SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SarjanaTerapan Pemasyarakatan (S. Tr. Pas)
STB : 3388
Menyetujui Pembimbing
i
LEMBAR BERITA ACARA UJIAN SIDANG SKRIPSI
ii
HALAMAN PENGESAHAN HASIL SIDANG SKRIPSI
iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
STB : 3388
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Poltekip berhak menyimpan, mengalih media/format-kan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 8 November 2021
Yang menyatakan
(Hendrik A. Tinambunan)
iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
STB : 3388
HENDRIK A. TINAMBUNAN
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan
selesai tepat pada waktunya. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi
salah satu syarat kelulusan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Terapan
Pemasyarakatan, program studi Bimbingan Kemasyarakatan, Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini sangat sulit terwujud sebagaimana yang
diharapkan, tanpa bimbingan dan bantuan serta tersedianya fasilitas-fasilitas yang
diberikan oleh beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
sampaikan rasa terima kasih dan rasa hormat kepada:
1. Kedua orang tua saya beserta seluruh keluarga besar saya, terimakasih atas
doa, dukungan, perhatian serta pengertiannya selama proses pengerjaan
skripsi ini;
2. Ibu Dr. Rachmayanti, Bc.IP., S.H., M.Si selaku Direktur Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan;
3. Bapak Ali Muhammad., AKS., S.Sos., M.Si. selaku Ketua Program Studi
Bimbingan Kemasyarakatan.
4. Bapak Hery Fernandes Butar Butar, S.IP., M.Krim. selaku dosen
pembimbing yang telah bersedia untuk meluangkan waktu dan pikiran untuk
membimbing serta memberi masukan dan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini hingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Terimakasih
banyak atas waktu, ilmu, bimbingan serta perhatiannya yang telah diberikan;
5. Bapak Imaduddin Hamzah, S.Psi,. M.Si selaku dosem penguji tetapi
bersedia membantu dan memberikan saran dan masukan kepada peneliti
terutama dalam melaksanakan pengujian data. Terimakasih atas bimbingan
dan arahan yang telah diberikan.
6. Bapak/Ibu dosen penguji skripsi atas kritik dan saran yang membangun
dalam menyempurnakan penyusunan skripsi ini;
vi
7. Rani Elviyanti Siregar S.K.M. Keras kepala dan ketegasanmu menjadikan
skripsi itu selesai tepat waktu. Terimakasih untuk pundak, pikiran, keringat
dan ketulusan yang telah diberikan walau sekarang aku tidak tau lagi
keberadaanmu. Terimakasih sudah melengkapi keseharianku, menjadi
sepasang salah yang menolak kalah dari kata sudah kala itu.
8. Rekan-rekan saya POLTEKIP Angkatan 52 atas doa, bantuan, candaan dan
dukungannya yang selalu diberikan. Semoga silaturahmi kita tidak terputus
dan kita semua bisa meraih kesuksesan di kehidupan yang akan datang.
9. Kepada senior, junior dan semua pihak-pihak yang telah mendukung dan
membantu selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang harus
disempurnakan dari skripsi ini. Oleh karena itu, penulis memohon maaf yang
sebesar-besarnya dan membuka diri untuk segala kritikan dan masukan yang
dapat membangun dan meningkatkan kualitas skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi kepentingan ilmu di masa depan.
Hendrik A. Tinambunan
vii
ABSTRAK
viii
ditunjukkan oleh orangtua dan juga teman sebaya akan memiliki pengaruh
terhadap munculnya perilaku kenakalan remaja. Maka dapat disimpulkan bahwa
Kelekatan ANDIKPAS akan memiliki pengaruh terhadap munculnya perilaku
kenakalan jika angka kenakalan sesuai dengan yang dibutuhkan dari Kelakatan
ANDIKPAS, semakin tinggi Kelekatan maka akan memberikan hasil semakin
rendah atau menurunnya tingkat kenakalan ANDIKPAS di LPKA Kelas I Medan.
ix
ABSTRACT
Name : Hendrik Antonius Tinambunan
Study Program : Correctional Social Guidance
Title : “The Effect of ANDIKPAS Attachment with Parents and Friends on Juvenile
Delinquency in Class I LPKA Medan in 2021”
Counsellor : Hery Fernandes Butar Butar, S.IP.,M.Krim.
This study discusses the influence of ANDIKPAS attachment support with parents
and friends: Influence on juvenile delinquency in LPKA Class I Medan in 2021.
The attachment that occurs between parents and children will emerge through a
series of processes, attachment will have an influence on the future of children
childhood to adulthood. When a child enters adolescence, he will try to build a
relationship outside his family and have the awareness to develop his
independence which makes adolescents learn about the relationships that exist
within the family, adolescents, and also parents. the mother is in a position of
insecure attachment while with peers has a safer attachment role. Based on the
Pearson correlation assessment between the attachment variable and ANDIKPAS
Juvenile Delinquency in LPKA Class I Medan, it is 0.274. This shows that the
relationship between the two is weak and the strength of the correlation is
negative. Based on the R value in the Model Summary table, it can be seen that
the magnitude of the regression coefficient between Attachment and Juvenile
Delinquency is 0.274, which means it has an effect. The R Square value of 0.075
indicates that the Attachment variable (Attachment) contributes to influencing the
ANDIKPAS Juvenile Delinquency variable at LPKA Class I Medan, if it is
concluded as a whole that ANDIKPAS's attachment to parents will be negative if
the number of attachments shown by adolescents has decreased, reinforced by the
value of significant at 0.016 or <0.05. The quality of relationships
x
shown by parents and also peers will have an influence on the emergence of
juvenile delinquency behavior. So it can be concluded that the attachment of
ANDIKPAS will have an influence on the emergence of delinquency behavior if
the delinquency rate is in accordance with what is required from ANDIKPAS
attachment, the higher the attachment, the lower the result or decrease in the level
of delinquency of ANDIKPAS in LPKA Class I Medan.
xi
DAFTAR ISI
xii
B. Pembahasan Dan Analisis ........................................................................ 35
BAB V ............................................................................................................... 64
PENUTUP ......................................................................................................... 64
A. Kesimpulan ............................................................................................. 64
B. Saran ....................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 68
Lampiran .......................................................................................................... 73
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rincian Data Jumlah dan Kasus ABH tahun 2011-2015 Indonesia ........ 3
Tabel 2.1 Definisi Operasional ........................................................................... 23
Tabel 3.1 Rumus Perhitungan Slovin .................................................................. 28
Tabel 4. 1 Data pegawai berdasarkan golongan pada Lembaga Pembinaan Khusus
Kelas I Medan .................................................................................................... 33
Tabel 4. 2 Data Pegawai Berdasarkan Pendidikan pada LPKA Kelas I Medan .... 34
Tabel 4. 3 Hasil Uji Validitas Kelekatan Terhadap Ibu ....................................... 37
Tabel 4. 4 Hasil Uji Validitas Kelekatan Terhadap Ayah .................................... 38
Tabel 4. 5 Hasil Uji Validitas Kelekatan Terhadap Teman.................................. 39
Tabel 4. 6 Perilaku yang melanggar hukum ....................................................... 40
Tabel 4. 7 Perilaku yang menimbulkan korban fisik ........................................... 41
Tabel 4. 8 Perilaku yang menimbulkan korban materi ....................................... 42
Tabel 4. 9 Perilaku yang membahayakan orang lain .......................................... 42
Tabel 4. 10 Hasil Uji Reliabilitas Kelekatan Terhadap Ibu .................................. 44
Tabel 4. 11 Hasil Uji Reliabilitas Kelekatan Terhadap Ayah .............................. 45
Tabel 4. 12 Hasil Uji Reliabilitas Kelekatan Terhadap Teman ............................ 46
Tabel 4. 13 Perilaku yang melanggar hukum ...................................................... 47
Tabel 4. 14 Perilaku yang menimbulkan korban fisik ......................................... 48
Tabel 4. 15 Perilaku yang menimbulkan korban materi ...................................... 49
Tabel 4. 16 Perilaku yang membahayakan orang lain ......................................... 50
Tabel 4. 17 Hasil Uji Normalitas Kelekatan Terhadap Ayah ............................... 51
Tabel 4. 18 Hasil Uji Normalitas Kelekatan Terhadap Ibu .................................. 52
Tabel 4. 19 Hasil Uji Normalitas Kelekatan Terhadap Teman............................. 52
Tabel 4. 20 Hasil Uji Normalitas Kenakalan Remaja Berdasarkan Perilaku yang
Membahayakan Orang Lain ............................................................................... 53
Tabel 4. 21 Hasil Uji Normalitas Kenakalan Remaja Berdasarkan Perilaku yang
Menimbulkan Korban Fisik ................................................................................ 54
Tabel 4, 22 Hasil Uji Normalitas Kenakalan Remaja Berdasarkan Perilaku yang
Menimbulkan Korban Materi ............................................................................. 54
xiv
Tabel 4. 23 Hasil Uji Normalitas Kenakalan Remaja Berdasarkan Perilaku yang
Melanggar Hukum ............................................................................................. 55
Tabel 4. 24 Hasil Uji Normalitas Kenakalan Remaja Berdasarkan Perilaku ........ 56
Tabel 4. 25 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....................... 57
Tabel 4. 26 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...................................... 58
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Begitu banyaknya penduduk usia muda alias remaja di Indonesia
menjadi potensi besar dalam keberlangsungan suatu pembangunan dalam
rangka mencapai cita-cita pendiri bangsa (BKKBN, 2017). Keberhasilan
suatu negara ditentukan dari generasi muda sebagai penerus bangsa. Anak
remaja merupakan bagian dari generasi penerus bangsa, sehingga anak
remaja harus dipersiapkan dan diarahkan ke arah hal-hal yang positif. Anak
juga mendapatkan hak layaknya sebagai manusia, perlindungan terhadap
hak anak menjadi penting karena anak merupakan manusiayang utuh
sehingga memiliki hak asasi manusia layaknya manusia dewasa (Maharis,
2015)
Penduduk dunia saat ini sudah mencapai sekitar 7,4 miliar jiwa dan
pada tahun 2017 diperkiran mencapai 8 milyar (BKKBN, 2017).
Berdasarkan hasil sensus penduduk BPS tahun 2020, tercatat penduduk
Indonesia berjumlah 270,2 juta jiwa dan 67 juta diantaranya adalah
penduduk dengan usia muda. Berdasarkanprovinsi sumatera utara, sebanyak
3,9 juta jiwa merupakan usia muda (BPS, 2020). Hampir 30% penduduk
Indonesia adalah penduduk dengan usia remaja, menjadikan munculnya
periode kritis namun strategis untuk dibina karena remaja dipersiapkan agar
menjadi generasi penerus bangsa (BKKBN, 2010).
