Anda di halaman 1dari 122

POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN

STRATEGI MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK


MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKASI PERSUASIF
(Studi Kasus di LPKA Klas I Kutoarjo Tahun 2021)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Pemasyarakatan
(S.Tr.Pas)

NAMA : ADHIKA YOVALDI SALAS


STB : 3292

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KEMASYARAKATAN


POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA
DEPOK
NOVEMBER 2021
HALAMAN JUDUL

POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN

STRATEGI MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK


MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKASI PERSUASIF
(Studi Kasus di LPKA Klas I Kutoarjo Tahun 2021)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Pemasyarakatan
(S.Tr.Pas)

NAMA : ADHIKA YOVALDI SALAS


STB : 3292

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KEMASYARAKATAN


POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM REPUBLIK INDONESIA
DEPOK
NOVEMBER 2021

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan i


LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Nama : Adhika Yovaldi Salas


STB : 3292
Judul Skripsi : “Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Melalui
Pendekatan Komunikasi Persuasif (Studi Kasus di LPKA
Klas I Kutoarjo Tahun 2021)”

Depok, 27 Oktober 2021


Menyetujui, Pembimbing

Muhammad Ali Equatora, A.K.S., M.Si.


NIP. 19730301 199903 1 001

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan ii


LEMBAR BERITA ACARA UJIAN SIDANG SKRIPSI

Nama : Adhika Yovaldi Salas


STB : 3292
Judul Skripsi : “Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar Anak
Melalui Pendekatan Komunikasi Persuasif (Studi
Kasus di LPKA Klas I Kutoarjo Tahun 2021)”

Telah dipertahankan di hadapan sidang dewan penguji pada :


KEGIATAN HARI WAKTU
Ujian Sidang Sabtu, 13 November 2021 08.00 – 08.40 W.I.B

Depok, 13 November 2021

DEWAN PENGUJI :

Ketua : Qisthina Aulia, S.Sos., M.Si ( )

Penguji : Sri Sulistijaningsih, Bc.IP., S.H., M.Si ( )

Pembimbing : M. Ali Equatora, A.Ks., M.Si ( )

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan iii


HALAMAN PENGESAHAN HASIL SIDANG SKRIPSI
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Adhika Yovaldi Salas
STB : 3292
Program Studi : Bimbingan Kemasyarakatan
“Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar Anak
Melalui Pendekatan Komunikasi Persuasif
Judul Skripsi :
(Studi Kasus di LPKA Klas I Kutoarjo Tahun
2021)”
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Terapan Pemasyarakatan pada Program Studi Bimbingan Kemasyarakatan,
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan.
DEWAN PENGUJI

1. Ketua : Qisthina Aulia, S.Sos., M.Si ( )

2. Penguji : Sri Sulistijaningsih, Bc.IP., S.H., M.Si ( )

3. Pembimbing : Muhammad Ali Equatora,A.Ks.,M.Si ( )

Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 27 Oktober 2021
Mengetahui,
Direktur Politeknik Ilmu Pemasyarakatan

Dr. Rachmayanthy,Bc.IP.,SH.,M.Si
NIP. 19690426 199203 2 001

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan iv


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Adhika Yovaldi Salas
STB : 3292
Tempat Tanggal Lahir : Purworejo, 20 April 1999
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan Judul : “Strategi
Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Melalui Pendekatan Komunikasi
Persuasif (Studi Kasus di LPKA Klas I Kutoarjo Tahun 2021)” adalah hasil
karya saya sebenar-benarnya yang orisinal dan autentik. Skripsi ini bukan
plagiarisme, pencurian hasil karya orang lain dan seluruh ide, pendapat, atau materi
dari sumber lain telah dikutip dengan cara penulisan referensi yang sesuai.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini
tidak sesuai dengan kenyataan, maka saya bersedia menanggung sanksi yang akan
dikenakan kepada saya termasuk pencabutan gelar yang nanti saya dapatkan.

Depok, 21 Oktober 2021

Adhika Yovaldi Salas

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan v


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Politeknik Ilmu Pemasyarakatan (Poltekip),


saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Adhika Yovaldi Salas
STB : 3292
Program Studi : Bimbingan Kemasyarakatan
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Poltekip Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive-Free Right)
atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Melalui Pendekatan
Komunikasi Persuasif (Studi Kasus di LPKA Klas I Kutoarjo Tahun 2021)
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas
Royalti Noneksklusif ini Poltekip berhak menyimpan, mengalih media/format-
kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 21 Oktober 2021
Yang menyatakan,

Adhika Yovaldi Salas

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan vi


KATA PENGANTAR
Ungkapan rasa syukur dihaturkan oleh penulis ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas segala rahmat serta limpahan karunia-Nya, sehingga dengan
segenap kekuatan dan kesungguhan hati penulis mampu menyelesaikan skripsi
dengan judul "Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Melalui
Pendekatan Komunikasi Persuasif (Studi Kasus LPKA Klas I Kutoarjo 2021)
".
Penulis melakukan penelitian ini karena penulis tertarik untuk
mempelajari fenomena yang terjadi pada program layanan pendidikan
nonformal yang dilaksanakan oleh Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)
Klas I Kutoarjo khususnya dalam meningkatkan motivasi belajar Anak
Penyusunan penelitian ini melibatkan berbagai pihak, dan mereka
mendukung kelancaran proses penyusunan penelitian ini. penulis memberikan
mengucapkan ungkapan terima kasih yang tulus dan apresiasi yang tinggi
kepada:
1. Ibu Dr. Rachmayanthy, Bc.IP., S.H., M.Si., selaku Direktur Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan.
2. Bapak Ali Muhammad, A.K.S., S.Sos., M.Si., selaku Kepala Prodi
Bimbingan Kemasyarakatan.
3. Bapak Muhammad Ali Equatora, A.K.S., M.Si., selaku dosen pembimbing
skripsi penulis yang telah berkenan memberi pengarahan, bimbingan, serta
memberikan semangat dan motivasi yang luar biasa kepada penulis dalam
menyusun skripsi.
4. Ibu Ibu Qisthina Aulia, S.Sos.,M.Si. dan Ibu Sri Sulistijaningsih, Bc.IP.,
S.H., M.Si. selaku ketua dewan penguji dan dosen penguji yang telah
memberikan arahan dan bimbingan yang luar biasa dalam perkuliahan dan
penilaian yang objektif dalam sidang.
5. Pejabat Struktural dan Pejabat Fungsional di Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan yang telah membantu kelancaran proses pendidikan
penulis di Politeknik Ilmu Pemasyarakatan
6. Seluruh Dosen dan Pembina Politeknik Ilmu Pemasyarakatan yang telah
berdedikasi penuh dalam membina, membimbing, dan memberikan nasihat

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan vii


kepada penulis selama menjalani pendidikan di Politeknik Ilmu
Pemasyarakatan.
7. Bapak dan Ibu, Oktavia Yudi Aprianto dan Winarsih yang telah
membesarkan dan mendidik penulis tanpa kenal pamrih dengan segenap
kasih sayang sejak penulis masih kecil hingga dapat mencapai pendidikan
pada titik ini.
8. Kekasih, Evanda Shafira yang senantiasa memberikan motivasi dalam
belajar, dukungan moril dan materiil, dan kesediaannya untuk selalu setia
menemani penulis dengan penuh rasa sayang.
9. Keluarga kedua penulis, yang terdiri atas Kakak Pertama Bagus Tri
Pamungkas, Kakak Kedua Sanggam Putra S., Kakak Ketiga Ronaldo Adi
W., Kakak Keempat Thri Wicaksono dan Adik Bungsu Dhimas Bimo P.
Yang selalu ada bersama penulis dalam suka dan duka, di kala jaya maupun
sengsara.
10. Adik – adik junior Taruna Poltekip Angkatan LIII, LIV, dan LV Korps
Purworejo yang selalu tanggap dan siap sedia dalam membantu dan
memberikan dukungan moril kepada penulis.
11. Seluruh rekan Taruna Poltekip Angkatan LII “Dhira Nagara Danadyaksa”
yang selalu menemani penulis di kala senang, susah, sedih, dan bahagia.
12. Adik – adik junior Taruna Poltekip Angkatan LIII, Angkatan LIV, dan
Angkatan LV yang berkenan membantu dan menyemangati penulis dalam
pengerjaan skripsi ini
13. Berbagai pihak lain yang turut mendukung penulis untuk dapat
menyelesaikan Skripsi, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Depok , 21 Oktober 2021

Penulis

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan viii


ABSTRAK
Nama : Adhika Yovaldi Salas
Program Studi : Bimbingan Kemasyarakatan
Judul : Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar Anak
Melalui Pendekatan Komunikasi Persuasif (Studi
Kasus di LPKA Klas I Kutoarjo Tahun 2021)
Pembimbing : Muhammad Ali Equatora,A.Ks.,M.Si

Gelombang arus globalisasi yang semakin kuat telah memberikan dampak


yang buruk pada anak-anak di masa sekarang. Pertumbuhan Anak di masa kini tidak
lepas dari banyaknya pengaruh buruk dari globalisasi yang tidak tersaring dengan
baik sehingga Anak banyak terjerumus dalam tindakan kriminal yang melanggar
hukum. Sebagian besar Anak yang berhadapan dengan hukum harus dikeluarkan
dari sekolah formal karena dianggap dapat memberikan pengaruh buruk kepada
teman - temanya. Fenomena ini menjadi suatu permasalahan yang tidak dapat
dibiarkan karena pendidikan bagi Anak harus menjadi prioritas bagi pemerintah.
Untuk menindaklanjuti hal tersebut, Pemerintah Indonesia telah menetapkan UU
No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.Serta UU No. 35 Tahun
2014 Tentang Perlindungan Anak memperbaharui UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak.
Penelitian ini bermaksud untuk memahami gambaran strategi komunikasi
persuasif yang diterapkan oleh petugas pemasyarakatan dan tutor belajar dalam
meningkatkan motivasi belajar Anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)
Klas I Kutoarjo adalah. Penelitian ini menggunakan studi kasus tunggal yang
mengedepankan metode kualitatif deskriptif yang dalam pengambilan datanya
melalui observasi, studi kepustakaan, dan wawancara kepada informan terpilih.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode interaktif Huberman dan
Saldana yang meliputi empat tahapan penelitian yang terdiri atas: pengumpulan
data, reduksi data, representasi data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Penelitian yang dilakukan menggambarkan bahwa dalam pelaksanaan
strategi meningkatkan motivasi belajar Anak di LPKA Klas I Kutoarjo sudah
berjalan cukup optimal, motivasi Anak dalam belajar cukup baik. Pelaksanaan
strategi meningkatkan motivasi belajar melalui pendekatan komunikasi persuasif
memberikan manfaat bagi Anak dalam pemberian program pembinaan di LPKA.
Dengan adanya penerapan komunikasi persuasif oleh petugas dan tutor, maka
motivasi Anak dalam belajar dapat ditingkatkan sehingga mampu mencapai standar
kompetensi pendidikan yang ditetapkan.
Kata Kunci: Motivasi Belajar, Anak, Komunikasi Persuasif.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan ix


ABSTRACT
Name : Adhika Yovaldi Salas
Departement : Community Guidance
Title : Strategies to Increase Children's Learning Motivation
through a Persuasive Communication Approach (Case
Study at LPKA Class I Kutoarjo 2021)
Counselor : Muhammad Ali Equatora,A.Ks.,M.Si

The current wave of globalization is getting stronger and has a bad


impact on children. The growth of children today cannot be separated from the
many bad influences of globalization that are not filtered properly so that many
children fall into criminal acts that violate the law. Most children who are in
conflict with the law must be expelled from formal schools because they are
considered to be a bad influence on their friends. This phenomenon is a
problem that cannot be ignored because education for children must be a
priority for the government. To follow up on this matter, The Indonesian
Government has enacted Law no. 11 of 2012 concerning the Juvenile Criminal
Justice System. As well as Law no. 35 of 2014 concerning Child Protection,
renewing Law no. 23 of 2002 concerning Child Protection.
This study intends to understand the description of persuasive
communication strategies applied by correctional officers and tutors in
increasing children's learning motivation at the Class I Kutoarjo Child Special
Guidance Institute (LPKA). This study uses a single case study that puts
forward a descriptive qualitative method in which the data is collected through
observation, literature study, and interviews with selected informants. Data
analysis in this study used the interactive method of Huberman and Saldana
which included four stages of research consisting of: data collection, data
reduction, data representation, and conclusion drawing or verification.
The research conducted illustrates that in the implementation of
strategies to increase children's learning motivation in LPKA Class I Kutoarjo
it has been running quite optimally, children's motivation in learning is quite
good. The implementation of strategies to increase learning motivation through
a persuasive communication approach provides benefits for children in
providing coaching programs at LPKA. With the application of persuasive
communication by officers and tutors, children's motivation in learning can be
increased so that they are able to achieve the specified educational competency
standards.
Keyword : Learning Motivation, Children, Persuasive Communication.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan x


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI .......................................... ii

LEMBAR BERITA ACARA UJIAN SIDANG SKRIPSI ........................ iii

HALAMAN PENGESAHAN HASIL SIDANG SKRIPSI ....................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI


UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................... vii

ABSTRAK .................................................................................................. ix

ABSTRACT .................................................................................................. x

DAFTAR ISI .............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL .................................................................................... xiv

DAFTAR BAGAN..................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 8

C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 9

E. Asumsi ................................................................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 11

A. Literature Review ( Penelitian Terdahulu ) ........................................... 11

B. Landasan Teori..................................................................................... 15

1. Teori Komunikasi .................................................................................. 15

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xi


2. Teori Hubungan Interpersonal ................................................................ 17
3. Teori Perubahan Perilaku Stimulus Organisme Respons ......................... 19
4. Komunikasi Persuasif ............................................................................. 21
5. Motivasi Belajar ..................................................................................... 25
C. Definisi Operasional ............................................................................. 27

1. Anak ...................................................................................................... 27
2. Motivasi Belajar ..................................................................................... 27
3. Hubungan Interpersonal ......................................................................... 27
4. Perubahan Perilaku ................................................................................ 28
5. Komunikasi Persuasif ............................................................................. 28
D. Kerangka Pikir ..................................................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 31

A. Pengertian dan Pemahaman Metode Kualitatif ..................................... 31

B. Desain Penelitian.................................................................................. 32

C. Sumber Data ........................................................................................ 32

1. Data Primer ............................................................................................ 32


2. Data Sekunder ........................................................................................ 34
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 34

1. Penelitian Lapangan (Field Work Research) ........................................... 34


2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) ............................................ 35
E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 35

F. Jadwal Penelitian.................................................................................. 37

G. Langkah Penelitian ............................................................................... 38

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS............................................. 40

A. Profil UPT ............................................................................................ 40

1. Sejarah Singkat LPKA Klas I Kutoarjo................................................... 40


2. Struktur Organisasi LPKA Klas I Kutoarjo ............................................. 42
3. Data Substantif dan Fasilitatif................................................................. 43
B. Pembahasan dan Analisis ..................................................................... 45

1. Strategi Komunikasi Persuasif dalam Meningkatkan Motivasi Belajar


Anak di LPKA Klas I Kutoarjo ....................................................................... 45

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xii


2. Perubahan Motivasi Belajar Anak di LPKA Klas I Kutoarjo ................... 50
3. Kendala dalam Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Melalui
Pendekatan Komunikasi Persuasif di LPKA Klas I Kutoarjo ........................... 57
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 62

A. Kesimpulan .......................................................................................... 62

B. Saran .................................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. xviii

LAMPIRAN ............................................................................................ xxii

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xiii


DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pemilihan Informan ......................................................................... 33
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ............................................................................. 38
Tabel 4.3 Data Substantif ................................................................................ 43
Tabel 4.4 Data Fasilitatif ................................................................................. 43
Tabel 4.5 Sampel Informan Anak ................................................................... 46
Tabel 4.4 Dimensi Motivasi Belajar Anak ...................................................... 51
Tabel 4.5 Daftar Nilai PTS dan UKK Sampel Paket B .................................. 55
Tabel 4.6 Daftar Nilai PTS dan UKK Sampel Paket C .................................. 56

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xiv


DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 : Jumlah Anak Putus Sekolah dan jumlah Anak di LPKA di Seluruh
Indonesia Selama 4 Tahun Terakhir ................................................................. 4
Bagan 1.2 : Jumlah Anak di LPKA dan Anak yang Mengikuti Pendidikan di
LPKA Selama 4 Tahun Terakhir ...................................................................... 5
Bagan 1.3 : Jumlah Anak dan Anak yang Mengikuti Pendidikan di LPKA Klas
I Kutoarjo Selama 3 Bulan Terakhir ................................................................ 7

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xv


DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Proses Terjadinya Komunikasi ................................................ 16
Gambar 2.2 : Proses Stimulus-Organisme-Respons ....................................... 20
Gambar 2.3 Model Komunikasi Carl Hovland ............................................... 22
Gambar 2.4 : Kerangka Pikir .......................................................................... 29
Gambar 3.5 Teknik Analisis Data ................................................................... 36
Gambar 4.6 Struktur Organisasi LPKA Klas I Kutoarjo .............................. 42
Gambar 4.7 Denah LPKA ............................................................................... 45
Gambar 4.8 Kegiatan Belajar Mengajar di PKBM "Tunas Mekar" LPKA
Klas I Kutoarjo ................................................................................................ 45
Gambar 4.9 Alur Komunikasi Persuasif di LPKA Klas I Kutoarjo .............. 50
Gambar 4.10 Kegiatan Literasi di Perpustakaan ........................................... 51

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xvi


DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Akta Notaris Pendirian PKBM............................................... xxii
Lampiran 2 : Pengesahan PKBM Tunas Mekar ....................................... xxxvi
Lampiran 3 : Rekomendasi Ijin Operasional PKBM .............................. xxxviii
Lampiran 4 : Pedoman Wawancara .......................................................... xxxix
Lampiran 5 : Transkrip Wawancara .............................................................. xli
Lampiran 6 : Dokumentasi Kegiatan ............................................................ xlix
Lampiran 7 : Formulir Pengajuan Judul .......................................................... l
Lampiran 8 : Berita Acara Bimbingan ............................................................ lii
Lampiran 9 : Hasil Uji Plagiarisme ................................................................ lvi
Lampiran 10 : Daftar Riwayat Hidup............................................................ lvii

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xvii


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahirnya Sistem Pemasyarakatan, dapat dikatakan sebagai babak baru


dalam penanganan narapidana setelah vonis penjatuhan pidana telah diberikan.
Sistem Pemasyarakatan yang merupakan tahap akhir dalam sistem peradilan
pidana menawarkan suatu gagasan baru dengan melakukan transformasi dari
sistem kepenjaraan yang menganut paham penghukuman untuk membuat jera
(funitif) menuju Sistem Pemasyarakatan yang menganut paham restoratif
justice. Sesuai dengan Sistem Pemasyarakatan yang diatur dalam Undang -
Undang Nomor 12 tahun 1995 yang memiliki tujuan utama menjalankan proses
pembinaan bagi warga binaan pemasyarakatan (WBP). Tujuan dari pembinaan
yang dilakukan tersebut adalah agar WBP dapat menjadi manusia seutuhnya
yang sadar akan kesalahan yang telah dilakukan, bersedia melakukan perbaikan
sikap dan perilaku diri, dan bersungguh-sungguh untuk tidak akan mengulangi
perbuatan pidana yang pernah dilakukan. Hal tersebut harus dilakukan oleh
WBP agar masyarakat dapat menghilangkan label / stigma negatif dan
menerima mereka untuk hidup kembali bersama – sama, memberikan peran
dalam kegiatan pembangunan di masyarakat secara aktif sehingga dapat hidup
sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab (Equatora 2018).
Gagasan baru dalam Sistem Pemasyarakatan yang menggantikan
paradigma kepenjaraan menawarkan sebuah pemikiran yang lebih humanis
dalam penanganan terhadap individu yang menjalani hukuman pidana.
Gagasan Sistem Pemasyarakatan meliputi sebuah metode pembinaan terpadu
terhadap para pelanggar hukum yang selanjutnya akan disebut Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP) dengan melibatkan semua potensi dalam masyarakat.
Potensi yang dimaksud meliputi masyarakat itu sendiri, petugas, dan individu
WBP sebagai sebuah kesatuan sistem Pemasyarakatan yang bertujuan
memulihkan hubungan hidup, kehidupan, dan penghidupan WBP. Perubahan
gagasan tersebut telah mempengaruhi perubahan istilah orang yang menjalani
pembinaan yang disebut “Narapidana” menjadi Warga Binaan Pemasyarakatan
(WBP). Sejalan dengan perubahan tersebut, maka istilah “sipir” juga diubah
menjadi petugas pemasyarakatan di mana fokus dalam sistem pemasyarakatan

