersyarat bagi narapidana pidana umum pada masa
pandemi COVID-19 dilaksanakan di Lapas Klas I Semarang,
menyarankan yaitu :
Kebijakan pelaksanaan sidang TPP secara tidak langsung tatap muka
(mobile) guna menghindari kerumunan dan pencegahan penyebaran virus
corona/COVID-19 yang belum efektif dapat diganti atau diubah untuk
dilaksanakan dengan sidang TPP melalui via daring atau Online Meeting.
Sehingga para anggota sidang dapat mengetahui dengan jelas narapidana
yang disidangkan dan dapat menilai dengan maksimal. Kemudian
membangun kerjasama dan kordinasi dengan instansi lain yakni Kejaksaan
terkait pemenuhan dokumen narapidana yang sudah vonis dengan cepat
supaya saat dalam pengurusan pengusulan program pembebasan bersyarat
tidak terlalu lama dan dapat tepat pada waktunya.

52
DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Aday, R. H., & Krabill, J. J. (2013). Older and geriatric offenders: Critical issues
for the 21st century. In Special Needs Offenders in Correctional Institutions.
https://doi.org/10.4135/9781452275444.n7

Duus-Otterström, G. (2019). Weighing Relative and Absolute Proportionality in


Punishment. In Of One-eyed and Toothless Miscreants.
https://doi.org/10.1093/oso/9780190070595.003.0002

Heriyanto, H. (2018). Thematic Analysis sebagai Metode Menganalisa Data untuk


Penelitian Kualitatif. Anuva, 2(3), 317.

Hardiansyah. (2018). Kulitas Pelayanan Publik. Gava Media.

M. Iqbal Hasan. (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan


Aplikasinya. Penerbit Ghalia Indonesia : Jakarta

Mitro Subroto,M.Si. Peraturan – Peraturan dari Sistem Kepenjaraan ke Sistem


Pemasyarakatan baru

Moleong, Lexy J. (2010), Metodologi penelitian kualitatif, Bandung: Remaja


Rosdakarya, hal 186

Mudjia Rahardjo. (2017). Studi Kasus Dalam Penelitian Kualitatif: Konsep dan
Prosedurnya. http://repository.uin-malang.ac.id/1104/1/Studi-kasus-dalam-
penelitian-kualitatif.pdf diakses 5 april 2021

Philipus, M. Hardjon. (2012). Menulis Laporan Penelitian Hukum, (Surabaya:


Unair, 1999), sebagaimana dikutip dalam Hadin Muhjad dan Nunuk
Nuswardani, Penelitian Hukum Indonesia Kontemporer, Genta Publishing.
Yogyakarta.

Prasetyo, Teguh. (2010). Hukum Pidana, Rajawali Pers, Jakarta.

Rachmayanthy. (2020). Kamus Pemasyarakatan Himpunan Istilah


Pemasyarakatan. PT RajaGrafindo Persada.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta

Sujatno, Adi. (2004). Sistem Pemasyarakatan Indonesia Membangun Manusia


Mandiri, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan HAM
RI, Jakarta.

53
Widoyoko, Eko Putro. (2014). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Karya Ilmiah :

Agustiwi, Asri & Nurviana, Reky. (2020). Kajian Kritis Terhadap Pembebasan
Narapidana Di Masa Pandemi COVID-19. Fakultas Hukum Universitas
Surakarta

Furqan, Hanin & Sidiq, Muhammad. (2018). Efektifitas Pembebasan Bersyarat


Terhadap Narapidana Residivis Narkotika (Studi Kasus di Rutan Kelas IIB
Sigli). Jurnal Justitia Vol 3, No 1

Hamja. (2018). Community Based Corrections Sebagai Alternatif Model


Pembinaan Narapidana Di Masa Mendatang.
https://arenahukum.ub.ac.id/index.php/arena/article

Hamja. (2015). Model Pembinaan Berbasis Masyarakat (Community Based


Corrections) Dalam Sistem Peradilan Pidana. Jurnal Mimbar Hukum Vol 21,
No 23

Jaya, Muhar., Herman & Handrawan. Kebijakan Hukum Pidana terhadap


Kedaruratan di Situasi Pandemi COVID-19 Sebagai Alasan Pembebasan
Bersyarat. Halu Oleo Legal Research Vol 2, No 3