Peningkatan usia muda di Indonesia tidak lepas dari fenomena
kenakalan remaja, Banyaknya kasus kriminal yang diperbuat remaja
meningkatkan jumlah anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) seluruh Indonesia khususnya di
LPKA Kelas I Medan. Dari data registrasi LPKA Kelas I Medan, Anak
Didik Pemasyarakatan berjumlah 97 orang dengan kasus tindak pidana yang
beragam. Dalam System Database Pemasyarakatan (SDP) pada Tahun
2020, ditemukan jumlah keseluruhan Anak Didik Pemasyarakatan dari
1
setiap Kantor Wilayah (Kanwil) di seluruh Indonesia tercatat sebanyak
1.908 orang. Pendidikan bagi anak merupakan kebutuhannya untuk masa
depan yang harus dipenuhi (SDP, 2020).
Berdasar atas data Kementerian Pemuda dan Olahraga (2009), selama
tahun 2008 kenakalan yang dilakukan oleh remaja termasuk dalam tujuh
belas hal penting pada Gangguan Kamtibmas (PPGK) khusus. Pada tahun
2008, terdapat anak-anak dan remaja pelaku kriminalitas sebanyak 3.280
orang. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 4,3 persen dari
tahun sebelumnya (2007) yaitu sebesar 3.145 orang. Pada tahun 2014,
jumlah penyalahgunaan narkoba meningkat sekitar 3,8 juta sampai 4,1 juta
orang dengan kategorinya adalah remaja/pelajar (BNN, 2014). Berdasarkan
data narapidana anak seluruh Indonesia tahun 2016, sebanyak 113.266 anak
berstatus narapidana. Jumlah narapidana anak terbanyak menurut data per-
wilayah antara lain pada provinsi Jawa barat sebanyak 17.000 anak berstatus
narapida, pada provinsi Jawa Timur sebanyak 11.016 anak berstatus
narapidana dan sebanyak 10.427 anak berstatus narapidana di provinsi
Sulawesi Selatan. Lembaga Pembinaan khusus anak (LPKA) kelas I Medan
wilayah Sumatera Utara menduduki urutan ke-5 dengan jumlah narapidana
anak terbanyak di Indonesia yaitu sebanyak 5.868 anak (KPAI, 2016b).
Berdasarkan Tabel 1.1. rincian data Anak Berhadapan Hukum (ABH)
tahun 2011-2016, kriminalitas yang dilakukan anak antara lain anak sebagai
pelaku tindak kekerasan fisik, anak sebagai pelaku tindak kekerasan psikis,
anak sebagai pelaku tindakan kekerasan seksual, anak sebagai pelaku
pembunuhan, anak sebagai pelaku pencurian, anak sebagai pelaku tindakan
kecelakaan lalu lintas, anak sebagai pelaku kepemilikan atas senjata tajam,
anak sebagai pelaku tindakan penculikan dan anak sebagai pelaku tindakan
aborsi, dsb. Diantara keseluruhan kasus anak tersebut, kasus kriminalitas
anak terbanyak yaitu sebagai pelaku kekerasan seksual (Pemerkosaan,
pencabulan, sodomi/pedofilia,dsb) sebanyak 1498 kasus dan kasus anak
sebagai pelaku tindakan Tawuran Pelajar sebanyak 430 kasus, serta kasus
2
anak sebagai pelaku tindakan kekerasan di Sekolah (Bulliying) sebanyak
430 kasus (KPAI, 2016a).
Tabel 1.1 Rincian Data Jumlah dan Kasus ABH tahun 2011-2015 Indonesia
KASUS ANAK BERHADAPAN 2011 2012 2013 2014 2015 2016 JUM
HUKUM LAH
Anak Pengguna Napza (Narkotika, 34 28 41 63 74 64 304
Rokok, Minuman Keras, dsb)
Anak Pengedar Napza (Narkotika, 12 17 21 48 31 17 146
Rokok, Minuman Keras, dsb)
Anak Pelaku Tawuran Pelajar 64 82 71 46 126 41 430
Anak Pelaku Kekerasan di Sekolah 48 66 63 67 93 93 430
(Bulliying)
Anak Pelaku Kejahatan Seksual Online 8 7 16 42 52 51 176
Anak Pelaku Kepemilikan Media 56 47 61 64 104 53 385
Pornografi (HP/Video, dsb)
Anak Sebagai Pelaku Kekerasan Fisik 46 53 76 105 81 62 423
(Penganiayaan, Pengeroyokan,
Perkelahian, dsb)
Anak Sebagai Pelaku Kekerasan Psikis 15 11 21 27 22 23 119
(Ancaman, Intimidasi, dsb)
Anak Sebagai Pelaku Kekerasan 123 324 247 561 157 86 1498
Seksual (Pemerkosaan, Pencabulan,
Sodomi/Pedofilia, dsb)
Anak Sebagai Pelaku Pembunuhan 32 46 53 66 36 31 264
Anak Sebagai Pelaku Pencurian 14 92 51 47 81 24 309
Anak Sebagai Pelaku Kecelakaan Lalu 9 86 48 58 52 39 292
Lintas
Anak Sebagai Pelaku Kepemilikan 21 18 28 46 48 14 175
Senjata Tajam
Anak Sebagai Pelaku Penculikan 6 27 21 17 6 5 82
Anak Sebagai Pelaku Aborsi 6 5 14 21 19 23 88
Sumber: KPAI,2016
Anak didik pemasyarakatan yang sekarang disebut dengan Anak
menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
menjelaskan bahwa : (a). Anak Pidana ialah anak yang telah mendapatkan
putusan pengadilan yang melaksanakan pidana di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun; (b).
Anak Negara ialah anak yang telah mendapatkan putusan pengadilan
3
diserahkan kepada negara untuk mendapat pendidikan dan ditempatkan di
LPKA paling lama hingga mencapai umur 18 (delapan belas) tahun; (c).
Anak Sipil ialah anak yang atas dasar permintaan/permohonan orang tua
atau walinya memperoleh keputusan pengadilan untuk mendapat didikan di
LPKA Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun
(Undang-Undang Nomor 12, 1995).
Indonesia telah mengesahkan dan memiliki pedoman dalam
menangani anak, Konvensi Hak Anak (Convention on the Right of the
Child) melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang
Pengesahan Konvensi Hak Anak. Adapun 4 (empat) prinsip yang
terkandung didalam Konvensi Hak Anak (Convention on the Right of the
Child), yaitu: (1). Prinsip Non-Diskriminasi, (2). Prinsip yang terpenting
bagi anak (best interest of the child), (3). Prinsip atas hak hidup,
kelangsungan dan perkembangan (the rights to life, survival and
development), (4). Prinsip menghargai pendapat anak (respect for the views
of the child) (Elfina, 2013).
Pada beberapa kasus ditemukan anak yang terbukti telah melakukan
tindak kriminal dan mendapatkan sanksi pidana yang seringkali diberi
hukuman yang berat, tanpa memperhatikan kondisi psikologis anak
(Eleanora & Masri, 2018). Andikpas yang menempuh masa hukuman
dituntut agar dapat bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan aturan yang
telah berlaku di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) yang
menyebabkan kehidupan menjadi semakin tertekan, aktivitas yang terbilang
membosankan, dan seringkali mengakibatkan munculnya kembali
kenakalan dalam bentuk kekacauan, penindasan, serta perbuatan kekerasan
yang dialami andikpas (Eko April Ariyanto, 2015).
4
alhasil mereka meningkatkan wujud tingkah laku yang menyimpang.
Kenakalan remaja dalam arti besar mencakup aksi remaja yang berlawanan
dengan kaidah hukum tertulis, baik yang ada dalam KUHP ataupun dalam
perundang- undangan diluar KUHP( kejahatan khusus). Remaja yang
melakukan kenakalan itu pada biasanya kurang mempunyai pengawasan
diri, ataupun mmenyalahgunakan pengawasan diri mereka, serta
menegakkan standar tingkah laku sendiri, disamping meremehkan kehadiran
orang disekitar mereka. Kenakalan yang dicoba pada biasanya pula diiringi
pada faktor psikologis dengan corak individual, ialah menggapai sesuatu
subjek khusus dengan disetai kekerasan serta gempuran (Jamaluddin, 2016).
Menurut Simanjuntak (dalam Sudarsono, 2012) berikan kajian dengan
cara sosiokultural mengenai maksud juvenile delinquency merupakan
sesuatu perbuatan itu disebut delinkuen bila perbuatan- perbuatan itu
berlawanan dengan norma- norma yang terdapat dalam masyarakat dimana
ia hidup, ataupun sesuatu aksi yang anti- sosial dimana didalamnya
tercantum unsur- unsur anti- normatif. Kenakalan remaja jadi penyimpangan
sikap yang berbentuk permasalahan sosial alhasil dikira menghawatirkan.
Sebagian aksi dikira telah lazim sampai melanggar hukum (Hardiyanto &
Romadhona, 2018). pendapat lain tentang kenakalan remaja menurut
Sumara, dkk (2017) menjelaskan bahwa kenakalan remaja adalah perilaku
yang bersifat menyimpang dari norma hukum pidana yang dilakukan para
remaja.
Dari beberapa pendapat diatas menjelaskan bahwa kenakalan remaja
adalah perilaku yang menyimpang dan dilakukan oleh remaja serta
berpotensi melanggar norma dan hukum yang berlaku dan selanjutnya akan
merugikan remaja itu sendiri.
5
tanpa memberikannya haknya. Hal tersebut memicu terjadinya konflik
keluarga yang menyebabkan remaja mengalami keresahan yang berujung
tindak kriminalitas. Terdapat dua faktor yang mempengarruhi kriminalitas
pada remaja, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal dengan
gambaran krisis identitas pada remaja hingga lemahnya self control, dimana
remaja tidak dapat embedakan tingkah laku yang dapat di terima dan yang
tidak dapat di terima hingga membawanya ke pada perilaku nakal. Faktor
eksternal seperti keluarga (perceraian, pertengkaran, perselisihan) dan faktor
teman/lingkungan tempat tinggal
Anak remaja yang berkonflik dengan hukum sangat membutuhkan
banyak waktu untuk selalu dikunjungi oleh keluarganya, teman, maupun
sahabatnya. Keluarga merupakan lingkungan primer bagi anak didik
Lembaga Pemasyarakatan (andikpas) (Yuliyanto, 2020). Hubungan yang
harmonis dengan keluarga dan teman para andikpas diteliti mampu
mengurangi jumlah kenakalan pada remaja. Sehingga dalam hal ini
menjadikan keluarga memiliki peran penting bagi suatu proses perubahan
diri bagi anak didik lembaga pemasyarakatan (andikpas). Kunjungan
keluarga, teman dan sahabat merupakan salah satu upaya mencegah adanya
penolakan dari lingkungan sosial pada dirinya, salah satunya keluarga
(Gultom, 2008). Berdasarkan Riset yang dilakukan oleh Institute For
Criminal Justice Reform (ICJR) menunjukkan bahwa jumlah ketersediaan
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) dan atau Lembaga Penempatan
Anak Sementara (LPAS) yang dijadikan tempat menampung andikpas
masih tergolong minim. Sehingga diketahui masih banyak anak
ditemapatkan pada LAPAS Dewasa. Hal tersebut dianggap memunculkan
labelling yang buruk kepada anak sebagai pelaku tindakan pidana, dan
memberikan dampak yang tidak baik bagi perkembangan anak (Eleanora &
Masri, 2018).