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 1


pada saat ini bukan hanya tentang pengamanan melainkan juga mengelola
pembinaan bagi para WBP. Dalam perkembangannya, Pemasyarakatan tidak
hanya menangani para pelanggar hukum yang sudah dewasa saja, Anak
Bermasalah dengan Hukum (ABH) yang sebelumnya disebut dengan istilah
Anak Nakal juga mendapatkan perhatian untuk ditangani oleh Pemasyarakatan.
Adanya pelaksanaan Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) di Indonesia
semakin mempertegas peran penting LPKA dalam melakukan pemenuhan
terhadap hak- hak Anak dalam menciptakan suasana pembinaan yang lebih
ramah bagi Anak.
Arus globalisasi yang semakin kuat telah memberikan dampak yang
sangat signifikan pada kehidupan bangsa Indonesia, khususnya pada anak-anak
di masa sekarang. Tumbuh dan Kembang Anak di masa kini mendapatkan
pengaruh yang luar biasa dari globalisasi, budaya gotong royong dan
kesederhanaan yang diajarkan oleh pendahulu kita kian tergerus oleh sifat yang
lebih individualis dan materialistis akibat dari kuatnya pengaruh arus
globalisasi. Pembekalan nilai budi pekerti luhur maupun edukasi melalui
pendidikan formal merupakan salah satu alternatif untuk memberikan perisai
perlindungan bagi Anak dalam menyaring derasnya arus globalisasi yang
sedang berlangsung pada masa ini. Para pendiri bangsa ini memiliki sebuah
tujuan nasional yang disepakati dan kemudian dan dituangkan dalam alinea
keempat Pembukaan UUD 1945. Salah satu poin yang disepakati ialah
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diharapkan oleh para pendiri bangsa
dapat segera tercapai untuk membantu bangsa ini menguasai ilmu pengetahuan
supaya bangsa ini menjadi lebih mandiri, kuat, dan dapat berdiri di kaki sendiri.
Dalam usaha mencapai tujuan nasional tersebut, sistem pendidikan merupakan
salah upaya yang dianggap efektif dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Pendidikan dapat dilaksanakan secara formal di sekolah atau melalui
PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) / kejar paket secara informal.

Dalam proses mencerdaskan kehidupan bangsa, dibutuhkan layanan


pendidikan yang mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 2


terkecuali. Untuk itu selain pendidikan formal yang dilaksanakan oleh sekolah
– sekolah negeri maupun swasta, negara juga melaksanakan beberapa jenis
pendidikan lain seperti pendidikan nonformal. Penjelasan mengenai jenis -
jenis pendidikan yang meliputi pendidikan formal dan nonformal yang
dijelaskan dalam Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, masing – masing jenis pendidikan tersebut saling
memiliki keterkaitan dan memang dirancang untuk saling melengkapi satu
sama lain. Pendidikan nonformal yang disebut juga “pendidikan kesetaraan”
merupakan sistem pendidikan alternatif yang menyediakan pendidikan antara
lain Paket A (setara pendidikan Sekolah Dasar), Paket B (setara pendidikan
Sekolah Menengah Pertama) dan Paket C (setara Sekolah Menengah Atas /
Kejuruan). Pendidikan nonformal dipandang mampu untuk membantu jalannya
pendidikan formal di sekolah - sekolah dalam menyelesaikan permasalahan
yang ditemukan dalam pelaksanaan pendidikan formal.
Dalam upaya negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa masih
banyak halangan dan rintangan yang ditemui. Salah satunya adalah
menurunnya nilai moral dan kesadaran para generasi muda. Hal ini sangat
dipengaruhi oleh berbagai hal seperti kondisi keluarga, kondisi ekonomi, dan
kondisi lingkungan dan masyarakat. Fenomena tersebut tentu membahayakan
bagi jati diri mereka dan bangsa Indonesia secara umum. dengan semakin
rendahnya kesadaran generasi muda tentang nilai moral, norma, dan aturan
yang berlaku di masyarakat membuat Anak semakin tinggi membuat angka
pelanggaran hukum. Situasi ini tentu membuat para orang tua semakin resah
dengan keadaan anaknya yang tumbuh pada era modern karena kebanyakan
orang tua terlalu sibuk bekerja sehingga kualitas dalam mendidik anak kurang
baik sehingga Anak sangat rentan melakukan perilaku menyimpang dan
berpotensi melanggar hukum yang berlaku. Hal tersebut pada akhirnya akan
merugikan Anak itu sendiri. Ketika menghadapi proses hukum, Anak harus
terpaksa berhenti sekolah untuk menghadapi rangkaian proses hukum dan juga
menanggung beban atas perbuatannya, baik itu beban moral maupun beban
hukum.Orang tua dan masyarakat sosial di sekitar tempat tinggal Anak juga
ikut menanggung beban moral tidak hanya dari sisi anak. Hal ini akan menjadi

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 3


semakin parah Ketika Anak pada akhirnya dijatuhi vonis untuk menjalani
pembinaan di LPKA. Ketika Anak dibina di LPKA maka Pendidikan formal
yang ia jalani di sekolah formal akan putus di tengah jalan dan kebebasan
bergeraknya akan diambil. Hal tersebut tentunya menjadi sebuah mimpi buruk
bagi seorang Anak.

Bagan 1.1 : Jumlah Anak Putus Sekolah dan jumlah Anak di LPKA di
Seluruh Indonesia Selama 4 Tahun Terakhir

Jumlah Anak Putus Sekolah dan jumlah Anak di LPKA


di Seluruh Indonesia Selama 4 Tahun Terakhir
300,000 285,404

250,000
187,824
200,000 161,425 157,166
150,000
100,000
50,000
2835 2365 2068 1757
0
2017 2018 2019 2020
Anak Putus Sekolah 187,824 285,404 161,425 157,166
Anak Dibina di LPKA 2835 2365 2068 1757

Anak Putus Sekolah Anak Dibina di LPKA

Sumber : http://statistik.data.kemdikbud.go.id/ dan http://smslap.ditjenpas.go.id/public/arl/current/monthly

Bagan diatas memang menunjukkan bahwa angka putus sekolah di


Indonesia mengalami tren penurunan, begitu pula dengan jumlah Anak yang
dibina di LPKA. Hal tersebut merupakan sinyal positif bagi upaya penegakan
aturan dalam Sistem Peradilan Pidana Anak dan dunia pendidikan pada
umumnya. Namun kita juga harus tetap memperhatikan dan mengupayakan
pengentasan terhadap Anak yang terjerat kasus hukum dan menjalani
pembinaan di LPKA dan berupaya untuk tetap memberikan pembinaan dan
pendidikan yang terbaik bagi mereka. Berdasarkan fakta yang ada, Anak yang
terjerat dalam kasus hukum kebanyakan harus mengalami putus sekolah karena
sekolah formal tempatnya belajar mengeluarkan Anak tersebut karena telah
melanggar hukum dan dianggap dapat memberikan pengaruh buruk kepada
teman - temanya. Fenomena ini menjadi suatu permasalahan yang tidak dapat

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 4


dibiarkan karena pendidikan bagi Anak harus menjadi prioritas bagi
pemerintah. Untuk menindaklanjuti hal tersebut, Pemerintah Indonesia telah
menetapkan UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak yang diperbaharui
menjadi UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. serta
UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang diperbaharui dengan
UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak. Undang – Undang yang
telah diterbitkan tersebut mengatur dengan sedemikian rupa urutan proses
peradilan pidana Anak hingga Anak menjalani pembinaan di LPKA. Tentunya
adanya produk hukum yang diremajakan tersebut diharapkan membuat proses
peradilan pidana Anak dan pembinaan serta pendidikan bagi Anak di LPKA
menjadi lebih berkualitas dan lebih ramah bagi Anak.
Bagan 1.2 : Jumlah Anak di LPKA dan Anak yang Mengikuti Pendidikan
di LPKA Selama 4 Tahun Terakhir

Jumlah Anak di LPKA dan Anak yang mengikuti


Pendidikan di LPKA selama 4 Tahun Terakhir
3,000 2,835

2,500 2365

2068
2,000
1757

1,500
1,248

937 922
1,000
669

500

0
2017 2018 2019 2020
Anak di LPKA 2,835 2365 2068 1757
Anak yang Mengikuti Pendidikan 1,248 937 922 669

Anak di LPKA Anak yang Mengikuti Pendidikan

Sumber : http://smslap.ditjenpas.go.id/public/arl/current/monthly

Bagan di atas menunjukkan adanya penurunan jumlah Anak yang


dibina di LPKA, namun tidak ada peningkatan yang signifikan pada jumlah

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 5


Anak yang mengikuti pendidikan di LPKA apabila dibandingkan dengan
Jumlah Anak yang dibina. Hal ini harus menjadi perhatian bagi Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Pemasyarakatan, khususnya Lembaga Pembinaan Khusus Anak
(LPKA). Dalam hal meningkatkan kualitas pembinaan Anak, seluruh LPKA
yang ada di Indonesia wajib mengupayakan pendidikan nonformal bagi Anak
yang bisa menggantikan pendidikan sekolah formal. Pendidikan nonformal di
lingkungan LPKA tentunya bukan lagi hal yang asing, penyelenggaraan
pendidikan bagi Anak di LPKA ini harus semakin dipacu oleh para petugas
pemasyarakatan dan tutor belajar anak untuk dapat membuat kualitas layanan
pendidikan di LPKA semakin meningkat. Peningkatan tersebut harus
diupayakan agar kualitas pendidikan non – formal di LPKA tidak tertinggal
jauh dan dapat bersaing dengan pendidikan yang dilaksanakan oleh sekolah
formal.
Seluruh LPKA yang ada di Indonesia sedang berupaya untuk
meningkatkan kualitas Pendidikan nonformal bagi Anak, LPKA Klas I
Kutoarjo pun turut ambil bagian dengan menjadi salah satu LPKA yang telah
melaksanakan layanan pendidikan nonformal dalam pembinaan Anak di LPKA
melalui PKBM “Tunas Mekar”. Pendidikan menjadi hal yang penting untuk
dilaksanakan bagi Anak, bahkan bagi Anak yang sedang menjalani pembinaan
di LPKA. Pendidikan nonformal yang dilaksanakan oleh Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM) “Tunas Mekar” di LPKA Klas I Kutoarjo yaitu
program pendidikan non-formal yang meliputi layanan kejar Paket A, Paket B,
dan Paket C.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 6


Bagan 1.3 : Jumlah Anak dan Anak yang Mengikuti Pendidikan di
LPKA Klas I Kutoarjo Selama 3 Bulan Terakhir

Jumlah Anak yang Mengikuti Pendidikan di LPKA Klas I


Kutoarjo Selama 3 Bulan Terakhir
80
70
60
50
Jumlah

40
30
20
10 60 2 62 62 2 64 74 2 76
0
Januari Februari Maret
Anak Laki - Laki 60 62 74
Anak Perempuan 2 2 2
Mengikuti Pendidikan 62 64 76

Anak Laki - Laki Anak Perempuan Mengikuti Pendidikan

Sumber:http://smslap.ditjenpas.go.id/public/arl/detail/monthly/upt/db6103f0-6bd1-1bd1-cadc-
313134333039

Seperti terlihat pada bagan di atas, angka partisipasi pendidikan


nonformal LPKA Kelas I Kutoarjo telah mencapai 100%. Hal ini terjadi karena
adanya penggiatan program Wajib Belajar Anak Indonesia untuk mendukung
rencana wajib belajar nasional 12 tahun yang dimulai sejak pendidikan di
bangku Sekolah Dasar (SD) sampai dengan pendidikan di Sekolah Menengah
Atas / Sekolah Menengah Kejuruan (SMA / SMK) yang dicanangkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. LPKA Klas I Kutoarjo sebagai
lembaga negara juga harus mendukung program tersebut. Meskipun begitu,
terdapat sebuah permasalahan yang justru dikeluhkan oleh tutor dan petugas
pemasyarakatan dalam pelaksanaan layanan Pendidikan nonformal yang
berlangsung LPKA Klas I Kutoarjo, yaitu terkait rendahnya motivasi belajar
Anak. Rendahnya motivasi belajar Anak ini sangat mungkin dipicu oleh latar
belakang keluarga maupun lingkungan Anak, selain itu kasus hukum yang
menjerat Anak juga dapat membuatnya merasa sudah kehilangan masa depan
dan tidak ingin belajar untuk meraih cita - cita lagi.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 7


Penulis memilih LPKA Klas I Kutoarjo sebagai objek penelitian karena
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan di Jawa Tengah yang menangani
pembinaan khusus bagi Anak hanya terdapat di Kabupaten Purworejo, tepatnya
di LPKA Klas I Kutoarjo. Selain alasan tersebut, hal yang membuat penulis
terdorong untuk melaksanakan penelitian di LPKA Klas I Kutoarjo adalah
adanya layanan pendidikan nonformal oleh PKBM “Tunas Mekar” yang
meliputi program pendidikan Paket A, Paket B, dan Paket C yang memberikan
pembinaan pada bidang pelayanan pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan
nonformal semacam ini merupakan upaya nyata dalam rangka pemerataan
layanan pendidikan untuk seluruh Anak di Indonesia tanpa terkecuali. Namun,
dalam pelaksanaan layanan pendidikan tersebut, masih ada anak yang memiliki
motivasi rendah ketika mengikuti kegiatan layanan pendidikan karena beberapa
alasan seperti latar belakang keluarga maupun karena rasa putus asa akibat
kasus hukum yang menjerat Anak. Dari fenomena tersebut penulis akan
melakukan penelitian dengan judul : “STRATEGI MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR ANAK MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKASI
PERSUASIF (Studi Kasus di LPKA Klas I Kutoarjo Tahun 2021).”

B. Rumusan Masalah

Dari keterangan yang dijelaskan pada latar belakang, maka rumusan


permasalahan yang diangkat meliputi:
1. Bagaimana pelaksanaan strategi meningkatkan motivasi belajar Anak
melalui komunikasi persuasif di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas
I Kutoarjo ?
2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan strategi meningkatkan
motivasi belajar Anak melalui pendekatan komunikasi persuasif di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Kutoarjo?

C. Tujuan Penelitian

Menurut penjelasan latar belakang serta rumusan permasalahan yang


sudah dipaparkan, penulis sudah memutuskan tujuan penelitian antara lain:

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 8


1. Untuk memahami gambaran strategi komunikasi persuasif yang diterapkan
oleh petugas pemasyarakatan dan tutor belajar dalam meningkatkan
motivasi belajar Anak di LPKA Klas I Kutoarjo.
2. Untuk menggambarkan kendala yang muncul dalam strategi meningkatkan
motivasi belajar Anak melalui komunikasi persuasif di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak Klas I Kutoarjo.

D. Manfaat Penelitian

Harapan penulis, penelitian ini dapat memberikan manfaat yang masif


bagi instansi dan masyarakat umum baik itu secara teoritis maupun secara
praktis :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca
dan juga sebagai dorongan bagi penulis dapat lebih giat lagi untuk
mengembangkan ilmu Pemasyarakatan.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi penulis yakni, selain sebagai syarat mendapatkan gelar
Sarjana Sains Terapan Pemasyarakatan penulis juga mendapatkan
pengalaman dalam melakukan penelitian terkait permasalahan yang ada
di UPT Pemasyarakatan secara khusus LPKA Klas I Kutoarjo, di mana
pengalaman ini dapat dijadikan sebagai bekal ketika kelak mengemban
tugas di UPT Pemasyarakatan seluruh Indonesia.
b. Penelitian ini juga bermanfaat dalam pengembangan kompetensi
analisis suatu pemecahan masalah penulis. Penulis juga dapat
mengaplikasikan secara langsung berbagai pelajaran yang telah
diajarkan di Politeknik Ilmu Pemasyarakatan.
c. Manfaat bagi organisasi yakni, sebagai informasi dasar bahan
pertimbangan bagi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dalam
menentukan kebijakan dalam menambah motivasi belajar Anak di
LPKA sebagai wujud dukungan guna mencapai tujuan negara untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang telah tertulis dalam
Alinea IV Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Dan juga dapat menambah referensi bagi UPT Pemasyarakatan

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 9


dalam rangka pengambilan kebijakan ketika UPT tersebut mengalami
keterbatasan dana operasional.
d. Manfaat bagi pembaca yakni, untuk memberikan wawasan kepada
masyarakat luas terkait dengan pelaksanaan proses pemasyarakatan dan
kendala apa saja yang dihadapi oleh pemasyarakatan dalam
pelaksanaan tugas fungsinya yang secara khusus penelitian ini terkait
dengan keterbatasan dana operasional.