Mervy Wongkar, Farly. (2019). Pembebasan Bersyarat Menurut Undang –


Undang Pemasyarakatan Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.
Lex Et Societatis Vol 7, No 6.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexetsocietatis/article/view/25799

Syaifuddin, Ahmad. (2019). Tinjauan Yuridis Terhadap Efektivitas Prosedur


Pemberian Pembebasan Bersyarat Secara Online (Sistem Database
Pemasyarakatan) Dalam Proses Program Pembinaan Narapidana . Jurnal
Spektrum Hukum Vol 16, No 2

Sarmanu. (2017). Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan


Statistika.
In Airlangga University Press.

Sulianto, Harun. (2018). Hak Narapidana Narkotika Untuk Memperoleh


Pembebasan Bersyarat. http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/86191

Sawczyn, K. (2018). Can Utilitarianism or Retributivism Justify Solitary


Confinement? Aletheia, (104), 27–36. Retrieved from
https://philosophy.tamu.edu/wp-
content/uploads/sites/15/2018/05/Sawczyn_Solitary-Confinement.pdf

54
Sanusi, A. (2011). Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Peraturan :

Undang-Undang Tentang Pemasyarakatan No.12 Tahun 1995. Jakarta.

Undang-Undang Tentang Pelayanan Publik No.25 Tahun 2009. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan
Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.96 Tahun 2012 Tentang


Pelaksanaan Undang-Undang No.25 Tahun 2009 Tentang PelayananPublik

Peraturan Menteri Hukum dan HAM No.3 Tahun 2018 Tentang Syarat dan Tata
Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan
Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat.

Peraturan Menteri Hukum dan HAM No.10 Tahun 2020 Tentang Syarat
Pemberian Asimilasi dan Hak Integrasi Bagi Narapidana dan Anak Dalam
Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran COVID-19.

Peraturan Menteri Hukum dan HAM COVID-19 No.32 Tahun 2020 Tentang
Syarat dan Tata Cara Pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti
Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat Bagi Narapidana dan Anak Dalam
Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran.

55
Lampiran 1 : Formulir Pengajuan judul

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA HUKUM DAN
HAM POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN
Jalan Raya Gandul No. 4 Cinere, Depok
Telepon : 021-7545096
Website: www.poltekip.ac.id

FORMULIR PENGAJUAN JUDUL

NAMA TARUNA : ELANG SURYANDARU


STB : 3354
PEMBIMBINGAN : MARKUS MARSELINUS SOGE, S.H., M.H
PROGRAM STUDI : TEKNIK PEMASYARAKATAN
JUDUL SKRIPSI : IMPLEMENTASI PEMBERIAN PEMBEBASAN
BERSYARAT KEPADA NARAPIDANA PIDANA
UMUM PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I
SEMARANG
No. JUDUL METODE LOKASI TINJAUAN

1. Implementasi Kualitatif Lapas Kelas I Teori Utilitarian,


Pemberian Semarang Konsep
Pembebasan Bersyarat Pelayanan Publik
Kepada Narapidana
Pidana Umum Pada
Masa Pandemi
COVID-19 di
Lembaga
Pemasyarakatan Klas I
Semarang

Mengetahui: Depok, 25 April 2021


Ketua Program Studi Pembimbing

Mitro Subroto, Bc.IP., S.I.P., M.Si. Markus Marselinus Soge, S.H., M.H

56
Lampiran 2 : Berita Acara Bimbingan Skripsi

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA HUKUM DAN HAM
POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN
Jalan Raya Gandul No. 4 Cinere, Depok
Telepon : 021-7545096
Website: www.poltekip.ac.id

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA TARUNA : ELANG SURYANDARU


STB : 3354
PROGRAM STUDI : TEKNIK PEMASYARAKATAN
JUDUL SKRIPSI :IMPLEMENTASI PEMBERIAN PEMBEBASAN
BERSYARAT KEPADA NARAPIDANA PIDANA
UMUM PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI
LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I
SEMARANG
PEMBIMBING : MARKUS MARSELINUS SOGE, S.H., M.H.