Pembelajaran mendasar dan pertama yang diterima oleh anak pada
awal kehidupanya merupakan pemberian dari keluarga khususnya orangtua,
dimana pembelajaran yang diberikan dapat bentuk pola asuh, sikap atau
6
tingkah laku yang ditampilkan oleh orang tua dan keluarga kepada anak
dalam kehidupan sehari-hari guna memberikan pendidikan karakter bagi
anak. Orang tua diharapkan mampu menerapkan pola asuh positif yang bisa
mengembangkan aspek perkembangan anak di usia dini baik kognitif, fisik
motorik, bahasa, seni maupun moral sedini mungkin (Jannah, 2012)
Lingkungan merupakan bagian penting lainnya setelah pendidikan
karakter dari keluarga, hal ini karena pembentukan karakter anak tidak
terlepas dari lingkungan sosialnya. Kondisi psikologis ibu saat mengandung
juga ikut mempengaruhi perkembangan anak (Tim Pustaka Familia, 2006).
Ibu yang sedang mengandung harus menjaga kestabilan psikologis dan
kesehatan fisiknya, agar anak mendapatkan nutrisi yang baik. Anak sebagai
makhluk sosial atau Zoon Politiconjika meminjam bahasa Socrates
(Khasinah, 2013) akan terus berinteraksi dengan lingkungan sosialnya untuk
keberlangsungan hidupnya. Anak mengamati dan kemudian meniru
perilaku-perilaku yang tampak di hadapannya (Mussen, 1984). Karena anak
memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, yang kemudian disebut sebagai
masa peka olehMontessori (Suyadi, 2016), masa peka ini merupakan suatu
masa dimana anak sangat memiliki ketertarikan kepada setiap hal, baik yang
dia lihat maupun yang dia dengar. Sehingga, masa peka ini harus
dimanfaatkan sebaik-baiknya karena akan mempengaruhi perkembangan
anak selanjutnya. Masa peka yang dimiliki anak berbeda-beda, ada yang
panjang dan ada yang pendek tergantung pada faktor keturunan dan
stimulasi yang diterima oleh anak (Hasan, 2010). Pada tahun-tahun pertama,
keluarga khususnya orang tua menjadi bagian penting dalam perkembangan
anak usia dini. Orang tua harus mengetahui secara mendalam terkait
perkembangan anak, sehingga orang tua mampu memberikan stimulus yang
mampu mendorong perkembangan anak menjadi lebih baik
kenakalan remaja yang terus mengalami peningkatan perlu diketahui
apa saja faktor penyebabnya. faktor utama yang menjadi penyebab
betambahnya kenakalan yang di perbuat remaja adalah kelekatan remaja
dengan orang tua (Hoeve & Stams, 2012). Kelekatan berkaitan dengan
7
kelekatan emosional anak dengan orang tua yang menciptakan rasa aman
dan membentuk dasar yang kuat bagi kesehatan mental yang positif bagi
anak (Hastuti, 2015). kelekatan yang tidak aman atau harmonis antara anak
dengan orangtuanya dapat menimbulkan resiko masalah kesehatan mental
dan emosional tinggi pada anak dan dewasa (Overbeek et al., 2005).
Kelekatan yang rendah dengan orang tua dan teman akan menghasilkan
perilaku menyimpang seperti kenakalan (Hoeve et al., 2012). Perilaku
menyimpang lainnya seperti tindakan agresif, impulsif, membangkang,
berbohong bahkan mencuri juga merupakan tanda anak memiliki kelekatan
yang tidak aman dengan orang tua (Dawsona et al., 2014)
Selama berada di LPKA, para andikpas akan menjalani proses
pembinaan. Adapun terdapat beberapa asas dalam pembinaan andikpas yang
menjadi pedoman antara lain asas pengayoman, asas persamaan perlakuan
dan pelayanan, asas pendidikan, asas pembimbingan, asas penghormatan
harkat dan martabat manusia, asas terjaminnya hak untuk tetap berkaitan
dengan ayah, ibu dan orang-orang tertentu (Nashriana, 2012).
Terdapat beberapa bentuk perilaku layaknya kenakalan remaja
mengarah pada pelanggaran moral yang dilakukan andikpas, yaitu seperti
agresi verbal (berkata kasar, tidak sopan, dan mengeluarkan ancaman),
agresi fisik (berupa aksi pemukulan dengan tangan kosong ataupun barang),
pemerasan (memalak benda yang dimiliki atau uang), kepemilikan benda
terlarang (uang, senjata tajam, handphone, dll), pemberian suap pada
petugas, pembuatan senjata tajam di dalam LPKA, dan melakukan
pelanggaran ringan seperti membolos, merokok, dan terlambat apel Faktor
yang mempengaruhi terjadinya perilaku tersebut di pengaruhi oleh beberapa
faktor yang cenderung mengarah ke hubungan antara andikpas dengan
andikpas lainnya serta kurangnya kontrol petugas kepada para andikpas
ketika melakukan suatu pelanggaran dan kenakalan (Soetikno et al., 2019).
Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan yang
dialami oleh Warga binaan pemasyarakatan harus menjalani didalam
Lembaga Pemasyarakatan dalam waktu tertentu sesuai
8
keputusan/penetapan hakim. Maksud dari penempatan itu adalah untuk
memberi kesempatan kepada negara guna memperbaikinya, melalui
pendidikan dan pembinaan. Selama dalam lembaga pemasyarakatan warga
binaan pemasyarakatan tetap mendapatkan haknya sebagaimana layaknya
manusia, atau dengan kata lain hak-hak perdatanya tetap diperoleh, seperti
hak memperoleh perawatan kesehatan, makan, minum, pakaian, tempat
tidur, latihan keterampilan, olahraga, atau rekreasi, warga binaan tidak boleh
diperlaakukan di luar ketentuan undang- undang, seperti dianiaya, disiksa,
dan sebagainya. Walaupu menjalani masa pidana namun warga binaan
pemasayrakatan harus tetap menjalin hubungan dengan masyarakat dan
lingkungannya karena tujuan utama dari pembinaan yang diterima selama
menjalani masa pidana adalah dengan kembali ke lingkungan masyarakat
dan dapat diterima oleh masyarakat sebagai manusia yang utuh. Untuk itu
anak pidana harus tetap dapat berhubungan dengan masyarakat dalam
bentuk kunjungan, rekreasi ke LPKA dari anggota masyarakat yang bebas
dan kesempatan berkumpul sahabat dan keluarga seperti program cuti
mengunjungi keluarga.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian mengenai “Pengaruh Kelekatan Andikpas Dengan Orangtua Dan
Teman Terhadap Kenakalan Remaja di Lpka Kelas I Medan Tahun 2020”.
Penelitian ini dilakukan mengingat belum adanya penelitian terkait dengan
Pengaruh Kelekatan Andikpas Dengan Orangtua Dan Teman Terhadap
Kenakalan Remaja di Lpka Kelas I Medan Tahun 2020.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah terdapat
pengaruh kelekatan ANDIKPAS dengan orangtua dan teman terhadap
kenakalan remaja dalam LPKA Kelas I Medan?”
9
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
kelekatan ANDIKPAS dengan orangtua dan teman terhadap kenakalan remaja
dalam LPKA Kelas I Medan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dalam penelitian untuk
penulisan Skripsi ini sebagai berikut :
10
E.Hipotesis
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara Kelekatan Andikpas Dengan
Orangtua Dan Teman terhadap Kenakalan Remaja di Lpka
Kelas I Medan.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
12
2. Ismayanti Pratiwi & Dwi Hastuti (2017) Kenakalan Pada Remaja
Andikpas (Anak Didik Lapas): Pengaruh Komunikasi Orang Tua Atau
Self-Esteem. Jurnal Ilmu Keluaga dan Konsumen, Volume 10, Nomor 1.
Penelitian ini menganalisis hubungan komunikasi antara orang tua
dengan remaja, self-esteem, dan kenakalan remaja yang menjadi
andikpas (anak didik lapas) di LPKA. Variabel X pada penelitian ini
adalah Komunikasi Orang tua/Self Esteem, dan variabel Y penelitian ini
adalah kenakalan remaja Andikpas. melibatkan 63 laki-laki andikpas
rentan usia 15-18 tahun yang dipilih melalui teknik simple random
sampling. Kenakalan remaja diukur menggunakan kuesioner Adoption
Self Report Delinquency Scale (ASRDS). Instrumen self-esteem
menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari Rosenberg (1965).
Instrumen komunikasi orang tua-remaja menggunakan kuesioner
Parent-Adolescent Communication Scale.
Pada Hasil Penelitian berdasarkan analisis korelasi Pearson adanya
hubungan signifikan positif antar orang tua dengan remaja dimensi
keterbukaan dengan self-esteem andikpas remaja. Hubungan signifikan
negatif ditemukan antar orang tua dengan remaja dimensi permasalahan
dengan self-esteem andikpas remaja. hasil penelitian juga menunjukkan
adanya hubungan negatif antar orang tua dengan remaja dimensi
keterbukaan dan self-esteem dengan kenakalan andikpas remaja.
Kesimpulan daripada penelitian ini adalah ditemukan adanya
hubungan signifikan negatif antara self-esteem dengan kenakalan
andikpasremaja.
3. Niken Agus Tianingrum & Ulfa Nurjannah (2019) Pengaruh Teman
Sebaya Terhadap Perilaku Kenakalan Remaja Sekolah Di Samarinda.
Jurnal Dunia Kesmas, Volume 8, Nomor 4.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh teman
sebaya terhadap perilaku kenakalan remaja pada siswa sekolah.
Terdapat dua variabel yang terdapat pada temuan ini, yaitu Pengaruh
Teman Sebaya
13
dan Kenakalan Remaja (Y). Penelitian ini menggunakan teknik Total
Sampling dengan sampel sebanyak 337 responden. Pengambilan data
berdasarkan instrumen dengan kuesioner untuk mengukur variabel
teman sebaya dan perilaku kenakalan.
