Anda di halaman 1dari 113

POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN

PENGARUH KELEKATAN ANDIKPAS DENGAN ORANGTUA DAN


TEMAN TERHADAP KENAKALAN REMAJA DI LPKA KELAS I
MEDAN TAHUN 2021

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SarjanaTerapan Pemasyarakatan (S. Tr. Pas)

NAMA : HENDRIK ANTONIUS TINAMBUNAN


STB : 3388

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KEMASYARAKATAN


POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA
DEPOK
NOVEMBER 2021
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

NAMA : HENDRIK A. TINAMBUNAN

STB : 3388

JUDUL SKRIPSI : “PENGARUH KELEKATAN ANDIKPAS


DENGAN ORANGTUA DAN TEMAN
TERHADAP KENAKALAN REMAJA DI LPKA
KELAS I MEDAN TAHUN 2021”

Depok, 8 November 2021

Menyetujui Pembimbing

Hery Fernandes Butar Butar,S.IP., M.Krim.


NIP. 19911016 201901 1 001

i
LEMBAR BERITA ACARA UJIAN SIDANG SKRIPSI

Nama : Hendrik A. Tinambunan


STB : 3388
Judul Skripsi : Pengaruh Kelekatan Andikpas Dengan Orangtua Dan
Teman Terhadap Kenakalan Remaja Di LPKA Kelas I
Medan Tahun 2021

Telah dipertahankan di hadapan sidang dewan penguji pada :

KEGIATAN HARI WAKTU


Ujian Sidang Senin, 8 08.40 – 09.20 WIB
November 2021

Depok, 8 November 2021


DEWAN PENGUJI
1. Ketua : Vivi S. Biafri, AKS.,M.Si. ( )

2. Penguji : Imaduddin Hamzah, S.Psi,. M.Si ( )

3. Pembimbing : Hery Fernandes Butar Butar, S.IP., M.Krim. ( )

ii
HALAMAN PENGESAHAN HASIL SIDANG SKRIPSI

Skripsi ini diajukan oleh


Nama : HENDRIK A TINAMBUNAN
STB : 3388
Program Studi : BIMBINGAN KEMASYARAKATAN
Judul Skripsi : “PENGARUH KELEKATAN ANDIKPAS
DENGAN ORANGTUA DAN TEMAN
TERHADAP KENAKALAN REMAJA DI
LPKA KELAS I MEDAN TAHUN 2021

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Terapan Pemasyarakatan pada Program Studi Bimbingan Kemasyarakatan,
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
DEWAN PENGUJI :

Ketua : Vivi S. Biafri, AKS.,M.Si. ( )

Penguji : Dr. Imaduddin Hamzah, S.Psi.,M.Si ( )

Pembimbing : Hery Fernandes Butar Butar, S.IP., M.Krim. ( )


Ditetapkan di :

Tanggal : 8 November 2021


Mengetahui,
Direktur Politeknik Ilmu Pemasyarakatan

Dr. Rachmayanthy, Bc.IP., S.H., M.Si


NIP. 196904261992032001

iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Politeknik Ilmu Pemasyarakatan (Poltekip), saya yang


bertanda tangan di bawah ini:
Nama : HENDRIK A. TINAMBUNAN

STB : 3388

Program Studi : BIMBINGAN KEMASYARAKATAN

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Poltekip Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty- Free Right)
atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“PENGARUH KELEKATAN ANDIKPAS DENGAN ORANGTUA DAN
TEMAN TERHADAP KENAKALAN REMAJA DI LPKA KELAS I
MEDAN TAHUN 2021”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Poltekip berhak menyimpan, mengalih media/format-kan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 8 November 2021

Yang menyatakan

(Hendrik A. Tinambunan)

iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : HENDRIK A.TINAMBUNAN

STB : 3388

Tempat / Tanggal Lahir : MEDAN / 04 SEPTEMBER 1998

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: Pengaruh Kelekatan


Andikpas Dengan Orangtua Dan Teman Terhadap Kenakalan Remaja Di LPKA
Kelas I Medan Tahun 2021 adalah hasil karya saya sebenar-benarnya yang
orisinal dan otentik. Skripsi ini bukan plagiarisme, pencurian hasil karya orang
lain dan seluruh ide, pendapat, atau materi dari sumber lain telah dikutip dengan
cara penulisan referensi yang sesuai.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini
tidak sesuai dengan kenyataan, maka saya bersedia menaggung sanksi yang akan
dikenakan kepada saya termasuk pencabutan gelar yang nanti saya dapatkan.

Depok, 8 November 2021

Materai Rp. 6.000,-

HENDRIK A. TINAMBUNAN

v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan
selesai tepat pada waktunya. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi
salah satu syarat kelulusan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Terapan
Pemasyarakatan, program studi Bimbingan Kemasyarakatan, Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini sangat sulit terwujud sebagaimana yang
diharapkan, tanpa bimbingan dan bantuan serta tersedianya fasilitas-fasilitas yang
diberikan oleh beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis
sampaikan rasa terima kasih dan rasa hormat kepada:
1. Kedua orang tua saya beserta seluruh keluarga besar saya, terimakasih atas
doa, dukungan, perhatian serta pengertiannya selama proses pengerjaan
skripsi ini;
2. Ibu Dr. Rachmayanti, Bc.IP., S.H., M.Si selaku Direktur Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan;
3. Bapak Ali Muhammad., AKS., S.Sos., M.Si. selaku Ketua Program Studi
Bimbingan Kemasyarakatan.
4. Bapak Hery Fernandes Butar Butar, S.IP., M.Krim. selaku dosen
pembimbing yang telah bersedia untuk meluangkan waktu dan pikiran untuk
membimbing serta memberi masukan dan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini hingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Terimakasih
banyak atas waktu, ilmu, bimbingan serta perhatiannya yang telah diberikan;
5. Bapak Imaduddin Hamzah, S.Psi,. M.Si selaku dosem penguji tetapi
bersedia membantu dan memberikan saran dan masukan kepada peneliti
terutama dalam melaksanakan pengujian data. Terimakasih atas bimbingan
dan arahan yang telah diberikan.
6. Bapak/Ibu dosen penguji skripsi atas kritik dan saran yang membangun
dalam menyempurnakan penyusunan skripsi ini;

vi
7. Rani Elviyanti Siregar S.K.M. Keras kepala dan ketegasanmu menjadikan
skripsi itu selesai tepat waktu. Terimakasih untuk pundak, pikiran, keringat
dan ketulusan yang telah diberikan walau sekarang aku tidak tau lagi
keberadaanmu. Terimakasih sudah melengkapi keseharianku, menjadi
sepasang salah yang menolak kalah dari kata sudah kala itu.
8. Rekan-rekan saya POLTEKIP Angkatan 52 atas doa, bantuan, candaan dan
dukungannya yang selalu diberikan. Semoga silaturahmi kita tidak terputus
dan kita semua bisa meraih kesuksesan di kehidupan yang akan datang.
9. Kepada senior, junior dan semua pihak-pihak yang telah mendukung dan
membantu selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang harus
disempurnakan dari skripsi ini. Oleh karena itu, penulis memohon maaf yang
sebesar-besarnya dan membuka diri untuk segala kritikan dan masukan yang
dapat membangun dan meningkatkan kualitas skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi kepentingan ilmu di masa depan.

Depok, 8 November 2021


Penulis,

Hendrik A. Tinambunan

vii
ABSTRAK

Nama : Hendrik Antonius Tinambunan


Program Studi : Bimbingan Kemasyarakatan
Judul : Pengaruh Kelekatan ANDIKPAS dengan Orangtua dan
Teman Terhadap Kenakalan Remaja di LPKA Kelas I
Medan Tahun 2021
Pembimbing : Hery Fernandes Butar Butar, S.IP., M.Krim.

Penelitian ini membahas tentang pengaruh dukungan Pengaruh Kelekatan


ANDIKPAS dengan Orangtua dan Teman Terhadap Kenakalan Remaja di LPKA
Kelas I Medan Tahun 2021. Kelekatan yang terjadi antara orangtua dan anak akan
muncul melalui serangkain proses, kelekatan akan memberikan pengaruh terhadap
masa depan yang dimiliki oleh kanak-kanak hingga ke usia dewasa . Ketika
seorang anak memasuki usia remaja akan berusaha untuk membangun sebuah
hubungan di luar keluarganya dan memiliki kesadaaran untuk mengembangkan
kemandiriannya yang membuat remaja belajar tentang hubungan yang ada di
dalam keluarga, remaja, dan juga orangtua.Menurut analisis yang dilakukan peran
peran yang dimiliki oleh ayah dan ibu berada di posisi kelekatan tidak aman
sedangkan dengan teman sebaya memiliki peran kelekatan yang lebih
aman.Berdasarkan penilaian pearson correlation antara variable Kelekatan dengan
Kenakaln Remaja ANDIKPAS di LPKA Kelas I Medan yaitu 0,274. Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan di antara keduanya bersifat lemah serta kekuatan
korelasinya kearah negatif. Berdasarkan nilai R pada tabel Model Summary
tersebut, dapat diketahui bahwa besarnya koefisien regresi antara Kelekatan
(Attachment) dan variabel Kenakalan Remaja adalah sebesar 0,274 yang berarti
berpengaruh. Nilai R Square sebesar 0,075 menunjukkan bahwa variabel
Kelekatan (Attachment) memberikan kontribusi dalam mempengaruhi variabel
Kenakalan Remaja ANDIKPAS di LPKA Kelas I Medan, jika disimpulkan secara
keseluruhan bahwa Kelekatan ANDIKPAS dengan orangtua akan menjadi negatif
jika angka kelekatan yang ditunjukkan dari remaja mengalami penurunan
diperkuat dengan nilai signifikan sebesar 0,016 atau <0,05.Kualitas relasi
yang

viii
ditunjukkan oleh orangtua dan juga teman sebaya akan memiliki pengaruh
terhadap munculnya perilaku kenakalan remaja. Maka dapat disimpulkan bahwa
Kelekatan ANDIKPAS akan memiliki pengaruh terhadap munculnya perilaku
kenakalan jika angka kenakalan sesuai dengan yang dibutuhkan dari Kelakatan
ANDIKPAS, semakin tinggi Kelekatan maka akan memberikan hasil semakin
rendah atau menurunnya tingkat kenakalan ANDIKPAS di LPKA Kelas I Medan.

Kata Kunci : Kelekatan Orangtua dan Remaja, Anak Didik Pemasyarakatan


(ANDIKPAS). Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)

ix
ABSTRACT
Name : Hendrik Antonius Tinambunan
Study Program : Correctional Social Guidance
Title : “The Effect of ANDIKPAS Attachment with Parents and Friends on Juvenile
Delinquency in Class I LPKA Medan in 2021”
Counsellor : Hery Fernandes Butar Butar, S.IP.,M.Krim.

This study discusses the influence of ANDIKPAS attachment support with parents
and friends: Influence on juvenile delinquency in LPKA Class I Medan in 2021.
The attachment that occurs between parents and children will emerge through a
series of processes, attachment will have an influence on the future of children
childhood to adulthood. When a child enters adolescence, he will try to build a
relationship outside his family and have the awareness to develop his
independence which makes adolescents learn about the relationships that exist
within the family, adolescents, and also parents. the mother is in a position of
insecure attachment while with peers has a safer attachment role. Based on the
Pearson correlation assessment between the attachment variable and ANDIKPAS
Juvenile Delinquency in LPKA Class I Medan, it is 0.274. This shows that the
relationship between the two is weak and the strength of the correlation is
negative. Based on the R value in the Model Summary table, it can be seen that
the magnitude of the regression coefficient between Attachment and Juvenile
Delinquency is 0.274, which means it has an effect. The R Square value of 0.075
indicates that the Attachment variable (Attachment) contributes to influencing the
ANDIKPAS Juvenile Delinquency variable at LPKA Class I Medan, if it is
concluded as a whole that ANDIKPAS's attachment to parents will be negative if
the number of attachments shown by adolescents has decreased, reinforced by the
value of significant at 0.016 or <0.05. The quality of relationships

x
shown by parents and also peers will have an influence on the emergence of
juvenile delinquency behavior. So it can be concluded that the attachment of
ANDIKPAS will have an influence on the emergence of delinquency behavior if
the delinquency rate is in accordance with what is required from ANDIKPAS
attachment, the higher the attachment, the lower the result or decrease in the level
of delinquency of ANDIKPAS in LPKA Class I Medan.

Keywords: Attachment of Parents and Adolescents, Correctional Students


(ANDIKPAS). Child Special Development Institution (LPKA)

xi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ...................................................... i


LEMBAR BERITA ACARA UJIAN SIDANG SKRIPSI .................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN HASIL SIDANG SKRIPSI ................................... iii
PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS.......................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvi
BAB I .................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 10
E. Hipotesis .................................................................................................. 11
BAB II ............................................................................................................... 12
A. Penelitian Terdahulu (Literatur Review) .................................................. 12
B. Tinjauan Teori ......................................................................................... 14
C. Defenisi Operasional Variabel ................................................................. 22
D. Kerangka Berpikir ................................................................................... 25
BAB III.............................................................................................................. 26
A. Pengertian dan Pemahaman Metode Kuantitaif ........................................ 26
B. Desain Penelitian ..................................................................................... 26
C. Teknik Pengumpulan Data....................................................................... 27
D. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................... 27
E. Alat Ukur Penelitian ................................................................................ 28
F. Jadwal Penelitian ..................................................................................... 30
BAB IV ............................................................................................................. 31
PEMBAHASAN DAN ANLISIS ....................................................................... 31
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ..................................................................... 31

xii
B. Pembahasan Dan Analisis ........................................................................ 35
BAB V ............................................................................................................... 64
PENUTUP ......................................................................................................... 64
A. Kesimpulan ............................................................................................. 64
B. Saran ....................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 68
Lampiran .......................................................................................................... 73

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rincian Data Jumlah dan Kasus ABH tahun 2011-2015 Indonesia ........ 3
Tabel 2.1 Definisi Operasional ........................................................................... 23
Tabel 3.1 Rumus Perhitungan Slovin .................................................................. 28
Tabel 4. 1 Data pegawai berdasarkan golongan pada Lembaga Pembinaan Khusus
Kelas I Medan .................................................................................................... 33
Tabel 4. 2 Data Pegawai Berdasarkan Pendidikan pada LPKA Kelas I Medan .... 34
Tabel 4. 3 Hasil Uji Validitas Kelekatan Terhadap Ibu ....................................... 37
Tabel 4. 4 Hasil Uji Validitas Kelekatan Terhadap Ayah .................................... 38
Tabel 4. 5 Hasil Uji Validitas Kelekatan Terhadap Teman.................................. 39
Tabel 4. 6 Perilaku yang melanggar hukum ....................................................... 40
Tabel 4. 7 Perilaku yang menimbulkan korban fisik ........................................... 41
Tabel 4. 8 Perilaku yang menimbulkan korban materi ....................................... 42
Tabel 4. 9 Perilaku yang membahayakan orang lain .......................................... 42
Tabel 4. 10 Hasil Uji Reliabilitas Kelekatan Terhadap Ibu .................................. 44
Tabel 4. 11 Hasil Uji Reliabilitas Kelekatan Terhadap Ayah .............................. 45
Tabel 4. 12 Hasil Uji Reliabilitas Kelekatan Terhadap Teman ............................ 46
Tabel 4. 13 Perilaku yang melanggar hukum ...................................................... 47
Tabel 4. 14 Perilaku yang menimbulkan korban fisik ......................................... 48
Tabel 4. 15 Perilaku yang menimbulkan korban materi ...................................... 49
Tabel 4. 16 Perilaku yang membahayakan orang lain ......................................... 50
Tabel 4. 17 Hasil Uji Normalitas Kelekatan Terhadap Ayah ............................... 51
Tabel 4. 18 Hasil Uji Normalitas Kelekatan Terhadap Ibu .................................. 52
Tabel 4. 19 Hasil Uji Normalitas Kelekatan Terhadap Teman............................. 52
Tabel 4. 20 Hasil Uji Normalitas Kenakalan Remaja Berdasarkan Perilaku yang
Membahayakan Orang Lain ............................................................................... 53
Tabel 4. 21 Hasil Uji Normalitas Kenakalan Remaja Berdasarkan Perilaku yang
Menimbulkan Korban Fisik ................................................................................ 54
Tabel 4, 22 Hasil Uji Normalitas Kenakalan Remaja Berdasarkan Perilaku yang
Menimbulkan Korban Materi ............................................................................. 54
xiv
Tabel 4. 23 Hasil Uji Normalitas Kenakalan Remaja Berdasarkan Perilaku yang
Melanggar Hukum ............................................................................................. 55
Tabel 4. 24 Hasil Uji Normalitas Kenakalan Remaja Berdasarkan Perilaku ........ 56
Tabel 4. 25 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....................... 57
Tabel 4. 26 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...................................... 58

Tabel 4. 27 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan............................ 58


Tabel 4. 28 Uji Korelasi Kelekatan (Attechment) dengan Kenakalan Remaja ..... 61
Tabel 4. 29 Uji Regresi Model Summary............................................................ 62
Tabel 4. 30 Uji Regresi ANOVAb ...................................................................... 63
Tabel 4. 31 Uji Regresi Coefficientsa ................................................................. 63

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Konsep Penelitian .......................................................... 22


Gambar 2. 2 Kerangka Berfikir .......................................................................... 25
Gambar 4. 1 Struktur Organisasi LPKA Kelas I Medan...................................... 35

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Begitu banyaknya penduduk usia muda alias remaja di Indonesia
menjadi potensi besar dalam keberlangsungan suatu pembangunan dalam
rangka mencapai cita-cita pendiri bangsa (BKKBN, 2017). Keberhasilan
suatu negara ditentukan dari generasi muda sebagai penerus bangsa. Anak
remaja merupakan bagian dari generasi penerus bangsa, sehingga anak
remaja harus dipersiapkan dan diarahkan ke arah hal-hal yang positif. Anak
juga mendapatkan hak layaknya sebagai manusia, perlindungan terhadap
hak anak menjadi penting karena anak merupakan manusiayang utuh
sehingga memiliki hak asasi manusia layaknya manusia dewasa (Maharis,
2015)
Penduduk dunia saat ini sudah mencapai sekitar 7,4 miliar jiwa dan
pada tahun 2017 diperkiran mencapai 8 milyar (BKKBN, 2017).
Berdasarkan hasil sensus penduduk BPS tahun 2020, tercatat penduduk
Indonesia berjumlah 270,2 juta jiwa dan 67 juta diantaranya adalah
penduduk dengan usia muda. Berdasarkanprovinsi sumatera utara, sebanyak
3,9 juta jiwa merupakan usia muda (BPS, 2020). Hampir 30% penduduk
Indonesia adalah penduduk dengan usia remaja, menjadikan munculnya
periode kritis namun strategis untuk dibina karena remaja dipersiapkan agar
menjadi generasi penerus bangsa (BKKBN, 2010).
Peningkatan usia muda di Indonesia tidak lepas dari fenomena
kenakalan remaja, Banyaknya kasus kriminal yang diperbuat remaja
meningkatkan jumlah anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) seluruh Indonesia khususnya di
LPKA Kelas I Medan. Dari data registrasi LPKA Kelas I Medan, Anak
Didik Pemasyarakatan berjumlah 97 orang dengan kasus tindak pidana yang
beragam. Dalam System Database Pemasyarakatan (SDP) pada Tahun
2020, ditemukan jumlah keseluruhan Anak Didik Pemasyarakatan dari

1
setiap Kantor Wilayah (Kanwil) di seluruh Indonesia tercatat sebanyak
1.908 orang. Pendidikan bagi anak merupakan kebutuhannya untuk masa
depan yang harus dipenuhi (SDP, 2020).
Berdasar atas data Kementerian Pemuda dan Olahraga (2009), selama
tahun 2008 kenakalan yang dilakukan oleh remaja termasuk dalam tujuh
belas hal penting pada Gangguan Kamtibmas (PPGK) khusus. Pada tahun
2008, terdapat anak-anak dan remaja pelaku kriminalitas sebanyak 3.280
orang. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 4,3 persen dari
tahun sebelumnya (2007) yaitu sebesar 3.145 orang. Pada tahun 2014,
jumlah penyalahgunaan narkoba meningkat sekitar 3,8 juta sampai 4,1 juta
orang dengan kategorinya adalah remaja/pelajar (BNN, 2014). Berdasarkan
data narapidana anak seluruh Indonesia tahun 2016, sebanyak 113.266 anak
berstatus narapidana. Jumlah narapidana anak terbanyak menurut data per-
wilayah antara lain pada provinsi Jawa barat sebanyak 17.000 anak berstatus
narapida, pada provinsi Jawa Timur sebanyak 11.016 anak berstatus
narapidana dan sebanyak 10.427 anak berstatus narapidana di provinsi
Sulawesi Selatan. Lembaga Pembinaan khusus anak (LPKA) kelas I Medan
wilayah Sumatera Utara menduduki urutan ke-5 dengan jumlah narapidana
anak terbanyak di Indonesia yaitu sebanyak 5.868 anak (KPAI, 2016b).
Berdasarkan Tabel 1.1. rincian data Anak Berhadapan Hukum (ABH)
tahun 2011-2016, kriminalitas yang dilakukan anak antara lain anak sebagai
pelaku tindak kekerasan fisik, anak sebagai pelaku tindak kekerasan psikis,
anak sebagai pelaku tindakan kekerasan seksual, anak sebagai pelaku
pembunuhan, anak sebagai pelaku pencurian, anak sebagai pelaku tindakan
kecelakaan lalu lintas, anak sebagai pelaku kepemilikan atas senjata tajam,
anak sebagai pelaku tindakan penculikan dan anak sebagai pelaku tindakan
aborsi, dsb. Diantara keseluruhan kasus anak tersebut, kasus kriminalitas
anak terbanyak yaitu sebagai pelaku kekerasan seksual (Pemerkosaan,
pencabulan, sodomi/pedofilia,dsb) sebanyak 1498 kasus dan kasus anak
sebagai pelaku tindakan Tawuran Pelajar sebanyak 430 kasus, serta kasus

2
anak sebagai pelaku tindakan kekerasan di Sekolah (Bulliying) sebanyak
430 kasus (KPAI, 2016a).