TANGGAL PARAF
No. KETERANGAN
KONSULTASI PEMBIMBING

1. 2 Juli 2021 Arahan Umum & Tindak Lanjut

2. 23 Juli 2021 Instrumen Pengumpulan Data

3. 15 September 2021 Hasil Pengumpulan Data

4. 19 Oktober 2021 Analisis Bab IV Rumusan 1

5. 28 Oktober 2021 Analisis Bab IV Rumusan 2

6. 30 Oktober 2021 Bab V, Plagiat Checker &


Penandatanganan

Depok, 30 Oktober 2021


Pembimbing

(Markus Marselinus Soge, S.H., M.H.)


NIP. 197911102003121009

57
Lampiran 3 : Data Informan Narapidana

DATA NARAPIDANA PIDANA UMUM PENERIMA PEMBEBSAN


BERSYARAT BULAN AGUSTUS DAN NOVEMBER

No No Reg Instansi Inisial Kategori Kasus

1 BI/K/30/2018 NPW Penganiayaan

2 BI/55/2021 BWP Penggelapan


3 BI/47/2021 AH Pencurian
4 BI/93/2021 YN Mata Uang
5 BI/78/2021 BS Penggelapan
6 BI/79/2021 AIP Penipuan
7 BI/94/2021 AS Mata Uang
8 BI/11/2021 HP Penggelapan
9 BI/247/2020 MA Penipuan
10 BI/94/DW/2020 NA Penipuan
11 BI/29/2021 OKP Penganiayaan
12 BI/151/2020 ATP Pencurian
13 BI/28/2021 K Penganiayaan
14 BI/P/13/21 AVM Penganiayaan

58
Lampiran 4 : Pedoman Wawancara
Instrumen Pedoman Wawancara Narapidana dan Petugas
Lembaga Pemasyarakatan Klas I Semarang

Narasumber : Petugas LAPAS


1. Berdasarkan Permenkumham Nomor 10 Tahun 2020 dan Permenkumham
Nomor 32 Tahun 2020, Bagaimana pelaksanaan pemberian pembebasan
bersyarat bagi narapidana pidana umun pada saat pandemi COVID-19
terkait hal tersebut?
2. Apa saja yang berubah dari pelaksanaan pembebasan bersyarat setelah
adanya pandemi dari berlakunya peraturan tersebut?
3. Apakah hal tersebut efektif dalam rangka penanganan COVID-19?
4. Apakah peraturan tersebut mempengaruhi kondisi narapidana?
5. Apa saja dampak yang dirasakan narapidana?
6. Apa saja yang menjadi kendala/hambatan dalam pelaksanaan pembebasan
bersyarat setelah diberlakukannya peraturan tersebut ?
7. Bagaimana cara mengatasi kendala/hambatan tersebut?
8. Apa saja yang telah dilakukan pihak lapas terkait hal ini?
9. Apa saran anda yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi ini?

Narasumber : Narapidana
1. Apakah sebelumnya anda mengetahui apa itu PB (pembebasan bersyarat) ?
2. Apakah petugas atau pihak Lapas melaksanakan sosialisasi tentang hak
narapidana berupa intergrasi khususnya Pembebasan Bersyarat kepada
WBP secara menyeluruh dan efektif ?
3. Apakah dalam pemberian pelayanan PB anda diminta pungutan uang ?
4. Apakah dalam pelayanan petugas diskriminatif ?
5. Apakah dalam proses pelaksaan pemberian PB, anda dipersulit atau
merasa sulit ?
6. Bagaimana kinerja petugas dalam pelaksanaan pemberian PB pada masa
pandemi COVID-19 ini ?

59
7. Apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan PB saat pandemi COVID-
19 ini di Lapas Kelas I Semarang ?
8. Apa saran untuk menanggulangi permasalahan ini ?

60
Lampiran 5 : Hasil Wawancara

Hasil Wawancara

P : PEWAWANCARA
S : SUBJEK

1. Informan Petugas I

P/S ISI WAWANCARA


P
Selamat siang pak fajar.

S
Iya selamat siang.