E. Asumsi

Asumsi adalah pernyataan yang dianggap benar dan belum dapat diuji
kebenarannya secara empiris berdasarkan pengamatan, penemuan, maupun
penelitian yang pernah dilakukan terdahulu. Penelitian yang dilakukan oleh
penulis juga menggunakan beberapa asumsi, antara lain :
1. Pelaksanaan strategi komunikasi persuasif yang dilakukan oleh Petugas
Pemasyarakatan dan Tutor dapat meningkatkan motivasi belajar Anak di
LPKA Klas I Kutoarjo
2. Pelaksanaan strategi komunikasi persuasif dalam rangka meningkatkan
motivasi belajar Anak tidak dapat berjalan dengan maksimal apabila
terdapat kendala yang mengganggu hubungan Interpersonal yang terjalin di
antara petugas atau tutor dengan Anak.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 10


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Literature Review ( Penelitian Terdahulu )

Guna memperkuat pemahaman tentang penelitian ini, perlu dilakukan


pengkajian terhadap penelitian sebelumnya yang di mana berkaitan pada judul
penelitian ini. Beberapa penelitian yang digunakan penulis sebagai referensi
antara lain buku, jurnal, artikel, dan lain sebagainya. Beberapa literatur yang
dijadikan referensi oleh penulis di antaranya :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nisful Laily Zain, Strategi Komunikasi
Persuasif Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi strategi komunikasi
personal guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di Sekolah
Menengah Kejuruan (JAWARA PGRI 1 Pasuruan).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif
deskriptif dengan desain penelitian single - case study membutuhkan sebuah
penjelasan yang menyeluruh mengenai temuan - temuan yang didapatkan
ketika pelaksanaan penelitian berlangsung. Penelitian ini menggunakan
metode pengamatan langsung ( observasi ) secara mendalam terhadap objek
dan wawancara dengan pihak yang mengetahui dan mengalami langsung
antara lain siswa, guru , ataupun orang tua dari siswa.
Hasil penelitian ini sangat relevan sebagai referensi dalam penulisan
skripsi penulis di mana dalam penelitian di atas dilakukan penelitian
mengenai penerapan komunikasi persuasif. Dalam penelitian yang
menggunakan metode kualitatif deskriptif tersebut digambarkan bahwa
guru dan orang tua melakukan pendekatan komunikasi personal kepada
siswa dalam beberapa tahapan sesi dengan maksud untuk menemukan
informasi yang nantinya akan digunakan sebagai acuan sebagai sebuah cara
untuk meningkatkan motivasi siswa saat belajar di sekolah dan di rumah.
Melalui metode pendekatan komunikasi persuasif, guru bisa mengajar
dengan metode yang tepat serta efisien sehingga motivasi belajar para siswa
dapat ditingkatkan dan permasalahan akibat motivasi belajar siswa yang
rendah bisa diminimalkan sehingga tidak menyebar ataupun meluas pada
siswa yang lainnya.(Zain 2017)

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 11


2. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Fauzan & Faizah, Strategi
Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam
Menghadapi Ujian Nasional di SMP Negeri 4 Yogyakarta
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi usaha dan strategi
yang diterapkan oleh Kepala SMP Negara 4 Yogyakarta dalam upaya
meningkatkan siswa ketika belajar dalam rangka melaksanakan Ujian
Nasional( UN) setelah 2 tahun terakhir mengalami penyusutan nilai.
Metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif merupakan metode
yang digunakan untuk penelitian ini. metode tersebut dianggap mampu
mendeskripsikan permasalahan yang ditemui secara komprehensif. Metode
ini juga dianggap dapat memberi gambaran serta membantu dalam
melakukan analisis terhadap pola aktivitas manusia. Penelitian ini juga
didukung dengan pendekatan psikologis dengan tujuan untuk memahami
kondisi kejiwaan siswa serta mendukung upaya pembelajaran dalam
usahanya meningkatkan motivasi siswa yang lebih baik ketika belajar dalam
mempersiapkan Ujian Nasional (UN).
Hasil penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini sesuai dengan
tema yang dikemukakan penulis dalam penelitian. Pada penelitian di SMP
N 4 Yogyakarta tersebut, kepala sekolah, menerapkan beberapa strategi di
antaranya :
a. Bekerja sama dengan wali siswa, guru dan kepala sekolah;
b. mengembangkan kegiatan pelatihan motivasi bagi siswa;
c. mendorong guru untuk berinovasi dalam pembelajaran;
d. menjadi pemimpin (leader), pengawas (supervisor) dan pengelola
(manajer); dan
e. mendorong siswa untuk mempelajari buku referensi
Dari strategi yang telah dilakukan kepala sekolah, terlihat beberapa
perubahan antara lain :
a. Bertambahnya motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran;
b. Keaktifan siswa di kelas meningkat;
c. Peningkatan dalam hal motivasi belajar siswa secara umum; dan

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 12


d. Hasil UN yang meningkat dan relatif lebih baik dari tahun lalu.(Faizah
and Fauzan 2019)
3. Penelitian yang dilakukan oleh Amiratul Muzeeb Aditya, Arif Rahman
Setyadi, Rizki Leonardho, Analisis Strategi Guru Dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi strategi yang
diterapkan oleh guru untuk menambah motivasi para siswa dalam belajar.
Penelitian kualitatif adalah studi yang digunakan dalam penelitian ini.
Melalui teknik observasi, wawancara, serta dokumentasi dan disajikan
secara deskriptif adalah bagaimana cara data dan informasi dikumpulkan.
Temuan penelitian di atas relevan dengan ruang lingkup skripsi
penulis. Pada penelitian tersebut ditemukan fakta bahwa strategi guru dalam
proses belajar mengajar membutuhkan seperangkat tata cara pengajaran
yang inovatif dalam aktivitas pendidikan. Supaya siswa mempunyai
motivasi yang besar, sebagian usaha dicoba oleh guru untuk
membangkitkan motivasi tersebut. Guru hendaknya dapat memahami
proses belajar siswa, serta memahami dan mengenal kondisi siswa selama
pembelajaran. Hal ini akan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
guru sehingga proses pendidikan bisa berlangsung secara lebih efisien serta
hasilnya maksimal, karena pengetahuan guru mengenai kondisi kejiwaan
siswa akan membantu dalam mengidentifikasi masalah belajar pada siswa
dan bisa dijadikan dasar acuan dalam menambah motivasi kepada peserta
didik sehingga timbul dorongan dalam diri siswa untuk belajar semaksimal
mungkin.(Aditya, Setyadi, and Leonardho 2020)
4. Penelitian yang dilakukan oleh Dianis Izzatul Yuanita, Penerapan
Strategi Pembelajaran Aktif Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
Aswaja Siswa di Madrasah.
Penelitian ini menggali informasi mengenai permasalahan pada
proses pembelajaran karena belakangan ini banyak siswa yang tidak dapat
memahami pembelajaran Aswaja. Ruang dalam penelitian ini mencakup
bagaimana strategi yang dilakukan oleh guru ketika melaksanakan tugas

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 13


mengajar.Metode kualitatif adalah yang digunakan dalam penelitian ini,
dengan teknik pengumpulan data melalui :
a. Wawancara (Interview);
b. Pengamatan (Observasi);dan
c. Dokumentasi.
Hasil penelitian di atas cukup relevan dengan pokok bahasan skripsi
penulis. Hasil penelitian di atas menjelaskan bahwa :
a. Pelaksanaan strategi pendidikan aktif untuk mengupayakan
peningkatan motivasi belajar aswaja di Madrasah Ibtidaiyah
Syarifuddin melalui cara Dialog, jigsaw, tanya jawab.
b. Kenaikan motivasi belajar siswa ditandai dengan timbulnya keaktifan,
kesenangan, dari yang malas jadi giat serta bersemangat. Walaupun
masih terdapat sebagian siswa yang motivasinya tidak bertambah..
c. Faktor pendukung: terdapatnya fasilitas serta sumber belajar yang
mencukupi, atensi dan semangat belajar siswa yang besar, waktu
pembelajaran yang cukup, dan profesionalisme yang ditunjukkan guru
dalam memberikan pelajaran aswaja dalam membimbing siswa di
kelas. Di sisi lain, faktor penghambat yang dapat terjadi antara lain,
adanya beberapa siswa yang masih enggan untuk berpendapat di depan
kelas. Selain kurangnya keaktifan siswa, waktu pendidikan beberapa
siswa dan latar belakang keluarga yang berbeda juga menjadi alasan
yang menghambat.(Izzatul Yuanita 2020)
5. Penelitian yang dilakukan oleh Azizah Nurul Fadlilah, Strategi
Menghidupkan Motivasi Belajar Anak Usia Dini Selama Pandemi
Covid-19 Melalui Publikasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari strategi guru di TK Al-
Huda Kelompok Bermain (KB) Kota Malang dalam mengembalikan
motivasi belajar siswa guna menjaga kelangsungan kebijakan pembelajaran
di rumah dalam pelaksanaan Study From Home (SFH) selama pandemi
COVID-19.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang
bertujuan untuk memperoleh pengetahuan baru dan pemahaman yang

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 14


komprehensif tentang strategi pembelajaran strategi pembelajaran guru
Kelompok Bermain (KB) TK Al-Huda dalam proses peningkatan
pembelajaran siswa di rumah karena wabah COVID-19 di Indonesia.
Penelitian dilakukan pada Kelompok Bermain Taman Kanak-kanak (KB)
Al-Huda yang berlokasi di Jalan Raya Kendalsari di Tulusrejo, Kecamatan
Lowokwaru, Kota Malang.
Penelitian ini relevan dengan skripsi penulis di mana dalam
penelitian tersebut menyimpulkan bahwa strategi guru dalam menambah
motivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar daring selama kebijakan
SFH melalui metode publikasi hasil kerja siswa dalam penugasan. Selama
periode SFH, metode ini diyakini dapat meningkatkan semangat siswa dan
membuat mereka selalu tertarik pada pendidikan daring (online).
Pelaksanaan metode publikasi hasil kerja siswa ini bermanfaat untuk
memicu tumbuhnya motivasi belajar siswa, melatih kedisiplinan dan
ketertiban siswa, dan menambah frekuensi komunikasi antara orang tua
dengan anak sehingga ikatan dalam hubungan mereka jadi lebih dekat.
Dalam pelaksanaan tata cara ini diperlukan konsistensi dari guru supaya
hasil yang diperoleh bisa optimal. Tidak hanya itu, kerja sama dari orang
tua diperlukan supaya penerapan SFH bisa berjalan secara maksimal
sebagaimana yang diharapkan.(Fadlilah 2020)

B. Landasan Teori

1. Teori Komunikasi

Dalam kehidupan manusia, komunikasi adalah suatu aspek penting


yang menunjang kehidupan manusia sehari - hari. Menurut Lasswell dalam
Lattimore (2010) Komunikasi adalah proses pengiriman informasi dari
pengirim pesan (komunikator) ke penerima pesan (komunikan) untuk
menyampaikan tujuan tertentu dari informasi. Peran komunikasi dalam
kehidupan manusia dianggap sangat penting karena dapat menyatukan dan
juga dapat memecah belah peradaban manusia.(Lattimore et al. 2010)
Untuk memahami lebih dalam mengenai komunikasi, terdapat
beberapa definisi komunikasi. Hanafiah dan Hastasari mengemukakan

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 15


bahwa Komunikasi adalah sebuah hal yang terhindarkan dalam hidup
manusia, dalam kelangsungan hidup manusia di setiap harinya, komunikasi
sangat dibutuhkan untuk menunjang kehidupan harian manusia. Akan
tetapi, sering kali komunikasi yang dilakukan oleh manusia setiap harinya
dianggap tidak efektif karena adanya gangguan (noise) (Hanafiah and
Hastasari 2020). Sinambela menyampaikan bahwa komunikasi ialah suatu
sesi pembuatan pesan, pengiriman pesan, penerimaan pesan, serta
pemrosesan pesan yang dilakukan antara dua orang ataupun lebih dengan
tujuan tertentu (Sinambela 2016). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut,
penulis dapat menarik kesimpulan bahwa komunikasi tidak hanya sekedar
mengirim pesan, tetapi harus ada umpan balik, sebagai tanda bahwa pesan
telah diterima, dimengerti oleh penerima pesan. Sebab itu dalam
komunikasi terdapat komponen sebagai berikut:
a. Pengirim / penyampaian pesan (Sender)
b. Penerima pesan (Receiver)
c. Pesan (Message)
d. Media / Perantara (Media)
e. Umpan Balik (Feedback)

Gambar 2.1 : Proses Terjadinya Komunikasi

Gangguan Balikan Gangguan

Pengirim Penerima
Pesan Pesan

Simbol/ Mengartikan
Isyarat Kode/Pesan

Media
(Saluran)

Sumber : https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-komunikasi.html

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 16


2. Teori Hubungan Interpersonal

Manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon), manusia pasti


membutuhkan manusia lain dalam menjalani kehidupan. Manusia selalu
hidup berkelompok dan membangun hubungan dengan manusia lain.
Hubungan yang dijalani oleh manusia dengan manusia lain yang berada
dalam kelompoknya dapat digolongkan sebagai sebuah hubungan
interpersonal.(Wijaya 2013) Dalam penelitian Pearson yang dikutip oleh
Wisnuwardhani dan Mashoedi, Hubungan interpersonal mengacu pada
hubungan antara dua orang atau lebih yang memiliki rasa saling bergantung
serta menerapkan metode interaksi yang konsisten dalam hubungan mereka.
(Wisnuwardhani and Mashoedi 2012)
Hubungan interpersonal yang baik biasanya dimulai dengan rasa
nyaman di antara dua orang yang berinteraksi. Ketika setiap orang yang
berinteraksi menemukan kecocokan atau kesamaan antara dirinya dan orang
lain, biasanya ada rasa nyaman yang membuat mereka merasa terhubung
atau bereaksi satu sama lain (chemistry). Setiap hubungan interpersonal
memiliki arti dan tujuan mempengaruhi dan mengubah perilaku. Saat
berkomunikasi melalui hubungan interpersonal, sikap pengirim pesan lebih
cenderung memperoleh niat untuk mempertimbangkan dan menyetujui
perilaku pengirim pesan
Menurut Jalaludin Rahmat. dikutip dalam Adibah (2017)
menemukan faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal
yaitu (Adibah 2017):
a. Sikap Percaya (trust)
Kepercayaan merupakan salah satu faktor terpenting dalam
menjalin hubungan interpersonal. Faktor yang memiliki kaitan terhadap
sikap percaya meliputi :
1) Karakteristik dan Maksud Orang Lain
Seorang individu cenderung akan lebih percaya kepada
individu lain yang ia anggap memiliki kompetensi, kecakapan, dan
pengalaman dalam sebuah bidang, sehingga individu tersebut bisa
menggantungkan diri pada orang yang ia percayai.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 17


2) Hubungan Kekuasaan
Rasa percaya dari seseorang atau kelompok akan muncul
ketika ada orang yang memiliki kekuasaan yang lebih besar pada
individu lain.
3) Sifat dan kualitas komunikasi yang baik
Ketika komunikasi berlangsung dengan terbuka, ada tujuan
dan sasaran yang jelas, dan harapan terpenuhi maka sifat dan
kualitas komunikasi akan dianggap baik. Dari situ, sikap percaya
berangsur-angsur akan muncul.
b. Sikap suportif
Sikap suportif merupakan sebuah sikap untuk tidak menutup
diri dengan orang lain di dalam sebuah komunikasi. Orang dengan
sikap suportif dalam sebuah komunikasi cenderung lebih mendukung
terciptanya komunikasi dengan baik. Sedangkan orang bersikap
defensif dalam komunikasi ketika dia tidak menerima, tidak jujur, serta
tidak menunjukkan empati terhadap lawan komunikasinya.(Mohd
Amiruddin Bin Mohd Jamaluddin and Mohd Nor Bin Ikhsan 2014)
Perilaku defensif seorang cenderung hendak menggagalkan jalannya
suatu komunikasi interpersonal karena orang dengan perilaku defensif
cenderung menunjukkan perilaku yang berusaha melindungi diri
terhadap adanya potensi ancaman di dalam setiap pesan pada sebuah
komunikasi daripada mencoba melakukan pemahaman terhadap pesan
yang ia terima.
c. Sikap Terbuka
Keterbukaan (open-mindedness) memiliki pengaruh penting
dalam menciptakan sebuah komunikasi interpersonal yang efektif.
Kepercayaan, perilaku suportif, dan perilaku terbuka mendesak
munculnya perasaan saling memahami, serta saling menghargai dan
dengan perasaan tersebut sebuah hubungan interpersonal akan
berkembang dengan baik.(Lattimore et al. 2010)

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 18


Menurut Djamarah, contoh dalam pendekatan komunikasi
personal dapat dilihat dalam hubungan antara guru dengan murid, di
mana guru wajib melaksanakan beberapa hal antara lain(Djamarah
2005):
1) Mengamati dengan penuh simpati dan secara aktif menanggapi
pemikiran siswa dan membangun ikatan rasa saling percaya
2) Membantu siswa dengan metode verbal dan nonverbal
3) Membantu siswa tanpa harus mengambil alih tugasnya
4) Menerima siswa apa adanya atau dengan penuh perhatian
menerima perbedaannya
5) Tanggapi siswa dengan nyaman, penuh daya penjelasan, dan
mungkin bagikan beberapa solusi alternatif

3. Teori Perubahan Perilaku Stimulus Organisme Respons

Menurut Walgito, Sikap manusia sangat dipengaruhi oleh kondisi


manusia itu sendiri serta dimana dia berada, Sikap manusia dipengaruhi oleh
motif tertentu yang mendorongnya untuk berperilaku. (Walgito 2010)
Teori Perubahan Perilaku Stimulus-Organisme-Respons (SOR)
menyatakan bahwa alasan utama terjadinya perubahan perilaku manusia
adalah rangsang (stimulus) yang diproses oleh manusia. Hal ini bermakna
bahwa kualitas dari rangsang (stimulus) seperti kredibilitas (credibility),
kepemimpinan (Leadership), gaya berbicara (Speech Style) merupakan
beberapa rangsang yang dapat mengubah perilaku seseorang.(Walgito
2010)
Teori S-O-R (stimulus-organism-response) lahir di bawah pengaruh
psikologi, hal ini dikarenakan objek penelitian psikologi yang berkaitan
dengan behaviorism mirip dengan prinsip-prinsip komunikasi, dan yang
kedua ilmu tersebut meyakini bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh
banyak faktor. Ini mencakup perilaku, pendapat, sikap, emosi, dan kognisi
konseptual. Berikut adalah komponen dari model SOR (Effendy 2014):
a. Stimulus adalah salah satu bentuk stimulasi dengan informasi atau ide.
b. Organisme adalah individu atau komunikator yang ingin menjadi objek
proses komunikasi persuasif.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 19


c. Respons adalah bentuk reaksi yang merupakan dampak dari adanya
stimulus.
Proses perubahan sikap dan perilaku yang bersumber pada teori
SOR ini bisa dapat dipahami melalui gambar berikut.
Gambar 2.2 : Proses Stimulus-Organisme-Respons

Stimulus

• Perhatian
Organisme • Pengertian
• Penerimaan

Response

Sumber:(htt)http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2HTML/2011200740MCBab2001/page3.ht
ml

Proses pada gambar di atas menggambarkan bahwa perubahan sikap


sangat bergantung pada proses stimulus yang berlangsung. Rangsangan
yang diberikan kepada penerima pesan dapat menimbulkan reaksi berupa
perhatian, pengertian, dan penerimaan. Jika rangsangan diterima dengan
baik dan diproses oleh penerima pesan hingga terlihat adanya reaksi maka
tahap selanjutnya akan berlangsung. Langkah berikutnya menjelaskan
bahwa ketika stimulus telah menarik perhatian penerima pesan, proses
selanjutnya adalah kesediaan untuk melakukan perubahan sikap. Hal
tersebut menjelaskan bahwa proses perubahan sikap ini sangat dipengaruhi
oleh proses komunikasi yang berjalan dengan optimal sebagai kunci utama
dalam proses Komunikasi.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 20


4. Komunikasi Persuasif

Ketika sebuah interaksi sosial dan hubungan interpersonal sudah


terjalin maka untuk bisa memberikan pengaruh, perubahan, atau perbaikan
tingkah laku terhadap orang lain dapat digunakan pendekatan komunikasi
persuasif. Terdapat berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli untuk
menjelaskan hakikat Komunikasi Persuasif.(Soemirat 2014) Komunikasi
persuasif dapat dimaknai sebagai proses mengubah pikiran dan tindakan
orang lain melalui metode manipulasi psikologis yang dapat mempengaruhi
sikap dan perilaku orang lain dengan membuatnya berperilaku seolah – olah
karena kehendaknya sendiri.(Rusmania 2015)
Berdasarkan pendapat Soemirat dan Suryana, Komunikasi Persuasif
merupakan komunikasi di mana komunikator memiliki tujuan khusus untuk
mengubah perilaku komunikan sebagai sasaran komunikasi. Kemampuan
dalam komunikasi persuasif ini dapat memberikan keuntungan dalam
pelaksanaan komunikasi yang memiliki tujuan tertentu karena dapat
mengubah perilaku komunikan agar dapat diarahkan oleh komunikator
(Soemirat, Soleh & Suryana 2014). Menurut Adibah, Komunikasi persuasif
dimaknai sebagai sebuah jenis komunikasi yang bersifat mengajak atau
membujuk orang lain agar mau bertindak sesuai dengan kemauan dari
komunikator (Adibah 2017). De Vito berpendapat bahwa usaha komunikasi
persuasif ini memiliki fokus yang berpusat pada upaya untuk mengubah,
mengatur, dan memperkuat kepercayaan dari orang lain agar mereka dapat
berperilaku atau bertindak sesuai dengan keinginan tertentu komunikator.
Komunikasi persuasif juga diartikan sebagai upaya untuk mengubah
perilaku orang lain melalui pesan yang berfokus pada ciri komunikator serta
pendengar(DeVito 2016). Carl I. Hovland dikutip oleh Dhiaurrahman
mendefenisikan komunikasi persuasif sebagai sebuah usaha sistematis guna
menyampaikan asas-asas informasi secara tegas untuk membentuk
pemikiran dan sikap dari penerima pesan. Hovland mengatakan bahwa
komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain(Dhiaurrahman
2019).