Tabel 1.1 Rincian Data Jumlah dan Kasus ABH tahun 2011-2015 Indonesia
KASUS ANAK BERHADAPAN 2011 2012 2013 2014 2015 2016 JUM
HUKUM LAH
Anak Pengguna Napza (Narkotika, 34 28 41 63 74 64 304
Rokok, Minuman Keras, dsb)
Anak Pengedar Napza (Narkotika, 12 17 21 48 31 17 146
Rokok, Minuman Keras, dsb)
Anak Pelaku Tawuran Pelajar 64 82 71 46 126 41 430
Anak Pelaku Kekerasan di Sekolah 48 66 63 67 93 93 430
(Bulliying)
Anak Pelaku Kejahatan Seksual Online 8 7 16 42 52 51 176
Anak Pelaku Kepemilikan Media 56 47 61 64 104 53 385
Pornografi (HP/Video, dsb)
Anak Sebagai Pelaku Kekerasan Fisik 46 53 76 105 81 62 423
(Penganiayaan, Pengeroyokan,
Perkelahian, dsb)
Anak Sebagai Pelaku Kekerasan Psikis 15 11 21 27 22 23 119
(Ancaman, Intimidasi, dsb)
Anak Sebagai Pelaku Kekerasan 123 324 247 561 157 86 1498
Seksual (Pemerkosaan, Pencabulan,
Sodomi/Pedofilia, dsb)
Anak Sebagai Pelaku Pembunuhan 32 46 53 66 36 31 264
Anak Sebagai Pelaku Pencurian 14 92 51 47 81 24 309
Anak Sebagai Pelaku Kecelakaan Lalu 9 86 48 58 52 39 292
Lintas
Anak Sebagai Pelaku Kepemilikan 21 18 28 46 48 14 175
Senjata Tajam
Anak Sebagai Pelaku Penculikan 6 27 21 17 6 5 82
Anak Sebagai Pelaku Aborsi 6 5 14 21 19 23 88
Sumber: KPAI,2016
Anak didik pemasyarakatan yang sekarang disebut dengan Anak
menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
menjelaskan bahwa : (a). Anak Pidana ialah anak yang telah mendapatkan
putusan pengadilan yang melaksanakan pidana di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun; (b).
Anak Negara ialah anak yang telah mendapatkan putusan pengadilan

3
diserahkan kepada negara untuk mendapat pendidikan dan ditempatkan di
LPKA paling lama hingga mencapai umur 18 (delapan belas) tahun; (c).
Anak Sipil ialah anak yang atas dasar permintaan/permohonan orang tua
atau walinya memperoleh keputusan pengadilan untuk mendapat didikan di
LPKA Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun
(Undang-Undang Nomor 12, 1995).
Indonesia telah mengesahkan dan memiliki pedoman dalam
menangani anak, Konvensi Hak Anak (Convention on the Right of the
Child) melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang
Pengesahan Konvensi Hak Anak. Adapun 4 (empat) prinsip yang
terkandung didalam Konvensi Hak Anak (Convention on the Right of the
Child), yaitu: (1). Prinsip Non-Diskriminasi, (2). Prinsip yang terpenting
bagi anak (best interest of the child), (3). Prinsip atas hak hidup,
kelangsungan dan perkembangan (the rights to life, survival and
development), (4). Prinsip menghargai pendapat anak (respect for the views
of the child) (Elfina, 2013).
Pada beberapa kasus ditemukan anak yang terbukti telah melakukan
tindak kriminal dan mendapatkan sanksi pidana yang seringkali diberi
hukuman yang berat, tanpa memperhatikan kondisi psikologis anak
(Eleanora & Masri, 2018). Andikpas yang menempuh masa hukuman
dituntut agar dapat bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan aturan yang
telah berlaku di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) yang
menyebabkan kehidupan menjadi semakin tertekan, aktivitas yang terbilang
membosankan, dan seringkali mengakibatkan munculnya kembali
kenakalan dalam bentuk kekacauan, penindasan, serta perbuatan kekerasan
yang dialami andikpas (Eko April Ariyanto, 2015).

Kenakalan remaja dalam konsep psikologis merupakan Juvenile


delinquency, yang berarti sikap kejam ataupun dursila. Kesalahan ataupun
kenakalan pada remaja jadi sesuatu pertanda sakit( patologis) dengan cara
sosial pada anak muda yang diakibatkan oleh satu wujud dedikasi sosial

4
alhasil mereka meningkatkan wujud tingkah laku yang menyimpang.
Kenakalan remaja dalam arti besar mencakup aksi remaja yang berlawanan
dengan kaidah hukum tertulis, baik yang ada dalam KUHP ataupun dalam
perundang- undangan diluar KUHP( kejahatan khusus). Remaja yang
melakukan kenakalan itu pada biasanya kurang mempunyai pengawasan
diri, ataupun mmenyalahgunakan pengawasan diri mereka, serta
menegakkan standar tingkah laku sendiri, disamping meremehkan kehadiran
orang disekitar mereka. Kenakalan yang dicoba pada biasanya pula diiringi
pada faktor psikologis dengan corak individual, ialah menggapai sesuatu
subjek khusus dengan disetai kekerasan serta gempuran (Jamaluddin, 2016).
Menurut Simanjuntak (dalam Sudarsono, 2012) berikan kajian dengan
cara sosiokultural mengenai maksud juvenile delinquency merupakan
sesuatu perbuatan itu disebut delinkuen bila perbuatan- perbuatan itu
berlawanan dengan norma- norma yang terdapat dalam masyarakat dimana
ia hidup, ataupun sesuatu aksi yang anti- sosial dimana didalamnya
tercantum unsur- unsur anti- normatif. Kenakalan remaja jadi penyimpangan
sikap yang berbentuk permasalahan sosial alhasil dikira menghawatirkan.
Sebagian aksi dikira telah lazim sampai melanggar hukum (Hardiyanto &
Romadhona, 2018). pendapat lain tentang kenakalan remaja menurut
Sumara, dkk (2017) menjelaskan bahwa kenakalan remaja adalah perilaku
yang bersifat menyimpang dari norma hukum pidana yang dilakukan para
remaja.
Dari beberapa pendapat diatas menjelaskan bahwa kenakalan remaja
adalah perilaku yang menyimpang dan dilakukan oleh remaja serta
berpotensi melanggar norma dan hukum yang berlaku dan selanjutnya akan
merugikan remaja itu sendiri.

Kenakalan remaja yang berujung pada tindak kriminal sangat


dipengaruhi oleh peran dan hubungan orang tua. Penanganan yang kurang
tepat dapat berdampak seorang remaja melakukan tindak krimanal. Pada
contoh situasi, orang tua yang terlalu mengekang kebebasan terhadap anak

5
tanpa memberikannya haknya. Hal tersebut memicu terjadinya konflik
keluarga yang menyebabkan remaja mengalami keresahan yang berujung
tindak kriminalitas. Terdapat dua faktor yang mempengarruhi kriminalitas
pada remaja, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal dengan
gambaran krisis identitas pada remaja hingga lemahnya self control, dimana
remaja tidak dapat embedakan tingkah laku yang dapat di terima dan yang
tidak dapat di terima hingga membawanya ke pada perilaku nakal. Faktor
eksternal seperti keluarga (perceraian, pertengkaran, perselisihan) dan faktor
teman/lingkungan tempat tinggal
Anak remaja yang berkonflik dengan hukum sangat membutuhkan
banyak waktu untuk selalu dikunjungi oleh keluarganya, teman, maupun
sahabatnya. Keluarga merupakan lingkungan primer bagi anak didik
Lembaga Pemasyarakatan (andikpas) (Yuliyanto, 2020). Hubungan yang
harmonis dengan keluarga dan teman para andikpas diteliti mampu
mengurangi jumlah kenakalan pada remaja. Sehingga dalam hal ini
menjadikan keluarga memiliki peran penting bagi suatu proses perubahan
diri bagi anak didik lembaga pemasyarakatan (andikpas). Kunjungan
keluarga, teman dan sahabat merupakan salah satu upaya mencegah adanya
penolakan dari lingkungan sosial pada dirinya, salah satunya keluarga
(Gultom, 2008). Berdasarkan Riset yang dilakukan oleh Institute For
Criminal Justice Reform (ICJR) menunjukkan bahwa jumlah ketersediaan
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) dan atau Lembaga Penempatan
Anak Sementara (LPAS) yang dijadikan tempat menampung andikpas
masih tergolong minim. Sehingga diketahui masih banyak anak
ditemapatkan pada LAPAS Dewasa. Hal tersebut dianggap memunculkan
labelling yang buruk kepada anak sebagai pelaku tindakan pidana, dan
memberikan dampak yang tidak baik bagi perkembangan anak (Eleanora &
Masri, 2018).
Pembelajaran mendasar dan pertama yang diterima oleh anak pada
awal kehidupanya merupakan pemberian dari keluarga khususnya orangtua,
dimana pembelajaran yang diberikan dapat bentuk pola asuh, sikap atau

6
tingkah laku yang ditampilkan oleh orang tua dan keluarga kepada anak
dalam kehidupan sehari-hari guna memberikan pendidikan karakter bagi
anak. Orang tua diharapkan mampu menerapkan pola asuh positif yang bisa
mengembangkan aspek perkembangan anak di usia dini baik kognitif, fisik
motorik, bahasa, seni maupun moral sedini mungkin (Jannah, 2012)
Lingkungan merupakan bagian penting lainnya setelah pendidikan
karakter dari keluarga, hal ini karena pembentukan karakter anak tidak
terlepas dari lingkungan sosialnya. Kondisi psikologis ibu saat mengandung
juga ikut mempengaruhi perkembangan anak (Tim Pustaka Familia, 2006).
Ibu yang sedang mengandung harus menjaga kestabilan psikologis dan
kesehatan fisiknya, agar anak mendapatkan nutrisi yang baik. Anak sebagai
makhluk sosial atau Zoon Politiconjika meminjam bahasa Socrates
(Khasinah, 2013) akan terus berinteraksi dengan lingkungan sosialnya untuk
keberlangsungan hidupnya. Anak mengamati dan kemudian meniru
perilaku-perilaku yang tampak di hadapannya (Mussen, 1984). Karena anak
memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, yang kemudian disebut sebagai
masa peka olehMontessori (Suyadi, 2016), masa peka ini merupakan suatu
masa dimana anak sangat memiliki ketertarikan kepada setiap hal, baik yang
dia lihat maupun yang dia dengar. Sehingga, masa peka ini harus
dimanfaatkan sebaik-baiknya karena akan mempengaruhi perkembangan
anak selanjutnya. Masa peka yang dimiliki anak berbeda-beda, ada yang
panjang dan ada yang pendek tergantung pada faktor keturunan dan
stimulasi yang diterima oleh anak (Hasan, 2010). Pada tahun-tahun pertama,
keluarga khususnya orang tua menjadi bagian penting dalam perkembangan
anak usia dini. Orang tua harus mengetahui secara mendalam terkait
perkembangan anak, sehingga orang tua mampu memberikan stimulus yang
mampu mendorong perkembangan anak menjadi lebih baik
kenakalan remaja yang terus mengalami peningkatan perlu diketahui
apa saja faktor penyebabnya. faktor utama yang menjadi penyebab
betambahnya kenakalan yang di perbuat remaja adalah kelekatan remaja
dengan orang tua (Hoeve & Stams, 2012). Kelekatan berkaitan dengan

7
kelekatan emosional anak dengan orang tua yang menciptakan rasa aman
dan membentuk dasar yang kuat bagi kesehatan mental yang positif bagi
anak (Hastuti, 2015). kelekatan yang tidak aman atau harmonis antara anak
dengan orangtuanya dapat menimbulkan resiko masalah kesehatan mental
dan emosional tinggi pada anak dan dewasa (Overbeek et al., 2005).
Kelekatan yang rendah dengan orang tua dan teman akan menghasilkan
perilaku menyimpang seperti kenakalan (Hoeve et al., 2012). Perilaku
menyimpang lainnya seperti tindakan agresif, impulsif, membangkang,
berbohong bahkan mencuri juga merupakan tanda anak memiliki kelekatan
yang tidak aman dengan orang tua (Dawsona et al., 2014)
Selama berada di LPKA, para andikpas akan menjalani proses
pembinaan. Adapun terdapat beberapa asas dalam pembinaan andikpas yang
menjadi pedoman antara lain asas pengayoman, asas persamaan perlakuan
dan pelayanan, asas pendidikan, asas pembimbingan, asas penghormatan
harkat dan martabat manusia, asas terjaminnya hak untuk tetap berkaitan
dengan ayah, ibu dan orang-orang tertentu (Nashriana, 2012).
Terdapat beberapa bentuk perilaku layaknya kenakalan remaja
mengarah pada pelanggaran moral yang dilakukan andikpas, yaitu seperti
agresi verbal (berkata kasar, tidak sopan, dan mengeluarkan ancaman),
agresi fisik (berupa aksi pemukulan dengan tangan kosong ataupun barang),
pemerasan (memalak benda yang dimiliki atau uang), kepemilikan benda
terlarang (uang, senjata tajam, handphone, dll), pemberian suap pada
petugas, pembuatan senjata tajam di dalam LPKA, dan melakukan
pelanggaran ringan seperti membolos, merokok, dan terlambat apel Faktor
yang mempengaruhi terjadinya perilaku tersebut di pengaruhi oleh beberapa
faktor yang cenderung mengarah ke hubungan antara andikpas dengan
andikpas lainnya serta kurangnya kontrol petugas kepada para andikpas
ketika melakukan suatu pelanggaran dan kenakalan (Soetikno et al., 2019).
Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan yang
dialami oleh Warga binaan pemasyarakatan harus menjalani didalam
Lembaga Pemasyarakatan dalam waktu tertentu sesuai

8
keputusan/penetapan hakim. Maksud dari penempatan itu adalah untuk
memberi kesempatan kepada negara guna memperbaikinya, melalui
pendidikan dan pembinaan. Selama dalam lembaga pemasyarakatan warga
binaan pemasyarakatan tetap mendapatkan haknya sebagaimana layaknya
manusia, atau dengan kata lain hak-hak perdatanya tetap diperoleh, seperti
hak memperoleh perawatan kesehatan, makan, minum, pakaian, tempat
tidur, latihan keterampilan, olahraga, atau rekreasi, warga binaan tidak boleh
diperlaakukan di luar ketentuan undang- undang, seperti dianiaya, disiksa,
dan sebagainya. Walaupu menjalani masa pidana namun warga binaan
pemasayrakatan harus tetap menjalin hubungan dengan masyarakat dan
lingkungannya karena tujuan utama dari pembinaan yang diterima selama
menjalani masa pidana adalah dengan kembali ke lingkungan masyarakat
dan dapat diterima oleh masyarakat sebagai manusia yang utuh. Untuk itu
anak pidana harus tetap dapat berhubungan dengan masyarakat dalam
bentuk kunjungan, rekreasi ke LPKA dari anggota masyarakat yang bebas
dan kesempatan berkumpul sahabat dan keluarga seperti program cuti
mengunjungi keluarga.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik melakukan
penelitian mengenai “Pengaruh Kelekatan Andikpas Dengan Orangtua Dan
Teman Terhadap Kenakalan Remaja di Lpka Kelas I Medan Tahun 2020”.
Penelitian ini dilakukan mengingat belum adanya penelitian terkait dengan
Pengaruh Kelekatan Andikpas Dengan Orangtua Dan Teman Terhadap
Kenakalan Remaja di Lpka Kelas I Medan Tahun 2020.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah terdapat
pengaruh kelekatan ANDIKPAS dengan orangtua dan teman terhadap
kenakalan remaja dalam LPKA Kelas I Medan?”

9
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
kelekatan ANDIKPAS dengan orangtua dan teman terhadap kenakalan remaja
dalam LPKA Kelas I Medan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dalam penelitian untuk
penulisan Skripsi ini sebagai berikut :

1. Dari segi praktisi


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan
Ilmu Pemasyarakatan, dimana Pemasyarakatan sebagai salah satu unit yang
berada dibawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia sudah seharusnya memahami perihal pengaruh kelekatan
ANDIKPAS dengan orangtua dan teman terhadap kenakalan remaja di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) khususnya LPKA Kelas I Medan
dan dapat menjadi pedoman bagi pembuat kebijakan dalam hal ini Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan (DitjenPas).
2. Dari segi teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah ilmu pengetahuan mengenai
pengaruh kelekatan ANDIKPAS dengan orangtua dan teman terhadap kenakalan
remaja dan dapat menjadi masukan untuk di Lembaga Pembinaan Khusus Anak
(LPKA) khususnya LPKA Kelas I Medan, terkait pentingnya hubungan
kelekatan Andikpas dengan orang tua dan temannya terhadap penyimpangan
remaja di LPKA Kelas I Medan. Pengaruh Kelekatan Andikpas Dengan
Orangtua Dan Teman Terhadap Kenakalan Remaja di Lpka Kelas I Medan

10
E.Hipotesis
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara Kelekatan Andikpas Dengan
Orangtua Dan Teman terhadap Kenakalan Remaja di Lpka
Kelas I Medan.

Ha : Terdapat pengaruh antara Kelekatan Andikpas Dengan


Orangtua Dan Teman terhadap Kenakalan Remaja di Lpka
Kelas I Medan.