P
Mohon maaf sebelumnya mengganggu waktunya sebentar di sela sela
kesibukan pak fajar saya ingin mewawancarai pak fajar untuk data
penelitian skripsi saya. Izin pak mohon jawabannya terkait pertanyaan saya
Berdasarkan permenkumham no 10 tahun 2020 dan permenkumham no
24 tahun 2021 bagaimana pelaksanaan pemberian PB bagi narapidana
pidana umum pada saat pandemic covid 19. Terkait hal tersebut bagaimana
pak?

S
Ya, jadi dalam pelaksanaannya ee kita merujuk dengan aturan tersebut eeee
yang sudah dijalani ini sudah berjalan dengan baik karena aturan tersebut
sudah eeeh turunan dari permen sebelumnya permen 32 yang sudah banyak
evolusi di situ eee jadi dengan adanya permen yang baru ini sudah semakin
mengerucut maksudnya da pengetatan pengetatan sehingga tingkat eeee
residivis atau kejahatan terulang itu semakin berkurang gitu ya, jadi sudah
berjalan dengan baik.

P
Eemmm selanjutnya, apa saja yang berubah dari pelaksanaan PB setelah
adanya pandemic covid ini dari berlakunya peraturan tersebut pak ?

S
Ya sebenarnya kalo untuk syarat dan administrasinya sama yang berbeda
adalah masalah pelaksanaan nya saja kalo yang sebelumnya itu
dilaksanakan dengan cara langsung serah terima ke bapas kejaksaan untuk
saat ini bias diserahkan secara daring karena itu juga terjangkau sesuai

61
dengan aturannya juga pelaksanaan dilakukan secara daring, ya
tetep administrasi tetep dijalankan eee by scan ya tetep ada serah
terimanya

P
Itu syarat administratif nya itu sebelum pandemic itu sama ya pak yang di
permen ya pak?

S
Sama. iya jadi syarat administratifnya itu tetep sama Cuma yang bedanya
ada di litmas, kalo untuk litmas yang permen 24 kan lebih eeee simple ya,
jadi beda dengan litmas sebelumnya yang sangat detail kalo litmas permen
24 kan lebih simple Cuma di situ tetep ada assesmentnya jadi semua Warga
binaan yang akan menjalani asimilasi di rumah tetep di assessment eeee
jangan sampai nanti dia tidak layak untuk asimilasi, agar tidak terjadi
pengulangan tindak pidana

P
Berarti ada tambahan assessment ya, khususnya untuk asimilasi rumah ya
pak.

S
Ya betul

P
Ee untuk kemudian apakah hal tersebut efektif dalam rangka penanganan
covid pak, karena peraturan tersebutkan berbunyi tentang eee
penanggulangan pandemi covid 19?

S
Iya, tentunya kalo pemerintah sudah membuat aturan edaran peraturan pasti
ada kemanfaatan buat kita ya, jadi sudah judulnyakan permenkumham
untuk eee mengurangi tingkat penyebaran covid, ya bener di lapas kan
sangat riskan untuk terjadi penyebaran covid, makanya dengan adanya
permen tersebut insyaallah bisa mengurangi penyebaran covid tersebut
karena di lapas juga sudah over capacity eee kita mengurangi adanya
penyebaran covid dengan adanya mengeluarkan narapidana untuk asimilasi
di rumah.

P
Eee apakah peraturan tersebut itu mempengaruhi kondisi narapidana pak?
Atau pada syarat administrasinya atau dalam proses tiap tahapnya itu pak

62
S
Iya yang jelas kan mereka kan eeee ini yang ditunggu tunggu mereka gitu,
gitu kan yang sebelumnya 2/3 masa pidana. eee pulang, saat ini di bias
menjalani asimilasinya dirumah walaupun dengan syarat tertentu yang
mewajibkan dia dirumah ya, enggak boleh ke mana mana gitu kan yang
untuk selalu dirumah ya nama nya juga untuk menghindari penyebaran
covid ya emang asimilasi tetap selalu di rumah. Ya tapi kalo
pelaksanaannya kan kitakan juga tidak secara dekat mengawasi karena itu
kan pengawasan bapas dan dari bapas pun juga saya kira juga tidak bias
secara detail eee mengawasi setiap harinya apakah dirumah atau tidak
karenakan pengawasannya juga lewat daring tidak secara langsung. Ya tapi
tetap efektiflah dengan keadaannya yang seperti ini.