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 21


Gambar 2.3 Model Komunikasi Carl Hovland

Komunikasi Mempelajari Perubahan Sikap


Pesan

•Proses •Perhatian •Perubahan


pengiriman •Pemahaman sikap haruslah
pesan kepada •Pembelajaran dipahami
komunikan sebagai
•Penerimaan
sebuah
•Penyimpanan respons
terhadap
komunikasi
persuasif yang
dilakukan

Sumber : Mulyana, Deddy. 2017. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Cikal bakal komunikasi persuasif berawal dari sebuah teori yang


diperkenalkan oleh Wilbur Schramm di sekitar tahun 1950 dengan nama
“The bullet theory of communication” ataupun teori komunikasi peluru.
Teori ini juga disebut dengan “hypodermic- needle theory” ataupun teori
jarum hipodermik. Dan sering pula disebut sebagai “transmission belt
theory” ataupun teori lajur transmisi.(Mulyana 2017) Meskipun terdapat
beberapa nama julukan, pembahasan dalam teori tersebut pada intinya sama
saja yaitu membahas tentang pengaruh pesan dari komunikator yang
disampaikan lewat media massa kepada komunikan yang dalam hal ini
adalah masyarakat, hal tersebut dianggap sangat efisien dalam mengubah
sikap masyarakat luas.
Komunikasi persuasif berkaitan erat dengan motivasi individu yang
menjadi sasaran dari komunikasi persuasif. Motivasi (motivation) sendiri
memiliki makna sebagai kekuatan dorongan dan mekanisme psikologis
yang memberikan tekanan kepada seseorang atau sebuah kelompok untuk
mencapai tujuan yang ditentukan.(Octavia 2020) Untuk memahami

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 22


pengertian dari komunikasi persuasif dalam suatu proses komunikasi secara
umum, maka harus dipahami dengan baik mengenai unsur-unsur yang
terdapat pada komunikasi persuasif. Unsur-unsur yang terdapat pada
komunikasi persuasif meliputi (Soemirat, Soleh & Suryana 2014) :
a. Persuader
Merupakan individu maupun kelompok yang menjadi pengirim
pesan verbal (lisan) maupun non-verbal (perbuatan) dengan motif untuk
memberikan pengaruh pada orang lain yang bertindak sebagai penerima
pesan (persuade) untuk merubah perilaku, pemikiran, serta sikap dan
perbuatannya.
b. Persuade
Merupakan orang ataupun sekelompok orang yang menjadi
sasaran komunikator (persuader) untuk menyalurkan pesan baik secara
lisan (verbal) ataupun perbuatan (non-verbal). Pemahaman dari
persuade terhadap pesan yang yang telah disampaikan oleh persuader
menjadi tolok ukur efisien atau tidaknya komunikasi persuasif yang
terjalin. Penyerapan terhadap makna dari pesan yang disampaikan oleh
persuader sangat dipengaruhi oleh kemampuan dari persuade dalam
memahami sebuah pesan yang didukung oleh pengetahuan,
pengalaman, dan kemampuan belajar dari persuade.
c. Pesan Persuasif
Sebuah upaya dalam rangka mengubah pikiran, pendapat, dan
tingkah laku orang lain (persuade) yang dilakukan secara sadar oleh
persuader melalui pesan dengan motif tertentu yang mengarahkan
persuade untuk memicu perubahan pada pikiran, pendapat, dan
perilaku dari persuade menuju kepada tujuan yang ditentukan.
d. Saluran
Merupakan sebuah saluran / kanal yang mana ketika seorang
persuader mengirimkan pesan kepada persuade. Saluran / kanal
(channel) ini digunakan persuader untuk menyampaikan pesan kepada
semua orang yang bertindak sebagai persuade baik itu secara resmi

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 23


ataupun non - resmi dengan cara bertatap muka langsung (face to face)
maupun melalui media bantu (mediated tools).
e. Umpan balik
Umpan balik merupakan suatu jawaban dari komunikan yang
menurut jenisnya dibagi menjadi dua yakni umpan balik internal dan
eksternal. Umpan balik internal ialah tanggapan dari pengirim pesan
(komunikator) sebagai perbaikan dari pesan yang sudah disampaikan.
Sedangkan umpan balik eksternal ialah tanggapan ditunjukkan oleh
penerima pesan (komunikan) ketika pesan yang sudah disampaikan
telah dimengerti ataupun tidak. Tanggapan yang ditunjukkan dapat
berupa perubahan perilaku, pendapat, pemikiran serta tingkah
laku.(Soemirat, Soleh & Suryana 2014)
Untuk memahami proses komunikasi persuasif secara
komprehensif, terdapat banyak referensi yang dapat digunakan terkait
proses komunikasi persuasif. Proses komunikasi persuasif akan lebih mudah
dipahami ketika dijelaskan dengan model komunikasi, model merupakan
sebuah representasi fenomena yang menonjolkan unsur penting dalam suatu
proses (Mulyana, 2007 dalam Hendri, 2019). Karena pada dasarnya, model
merupakan perumpamaan yang menggambarkan realitas yang kompleks
(Ilardo, 1981 dalam Hendri, 2019).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan model komunikasi
persuasif Elaboration Likelihood Model (ELM) atau teori kemungkinan
elaborasi. Model dianggap relevan dengan proses komunikasi persuasif
yang terjadi pada lokus penelitian penulis. Model ELM ini lebih
menekankan proses kognitif persuadee pada saat melakukan evaluasi pesan
persuasif yang diberikan oleh persuader, yang mana tidak semua persuadee
dapat memproses pesan dengan baik (Hendri, 2019). Persuadee memproses
pesan karena proses elaborasi berkaitan dengan kesesuaian isi pesan
terhadap informasi yang sudah dimiliki dan kemudian akan mengevaluasi
pesan tersebut (Lien, 2001 dalam Hendri, 2019).
Proses komunikasi persuasif dipengaruhi oleh segala hal yang ada di
dalam pikiran persuadee, Ada tiga faktor menonjol dalam komunikasi

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 24


persuasif ini yaitu motivasi, kesempatan, dan kemampuan persuadee
mengolah pesan persuasi. Ketika tiga faktor tersebut dimiliki dan dikuasai
dengan baik oleh persuadee, maka hal tersebut akan membuat mereka lebih
kritis dalam menerima pesan dan menghasilkan perubahan sikap yang
cenderung permanen. Sedangkan ketika persuadee tidak memiliki ketiga
faktor tersebut, maka persuadee akan melihat faktor di luar pesan dalam
mengambil sikap secara cepat. Tujuan utama dalam sebuah proses
komunikasi persuasif yaitu terjadinya transformasi sikap, pemikiran, dan
tindakan yang dialami persuade setelah menerima pesan persuasif. Hal
inilah yang membedakan komunikasi persuasif dengan komunikasi pada
umumnya.

5. Motivasi Belajar

Untuk memperdalam pemahaman kita mengenai motivasi belajar,


harus dipahami terlebih dahulu pendapat beberapa ahli yang memberikan
pendapat mengenai motivasi. Menurut Isbandi Rukminto Adi yang dikutip
oleh Kusen, Motivasi memiliki kata dasar motif yang bermakna kekuatan
yang berada di dalam diri untuk mendorong individu melakukan sebuah
tindakan (Kusen 2016). Menurut Leavitt dalam Suryaningsih, motivasi
belajar adalah totalitas dari seluruh energi penggerak selaku pendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu, entah itu sumbernya berasal dari dalam
diri ataupun dari luar orang tersebut yang menjamin kelangsungan aktivitas
belajar tetap pada arah yang tepat agar tujuan dalam kegiatan belajar dapat
tercapai (Suryaningsih 2020).
Penjelasan di atas merupakan sebuah gambaran secara jelas bahwa
adanya motivasi / dorongan dalam diri manusia berkaitan erat dengan
eksistensi suatu tujuan yang ingin diraih. Ketika sebuah tujuan memiliki
makna yang sangat berharga bagi seorang individu, maka akan muncul
kekuatan motivasi yang semakin besar di dalam individu tersebut. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa keberadaan motivasi sangat berguna dan dapat
mempengaruhi pikiran dan tindakan individu. Menurut pendapat Ngalim
Purwanto yang dikutip oleh Suharni dan Purwanti, fungsi-fungsi motivasi
adalah : (Suharni and Purwanti 2019)

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 25


a. Mendorong manusia untuk bertindak/berbuat.
Motivasi berfungsi sebagai sebuah mesin untuk menggerakkan
individu dan memberi kekuatan yang lebih besar kepada individu dalam
menjalani suatu kegiatan.

b. Menentukan arah perbuatan.


Artinya adalah menetapkan tujuan atau cita-cita yang jelas.
Motivasi menghindari penyimpangan kegiatan dari tujuan yang ingin
dicapai. Makin jelas suatu tujuan ditetapkan, maka semakin tampak alur
yang harus dijalani dalam pencapaian tujuan tersebut.
c. Menyeleksi perbuatan.
Maknanya sebuah perilaku selektif dengan memilah dan
memilih perbuatan yang menjadi prioritas utama dalam pencapaian
tujuan dan mengesampingkan segala perbuatan yang bukan menjadi
prioritas dan dianggap kurang memberikan dampak dalam pencapaian
tujuan.
Terdapat dua jenis sumber motivasi menurut Leavitt yang dikutip
dalam Suryaningsih, yakni (Suryaningsih 2020):
a. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi yang bersumber dari luar diri tiap orang, contohnya
seperti dari teman atau lingkungan sekitar.
b. Motivasi intrinsik
Motivasi yang timbul dari dalam diri seorang, seorang
melaksanakan sesuatu karena ada dorongan niat dari dalam diri sendiri
yang membuatnya mau melaksanakannya.
Motivasi belajar menurut penulis adalah sebuah dorongan dalam diri
sendiri yang menggerakkan individu untuk mempelajari suatu ilmu yang
belum ia ketahui sebelumnya

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 26


C. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah penjelasan pengertian dari variabel


penelitian yang berguna untuk menyatukan persepsi penafsiran agar tidak
terjadi kesalahan dalam memahami definisi yang digunakan oleh penulis. Pada
penelitian ini penulis merujuk pada kepustakaan, berikut definisi operasional
penelitian ini antara lain :

1. Anak

Setiap manusia tentu akan mengalami proses berkembang biak


dengan melahirkan melalui perkawinan sah dilakukan oleh sepasang
manusia yakni laki-laki dan wanita. Hasil perkawinan inilah yang kemudian
disebut dengan anak. Anak yang dilahirkan ini diharapkan dapat menjadi
generasi penerus bangsa di kemudian hari. Namun, akan menjadi sangat
disayangkan apabila anak tersebut melakukan tindak pidana. , Anak yang
berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut dengan Anak adalah
anak yang telah berusia 12 tahun dan belum berusia 18 tahun yang diduga
melakukan tindak pidana.

2. Motivasi Belajar

Motivasi belajar bermakna sebagai dorongan yang muncul pada


Anak baik itu dalam dirinya sendiri maupun dorongan yang datang dari luar
dirinya sehingga pada akhirnya akan menmbuat Anak tersebut merasa lebih
bersemangat dan lebih fokus dan terarah ketika belajar.

3. Hubungan Interpersonal

Hubungan interpesonal memiliki definisi sebagai dan tujuan untuk


mempengaruhi dan mengubah tindakan, sikap dari pengirim pesan yang
bermaksud memperoleh pertimbangan, persetujuan atas tindakan dari
pengirim pesan, apa-apa yang dikatakan dan dimaksudkannya dalam segala
perkataan komunikator tersebut. Komunikasi boleh juga ditujukan untuk
memberi informasi, menghibur, dan mempengaruhi.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 27


4. Perubahan Perilaku

Proses perubahan perilaku terjadi karena adanya rangsangan yang


diproses oleh otak untuk kemudian dikonversikan menjadi sebuah perilaku
pada diri manusia. Komunikasi persuasif merupakan salah satu rangsangan
yang baik dan efektif dalam mendorong perubahan perilaku seseorang.

5. Komunikasi Persuasif

Komunikasi persuasif yaitu pengembangan dari pelaksanaan


komunikasi yang biasa digunakan manusia untuk saling mengirim dan
menerima pesan. Pengembangan ini terjadi ketika manusia menggabungkan
prinsip komunikasi dengan prinsip persuasif yang merupakan proses untuk
mempengaruhi pemikiran, dan perilaku orang lain. Komunikasi persuasif
ini pada dasarnya sama seperti komunikasi biasa, namun yang membedakan
antara komunikasi persuasif dengan komunikasi biasa yaitu komunikasi
persuasif digunakan oleh komunikator dengan tujuan untuk mempengaruhi
dan mengendalikan perilaku komunikan melalui pesan dengan sifat
persuasif yang dikirimkan oleh komunikator kepada komunikan untuk
kemudian dipahami dan dilaksanakan sesuai kehendak komunikator.

D. Kerangka Pikir

Penulis menggunakan skema kerangka pikir untuk menjelaskan


jalannya penelitian yang akan dilakukan. Kerangka pikir digunakkan oleh
penulis karena dapat menggambarkan secara komprehensif alur penelitian yang
akan dilakukan oleh penulis pada penelitian ini. Kerangka pikir dalam
penelitian ini akan mengurutkan skema terjadinya komunikasi persuasif antara
Anak dengan petugas pemasyarakatan dan tutor hingga pada akhirnya
mencapai tujuan yang diharapkan.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 28


Gambar 2.4 : Kerangka Pikir
STRATEGI MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK
MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKASI PERSUASIF DI
LPKA KLAS I KUTOARJO

POKOK MASALAH
1.Minimnya motivasi Anak dalam mengikuti kegiatan
layanan pendidikan di LPKA Klas I Kutoarjo
2. Kendala yang muncul dalam hubungan interpersonal
antara Petugas atau Tutor dengan Anak

MELAKSANAKAN PENDEKATAN
HUBUNGAN INTERPERSONAL

TUTOR DAN PIHAK PETUGAS LPKA


KETIGA LAIN ANAK

PELAKSANAAN KOMUNIKASI PERSUASIF


UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
ANAK

MENINGKATKANYA MOTIVASI BELAJAR


ANAK DI LPKA KLAS I KUTOARJO

Sumber : Redaksi Penulis

Berdasarkan kerangka pikir di atas dapat dipahami bahwa dalam


melaksanakan strategi meningkatkan motivasi belajar Anak melalui
pendekatan komunikasi persuasif dibutuhkan peran petugas LPKA, tutor
belajar Anak, dan pihak ketiga lain yang terlibat dalam mengidentifikasi pokok
permasalahan yang membuat Anak memiliki motivasi belajar yang rendah dan
sulit menjalin hubungan interpersonal yang baik dengan petugas LPKA, tutor,
maupun pihak ketiga lain. Setelah pokok permasalahan telah teridentifikasi,
maka selanjutnya petugas LPKA bersama tutor dan pihak ketiga lain dapat
mulai membangun hubungan interpersonal yang baik dengan Anak agar bisa
lebih dekat dan memahami satu sama lain. Setelah hubungan interpersonal

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 29


antara anak dengan petugas LPKA dan tutor / pihak ketiga lain sudah berjalan
dengan baik dan rasa percaya Anak sudah mulai tumbuh, maka dapat dilakukan
pendekatan komunikasi persuasif terhadap Anak yang memiliki motivasi
belajar rendah untuk diarahkan dan dibimbing supaya memiliki minat dan
motivasi yang lebih baik untuk belajar. Ketika proses komunikasi persuasif
dalam upaya meningkatkan motivasi belajar anak dapat berlangsung dengan
baik maka motivasi belajar Anak di LPKA juga akan meningkat.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 30


BAB III METODE PENELITIAN

A. Pengertian dan Pemahaman Metode Kualitatif

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, yang


digunakan untuk menjabarkan keadaan faktual di lapangan terkait penerapan
strategi dalam meningkatkan motivasi belajar Anak di Lembaga Pembinaan
Khusus Anak Klas I Kutoarjo melalui pendekatan komunikasi
persuasif.(Cresswell 2014) Penelitian ini menekankan studi kualitatif dengan
karakteristik analisis informasi induktif serta deduktif. Informasi penelitian ini
diperoleh dari dokumen tentang strategi meningkatkan motivasi belajar,
pelaksanaan komunikasi persuasif, peraturan perundang- undangan, riset serta
publikasi jurnal tekait, dan wawancara dengan narasumber yang menguasai
keadaan lapangan. Pelaksanaan penelitian kualitatif memiliki sifat fleksibel
karena bisa menyesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan di lapangan.
Cresswell mengemukakan pendapatnya mengenai pola pikir yang
digunakan dalam metode penelitian kualitatif ini memiliki sifat induktif
(empiris– rasional). Perspektif partisipan ialah poin yang diutamakan serta
dihargai besar dalam penelitian kualitatif. Perhatian penulis tertuju pada
anggapan serta makna informasi yang dikemukakan dari sudut pandang
partisipan yang diteliti sehingga informasi yang diperoleh ialah kenyataan yang
terdapat di lapangan dan penulis bisa lebih menguasai secara mendalam
indikasi ataupun fenomena yang sesungguhnya terjadi(Cresswell 2014).
Sedangkan Sugiyono berpendapat bahwa metode penelitian kualitatif ialah
suatu metode yang digunakkan untuk mempelajari keadaan obyek secara
alamiah (kebalikan dari eksperimen) yang mana dalam penelitian kualitatif
peneliti merupakan instrumen kunci dalam penelitian. Metode pengumpulan
informasi dilakukan melalui penggunaan teknik triangulasi (kombinasi),
analisis informasi induktif, dan penelitian kualitatif yang lebih menekankan
pada makna khusus dari sebuah permasalahan daripada melakukan penjelasan
generalisasi terhadap masalah tersebut. (Sugiyono 2016)

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 31


B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi permasalahan (Case


Study) yang mengkaji sebuah permasalahan dari sebuah kasus. Menurut
Creswell, studi kasus (case study) adalah bagian dari pendekatan kualitatif yang
mengeksplorasi masalah tertentu dengan menghubungkan kumpulan berbagai
sumber data(Cresswell 2014). Berdasarkan pada uraian di atas bisa
disimpulkan jika metode penelitian deskriptif kualitatif melalui pendekatan
studi kasus merupakan suatu rangkaian aktivitas untuk memperoleh data
dengan cara menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Penelitian ini hendak
difokuskan pada bagaimana strategi Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I
Kutoarjo dalam meningkatkan motivasi belajar Anak melalui komunikasi
persuasif yang meliputi:
1. Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Melalui Komunikasi
Persuasif di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Kutoarjo.
2. Kendala yang Ditemukan Dalam Pelaksanaan Strategi Meningkatkan
Motivasi Belajar Anak Melalui Pendekatan Komunikasi Persuasif di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Kutoarjo.