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.Penelitian Terdahulu (Literatur Review)


1. Wihelmina Fitriani &Dwi Hastuti (2016) Pengaruh Kelekatan Remaja
Dengan Ibu, Ayah, Dan Temah Sebaya Terhadap Kenakalan Remaja Di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) kelas II Bandung. Jurnal
Ilmu Keluarga dan Konsumen, Volume 9, Nomor 3.
Tujuan dilakukannya penelitian tersebut untuk menganalisis
pengaruh kelekatan remaja dengan ibu, ayah, dan teman sebaya
terhadap kenakalan remaja yang menjadi anak didik lapas (andikpas) di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung. Terdapat 2
variabel dalam penelitian ini yaitu Kelekatan remaja dengan ibu, ayah,
dan teman sebaya (X) dan Kenakalan remaja (Y). Dengan jumlah
populasi sebanyak 157 remaja rentan usia 15-18 tahun yang dipilih
dengan teknik simple random sampling. Memperoleh data dengan
teknik wawancara dengan kuesioner Inventory of Parent and Peer
Attachment (IPPA) versi revisi cara mengukur kelekatan remaja
dengan ayah, ibu, dan teman sebaya. Kenakalan remaja diukur
menggunakan Adapted Self Report Delinquency Scale (ASRDS).
Hasil penelitian memperlihatkan proporsi tertinggi kelekatan remaja
dengan ibu, ayah, dan teman sebaya berada pada kategori kelekatan
tidak aman. Hasil analisis regresi menunjukkan kelekatan remaja
dengan ayah sangat berdampak negatif dengan kenakalan remaja. Hal
ini menyampaikan kelekatan remaja yang tidak aman dengan ayah akan
membuat perilaku nakal pada remaja mengalami peningkatan. Hasil
lain menampilkan bahwa kelekatan dengan teman berpengaruh terhadap
kenakalan remaja secara positif.
Kesimpulan dari Penelitian ini adalah terindikasinya peran
lingkungan pertemanan beresiko terhadap kenakalan remaja yang
menjadi andikpas di LPKA Kelas II Bandung.

12
2. Ismayanti Pratiwi & Dwi Hastuti (2017) Kenakalan Pada Remaja
Andikpas (Anak Didik Lapas): Pengaruh Komunikasi Orang Tua Atau
Self-Esteem. Jurnal Ilmu Keluaga dan Konsumen, Volume 10, Nomor 1.
Penelitian ini menganalisis hubungan komunikasi antara orang tua
dengan remaja, self-esteem, dan kenakalan remaja yang menjadi
andikpas (anak didik lapas) di LPKA. Variabel X pada penelitian ini
adalah Komunikasi Orang tua/Self Esteem, dan variabel Y penelitian ini
adalah kenakalan remaja Andikpas. melibatkan 63 laki-laki andikpas
rentan usia 15-18 tahun yang dipilih melalui teknik simple random
sampling. Kenakalan remaja diukur menggunakan kuesioner Adoption
Self Report Delinquency Scale (ASRDS). Instrumen self-esteem
menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari Rosenberg (1965).
Instrumen komunikasi orang tua-remaja menggunakan kuesioner
Parent-Adolescent Communication Scale.
Pada Hasil Penelitian berdasarkan analisis korelasi Pearson adanya
hubungan signifikan positif antar orang tua dengan remaja dimensi
keterbukaan dengan self-esteem andikpas remaja. Hubungan signifikan
negatif ditemukan antar orang tua dengan remaja dimensi permasalahan
dengan self-esteem andikpas remaja. hasil penelitian juga menunjukkan
adanya hubungan negatif antar orang tua dengan remaja dimensi
keterbukaan dan self-esteem dengan kenakalan andikpas remaja.
Kesimpulan daripada penelitian ini adalah ditemukan adanya
hubungan signifikan negatif antara self-esteem dengan kenakalan
andikpasremaja.
3. Niken Agus Tianingrum & Ulfa Nurjannah (2019) Pengaruh Teman
Sebaya Terhadap Perilaku Kenakalan Remaja Sekolah Di Samarinda.
Jurnal Dunia Kesmas, Volume 8, Nomor 4.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh teman
sebaya terhadap perilaku kenakalan remaja pada siswa sekolah.
Terdapat dua variabel yang terdapat pada temuan ini, yaitu Pengaruh
Teman Sebaya

13
dan Kenakalan Remaja (Y). Penelitian ini menggunakan teknik Total
Sampling dengan sampel sebanyak 337 responden. Pengambilan data
berdasarkan instrumen dengan kuesioner untuk mengukur variabel
teman sebaya dan perilaku kenakalan.
Hasil penelitian pada temuan ini menunjukkan bahwa terdapat
perilaku menyimpang remaja sebesar 69.7% dan pengaruh teman
sebaya terhadap perilaku kenakalan remaja (Pvalue 0,021; OR=1,732)
yang artinya remaja terkontaminasi teman sebaya memiliki peluang
1,732 kali lebih rentan melakukan kenakalan dibandingkan yang tidak
terpengaruh.
Kesimpulan dari pada penelitian ini adalah bahwa ada pengaruh
teman sebaya terhadap perilaku kenakalan remaja sekolah khusus nya
pada lokasi penelitian ini yaitu di wilayah kerja Puskesmas Harapan
Baru Samarinda.
B. Tinjauan Teori
1. Kelekatan (attachment)
a. Pengertian kelekatan (Attachment)

Kelekatan (Attechment) pertama sekali dikemukakan


oleh seorang psikolog yang berasal dari Inggris tepatnya pada
tahun 1958 yang bernama John Bowlby, yang dimana
kemudian dilengkapi oleh Mary Ainsword pada tahun 1969.
Kelekatan merupakan hubungan emosional yang erat yang
direspon anak melalui interaksinya dengan orang yang
mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orang
tua (Mc Cartney & Dearing, 2002). Kelekatan dianggap
serupa dengan ketergantungan, padahal tidak karena memiliki
makna yang berbeda. Menurut Monks, Knoer, Haditono
ketergantungan merupakan kecenderungan dalam diri anak
untuk menjalin sosial dan tidak mau melepaskan diri dari
seseorag dalam hal ini orang dewasa (Monks et al., 2019).
Bowlby mengatakan bahwa kelekatan anak terhadap
figur lekat adalah akibat dari sistem tingkah laku yang
membutuhkan kelekatan.

14
Bila anak khawatir dikala ditinggalkan bentuk
lekatnya, hingga sistem tingkah laku itu jadi aktif serta cuma
bisa dihentikan oleh suara, performa ataupun rabaan bentuk
lekatnya. Kelekatan bisa bersifat sangat baik serta profitabel
dalam ikatan antara pengasuh serta ibu, bila bentuk lekat
sangat peka kepada keinginan anak( Monks et al., 2019).
Goldberg melaporkan kelekatan merupakan konstruksi
organisasional orang berumur ataupun pengasuh dalam
merespon tanda afektif anak dikala anak mengorganisasikan
pengalaman penuh emosi serta perasaan tidak nyaman(
Goldberg&amp; Susan, 2000).
Dari defenisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
kelekatan (attechment) adalah hubungan emosional antara anak
dengan seseorang yang memiliki hubungan khusus dengannya
seperti orangtua, dan teman sebaya yang kemudian dapat
mempengaruhi pola pikir dan perilaku anak tersebut. hubungan
anak dengan orangtua dan teman sebaya merupakan sumber
emosional dan kognitif bagi anak. Kelekatan bagi anak dapat
disebabkan oleh proses belajar ataupun karena naluri alamiah
sebagai manusia.

b. Jenis kelekatan (Attachment)

Bersumber pada filosofi kelekatan Bowlby di atas


memilah kelekatan jadi 2 pola kelekatan ialah kelekatan yang
nyaman( secure attachment) serta kelekatan yang tidak
nyaman( insecure attachment). Kelekatan yang nyaman dibagi
jadi 2 format ialah keyakinan( trust) serta komunikasi(
communication). Kelekatan yang tidak nyaman ditandai
dengan terdapatnya dimensi terkucilkan( allienation)( Gram.
Armsden et al., 1990). Armsden, dkk.( 1990) serta Gullone
serta Robinson( 2005) bersumber pada filosofi kelekatan
Bowlby di atas memilah kelekatan jadi 2 pola kelekatan ialah
kelekatan yang nyaman( secure attachment) serta kelekatan
yang tidak nyaman( insecure attachment).
15
c. Secure attachment (kelekatan yang aman)
Kelekatan yang nyaman antara anak dengan orangtua
diisyarati dengan terdapatnya rasa saling yakin serta
komunikasi yang hangat antara anak dengan orangtua. Orang
yang diklasifikasikan mempunyai kelekatan yang nyaman
mempunyai skor yang besar buat dimensi keyakinan serta
komunikasi, serta skor yang kecil pada format perasaan
terkucilkan. Keyakinan merujuk pada keyakinan remaja kalau
orangtua menguasai serta meluhurkan keinginan serta
kemauan mereka. Sebaliknya komunikasi merujuk pada
anggapan remaja kalau orangtua akan sensitif serta responsif
kepada kondisi emosional mereka serta memperhitungkan
sejauhmana mutu keterlibatan serta komunikasi lisan dengan
mereka
d. Insecure attachment (Kelekatan tidak aman)
Kelekatan yang tidak nyaman diisyarati dengan
terdapatnya format terkucilkan. Orang yang mempunyai
kelekatan yang tidak nyaman membuktikan skor kepercayaan
serta komunikasi yang kecil serta skor rasa terkucilkan yang
besar. Keterkucilan merujuk pada perasaan remaja yang
terisolasi, kemarahan, serta pengalaman ketidak- dekatan(
detachment) dengan orangtua.
Kelekatan yang nyaman dibagi jadi 2 format ialah
keyakinan( trust) serta komunikasi( communication).
Kelekatan yang tidak nyaman diisyarati dengan terdapatnya
format terkucilkan( allienation). Setelah itu Gram.
Armsden&amp; Greenberg( 2009) menata rasio kelekatan
bersumber pada filosofi itu yang diberi julukan Inventory
Parent and Peer Attachment( IPPA bersumber pada 3
pandangan kelekatan orangtu- remaja yang dikemukakan
Bowlby( dalam Armsden&amp; Greenberg, 1987) ialah
keyakinan, komunikasi, serta keterasingan).

16
C. Kenakalan Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence yang
berasal dari bahasa lain adolescere yang berarti tumbuh untuk
mencapai kematangan mental, emosional, social dan fisik. Masa
remaja ini ialah bagian kehidupan yang berarti dalam siklus
perkembangan individu yang ialah era peralihan yang bisa
diarahkan pada perkambangan era dewasa yang sehat. Bila remaja
kandas dalam meningkatkan rasa identitasnya hingga remaja
hendak kehabisan arahbagaikan kampal yang kehabisan kompas,
yang memunculkan dampak pada kemajuan sikap yang
menyimpang( delinquent)( Ali&amp; Asrori, 2012).
Era remaja pula jadi langkah dimana kehidupan bersifat
peralihan dan tidak senantiasa menjadikanremaja rawan akan
pengaruh- pengaruh negatif di dekat mereka semacam narkoba,
aksi kejahatan, serta kesalahan seks. Seluruh perihal menyimpang
pasti membahayakan remaja, era remaja sesungguhnya era yang
amat bagus dalam meningkatkan seluruh bagian positif mereka
semacam kemampuan, kemampan serta atensi(Willis, 2017).
2. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja dalam konsep psikologis merupakan
Juvenile delinquency, yang berarti sikap kejam ataupun dursila.
Kesalahan ataupun kenakalan pada remaja jadi sesuatu pertanda
sakit( patologis) dengan cara sosial pada anak muda yang
diakibatkan oleh satu wujud dedikasi sosial alhasil mereka
meningkatkan wujud tingkah laku yang menyimpang. Kenakalan
remaja dalam arti besar mencakup aksi remaja yang berlawanan
dengan kaidah hukum tertulis, baik yang ada dalam KUHP ataupun
dalam perundang- undangan diluar KUHP ( kejahatan khusus).
Remaja yang melakukan kenakalan itu pada biasanya kurang
mempunyai pengawasan diri, ataupun mmenyalahgunakan
pengawasan diri mereka, serta menegakkan standar tingkah laku
sendiri, disamping meremehkan kehadiran orangdisekitar mereka.
Kenakalan yang dicoba pada biasanya pula diiringi pada faktor
psikologis dengan corak individual, ialah menggapai sesuatu subjek
17
khusus dengan disetai kekerasan serta gempuran (Jamaluddin,
2016).
Menurut Simanjuntak (dalam Sudarsono, 2012) berikan kajian
dengan cara sosiokultural mengenai maksud juvenile delinquency
merupakan sesuatu perbuatan itu disebut delinkuen bila perbuatan-
perbuatan itu berlawanan dengan norma- norma yang terdapat
dalam masyarakat dimana ia hidup, ataupun sesuatu aksi yang anti-
sosial dimana didalamnya tercantum unsur- unsur anti- normatif.
Kenakalan remaja jadi penyimpangan sikap yang berbentuk
permasalahan sosial alhasil dikira menghawatirkan. Sebagian aksi
dikira telah lazim sampai melanggar hukum (Hardiyanto &
Romadhona, 2018). pendapat lain tentang kenakalan remaja
menurut Sumara, dkk (2017) menjelaskan bahwa kenakalan remaja
adalah perilaku yang bersifat menyimpang dari norma hukum
pidana yang dilakukan para remaja.
Dari beberapa pendapat diatas menjelaskan bahwa kenakalan
remaja adalah perilaku yang menyimpang dan dilakukan oleh
remaja serta berpotensi melanggar norma dan hukum yang berlaku
dan selanjutnya akan merugikan remaja itu sendiri.
3. Penyebab Kenakalan Remaja
Penyebab Kenakalan pada remaja sangatlah kompleks, dalam
tahap pencarian jati diri sering sekali remaja menggunakan cara
yang terbilang mengusik ketenangan orang lain, melakukan hal-hal
terlarang, hura-hura, berkelahi, berjudi, minum miras, menggunaka
obat terlarang, dan lainnya. Faktor yang mempengaruhi terbilang
cukup banyak. Terbagi atas faktor internal dan eksternal menurut
Sumara, humaedi, & santoso (2017) :

18
a. Faktor Internal
1. Krisis indentitas
Perubahan biologis serta sosiologis pada diri anak muda
membolehkan terbentuknya 2 wujud integrasi. Pertama, terjadinya
perasaan hendak kestabilan dalam kehidupannya. Kedua,
tercapainya bukti diri kedudukan. Kenakalan remaja terjalin sebab
anak muda gagal menggapai era integrasi kedua.
2. Kontrol diri lemah
Remaja yang tidak dapat mempelajari serta membedakan
tingkah laku yang baik dengan yang tidak baik akan cenderung
memiliki sikap nakal. Demikian juga untuk mereka yang sudah
mengenali perbandingan 2 tingkah laku itu, tetapi tidak dapat
meningkatkan pengawasan diri buat berkelakuan laris cocok
dengan pengetahuannya
3. Faktor Eksternal
a. Kurangnya perhatian dari orang tua
Kondisi lingkungan keluarga yang jadi sebab timbulnya
kenakalan remaja seperti keluarga yang broken- home, rumah
tangga yang berantakan diakibatkan oleh kematian ayah ataupun
ibunya, keluarga yang diliputi bentrokan keras, ekonomi keluarga
yang kurang, semua itu ialah sumber yang produktif buat
menimbulkan delinkuensi remaja.
b. Pengaruh lingkungan sekitar
Akibat budaya barat dan pergaulan dengan sahabat
sebayanya yang kerap mempengaruhinya buat mencoba serta
akhirnya justru terperosok ke dalamnya. Lingkungan merupakan
aspek yang sangat mempengaruhi sikap serta karakter remaja. Bila
ia hidup serta bertumbuh di lingkungan yang kurang baik,
moralnya juga hendak semacam itu adanya. Kebalikannya bila ia
terletak di lingkungan yang bagus hingga ia hendak jadi bagus
pula..

19
Di dalam kehidupan bermasyarakat, remaja kerap
melakukan keonaran serta mengusik ketentraman warga sebab
terbawa- bawa dengan budaya barat ataupun pergaulan dengan
sahabat sebayanya yang kerap pengaruhi buat mencoba. Begitu
juga dikenal kalau para remaja biasanya amat senang dengan gaya
hidup yang terkini tanpa memandang aspek negatifnya, sebab
anggapan ketinggalan zaman bila tidak mengikutinya.
Jensen (Dalam Sarwono S.W., 2010) pula berkata kalau ada
4 pandangan kenakalan remaja:( 1) Sikap yang melanggar hukum.
Semacam melanggar rambu- rambu lalu lintas, mencuri,
merampok, memperkosa serta masih banyak lagi perilaku- perilaku
yang melanggar hukum yang lain;( 2) Sikap yang mematikan orang
lain serta diri sendiri. Semacam kebut- kebutan dijalan, me-
nerobos rambu- rambu lalulintas, merokok, narkoba serta lain
sebagainya;( 3) Sikap yang memunculkan korban materi. Semacam
mencuri, meminta, mengganggu sarana sekolah ataupun sarana
biasa yang lain serta lain- lain;( 4) Sikap yang memunculkan
korban fisik. Semacam tawuran antar sekolah serta ataupun
berkelahi de- ngan sahabat satu sekolah serta lain sebagainya.
Aspek yang melatar belakangi terbentuknya kenakalan
remaja bisa dikelompokkan jadi aspek internal serta aspek
eksternal. Aspek internal berbentuk krisis identitas serta
pengawasan diri yang lemah. Sebaliknya aspek eksternal berbentuk
minimnya atensi dari orang tua dan akibat serta pergaulan dengan
sahabat sebaya. Akibat- akibat yang ditimbulkan oleh kenakalan
remaja akan berakibat pada diri remaja itu sendiri dan
menimbulkan timbulnya permasalahan terkini.

20
4. Anak Didik Pemasyarakatan (ANDIKPAS)

a. Pengertian Anak Didik Pemasyarakatan (ANDIKPAS)


Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak, Anak Didik Pemasyarakatan
adalah:
1) Anak Pidana yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan
menjalani pidana di LAPAS Anak paling lama sampai
berumur 18 (delapan belas) tahun;
2) Anak Negara yaitu anak yang berdasarkan putusan
pengadilan diserahkan pada negara untuk dididik dan
ditempatkan di LAPAS Anak paling lama sampai berumur 18
(delapan belas) tahun;
3) Anak Sipil yaitu anak yang atas permintaan orang tua atau
walinya memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di
LAPAS Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan
belas) tahun.

b. Hak-Hak Anak Didik Pemasyarakatan

Menurut pasal 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012


tentang Sistem Peradilan Pidana Anak , Anak yang sedang
menjalani masa pidana berhak:
1) Mendapat pengurangan masa pidana;
2) Memperoleh asimilasi;
3) Memperoleh cuti mengunjungi keluarga;
4) Memperoleh pembebasan bersyarat;
5) Memperoleh cuti menjelang bebas;
6) Memperoleh cuti bersyarat; dan
7) Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Menurut pasal 22 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan, hak-hak anak pidana adalah:

21
1) Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau
kepercayaannya;
2) Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun
jasmani;
3) Mendapatkan pendidikan dan pengajaran;
4) Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak;
5) Menyampaikan keluhan;
6) Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media
massa lainnya yang tidak dilarang;
7) Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang
tertentu lainnya;
8) Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi);
9) Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti
mengunjungi keluarga;
10) Mendapatkan pembebasan bersyarat;
11) Mendapatkan cuti menjelang bebas; dan
12) Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

C. Kerangka Konsep Penelitian


Gambar 2. 1 Kerangka Konsep Penelitian

IV DV
Kelekatan
(attachment) dengan Kenakalan Remaja
orang tua dan teman

C. Defenisi Operasional Variabel


Definisi operasional merupakan suatu cara untuk mengukur suatu
variabel dan penjelasan definisi dari variabel yang telah digunakan oleh
peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (Independent

22
Variable) adalah Kelekatan orang tua dan teman dan yang menjadi variabel
terikat (Dependent Variable) adalah Kenakalan Remaja

Variabel Bebas (Independent Variable) dalam penelitian ini adalah


Kelekatan orang tua dan teman. Pengertian kelekatan dalam penelitian ini
adalah hubungan emosional antara anak dengan seseorang yang memiliki
hubungan khusus dengannya seperti orangtua, dan teman sebaya yang
kemudian dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku anak tersebut.
hubungan anak dengan orangtua dan teman sebaya merupakan sumber
emosional dan kognitif bagi anak. Kelekatan bagi anak dapat disebabkan
oleh proses belajar ataupun karena naluri alamiah sebagai manusia.
Variabel Terikat (Dependent Variable) dalam penelitian ini adalah
Kenakalan remaja. Pengertian Kenakalan remaja dalam penelitian ini adalah
perilaku yang menyimpang dan dilakukan oleh remaja serta berpotensi
melanggar norma dan hukum yang berlaku dan selanjutnya akan merugikan
remaja itu sendiri.