Hasil penelitian pada temuan ini menunjukkan bahwa terdapat
perilaku menyimpang remaja sebesar 69.7% dan pengaruh teman
sebaya terhadap perilaku kenakalan remaja (Pvalue 0,021; OR=1,732)
yang artinya remaja terkontaminasi teman sebaya memiliki peluang
1,732 kali lebih rentan melakukan kenakalan dibandingkan yang tidak
terpengaruh.
Kesimpulan dari pada penelitian ini adalah bahwa ada pengaruh
teman sebaya terhadap perilaku kenakalan remaja sekolah khusus nya
pada lokasi penelitian ini yaitu di wilayah kerja Puskesmas Harapan
Baru Samarinda.
B. Tinjauan Teori
1. Kelekatan (attachment)
a. Pengertian kelekatan (Attachment)
14
Bila anak khawatir dikala ditinggalkan bentuk
lekatnya, hingga sistem tingkah laku itu jadi aktif serta cuma
bisa dihentikan oleh suara, performa ataupun rabaan bentuk
lekatnya. Kelekatan bisa bersifat sangat baik serta profitabel
dalam ikatan antara pengasuh serta ibu, bila bentuk lekat
sangat peka kepada keinginan anak( Monks et al., 2019).
Goldberg melaporkan kelekatan merupakan konstruksi
organisasional orang berumur ataupun pengasuh dalam
merespon tanda afektif anak dikala anak mengorganisasikan
pengalaman penuh emosi serta perasaan tidak nyaman(
Goldberg& Susan, 2000).
Dari defenisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
kelekatan (attechment) adalah hubungan emosional antara anak
dengan seseorang yang memiliki hubungan khusus dengannya
seperti orangtua, dan teman sebaya yang kemudian dapat
mempengaruhi pola pikir dan perilaku anak tersebut. hubungan
anak dengan orangtua dan teman sebaya merupakan sumber
emosional dan kognitif bagi anak. Kelekatan bagi anak dapat
disebabkan oleh proses belajar ataupun karena naluri alamiah
sebagai manusia.
16
C. Kenakalan Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence yang
berasal dari bahasa lain adolescere yang berarti tumbuh untuk
mencapai kematangan mental, emosional, social dan fisik. Masa
remaja ini ialah bagian kehidupan yang berarti dalam siklus
perkembangan individu yang ialah era peralihan yang bisa
diarahkan pada perkambangan era dewasa yang sehat. Bila remaja
kandas dalam meningkatkan rasa identitasnya hingga remaja
hendak kehabisan arahbagaikan kampal yang kehabisan kompas,
yang memunculkan dampak pada kemajuan sikap yang
menyimpang( delinquent)( Ali& Asrori, 2012).
Era remaja pula jadi langkah dimana kehidupan bersifat
peralihan dan tidak senantiasa menjadikanremaja rawan akan
pengaruh- pengaruh negatif di dekat mereka semacam narkoba,
aksi kejahatan, serta kesalahan seks. Seluruh perihal menyimpang
pasti membahayakan remaja, era remaja sesungguhnya era yang
amat bagus dalam meningkatkan seluruh bagian positif mereka
semacam kemampuan, kemampan serta atensi(Willis, 2017).
2. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja dalam konsep psikologis merupakan
Juvenile delinquency, yang berarti sikap kejam ataupun dursila.
Kesalahan ataupun kenakalan pada remaja jadi sesuatu pertanda
sakit( patologis) dengan cara sosial pada anak muda yang
diakibatkan oleh satu wujud dedikasi sosial alhasil mereka
meningkatkan wujud tingkah laku yang menyimpang. Kenakalan
remaja dalam arti besar mencakup aksi remaja yang berlawanan
dengan kaidah hukum tertulis, baik yang ada dalam KUHP ataupun
dalam perundang- undangan diluar KUHP ( kejahatan khusus).
Remaja yang melakukan kenakalan itu pada biasanya kurang
mempunyai pengawasan diri, ataupun mmenyalahgunakan
pengawasan diri mereka, serta menegakkan standar tingkah laku
sendiri, disamping meremehkan kehadiran orangdisekitar mereka.
Kenakalan yang dicoba pada biasanya pula diiringi pada faktor
psikologis dengan corak individual, ialah menggapai sesuatu subjek
17
khusus dengan disetai kekerasan serta gempuran (Jamaluddin,
2016).
Menurut Simanjuntak (dalam Sudarsono, 2012) berikan kajian
dengan cara sosiokultural mengenai maksud juvenile delinquency
merupakan sesuatu perbuatan itu disebut delinkuen bila perbuatan-
perbuatan itu berlawanan dengan norma- norma yang terdapat
dalam masyarakat dimana ia hidup, ataupun sesuatu aksi yang anti-
sosial dimana didalamnya tercantum unsur- unsur anti- normatif.
Kenakalan remaja jadi penyimpangan sikap yang berbentuk
permasalahan sosial alhasil dikira menghawatirkan. Sebagian aksi
dikira telah lazim sampai melanggar hukum (Hardiyanto &
Romadhona, 2018). pendapat lain tentang kenakalan remaja
menurut Sumara, dkk (2017) menjelaskan bahwa kenakalan remaja
adalah perilaku yang bersifat menyimpang dari norma hukum
pidana yang dilakukan para remaja.
Dari beberapa pendapat diatas menjelaskan bahwa kenakalan
remaja adalah perilaku yang menyimpang dan dilakukan oleh
remaja serta berpotensi melanggar norma dan hukum yang berlaku
dan selanjutnya akan merugikan remaja itu sendiri.
3. Penyebab Kenakalan Remaja
Penyebab Kenakalan pada remaja sangatlah kompleks, dalam
tahap pencarian jati diri sering sekali remaja menggunakan cara
yang terbilang mengusik ketenangan orang lain, melakukan hal-hal
terlarang, hura-hura, berkelahi, berjudi, minum miras, menggunaka
obat terlarang, dan lainnya. Faktor yang mempengaruhi terbilang
cukup banyak. Terbagi atas faktor internal dan eksternal menurut
Sumara, humaedi, & santoso (2017) :
18
a. Faktor Internal
1. Krisis indentitas
Perubahan biologis serta sosiologis pada diri anak muda
membolehkan terbentuknya 2 wujud integrasi. Pertama, terjadinya
perasaan hendak kestabilan dalam kehidupannya. Kedua,
tercapainya bukti diri kedudukan. Kenakalan remaja terjalin sebab
anak muda gagal menggapai era integrasi kedua.
2. Kontrol diri lemah
Remaja yang tidak dapat mempelajari serta membedakan
tingkah laku yang baik dengan yang tidak baik akan cenderung
memiliki sikap nakal. Demikian juga untuk mereka yang sudah
mengenali perbandingan 2 tingkah laku itu, tetapi tidak dapat
meningkatkan pengawasan diri buat berkelakuan laris cocok
dengan pengetahuannya
3. Faktor Eksternal
a. Kurangnya perhatian dari orang tua
Kondisi lingkungan keluarga yang jadi sebab timbulnya
kenakalan remaja seperti keluarga yang broken- home, rumah
tangga yang berantakan diakibatkan oleh kematian ayah ataupun
ibunya, keluarga yang diliputi bentrokan keras, ekonomi keluarga
yang kurang, semua itu ialah sumber yang produktif buat
menimbulkan delinkuensi remaja.
b. Pengaruh lingkungan sekitar
Akibat budaya barat dan pergaulan dengan sahabat
sebayanya yang kerap mempengaruhinya buat mencoba serta
akhirnya justru terperosok ke dalamnya. Lingkungan merupakan
aspek yang sangat mempengaruhi sikap serta karakter remaja. Bila
ia hidup serta bertumbuh di lingkungan yang kurang baik,
moralnya juga hendak semacam itu adanya. Kebalikannya bila ia
terletak di lingkungan yang bagus hingga ia hendak jadi bagus
pula..
19
Di dalam kehidupan bermasyarakat, remaja kerap
melakukan keonaran serta mengusik ketentraman warga sebab
terbawa- bawa dengan budaya barat ataupun pergaulan dengan
sahabat sebayanya yang kerap pengaruhi buat mencoba. Begitu
juga dikenal kalau para remaja biasanya amat senang dengan gaya
hidup yang terkini tanpa memandang aspek negatifnya, sebab
anggapan ketinggalan zaman bila tidak mengikutinya.
Jensen (Dalam Sarwono S.W., 2010) pula berkata kalau ada
4 pandangan kenakalan remaja:( 1) Sikap yang melanggar hukum.
Semacam melanggar rambu- rambu lalu lintas, mencuri,
merampok, memperkosa serta masih banyak lagi perilaku- perilaku
yang melanggar hukum yang lain;( 2) Sikap yang mematikan orang
lain serta diri sendiri. Semacam kebut- kebutan dijalan, me-
nerobos rambu- rambu lalulintas, merokok, narkoba serta lain
sebagainya;( 3) Sikap yang memunculkan korban materi. Semacam
mencuri, meminta, mengganggu sarana sekolah ataupun sarana
biasa yang lain serta lain- lain;( 4) Sikap yang memunculkan
korban fisik. Semacam tawuran antar sekolah serta ataupun
berkelahi de- ngan sahabat satu sekolah serta lain sebagainya.
Aspek yang melatar belakangi terbentuknya kenakalan
remaja bisa dikelompokkan jadi aspek internal serta aspek
eksternal. Aspek internal berbentuk krisis identitas serta
pengawasan diri yang lemah. Sebaliknya aspek eksternal berbentuk
minimnya atensi dari orang tua dan akibat serta pergaulan dengan
sahabat sebaya. Akibat- akibat yang ditimbulkan oleh kenakalan
remaja akan berakibat pada diri remaja itu sendiri dan
menimbulkan timbulnya permasalahan terkini.
20
4. Anak Didik Pemasyarakatan (ANDIKPAS)
21
1) Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau
kepercayaannya;
2) Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun
jasmani;
3) Mendapatkan pendidikan dan pengajaran;
4) Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak;
5) Menyampaikan keluhan;
6) Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media
massa lainnya yang tidak dilarang;
7) Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang
tertentu lainnya;
8) Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi);
9) Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti
mengunjungi keluarga;
10) Mendapatkan pembebasan bersyarat;
11) Mendapatkan cuti menjelang bebas; dan
12) Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
IV DV
Kelekatan
(attachment) dengan Kenakalan Remaja
orang tua dan teman
22
Variable) adalah Kelekatan orang tua dan teman dan yang menjadi variabel
terikat (Dependent Variable) adalah Kenakalan Remaja
Skala
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Ukur
23
Anak Didik
Pemasyarakatan di
LPKA Kelas I
Medan.
2. Kenakalan Suatu betuk Kuisioner Wawancara 1= Tidak Pernah Skala
remaja perbuatan yang 2= Jarang Interv
(DV) melanggar aturan, 3=Terkadang al
norma ataupun 4= Sering
hukum yang 5= Selalu
berlaku dan
dilakukan pada
usia remaja pada
Anak Didik
Pemasyarakatan di
LPKA Kelas I
Medan.