C. Sumber Data

Sumber data dan informasi sangat diperlukan dalam suatu penelitian, di


mana sumber data dan informasi tersebut bermanfaat untuk memenuhi
penjelasan dari sebuah penelitian. Data dan informasi yang diperoleh selama
penelitian memerlukan penjelasan mengenai sumber informasi tersebut.
Sumber informasi penelitian dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Data Primer

Merupakan sebuah data yang didapatkan melalui wawancara


langsung dengan informan oleh narasumber dan pertanyaan yang diajukan
sesuai dengan pedoman penelitian yang disusun oleh penulis. Penulis
menggunakan purposive sampling saat memilih informan. Menurut
Sugiyono, teknik purposive sampling adalah sebuah teknik pengambilan
sampel sumber data dengan pertimbangan dan tujuan tertentu, antara lain

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 32


pemilihan sumber data atau orang yang diyakini paling memahami apa yang
diharapkan. (Sugiyono 2016)
Oleh karena itu, pemilihan informan dilakukan atas dasar
pertimbangan yang dibuat oleh peneliti berdasarkan karakteristik tertentu
dari informan yang memahami lebih dalam mengenai penelitian yang
dilakukan. Berdasarkan uraian di atas maka informan kunci yang terpilih
dalam tabel berikut, antara lain:
Tabel 3.1 Pemilihan Informan

No Informan Jumlah Alasan pemilihan Kriteria Informan

Anak yang mengikuti


program kejar paket di
Anak merupakan objek
PKBM Tunas Mekar
1. Anak 4 Anak dalam program pendidikan.
pada tahun ajaran
2020/2021 selama dua
semester penuh.

Kepala
Sub. Seksi Kepala Sub. Seksi Kepala Sub. Seksi
Pendidikan Pendidikan dan Latihan Pendidikan dan Latihan
dan Kerja merupakan petugas Kerja memiliki informasi
2. Latihan 1 Petugas yang memiliki tanggung atau data yang lengkap
Kerja jawab dalam pelaksanaan mengenai program
LPKA program Pendidikan dan pendidikan bagi Anak di
Klas I Latihan Kerja bagi Anak LPKA.
Kutoarjo

Tutor / Tutor / Pengajar


Pengajar mempunyai peranan dalam Tutor / Pengajar dengan
3. PKBM 1 Tutor pelaksanaan pendidikan di kriteria jam mengajar 24
“Tunas LPKA yaitu memberikan jam dalam 1 minggu
Mekar” pendidikan kepada anak.
Sumber : Data Primer Penulis

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 33


2. Data Sekunder

Data didapatkan dari berbagai sumber informasi, meliputi:


a. Berbagai dokumen yang terdapat pada objek penelitian.
b. Buku dan artikel ilmiah yang berkaitan dengan penelitian ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik yang digunakan peneliti untuk


menghimpun data yang lengkap guna menyelesaikan penelitian ini. Teknik
pengumpulan data adalah sebuah keharusan, karena akan dijadikan sebagai
dasar menyusun instrumen penelitian.(Kristanto 2018) Dalam penelitian
kualitatif, pengumpulan data dilakukan secara natural setting (kondisi
alamiah), sumber data primer dan teknik pengumpulan data lebih pada
observasi berperan serta wawancara mendalam dan dokumentasi.(Sugiyono
2016) Penulis menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data
penelitian, antara lain :

1. Penelitian Lapangan (Field Work Research)

Merupakan sebuah penelitian yang dilaksanakan dengan terjun


secara langsung ke lapangan untuk melakukan beberapa cara, yakni :
a. Observasi.
Observasi / pengamatan adalah suatu kegiatan mengamati
dengan tujuan untuk memenuhi suatu syarat tertentu berupa keabsahan
dan kesesuaian suatu hal yang diamati agar hasil dari suatu pengamatan
dalam sebuah penelitian dapat sesuai dengan kenyataan di lapangan
yang ada dan terjadi terhadap sasaran pengamatan (Ardianto 2019).
Peneliti akan melakukan observasi terhadap pelaksanaan pendidikan di
LPKA Klas I Kutoarjo untuk melihat secara langsung bagaimana
pelaksanaan strategi meningkatkan motivasi belajar Anak melalui
pendekatan komunikasi persuasif
b. Wawancara
Wawancara merupakan sebuah proses komunikasi
pewawancara dan informan secara langsung (Yusuf 2014). Wawancara
/ Interview adalah cara mendapatkan informasi melalui dialog antara

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 34


pewawancara yang merupakan pemberi pertanyaan (interviewer) dan
narasumber (Interviewee) yang memberikan jawaban pada pertanyaan
yang diajukan (Fadli 2021). Wawancara mendalam adalah interaksi
antara satu orang pewawancara dengan satu orang informan
(Darmalaksana 2020). Pada penelitian ini proses wawancara dilakukan
oleh peneliti kepada Kepala Subseksi Pendidikan dan Latihan Kerja (1
orang), Tutor belajar anak (1 orang) dan Anak yang menjalani
pembinaan di LPKA (4 Anak). Melalui wawancara tersebut diharapkan
peneliti mendapatkan gambaran mengenai hal yang diteliti.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan metode yang untuk melakukan
penelusuran terhadap data historis yang dapat berupa dokumen tentang
orang atau sekelompok orang, peristiwa, atau kejadian dalam situasi
sosial yang sangat berguna dalam penelitian kualitatif (Yusuf 2014).
Dokumentasi merupakan sebuah teknik dalam pencarian data melalui
berbagai dokumen yang berisi catatan, transkrip, buku, notulen rapat,
agenda serta dokumen lain yang menunjang penelitian penulis (Dr.
Wahidmurni 2017).

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang


memanfaatkan perpustakaan konvensional dan perpustakaan daring (online)
sebagai wadah dalam pengumpulan data yang bersifat kepustakaan seperti
buku, artikel / jurnal ilmiah, kamus hukum, dan peraturan dalam undang -
undang.(Darmalaksana 2020)

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode interaktif Miles, Huberman dan


Saldana dalam melakukan analisis data. Metode ini terbagi dalam 4 (empat)
tahapan penelitian yaitu: pengumpulan data (data collection), reduksi data
(data reduction), representasi data (data display), dan penarikan kesimpulan
atau verifikasi (conclusion drawing / verifying)(Miles, Huberman, and Saldana

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 35


2014). Data di dalam penelitian ini merupakan data asli dan data tambahan yang
didapatkan oleh peneliti dari metode kualitatif.
Gambar 3.5 Teknik Analisis Data

Pengumpulan Data Reduksi Data

Simpulan -
Simpulan :
Penyajian Data
Penarikan /
Verifikasi

Sumber:https://www.google.com/search?q=gambar+metode+interaktif+Huberman&safe

Analisa data model Miles dan Huberman membagi menjadi 4 (empat)


bagian antara lain:
1. Pengumpulan data (data collection)
Pada tahap ini, digunakan teknik triangulasi observasi, wawancara
dan dokumentasi dalam pengumpulan data agar data yang dikumpulkan
sifatnya valid dan konsisten. Tahap pengumpulan data merupakan salah satu
langkah awal dari penelitian, peneliti melakukan penelitian dan eksplorasi
data secara garis besar mengenai kondisi dari objek dan subjek penelitian.
2. Reduksi data (data reduction)
Mengurangi, meringkas, atau mengklasifikasikan data dasar dan
mengarahkan fokus kepada topik – topik penting dalam penelitian. Hasil
reduksi dapat berupa data atau gambar yang jelas sehingga dapat
memudahkan peneliti dalam mengumpulkan lebih banyak data. Komputer

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 36


dapat digunakan sebagai teknologi modern untuk menyimpan data dalam
bentuk soft file yang dapat membantu mengurangi jumlah data fisik.
3. Representasi data (data display)
Dalam penelitian kualitatif, representasi data dapat berbentuk uraian
singkat, diagram, diagram alir, dll. Sehingga lebih mudah bagi pembaca
untuk dapat memahami proses penelitian yang dilakukan oleh penulis
berdasarkan data yang sudah dikumpulkan dan disajikan. Data yang
dikumpulkan lalu diklasifikasikan dan dianalisis untuk mengetahui alasan
utama yang mempengaruhi hasil kerja yang tidak dapat diterima.
4. Kesimpulan atau verifikasi data (Conclussion drawing / verifying)
Pada tahap ini penarikan kesimpulan masih belum final, apabila
tidak terdapat bukti pendukung yang bisa dipercaya untuk membuktikan
kesimpulan tersebut pada tahap selanjutnya, maka kesimpulan tersebut
dapat diubah sesuai dengan bukti yang ada. Namun jika peneliti kembali ke
lokasi penelitian untuk mengumpulkan data ulang dan ditemukan bukti -
bukti pendukung terhadap kesimpulan sebelumnya yang valid dan
konsisten, maka kesimpulan yang diberikan sebelumnya adalah kesimpulan
yang kredibel / dapat dipercaya.(B.Miles, Huberman, and Saldana 2014)

F. Jadwal Penelitian

Proses penelitian dimulai tanggal 13 April 2021 hingga Juli 2021 atau
berlangsung selama kurang lebih 5 bulan. Penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data yang meliputi observasi, wawancara, dan pencatatan. LPKA
kelas I Kutoarjo yang menjadi lokus penelitian menurut penulis merupakan
lokus yang sesuai untuk penelitian ini karena menyediakan pendidikan non-
formal bagi Anak dengan partisipasi yang tinggi. Untuk memahami jadwal
penelitian dengan lebih jelas silakan merujuk ke tabel matriks yang disediakan
oleh penulis

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 37


Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November

No Kegiatan
12341234123412341234123412341234
Penyusunan
1
Proposal
Pelaksanaan
2 Seminar
Proposal
Koordinasi Izin
3 Penelitian
Dengan UPT
Pengambilan dan
4 Penyusunan
Data
Penyusunan
5 Data Hasil
Penelitian
Pelaporan Hasil
6 Penelitian
Skripsi
Sumber : Redaksi Penulis

G. Langkah Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat langkah – langkah yang penting untuk


dilaksanakan agar penelitian menjadi terarah dan mencapai efektivitas
maksimum, sehingga dapat mencapai hasil yang diinginkan. Adapun langkah-
langkah dalam penelitian ini adalah:
1. Langkah Persiapan atau Pendahuluan
Pada langlah ini peneliti mulai mengumpulkan buku atau teori yang
berkaitan dengan strategi meningkatkan motivasi belajar melalui
komunikasi persuasif.
2. Langkah Pelaksanaan.
Langkah ini dilakukan dengan mengumpulkan data terkait
pertanyaan penelitian dan lokasi penelitian. Dalam proses pengumpulan
data tersebut, penulis menggunakan metode observasi, wawancara dan
pencatatan
3. Langkah Analisis Data

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 38


Pada langkah ini, penulis akan mengumpulkan semua data secara
rinci dan secara sistematis agar data mudah dipahami secara jelas ketika
penulis mengkomunikasikan penelitiannya kepada orang lain.
4. Langkah Pelaporan
Langkah ini merupakan langkah terakhir dalam penelitian yang
dilakukan oleh penulis. langkah ini dilakukan melalui laporan tertulis hasil
penelitian yang telah diselesaikan. Laporan tersebut akan ditulis dalam
bentuk skripsi.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 39


BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

A. Profil UPT

1. Sejarah Singkat LPKA Klas I Kutoarjo

Sejarah LPKA Klas Kutoarjo dimulai ketika Belanda yang sedang


berkuasa di Indonesia membangun sebuah bangunan untuk menampung
sipil dan tahanan perang pada tahun 1880. Pada tahun 1945, dilakukan
proses nasionalisasi besar besaran dan gedung ini diambil alih menjadi milik
Pemerintah Republik Indonesia. Pada saat itu gedung ini tidak digunakan
sampai tahun 1948. Hingga pada akhirnya gedung ini dijadikan Barak untuk
para prajurit Badan Keamanan Rakyat (BKR) atau Tentara Nasional
Indonesia (TNI), pada tahun ini juga gedung ini dialih fungsikan kembali
menjadi rumah penjara hingga tahun 1960. Pada 1962–1964 bangunan
gedung ini beralih fungsi menjadi penjara khusus bagi orang-orang jompo.
Hingga pada tahun 1979 digunakkan sebagai Lembaga Pemasyarakatan
Anak Negara (LPAN) di Kutoarjo, hal ini berdasarkan adanya Keputusan
Menteri Kehakiman RI Nomor : JS.4/5/16 Tahun 1979, tanggal 8 Juni 2979
tentang Pembentukan Lembaga Pemasyarakatan Anak Negara di Kutoarjo.
Pada tahun 1983 tepatnya pada 16 Desember 1983 Menteri
Kehakiman merilis Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.03-
UM.01.06 tentang Penetapan Lembaga Pemasyarakatan tertentu sebagai
Rumah Tahanan, dengan begitu keberadaan LPAN Kutoarjo berganti fungsi
menjadi Cabang Rumah Tahanan (Rutan) Purworejo yang berlokasi di
Kecamatan Kutoarjo. Atas dasar Keputusan Menteri Kehakiman RI tanggal
5 Februari 1991 Nomor M.01.PR.07.03 yang pada prakteknya dilaksanakan
pada tahun 1993 dengan substansi yang menginstruksikan pemindahan
Lembaga Pemasyarakatan Anak yang sebelumnya ada di Ambarawa untuk
dipindahkan ke Cabang Rutan Purworejo yang ada di Kutoarjo dan
mencabut status Cabang Rutan Purworejo untuk diganti menjadi LP Anak
Kutoarjo. Mulai tahun 2015 hingga saat ini telah beralih nama menjadi
Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Kutoarjo berdasarkan

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 40


Permenkumham RI Nomor 18 Tahun 2015 tentang ORTA LPKA dan
dipakai sampai saat ini.
LPKA Klas I Kutoarjo ini mempunyai nilai sejarah dikarenakan bangunan
yang berdiri merupakan bangunan asli Pemerintahan Belanda pada tahun
1880 yang masih digunakan hingga saat ini. Bangunan ini berdiri diatas
tanah milik negara dengan luas 6.195m2 dengan bertepatan pada jalan utama
Lintas Selatan Pulau Jawa. LPKA Klas I Kutoarjo terletak di Jalan Pangeran
Diponegoro No. 36a RT 05 RW 01, Kelurahan Kutoarjo, Kecamatan
Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Lembaga
Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas I Kutoarjo memiliki visi dan misi
sebagai berikut :
a. Visi
Menjadi penyelenggara pemasyarakatan yang profesional dalam
penegakan hukum dan perlindungan HAM.
b. Misi
1) Menegakkan hukum dan HAM terhadap Anak;
2) Mengembangkan pengelolaan pemasyarakatan dan menerapkan
standar pemasyarakatan berbasis IT;
3) Meningkatkan partisipasi masyarakat (pelibatan, dukungan dan
pengawasan) dalam penyelenggaran pemasyarakatan;
4) Mengembangkan profesionalisme dan budaya kerja petugas
pemasyarakatan yang bersih dan bermatabat;
Melakukan pengkajian dan pengembangan penyelenggaraan
pemasyarakataan.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 41


2. Struktur Organisasi LPKA Klas I Kutoarjo

Gambar 4.6 Struktur Organisasi LPKA Klas I Kutoarjo

Kepala LPKA

HARI WINARCA,
Bc.IP., S.Sos., S.H.,
M.H.

Ka. Sub BagianUmum

RAKHMADI CAHYONO,
Amd. IP, S.H

Ka.Urusan Kepeg & Ka.Urusan Keu &


TU Perlengkapan

DWI PUJI LESTARI, TANTI WIDIYANAH,


S.IP AMD. IP, S.H.

Ka.Seksi Registrasi & Ka.Seksi Ka.Seksi Perawatan Ka.Seksi Pengawasan&


Klasifikasi Pembinaan Penegakan Disiplin
-
TAUFIK NUGROHO, RINI ASTUTI, S.H. SUGIYANTO, Amd. IP,
S. Pd. SH, MH

Ka Subsi Pelayanan Ka.Subsi Adm.


Makanan, Minuman Pengawasan &
Ka.Subsi Ka.Subsi dan Perlengkapan Penegakan Disiplin
Registrasi Pendidikan &
Lat.
Keterampilan DWI PRASETYO
AHMAD RIVANGI
WAGIMAN, S.IP UTOMO S.H., M.H.
A.Md. P., S.H., M.H
SUPRAYITNO,
S.IP

Ka.Subsi Ka.Subsi
Penilaian & Bimkemas &
Ka.Subsi Pelayanan
Kesehatan
Regu – Regu
Pengklasifikasian Pengentasan
Pengawas
OSCAR AGUS SUPRAPTO, SH
M., S. Pd. MULYONO, SH

Kelompok
Jabatan
Fungsional

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 42


3. Data Substantif dan Fasilitatif

Tabel 4.3 Data Substantif

Struktural/Jabatan L P Jumlah
Kepala (Es. IIIA) 1 - 1
Ka. Seksi (Es. IVA) 5 - 5
Ka. Sub Seksi (Es. VA) 6 2 8
JFK - - -
JFU 10 9 19
JFU Staf PPD 1 - 1
JFU (Sat. Pengaman LPKA) 17 3 20
JFU (P2U) 4 - 4
Jumlah 44 14 58
Sumber : Sub Bagian Umum LPKA Klas I Kutoarjo

Tabel 4.4 Data Fasilitatif

NO NAMA BARANG JML SAT BAIK RR RB KET


TANAH
1 Lokasi
(Sertifikat
Tanah Bangunan Kantor
1 6.195 m2 6.195 - - an
Pemerintah
Kementeri
an)
BANGUNAN
1 Unit, 2
Lantai
Bangunan Gedung
1 444 m2 444 - - Gedung
Kantor Permanen
Kantor
Utama
1 Unit, 2
Lantai
Bangunan Gedung Lt.1-Aula
2 266 m2 266 - -
Pertemuan Permanen Besar;
Lt.2-
Mushola

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 43


NO NAMA BARANG JML SAT BAIK RR RB KET
1 Unit
2 Rg.
Kerja; 2
Bangunan Gedung Gudang;
3 263 m2 263 - -
Pendidikan Permanen 1 Rg.
Konseling;
5 Rg.
Kelas.
4 Unit (2
2
4 Gedung Pos Jaga Atas 16 m - 8 8 Unit RR, 2
Unit RB)
Gedung Garasi/Pool
5 32 m2 32 - - 1 Unit
TRANSPAS
Bangunan Gedung
6 66 m2 66 - - 1 Unit
Kesenian/Gamelan
1 Unit
(Kap. 65
Bangunan Gedung LP Orang)
7 381 m2 - 381 -
Kelas II Wisma
Hunian
Andik
Rumah Negara 1 Unit
8 Golongan I Tipe B 72 m2 - 72 - (RUMDIS
Permanen Kepala)
Rumah Negara 6 Unit
2
9 Golongan I Tipe D 36 m - 36 - (RUMDIS
Permanen Jabatan)
Rumah Negara 1 Unit
2
10 Golongan I Tipe E 52 m - 52 - (RUMDIS
Permanen Pegawai)
11 Pagar Permanen 2 Unit 2 - - 1-Pagar
Gapura
Depan,
2-Pagar
Keliling
dalam
Sumber : Sub Bagian Umum LPKA Klas I Kutoarjo

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 44


Gambar 4.7 Denah LPKA

Sumber : Sub Bagian Umum LPKA Klas I Kutoarjo

B. Pembahasan dan Analisis

1. Strategi Komunikasi Persuasif dalam Meningkatkan Motivasi Belajar


Anak di LPKA Klas I Kutoarjo

Pendidikan merupakan salah satu hak Anak yang harus tetap diberikan
ketika Anak menjalani pembinaan di LPKA. Di LPKA Klas I Kutoarjo,
pelaksanaan pendidikan bagi Anak tetap berlangsung melalui sistem non-
formal / kejar paket yang dilaksanakan oleh PKBM “Tunas Mekar”.
Gambar 4.8 Kegiatan Belajar Mengajar di PKBM "Tunas Mekar"
LPKA Klas I Kutoarjo

Sumber : Data Primer Penulis

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 45


Fokus penelitian ini adalah mengungkap strategi meningkatkan
motivasi belajar Anak di LPKA Klas I Kutoarjo. Untuk mengungkap strategi
meningkatkan motivasi belajar Anak tersebut, penulis menentukan dua subjek
utama yang berada di LPKA Kelas I Kutoarjo. Untuk mengetahui lebih jelas
tentang subjek dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.5 Sampel Informan Anak