Tabel 2.1 Definisi Operasional

Skala
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Ukur

1. Kelekatan Salah satu Faktor Kuisioner Wawancara  1= Tidak Pernah Skala


(attachment penting dalam  2= Jarang Interv
) (IV) ikatan emosional  3=Terkadang al
yang  4= Sering
dikembangkan  5= Selalu
seorang anak
melalui interaksi
sosial dengan
individu yang
dekat dengannya,
seperti orang tua
dan teman bagi

23
Anak Didik
Pemasyarakatan di
LPKA Kelas I
Medan.
2. Kenakalan Suatu betuk Kuisioner Wawancara  1= Tidak Pernah Skala
remaja perbuatan yang  2= Jarang Interv
(DV) melanggar aturan,  3=Terkadang al
norma ataupun  4= Sering
hukum yang  5= Selalu
berlaku dan
dilakukan pada
usia remaja pada
Anak Didik
Pemasyarakatan di
LPKA Kelas I
Medan.

24
D. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran tentang Pengaruh Kelekatan Andikpas dengan Orang Tua


dan Teman terhadap Kenakalan Remaja di LPKA Kelas I Medan 2021
Gambar 2. 2 Kerangka Berfikir

Anak Didik Pemasyarakatan


Di LPKA Kelas 1 Medan

Kelekatan Kenakalan Remaja


(Attachment) Aspek-Aspek Kenakalan
Remaja menuru Jensel (dalam
Aspek-Aspek kelekatan Sarwono, 2010) :
(attachment) menurut
Bowlby (dalam Armsden & 1. Perilaku yang melanggar
Greenberg, 1987) : Hukum
2. Perilaku yang
1. Kepercayaan membahayakan orang lain
2. Komunikasi 3. Perilaku yang
3. Keterasingan menimbulkan korban
materi
4. Perilaku yang
menimbulkan korban fisik

Berdasarkan skema kerangka berfikir diatas, dapat dijelaskan bahwa Anak


Didik Pemasyarakatan di LPKA Kelas I Medan memiliki pengaruh antara
Kelekatan (Attachment ) terhadap Kenakalan Remaja dengan menggunakan teori
dari Bowlby (dalam Gay C. Armsden & Greenberg, 1987) tentang Aspek-aspek
Kelekatan dan teori dari Jensel (dalam, Sarwono S.W., 2010) tentang Aspek-aspek
Kenakalan Remaja.

25
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pengertian dan Pemahaman Metode Kuantitaif


Penelitian ini memakai tata cara kuantitatif dalam mempelajari variabel.
Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menciptakan temuan-
temuan yang dicapai dengan memakai metode statistik ataupun metode
lain dengan kuantifikasi (pengukuran) yang memfokuskan pada tanda-
tanda yang memiliki karakter khusus di dalam kehidupan yang disebut
variabel. Dalam penelitian kuantitatif ikatan antara variabel- variabel
dianalisis dengan memakai teori yang objektif (Sujarweni, 2019).

Metode penelitian kuantitatif jadi metode yang berdasarkan pada


filsafat positivisme serta dipakai buat mempelajari sesuatu populasi serta
ilustrasi yang sudah ditentukann peneliti, pengumpulan informasi
dilakukan dengan menyertakan instrumen ataupun alat ukur penelitian
analisis bersifat statistik dengan tujuan buat menguji hipotesis yang sudah
ditetapkan peneliti (Sugiyono, 2018).

B. Desain Penelitian
Konsep Penelitian ini ialah penelitian kuantitatif, karena data yang
dipakai berbentuk angka yang setelah itu diolah memakai aplikasi
pengolah informasi statistik dengan memakai tipe konsep penelitian
Regresi Linear Sederhana. Penelitian Regresi Sederhana melihat pada
ikatan kausal ataupun fungsional variabel bebas (IV) dengan elastis terikat
(DV) yang bermaksud buat membenarkan pertemuan regresi
mempengaruhi kepada variabel bebas ( IV) serta variabel terikat( DV)
(Ghozali, 2016). Dalam penelitian ini, regresi linear sederhana digunakan
untuk menguji hubungan variabel Kelekatan Andikpas Dengan Orangtua
Dan Teman dan Pengaruh Terhadap Kenakalan Remaja Di Lpka Kelas I
Medan.

26
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber informasi penelitian yang didapat
langsung dari sumber asli. Peneliti dengan data primer bisa
mengakulasi informasi sesuai yang di idamkan(Sujarweni, 2019). Data
Primer dalam riset ini dikumpulkan dengan memakai metode
wawancara dengan memakai kuesioner baku“ Inventory Parent and
Peer Attachment( IPPA)” serta Adapted Self Report Delinquency
Scale( ASRDS).
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dalam bentuk sudah tersedia, sudah
dikumpulkan dan diolah (Suryani & Hendryadi, 2015). Dalam riset ini
yang jadi data sekunder merupakan berbentuk studi daftar pustaka,
mengakulasi materi- materi serta data melalui jurnal, skripsi, buku dan
web resmi mengenai teori serta rancangan untuk menjelaskan kejadian
yang berhubungan dengan variabel penelitian.

D. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi ialah obyek atau subyek yang terdapat pada suatu wilayah
dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang di perlukan dalam penelitian
(Suryani & Hendryadi, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh Anak Didik Pemasyarakatan di LPKA Kelas 1 Medan yang
berjumlah 96 orang.
2. Sampel
Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu 77 Anak
Didik Pemasyarakatan di LPKA Kelas I Medan. Sampel dipilih secara
probability sampling dengan Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah random sampling. Jumlah sampel yang didapatkan
dengan menggunakan rumus slovin yaitu sebanyak 77 andikpas.
Berikut perhitungan sampel dengan menggunakan rumus slovin.

27
Tabel 3.1 Rumus Perhitungan Slovin

Rumus Perhitungan

𝑵 𝒏
𝒏=
(𝟏 + (𝑵𝒙𝒆𝟐)) 𝟗𝟔
=
(𝟏 + (𝟗𝟔 + 𝟎, 𝟎𝟓𝟐))
*e : Margin of 𝟗𝟔
=
Error (0,05) 𝟏, 𝟐𝟒
= 𝟕𝟕, 𝟒

E. Alat Ukur Penelitian


Alat ukur pada penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen
baku. Variabel Kelekatan diukur dengan instrumen yang berjudul
“Inventory Parent and Peer Attachment (IPPA)” yang merupakan versi
revisi dari Armsden & Greenberg (1987) yang telah tervalidasi dan
teruji reliabilitas. Instrumen berisikan 75 pernyataan yang masing-
masing terbagi atas 25 pernyataan untuk kelekatan ibu, 25 pernyataan
untuk kelekatan pada ayah, dan 25 pernyataan kelekatan dengan teman.
Dengan menunjukkan nilai Cronbach’s alpha α ≥ 0.7 yaitu 0,79 untuk
kelekatan pada ibu, 0,86 untuk kelekatan pada ayah, dan 0,88 untuk
kelekatan pada teman. Setiap bagian kelekatan terdiri atas 3 aspek yaitu
aspek kepercayaan, komunikasi, dan pengasingan. Pengukuran
menggunakan skala Likert yang terdiri dari selalu diberi skor 5, sering
diberi skor 4, terkadang diberi skor 3, jarang diberi skor 2, dan tidak
pernah diberi skor 1.

Variabel Kenakalan remaja diukur dengan menggunakan Instrumen


baku dari Adapted Self Report Delinquency Scale (ASRDS) yang
diadaptasi pada versi Portugis oleh Pechorro et al. (2015) dari
instrumen asli yang dikembangkan oleh Carroll et al. (1996) yang telah

28
tervalidasi dan teruji reliabilitas. Instrumen ini terdiri dari 35
pernyataan yang terbagi ke dalam 4 aspek yaitu Perilaku yang
melanggar Hukum, Perilaku yang membahayakan orang lain, Perilaku
yang menimbulkan korban materi, dan Perilaku yang menimbulkan
korban fisik. Dengan nilai Cronbach’s alpha α ≥ 0.7 yaitu total nilai
yang diperoleh adalah 0,96. Instrumen ini diukur dengan menggunakan
skala Likert yang terdiri dari selalu diberi skor 5, sering diberi skor 4,
terkadang diberi skor 3, jarang diberi skor 2, dan tidak pernah diberi
skor 1.

Analisa Data

Teknik analisis data merupakan cara melaksanakan analisis


terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut untuk menjawab
rumusan masalah (Sujarweni, 2019). Teknik analisa yang digunakan
dalam riset ini memakai metode kuantitatif dengan pengumpulan data
memakai Skala Likert. Setelah data didapat setelah itu peneliti
menganalisa data dengan analisis deskriptif buat melihat persentase,
nilai rataan, standar deviasi serta nilai minimal maksimum yang setelah
itu dilanjutkan dengan pengujian Regresi Linear Sederhana, buat
mengetahui sejauh mana hubungan sebab akibat antara Variabel yang
jadi aspek penyebab( X) dengan kepada variabel akhirnya( Y) dengan
memakai bantuan dari program Komputer Statistical Package For Sosial
Science( SPSS).

29
F. Jadwal Penelitian
Lokasi tempat penelitian Pengaruh Kelekatan Andikpas Dengan
Orangtua Dan Teman Terhadap Kenakalan Remaja di Lpka Kelas I Medan
Tahun 2020 adalah LPKA Kelas I Medan.

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian


Bulan / Tahun
No. Uraian Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
2021 2021 2021 2021 2021 2021 2021
1 Penyusunan proposal
2 Penyusunan
Instrumen Penelitian
3 Pengumpulan Data
4 Pengumpulan
Naskah Proposal
5 Pelaksanaan Ujian
Proposal
6 Pelaksanaan
Penelitian
7 Penyusunan Skripsi
8 Sidang Skripsi

30
BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISIS

A. Deskripsi Lokasi Penelitian


1. Profil UPT
Lembaga Pemasyarakatan Anak Medan selanjutnya disebut LP
Anak didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI
Nomor. M.01.PR.07.03 tanggal 26 Februari 1985 dan diresmikan pada
tanggal 24 Oktober 1986. LP Anak diperuntukkan bagi Anak Berhadapan
dengan Hukum (ABH) yang sudah berusia12tahun tetapi belum berumur
18tahun. LP Anak berlokasi di Kelurahan Tanjung Gusta, Medan,
Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan.
Berdasarkan Undang-Undang No. 11 tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak, serta setelah dua tahun dibelakukannya undang-
undang tersebut, nomenklatur LP Anak merubah semua menjadi Lembaga
Pembinaan Khusus Anak (LPKA) di Jalan Arcamanik Kota Bandung,
yang juga di ikuti provinsi lainnya termasuk Lembaga Peminaan Khusus
Anak (LPKA) Kelas I Medan. Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak
Medan resmi berubah menjadi Lembaga Pembinaan Khusus Anak Medan,
telah diresmikan secara serentak oleh Menteri Hukum dan HAM Yasonna
Hamongan Laoly yang pada saat itu berada di Lapas Anak Sukamsiskin.
Perubahan yang sejalan dengan perlakuan hukum terhadap anak-anak
dalam sistem peradilan.
Berdasarkan perubahan nomenklatur Lemaga Pemasyarakatan
Anak menjadi Lemaga Pembinaan Khusus Anak mendorong perubahan
sistem berlaku terhadap Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH).
Harapan untuk pelaksanaan ini wajib mengedepankan kepentingan dan
perlindungan kepada anak. Anak harus tetap mendapatkan haknya sdalam
memperoleh pendidika, kesehatan, dan layanan dasar lainnya. Nantinya, di
LPKA dan LPAS, anak-anak warga binaan akan mendapatkan pendidikan,
keterampilan, dan pembinaan sesuai dengan kebutuhan. Untuk pemberian
pelayanan, perlindungan, pembimbingan, dan pendiddika, serta perawatan

31
yang diberikan saat proses peradilan dan penempatan anak di LPKA yaitu
dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri di tengah kehidupan
bermasyarakat serta berbangsa. Nantinya, di LPKA dan LPAS, anak-anak
warga binaan akan mendapatkan pendidikan, keterampilan, dan pembinaan
sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, disetiap LPKA dan LPAS anak-anak
warga binaan akan mendapat pendidikan formal SD, SMP, dan
SMA/SMK, serta pendidikan nonformal mencangkup Kejar Paket A
hingga Kejar Paket C.

2. Data Statistik Pegawai


Pegawai LPKA Kelas I Medan berjumlah 105 orang terdiri dari 82
orang pria dan 23 orang wanita. Para pegawai melaksanakan tugas setiap
hari Senin sampai hari Sabtu dengan pembagian jam kerja sebagai berikut:
- Senin sampai Kamis 07.30 - 16.00 WIB
- Jumat 07.30 - 16.30 WIB
Peraturan pada bagian penjagaan menggunakan sistem pagi, siang,
malam dan libur. Ada pun jadwalnya adalah sebagai berikut :
- Pagi mulai 07.00 sampai 13.00 WIB
- Siang mulai 13.00 sampai 19.00 WIB
- Malam mulai 19.00 sampai 07.00 WIB
Berikut tabel berisikan data pegawai LPKA Kelas I Medan
berdasarkan golongan dan pendidikan formal.

Tabel 4. 1 Data pegawai berdasarkan golongan pada Lembaga


Pembinaan Khusus Kelas I Medan

No Golongan Struktural JFU/JFT


Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
1 IV/d - - - 1
2 IV/c - - - 1
3 IV/b - - - 1
4 IV/a 2 - - 1
5 III/d 3 - 1 3

32
6 III/c 4 - - 3
7 III/b 3 - 6 -
8 III/a 3 - 2 2
9 II/d - - 1 1
10 II/c - - 4 1
11 II/b - - 1 -
12 II/a - - 38 7
Jumlah 15 0 53 21
Jumlah Total 89

Sumber :Bagian Urusan Kepegawaian, 2021

Dari tabel diatas menunjukan pegawai golongan II berjumlah 54


orang, pegawai golongan III berjumlah 30 orang,dan pegawai golongan IV
berjumlah 5 orang.

Tabel 4. 2 Data Pegawai Berdasarkan Pendidikan pada LPKA


Kelas I Medan
Tingkat Jabatan
NO Pendidikan Struktural JFU Jumlah
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
1 SD - - - - -
2 SMP - - - - -
3 SMA 1 - 51 9 61
4 Diploma - - - - -
5 S1 13 - 2 10 25
6 S2 1 - - 1 2
7 S3 - - - 1 1
Jumlah Total 89
Sumber: Bagian Urusan Kepegawaian, 2020

33
Dari tabel diatas menunjukan bahwa pegawai berdasarkan
pendidikan SMA berjumlah 61 orang, Strata I berjumlah 25 orang, Strata
II berjumlah 2 orang dan Strata III berjumlah 1 orang.
3. Bagan Struktur Organisasi Dan Tata Kerja Lpka

Gambar 4. 1 STRUKTUR ORGANISASILPKA KELAS I MEDAN


Keputusan Menteri Kehakiman RI No : M. 01-PR. 03. 07 Tahun 985

KA. LPKA

KA. SUBAG TU

KASI

WASGAKPLIN UR PEGAWAIAN
URUSAN UMUM
DAN KEUANGAN

KASI PEMBINAAN KASI REGISTRASI KASI PERAWATAN

KASUBSIE REGISTRASI
KASUBSIE KASUBSIE
DIKLATRAM

KASUBSIE KASUBSIE KLASIFIKASI KASUBSIE


BIMKEMAS DANPA
DAN PENILAIAN

KASUBSIE ADM
WASGAKPLIN

34
B. Pembahasan Dan Analisis
1. Jalannya Penelitian
Penelitian ini diawali dengan melakukan pertemuan dengan
Ka.LPKA dan jajaran pejabat di LPKA guna membahas program kegiatan
yang akan dilakukan oleh peneliti selama melakukan penelitian, hasil dari
pertemuan tersebut peneliti diberikan jadwal kegiatan untuk dilakukan
selama melakukan penelitian di LPKA Kelas I Medan. Selanjutnya
peneliti menyebarkan kuesioner kepada anak didik pemasyarakatan yang
berjumlah 77 anak yang sesuai dengan ketentuan pengisian kuesioner.
Pengisian kuesioner dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama berjumlah
40 anak dan tahap kedua berjumlah 37 anak. Hal itu dilakukan
dikarenakan terdapat beberapa anak yang harus mengikuti kegiatan
pembinaan yang sudah ditetapkan guna mencegah bentroknya jadwal
pengisian kuesioner dan jadwal pembinaan maka dilakukan dua sesi.
Setelah memberikan penjelasan cara mengisi kuesioner, peneliti
mengawasi anak didik karena masih terdapat beberapa anak didik yang
sulit memahami pertanyaan dari kuesioner karena status dari anak didik
tersebut hanya lulusan sekolah dasar atay bahkan tidak bersekolah. Itu
merupakan salah satu hambatan yang peneliti rasakan karena faktor latar
belakang pendidikan yang kurang dari anak didik di LPKA Kelas I Medan

2. Data Penyimpangan Anak Didik Pemasyarakatan di Dalam LPKA


Perilaku menyimpang masih terjadi walaupun anak sudah berada di
dalam LPKA karena hakikak seorang anak adalah melakukan kegiatan
yang disukainya. Perilaku menyimpang yang sering terjadi yang dilakukan
oleh anak didik pemasyarakatan didalam LPKA Kelas I Medan
diantaranya, perkelahian antar anak, merokok, melakukan hubungan
sesama jenis, mencuri uang anak didik lainnya, membantah perkataan
petugas, melawan petugas, berjudi, memaksa petugas untuk membelikan
suatu barang, tidak mengikuti kegiatan yang sudah ditetapkan misalnya :
mengaji, ibadah, senam, dan kegiatan lainnya. Perilaku menyimpang itu
dilakukan guna memuaskan keinginan diri dan mendapatkan perhatian

35
yang lebih dari anak didik lainnya. Perilaku menyimpang itu diketahui
karena terdapat beberapa anak yang melapor kepada petugas bahwa ia
mendapatkan perilaku yang tidak menyenangkan dari anak didik lainnya
bahkan tidak jarang anak didik mendapatkan bukti fisik dari perilaku
menyimpang tersebut seperti terluka dan merasa sakit didaerah kemaluan.
Salah satu tindakan yang dilakukan oleh petugas LPKA Kelas I
Medan dalam menghadapi anak didik yang melakukan pelanggaran adalah
dengan melakukan pendekatan secara baik karena petugas memahami
bahwa menghadapi anak berbeda dengan menghadapi dewasa maka dari
itu anak yang telah melakukan tindakan penyimpangan selama di dalam
lapas dan telah terbukti setelah dilakukan penyelidikan tidak dimasukkan
ke buku register F yang biasanya digunakan untuk mencatat identitas WBP
yang melakukan pelanggaran, hal itu dilakukan guna mencegah adanya
tindakan labeling dari petugas kepada anak yang melakukan pelanggaran
sehingga anak tetap mendapatkan haknya secara penuh sama dengan anak
lainnya.
3. Hasil Penelitian
a. Hasil Uji Validitas
1) Hasil Uji Validitas Kelekatan

Tabel 4. 3 Hasil Uji Validitas Kelekatan Terhadap Ibu

No. r hitung r tabel Keterangan


1 0.373 0.224 Valid
2 0.295 0.224 Valid
3 0.391 0.224 Valid
4 0.439 0.224 Valid
5 0.287 0.224 Valid
6 0.317 0.224 Valid
7 0.356 0.224 Valid
8 0.365 0.224 Valid
9 0.355 0.224 Valid

36
10 0.397 0.224 Valid
11 0.431 0.224 Valid
12 0.431 0.224 Valid
13 0.515 0.224 Valid
14 0.500 0.224 Valid
15 0.419 0.224 Valid
16 0.457 0.224 Valid
17 0.510 0.224 Valid
18 0.556 0.224 Valid
19 0.422 0.224 Valid
20 0.475 0.224 Valid
21 0.452 0.224 Valid
22 0.462 0.224 Valid
23 0.496 0.224 Valid
24 0.429 0.224 Valid
25 0.429 0.224 Valid

Sumber Data Primer : SPSS


Bedasarkan Tabel 4.3 Semua item pernyataan untuk
variabel Dukungan Keluarga (Family Support) memiliki nilai r
pearson correlation lebih besar dari nilai r tabel. Dalam penelitian
ini, pengujian untuk melihat validitas dari tiap item, peneliti
melihat dari nilai r hitung atau r pearson correlation dengan r tabel
dimana (df = n-2) dengan signifikansi atau Sig. (2-tailed) 5 % atau
0.05. Dari pengujian yang dilakukan, didapati nilai dari N atau df
(df = n-2) yaitu 75 (df = 77-2) dengan nilai r tabel 0.224. Dengan
demikian, semua item dari variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah valid.