24
D. Kerangka Berpikir
25
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Desain Penelitian
Konsep Penelitian ini ialah penelitian kuantitatif, karena data yang
dipakai berbentuk angka yang setelah itu diolah memakai aplikasi
pengolah informasi statistik dengan memakai tipe konsep penelitian
Regresi Linear Sederhana. Penelitian Regresi Sederhana melihat pada
ikatan kausal ataupun fungsional variabel bebas (IV) dengan elastis terikat
(DV) yang bermaksud buat membenarkan pertemuan regresi
mempengaruhi kepada variabel bebas ( IV) serta variabel terikat( DV)
(Ghozali, 2016). Dalam penelitian ini, regresi linear sederhana digunakan
untuk menguji hubungan variabel Kelekatan Andikpas Dengan Orangtua
Dan Teman dan Pengaruh Terhadap Kenakalan Remaja Di Lpka Kelas I
Medan.
26
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber informasi penelitian yang didapat
langsung dari sumber asli. Peneliti dengan data primer bisa
mengakulasi informasi sesuai yang di idamkan(Sujarweni, 2019). Data
Primer dalam riset ini dikumpulkan dengan memakai metode
wawancara dengan memakai kuesioner baku“ Inventory Parent and
Peer Attachment( IPPA)” serta Adapted Self Report Delinquency
Scale( ASRDS).
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dalam bentuk sudah tersedia, sudah
dikumpulkan dan diolah (Suryani & Hendryadi, 2015). Dalam riset ini
yang jadi data sekunder merupakan berbentuk studi daftar pustaka,
mengakulasi materi- materi serta data melalui jurnal, skripsi, buku dan
web resmi mengenai teori serta rancangan untuk menjelaskan kejadian
yang berhubungan dengan variabel penelitian.
27
Tabel 3.1 Rumus Perhitungan Slovin
Rumus Perhitungan
𝑵 𝒏
𝒏=
(𝟏 + (𝑵𝒙𝒆𝟐)) 𝟗𝟔
=
(𝟏 + (𝟗𝟔 + 𝟎, 𝟎𝟓𝟐))
*e : Margin of 𝟗𝟔
=
Error (0,05) 𝟏, 𝟐𝟒
= 𝟕𝟕, 𝟒
28
tervalidasi dan teruji reliabilitas. Instrumen ini terdiri dari 35
pernyataan yang terbagi ke dalam 4 aspek yaitu Perilaku yang
melanggar Hukum, Perilaku yang membahayakan orang lain, Perilaku
yang menimbulkan korban materi, dan Perilaku yang menimbulkan
korban fisik. Dengan nilai Cronbach’s alpha α ≥ 0.7 yaitu total nilai
yang diperoleh adalah 0,96. Instrumen ini diukur dengan menggunakan
skala Likert yang terdiri dari selalu diberi skor 5, sering diberi skor 4,
terkadang diberi skor 3, jarang diberi skor 2, dan tidak pernah diberi
skor 1.
Analisa Data
29
F. Jadwal Penelitian
Lokasi tempat penelitian Pengaruh Kelekatan Andikpas Dengan
Orangtua Dan Teman Terhadap Kenakalan Remaja di Lpka Kelas I Medan
Tahun 2020 adalah LPKA Kelas I Medan.
30
BAB IV
31
yang diberikan saat proses peradilan dan penempatan anak di LPKA yaitu
dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri di tengah kehidupan
bermasyarakat serta berbangsa. Nantinya, di LPKA dan LPAS, anak-anak
warga binaan akan mendapatkan pendidikan, keterampilan, dan pembinaan
sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, disetiap LPKA dan LPAS anak-anak
warga binaan akan mendapat pendidikan formal SD, SMP, dan
SMA/SMK, serta pendidikan nonformal mencangkup Kejar Paket A
hingga Kejar Paket C.
32
6 III/c 4 - - 3
7 III/b 3 - 6 -
8 III/a 3 - 2 2
9 II/d - - 1 1
10 II/c - - 4 1
11 II/b - - 1 -
12 II/a - - 38 7
Jumlah 15 0 53 21
Jumlah Total 89
33
Dari tabel diatas menunjukan bahwa pegawai berdasarkan
pendidikan SMA berjumlah 61 orang, Strata I berjumlah 25 orang, Strata
II berjumlah 2 orang dan Strata III berjumlah 1 orang.
3. Bagan Struktur Organisasi Dan Tata Kerja Lpka
KA. LPKA
KA. SUBAG TU
KASI
WASGAKPLIN UR PEGAWAIAN
URUSAN UMUM
DAN KEUANGAN
KASUBSIE REGISTRASI
KASUBSIE KASUBSIE
DIKLATRAM
KASUBSIE ADM
WASGAKPLIN
34
B. Pembahasan Dan Analisis
1. Jalannya Penelitian
Penelitian ini diawali dengan melakukan pertemuan dengan
Ka.LPKA dan jajaran pejabat di LPKA guna membahas program kegiatan
yang akan dilakukan oleh peneliti selama melakukan penelitian, hasil dari
pertemuan tersebut peneliti diberikan jadwal kegiatan untuk dilakukan
selama melakukan penelitian di LPKA Kelas I Medan. Selanjutnya
peneliti menyebarkan kuesioner kepada anak didik pemasyarakatan yang
berjumlah 77 anak yang sesuai dengan ketentuan pengisian kuesioner.
Pengisian kuesioner dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama berjumlah
40 anak dan tahap kedua berjumlah 37 anak. Hal itu dilakukan
dikarenakan terdapat beberapa anak yang harus mengikuti kegiatan
pembinaan yang sudah ditetapkan guna mencegah bentroknya jadwal
pengisian kuesioner dan jadwal pembinaan maka dilakukan dua sesi.
Setelah memberikan penjelasan cara mengisi kuesioner, peneliti
mengawasi anak didik karena masih terdapat beberapa anak didik yang
sulit memahami pertanyaan dari kuesioner karena status dari anak didik
tersebut hanya lulusan sekolah dasar atay bahkan tidak bersekolah. Itu
merupakan salah satu hambatan yang peneliti rasakan karena faktor latar
belakang pendidikan yang kurang dari anak didik di LPKA Kelas I Medan
35
yang lebih dari anak didik lainnya. Perilaku menyimpang itu diketahui
karena terdapat beberapa anak yang melapor kepada petugas bahwa ia
mendapatkan perilaku yang tidak menyenangkan dari anak didik lainnya
bahkan tidak jarang anak didik mendapatkan bukti fisik dari perilaku
menyimpang tersebut seperti terluka dan merasa sakit didaerah kemaluan.
Salah satu tindakan yang dilakukan oleh petugas LPKA Kelas I
Medan dalam menghadapi anak didik yang melakukan pelanggaran adalah
dengan melakukan pendekatan secara baik karena petugas memahami
bahwa menghadapi anak berbeda dengan menghadapi dewasa maka dari
itu anak yang telah melakukan tindakan penyimpangan selama di dalam
lapas dan telah terbukti setelah dilakukan penyelidikan tidak dimasukkan
ke buku register F yang biasanya digunakan untuk mencatat identitas WBP
yang melakukan pelanggaran, hal itu dilakukan guna mencegah adanya
tindakan labeling dari petugas kepada anak yang melakukan pelanggaran
sehingga anak tetap mendapatkan haknya secara penuh sama dengan anak
lainnya.
3. Hasil Penelitian
a. Hasil Uji Validitas
1) Hasil Uji Validitas Kelekatan
36
10 0.397 0.224 Valid
11 0.431 0.224 Valid
12 0.431 0.224 Valid
13 0.515 0.224 Valid
14 0.500 0.224 Valid
15 0.419 0.224 Valid
16 0.457 0.224 Valid
17 0.510 0.224 Valid
18 0.556 0.224 Valid
19 0.422 0.224 Valid
20 0.475 0.224 Valid
21 0.452 0.224 Valid
22 0.462 0.224 Valid
23 0.496 0.224 Valid
24 0.429 0.224 Valid
25 0.429 0.224 Valid
37
Tabel 4. 4 Hasil Uji Validitas Kelekatan Terhadap Ayah
No. r hitung r tabel Keterangan
1 0.392 0.224 Valid
2 0.308 0.224 Valid
3 0.263 0.224 Valid
4 0.529 0.224 Valid
5 0.560 0.224 Valid
6 0.406 0.224 Valid
7 0.496 0.224 Valid
8 0.486 0.224 Valid
9 0.431 0.224 Valid
10 0.582 0.224 Valid
11 0.590 0.224 Valid
12 0.524 0.224 Valid
13 0.562 0.224 Valid
14 0.362 0.224 Valid
15 0.563 0.224 Valid
16 0.395 0.224 Valid
17 0.547 0.224 Valid
18 0.549 0.224 Valid
19 0.640 0.224 Valid
20 0.526 0.224 Valid
21 0.539 0.224 Valid
22 0.564 0.224 Valid
23 0.453 0.224 Valid
24 0.556 0.224 Valid
25 0.591 0.224 Valid
38
Bedasarkan Tabel 4.4 Semua item pernyataan untuk
variabel Dukungan Keluarga (Family Support) memiliki nilai r
pearson correlation lebih besar dari nilai r tabel. Dalam penelitian
ini, pengujian untuk melihat validitas dari tiap item, peneliti
melihat dari nilai r hitung atau r pearson correlation dengan r tabel
dimana (df = n-2) dengan signifikansi atau Sig. (2-tailed) 5 % atau
0.05. Dari pengujian yang dilakukan, didapati nilai dari N atau df
(df = n-2) yaitu 75 (df = 77-2) dengan nilai r tabel 0.224. Dengan
demikian, semua item dari variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah valid.
Tabel 4. 5 Hasil Uji Validitas Kelekatan Terhadap Teman
39
20 0.602 0.224 Valid
21 0.643 0.224 Valid
22 0.780 0.224 Valid
23 0.245 0.224 Valid
24 0.655 0.224 Valid
25 0.503 0.224 Valid
40
10 0.516 0.224 Valid
11 0.310 0.224 Valid
12 0.357 0.224 Valid
Sumber Data Primer : SPSS
41
(df = n-2) dengan signifikansi atau Sig. (2-tailed) 5 % atau 0.05.
Dari pengujian yang dilakukan, didapati nilai dari N atau df (df =
n-2) yaitu 75 (df = 77-2) dengan nilai r tabel 0.224. Dengan
demikian, semua item dari variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah valid.
Tabel 4. 8 Perilaku yang menimbulkan korban materi
42
demikian, semua item dari variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah valid.