P
Eee kemudian itu dari setiap prosesnya itu ada kendala atau hambatan
dalam pelaksanaannya ya pak? Dalam peraturan tersebut itu

S
Sampai dengan saat ini tidak ada kendala karena semua kita koordinasikan
dengan baik dengan pihak bapas dengan kejaksaan, eee jadi semua bisa
berjalan dengan baik tidak ada kendala sampai saat ini, walaupun dia ada di
wilayah bapas luar kota semarang tetep kita komunikasikan ya. Semua kalo
kita komunikasikan insyaallah akan berjalan dengan baik

P
Kemudian eee dari kebijakan lapas sendiri itu apa sih yang dilakukan
dalam berlakunya peraturan tersebut pak?

S
Ya kebijakan dengan lapas ya kita kan tetep menjalankan sesuai aturan ya
kalo aturan dari menteri itu tetep itu acuannya adalah itu, untuk kebijakan
sendiri kita di sini ee kita tambahkan dengan mewajibkan semua warga
binaan yang akan menjalani asimilasi untuk dilakukan tes urine. Ya jadi
sebelum bebas akan kita tes apabila dia positif tidak akan kita keluarkan,
gitu ya. Tapi Alhamdulillah selama ini negative ya tidak ada yang positif
ya . tidak hanya pada saat keluar pada saat sidang atau pu waktu waktu
tertentu akan kita tes jadi sifatnya insidental gitu. Tidak tidak terus
terjadwal gitu nggak, insidental kita tes urine kalau seumpama positif kita,
apa namanya, cancel, tidak hanya positif kalau melanggar aturan
pelanggaran tata tertib kena register F ya kita tunda.

P
Ya pak. Terus eee dari saran pak fajar sendiri apa yang dapat dilakukan
untuk memperbaiki kondisi yang telah dijalankan pak?

S
Iya jadi dengan adanya permenkumham 24 ini sudah… apa eee
memperbaiki dari aturan yang sebelumnya ya. Sudah cukup efektif ya
karena sudah banyak pengetatan pengetatan disitu terus residivis pun sudah
tidak ada di lapas semarang maksudnya untuk yang pelanggaran asimilasi

63
tidak ada untuk tahun ini tidak ada berarti kan eee itu sudah efektif gituin.
Nah harapannya si kedepannya mewakili dari pada Warga binaan yang ada
di lapas aturan akan tetap berlaku

P
Terima kasih pak fajar atas eee jawab jawabannya dan terimakasih atas
waktunya pak, cukup sekian dari saya terima kasih

S
Oke sama sama

2. Informan Petugas II

P/S Hasil Wawancara


P Selamat pagi Bapak Ibnu.
S Selamat pagi Mas Elang.
P Mohon maaf mengganggu waktunya sebentar di sela-sela kerja Pak
Ibnu yang sibuk ini.
S Insha allah saya jawab.
P Sebelumnya saya ingin bertanya, ingin mewawancarai Bapak Ibnu
untuk pengambilan di data skripsi saya Pak Ibnu.
P Berdasarkan PERMENKUMHAM NO 10 Tahun 2020 dan
PERMENKUMHAM NO 24 Tahun 2020, bagaimana pelaksanaan
pemberian PB bagi narapidana umum pada saat pandemi covid 19 ini.
?
S Menurut saya PERMENKUMHAM NO 10 Tahun 2020 semua
diperbolehkan asimilasi dirumah kecuali PP kategori 99 tidak boleh
asimilasi di rumah dan PERMEN NO 24 Tahun 2020 sekarang berbeda,
PPA tidak diperbolehkan dan residivis yang 2 kali masuk penjara tidak
diperbolehkan mengikuti asimilasi dirumah.
P Apa saja yang berubah dari pelaksanaan PB setelah adanya pandemi
dan berlakunya peraturan tersebut baik sebelum pandemi maupun
sesudah pandemi.?