37
Tabel 4. 4 Hasil Uji Validitas Kelekatan Terhadap Ayah
No. r hitung r tabel Keterangan
1 0.392 0.224 Valid
2 0.308 0.224 Valid
3 0.263 0.224 Valid
4 0.529 0.224 Valid
5 0.560 0.224 Valid
6 0.406 0.224 Valid
7 0.496 0.224 Valid
8 0.486 0.224 Valid
9 0.431 0.224 Valid
10 0.582 0.224 Valid
11 0.590 0.224 Valid
12 0.524 0.224 Valid
13 0.562 0.224 Valid
14 0.362 0.224 Valid
15 0.563 0.224 Valid
16 0.395 0.224 Valid
17 0.547 0.224 Valid
18 0.549 0.224 Valid
19 0.640 0.224 Valid
20 0.526 0.224 Valid
21 0.539 0.224 Valid
22 0.564 0.224 Valid
23 0.453 0.224 Valid
24 0.556 0.224 Valid
25 0.591 0.224 Valid

38
Bedasarkan Tabel 4.4 Semua item pernyataan untuk
variabel Dukungan Keluarga (Family Support) memiliki nilai r
pearson correlation lebih besar dari nilai r tabel. Dalam penelitian
ini, pengujian untuk melihat validitas dari tiap item, peneliti
melihat dari nilai r hitung atau r pearson correlation dengan r tabel
dimana (df = n-2) dengan signifikansi atau Sig. (2-tailed) 5 % atau
0.05. Dari pengujian yang dilakukan, didapati nilai dari N atau df
(df = n-2) yaitu 75 (df = 77-2) dengan nilai r tabel 0.224. Dengan
demikian, semua item dari variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah valid.
Tabel 4. 5 Hasil Uji Validitas Kelekatan Terhadap Teman

No. r hitung r tabel Keterangan


1 0.514 0.224 Valid
2 0.462 0.224 Valid
3 0.421 0.224 Valid
4 0.419 0.224 Valid
5 0.446 0.224 Valid
6 0.490 0.224 Valid
7 0.451 0.224 Valid
8 0.495 0.224 Valid
9 0.521 0.224 Valid
10 0.545 0.224 Valid
11 0.557 0.224 Valid
12 0.612 0.224 Valid
13 0.560 0.224 Valid
14 0.576 0.224 Valid
15 0.501 0.224 Valid
16 0.559 0.224 Valid
17 0.430 0.224 Valid
18 0.503 0.224 Valid
19 0.664 0.224 Valid

39
20 0.602 0.224 Valid
21 0.643 0.224 Valid
22 0.780 0.224 Valid
23 0.245 0.224 Valid
24 0.655 0.224 Valid
25 0.503 0.224 Valid

Sumber Data Primer : SPSS

Bedasarkan Tabel 4.5 Semua item pernyataan untuk


variabel Kelekatan Terhadap Teman memiliki nilai r pearson
correlation lebih besar dari nilai r tabel. Dalam penelitian ini,
pengujian untuk melihat validitas dari tiap item, peneliti melihat
dari nilai r hitung atau r pearson correlation dengan r tabel dimana
(df = n-2) dengan signifikansi atau Sig. (2-tailed) 5 % atau 0.05.
Dari pengujian yang dilakukan, didapati nilai dari N atau df (df =
n-2) yaitu 75 (df = 77-2) dengan nilai r tabel 0.224. Dengan
demikian, semua item dari variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah valid.

2) Hasil Uji Validitas Kenakalan Remaja


Tabel 4. 6 Perilaku yang melanggar hukum

No. r hitung r tabel Keterangan


1 0.268 0.224 Valid
2 0.340 0.224 Valid
3 0.468 0.224 Valid
4 0.461 0.224 Valid
5 0.437 0.224 Valid
6 0.416 0.224 Valid
7 0.521 0.224 Valid
8 0.330 0.224 Valid
9 0.268 0.224 Valid

40
10 0.516 0.224 Valid
11 0.310 0.224 Valid
12 0.357 0.224 Valid
Sumber Data Primer : SPSS

Bedasarkan Tabel 4.6 Semua item pernyataan untuk


variabel Kenakalan Remaja dengan Pertanyaan berdasarkan
perilaku yang melanggar hukum memiliki nilai r pearson
correlation lebih besar dari nilai r tabel. Dalam penelitian ini,
pengujian untuk melihat validitas dari tiap item, peneliti melihat
dari nilai r hitung atau r pearson correlation dengan r tabel dimana
(df = n-2) dengan signifikansi atau Sig. (2-tailed) 5 % atau 0.05.
Dari pengujian yang dilakukan, didapati nilai dari N atau df (df =
n-2) yaitu 75 (df = 77-2) dengan nilai r tabel 0.224. Dengan
demikian, semua item dari variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah valid.

Tabel 4. 7 Perilaku yang menimbulkan korban fisik

No. r hitung r tabel Keterangan


1 0.561 0.224 Valid
2 0.655 0.224 Valid
3 0.664 0.224 Valid
4 0.640 0.224 Valid
5 0.482 0.224 Valid

Sumber Data Primer : SPSS


Bedasarkan Tabel 4.7 Semua item pernyataan untuk
variabel Kenakalan Remaja dengan Pertanyaan berdasarkan
perilaku yang menimbulkan korban fisik memiliki nilai r pearson
correlation lebih besar dari nilai r tabel. Dalam penelitian ini,
pengujian untuk melihat validitas dari tiap item, peneliti melihat
dari nilai r hitung atau r pearson correlation dengan r tabel dimana

41
(df = n-2) dengan signifikansi atau Sig. (2-tailed) 5 % atau 0.05.
Dari pengujian yang dilakukan, didapati nilai dari N atau df (df =
n-2) yaitu 75 (df = 77-2) dengan nilai r tabel 0.224. Dengan
demikian, semua item dari variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah valid.
Tabel 4. 8 Perilaku yang menimbulkan korban materi

No. r hitung r tabel Keterangan


1 0.364 0.224 Valid
2 0.247 0.224 Valid
3 0.354 0.224 Valid
4 0.329 0.224 Valid
5 0.520 0.224 Valid
6 0.322 0.224 Valid
7 0.461 0.224 Valid
8 0.392 0.224 Valid
9 0.276 0.224 Valid
10 0.249 0.224 Valid
11 0.486 0.224 Valid
12 0.291 0.224 Valid
13 0.310 0.224 Valid
Sumber Data Primer : SPSS

Bedasarkan Tabel 4.8 Semua item pernyataan untuk


variabel Kenakalan Remaja dengan Pertanyaan berdasarkan
perilaku yang menimbulkan korban materi memiliki nilai r pearson
correlation lebih besar dari nilai r tabel. Dalam penelitian ini,
pengujian untuk melihat validitas dari tiap item, peneliti melihat
dari nilai r hitung atau r pearson correlation dengan r tabel dimana
(df = n-2) dengan signifikansi atau Sig. (2-tailed) 5 % atau 0.05.
Dari pengujian yang dilakukan, didapati nilai dari N atau df (df =
n-2) yaitu 75 (df = 77-2) dengan nilai r tabel 0.224. Dengan

42
demikian, semua item dari variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah valid.

Tabel 4. 9 Perilaku yang membahayakan orang lain

No. r hitung r tabel Keterangan


1 0.677 0.224 Valid
2 0.667 0.224 Valid
3 0.639 0.224 Valid
4 0.675 0.224 Valid
5 0.737 0.224 Valid
6 0.786 0.224 Valid
7 0.715 0.224 Valid
8 0.712 0.224 Valid
Sumber Data Primer : SPSS
Bedasarkan Tabel 4.9 Semua item pernyataan untuk
variabel Kenakalan Remaja dengan Pertanyaan berdasarkan
perilaku yang membahayakan orang lain memiliki nilai r pearson
correlation lebih besar dari nilai r tabel. Dalam penelitian ini,
pengujian untuk melihat validitas dari tiap item, peneliti melihat
dari nilai r hitung atau r pearson correlation dengan r tabel dimana
(df = n-2) dengan signifikansi atau Sig. (2-tailed) 5 % atau 0.05.
Dari pengujian yang dilakukan, didapati nilai dari N atau df (df =
n-2) yaitu 75 (df = 77-2) dengan nilai r tabel 0.224. Dengan
demikian, semua item dari variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah valid.

43
b. Hasil Uji Reliabilitas
1) Hasil Uji Reliabilitas Kelekatan

Tabel 4. 10 Hasil Uji Reliabilitas Kelekatan Terhadap Ibu


Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
0.791 37
Sumber Data Primer : SPSS

Berdasarkan Tabel 4.10 diatas, hasil uji reliabilitas yang


telah dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwa nilai Cronbach’s
alpha pada variabel Kelekatan Terhadap Ibu senilai 0.791. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s alpha variabel
Dukungan Keluarga (Family Support) lebih besar dari 0.7. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel Kelekatan Terhadap
Ibu adalah reliabel.
Tabel 4. 11 Hasil Uji Reliabilitas Kelekatan Terhadap Ayah
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
0.863 37
Sumber Data Primer : SPSS

Berdasarkan Tabel 4.11 diatas, hasil uji reliabilitas yang


telah dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwa nilai Cronbach’s
alpha pada variabel Kelekatan Terhadap Ibu senilai 0.863. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s alpha variabel
Kelekatan Terhadap Ayah lebih besar dari 0.7. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa variabel Klekatan Terhadap Ayah adalah
reliabel.

44
Tabel 4. 12 Hasil Uji Reliabilitas Kelekatan Terhadap
Teman
Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
0.880 37
Sumber Data Primer : SPSS

Berdasarkan Tabel 4.12 diatas, hasil uji reliabilitas yang


telah dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwa nilai Cronbach’s
alpha pada variabel Kelekatan Terhadap Teman senilai 0.880.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s alpha variabel
Kelekatan Terhadap Ayah lebih besar dari 0.7. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa variabel Klekatan Terhadap Teman
adalah reliabel.

2) Hasil Uji Reliabilitas Kenakalan Remaja


Tabel 4. 13 Perilaku yang melanggar hukum
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
0.728 12
Sumber Data Primer : SPSS

Berdasarkan Tabel 4.13 diatas, hasil uji reliabilitas yang


telah dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwa nilai Cronbach’s
alpha pada variabel kenakalan remaja dengan pertanyaan
berdasarkan perilaku yang melangar hukum senilai 0.728. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s alpha variabel
kenakalan remaja dengan pertanyaan berdasarkan perilaku yang
melangar hukum lebih besar dari 0.7. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa variabel Klekatan Terhadap Teman adalah

45
reliabel.

Tabel 4. 14 Perilaku yang menimbulkan korban fisik.


Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
0.732 6
Sumber Data Primer : SPSS

Berdasarkan Tabel 4.14 diatas, hasil uji reliabilitas yang


telah dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwa nilai Cronbach’s
alpha pada variabel kenakalan remaja dengan pertanyaan
berdasarkan perilaku yang menimbulkan korban fisik senilai 0.732.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s alpha variabel
kenakalan remaja dengan pertanyaan berdasarkan perilaku yang
menimbulkan korban fisik lebih besar dari 0.7. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa variabel Klekatan Terhadap Teman
adalah reliabel.

Tabel 4. 15 Perilaku yang menimbulkan korban materi


Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
0.721 13
Sumber Data Primer : SPSS

Berdasarkan Tabel 4.15 diatas, hasil uji reliabilitas yang


telah dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwa nilai Cronbach’s
alpha pada variabel kenakalan remaja dengan pertanyaan
berdasarkan perilaku yang menimbulkan korban materi senilai
0.721. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s alpha
variabel kenakalan remaja dengan pertanyaan berdasarkan perilaku

46
yang menimbulkan korban materi lebih besar dari 0.7. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel Klekatan Terhadap
Teman adalah reliabel.

Tabel 4. 16 Perilaku yang membahayakan orang lain


Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
0.851 8
Sumber Data Primer : SPSS

Berdasarkan Tabel 4.16 diatas, hasil uji reliabilitas yang


telah dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwa nilai Cronbach’s
alpha pada variabel kenakalan remaja dengan pertanyaan
berdasarkan perilaku yang membahayakan orang lain senilai 0.851.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s alpha variabel
kenakalan remaja dengan pertanyaan berdasarkan perilaku yang
membahayakan orang lain lebih besar dari 0.7. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa variabel kenakalan remaja dengan
pertanyaan berdasarkan perilaku yang membahayakan orang lain
adalah reliabel.

c. Hasil Uji Normalitas


Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, kedua variabel yakni variabel independen dan variabel
dependen memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2016). Suatu
model regresi dapat dikatakan baik apabila memiliki data berdistribusi
normal. Untuk mengetahui normalitas data dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis statistik One Sample Kolmogorov-Smirnov
Test.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji Kolmogorov-Smirnov
adalah sebagai berikut:

47
1) Apabila Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05, maka
H0 diterima, berarti data terdistribusi normal.
2) Apabila Asymp. Sig (2-tailed) kurang dari 0,05, maka H0
ditolak, berarti data terdistribusi tidak normal.

Hasil uji normalitas pada penelitian ini adalah sebagai berikut:


1) Hasil Uji Normalitas Kelekatan
Tabel 4. 17 Hasil Uji Normalitas Kelekatan

Variabel n Test Asymp. Sig. (2- p-Value Keterangan


Statistik tailed)
Unstandardized 77 0.073 0.200 P > 0.05 Normal
Residual
Sumber Data Primer : SPSS
Berdasarkan Tabel 4.17 diatas, hasil uji normalitas yang
telah dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwa nilai signifikansi
pada variabel kelekatan terhadap ayah senilai 0.194. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel kelekatan terhadap
ayah lebih besar dari 0.7. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa variabel Klekatan terhadap ayah adalah normal.

2) Hasil Uji Normalitas Kenakalan

Tabel 4. 18 Hasil Uji Normalitas Kenakalan Remaja


Variabel n Test Asymp. Sig. (2- p-Value Keterangan
Statistik tailed)
Unstandardized 77 0.075 0.200 P > 0.05 Normal
Residual

Berdasarkan Tabel 4.20 diatas, hasil uji normalitas yang


telah dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwa nilai signifikansi
pada variabel Kenakalan Remaja Berdasarkan Perilaku yang
Membahayakan Orang Lain 0.084. Hasil tersebut menunjukkan

48
bahwa nilai signifikansi variabel kelekatan terhadap ayah lebih
besar dari 0.7. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
variabel pada variabel Kenakalan Remaja Berdasarkan Perilaku
yang Membahayakan Orang Lain adalah normal

3) Hasil Uji Linearitas

Tabel 4. 19 Hasil Uji Linearitas


Sum of Df Mine F
KENAKALAN squares square
*KELEKATAN
Deviation 880.106 32 .681
from 27.503
Linearity .850

Berdasarkan Tabel 4.24 diatas, hasil uji linearitas yang telah


dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwa nilai Deviation from Linearity
pada variabel kelekatan dan Kenakalan Remaja sebesar 0,681. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa nilai Deviation from Linearity variabel
kelekatan dan kenakalan remaja lebih besar dari 0.5. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa variabel kelekatan dan kenakalan remaja adalah
linear

4) Analisis Univariat
a) Gambaran Responden Penelitian
Karakteristik responden dalam penelitian ini dibagi menjadi
tiga karakter, yaitu : berdasarkan jenis kelamin, usia, dan
pendidikan,. Deskripsi mengenai karakteristik responden
penelitian, peneliti jabarkan sebagai berikut :
b) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

49
dalam penelitian ini semuanya adalah laki-laki. Jumlah
responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada
tabel dibawah ini

Tabel 4. 20 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)


1. Laki-Laki 77 100%
Total 77 100%
Sumber Data Primer : SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa


sebanyak 77 orang responden ANDIKAPAS di LPKA
Kelas I Medan 100% berjenis kelamin laki-laki dikarenakan
semua ANDIKPAS yang berada didalam LPKA Kelas I
Medan berjenis kelamin laki-laki. Maka dari itu, kuisioner
yang peneliti ambil semuanya dari ANDIKPAS yang
berjenis kelamin laki-laki.

c) Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


Karakteristik responden berdasarkan usia dibagi
dalam tiga kategori yaitu usia 14 sampai tahun 15 tahun, 16
sampai 18 tahun dan diatas 18 tahun. Jumlah responden
berdasarkan usia dapat dilihat pada bel dibawah ini.
Tabel 4. 21 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No. Kategori Jumlah Persentase (%)


1. 14-15 Tahun 24 31.2%
2. 15-18 Tahun 51 66.2%
3. <18 Tahun 2 2.6%
Total 77 100%

Sumber Data Primer : SPSS

50
Tabel diatas menunjukkan hasil kuisioner yang peneliti
dapatkan dari 77 orang responden ANDIKPAS di LPKA Kelas I
Mdan berdasarkan usianya, yang berusia 14sampai 15 tahun N
=24 (31.2%), karenakan jumlah ANDIKPAS yang berusia 14
sampai 15 tahun berjumlah 24 orang dan sesuai dengan
karakteristik sampel dalam penelitian, andikpas yang berusia 15
sampai 18 tahun yang paling banyak yaitu N=51 (66.2%),karena
jumlah yang ANDIKPAS yang paling banyak pada usia ini,
diposisi paling sedikit berusia >18 tahun N=2 (2.6%),
ANDIKPAS dengan usia ini yang paling sedikit karena rata-
rata usia ANDIKPAS di LPKA Bengkulu diatas rentan 15
sampai 18 tahun.

d) Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dibagi
menjadi tiga kategori yaitu SD, SMP, dan SMA. Jumlah
responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.