43
b. Hasil Uji Reliabilitas
1) Hasil Uji Reliabilitas Kelekatan
44
Tabel 4. 12 Hasil Uji Reliabilitas Kelekatan Terhadap
Teman
Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
0.880 37
Sumber Data Primer : SPSS
45
reliabel.
46
yang menimbulkan korban materi lebih besar dari 0.7. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel Klekatan Terhadap
Teman adalah reliabel.
47
1) Apabila Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05, maka
H0 diterima, berarti data terdistribusi normal.
2) Apabila Asymp. Sig (2-tailed) kurang dari 0,05, maka H0
ditolak, berarti data terdistribusi tidak normal.
48
bahwa nilai signifikansi variabel kelekatan terhadap ayah lebih
besar dari 0.7. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
variabel pada variabel Kenakalan Remaja Berdasarkan Perilaku
yang Membahayakan Orang Lain adalah normal
4) Analisis Univariat
a) Gambaran Responden Penelitian
Karakteristik responden dalam penelitian ini dibagi menjadi
tiga karakter, yaitu : berdasarkan jenis kelamin, usia, dan
pendidikan,. Deskripsi mengenai karakteristik responden
penelitian, peneliti jabarkan sebagai berikut :
b) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
49
dalam penelitian ini semuanya adalah laki-laki. Jumlah
responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada
tabel dibawah ini
50
Tabel diatas menunjukkan hasil kuisioner yang peneliti
dapatkan dari 77 orang responden ANDIKPAS di LPKA Kelas I
Mdan berdasarkan usianya, yang berusia 14sampai 15 tahun N
=24 (31.2%), karenakan jumlah ANDIKPAS yang berusia 14
sampai 15 tahun berjumlah 24 orang dan sesuai dengan
karakteristik sampel dalam penelitian, andikpas yang berusia 15
sampai 18 tahun yang paling banyak yaitu N=51 (66.2%),karena
jumlah yang ANDIKPAS yang paling banyak pada usia ini,
diposisi paling sedikit berusia >18 tahun N=2 (2.6%),
ANDIKPAS dengan usia ini yang paling sedikit karena rata-
rata usia ANDIKPAS di LPKA Bengkulu diatas rentan 15
sampai 18 tahun.
51
Tabel diatas menunjukan hasil kuisioner yang peneliti
dapatkan dari 77 orang responden ANDIKPAS di LPKA Kelas I
Medan berdasarkan pendidikannya. Pendidikan SMA paling sedikit
dalam penelitian ini N=10 (13.0%). Pendidikan SMP paling
banyak di penilitian ini N=40 (51.9%), sedangkan SD berada di
posisi kedua terbanyak N=27 (35.1%). Dilihat dari hasil persentase
tersebut, bahwa diketahui mayoritas pelaku kejahatan terbanyak di
LPKA Kelas I Medan dilakukan oleh anak yang duduk di bangku
SMP. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan dari ANDIKPAS di
LPKA Kelas I Medan yang mengisi kuisioner dari peneliti adalah
yang masih SMP.
5. Analisa Hipotesis
a) Hasil Uji Korelasi
Uji Korelasi Pearson bertujuan untuk mengetahui seberapa
erat hubungan antara variabel-variabel yang diujikan. Hubungan
antara variabel dapat terlihat dari besarnya nilai signifikansi (Sig.
yang kemudian disebut α). Jika nilai α lebih kecil dari 0,05 maka
Ho (hipotesis awal) ditolak dan Ha (hipotesis alternatif) diterima.
Keeratan hubungan antara variabel yang diujikan ditunjukkan
dengan nilai Pearson Correlation (r). Adapun kategori dalam
menguji skala kekuatan hubungan tersebut kemudian
diklasifikasikan menjadi lima bagian, antara lain :
52
lurus, sedangkan nilai r negatif menunjukkan bahwa hubungan
antar variabel berbanding terbalik.
53
b) Hasil Uji Regresi Sederhana
Uji Regresi bertujuan untuk melihat seberapa besar
pengaruh variabel bebas (Independent Variable) terhadap variabel
terikat (Dependent Variable). Rumus regresi linear sederhana :
(Sugiyono, 2019).
Y = a + bX
Keterangan :
54
ANDIKPAS di LPKA Bengkulu sebesar 7,5% sedangkan sisanya
92,5% dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain.
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 291.288 1 291.288 6.077 0.016b
Total 3886.130 76
y = a + bx
55
y = 174,966+ -0,020
Persamaan regresi :
Y = 228,066 + - 0,177
Keterangan :
Y = variabel terikat (Dependent Variabel) a: konstanta
b : koefisien regresi variabel Kelekatan
56
Pembahasan
Studi tentang dampak antara Kelekatan Andikpas Dengan
Orangtua Serta Teman pada Kenakalan Remaja yang dilakukan di
Lpka Kelas I Medan, bersumber pada hasil studi yang dilakukan
diperoleh suatu asumsi respoden tentang variabel indepen yang
diawasi yakni dampak kelekatan orangtua serta pula teman. Dalam
menarangkan gimana akibat kelekatan yang terjalin antara
ANDIKPAS, orangtua, serta juga teman kepada efek terbentuknya
terhadap kenakalan remaja, penulis memanfaatkan sebagian kajian
deskriptif yang menarangkan bagaimanahasil analisa serta asumsi
yang diperoleh oleh para responden mengenai variabel yang
diteliti.Pengaruh Kelekatan Keluarga merupakan lingkungan
pendidikan pertama bagi individu dan sebagai master pertama bagi
anak dalam menjalin hubungan dan memberikan kasih sayang yang
mendalam, baik secara positif maupun negatif. Sikap dan
kebiasaan orang tua yang diberikan dalam mendidik anak akan
membangun suatu ikatan emosional, yang disebut dengan
kelekatan. Kelekatan ini tidak muncul secara tiba- tiba, melainkan
berkembang dalam serangkaian fase dan bergerak dari preferensi
umum untuk hubungan anak dengan pengasuh utama, yang
kemudian disimpan dalam bentuk model kerja inward. Model kerja
inward merupakan model mental sederhana antara anak dengan
pengasuh utama (Santrock, 2011).
Pengaruh kelekatan tidak hanya berdampak pada masa
kanak-kanak atau remaja saja, melainkan hingga masa dewasa
bahkan hingga siap untuk menikah, kelekatan masih membawa
peranan penting. Kelekatan yang tidak aman (unreliable
connection) apabila terjadi bersamaan dengan kemandirian maka
akan menimbulkan perhatian yang berlebih pada kepentingan
sendiri, sedangkan apabila terjadi bersamaan dengan
ketergantungan maka akan menimbulkan isolasi yang penuh
dengan kecemasan (Monks, Knoers, and Hadinoto, 2014).
57
Kelekatan menjadikan remaja tidak melepaskan diri dari
ikatan keluarga ketika remaja belajar untuk mengembangkan
hubungan di luar keluarga. Sebagaimana pendapat Ainsworth
(dalam Lopez and Gover, 1993) bahwa kelekatan memberi
sumbangan terhadap perkembangan manusia sepanjang hidupnya
melalui dukungan emosional dan rasa kedekatan, dalam hal ini
adalah orangtua terhadap remaja. Jadi ketika remaja belajar untuk
menjalin hubungan dengan orang di luar keluarganya, dukungan
dari keluarga akan memampukan remaja untuk lebih percaya diri
dan terbuka terhadap orang lain (Rice and Dolgin, 2002). Ketika
remaja berusaha mengembangkan hubungan di luar keluarganya,
remaja juga mengembangkan kemandirian dirinya. Kemandirian
membuat remaja belajar mengenai keterhubungan di dalam
keluarga, melalui komunikasi antara remaja dengan orangtua serta
pantauan dari orangtua dalam membimbing perkembangan remaja
(Beyers et al., 2003).
Hasil analisis yang didapatkan dari penelitian ini
menunjukkan proporsi terbesar kategori kelekatan remaja dengan
ibu, ayah, maupun teman sebaya berada pada kelekatan tidak
aman. Kategori kelekatan tidak aman yang memiliki proporsi
withering besar berada pada figur ayah. Teman sebaya memiliki
proporsi terbesar pada kategori kelekatan aman dibandingkan
dengan figur ibu dan ayah.
Hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar remaja
memiliki kelekatan yang tidak aman dengan ibu, ayah, maupun
teman sebayanya. Pada kategori kelekatan aman, figur teman
sebaya memiliki proporsi nilai paling besar diantara figur lainnya
hal ini dapat dilihat dari nilai cronbach alpha dari kelekatan
terhadap teman mendapat nilai paling tionggi yaitu 0,880 dan yang
menjadi nilai terbesar kedua adalah 0,863 dan yang mendapatkan
skor paling kecil adalah kelekatan terhadap ibu yaitu 0.791. dari
58
hasil tersebut dapat dikatakan bahwa anak memiliki kelekatan yang
paling tinggi kepada teman sebayanya dari pada ayah dan ibu, hal
itu dikarenakan anak lebih menganggap bahwa teman sebayanya
lebih bisa mengerti keadaan dan perasaan yang dialaminya karena
memiliki kedekatan secara emosial dengan sering bermain bersama
dan memiliki umur yang relative tidak jauh berbeda. Kelekatan
dengan skor rendah adalah kelekatan remaja dengan ibu. Kelekatan
yang tidak aman menunjukkan bahwa remaja dalam penelitian
inibelum mendapatkan kepercayaan pada masing-masing figur
lekat untuk dapat memahami dengan tepat kebutuhannya dan
memberikan dukungan ketika dibutuhkan. Hasil yang sama
ditemukan pada penelitian tentang kelekatan yang dilakukan selain
di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA), seperti pada
Penelitian Choon, Hasbullah, Ahmad, and Ling (2013) tentang
parental connection, peer connection, and misconduct among
young people in Selangor, Malaysia menunjukkan hasil yaitu
terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kedekatan orang
tua dengan kenakalan remaja, artinya semakin tinggi kedekatan
orang tua dengan anak maka semakin rendah tingkat kenakalan
remaja.
Berdasarkan nilai pearson correlation antara variable
Kelekatan dengan Kenakaln Remaja ANDIKPAS di LPKA Kelas I
Medan yaitu 0,274. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan di
antara keduanya bersifat lemah serta kekuatan korelasinya kearah
negatif. Sesuai dengan penelitian terdahulu Wihelmina Fitriani
&Dwi Hastuti (2016) Pengaruh Kelekatan Remaja Dengan Ibu,
Ayah, Dan Temah Sebaya Terhadap Kenakalan Remaja Di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) kelas II Bandung.
Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, Volume 9, Nomor 3 Hasil
penelitian memperlih atkan proporsi tertinggi kelekatan remaja
dengan ibu, ayah, dan teman sebaya berada pada kategori kelekatan
tidak aman. Hasil analisis regresi menunjukkan kelekatan remaja
59
dengan ayah, ibu dan teman sangat berdampak negatif dengan
kenakalan remaja. Hal ini menyampaikan kelekatan remaja yang
tidak aman dengan ayah, ibu dan teman akan membuat perilaku
nakal pada remaja mengalami peningkatan. Berdasarkan nilai R
pada tabel Model Summary tersebut, dapat diketahui bahwa
besarnya koefisien regresi antara Kelekatan (Attachment) dan
variabel Kenakalan Remaja adalah sebesar 0,274 yang berarti
berpengaruh lemah. Nilai R Square sebesar 0,075 menunjukkan
bahwa variabel Kelekatan (Attachment) memberikan kontribusi
dalam mempengaruhi variabel Kenakalan Remaja ANDIKPAS di
LPKA Kelas I Medan. Tabel hasil uji Anova tersebut memperkuat
interpretasi bahwa hubungan antara variabel Kelekatan
(Attachment) dan variabel Kenakalan Remaja ANDIKPAS di
LPKA Kelas I Medan adalah signifikan. Hal ini dapat terlihat dari
nilai signifikansi sebesar 0,016 atau <0,05, yang berarti hubungan
tersebut sangat signifikan. Maka dari hasil analisa hipotesis yang
dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Kelekatan
(attachment) berlawanan dengan kenakalan remaja sehingga hasil
penelitian ini negatif dan kelakatan (attachment) memiliki nilai
yang berlawanan dengan kenakalan remaja, dimana apabila
kelekatan semakin tinggi maka kenakalan remaja akan semakin
rendah dan sebaliknya.
Berdasarkan hasil tanggapan responden mengenai 25
pertanyaan dari andikpas diperoleh nilai yaitu nilai tersebut masuk
kedalam ketegorisasi sedang. Artinya hasil ini menunjukan bahwa
kelekatan ANDIKPAS di LPKA Medan terhadap Kenakalan
Remaja memberikan respon yang negatif yaitu ANDIKPAS akan
melakukan kenakalan remaja apabila kelekatan orang tua dan
teman mengecil.
Secara keseluruhan berdasarkan penjelasan dari tiap item
variabel dukungan kelekatan orang tua dengan andikpas,
menunjukan bahwa kelekatan ANDIKPAS terhadap orang tua
60
memiliki pengaruh yang negative dimana apabila angka kelekatan
meningkat maka kenakalan remaja akan semakin menurun. Namun
nilai negatif yang ditunjukkan dari hasil penelitian diatas didukung
dengan nilai signifikansi sebesar 0,016 atau <0,05 sehingga
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kelekatan ANDIKPAS
terhadap tingkat kenakalan remaja yang terjadi di LPKA Kelas I
Medan.
Jika dilihat dari nilai kelekatan masing masing dimensi,
Pengaruh sebaya terbukti memberikan dampak terbesar terhadap
perilaku remaja. Hal ini seharusnya menjadi poin penting bagi
sekolah untuk mengembangkan program remaja yang positif,
sehingga remaja akan mempengaruhi sebayanya dengan kegiatan
positif. Perlu adanya keterlibatan sekolah karena remaja banyak
menghabiskan waktu di sekolah. Program yang melibatkan remaja
memberikan banyak keuntungan, dimana remaja akan lebih
nyambung bila berkomunikasi dengan sesamanya. Untuk itu, perlu
dikembangkan program remaja untuk mencegah kenakalan remaja
yang berbasis sekolah dan berbentuk peer instructor. Sekolah
NKRI yang terdapat di dalam LPKA Kelas I Medan yang menjadi
tempat andikpas melanjutkan sekolah formal diharapkan mampu
memberikan bimbingan atau menjadi media dalam memperbaiki
hubungan baik antar andikpas sehingga hal itu dapat memunculkan
pikiran dan sikap positif dari setiap andikpas.
Berdasarkan dari hasil uji uni variat yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa responden berdasarkan usia 15 sanpai 18
tahun mendapatkan hasil terbanyak yaitu berjumlah 51 orang atau
66,2%. Dan berdasarkan karakteristik responden berdasarkan
pendidikan, jumlah terbanyak berada di pendidikan SMP yaitu
sebesar 40 responden atau 51,9%. Hal ini menunjukkan bahwa
anak yang berusia 15 sampai 18 tahun dan duduk di bangku SMP
adalah anak yang lebih rentan terkena atau terpengaruh untuk
melakukan tindak pidana ataupun tindak penyimpangan di
61
lingkungan masyarakat. Hal itu dikarenakan pada usia tersebut
anak mengalami masa puber untuk pertama kali dalam hidupnya
yang menyebabkan mudahnya terpengaruh akan hal-hal baru dan
terlebih lagi berada di lingkungan sekolah yang dapat
mempengaruhi anak ke arah yang menyimpang. Maka dari itu
tindakan dalam memperlkaukan anak yang berusia 15 sampai 18
tahun atau yagn duduk di bangku SMP harus lebih diperhatikan
terlebih bagi orangtua dan guru di sekolah, karena anak
menghabiskan lebih banyak waktunya di dua aspek tersebut
terlebih di sekolah. Guru harus berkerja ekstra dalam memberikan
pembelajaran kepada anak agar nantinya tidak terjadi perilaku yang
menyimpang dari anak karena kurangnya perhatian dari pigak guru
ataupun sekolah.
Secara keseluruhan menunjukkan bahwa kualitas relasi
yang terjalin antara orang tua dan remaja memiliki peran terhadap
kemunculan perilaku nakal remaja. Masing-masing aspek dalam
relasi orang tua-anak memiliki keterkaitan dengan kenakalan
remaja, dan juga terdapat keterkaitan antar masing-masing aspek
dari relasi orang tua-anak. Hal itu dipertegas dengan hasil
Penelitian Choon, Hasbullah, Ahmad, and Ling (2013) tentang
parental connection, peer connection, and misconduct among
teenagers in Selangor, Malaysia menunjukkan hasil yaitu terdapat
hubungan negatif yang signifikan antara kedekatan orang tua
dengan kenakalan remaja, artinya semakin tinggi kedekatan orang
tua dengan anak maka semakin rendah tingkat kenakalan remaja.
Perbedaan penelitian terletak pada teknik analisis yang digunakan,
penelitian ini menggunakan pola asuh demokratis Selanjutnya
penelitian menggunakan analisis uji korelasiproduct second
pearson sedangkan peneliti menggunakan teknik analisis regresi
linier berganda. Komunikasi yang terjalin baik dan terbuka antara
orang tua dan anak, memudahkan orang tua memperoleh informasi
tentang keberadaan dan aktivitas anaknya. Pengetahuan yang
62
dimiliki orang tua tentang lingkungan pertemanan, keberadaan, dan
aktivitas anak, dapat menerapkan kontrol perilaku dan pemantauan
yang lebih efektif dan tidak terkesan mengekang terhadap anaknya.
Orang tua yang memantau kondisi anaknya dengan baik
akan lebih mampu merespon kebutuhan anak dengan baik,
termasuk memberikan dukungan terhadap anaknya, hingga
melakukan kegiatan bersama dalam situasi tertentu sebagai bentuk
keterlibatan orang tua. Adanya dukungan dan keterlibatan orang
tua yang dirasakan anaknya, dapat menimbulkan rasa
keterhubungan dan kedekatan mereka dengan orang tuanya.
Kedekatan yang terjalin antara orang tua dan anaknya dapat
mendorong kesediaan anak untuk berkomunikasi dengan orang
tuanya. Banyaknya aspek dalam relasi orang tua dan anak yang
menunjukkan kondisi kurang baik, dapat mengindikasikan
kemungkinan anak terlibat dalam kenakalan lebih tinggi.
Sehingga hasil yang didapat dari pembahasan ini
menunjukan bahwa Kelekatan ANDIKPAS berpengaruh terhadap
Kenakalan yang dilakukan ANDIKPAS di LPKA Medan dilihat
dari penelitian terdahulu dan diperkuat dengan melihat hasil dari
uji-uji yang telah dilakukan oleh peneliti. Hal ini menunjukan
bahwa untuk menekan angka kenakalan remaja pada ANDIKPAS
maka dibutuhkan Kelekatan dari ANDIKPAS. Karena semakin
tinggi Kelekatan yang diberikan maka semakin menurun tingkat
kenakalan ANDIKPAS di LPKA Kelas I Medan.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat diambil kesimpualan bahwa Dapat dilihat dari
uji-uji yang telah dilakukan oleh peneliti, Kelekatan
(Attechment) ANDIKPAS di LPKA KELAS I MEDAN
berperngaruh terhadap Kenakalan Remaja ANDIKPAS di LPKA
KELAS I MEDAN. itu terlihat dari hasil uji korelasi dan regresi
yang dilakukan peneliti yang mendapatkan hasil negatif sebesar
0,274 dan nilai signifikansi sebesar 0,16. Dimana hasil negative
ini memiliki arti yaitu jika variabel x mengalami peningkatan
maka variabel y mengalami penurunan, dan sebaliknya jika
variabel x mengalami penurunan maka variabel y mengalami
peningkatan atau dapat dikatan Semakin tinggi kelekatan anak
terhadap orangtua dan teman maka akan semakin kecil kenakalan
yang dilakukan oleh anak. Dan nilai signifikansi membuktikan
bahwa variabel kelekatan (Attachment) dan kenakalan remaja
adalah signifikan atau berpengaruh.
Hasil itu diperkuat dengan dilakukankan uji lainnya
terhadap variabel kelekatan seperti hasil uji reliabel setiap
dimensi variabel yaitu kelekatan terhadap ayah, ibu, dan teman
sebaya yang mendapatkan hasil sebesar 0,880 untuk kelekatan
terhadap teman, 0,863 untuk kelekatan terhadap ayah, dan 0,791
untuk kelekatan terhadap ibu. Selain uji reliabilitas, peneliti juga
melakukan uji normalitas dan mendapatkan hasil sebesar : 0.194
untuk keletan terhadap ayah, 0.154 untuk kelekatan terhadap ibu,
dan 0.117 untuk kelekatan terhadap teman.