Pendidikan
Jenis Lama Non-Formal
Subjek Nama Usia Pidana
Kelamin Pidana yang
Ditempuh

Pasal 82 UU 4 Tahun 6
A MH Laki-laki 18 PAKET C
PA Bulan

Pasal 82 UU 2 Tahun 5
C ZVWP Laki-laki 17 PAKET C
PA Bln

338 dan 335 3 Tahun 6


B AB Laki-laki 18 PAKET B
KUHP Bulan
Pasal 365
D NH Laki-laki 16 2 Tahun PAKET B
KUHP
Sumber : Data Primer Penulis

Dalam penelitian ini penulis menemukan fakta bahwa model


komunikasi persuasif yang digunakan oleh petugas dalam strategi
meningkatkan motivasi belajar Anak memiliki kecocokan dengan Elaboration
Likelihood Model (ELM) atau model kemungkinan elaborasi. Penulis
menggunakan model komunikasi persuasif dengan model ELM karena model
ini masih relevan dengan proses komunikasi persuasif yang terjadi dalam
strategi meningkatkan motivasi belajar Anak di LPKA Klas I Kutoarjo.
ELM berfokus pada proses kognitif persuadee saat mengevaluasi
pesan, di mana tidak semua persuadee dapat memproses pesan dengan baik
(Hendri, 2019). Efek dari proses komunikasi persuasif dipengaruhi oleh hal
yang dipikirkan oleh persuadee, dan hal tersebut ditentukan oleh 3 faktor, yaitu
motivasi, kesempatan, dan kemampuan persuadee mengolah pesan persuasi.
Ketika persuadee memiliki 3 faktor tersebut, maka persuadee akan kritis dalam

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 46


menerima pesan dan menghasilkan sikap yang cenderung permanen.
Sedangkan ketika persuadee tidak memiliki ketiga faktor tersebut, maka
persuadee akan melihat faktor di luar pesan dalam mengambil sikap secara
cepat. (Lien, 2001 dalam Hendri, 2019). Pelaksanaan strategi komunikasi
persuasif dalam meningkatkan motivasi belajar Anak di LPKA Klas I Kutoarjo
ini melewati beberapa tahapan yaitu :
a. Membagun Hubungan Interpersonal
Dalam pelaksanaan komunikasi persuasif, sebelum
menyampaikan pesan persuasif yang ingin disampaikan oleh persuader.
Maka, harus ada hubungan yang terjalin terlebih dahulu antara persuader
dengan persuadee. Adapun yang berperan sebagai persuader pada
penelitian ini adalah petugas dan yang menjadi persuadee adalah Anak.
Dalam strategi meningkatkan motivasi belajar Anak melalui pendekatan
komunikasi persuasif, diperlukan hubungan interpersonal yang baik di
antara kedua subjek tersebut. Sebagaimana yang disampaikan oleh
Kepala Sub Seksi (Kasubsi) Pendidikan dan Latihan Keterampilan
(Diklatker) LPKA Klas I Kutoarjo bahwa :

“Kalau mau bikin anak lebih termotivasi dan semangat selama belajar ya
harus ada hubungan baik antara Anak dengan petugas pemasyarakatan dan tutor
pembimbing dalam kegiatan belajar mengajar. Hubungan yang terjalin itu nantinya
bisa mempermudah proses belajar dan membuat suasana belajar menjadi lebih mudah
bagi Anak karena situasi yang kondusif.” (S, 2021)
Berdasarkan apa yang disampaikan oleh Kasubsi Dilkatker
LPKA Klas I Kutoarjo, hubungan interpersonal yang dibangun dengan
Anak dalam rangka meningkatkan motivai belajar ini dapat membantu
menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi Anak sehingga proses
belajar mengajar berjalan secara optimal. Adapun ada banyak cara yang
dapat dilakukan untuk membangun sebuah hubungan interpersonal yang
baik seperti dengan melakukan percakapan yang intens, saling
menghormati dan menghargai dalam ketika melakukan aktivitas,
menunjukkan sikap yang sopan, dan lain sebagainya.

“Ya intinya kita harus bisa ambil perhatian anak mas, tapi tetap harus ramah
Anak BIAR mereka nggak takut atau bahkan sampai trauma kalau ketemu kita. caranya
ya kita harus bisa bersikap ramah ke mereka, ngasih perhatian lebih kalau mereka
kesulitan dalam belajar, menghargai pendapat mereka di kelas, terus bikin mereka
nyaman tapi tetap segan sama kita. Lama kelamaan anak juga akan ngerasa akrab

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 47


sama kita kalau diberi perlakuan yang baik terus. Kalau mereka sudah nyaman ya lebih
enak ngasih arahan atau ngingetin mereka karena sudah ada ikatan yang terjalin.” (S,
2021)
Pada praktiknya, petugas pemasyarakatan dan tutor lebih
melakukan cara – cara yang dianggap paling ramah Anak untuk
membangun hubungan interpersonal yang baik dengan Anak. Cara yang
ramah Anak dianggap lebih efektif karena tidak akan menimbulkan efek
traumatis dan rasa takut dalam diri Anak yang akan mengganggu keadaan
psikisnya.
b. Membangun Sikap Percaya
Dalam strategi meningkatkan motivasi belajar Anak melalui
pendekatan komunikasi persuasif, selain menjalin hubungan
interpersonal yang baik sebagai modal awal untuk menyampaikan pesan
persuasif, maka harus ada rasa kepercayaan dalam diri persuadee
terhadap persuader. Sebuah hubungan interpersonal tidak akan tumbuh
dan menjadi lebih kuat apabila tidak didasari dengan sikap percaya. Oleh
karena itu, petugas sebagai persuader harus dapat membuat Anak sebagai
persuadee percaya terhadap petugas sehingga pesan persuasif yang
diberikan oleh petugas dan tutor akan lebih mudah diterima oleh Anak.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Kasubsi Diklatker LPKA Klas I
Kutoarjo

“ya gampang-gampang susah mas kalau bikin Anak bisa percaya sama kita,
kadang ada Anak yang mudah paham dan nurut tapi ada juga yang kurang patuh
dan kurang bisa memahami apa yang dimaksud sama petugas dan tutor. Jadi
pendekatan yang harus kita ambil ya nggak boleh terlalu keras sama Anak, buat dia
nyaman dulu. Nanti lama kelamaan Anak juga bisa percaya dan patuh sama kita.”
(S, 2021)
Berdasarkan apa yang disampaikan oleh Kasubsi dilkatker
tersebut, membangun sikap percaya Anak kepada petugas dan tutor tidak
bisa dilakukan secara instan. Membangun sikap percaya Anak kepada
petugas dan tutor membutuhkan waktu dan harus dilakukan secara
berlanjut. Setelah mendapatkan kepercayaan Anak, barulah petugas dan
tutor dapat menyampaikan pesan persuasif.
c. Menyampaikan Pesan Persuasif

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 48


Setelah sebuah hubungan interpersonal yang telah didasari
dengan rasa percaya telah berhasil dibangun, maka persuader harus dapat
dengan cermat menyampaikan pesan persuasif kepada persuadee. Dalam
penyampaian pesan persuasif ini persuader harus dapat mengarahkan
persuadee untuk meyakini tujuan persuasif yang telah ditentukan di
dalam sebuah pesan. Dalam penelitian ini persuader yang merupakan
petugas pemasyarakatan dan tutor harus dapat memberikan pesan pesan
persuasif yang memberikan motivasi bagi Anak agar lebih giat belajar,
sebagaimana yang disampaikan oleh petugas pemasyarakatan yaitu :

“Ya bentuk – bentuk pesan persuasif yang kami sampaikan untuk


meningkatkan motivasi belajar anak itu beragam mas disesuasikan dengan kondisi
Anak dan keterampilan masing – masing petugas. Ada petugas yang memberikan
persuasif berupa nasihat untuk giat belajar, bantuan pada pelajaran tertentu yang
bermasalah, dan ada yang memberikan pesan persuasif nonverbal seperti hadiah
atau hukuman.” (AP, 2021)
Bentuk-bentuk penyampaian pesan persuasif kepada Anak
sebagaimana yang telah disampaikan oleh petugas pemasyarakatan
tersebut memberikan gambaran bahwa penyampaian pesan persuasif
untuk meningkatkan motivasi belajar Anak di LPKA Klas I Kutoarjo
disesuaikan dengan kebutuhan masing – masing Anak. Hal ini penting
karena setiap Anak memiliki pemahaman dan sudut pandang masing –
masing dalam memahami sebuah pesan persuasif yang disampaikan
d. Evaluasi Perubahan Sikap
Pesan persuasif disampaikan dengan tujuan untuk bisa memberikan
perubahan terhadap sikap dan perilaku seseorang (persuadee). Maka dari itu
agar perubahan sikap dari persuadee bisa optimal dan bertahan lama maka
harus ada evaluasi terhadap perubahan sikap dan perilaku dari persuadee.

“Yang pasti kita masih pantau terus mas sampai beberapa waktu setelah
diberikan pesan persuasif. Kalau dalam waktu yang ditentukan nggak ada
perubahan sikap ya kita akan berikan pendekatan lain, kalau sikap dari Anak sudah
berubah sesuai dengan tujuan maka akan tetap dipantau juga untuk tetap dipantau
biar bisa tetap sesuai harapan.” (S, 2021)
Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Kasubsi diklatker
tersebut, pemberian pesan persuasif tidak bisa dilakukan tanpa adanya
kelanjutan. Harus ada pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan
pendekatan komunikasi persuasif yang dilakukan untuk dapat memantau

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 49


sejauh mana efektifitas dari pendekatan komunikasi persuasif yang diambil
terhadap motivasi belajar Anak.
Keempat tahapan tersebut merupakan upaya yang dilakukan oleh
petugas dan tutor dalam meningkatkan motivasi belajar Anak, upaya tersebut
dapat dipahami dengan jelas melalui gambar alur berikut.

Gambar 4.9 Alur Komunikasi Persuasif di LPKA Klas I Kutoarjo

Membangun
Membangun
Hubungan
Sikap Percaya
Interpersonal

Evaluasi
Menyampaikan
Perubahan
Pesan Persuasif
Sikap
Sumber : Redaksi Penulis

2. Perubahan Motivasi Belajar Anak di LPKA Klas I Kutoarjo

Setelah melakukan pendekatan komunikasi persuasif dalam


meningkatkan motivasi belajar Anak di LPKA Klas I Kutoarjo, maka harus
dilakukan suatu analisis tentang perubahan motivasi belajar Anak setelah
mendapatkan pendekatan komunikasi persuasif selama menjalani kegiatan
belajar mengajar di LPKA Klas I Kutoarjo.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 50


Gambar 4.10 Kegiatan Literasi di Perpustakaan

Sumber : Data Primer Penulis

Dalam penelitian ini terdapat 4 (Empat) Anak yang dilibatkan


sebagai subjek dalam penelitian. Masing- masing subjek diberikan
pertanyaan berkaitan dengan perasaan dan motivasi belajar mereka di
LPKA Klas I Kutoarjo sesuai dengan sebuah pedoman wawancara yang
sama.
Tabel 4.6 Dimensi Motivasi Belajar Anak

Dimensi MH ZVWP AB NH

”ada enak nggak


“Senang pak,
enaknya pak.
Perasaan Karena bisa “Seneng pak,
“Ya Seneng Enaknya ya kita
terhadap merasakan sekolah disini saya bisa
Soalnya Bisa bisa sekolah,
karena kalau belajar lagi tanpa
pelaksanaan Sekolah Lagi. gurunya ramah
diluar ga bisa beban. Sekolah ini
Sekolah Ini buat dan baik – baik.
layanan sekolah soalnya juga bisa untuk
bekal pas nanti Tapi ya kadang
sudah dikeluarkan menggapai cita
pendidikan di keluar, biar bisa dari sekolah cita saya
ngerasa bosen pas
buat cari kerja” selesai sekolah
LPKA karena di cap nantinya”
nggak bisa main
nakal
keluar.”

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 51


“ya biasa saja ”ada enak nggak
Reaksi “Ya enak pak
pak, gurunya “awalnya seneng enaknya pak.
disini, gurunya
terhadap juga baik-baik, pak, tapi lama- Enaknya ya kita
juga ramah, kalo
kadang lama agak bosen, bisa sekolah,
layanan pelajarannya kadang ada
nggak bisa ya
gurunya ramah
diajarin sampe
pendidikan susah dan pelajaran yang dan baik – baik.
bisa. Tapi kadang
yang telah kadang juga saya nggak bisa Tapi ya kadang
saya ngerasa
bosan kalau dan bikin bosen, ngerasa bosen pas
dilaksanakan setiap hari cuma jadi kepikiran yang bosen saja
selesai sekolah
sekolahnya gini-
di LPKA sekolah makan lain.”
gini terus.”
nggak bisa main
tidur.” keluar.”
“kadang saya suka
“kalo saya mulai nggak paham
malas pasti nanti pelajaran waktu “kadang suka “ya pernah pak
pendekatan ditegur sama guru dijelasin sama bingung sama yang ditegur kalo saya
komunikasi kalo enggak guru. Tapi nanti diomongin guru ribut. nggak
petugas. Nanti pasti yang nggak jadi saya sering pernah dimarahi
persuasif yang saya diajak bisa paham diajak melamun. Ya abis sampai dibentak-
diterima ngobrol dan ngobrol terus itu pasti kena tegur bentak pak, pasti
diceramahi biar dikasih cara cara terus diceramahi” cuma dinasehati.”
nggak malas lagi.” biar bisa cepet
paham”
Perubahan “Jadi lebih
“saya jadi lebih “saya pengen bisa
semangat, kalau
sikap, “Ada, Jadi Lebih ada materi itu
semangat belajar sekolah lebih
lagi pak, biar bisa tinggi biar bisa
perilaku, dan Semangat Dan pasti saya tulis
kerja yang bener, mencapai cita-cita
motivasi Tidak Malas Lagi” kalau saya nggak
dapat duit yang saya dan bikin
tahu juga saya
dalam belajar halal.” seneng orang tua.”
tanya ke guru”
Sumber : Data Primer Penulis

Dalam analisa mengenai motivasi belajar Anak di LPKA Klas I


Kutoarjo, penulis berfokus pada 4 (Empat hal) antara lain : 1) Perasaan
subjek terhadap pelaksanaan layanan pendidikan di LPKA; 2) Reaksi subjek
terhadap layanan pendidikan yang mereka terima di LPKA; 3) pendekatan
komunikasi persuasif yang diterima; dan 4) Perubahan sikap, perilaku, dan
motivasi dalam belajar.
a. Perasaan terhadap pelaksanaan layanan pendidikan di LPKA
Kondisi Anak yang sedang menjalani pembinaan di LPKA Klas
I Kutoarjo membuat mereka terpaksa harus meninggalkan sekolah
formal karena harus menjalani pembinaan di LPKA karena perbuatan
melanggar hukum yang telah dilakukan. Meskipun begitu, pendidikan
merupakan salah satu hak Anak yang harus diperhatikan dan disediakan
oleh LPKA agar Anak dapat tetap mendapatkan hak untuk belajar.
Tersedianya layanan pendidikan di LPKA Klas I Kutoarjo yang

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 52


dilaksanakan oleh PKBM “Tunas Mekar” merupakan salah satu upaya
untuk memberikan layanan pendidikan non-formal sebagai bentuk
pemenuhan hak Anak untuk mendapatkan pendidikan guna
mengembangkan diri dan potensinya.
Hal ini ditanggapi oleh Anak dengan perasaan senang karena
mereka dapat kembali belajar melalui pendidikan non-formal di LPKA
Klas I Kutoarjo, sebagaimana disampaikan seluruh subjek penelitian :

“Ya Seneng Soalnya Bisa Sekolah Lagi. Sekolah Ini buat bekal pas nanti
keluar, biar bisa buat cari kerja” (MH, 2021)
“Senang pak, Karena bisa merasakan sekolah karena kalau diluar ga bisa
sekolah soalnya sudah dikeluarkan dari sekolah karena di cap nakal (ZVWP, 2021)
“Seneng pak, disini saya bisa belajar lagi tanpa beban. Sekolah ini juga bisa
untuk menggapai cita cita saya nantinya” (AB, 2021)
”ada enak nggak enaknya pak. Enaknya ya kita bisa sekolah, gurunya ramah
dan baik – baik. Tapi ya kadang ngerasa bosen pas selesai sekolah nggak bisa main
keluar.” (NH, 2021)

Dari pendapat keempat subjek tersebut dapat disimpulkan


bahwa mereka merasa senang karena dapat melanjutkan pendidikan
kembali meskipun melalui jalur non-formal. Perasaan tersebut
merupakan modal yang baik untuk memupuk motivasi Anak untuk
belajar lebih giat lagi.
Kesempatan untuk dapat kembali belajar melalui jalur non-
formal ini ditanggapi oleh subjek Z sebagai peluang untuk bisa tetap
mengenyam pendidikan meskipun telah dikeluarkan dari sekolah
formal yang sebelumnya. Selain itu, juga terdapat dorongan untuk
menggapai cita cita seperti yang disampaikan oleh MH dan AS yang
berpendapat bahwa pendidikan yang mereka dapat di LPKA Klas I
Kutoarjo dapat membantu mereka menggapai cita – cita dan
mendapatkan bekal ketika akan masuk ke dunia kerja. Tetapi, seperti
yang disampaikan oleh subjek MSN bahwa mereka tidak memiliki
kebebasan untuk keluar dari LPKA sebelum masa pembinaannya
selesai bisa menimbulkan potensi stress dalam diri Anak yang akan
mempengaruhi motivasi mereka dalam belajar.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 53


b. Reaksi terhadap layanan pendidikan yang telah dilaksanakan di LPKA
Pendidikan yang telah dilaksanakan di LPKA Klas I Kutoarjo
menimbulkan reaksi yang berbeda pada setiap Anak. Kegiatan yang
monoton dan berulang membuat Anak dapat merasa bosan dan rentan
mengalami stress. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh subjek
penelitian :

“ya biasa saja pak, gurunya juga baik-baik, kadang pelajarannya susah dan
kadang juga bosan kalau setiap hari cuma sekolah makan tidur.” (MH, 2021)
“awalnya seneng pak, tapi lama-lama agak bosen, kadang ada pelajaran
yang saya nggak bisa dan bikin bosen, jadi kepikiran yang lain.” (ZVWP, 2021)
“Ya enak pak disini, gurunya juga ramah, kalo nggak bisa ya diajarin sampe
bisa. Tapi kadang saya ngerasa bosen saja sekolahnya gini-gini terus.” (AB, 2021)
”ada enak nggak enaknya pak. Enaknya ya kita bisa sekolah, gurunya ramah
dan baik – baik. Tapi ya kadang ngerasa bosen pas selesai sekolah nggak bisa main
keluar.” (NH, 2021)
c. Pendekatan komunikasi persuasif yang diterima