Tabel 4. 22 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No. Kategori Jumlah Persentase (%)


1. SD 27 35.1%
2. SMP 40 51.9%
3. SMA 10 13.0%
Total 77 100%

Sumber Data Primer : SPSS

51
Tabel diatas menunjukan hasil kuisioner yang peneliti
dapatkan dari 77 orang responden ANDIKPAS di LPKA Kelas I
Medan berdasarkan pendidikannya. Pendidikan SMA paling sedikit
dalam penelitian ini N=10 (13.0%). Pendidikan SMP paling
banyak di penilitian ini N=40 (51.9%), sedangkan SD berada di
posisi kedua terbanyak N=27 (35.1%). Dilihat dari hasil persentase
tersebut, bahwa diketahui mayoritas pelaku kejahatan terbanyak di
LPKA Kelas I Medan dilakukan oleh anak yang duduk di bangku
SMP. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan dari ANDIKPAS di
LPKA Kelas I Medan yang mengisi kuisioner dari peneliti adalah
yang masih SMP.

5. Analisa Hipotesis
a) Hasil Uji Korelasi
Uji Korelasi Pearson bertujuan untuk mengetahui seberapa
erat hubungan antara variabel-variabel yang diujikan. Hubungan
antara variabel dapat terlihat dari besarnya nilai signifikansi (Sig.
yang kemudian disebut α). Jika nilai α lebih kecil dari 0,05 maka
Ho (hipotesis awal) ditolak dan Ha (hipotesis alternatif) diterima.
Keeratan hubungan antara variabel yang diujikan ditunjukkan
dengan nilai Pearson Correlation (r). Adapun kategori dalam
menguji skala kekuatan hubungan tersebut kemudian
diklasifikasikan menjadi lima bagian, antara lain :

0,00 – 0,2 = Sangat Lemah 0,61 – 0,8 = Kuat

0,21 – 0,4 = Lemah 0,81 – 1 = Sangat Kuat

0,41 – 0,6 = Cukup


Sumber Data Primer : (Sugiyono, 2012)

Nilai r dapat bersifat positif, maupun negatif. Nilai r positif


menunjukkan bahwa keeratan hubungan antar variabel berbanding

52
lurus, sedangkan nilai r negatif menunjukkan bahwa hubungan
antar variabel berbanding terbalik.

Dalam penelitian ini telah dirumuskan beberapa hipotesis


yang akan diujikan menyangkut hubungan antara variabel bebas
dan terikat. Adapun uji korelasi ini digunakan untuk melihat
seberapa besar variabel bebas mempengaruhi variabel terikatnya,
dengan hipotesis sebagai berikut :

Ho: Tidak terdapat pengaruh antara Kelekatan Andikpas


Dengan Orangtua Dan Teman terhadap Kenakalan Remaja di Lpka
Kelas I Medan.

Ha: Terdapat pengaruh antara Kelekatan Andikpas Dengan


Orangtua Dan Teman terhadap Kenakalan Remaja di Lpka Kelas I
Medan.

Tabel 4. 23 Uji Korelasi Kelekatan (Attechment) dengan Kenakalan Remaja


Kenakalan Kelekatan
Pearson Correlation 1 -0,274*
Kenakalan Sig. (2-tailed) 0,016
N 77 77
Pearson Correlation -0,274* 1
Kelekatan Sig. (2-tailed) 0,016
N 77 77
Sumber Data Primer : SPSS
Berdasarkan tabel 4.28 terlihat bahwa nilai pearson
correlation antara variable Kelekatan dengan Kenakaln Remaja
ANDIKPAS di LPKA Kelas I Medan yaitu -0,274. Hal ini
menunjukkan bahwa hubungan di antara keduanya bersifat lemah
serta kekuatan korelasinya kearah negatif.

53
b) Hasil Uji Regresi Sederhana
Uji Regresi bertujuan untuk melihat seberapa besar
pengaruh variabel bebas (Independent Variable) terhadap variabel
terikat (Dependent Variable). Rumus regresi linear sederhana :
(Sugiyono, 2019).

Y = a + bX

Keterangan :

Y = Subjek dalam Variabel Terikat (Dependent


Variable) yang diprediksikan
A = Harga Y bila X
B = Koefisien regresi, yang menunjukan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel terikat yang
didasarkan pada variabel bebas. Jika b (+) maka naik,
sebaliknya jika b (-) maka terjadi penurunan.
X = Subjek pada variabel bebas yang mempunyai nilai Tertentu

Tabel 4. 24 Uji Regresi Model Summary

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate

1 .274a .075 .063 6.923

a. Predictors: (Constant), KELEKATAN

Sumber Data Primer : SPSS


Berdasarkan nilai R pada tabel Model Summary tersebut,
dapat diketahui bahwa besarnya koefisien regresi antara Kelekatan
(Attachment) dan variabel Kenakalan Remaja adalah sebesar 0,274
yang berarti berpengaruh. Nilai R Square sebesar 0,075
menunjukkan bahwa variabel Kelekatan(Attachment) memberikan
kontribusi dalam mempengaruhi variabel Kenakalan Remaja

54
ANDIKPAS di LPKA Bengkulu sebesar 7,5% sedangkan sisanya
92,5% dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain.

Tabel 4. 30 Uji Regresi ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 291.288 1 291.288 6.077 0.016b

Residual 3594.842 75 47.931

Total 3886.130 76

Sumber Data Primer : SPSS

Tabel hasil uji Anova tersebut memperkuat


interpretasi bahwa hubungan antara variabel Kelekatan
(Attachment) dan variabel Kenakalan Remaja ANDIKPAS
di LPKA Kelas I Medan adalah signifikan. Hal ini dapat
terlihat dari nilai signifikansi sebesar 0,016 atau <0,05,
yang berarti hubungan tersebut sangat signifikan.
Tabel 4. 31 Uji Regresi Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Beta
Error
(Constant) 228.066 23.041 9.898 0.000
1 KELEKAT
-0.177 0.072 -0.274 -2.465 0.016
AN
a. Dependent Variable: KENAKALAN
Sumber Data Primer : SPSS
Berdasarkan hasil uji koefisien regresi tersebut dapat
dibentuk persamaan sebagai berikut:

y = a + bx

55
y = 174,966+ -0,020
Persamaan regresi :

Y = 228,066 + - 0,177

Keterangan :
Y = variabel terikat (Dependent Variabel) a: konstanta
b : koefisien regresi variabel Kelekatan

Koefisien-koefisien persamaan regresi linear sederhana


diatas dapat diartikan koefisien regresi untuk konstan sebesar
228,066 menunjukan bahwa jika variabel Kelekatan bernilai nol
atau tetap maka akan menurunkan Kenakalan Remaja sebesar
228,066 satuan atau sebesar 22806,6%.
Variabel Kelekatan orang tua dan teman -0,177
menunjukan bahwa jika variabel Kelekatan meningkat 1 satuan
maka akan menurunkan Kenakalan Remaja sebesar -0,177 satuan
atau sebesar - 0,0177%.

56
Pembahasan
Studi tentang dampak antara Kelekatan Andikpas Dengan
Orangtua Serta Teman pada Kenakalan Remaja yang dilakukan di
Lpka Kelas I Medan, bersumber pada hasil studi yang dilakukan
diperoleh suatu asumsi respoden tentang variabel indepen yang
diawasi yakni dampak kelekatan orangtua serta pula teman. Dalam
menarangkan gimana akibat kelekatan yang terjalin antara
ANDIKPAS, orangtua, serta juga teman kepada efek terbentuknya
terhadap kenakalan remaja, penulis memanfaatkan sebagian kajian
deskriptif yang menarangkan bagaimanahasil analisa serta asumsi
yang diperoleh oleh para responden mengenai variabel yang
diteliti.Pengaruh Kelekatan Keluarga merupakan lingkungan
pendidikan pertama bagi individu dan sebagai master pertama bagi
anak dalam menjalin hubungan dan memberikan kasih sayang yang
mendalam, baik secara positif maupun negatif. Sikap dan
kebiasaan orang tua yang diberikan dalam mendidik anak akan
membangun suatu ikatan emosional, yang disebut dengan
kelekatan. Kelekatan ini tidak muncul secara tiba- tiba, melainkan
berkembang dalam serangkaian fase dan bergerak dari preferensi
umum untuk hubungan anak dengan pengasuh utama, yang
kemudian disimpan dalam bentuk model kerja inward. Model kerja
inward merupakan model mental sederhana antara anak dengan
pengasuh utama (Santrock, 2011).
Pengaruh kelekatan tidak hanya berdampak pada masa
kanak-kanak atau remaja saja, melainkan hingga masa dewasa
bahkan hingga siap untuk menikah, kelekatan masih membawa
peranan penting. Kelekatan yang tidak aman (unreliable
connection) apabila terjadi bersamaan dengan kemandirian maka
akan menimbulkan perhatian yang berlebih pada kepentingan
sendiri, sedangkan apabila terjadi bersamaan dengan
ketergantungan maka akan menimbulkan isolasi yang penuh
dengan kecemasan (Monks, Knoers, and Hadinoto, 2014).

57
Kelekatan menjadikan remaja tidak melepaskan diri dari
ikatan keluarga ketika remaja belajar untuk mengembangkan
hubungan di luar keluarga. Sebagaimana pendapat Ainsworth
(dalam Lopez and Gover, 1993) bahwa kelekatan memberi
sumbangan terhadap perkembangan manusia sepanjang hidupnya
melalui dukungan emosional dan rasa kedekatan, dalam hal ini
adalah orangtua terhadap remaja. Jadi ketika remaja belajar untuk
menjalin hubungan dengan orang di luar keluarganya, dukungan
dari keluarga akan memampukan remaja untuk lebih percaya diri
dan terbuka terhadap orang lain (Rice and Dolgin, 2002). Ketika
remaja berusaha mengembangkan hubungan di luar keluarganya,
remaja juga mengembangkan kemandirian dirinya. Kemandirian
membuat remaja belajar mengenai keterhubungan di dalam
keluarga, melalui komunikasi antara remaja dengan orangtua serta
pantauan dari orangtua dalam membimbing perkembangan remaja
(Beyers et al., 2003).
Hasil analisis yang didapatkan dari penelitian ini
menunjukkan proporsi terbesar kategori kelekatan remaja dengan
ibu, ayah, maupun teman sebaya berada pada kelekatan tidak
aman. Kategori kelekatan tidak aman yang memiliki proporsi
withering besar berada pada figur ayah. Teman sebaya memiliki
proporsi terbesar pada kategori kelekatan aman dibandingkan
dengan figur ibu dan ayah.
Hasil penelitian menemukan bahwa sebagian besar remaja
memiliki kelekatan yang tidak aman dengan ibu, ayah, maupun
teman sebayanya. Pada kategori kelekatan aman, figur teman
sebaya memiliki proporsi nilai paling besar diantara figur lainnya
hal ini dapat dilihat dari nilai cronbach alpha dari kelekatan
terhadap teman mendapat nilai paling tionggi yaitu 0,880 dan yang
menjadi nilai terbesar kedua adalah 0,863 dan yang mendapatkan
skor paling kecil adalah kelekatan terhadap ibu yaitu 0.791. dari

58
hasil tersebut dapat dikatakan bahwa anak memiliki kelekatan yang
paling tinggi kepada teman sebayanya dari pada ayah dan ibu, hal
itu dikarenakan anak lebih menganggap bahwa teman sebayanya
lebih bisa mengerti keadaan dan perasaan yang dialaminya karena
memiliki kedekatan secara emosial dengan sering bermain bersama
dan memiliki umur yang relative tidak jauh berbeda. Kelekatan
dengan skor rendah adalah kelekatan remaja dengan ibu. Kelekatan
yang tidak aman menunjukkan bahwa remaja dalam penelitian
inibelum mendapatkan kepercayaan pada masing-masing figur
lekat untuk dapat memahami dengan tepat kebutuhannya dan
memberikan dukungan ketika dibutuhkan. Hasil yang sama
ditemukan pada penelitian tentang kelekatan yang dilakukan selain
di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA), seperti pada
Penelitian Choon, Hasbullah, Ahmad, and Ling (2013) tentang
parental connection, peer connection, and misconduct among
young people in Selangor, Malaysia menunjukkan hasil yaitu
terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kedekatan orang
tua dengan kenakalan remaja, artinya semakin tinggi kedekatan
orang tua dengan anak maka semakin rendah tingkat kenakalan
remaja.
Berdasarkan nilai pearson correlation antara variable
Kelekatan dengan Kenakaln Remaja ANDIKPAS di LPKA Kelas I
Medan yaitu 0,274. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan di
antara keduanya bersifat lemah serta kekuatan korelasinya kearah
negatif. Sesuai dengan penelitian terdahulu Wihelmina Fitriani
&Dwi Hastuti (2016) Pengaruh Kelekatan Remaja Dengan Ibu,
Ayah, Dan Temah Sebaya Terhadap Kenakalan Remaja Di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) kelas II Bandung.
Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, Volume 9, Nomor 3 Hasil
penelitian memperlih atkan proporsi tertinggi kelekatan remaja
dengan ibu, ayah, dan teman sebaya berada pada kategori kelekatan
tidak aman. Hasil analisis regresi menunjukkan kelekatan remaja

59
dengan ayah, ibu dan teman sangat berdampak negatif dengan
kenakalan remaja. Hal ini menyampaikan kelekatan remaja yang
tidak aman dengan ayah, ibu dan teman akan membuat perilaku
nakal pada remaja mengalami peningkatan. Berdasarkan nilai R
pada tabel Model Summary tersebut, dapat diketahui bahwa
besarnya koefisien regresi antara Kelekatan (Attachment) dan
variabel Kenakalan Remaja adalah sebesar 0,274 yang berarti
berpengaruh lemah. Nilai R Square sebesar 0,075 menunjukkan
bahwa variabel Kelekatan (Attachment) memberikan kontribusi
dalam mempengaruhi variabel Kenakalan Remaja ANDIKPAS di
LPKA Kelas I Medan. Tabel hasil uji Anova tersebut memperkuat
interpretasi bahwa hubungan antara variabel Kelekatan
(Attachment) dan variabel Kenakalan Remaja ANDIKPAS di
LPKA Kelas I Medan adalah signifikan. Hal ini dapat terlihat dari
nilai signifikansi sebesar 0,016 atau <0,05, yang berarti hubungan
tersebut sangat signifikan. Maka dari hasil analisa hipotesis yang
dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Kelekatan
(attachment) berlawanan dengan kenakalan remaja sehingga hasil
penelitian ini negatif dan kelakatan (attachment) memiliki nilai
yang berlawanan dengan kenakalan remaja, dimana apabila
kelekatan semakin tinggi maka kenakalan remaja akan semakin
rendah dan sebaliknya.
Berdasarkan hasil tanggapan responden mengenai 25
pertanyaan dari andikpas diperoleh nilai yaitu nilai tersebut masuk
kedalam ketegorisasi sedang. Artinya hasil ini menunjukan bahwa
kelekatan ANDIKPAS di LPKA Medan terhadap Kenakalan
Remaja memberikan respon yang negatif yaitu ANDIKPAS akan
melakukan kenakalan remaja apabila kelekatan orang tua dan
teman mengecil.
Secara keseluruhan berdasarkan penjelasan dari tiap item
variabel dukungan kelekatan orang tua dengan andikpas,
menunjukan bahwa kelekatan ANDIKPAS terhadap orang tua

60
memiliki pengaruh yang negative dimana apabila angka kelekatan
meningkat maka kenakalan remaja akan semakin menurun. Namun
nilai negatif yang ditunjukkan dari hasil penelitian diatas didukung
dengan nilai signifikansi sebesar 0,016 atau <0,05 sehingga
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kelekatan ANDIKPAS
terhadap tingkat kenakalan remaja yang terjadi di LPKA Kelas I
Medan.
Jika dilihat dari nilai kelekatan masing masing dimensi,
Pengaruh sebaya terbukti memberikan dampak terbesar terhadap
perilaku remaja. Hal ini seharusnya menjadi poin penting bagi
sekolah untuk mengembangkan program remaja yang positif,
sehingga remaja akan mempengaruhi sebayanya dengan kegiatan
positif. Perlu adanya keterlibatan sekolah karena remaja banyak
menghabiskan waktu di sekolah. Program yang melibatkan remaja
memberikan banyak keuntungan, dimana remaja akan lebih
nyambung bila berkomunikasi dengan sesamanya. Untuk itu, perlu
dikembangkan program remaja untuk mencegah kenakalan remaja
yang berbasis sekolah dan berbentuk peer instructor. Sekolah
NKRI yang terdapat di dalam LPKA Kelas I Medan yang menjadi
tempat andikpas melanjutkan sekolah formal diharapkan mampu
memberikan bimbingan atau menjadi media dalam memperbaiki
hubungan baik antar andikpas sehingga hal itu dapat memunculkan
pikiran dan sikap positif dari setiap andikpas.
Berdasarkan dari hasil uji uni variat yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa responden berdasarkan usia 15 sanpai 18
tahun mendapatkan hasil terbanyak yaitu berjumlah 51 orang atau
66,2%. Dan berdasarkan karakteristik responden berdasarkan
pendidikan, jumlah terbanyak berada di pendidikan SMP yaitu
sebesar 40 responden atau 51,9%. Hal ini menunjukkan bahwa
anak yang berusia 15 sampai 18 tahun dan duduk di bangku SMP
adalah anak yang lebih rentan terkena atau terpengaruh untuk
melakukan tindak pidana ataupun tindak penyimpangan di

61
lingkungan masyarakat. Hal itu dikarenakan pada usia tersebut
anak mengalami masa puber untuk pertama kali dalam hidupnya
yang menyebabkan mudahnya terpengaruh akan hal-hal baru dan
terlebih lagi berada di lingkungan sekolah yang dapat
mempengaruhi anak ke arah yang menyimpang. Maka dari itu
tindakan dalam memperlkaukan anak yang berusia 15 sampai 18
tahun atau yagn duduk di bangku SMP harus lebih diperhatikan
terlebih bagi orangtua dan guru di sekolah, karena anak
menghabiskan lebih banyak waktunya di dua aspek tersebut
terlebih di sekolah. Guru harus berkerja ekstra dalam memberikan
pembelajaran kepada anak agar nantinya tidak terjadi perilaku yang
menyimpang dari anak karena kurangnya perhatian dari pigak guru
ataupun sekolah.
Secara keseluruhan menunjukkan bahwa kualitas relasi
yang terjalin antara orang tua dan remaja memiliki peran terhadap
kemunculan perilaku nakal remaja. Masing-masing aspek dalam
relasi orang tua-anak memiliki keterkaitan dengan kenakalan
remaja, dan juga terdapat keterkaitan antar masing-masing aspek
dari relasi orang tua-anak. Hal itu dipertegas dengan hasil
Penelitian Choon, Hasbullah, Ahmad, and Ling (2013) tentang
parental connection, peer connection, and misconduct among
teenagers in Selangor, Malaysia menunjukkan hasil yaitu terdapat
hubungan negatif yang signifikan antara kedekatan orang tua
dengan kenakalan remaja, artinya semakin tinggi kedekatan orang
tua dengan anak maka semakin rendah tingkat kenakalan remaja.
Perbedaan penelitian terletak pada teknik analisis yang digunakan,
penelitian ini menggunakan pola asuh demokratis Selanjutnya
penelitian menggunakan analisis uji korelasiproduct second
pearson sedangkan peneliti menggunakan teknik analisis regresi
linier berganda. Komunikasi yang terjalin baik dan terbuka antara
orang tua dan anak, memudahkan orang tua memperoleh informasi
tentang keberadaan dan aktivitas anaknya. Pengetahuan yang

62
dimiliki orang tua tentang lingkungan pertemanan, keberadaan, dan
aktivitas anak, dapat menerapkan kontrol perilaku dan pemantauan
yang lebih efektif dan tidak terkesan mengekang terhadap anaknya.
Orang tua yang memantau kondisi anaknya dengan baik
akan lebih mampu merespon kebutuhan anak dengan baik,
termasuk memberikan dukungan terhadap anaknya, hingga
melakukan kegiatan bersama dalam situasi tertentu sebagai bentuk
keterlibatan orang tua. Adanya dukungan dan keterlibatan orang
tua yang dirasakan anaknya, dapat menimbulkan rasa
keterhubungan dan kedekatan mereka dengan orang tuanya.
Kedekatan yang terjalin antara orang tua dan anaknya dapat
mendorong kesediaan anak untuk berkomunikasi dengan orang
tuanya. Banyaknya aspek dalam relasi orang tua dan anak yang
menunjukkan kondisi kurang baik, dapat mengindikasikan
kemungkinan anak terlibat dalam kenakalan lebih tinggi.
Sehingga hasil yang didapat dari pembahasan ini
menunjukan bahwa Kelekatan ANDIKPAS berpengaruh terhadap
Kenakalan yang dilakukan ANDIKPAS di LPKA Medan dilihat
dari penelitian terdahulu dan diperkuat dengan melihat hasil dari
uji-uji yang telah dilakukan oleh peneliti. Hal ini menunjukan
bahwa untuk menekan angka kenakalan remaja pada ANDIKPAS
maka dibutuhkan Kelekatan dari ANDIKPAS. Karena semakin
tinggi Kelekatan yang diberikan maka semakin menurun tingkat
kenakalan ANDIKPAS di LPKA Kelas I Medan.