Hasil nilai uji yang dilakukan peneliti terhadap variabel
kenakalan remaja di setiap dimensi yaitu : hasil uji reliabilitas
yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwa nilai
64
Cronbach’s alpha pada variabel kenakalan remaja dengan
pertanyaan berdasarkan perilaku yang melangar hukum senilai
0.728. hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan oleh peneliti
diperoleh bahwa nilai Cronbach’s alpha pada variabel kenakalan
remaja dengan pertanyaan berdasarkan perilaku yang
menimbulkan korban fisik senilai 0.732. hasil uji reliabilitas
yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwa nilai
Cronbach’s alpha pada variabel kenakalan remaja dengan
pertanyaan berdasarkan perilaku yang menimbulkan korban
materi senilai 0.721. hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan
oleh peneliti diperoleh bahwa nilai Cronbach’s alpha pada
variabel kenakalan remaja dengan pertanyaan berdasarkan
perilaku yang membahayakan orang lain senilai 0.851. hasil itu
menyatakan bahwa variabel kenakalan remaja dinyatakan
reliable karena mendapatkan hasil Cronbach’s alpha >0.07. hal
itu juga di pertegas dengan hasil uji normalitas yang dilakukan
peneliti dengan hasil sebagai berikut : nilai signifikansi pada
variabel Kenakalan Remaja Berdasarkan Perilaku yang
Membahayakan Orang Lain 0.084, variabel Kenakalan Remaja
Berdasarkan Perilaku yang Membahayakan Orang Lain 0.114,
variabel Kenakalan Remaja Berdasarkan Perilaku yang
Membahayakan Orang Lain 0.148, variabel Kenakalan Remaja
Berdasarkan Perilaku yang Melanggar Hukum 0.129, hasil yang
diperoleh dari uji normalitas terhadap dimensi variabel kenakalan
remaja dinyatakan normal karena >0.7.
Secara keseluruhan bahwa penelitian yang dilakukan
oleh peneliti dengan judul “Pengaruh Kelekatan Andikpas
Dengan Orangtua Dan Teman Terhadap Kenakalan Remaja Di
LPKA Kleas I Medan Tahun 2021” mendapatkan hassil bahwa
Kelekatan (Attechment) ANDIKPAS di LPKA KELAS I
MEDAN berperngaruh terhadap Kenakalan Remaja andikpas di
LPKA KELAS I MEDAN dan berkorelasi negative.
65
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti dari hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk andikpas di LPKA KELAS I MEDAN Diharapkan
untuk andikpas di LPKA KELAS I MEDAN untuk :
a. Meningkatkan hubungan yang baik atau positif
kepada ayah, ibu maupun teman baik di lingkungan
rumah ataupun selama menjalani masa pidana di
LPKA,
b. Memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang positif
dan sebisa mungkin menyadari kesalahan dan tidak
mengulangi perbuatn melanggar hukum yang
membahayakan orang lain ataupun membahayakan
diri sendiri.
66
mengirimkan makanan dengan tetap menjaga
protocol kesehatan yang berlaku
c. Pihak sekolah NKRI diharapkan mampu menjadi
media atau instruktur bagi anak dalam menjalin
hubungan yang positif dengan teman sebaya
dengan cara melakukan kegiatan positif bersama
sama seperti rekreasi, belajar bersama, melakukan
permainan yang mengasah kerjasama tim dan
kegiatan sejenis lainnya.
67
DAFTAR PUSTAKA
Armsden, G. C., McCauley, E., Greenberg, M. T., Burke, P. M., & M., &
R., J. (1990). Parent and peer attachment in early adolescent
depression. Ournal of Abnormal Child Psychology.
68
Jiwa Organisasi. Umur, Klasifikasi Kelompok, 59–60.
Carroll, A., Durkin, K., Houghton, S., & Hattie, J. (1996). An adaptation of
Mak’s self-reported delinquency scale for Western Australian
adolescents.
Pola Asuh Orang Tua Dalam Menanamkan Perilaku Moral Pada Anak Usia
Di Kecamatan Ampek Angkek, 1, 257–258.
KPAI. (2016a). Rincian Data ABH Per Bulan. Bank Data Perlindungan
Anak. https://bankdata.kpai.go.id/tabulasi-data/data-kasus-per-
bulan/rincian-data-abh-per-bulan-2015
Rajawali Pers.
70
Juvenile delinquency as acting out: Emotional disturbance
mediating the effects of parental attachment and life events.
European Journal of Developmental Psychology, 2(1).
Pechorro, P., Vieira, R., Marôco, J., Barroso, R., & Gonçalves, R. A.
(2015). Adaptação de uma versão portuguesa da Escala de
Delinquência Auto- Relatada Adaptada para adolescentes Adaptação
de uma versão portuguesa da Escala de Delinquência Auto- Relatada
Adaptada para adolescentes.
http://sdp.ditjenpas.go.id/sdp_website/
Soetikno, N., S., P. T. S., & Irena, F. (2019). Faktor Risiko Pemunculan
Agresi Dan Pelanggaran Moral Pada Remaja Di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak. Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia, 2(2), 109–116.
71
KENCANA.
72
Lampiran 1
No.
Kuisioner
Hormat Saya,
Hendrik A. Tinambunan
Stb. 3388
73
A. Pernyataan Kesediaan Berpartisipasi Dalam Penelitian
Medan, 2021
(……………………..)
Responden
B. Identitas Responden
1. Nama (INISIAL) : ………………………………………………
2. Usia : ………………………………………………
3. Perkara/Kasus : ………………………………………………
4. Masa Hukuman : ………………………………………………
5. Pendidikan : a. SD b. SMP c. SMA
C. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah setiap pertanyaan dengan baik dan teliti
2. Isilah dengan jujur dan benar
3. Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dengan memberi tanda silang
(X) dari setiap pernyataan yang dianggap paling tepat sesuai dengan
keadaan, perasaan dan pikiran saudara dengan menggunakan skala
sebagai berikut :
Kuesioner Kelekatan Kuesioner Kenakalan
Remaja
74
Contoh :
No. Pernyataan TP J T SR S
1 Saya senang bermain X
☺ “SELAMAT MENGERJAKAN” ☺
Kuesioner Kelekatan Orangtua Dan Teman (Attachment)
Bagian I
Beberapa dari pernyataan berikut menanyakan tentang perasaan Anda tentang ibu
Anda atau orang yang telah bertindak sebagai ibu Anda. Jika ada lebih dari satu
orang yang bertindak sebagai ibu Anda (mis. Ibu kandung dan ibu tiri) jawablah
pertanyaan untuk orang yang menurut Anda paling memengaruhi Anda.
Harap baca setiap pernyataan dan lingkari nomor SATU yang menunjukkan seberapa
benar pernyataan itu bagi Anda
sekarang.
No. Pernyataan TP J T SR S
1. Ibuku menghargai perasaanku.
75
7. Ibuku tahu kalau aku
kesal tentang sesuatu
76
Bagian II
Bagian ini menanyakan tentang perasaan Anda tentang ayah Anda, atau pria yang
telah bertindak sebagai ayah Anda. Jika Anda memiliki lebih dari satu orang yang
bertindak sebagai ayah Anda (misalnya ayah tiri dan alami), jawablah pertanyaan
untuk orang yang menurut Anda paling memengaruhi Anda.
No. Pernyataan TP J T SR S
1. Ayah menghormati perasaan saya.
77
13. Ayah saya mempercayai penilaian saya
78
Bagian III
Bagian ini menanyakan perasaan Anda tentang hubungan Anda dengan teman dekat.
Silakan baca setiap pernyataan dan lingkari nomor SATU yang menunjukkan
seberapa benar pernyataan itu untuk Anda sekarang.
No. Pernyataan TP J T SR S
1. Saya suka memahami sudut pandang teman-teman saya
tentang hal-hal yang saya khawatirkan
79
13. Saya merasa teman saya adalah teman baik
80
Kuesioner kenakalan remaja Adapted Self Report Delinquency (ASRDS).
No. Pernyataan TP J T SR S
1. Apakah Anda mencuri lebih dari >175.000?
81
Perilaku yang membahayakan orang lain
No. Pernyataan TP J T SR S
1. Apakah Anda mengendarai mobil atau sepeda motor dengan kecepata
lebih dari 120 km / jam?
82
Perilaku yang menimbulkan korban materi
No. Pernyataan TP J T SR S
1. Apakah Anda mencuri lebih dari >175.000?
11. Apakah Anda sengaja merusak barang orang lain (contoh: mobil,
memecahkan jendela)?
83
Perilaku yang menimbulkan korban fisik
No. Pernyataan TP J T SR S
1. Apakah Anda berpartisipasi dalam perampokan menggunakan
kekerasan atau senjata?
84
Lampiran II
Uji Validitas Kelekatan (Attachment)
85
11 0.590 0.224 Valid
12 0.524 0.224 Valid
13 0.562 0.224 Valid
14 0.362 0.224 Valid
15 0.563 0.224 Valid
16 0.395 0.224 Valid
17 0.547 0.224 Valid
18 0.549 0.224 Valid
19 0.640 0.224 Valid
20 0.526 0.224 Valid
21 0.539 0.224 Valid
22 0.564 0.224 Valid
23 0.453 0.224 Valid
24 0.556 0.224 Valid
25 0.591 0.224 Valid
Sumber Data Primer : SPSS
86
Sumber Data Primer : SPSS
87
12 0.291 0.224 Valid
13 0.310 0.224 Valid
Sumber Data Primer : SPSS
88
Lampiran III
Uji Korelasi dan Regresi Sederhana Kelekatan (Attechment) dengan
Kenakalan Remaja
Correlations
KENAKALAN KELEKATAN
N 77 77
N 77 77
Model Summary
ANOVAa
Total 3886.130 76
89
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
90
Lampiran IV
STB 3388
TINJAUAN
NO JUDUL METODE LOKASI
TEORI
Pengaruh Kelekatan Andikpas Dengan Kuantitatif LPKA KLAS 1 Teori
OrangtuaDan Teman Terhadap MEDAN kelekatan
Kenakalan Remaja Di LPKA Kleas I (Attachm
1 Medan Tahun 2021 ent)
Teori
kenakalan
remaja
Menyetujui,
Mengetahui,
Pembimbing
Ketua Program Studi
91
Lampiran V
92
TANGGAL PARAF
No. KETERANGAN
KONSULTASI PEMBIMBING
hfbb
1 20 Agustus 2021 Zoom Meeting bersama dosen pembimbing
terkait penyerahan revisi proposal
Zoom Meeting bersama dosen pembimbing hfbb
2 2 September 2021
terkait pengerjaan BAB IV Skripsi
hfbb
3 10 September Penyerahan BAB IV-V
2021 Skripsi
hfbb
4 13 September Revisi Pertama BAB V
2021 Skripsi
hfbb
5 18 September Revisi Kedua BAB V Skripsi
2021
hfbb
6 29 Oktober 2021 Pengajuan Skripsi Lengkap
7 2 Nopember 2021 Konsultasi cek plagiarism hfbb
NIP. 199110162019011001
Keterangan:
1. Pembimbingan dilaksanakan minimal 5 (lima) kali dengan dosen
pembimbing.
2. Pembimbingan dilakukan dengan tatap muka.
93
Lampiran VI
94
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Telepon 082118728114
Email : hendrik.antonius0409@gmail.com
Agama : Katolik
2. SMPN 29 MEDAN
Mataram (2019)
95
3. Kuliah Kerja Nyata di Lapas Kelas IIA Bandung
(2020)
96