Dalam meningkatkan motivasi belajar Anak, petugas dan tutor


menerapkan pendekatan komunikasi persuasif yang dianggap ramah
Anak dan relevan untuk dilakukan di LPKA Klas I Kutoarjo. Petugas
pemasyarakatan dan tutor harus dapat bersinergi dengan efektif untuk
menyampaikan pesan persuasif yang dapat membangun motivasi
belajar Anak. Pendekatan komunikasi persuasif ini dianggap lebih
efektif dan lebih aman bagi Anak daripada pendekatan yang cenderung
mengarah pada kekerasan yang akan berpengaruh buruk pada kesehatan
fisik dan mental Anak.
“kalo saya mulai malas pasti nanti ditegur sama guru kalo enggak petugas.
Nanti saya diajak ngobrol dan diceramahi biar nggak malas lagi.” (MH, 2021)
“kadang saya suka nggak paham pelajaran waktu dijelasin sama guru. Tapi
nanti pasti yang nggak bisa paham diajak ngobrol terus dikasih cara cara biar bisa
cepet paham” (ZVWP, 2021)
“kadang suka bingung sama yang diomongin guru jadi saya sering
melamun. Ya abis itu pasti kena tegur terus diceramahi” (AB, 2021)
“ya pernah pak ditegur kalo saya ribut. nggak pernah dimarahi sampai
dibentak-bentak pak, pasti cuma dinasehati.” (NH, 2021)

d. Perubahan sikap dan motivasi dalam belajar

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 54


Setelah melakukan penyampaian pesan persuasif petugas dan
tutor harus perubahan sikap, perilaku, dan motivasi Anak dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di LPKA Klas I Kutoarjo.
Dalam penelitian ini penulis melihat adanya perilaku dari fakta
yang ada berdasarkan hasil wawancara dan perbandingan nilai Anak
pada Penilaian Tengah Semester (PTS) dan Ujian Kenaikan Kelas
(UKK) pada semester genap tahun ajaran 2020/2021, data tersebut akan
digunakan penulis untuk meninjau perubahan sikap dan motivasi dalam
belajar yang ditunjukkan oleh Sampel.
“Ada, Jadi Lebih Semangat Dan Tidak Malas Lagi” (MH, 2021)
“Jadi lebih semangat, kalau ada materi itu pasti saya tulis kalau saya nggak
tahu juga saya tanya ke guru” (ZVWP, 2021)
“saya jadi lebih semangat belajar lagi pak, biar bisa kerja yang bener, dapat
duit yang halal.” (AB, 2021)
“saya pengen bisa sekolah lebih tinggi biar bisa mencapai cita-cita saya dan
bikin seneng orang tua.” (NH, 2021)

Tabel 4.7 Daftar Nilai PTS dan UKK Sampel Paket B

NILAI PTS
NAMA
NO KELAS
SISWA
PAI PKN B.IND MTK IPA IPS B.ING B.JW

1 NH B1 80 78 76 76 78 75 78 81

3 AB B1 80 78 77 75 75 75 75 81

NILAI UKK
NAMA
NO KELAS
SISWA
PAI PKN B.IND MTK IPA IPS B.ING B.JW

1 NH B1 82 80 78 76 81 79 79 81

3 AB B1 84 80 78 75 81 76 75 81

Sumber : PKBM Tunas Mekar

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 55


NILAI PTS
NAMA
NO KELAS
SISWA PAI PKN MTK B.IND B.ING GEO EKO SEJ SOSIO B.JW SEBUD
PENJA
S

ZWV
1 C1 80 81 76 75 78 81 80 78 81 84 85 82
P

2 MH C1 80 80 78 79 78 81 80 80 80 85 85 84

NILAI UKK
NAMA
NO KELAS
SISWA PAI PKN MTK B.IND B.ING GEO EKO SEJ SOSIO B.JW SEBUD
PENJA
S

ZWV
1 C1 83 82 78 81 80 83 83 80 87 82 86 85
P

2 MH C1 84 80 79 82 79 82 82 79 82 81 87 84

Sumber : PKBM Tunas Mekar

Tabel 4.8 Daftar Nilai PTS dan UKK Sampel Paket C


Keterangan :
PAI : Pendidikan Agama Islam B.JW : Bahasa Jawa

PKN : Pendidikan Kewarganegaraan GEO : Geografi

B.IND : Bahasa Indonesia EKO : Ekonomi

MTK : Matematika SOSIO : Sosiologi

IPA : Ilmu Pengetahuan Alam SEBUD : Seni Budaya

SEJ : Sejarah PENJAS : Pendidikan Jasmani

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 56


Berdasarkan data hasil wawancara dan data nilai Penilaian Tengah
Semester (PTS) dan Ujian Kenaikan Kelas (UKK) dapat dilihat bahwa ada
peningkatan yang cukup signifikan dalam motivasi belajar Anak. Hal ini dapat
dilihat dari penuturan Anak yang merasa lebih semangat dalam belajar dan
mulai berpandangan kedepan untuk meraih masa depan yang lebih baik.
Penuturan tersebut juga diperkuat dengan kenaikan nilai sampel Anak dari
pelaksanaan PTS dan UKK yang menunjukkan kenaikan pada hampir seluruh
mata pelajaran yang diujikan.

“Ya Alhamdulillah mas, menurut saya sendiri sudah berjalan baik, Anak sudah mau
diajak diskusi dan memecahkan masalah bareng-bareng sama kita para tutor. harapan saya si
bisa Anak bisa lebih pro aktif lagi” (AP, 2021)

“Alhamdulillah sudah berjalan baik mas, tinggal kita kembangkan lagi biar Anak bisa
lebih aktif lagi di kelas” (S, 2021)
Hal tersebut tentu menunjukkan bahwa strategi meningkatkan motivasi
belajar Anak melalui pendekatan komunikasi persuasif di LPKA Klas I
Kutoarjo berjalan dengan cukup baik dan berhasil membuat Anak yang menjadi
sampel penelitian mengalami perubahan sikap dan mencapai hasil belajar yang
sesuai dengan ketentuan bahkan melampauinya.

3. Kendala dalam Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Melalui


Pendekatan Komunikasi Persuasif di LPKA Klas I Kutoarjo

Berbagai upaya dalam meningkatkan motivasi belajar Anak melalui


komunikasi persuasif model ELM mengarah pada perubahan mental dan
perilaku agar dapat mengatasi masalah ataupun tekanan yang dirasakan
ketika belajar sehingga situasi diri dapat lebih dikendalikan dan lebih tenang
sehingga arah dan tujuan belajar dapat ditentukan dan motivasi dalam
melaksanakan kegiatan belajar dapat ditingkatkan.
Setelah melakukan observasi lapangan, pengambilan data dan
melakukan wawancara terhadap subjek utama dan subjek pendukung, maka
dapat diketahui bahwa Dalam pelaksanaan strategi meningkatkan motivasi
belajar Anak di LPKA Klas I Kutoarjo, petugas menghadapi beberapa
kendala antara lain :

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 57


a. Kemampuan Kognitif yang Berbeda pada Masing - Masing
Anak

Dalam pelaksanaan komunikasi persuasif model ELM,


kemampuan kognitif persuadee dalam mengevaluasi pesan persuasif
yang disampaikan oleh persuader merupakan fokus utama yang harus
menjadi perhatian persuader. Hal ini membuat persuader harus dapat
mengemas dan menyampaikan pesan dengan baik dan sesuai dengan
kemampuan kognitif dari persuadee agar pesan persuasif yang
disampaikan dapat diterima dan dievaluasi dengan baik oleh persuade.
Dalam konteks komunikasi persuasif yang digunakkan untuk
meningkatkan motivasi belajar Anak di LPKA Klas I Kutoarjo, petugas
pemasyarakatan dan tutor yang bertindak sebagai persuader harus bisa
mengemas dan menyampaikan pesan persuasif dengan baik dan sesuai
dengan kemampuan kognitif masing-masing Anak yang mengikuti
PKBM sebagai persuadee. Hal ini tentunya bukan menjadi hal yang
mudah bagi petugas pemasyarakatan dan tutor sebagai persuader karena
jumlah Anak yang mengikuti PKBM tidak hanya satu orang dan
memiliki kemampuan kognitif yang berbeda-beda. Sebagaimana yang
disampaikan oleh tutor:

“Mengajar Anak dalam jumlah yang banyak dan memiliki latar belakang
kemampuan kognitif yang berbeda sudah jelas jadi tantangan buat kita. Ketika
menyampaikan pelajaran atau berkomunikasi dengan mereka ketika di dalam kelas
itu jadi suatu hal yang cukup rumit mas. Kadang waktu kita menerangkan sesuatu
nggak semua anak paham, pun waktu kita beri nasihat biar semangat belajar juga
nggak bisa semuanya mengerti. Jadi ya, mau nggak mau kita harus bisa pahami
karakter dan kemampuan kognitif anak didik kita mas biar lebih enak dalam evaluasi
mana yang bisa ngikutin dan mana Anak yang ketinggalan. Ya akhirnya kita
spesifikan pendekatan persuasif untuk anak-anak tertentu yang motivasi belajarnya
kurang, memang ini jadi kendala buat kita karena butuh waktu dan tenaga lebih mas,
tapi kita sebagai tenaga pengajar ya bangga kalau didikannya berhasil.” (AP, 2021)
Jadi, dari apa yang disampaikan oleh tutor tersebut, bisa kita
simpulkan bahwa setiap Anak yang mengikuti pendidikan di LPKA
Klas I Kutoarjo memiliki kemampuan kognitif yang berbeda-beda
dalam mengolah pesan sehingga pesan persuasif yang diberikan oleh
tutor maupun petugas bisa dipahami dengan berbeda – beda oleh setiap
Anak. Perbedaan persepsi dari setiap Anak ini menjadi kendala dalam

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 58


upaya meningkatkan motivasi belajar Anak melalui pendekatan
komunikasi persuasif.

b. Adanya Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat ini menjadi salah


satu kendala yang dapat menghambat pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar, khususnya kegiatan belajar mengajar di LPKA Klas I
Kutoarjo. Apabila ada salah satu orang yang terpapar Covid-19 baik itu
Anak, Petugas Pemasyarakatan, atau Tutor, maka akan dilakukan
pembatasan kegiatan dan pelaksanaan WFH bagi sebagian Petugas
Pemasyarakatan. Hal ini tentunya mengganggu jadwal sekolah Anak
dan akan berpengaruh pada motivasi mereka dalam belajar.
“ dulu pernah kejadian mas, pas ada beberapa pegawai dan Anak di sini
terpapar covid-19. Semua kegiatan lumpuh, anak yang terpapar diisolasi, dan
sebagian pegawai ada yang wfh. Otomatis sekolah anak juga libur sementara, tapi
setelah itu bisa dicari solusinya mas. Awalnya kita pakai metode daring, terus setelah
sudah pelaksanaan vaksinasi seluruh pegawai dan Anak ya sekarang bisa
pembelajaran tatap muka lagi tapi harus menjaga prokes.” (S, 2021)
Adanya pandemi Covid-19 membuat pelaksanaan stratei
meningkatkan motivasi belajar Anak menjadi terhambat. Namun dari
pihak PKBM tetap mengupayakan agar Anak tetap bisa menjalani
pendidikan melalui pembelajaran daring dan memperketat protokol
kesehatan agar pendidikan tatap muka bisa segera dilaksanakan dan
motivasi Anak untuk belajar tidak menurun.

c. Anak Rentan Mengalami Stress

Anak yang menjalani pembinaan di LPKA Klas I Kutoarjo,


khususnya Anak yang mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam
PKBM seluruhnya masih berumur pada kisaran 12-18 Tahun. Usia
tersebut merupakan masa remaja pada manusia di mana mereka
menjadi rentan mengalami perubahan emosi yang tidak stabil dan
cenderung tempramental. Ketika Anak menjalani pembinaan di LPKA
di mana kebebasannya untuk bergerak dibatasi maka potensi stress yang
dialami akan meningkat. Hal ini akan memberikan dampak negatif

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 59


kepada Anak karena dengan adanya pembatasan dalam ruang geraknya
maka Anak akan menjadi rentan untuk mengalami stress atau depresi
yang pada akhirnya akan berdampak kepada motivasinya untuk
menjalani kehidupan, khususnya motivasi untuk belajar.

“Kalau dari pantauan kami ya mas, salah satu kendala yang keliatan dari
banyak Anak di sini ya kadang suka mengeluh bosan karena hidupnya kayak
dikekang, ada yang, kangen rumah atau kangen orang tuanya. Kadang juga ada yang
membandingkan kehidupan ketika masih bebas di luar dengan keadaan yang dialami
sekarang. Ya menurut kami hal itu wajar karena mereka masih masuk dalam usia
Anak dan remaja tapi harus dibatasi ruang geraknya. Karena itu kami selalu kasih
semangat dan motivasi ke mereka lewat nasihat dan bekal ilmu pendidikan.” (AP,
2021)
Menurut tutor, Anak yang menjalani pendidikan di LPKA
banyak yang merasa jenuh karena merasa terkekang dan merindukan
orang tua serta kampung halaman. Hal tersebut merupakan beberapa
pemicu stress bagi Anak yang bisa mempengaruhi mental dan
kesehatan psikisnya, Hal ini menjadi kendala dalam upaya
meningkatkan motivasi belajar Anak karena kesehatan psikis yang
terganggu dapat membuat pesan persuasif tidak diterima dengan baik
oleh Anak yang pada akhirnya dapat menurunkan motivasi Anak dalam
belajar.

d. Tidak Tersedianya Tenaga Pendidik Khusus untuk Pendidikan


Konseling

Di sekolah pada umumnya, baik itu di tingkat sekolah dasar


(SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) terdapat guru Bimbingan
Konseling (BK) yang memiliki tugas khusus untuk memberikan
bimbingan konseling, mengawasi siswa, dan membantu menyelesaikan
masalah belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah
melalui berbagai tindakan salah satunya pendekatan komunikasi
persuasif. Dalam konteks pendidikan Anak di LPKA Klas I Kutoarjo
pelaksanaan pendidikan dilakukan oleh guru dengan spesialisasi
berbagai mata pelajaran, tetapi tidak ada guru konseling yang mengajar
di PKBM “Tunas Mekar”. Karena hal tersebut, pendekatan komunikasi
persuasif untuk meningkatkan motivasi belajar Anak dilakukan oleh
petugas pemasyarakatan dan tutor. Hal ini menjadi sebuah

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 60


permasalahan karena bisa saja mengganggu fokus para tutor ketika
mengajar atau mengganggu fokus petugas pemasyarakatan ketika
melakukan tugas lain.

“Kalau di sini kalau mau meningkatkan motivasi belajar ya kendalanya ada di


tenaga pendidiknya juga mas, disini tenaga pendidiknya terbatas dan punya
kesibukan di bidangnya masing – masing juga. Jadi kalau mau ada evaluasi belajar
dan kasih motivasi ke Anak juga terbatas waktunya pas waktu ngajar saja, atau
kadang dibantu sama petugas yang jadi wali Anak yang punya masalah belajar,
Kalau di sekolah formal kan ada guru BK mas, jadi kalau urusan konseling siswa
yang punya masalah belajar bisa ditangani sama guru BK. Kalu kita di PKBM ini
belum ada tenaga pendidik khusus konseling mas karena guru BK di Kabupaten
Purworejo juga jarang masih jarang dan rata-rata Cuma di sekolah formal saja mas
Untuk masalah konseling sendiri kita juga dibantu sama yayasan sahabat kapas mas,,
cuma ya tidak termasuk dalam kegiatan PKBM dan pelaksanaannya hanya dua dalam
seminggu.” (S, 2021)

Dari penuturan petugas dapat diketahui bahwa sebenarnya ada


pelaksanaan bimbingan konseling yang dilaksanakan oleh tutor dan
petugas pemasyarakatan yang ada tetapi hanya dilaksanakan dengan ala
kadarnya karena memang tutor yang mengajar mata pelajaran umum
dan petugas pemasyarakatan memiliki tugas dan fungsi lain yang harus
diselesaikan dan memang bukan tenaga profesional untuk
melaksanakan kegiatan konseling tersebut. Sebenarnya pelaksanaan
konseling di LPKA Klas I Kutoarjo juga dibantu oleh LSM “Sahabat
Kapas”, namun pelaksanaanya bukanlah bagian dari PKBM “Tunas
Mekar” dan hanya dilaksanakan satu kali dalam dua minggu.
Keberadaan bantuan konseling dari LSM “Sahabat Kapas” ini memang
sangat membantu dalam membimbing kebutuhan konseling Anak tetapi
tidak spesifik membantu Anak untuk mengatasi masalah belajarnya.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 61


BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian dimana pada bab ini akan
membahas terkait dengan kesimpulan dari hasil penelitian terhadap rumusan
masalah yang telah dilakukan dan memberikan saran kepada Unit Pelaksana Teknis
dalam meningkatkan motivasi belajar Anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak
Klas I Kutoarjo.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat


disimpulkan bahwa :
1. Pelaksanaan strategi dalam meningkatkan motivasi belajar Anak di LPKA
Klas I Kutoarjo sudah berjalan cukup optimal, motivasi Anak dalam belajar
cukup baik. Pelaksanaan strategi meningkatkan motivasi belajar melalui
pendekatan komunikasi persuasif memberikan manfaat bagi Anak dalam
pemberian program pembinaan di LPKA. Dengan adanya penerapan
komunikasi persuasif oleh petugas dan tutor, maka motivasi Anak dalam
belajar dapat ditingkatkan sehingga kompetensi akademik Anak dapat
meningkat dan Anak mampu mencapai standar kompetensi pendidikan yang
telah ditetapkan untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
2. Dalam pelaksanaan strategi meningkatkan motivasi belajar Anak di LPKA
Klas I Kutoarjo terdapat beberapa faktor penghambat, antara lain :
a. Kemampuan kognitif yang berbeda pada masing-masing Anak.
Kendala tersebut sering kali menimbulkan masalah bagi Anak karena
tidak semua Anak memiliki kemampuan kognitif yang baik, sehingga
bagi sebagian Anak maksud dari pesan yang disampaikan oleh petugas
pemasyarakatan maupun tutor dirasa sulit untuk dipahami.
b. Adanya Pandemi Covid 19. Persebaran wabah Covid-19 dengan tingkat
risiko yang tinggi dapat mengganggu pelaksanaan strategi
meningkatkan motivasi belajar Anak karena adanya pembatasan dalam
kegiatan belajar dan pengurangan intensitas pembelajaran tatap muka.
c. Anak rentan mengalami stress. Anak yang menjalani pembinaan di
LPKA memiliki potensi stress yang lebih tinggi karena mereka tidak

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 62


bisa bermain dengan bebas dan menjalani pendidikan formal di luar
lembaga seperti kebanyakan Anak di usia mereka. Hal ini tentu menjadi
kendala ketika emosi dan tingkat stress Anak tidak dapat dikendalikan.
d. Tidak tersedianya tenaga khusus untuk pendidikan konseling.
Kebutuhan akan bimbingan konseling bagi Anak yang menjalani
pembinaan di LPKA akan menjadi lebih optimal ketika ada tenaga
pendidik khusus bimbingan konseling. Tetapi karena adanya
keterbatasan tenaga pengajar, peran tersebut diambil oleh petugas
pemasyarakatan dan tenaga pengajar lain yang mengajar di LPKA Klas
I Kutoarjo (tutor)

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh penulis. Maka, penulis


mengajukan beberapa saran yaitu: :
1. Bagi Unit Pelaksana Teknis
a. Sebaiknya pihak LPKA Klas I Kutoarjo mengoptimalkan pelaksanaan
protokol kesehatan dan mengupayakan pelaksanaan vaksinasi bagi
setiap Anak, Petugas Pemasyarakatan dan, Tutor agar pelaksanaan
pendidikan tetap berjalan dan tidak terganggu selama masa pandemi
Covid-19.
b. Sebaiknya pihak LPKA Klas I Kutoarjo mengusulkan penyediaan
tutor / guru konseling yang secara khusus dapat memberikan
bimbingan konseling dan motivasi belajar pada Anak sehingga dapat
lebih bersemangat dalam menjalani pendidikan dan tugas tutor / guru
lebih fokus pada pendidikan umum.
2. Bagi Petugas Pemasyarakatan dan Tutor
a. Petugas dan Tutor harus selalu memperhatikan motivasi belajar Anak
agar pelaksanaan pendidikan di LPKA dapat dilaksanakan dengan
optimal. Hal ini menjadi penting karena Anak rentan mengalami stress
ketika berada di LPKA sehingga petugas dan tutor harus dapat
bekerjasama dalam melakukan pengawasan terhadap Anak agar tetap
memiliki motivasi yang baik dalam belajar