63
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat diambil kesimpualan bahwa Dapat dilihat dari
uji-uji yang telah dilakukan oleh peneliti, Kelekatan
(Attechment) ANDIKPAS di LPKA KELAS I MEDAN
berperngaruh terhadap Kenakalan Remaja ANDIKPAS di LPKA
KELAS I MEDAN. itu terlihat dari hasil uji korelasi dan regresi
yang dilakukan peneliti yang mendapatkan hasil negatif sebesar
0,274 dan nilai signifikansi sebesar 0,16. Dimana hasil negative
ini memiliki arti yaitu jika variabel x mengalami peningkatan
maka variabel y mengalami penurunan, dan sebaliknya jika
variabel x mengalami penurunan maka variabel y mengalami
peningkatan atau dapat dikatan Semakin tinggi kelekatan anak
terhadap orangtua dan teman maka akan semakin kecil kenakalan
yang dilakukan oleh anak. Dan nilai signifikansi membuktikan
bahwa variabel kelekatan (Attachment) dan kenakalan remaja
adalah signifikan atau berpengaruh.
Hasil itu diperkuat dengan dilakukankan uji lainnya
terhadap variabel kelekatan seperti hasil uji reliabel setiap
dimensi variabel yaitu kelekatan terhadap ayah, ibu, dan teman
sebaya yang mendapatkan hasil sebesar 0,880 untuk kelekatan
terhadap teman, 0,863 untuk kelekatan terhadap ayah, dan 0,791
untuk kelekatan terhadap ibu. Selain uji reliabilitas, peneliti juga
melakukan uji normalitas dan mendapatkan hasil sebesar : 0.194
untuk keletan terhadap ayah, 0.154 untuk kelekatan terhadap ibu,
dan 0.117 untuk kelekatan terhadap teman.
Hasil nilai uji yang dilakukan peneliti terhadap variabel
kenakalan remaja di setiap dimensi yaitu : hasil uji reliabilitas
yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwa nilai

64
Cronbach’s alpha pada variabel kenakalan remaja dengan
pertanyaan berdasarkan perilaku yang melangar hukum senilai
0.728. hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan oleh peneliti
diperoleh bahwa nilai Cronbach’s alpha pada variabel kenakalan
remaja dengan pertanyaan berdasarkan perilaku yang
menimbulkan korban fisik senilai 0.732. hasil uji reliabilitas
yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwa nilai
Cronbach’s alpha pada variabel kenakalan remaja dengan
pertanyaan berdasarkan perilaku yang menimbulkan korban
materi senilai 0.721. hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan
oleh peneliti diperoleh bahwa nilai Cronbach’s alpha pada
variabel kenakalan remaja dengan pertanyaan berdasarkan
perilaku yang membahayakan orang lain senilai 0.851. hasil itu
menyatakan bahwa variabel kenakalan remaja dinyatakan
reliable karena mendapatkan hasil Cronbach’s alpha >0.07. hal
itu juga di pertegas dengan hasil uji normalitas yang dilakukan
peneliti dengan hasil sebagai berikut : nilai signifikansi pada
variabel Kenakalan Remaja Berdasarkan Perilaku yang
Membahayakan Orang Lain 0.084, variabel Kenakalan Remaja
Berdasarkan Perilaku yang Membahayakan Orang Lain 0.114,
variabel Kenakalan Remaja Berdasarkan Perilaku yang
Membahayakan Orang Lain 0.148, variabel Kenakalan Remaja
Berdasarkan Perilaku yang Melanggar Hukum 0.129, hasil yang
diperoleh dari uji normalitas terhadap dimensi variabel kenakalan
remaja dinyatakan normal karena >0.7.
Secara keseluruhan bahwa penelitian yang dilakukan
oleh peneliti dengan judul “Pengaruh Kelekatan Andikpas
Dengan Orangtua Dan Teman Terhadap Kenakalan Remaja Di
LPKA Kleas I Medan Tahun 2021” mendapatkan hassil bahwa
Kelekatan (Attechment) ANDIKPAS di LPKA KELAS I
MEDAN berperngaruh terhadap Kenakalan Remaja andikpas di
LPKA KELAS I MEDAN dan berkorelasi negative.

65
B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti dari hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk andikpas di LPKA KELAS I MEDAN Diharapkan
untuk andikpas di LPKA KELAS I MEDAN untuk :
a. Meningkatkan hubungan yang baik atau positif
kepada ayah, ibu maupun teman baik di lingkungan
rumah ataupun selama menjalani masa pidana di
LPKA,
b. Memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang positif
dan sebisa mungkin menyadari kesalahan dan tidak
mengulangi perbuatn melanggar hukum yang
membahayakan orang lain ataupun membahayakan
diri sendiri.

2. Untuk Keluarga dan lingkunagn sekolah Andikpas di LPKA


Medan
a. Keluarga harus mampu membangun hubungan
atau kelekatan yang positif dengan anak selama
menjalani masa pidana di LPKA KELAS I
MEDAN
b. Keluarga diharapkan lebih meningkatkan
kepeduliannya terhadap andikpas di LPKA
KELAS I MEDAN salah satu contohnya dengan
melakukan kunjungan atau memberikan makanan
dan perlengkapan yang dibutuhkan andikpas
Walaupun dalam kondisi pandem Covid-19 bukan
berarti keluarga melonggarkan hubungannya
dengan anak, keluarga tetap dapat menjaga
hubungan yang baik dengan anak dengan
melakukan kunjungan online melalui video call
yang sudah disediakan oleh pihak LPKA ataupun

66
mengirimkan makanan dengan tetap menjaga
protocol kesehatan yang berlaku
c. Pihak sekolah NKRI diharapkan mampu menjadi
media atau instruktur bagi anak dalam menjalin
hubungan yang positif dengan teman sebaya
dengan cara melakukan kegiatan positif bersama
sama seperti rekreasi, belajar bersama, melakukan
permainan yang mengasah kerjasama tim dan
kegiatan sejenis lainnya.

3. Untuk Pihak UPT LPKA KELAS I MEDAN


Pihak LPKA KELAS I MEDAN diharapkan
a. Selalu bersedia membantu menjembatani andikpas
dengan keluarganya dengan menyediakan fasilitas
yang dibutuhkan seperti hp untuk kegiatan vidio
call, ruang kelas, meja dan kursi untuk kegiatan
sekolah NKRI, fasilitas olahraga dan fasilitas
lainnya yang dapat mrnunjang kegiatan positif bagi
andikpas. Selalu memberikan pendampingan secara
maksimal dan dapat menggantikan peran keluarga
bagi andikpas selama menjalani masa pidana di
LPKA KELAS I MEDAN
b. Meningkatkan kepedulian kepada andikpas
terutama dalam mengatasi pemenuhan berkas
melanjutkan sekolah NKRI di dalam LPKA
KELAS I MEDAN
c. Sosialisasi terkait kunjungan Online, pemberian
makanan, penitipan barang dan hak-hak lain yang
harus andikpas dapatkan kepada keluarga dari
andikpas di LPKA KELAS I MEDAN terkait
peraturan baru yang ditetapkan selama masa
pandemik COVID-19

67
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., & Asrori, M. (2012). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta


Didik. PT Bumi Aksara.

Armsden, G. C., McCauley, E., Greenberg, M. T., Burke, P. M., & M., &
R., J. (1990). Parent and peer attachment in early adolescent
depression. Ournal of Abnormal Child Psychology.

Armsden, G., & Greenberg, M. . (2009). Inventory of Parent and Peer


Attachment (IPPA). College of Health and Human Development.
http://www.prevention.psu.edu/media/Downloads/IPPA-Manual-
May- 2017.pdf

Armsden, Gay C., & Greenberg, M. T. (1987). The inventory of parent


and peerattachment: Individual differences and their relationship to
psychological well-being in adolescence. Journal of Youth and
Adolescence, 16(5), 427– 454. https://doi.org/10.1007/BF02202939

BKKBN. (2010). Pendewasaan Usia Perkawinan dan Hak-hak


Reproduksi bagiRemaja Indonesia.

BKKBN. (2017). Pentingnya Pendidikan Kependudukan Bagi Penduduk


Usia Muda Dalam Kerangka Pembangunan Karakter Bangsa.
https://keluargaindonesia.id/kabar/pentingnya-pendidikan-
kependudukan-bagi-penduduk-usia-muda-dalam-kerangka-
pembangunan-karakter-bangsa

BNN. (2014). Laporan akhir survei nasional perkembangan


penyalahgunaannarkoba tahun anggaran 2014.

BPS. (2021). Indonesia 2021 Deskripsi Manfaat Interpretasi Frekuensi


update Ukuran Jumlah Penduduk Sensus Penduduk 2021 Sebagai
dasar perencanaan pembangunan di berbagai bidang Semakin tinggi
angka semakin banyak jumlah penduduk Sepuluh tahunan Jumlah

68
Jiwa Organisasi. Umur, Klasifikasi Kelompok, 59–60.

Carroll, A., Durkin, K., Houghton, S., & Hattie, J. (1996). An adaptation of
Mak’s self-reported delinquency scale for Western Australian
adolescents.

Australian Journal of Psychology, 48(1), 1–7.


https://doi.org/10.1080/00049539608259498

Dawsona, A. E., Allenb, J. P., Hafenb, E. G. M. C. A., Megan, & Schad,


M. (2014). Adolescent insecure attachment as a predictor of
maladaptive coping and externalizing behaviors in emerging
adulthood. NIH PUBLIC ACESS, 16(5), 462–478.
https://doi.org/10.1080/14616734.2014.934848.Adolescent

Eko April Ariyanto. (2015). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap


Tingkat Stress pada Remaja di Lapas Anak Blitar. Jurnal Psikologi
Indonesia, 4(1), 10–21.

Eleanora, F. N., & Masri, E. (2018). Pembinaan Khusus Anak Menurut


Sistem Peradilan Pidana Anak. Jurnal Kajian Ilmiah Universitas
Bhayangkara Jakarta Raya, 18(3), 215–230.

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariaete Dengan Program


IBM SPSS 23 (8th ed.). Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Goldberg, & Susan. (2000). Attachment and development. New York:


OxfordUniversity Press, c2000.

Gultom, M. (2008). Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam


SistemPeradilan Pidana Anak.

Hardiyanto, S., & Romadhona, E. S. (2018). Remaja dan Perilaku


Menyimpang ( Studi Kasus Remaja di Kota Padangsidimpuan ).
Jurnal Interaksi, 2(perilaku menyimpang), 23–32.
https://doi.org/https://doi.org/10.30596/interaksi.v2i1.1785

Hastuti, D. (2015). Pengasuhan: teori, prinsip, dan aplikasinya di


69
Indonesia. IPBPress.

Hoeve, M., & Stams, G. J. J. M. (2012). A Meta-analysis of Attachment to


Parents and Delinquency. 771–785. https://doi.org/10.1007/s10802-
011-9608-1

J., B. (1982). Attachment and Lost (Second Edi). Basic Booka.

Jamaluddin, A. N. (2016). Dasar-dasar Patologi Sosial. CV. Pustaka Setia.


Jannah, H. (2012). Perilaku Moral Pada Anak Usia Di Kecamatan
Ampek. Bentuk

Pola Asuh Orang Tua Dalam Menanamkan Perilaku Moral Pada Anak Usia
Di Kecamatan Ampek Angkek, 1, 257–258.

KPAI. (2016a). Rincian Data ABH Per Bulan. Bank Data Perlindungan
Anak. https://bankdata.kpai.go.id/tabulasi-data/data-kasus-per-
bulan/rincian-data-abh-per-bulan-2015

KPAI. (2016b). Status Pelaporan Klasifikasi Narapidana Anak Per-UPT


Pada Kanwil. Bank Data Perlindungan Anak.
https://bankdata.kpai.go.id/tabulasi- data/data-narapidana-anak/status-
pelaporan-klasifikasi-narapidana-anak-per- upt-pada-kanwil-2016

Maharis, A. (2015). Pembinaan anak didik pemasyarakatan di


lembagapemasyarakatan anak kutoarjo skripsi.

Mc Cartney, K., & Dearing, E. (2002). Child Development. Mc Millan


RefferenceUSA.

Monks, Knoer, & Haditono. (2019). Psikologi Perkembangan: Pengantar


dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.

Nashriana. (2012). Perlindungan Hukum Pidana bagi Anak di Indonesia.

Rajawali Pers.

Overbeek, G., Wilma Vollebergh, R., Engels, & Meeus, W. (2005).

70
Juvenile delinquency as acting out: Emotional disturbance
mediating the effects of parental attachment and life events.
European Journal of Developmental Psychology, 2(1).

Pechorro, P., Vieira, R., Marôco, J., Barroso, R., & Gonçalves, R. A.
(2015). Adaptação de uma versão portuguesa da Escala de
Delinquência Auto- Relatada Adaptada para adolescentes Adaptação
de uma versão portuguesa da Escala de Delinquência Auto- Relatada
Adaptada para adolescentes.

June. https://doi.org/10.17575/rpsicol.v29i1.549 Sarwono S.W. (2010).


Psikologi Remaja. Rajawali Pers. SDP. (2021). System Database
Pemasyarakatan.

http://sdp.ditjenpas.go.id/sdp_website/

Soetikno, N., S., P. T. S., & Irena, F. (2019). Faktor Risiko Pemunculan
Agresi Dan Pelanggaran Moral Pada Remaja Di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak. Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia, 2(2), 109–116.

Sudarsono. (2012). Kenakalan Remaja: Prevensi, Rehabilitasi,


Resosialisasi. PT.Rineka Cipta.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Manajemen (Setiyawami (ed.); 6th


ed.).ALFABETA.

Sujarweni, V. W. (2019). Metodologi Penelitian Bisnis Dan Ekonomi


PendekatanKuantitatif. PUSTAKABARUPRESS.

SUMARA, D. S., HUMAEDI, S., & SANTOSO, M. B. (2017). KENAKALAN


REMAJA DAN PENANGANANNYA. Prosiding Penelitian Dan
Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2).
https://doi.org/10.24198/jppm.v4i2.14393

Suryani & Hendryadi. (2015a). Metode Riset Kuantitatif : Teori Dan


Aplikasi Pada Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam
(Pertama).

71
KENCANA.

Suryani & Hendryadi. (2015b). Metode Riset Kuantitatif : Teori Dan


AplikasiPada Penelitian Bidang Manajemen Dan Ekonomi Islam.
KENCANA.

Undang-undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Willis, S. S.


(2017). Remaja & Masalahnya (Cet. Ke-6). Alfabeta.

Yuliyanto. (2021). Pembinaan Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum


di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandung
(Correctional for Children in Conflict with the Law in at the Class
II Children Correctional Institution in Bandung). Jurnal Penelitian
Hukum DE JURE, 20(1), 103–116.

72
Lampiran 1
No.

Kuisioner

Kelekatan Orangtua Dan Teman (Attachment) Dan Kenakalan Remaja

Dengan ini saya Hendrik A. Tinambunan, Taruna Politeknik Ilmu


Pemasyarakatan Program Studi Bimbingan Kemasyarakatan bermaksud untuk
melaksanakan penelitian dalam rangka menyelesaikan Tugas Akhir (Skripsi) yang
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan
Pemasyarakatan (S.Tr.Pas), maka saya mengharapkan kesediaan saudara kiranya
berkenan untuk mengisi kuisioner ini dengan sebenar-benarnya sebagai data yang
akan digunakan dalam penelitian.

Partisipasi dalam penelitian ini bersifat sukarela. Peneliti menjamin


kerahasiaan identitas pribadi dan semua informasi yang akan Saudara berikan
serta akan menggunakan data tersebut hanya untuk kepentingan penelitian.
Peneliti sangat menghargai bantuan Saudara untuk menjaga kerahasiaan karena
calon responden tidak boleh memiliki asumsi tertentu sebelum mengikuti
penelitian. Jika bersedia, Saudara dipersilahkan untuk menandatangani formulir
persetujuan.

Atas perhatian dan perkenaan saudara saya ucapkan terimakasih.

Hormat Saya,

Hendrik A. Tinambunan

Stb. 3388

73
A. Pernyataan Kesediaan Berpartisipasi Dalam Penelitian

Saya memahami semua informasi tersebut dan dengan ini menyatakan


bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian.

Medan, 2021

(……………………..)
Responden

B. Identitas Responden
1. Nama (INISIAL) : ………………………………………………
2. Usia : ………………………………………………
3. Perkara/Kasus : ………………………………………………
4. Masa Hukuman : ………………………………………………
5. Pendidikan : a. SD b. SMP c. SMA

C. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah setiap pertanyaan dengan baik dan teliti
2. Isilah dengan jujur dan benar
3. Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dengan memberi tanda silang
(X) dari setiap pernyataan yang dianggap paling tepat sesuai dengan
keadaan, perasaan dan pikiran saudara dengan menggunakan skala
sebagai berikut :
Kuesioner Kelekatan Kuesioner Kenakalan
Remaja

1= Tidak Pernah 1= Tidak Pernah


2= Jarang 2= Jarang
3=Terkadang 3=Terkadang
4= Sering 4= Sering
5= Selalu 5= Selalu

74
Contoh :
No. Pernyataan TP J T SR S
1 Saya senang bermain X

☺ “SELAMAT MENGERJAKAN” ☺
Kuesioner Kelekatan Orangtua Dan Teman (Attachment)

Bagian I

Beberapa dari pernyataan berikut menanyakan tentang perasaan Anda tentang ibu
Anda atau orang yang telah bertindak sebagai ibu Anda. Jika ada lebih dari satu
orang yang bertindak sebagai ibu Anda (mis. Ibu kandung dan ibu tiri) jawablah
pertanyaan untuk orang yang menurut Anda paling memengaruhi Anda.

Harap baca setiap pernyataan dan lingkari nomor SATU yang menunjukkan seberapa
benar pernyataan itu bagi Anda
sekarang.

No. Pernyataan TP J T SR S
1. Ibuku menghargai perasaanku.