64
S Sebelum pandemi kita dihadapkan ke pihak bapas untuk pengeluaranya
tersebut sekarang selama pandemi kita dilakukan secara daring ke pihak
bapas dan kejaksaan pengendalian tetap oleh pihak bapas tapi kita
selalu berkoordinasi ke pihak bapas, jadi lapas menyerahkan ke pihak
bapas juga.
P Terkait PERMENKUHMAM No. 24 Tahun 2020 Tentang
Penanggulangan Covid 19, apakah hal tersebut efektif dalam rangka
penanganan COVID 19 di Lapas Kelas 1 Semarang ini.?
S Kalau menurut saya efektif juga, yang saya dengar dan saya lihat di TV
mengurangi beban anggaran pemerintah dilaksanakan asimilasi
dirumah berdasarkan permen no 24 tahun 2020 tersebut.
P Selanjutnya terkait peraturan tersebut apakah mempengaruhi kondisi
narapidana.?
S Kondisi narapidana alhamdulillah tetap aman, dan mereka juga
berharap mendapatkan asimilasi tersebut, tetapi ada batasannya di
PERMENKUMHAM NO. 24 Tahun 2020 harus 2/3 nya di Desember
2021.
P Dampaknya yang dirasakan narapidana itu bagaimana pak terkait
peraturan tersebut dan pelaksanaannya yang bapak sampaikan lebih ke
daring itu bagaimana pak ?
S Dampaknya anak-anak tersebut bisa mendapatkan asimilasi dirumah
berdasarkan PERMENKUMHAM N0 24 Tahun 2020 tetapi kita ada
peraturan tersebut di 23 2021 itu boleh tetapi ada persyaratan tersebut
sesuai dengan edaran yang kita terima.
P Apa saja yang menjadi kendala atau hambatan dalam pelaksanaan PB
setelah diberlakukannya peraturan tersebut saat pandemi COVID-19
ini.?
S kendala nya kita narapidana itu posisinya sudah diluar jadi kita
pengawasan nya sepenuhnya oleh pihak bapas terkait.
P Bagaimana cara mengatasi kendala dan hambatan tersebut bapak.?
S mengatasi kendalanya dengan koordinasi oleh pihak bapas dan selalu
komunikasi komunikatif ke yang pihak bapas terkait

65
P Dari pihak lapas apa yang dilakukan terkait hal ini ?
S Secara teknisnya kita tetap koordinasi terus ke pihak bapas dan pihak-
pihak terkait lainnya
P Saran dari bapak ibnu bagaimana yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki kondisi ini selain berkoordinasi atau hal lainnya ?
S Okay, saran dari saya bagi narapidana yang sudah mendapatkan
asimilasi dirumah sangat dimohon untuk mematuhi peraturan yang
berlaku tetap jaga dirumah serta menjaga kesehatan dan tidak
mengulangi lagi, jika mengulangi lagi otomatis asimilasi itu kita cabut
dan kita laporkan ke pihak bapas.
P Terima kasih Bapak Ibnu sekian pertanyaan dari saya sangat-sangat
banyak terima kasih atas keluangan waktu yang diberikan, terima kasih
Bapak Ibnu.

3. Informan Narapidana I

P/s Isi wawancara

P Selamat siang, mas aziz!


S Iya, alhamdulilah baik pak elang

P Apakah sebelumnya mas aziz berkenan untuk di wawancarai?


S Iya berkenan pak
Langsung saja, yang pertama tentang pb. Sebelumnya apakah mengetahui
P ap aitu pb?

Sebelumnya belum tahu mas, waktu di polsek juga belum tahu. Cuma
pernah denger-denger di lp ada pb tapi secara mekanisme belum tahu. Baru
S di lp ini jadi tahu

Petugas apakah melakukan sosialisasi terhadap warga binaan atau


P narapidana terkait pb ini secara menyeluruh dan efektif?

Menurut saya sudah di lakukan sosialisasi mas, terus di depan juga


terpampang banner besar yang di dalamnya terpampang tidak hanya pb
S saja, tapi ada cmb, cb dan asimilasi. Saya awal membacanya dari situ

66
Oke, berarti sudah banyak napi yang tahu dengan adanya banner maupun
sosialisasi secara langsung juga. Kemudian, apakah dalam pemberian pb
P ini napi di mintai punguatan dana atau uang tidak?
Tidak, karena di banner juga tertulis gratis mas, jadi dari saya pribadi tidak
S ada pungutan biaya apapun

Kemudian, apakah dalam pemberian pb ini, petugas melakukan dengan


diskriminatif atau pilih-pilih orang karena ada unsur kedekatan atau
keluarga atau bagaimana?
P
Menurut saya tidak ada mas, bahkan saya pernah ketemu orang yang
statusnya wna juga tetap di layani, tetap di beri arahan, mekanismenya
S seperti apa.
P Berarti sama rata?

S Iya, kalau di lp kelas 1 semarang. Kalau di tempat lain saya tidak tahu
Kemudian dalam pelaksanaan pemberian pb ini, mas aziz di persulit atau
P merasa sulit atau tidak?
Tidak sih, sudah sedari awal saya di jelaskan mengenai cb ataupun pb-nya.
Di jelaskan apa saja yang perlu saya lengkapi. Terus petuigasnya bersikap
kooperatif karena setiap kali saya tanya juga di respon dengan baik.
Sehingga secara monitoringnya sudah sejauh apa tau. Malahan saya rasa di
permudah karena setiap tanya saya mendapatkan jawaban sesuai yang saya
S harapkan

Bagaimana kinerja petugas, terutama staf bimkemas dalam pelaksanaan


P pemberian pb pada masa pandemi covid ini?

Menurut saya bagus mas, karena dari timeline yang di tetapkan di banner
di situkan tertulis untuk prosesnya tidak begitu lama, untuk saya pribadi
yang mengajukan ya tidak begitu lama, cepat dan secara pelayanan tidak
S ada diskriminatif atau berbelit-belit
Kemudian mas aziz dalam pengurusan pb ini di masa pandemic covid ini,
P apakah yang menjadi kenadala?

Kalau kendala di masa pandemic ini tidak bisa di lakukan besuk pada diri
saya, otomatis secara administrative terkendala mas, tapi alhamdulillah dari
pihak bimkemas lp kelas 1 semarang membantu saya, contoh
mempersilahkan saya menghubungi keluarga mengenai berkas-berkas yang
S perlu di kirim di sini dan apa saja yang perlu saya lakukan.

Itu sudah menyangkut dalam menanggulangi permasalahan yang ada


P
S Iya

67
4. Informan Narapidana II

P/S ISI WAWANCARA

P Selamat siang mas imam!


S Selamat siang
P Bagaimana kabarnya hari ini
S Alhamdulillah, sehat wal afiat mas
P Apakah merasa Bahagia di sini?

S Bahagia mas, intinya sabar dan ikhlas menjalaninya mas


Sebelumnya mas imam sebelum masuk di lapas kelas I semarang ini, tahu
P tidak sih ap aitu PB?

Awal-awal tidak tahu mas, baru pas udah di blok kita di beri sosialisasi dari
petugas LP. Dulu sebelum pandemi seminggu sekali ada sosialisasi tentang
S PB dan hak-hak napi
P Berarti petugas sudah melaksanakan sosialisasi
S Iya mas sudah
Menurut mas imam, hal itu sudah merata dan efektif keseluruh temen-
P temen tidak mas?

Efektif, soalnya kita dikumpulin di pendopo, tatap muka di kumpulin jadi


satu nanti petugas mensosialisasikan hak-hak napi, syarat-syaratnya seperti
S itu.
Mas imam dalam mengurus PB, apakah di mintai sejumlah uang atau
P tidak?
S Tidak sama sekali mas

P Apakah dalam pelayanan, petugas bersikap diskriminatif?


Tidak, sama rata. Diberi arahan, syarat-syaratnya yang belum tahu itu di
S beri penjelasan

P Dalam pelaksanaan pemberian PB, mas imam dipersulit atau merasa sulit?

Tidak sih mas, mudah-mudah aja. Malahan nanti kalau ada yang tidak bisa
S kesini syarat-syaratnya bisa di kirim lewat pos, lewat e-mail
Menurut mas Imam, bagaimana kinerja petugas dalam pemberian PB pada
P masa pandemic

68
Kinerjanya sudah baik sih mas, mungkin kalau sosialisasi emang berkurang
S mas jadi sebulan sekali, karena ada pembatasan berkumpul
Apa yang menjadi kendala mas imam pada masa pandemic dalam
P pemberian PB?