2. Saya merasa ibu saya melakukan hal yang baik


pekerjaan sebagai ibu saya
3. Saya berharap saya memiliki ibu yang berbeda
4. Ibu saya menerima saya apa adanya

5. Saya suka mengerti maksud ibu saya


melihat hal-hal yang saya khawatirkan

6. Saya merasa tidak ada gunanya membiarkan perasaan saya


tunjukkan di sekitar ibuku

75
7. Ibuku tahu kalau aku
kesal tentang sesuatu

8. Membicarakan masalah saya dengan ibu saya


membuatku merasa malu atau bodoh

9. . Ibuku berharap terlalu banyak dariku


10. Saya mudah marah saat berada di dekat ibu saya.

11. Saya lebih sering marah daripada saya


ibu tahu tentang

12. Saat kita membicarakan sesuatu, ibuku


peduli dengan sudut pandang saya
13. Ibuku mempercayai penilaianku

14. . Ibuku punya masalahnya sendiri,


jadi aku tidak mengganggunya dengan milikku
15. Ibu saya membantu saya
memahami diri saya lebih baik
16. Saya memberitahu ibu saya tentang saya
masalah dan masalah
17. . Saya merasa marah dengan ibu saya.
18. Saya tidak mendapatkan banyak perhatian dari ibu saya.
19. . Ibu saya membantu saya berbicara
tentang kesulitan saya.
20. Ibuku mengerti aku.
21. Ketika saya marah tentang sesuatu,
ibuku mencoba untuk mengerti
22. Saya percaya ibu saya.
23. . Ibuku tidak mengerti
apa yang saya alami hari ini.
24. Saya dapat mengandalkan ibu saya saat saya membutuhkannya
untuk mengeluarkan sesuatu dari dadaku

25. Jika ibuku mengetahui sesuatu


mengganggu saya, dia bertanya kepada saya tentang hal itu.

76
Bagian II

Bagian ini menanyakan tentang perasaan Anda tentang ayah Anda, atau pria yang
telah bertindak sebagai ayah Anda. Jika Anda memiliki lebih dari satu orang yang
bertindak sebagai ayah Anda (misalnya ayah tiri dan alami), jawablah pertanyaan
untuk orang yang menurut Anda paling memengaruhi Anda.

No. Pernyataan TP J T SR S
1. Ayah menghormati perasaan saya.

2. Saya merasa ayah saya melakukan hal yang baik


pekerjaan sebagai ayah saya.
3. Saya berharap saya memiliki ayah yang berbeda
4. Ayah saya menerima saya apa adanya

5. Saya suka mendapatkan sudut pandang ayah saya

6. Saya merasa tidak ada gunanya membiarkan saya

7. . Ayah saya bisa tahu kapan saya


kesal tentang sesuatu

8. Membicarakan masalah saya dengan saya


ayah membuatku merasa malu atau bodoh

9. . Ayah saya berharap terlalu banyak dari saya


10. Saya mudah marah saat berada di sekitar ayah saya.

11. Saya lebih marah daripada ayah saya


tahu tentang

12. Saat kita membahas banyak hal, ayahku


peduli dengan sudut pandang saya

77
13. Ayah saya mempercayai penilaian saya

14. . Ayah saya punya masalah sendiri,


jadi aku tidak mengganggunya dengan milikku
15. Ayah saya membantu saya untuk mengerti
diriku lebih baik
16. Saya memberi tahu ayah saya tentang masalah saya
17. Saya merasa marah dengan ayah saya
18. Saya tidak mendapatkan banyak perhatian dari
ayahku.
19. Ayah saya membantu saya untuk membicarakan
kesulitan saya

20. Ayah saya mengerti saya


21. Ketika saya marah tentang sesuatu, saya
ayah mencoba untuk mengerti
22. Saya percaya ayah saya.
23. Ayah saya tidak mengerti apa
Saya akan melalui hari-hari ini.
24. Saya dapat mengandalkan ayah saya saat saya
membutuhkannya
untuk mengeluarkan sesuatu dari dadaku.
25. Jika ayah saya tahu ada sesuatu yang mengganggu
aku, dia bertanya padaku tentang itu

78
Bagian III

Bagian ini menanyakan perasaan Anda tentang hubungan Anda dengan teman dekat.
Silakan baca setiap pernyataan dan lingkari nomor SATU yang menunjukkan
seberapa benar pernyataan itu untuk Anda sekarang.

No. Pernyataan TP J T SR S
1. Saya suka memahami sudut pandang teman-teman saya
tentang hal-hal yang saya khawatirkan

2. Teman-temanku tahu kalau aku


kesal tentang sesuatu
3. Saat kita membahas banyak hal, teman-teman
peduli dengan sudut pandang saya.
4. Membicarakan masalah saya dengan teman-teman
membuatku merasa malu atau bodoh.

5. Saya berharap saya memiliki teman yang berbeda.

6. Teman-teman saya mengerti saya.

7. Teman-teman saya mendorong saya untuk membicarakannya


kesulitan saya.

8. Teman-teman saya menerima saya apa adanya

9. . Saya merasa perlu untuk dihubungi


teman-teman saya lebih sering
10. Teman-temanku tidak mengerti apa
Saya akan melalui hari-hari ini.

11. . Saya merasa sendirian atau terpisah saat saya berada


dengan teman-temanku.

12. Teman-teman saya mendengarkan apa yang saya katakan.

79
13. Saya merasa teman saya adalah teman baik

14. Teman-teman saya cukup mudah diajak bicar

15. Ketika saya marah tentang sesuatu,


teman-teman saya mencoba untuk mengerti
16. Teman-teman membantu saya untuk mengerti diriku lebih baik.
17. Teman-teman saya peduli dengan perasaan saya.

18. Saya merasa marah dengan teman-teman saya


19. Saya dapat mengandalkan teman-teman saya saat saya
membutuhkannya
untuk mengeluarkan sesuatu dari dadaku.
20. Saya mempercayai teman-teman saya.
21. Teman-teman saya menghargai perasaan saya
22. Saya lebih sering marah daripada saya
teman tahu tentang
23. Sepertinya teman-teman saya
kesal dengan saya tanpa alasan
24. Saya dapat memberitahu teman-teman saya tentang saya
masalah dan masalah.
25. Jika teman-teman saya mengetahui sesuatu
mengganggu saya, mereka bertanya kepada saya tentang hal itu

80
Kuesioner kenakalan remaja Adapted Self Report Delinquency (ASRDS).

 Pertanyaan berdasarkan perilaku yang melanggar hukum

No. Pernyataan TP J T SR S
1. Apakah Anda mencuri lebih dari >175.000?

2. Apakah Anda membobol rumah dengan tujuan mencuri?


3. Apakah Anda mencuri kurang dari >175.000?

4. Apakah Anda mencuri barang orang lain (contoh: ponsel)?

5. Apakah Anda mencuri barang dari toko?

6. Apakah Anda mencuri mobil atau sepeda motor?

7. Apakah Anda mengendarai mobil atau sepeda motor curian?

8. Apakah Anda merokok ganja ("ganza") atau mariyuana ("herba")?

9. Apakah Anda menggunakan obat-obatan keras (contoh: ekstasi, kokai


atau heroin)?
10. Apakah Anda menjual narkoba kepada orang lain?

11. Apakah Anda berpartisipasi dalam perampokan menggunakan


kekerasan atau senjata?

12. Apakah Anda menggunakan kekerasan untuk mendapatkan sesuatu da


orang lain (contoh: uang)?

81
 Perilaku yang membahayakan orang lain
No. Pernyataan TP J T SR S
1. Apakah Anda mengendarai mobil atau sepeda motor dengan kecepata
lebih dari 120 km / jam?

2. Apakah Anda melanggar lampu merah saat mengendarai mobil atau


sepeda motor?
3. Apakah Anda berpartisipasi dalam balapan mobil atau motor?

4. Apakah Anda mengendarai mobil atau sepeda motor ketika Anda


sedang mabuk?

5. Apakah Anda berpartisipasi dalam perampokan menggunakan


kekerasan atau senjata?

6. Apakah Anda menggunakan kekerasan untuk mendapatkan sesuatu


dari orang lain (contoh: uang)?

7. Apakah Anda bersenjata atau menggunakan jenis senjata apa pun


(contoh: pisau, pistol)?

8. Apakah Anda menelepon untuk mengancam atau menghina seseorang

82
 Perilaku yang menimbulkan korban materi

No. Pernyataan TP J T SR S
1. Apakah Anda mencuri lebih dari >175.000?

2. Apakah Anda membobol rumah dengan tujuan mencuri?


3. Apakah Anda mencuri kurang dari >175.000?

4. Apakah Anda mencuri barang orang lain (contoh: ponsel)?

5. Apakah Anda mencuri barang dari toko?

6. Apakah Anda mencuri mobil atau sepeda motor?

7. Apakah Anda berpartisipasi dalam perampokan menggunakan


kekerasan atau senjata?

8. Apakah Anda menggunakan kekerasan untuk mendapatkan sesuatu da


orang lain (contoh: uang)?

9. Apakah Anda merusak tujuan materi sekolah (contoh: kursi, pintu)?

10. Apakah Anda sengaja merusak barang-barang umum (contoh: taman,


tempat sampah)?

11. Apakah Anda sengaja merusak barang orang lain (contoh: mobil,
memecahkan jendela)?

12. Kocok atau pukul di mesin penjual otomatis (contoh: minuman)?


13. Apakah Anda tidak membayar tiket (contoh: dengan transportasi
umum)?

83
 Perilaku yang menimbulkan korban fisik

No. Pernyataan TP J T SR S
1. Apakah Anda berpartisipasi dalam perampokan menggunakan
kekerasan atau senjata?

2. Apakah Anda menggunakan kekerasan untuk mendapatkan sesuatu da


orang lain (contoh: uang)?
3. Apakah Anda terlibat dalam kecelakaan mobil atau sepeda motor dan
kemudian melarikan diri?
4. pakah Anda terlibat dalam perkelahian kelompok?

5. Apakah Anda memukul seseorang?

84
Lampiran II
Uji Validitas Kelekatan (Attachment)

Hasil Uji Validitas Kelekatan Terhadap Ibu


No. r hitung r tabel Keterangan
1 0.373 0.224 Valid
2 0.295 0.224 Valid
3 0.391 0.224 Valid
4 0.439 0.224 Valid
5 0.287 0.224 Valid
6 0.317 0.224 Valid
7 0.356 0.224 Valid
8 0.365 0.224 Valid
9 0.355 0.224 Valid
10 0.397 0.224 Valid
11 0.431 0.224 Valid
12 0.431 0.224 Valid
13 0.515 0.224 Valid
14 0.500 0.224 Valid
15 0.419 0.224 Valid
16 0.457 0.224 Valid
17 0.510 0.224 Valid
18 0.556 0.224 Valid
19 0.422 0.224 Valid
20 0.475 0.224 Valid
21 0.452 0.224 Valid
22 0.462 0.224 Valid
23 0.496 0.224 Valid
24 0.429 0.224 Valid
25 0.429 0.224 Valid
Sumber Data Primer : SPSS

Hasil Uji Validitas Kelekatan Terhadap Ayah


No. r hitung r tabel Keterangan
1 0.392 0.224 Valid
2 0.308 0.224 Valid
3 0.263 0.224 Valid
4 0.529 0.224 Valid
5 0.560 0.224 Valid
6 0.406 0.224 Valid
7 0.496 0.224 Valid
8 0.486 0.224 Valid
9 0.431 0.224 Valid
10 0.582 0.224 Valid

85
11 0.590 0.224 Valid
12 0.524 0.224 Valid
13 0.562 0.224 Valid
14 0.362 0.224 Valid
15 0.563 0.224 Valid
16 0.395 0.224 Valid
17 0.547 0.224 Valid
18 0.549 0.224 Valid
19 0.640 0.224 Valid
20 0.526 0.224 Valid
21 0.539 0.224 Valid
22 0.564 0.224 Valid
23 0.453 0.224 Valid
24 0.556 0.224 Valid
25 0.591 0.224 Valid
Sumber Data Primer : SPSS

Hasil Uji Validitas Kelekatan Terhadap Teman

No. r hitung r tabel Keterangan


1 0.514 0.224 Valid
2 0.462 0.224 Valid
3 0.421 0.224 Valid
4 0.419 0.224 Valid
5 0.446 0.224 Valid
6 0.490 0.224 Valid
7 0.451 0.224 Valid
8 0.495 0.224 Valid
9 0.521 0.224 Valid
10 0.545 0.224 Valid
11 0.557 0.224 Valid
12 0.612 0.224 Valid
13 0.560 0.224 Valid
14 0.576 0.224 Valid
15 0.501 0.224 Valid
16 0.559 0.224 Valid
17 0.430 0.224 Valid
18 0.503 0.224 Valid
19 0.664 0.224 Valid
20 0.602 0.224 Valid
21 0.643 0.224 Valid
22 0.780 0.224 Valid
23 0.245 0.224 Valid
24 0.655 0.224 Valid
25 0.503 0.224 Valid

86
Sumber Data Primer : SPSS

Uji Validitas Kenakalan Remaja


Perilaku yang melanggar hukum

No. r hitung r tabel Keterangan


1 0.268 0.224 Valid
2 0.340 0.224 Valid
3 0.468 0.224 Valid
4 0.461 0.224 Valid
5 0.437 0.224 Valid
6 0.416 0.224 Valid
7 0.521 0.224 Valid
8 0.330 0.224 Valid
9 0.268 0.224 Valid
10 0.516 0.224 Valid
11 0.310 0.224 Valid
12 0.357 0.224 Valid
Sumber Data Primer : SPSS

Perilaku yang menimbulkan korban fisik

No. r hitung r tabel Keterangan


1 0.561 0.224 Valid
2 0.655 0.224 Valid
3 0.664 0.224 Valid
4 0.640 0.224 Valid
5 0.482 0.224 Valid
Sumber Data Primer : SPSS

Perilaku yang menimbulkan korban materi

No. r hitung r tabel Keterangan


1 0.364 0.224 Valid
2 0.247 0.224 Valid
3 0.354 0.224 Valid
4 0.329 0.224 Valid
5 0.520 0.224 Valid
6 0.322 0.224 Valid
7 0.461 0.224 Valid
8 0.392 0.224 Valid
9 0.276 0.224 Valid
10 0.249 0.224 Valid
11 0.486 0.224 Valid

87
12 0.291 0.224 Valid
13 0.310 0.224 Valid
Sumber Data Primer : SPSS

Perilaku yang membahayakan orang lain

No. r hitung r tabel Keterangan


1 0.677 0.224 Valid
2 0.667 0.224 Valid
3 0.639 0.224 Valid
4 0.675 0.224 Valid
5 0.737 0.224 Valid
6 0.786 0.224 Valid
7 0.715 0.224 Valid
8 0.712 0.224 Valid
Sumber Data Primer : SPSS

88
Lampiran III
Uji Korelasi dan Regresi Sederhana Kelekatan (Attechment) dengan
Kenakalan Remaja

Correlations

KENAKALAN KELEKATAN

KENAKALAN Pearson Correlation 1 -.274*

Sig. (2-tailed) .016

N 77 77

KELEKATAN Pearson Correlation -.274* 1

Sig. (2-tailed) .016

N 77 77

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate

1 .274a .075 .063 6.923

a. Predictors: (Constant), KELEKATAN

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 291.288 1 291.288 6.077 .016b

Residual 3594.842 75 47.931

Total 3886.130 76

a. Dependent Variable: KENAKALAN

b. Predictors: (Constant), KELEKATAN

89
Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 228.066 23.041 9.898 .000

KELEKATAN -.177 .072 -.274 -2.465 .016

a. Dependent Variable: KENAKALAN

90
Lampiran IV

NAMA TARUNA : Hendrik A. Tinambunan

STB 3388

PROGRAM STUDI : BIMBINGAN KEMASYARAKATAN A

JUDUL SKRIPSI : Pengaruh Kelekatan Andikpas Dengan Orangtua Dan


Teman Terhadap Kenakalan Remaja Di LPKA Kleas I
Medan Tahun 2021.

TINJAUAN
NO JUDUL METODE LOKASI
TEORI
Pengaruh Kelekatan Andikpas Dengan Kuantitatif LPKA KLAS 1  Teori
OrangtuaDan Teman Terhadap MEDAN kelekatan
Kenakalan Remaja Di LPKA Kleas I (Attachm
1 Medan Tahun 2021 ent)
 Teori
kenakalan
remaja

Menyetujui,
Mengetahui,
Pembimbing
Ketua Program Studi

ALI MUHAMMAD A.K.S.,S.Sos.M.Si Hery Fernandes Butar Butar, S.IP., M.Krim.

NIP. 19740213 199403 1 001 NIP. 199110162019011001

91
Lampiran V

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA TARUNA : HENDRIK A. TINAMBUNAN


STB. : 3388
PROGRAM STUDI : BIMBINGAN KEMASYARAKATAN

JUDUL SKRIPSI : PENGARUH KELEKATAN ANDIKPAS DENGAN


ORANGTUA DANTEMAN TERHADAP KENAKALAN
REMAJA DI LPKA KLEAS I MEDAN TAHUN 2021
PEMBIMBING : Hery Fernandes Butar Butar, S.IP., M.Krim.

No. TANGGAL KETERANGAN PARAF


KONSULTASI PEMBIMBING
Perkenalan kesepakatan bimbingan skripsi, pengenalan hfbb
1 Kamis, 11 Maret 2021 metode dalam skripsi, konsultasi judul, membuat judul
untuk di seleksi.
2 Kamis, 18 Maret 2021 Penyerahan judul skripsi dan penentuan judul. hfbb
Konsultasi dalam perancangan Bab I, terkait bagaimana hfbb
3 Kamis, 25 Maret 2021 mencari permasalahan dalam latar belakang masalah,
menentukan pembuatan rumusan masalah penelitian.
Revisi Bab I, dan melanjutkan progres ke tahap hfbb
4 Kamis, 01 April 2021 selanjutnya yaitu menyusun Bab II sampai dengan Bab
III
5 Kamis, 08 April 2021 Penyerahan Bab II dan Bab III. hfbb
Membahas revisi dari Bab I,II,II dan konsultasi mengenai hfbb
pedoman dalam wawancara Kualitatif, dan pedoman
6 Kamis, 15 April 2021 dalam Kuesioner Kuantitatif, serta pembahasan
bagaimana itu uji validitas, reliabilitas dan uji
keterbacaan dalam penelitian kuantitatif.

92
TANGGAL PARAF
No. KETERANGAN
KONSULTASI PEMBIMBING

hfbb
1 20 Agustus 2021 Zoom Meeting bersama dosen pembimbing
terkait penyerahan revisi proposal
Zoom Meeting bersama dosen pembimbing hfbb
2 2 September 2021
terkait pengerjaan BAB IV Skripsi
hfbb
3 10 September Penyerahan BAB IV-V
2021 Skripsi
hfbb
4 13 September Revisi Pertama BAB V
2021 Skripsi
hfbb
5 18 September Revisi Kedua BAB V Skripsi
2021
hfbb
6 29 Oktober 2021 Pengajuan Skripsi Lengkap
7 2 Nopember 2021 Konsultasi cek plagiarism hfbb

Depok, Senin 8 November 2021


Pembimbing

Hery Fernandes Butar Butar, S.IP.,M.Krim

NIP. 199110162019011001

Keterangan:
1. Pembimbingan dilaksanakan minimal 5 (lima) kali dengan dosen
pembimbing.
2. Pembimbingan dilakukan dengan tatap muka.

93
Lampiran VI

94
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hendrik A. Tinambunan

Tempat, Tangal Lahir : Medan, 04 September 1998

Alamat : Jl. Pelikan XI No. 110 Perumnas Manda Medan

Telepon 082118728114

Email : hendrik.antonius0409@gmail.com

Agama : Katolik

Pendidikan : 1. SD RK BUDI LUHUR MEDAN

2. SMPN 29 MEDAN

3. SMA SWASTA KATOLIK BUDI MURNI 1

4. Politeknik Ilmu Pemasyarakatan Angkatan 52

Pengalaman : 1. Orientasi Lapangan di Pekalongan (2018)

2. Praktik Kerja Lapangan di LPKA Kelas II

Mataram (2019)

95
3. Kuliah Kerja Nyata di Lapas Kelas IIA Bandung

(2020)

4. Magang di LPKA Kelas I Medan (2021)

96

Anda mungkin juga menyukai