Kendalanya tidak ada. Alhamdulillah saya lancar-lancar saja. Mungkin


litmas bisa pakai online. Dari petugas menyiapkan fasilitas buat video call
S dengan petugas Bapas

5. Informan narapidana III

P/S ISI WAWANCARA


P Selamat sore mas
S Selamat sore pak
P Bagaimana kabarnya hari ini?
S Alhamdulillah hari ini biasa saja

Terkait PB mas, sebelum masuk LP kelas I Semarang apakah mas indra


P mengetahui ap aitu PB?
S Tidak tahu sama sekali
Sekarang kan udah tahu mas, tahunya itu mas indra dari petugas
melaksanakan sosialisasi secara menyeluruh dan efektif atau belum?
P

Sudah efektif. Saat masuk kan di mapenaling dulu. Lalu ada sosialisasi
untuk warga baru tentang PB, CB, dan asimilasi. Jadi rata-rata untuk yang
S vonis 1 tahun lebih itu disuruh langsung mengurus semua
mas indra dalam mengurus PB itu di mintai uang atau tidak?
P
S Tidak sama sekali
P Keluarga juga tidak ya?
S Tidak

P Petugas memberikan layanan itu diskriminatif atau tidak?


S Tidak sama sekali

P mas indra waktu ngurus pernah dipersulit atau merasa sulit?


S Tidak pernah sama sekali, lancar

69
Menurut mas indra kinerja petugas dalam pemberian PB pada pandemi
P covid di LP kelas I semarang ini?

Kinerjanya baik, malah membantu saya sebagai WBP dengan adanya


S program PB biar cepat pulang

kemudian, apa sih yang menjadi kendala dalam pemberian PB di LP kelas I


P semarang di masa pandemic

Kalau kendala sampai sekarang, belum ada kesusahan. Keluarga di rumah


juga ngurusnya gampang banget. Padahal keluarga di rumah kan udah tua
S umurnya ga ada kebingungan dalam mengurusnya, lancer

70
Lampiran 6 : Dokumentasi Pendukung

Pengarahan oleh Kepala Seksi Bimkemas kepada narapidana yang akan mendaftar
program pembebeasan bersyarat

Banner atau papan informasi terkait alur proses integrasi

71
Narapidana yang melakukan pendaftaran pembebasan bersyarat di ruangan bimkemas

Pencocokan data narapidana secara langsung dengan berkas oleh petugas secara
langsung

72
Lampiran 7: Surat Pengantar Penelitian

73
74
75
76
Lampiran 8 : Uji Plagiarism

77
Lampiran 9 : Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Elang Suryandaru

Stb. : 3354

Tempat, Tanggal Lahir : Kendal, 3 Agustus 1999

Kewarganegaraan : Indonesia

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tinggi dan Berat Badan : 176 cm dan 77 kg

Email : elangsuryandaru314@gmail.com

Alamat : Perumahan Pondok Brangsong Baru Jl. Dieng XI


No.6 RT 03/RW 08 Ds. Sidorejo, Kec. Brangsong,
Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

No. HP : 081226232968

Agama : Islam

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 1 Brangsong, tamat dan berijazah


tahun 2011.
2. SMP Negeri 1 Brangsong, tamat dan berijazah
tahun 2014.
3. SMA Negeri 1 Kendal, tamat dan berijazah
tahun 2017.

78
4. Terhitung mulai tanggal 13 November 2017
sebagai Taruna Politeknik Ilmu Pemasyarakatan,
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.
Riwayat Organisasi : 1. Wakil Ketua OSIS di SMA Negeri 1 Kendal
tahun 2015
2. Pengurus Badan Perwakilan Taruna di
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan tahun 2018-
2019
3. Analisis ahli utama Senat Taruna di
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan tahun 2020
4. Kesatuan Polisi Taruna Seksi Penjagaan di
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan tahun 2020-
2021.

79

Anda mungkin juga menyukai