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 63


b. Dalam pelaksanaan pendidikan di LPKA, petugas dan tutor
diharapkan dapat memberikan pelayanan yang optimal baik itu secara
administratif maupun secara konseling.
c. Diharapkan ada upaya peningkatan kompetensi dalam bidang
pendidikan konseling bagi petugas/tutor sehingga ada petugas/tutor
yang memiliki spesialisasi untuk melaksanakan pendidikan konseling
3. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dan dikembangkan
oleh para akademisi dari berbagai bidang untuk penelitian selanjutnya
dengan jangkauan penelitian yang lebih luas, serta dapat menjadi bahan
pertimbangan dan evaluasi bagi para akademisi dalam bidang pendidikan
dalam memperbaiki pelaksanaan pendidikan Anak di seluruh LPKA di
Indonesia dapat berkembang dan menjadi lebih Optimal.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan 64


DAFTAR PUSTAKA
Buku
Cresswell, John W. 2014. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches. 4th ed. Thousand Oaks, California: SAGE Publications.
DeVito, Joseph. A. 2016. The Interpersonal Communication Book, Global Edition.
Boston: Pearson Education Limited.
Djamarah, Bahri Syaiful. 2005. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam
Keluarga.
Effendy, Onong Uchjana. 2014. Komunikasi Teori Dan Filsafat. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Miles, Matthew B., A. Michael Huberman, and Johnny Saldana. 2014. Qualitative
Data Analysis: A Methods Sourcebook. Third Edition. 3th ed. Thousand Oaks,
California: SAGE Publications.
Sinambela, Lijan Poltak. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
PT.Bumi Aksara.
Soemirat, Soleh & Suryana, Asep. 2014. Komunikasi Persuasif. Vol. 2.
Purwokerto: Universitas Terbuka.
Sugiyono. 2016. “Memahami Penelitian Kualitatif.” Bandung: Alfabeta.
Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Ofset.
Wisnuwardhani, Dian, and Sri Fatmawati Mashoedi. 2012. Hubungan
Interpersonal. Jakarta: Salemba Humanika.
Jurnal
Adibah, Ida Zahara. 2017. “Pendekatan Sosiologis Dalam Studi Islam.” Jurnal
Inspirasi.
Aditya, Amiratul Muzeeb, Arif Rahman Setyadi, and Rizki Leonardho. 2020.
“Analisis Strategi Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.”
MANAZHIM 2(1). doi: 10.36088/manazhim.v2i1.668.
Ardianto, Yoni. 2019. “Memahami Metode Penelitian Kualitatif.” Djkn (2).
B.Miles, Matthew, A. Michae. Huberman, and Johny Saldana. 2014. Qualitative
Data Analysis - Matthew B. Miles, A. Michael Huberman, Johnny Saldaña -
Google Books.
Cresswell, John W. 2014. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xviii


Methods Approaches. 4th ed. Thousand Oaks, California: SAGE Publications.
Darmalaksana, Wahyudin. 2020. “Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka Dan
Studi Lapangan.” Pre-Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati
Bandung.
DeVito, Joseph. A. 2016. The Interpersonal Communication Book, Global Edition.
Boston: Pearson Education Limited.
Dhiaurrahman. 2019. “Komunikasi Persuasif Orang Tua Dalam Mengatasi
Kenakalan Remaja.” AL-HIKMAH: Media Dakwah, Komunikasi, Sosial Dan
Budaya 10(2). doi: 10.32505/hikmah.v10i2.1708.
Djamarah, Bahri Syaiful. 2005. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam
Keluarga.
Dr. Wahidmurni, M. P. 2017. “Pemaparan Metode Penelitian Kualitatif.” in
Repository Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Effendy, Onong Uchjana. 2014. Komunikasi Teori Dan Filsafat. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Equatora, Muhammad Ali. 2018. “Efektivitas Pembinaan Kemandirian Narapidana
Di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta.” EMPATI: Jurnal Ilmu
Kesejahteraan Sosial 7(1). doi: 10.15408/empati.v7i1.9648.
Fadli, Muhammad Rijal. 2021. “Memahami Desain Metode Penelitian Kualitatif.”
HUMANIKA 21(1). doi: 10.21831/hum.v21i1.38075.
Fadlilah, Azizah Nurul. 2020. “Strategi Menghidupkan Motivasi Belajar Anak Usia
Dini Selama Pandemi COVID-19 Melalui Publikasi.” Jurnal Obsesi : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini 5(1). doi: 10.31004/obsesi.v5i1.548.
Faizah, Faizah, and Ahmad Fauzan. 2019. “STRATEGI KEPALA SEKOLAH
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM
MENGHADAPI UN DI SMP NEGERI 4 YOGYAKARTA.” INSANIA :
Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan 24(1). doi:
10.24090/insania.v24i1.2589.
Hanafiah, Ali, and Chatia Hastasari. 2020. “KOMUNIKASI PERSUASIF PADA
HUBUNGAN INTERPERSONAL PEROKOK AKTIF DAN
PASANGANNYA.” MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi 3(1). doi:
10.35326/medialog.v3i1.498.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xix


Izzatul Yuanita, Dianis. 2020. “Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Aswaja Siswa Di Madrasah.” Bidayatuna:
Jurnal Pendidikan Guru Mandrasah Ibtidaiyah 3(1). doi:
10.36835/bidayatuna.v3i1.561.
Kristanto, Vigih Hery. 2018. “Metodologi Penelitian Pedoman Penulisan Karya
Tulis Ilmiah (KTI).” Deepublish Publisher.
Kusen, Kusen. 2016. “STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR.” Ta’dib 19(1). doi:
10.31958/jt.v19i1.449.
Lattimore, Baskin Otis, T. Suzzette, and Toth Elizabeth. 2010. Public Relations:
Profesi Dan Praktik (Edisi 3). 3th ed. Jakarta: Salemba Humanika.
Miles, Matthew B., A. Michael Huberman, and Johnny Saldana. 2014. Qualitative
Data Analysis: A Methods Sourcebook. Third Edition. 3th ed. Thousand Oaks,
California: SAGE Publications.
Mohd Amiruddin Bin Mohd Jamaluddin, and Mohd Nor Bin Ikhsan. 2014.
“Interpersonal Communication Skills among the Master ’ s Students in
TVET.” Journal of Developing Country Studies. doi:
10.1103/PhysRevLett.93.176801.
Mulyana, Deddy. 2017. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Octavia, Shilphy A. 2020. Motivasi Belajar Dalam Perkembangan Remaja.
Rusmania, Nia. 2015. “Komunikasi Persuasif Dalam Pembentukan Sikap.”
Sinambela, Lijan Poltak (Prof. Dr. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: PT.Bumi Aksara.
Soemirat, Soleh & Suryana, Asep. 2014. Komunikasi Persuasif. Vol. 2.
Purwokerto: Universitas Terbuka.
Soemirat, Soleh; Asep Suryana. 2014. Komunikasi Persuasif. Falsafah d.
Purwokerto: Universitas Terbuka.
Sugiyono. 2016. “Memahami Penelitian Kualitatif.” Bandung: Alfabeta.
Suharni, and Purwanti. 2019. “UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA.” G-Couns: Jurnal Bimbingan Dan Konseling 3(1). doi:
10.31316/g.couns.v3i1.89.

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xx


Suryaningsih, Arifah. 2020. “PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
SECARA ONLINE PADA PELAJARAN ANIMASI 2D MELALUI
STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF.” Ideguru: Jurnal Karya Ilmiah
Guru 5(1). doi: 10.51169/ideguru.v5i1.143.
Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Ofset.
Wijaya, Ida Suryani. 2013. “Komunikasi Interpersonal Dan Iklim Komunikasi.”
Jurnal Dakwah Tabligh.
Wisnuwardhani, Dian, and Sri Fatmawati Mashoedi. 2012. Hubungan
Interpersonal. Jakarta: Salemba Humanika.
Yusuf, A. Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian
Gabungan, Jakarta : Prenada Media Group.
Zain, Nisfun Laily. 2017. “STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA.” Jurnal Nomosleca
3(2). doi: 10.26905/nomosleca.v3i2.2034

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xxi


LAMPIRAN

Lampiran 1 : Akta Notaris Pendirian PKBM

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xxii


Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xxiii
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xxiv
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xxv
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xxvi
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xxvii
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xxviii
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xxix
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xxx
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xxxi
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xxxii
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xxxiii
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xxxiv
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xxxv
Lampiran 2 : Pengesahan PKBM Tunas Mekar

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xxxvi


Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xxxvii
Lampiran 3 : Rekomendasi Ijin Operasional PKBM

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xxxviii


Lampiran 4 : Pedoman Wawancara

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xxxix


Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xl
Lampiran 5 : Transkrip Wawancara

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA


Hari/ Tanggal : Rabu/ 28 Agustus 2021
Tempat : LPKA Klas I Kutoarjo
Waktu : 08.00-09.30 WIB
Narasumber : Klien Anak (MH)

Apa yang anda rasakan ketika mengikuti pendidikan di LPKA Klas I Kutoarjo?
P

“Ya Seneng Soalnya Bisa Sekolah Lagi. Sekolah Ini buat bekal pas nanti keluar, biar
MH bisa buat cari kerja”

Bagaimana tanggapan anda dengan adanya kebijakan layanan pendidikan di LPKA


P Klas I Kutoarjo?

MH “ya biasa saja pak, gurunya juga baik-baik.”

P Adakah kendala yang dirasakan selama mengikuti layanan pendidikan?

MH kadang pelajarannya susah dan kadang juga bosan kalau setiap hari cuma sekolah makan
tidur.”

Bagaimana perlakuan dari pegawai dan tutor selama pelaksanaan kegiatan belajar
P mengajar?

“kalo saya mulai malas pasti nanti ditegur sama guru kalo enggak petugas. Nanti saya
MH diajak ngobrol dan diceramahi biar nggak malas lagi.”

Bisakah anda ceritakan, bagaimana perasaan anda setelah mendapat pengarahan dari
P tutor dan petugas?

MH “Ada, Jadi Lebih Semangat Dan Tidak Malas Lagi”

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xli


TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Hari/ Tanggal : Rabu/ 28 Agustus 2021
Tempat : LPKA Klas I Kutoarjo
Waktu : 08.00-09.30 WIB
Narasumber : Klien Anak (ZVWP)

Apa yang anda rasakan ketika mengikuti pendidikan di LPKA Klas I Kutoarjo?
P

“Senang pak, Karena bisa merasakan sekolah karena kalau diluar ga bisa sekolah
ZVWP soalnya sudah dikeluarkan dari sekolah karena di cap nakal.”

Bagaimana tanggapan anda dengan adanya kebijakan layanan pendidikan di LPKA


P Klas I Kutoarjo?

ZVWP “awalnya seneng pak, tapi lama-lama agak bosen.”

P Adakah kendala yang dirasakan selama mengikuti layanan pendidikan?

ZVWP “ya kadang ada pelajaran yang saya nggak bisa dan bikin bosen, jadi kepikiran yang
lain.”

Bagaimana perlakuan dari pegawai dan tutor selama pelaksanaan kegiatan belajar
P mengajar?

“kadang saya suka nggak paham pelajaran waktu dijelasin sama guru. Tapi nanti
ZVWP pasti yang nggak bisa paham diajak ngobrol terus dikasih cara cara biar bisa cepet
paham”

Bisakah anda ceritakan, bagaimana perasaan anda setelah mendapat pengarahan


P dari tutor dan petugas?

ZVWP “Jadi lebih semangat, kalau ada saya


materi itu pasti saya tulis kalau saya nggak tahu juga
tanya ke guru”

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xlii


TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Hari/ Tanggal : Rabu/ 25 Agustus 2021
Tempat : LPKA Klas I Kutoarjo
Waktu : 08.00-09.30 WIB
Narasumber : Klien Anak (AB)

Apa yang anda rasakan ketika mengikuti pendidikan di LPKA Klas I Kutoarjo?
P

“Seneng pak, disini saya bisa belajar lagi tanpa beban. Sekolah ini juga bisa untuk
AB menggapai cita cita saya nantinya”

Bagaimana tanggapan anda dengan adanya kebijakan layanan pendidikan di LPKA Klas
P I Kutoarjo?

“Ya enak pak disini, gurunya juga ramah, kalo nggak bisa ya diajarin sampe bisa. Tapi
AB kadang saya ngerasa bosen saja sekolahnya gini-gini terus.”

P Adakah kendala yang dirasakan selama mengikuti layanan pendidikan?

AB “ya itu pak, kadang saya suka ngerasa bosen sekolahnya begitu-begitu saja”

Bagaimana perlakuan dari pegawai dan tutor selama pelaksanaan kegiatan belajar
P mengajar?

AB “kadang suka bingung sama yang diomongin guru jadi saya sering melamun. Ya abis itu
pasti kena tegur terus diceramahi”

Bisakah anda ceritakan, bagaimana perasaan anda setelah mendapat pengarahan dari
P tutor dan petugas?

“saya jadi lebih semangat belajar lagi pak, biar bisa kerja yang bener, dapat duit yang
AB halal.”

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xliii


TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Hari/ Tanggal : Rabu/ 25 Agustus 2021
Tempat : LPKA Klas I Kutoarjo
Waktu : 08.00-09.30 WIB
Narasumber : Klien Anak (NH)

Apa yang anda rasakan ketika mengikuti pendidikan di LPKA Klas I Kutoarjo?
P

“Ya Seneng Soalnya Bisa Sekolah Lagi. Sekolah Ini buat bekal pas nanti keluar, biar
NH bisa buat cari kerja”

Bagaimana tanggapan anda dengan adanya kebijakan layanan pendidikan di LPKA Klas
P I Kutoarjo?

NH “ya biasa saja pak,bosan


gurunya juga baik-baik, kadang pelajarannya susah dan kadang juga
kalau setiap hari cuma sekolah makan tidur.”

P Adakah kendala yang dirasakan selama mengikuti layanan pendidikan?

NH “Ya kadang ngerasa bosen pas selesai sekolah nggak bisa main keluar.”

Bagaimana perlakuan dari pegawai dan tutor selama pelaksanaan kegiatan belajar
P mengajar?

NH “ya pernah ditegur kalo saya ribut. nggak pernah dimarahi sampai dibentak-bentak pak,
pasti cuma dinasehati.”

Bisakah anda ceritakan, bagaimana perasaan anda setelah mendapat pengarahan dari
P tutor dan petugas?

NH “saya pengen bisa sekolah lebih tinggi orang


biar bisa mencapai cita-cita saya dan bikin seneng
tua.”

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xliv


TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Hari/ Tanggal : Rabu/ 25 Agustus 2021
Tempat : LPKA Klas I Kutoarjo
Waktu : 08.00-09.30 WIB
Narasumber : Kepala Sub Seksi Pendidikan dan Latihan Kerja (S)

Bagaimana pendekatan komunikasi yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar


Anak?
P

Kalau mau bikin anak lebih termotivasi dan semangat selama belajar ya harus ada
hubungan baik antara Anak dengan petugas pemasyarakatan dan tutor pembimbing dalam
S kegiatan belajar mengajar. Hubungan yang terjalin itu nantinya bisa mempermudah proses
belajar dan membuat suasana belajar menjadi lebih mudah bagi Anak karena situasi yang
kondusif

Apakah terdapat kendala selama melakukan pendekatan komunikasi pada Anak?


P

“Kalau di sini kalau mau meningkatkan motivasi belajar ya kendalanya ada di tenaga
pendidiknya juga mas, disini tenaga pendidiknya terbatas dan punya kesibukan di
bidangnya masing – masing juga. Jadi kalau mau ada evaluasi belajar dan kasih motivasi
ke Anak juga terbatas waktunya pas waktu ngajar saja, atau kadang dibantu sama petugas
yang jadi wali Anak yang punya masalah belajar, Kalau di sekolah formal kan ada guru BK
S mas, jadi kalau urusan konseling siswa yang punya masalah belajar bisa ditangani sama
guru BK. Kalu kita di PKBM ini belum ada tenaga pendidik khusus konseling mas karena
guru BK di Kabupaten Purworejo juga jarang masih jarang dan rata-rata Cuma di sekolah
formal saja mas Untuk masalah konseling sendiri kita juga dibantu sama yayasan sahabat
kapas mas,, cuma ya tidak termasuk dalam kegiatan PKBM dan pelaksanaannya hanya dua
dalam seminggu.”

Bagaimana perubahan motivasi belajar Anak setelah dilakukan pendekatan tersebut?


P

Yang pasti kita masih pantau terus mas sampai beberapa waktu setelah diberikan pesan
persuasif. Kalau dalam waktu yang ditentukan nggak ada perubahan sikap ya kita akan
S berikan pendekatan lain, kalau sikap dari Anak sudah berubah sesuai dengan tujuan maka
akan tetap dipantau juga untuk tetap dipantau biar bisa tetap sesuai harapan
Apakah adanya pandemi Covid-19 berpengaruh pada strategi meningkatkan motivasi
P belajar Anak?

“ dulu pernah kejadian mas, pas ada beberapa pegawai dan Anak di sini terpapar covid-19.
Semua kegiatan lumpuh, anak yang terpapar diisolasi, dan sebagian pegawai ada yang wfh.
Otomatis sekolah anak juga libur sementara, tapi setelah itu bisa dicari solusinya mas.
S Awalnya kita pakai metode daring, terus setelah sudah pelaksanaan vaksinasi seluruh
pegawai dan Anak ya sekarang bisa pembelajaran tatap muka lagi tapi harus menjaga
prokes.”
Menurut anda, apakah pendekatan strategi komunikasi persuasif yang telah dilakukan
P efektif untuk meningkatkan motivasi belajar Anak?

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xlv


S “Alhamdulillah sudah berjalan baik aktif
mas, tinggal kita kembangkan lagi biar Anak bisa lebih
lagi di kelas”

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xlvi


TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
Hari/ Tanggal : Rabu/ 25 Agustus 2021
Tempat : LPKA Klas I Kutoarjo
Waktu : 08.00-09.30 WIB
Narasumber : Tutor (AP)

Bagaimana pendekatan komunikasi yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar


Anak?
P

“Ya intinya kita harus bisa ambil perhatian anak mas, tapi tetap harus ramah Anak bair
mereka nggak takut atau bahkan sampai trauma kalau ketemu kita. caranya ya kita harus
bisa bersikap ramah ke mereka, ngasih perhatian lebih kalau mereka kesulitan dalam
belajar, menghargai pendapat mereka di kelas, terus bikin mereka nyaman tapi tetap
segan sama kita. Lama kelamaan anak juga akan ngerasa akrab sama kita kalau diberi
perlakuan yang baik terus. Kalau mereka sudah nyaman ya lebih enak ngasih arahan
AP atau ngingetin mereka karena sudah ada ikatan yang terjalin. Ya bentuk – bentuk pesan
persuasif yang kami sampaikan untuk meningkatkan motivasi belajar anak itu beragam
mas disesuasikan dengan kondisi Anak dan keterampilan masing – masing petugas. Ada
petugas yang memberikan persuasif berupa nasihat untuk giat belajar, bantuan pada
pelajaran tertentu yang bermasalah, dan ada yang memberikan pesan persuasif
nonverbal seperti hadiah atau hukuman.

Apakah terdapat kendala selama melakukan pendekatan komunikasi pada Anak?


P

“Mengajar Anak dalam jumlah yang banyak dan memiliki latar belakang kemampuan
kognitif yang berbeda sudah jelas jadi tantangan buat kita. Ketika menyampaikan
pelajaran atau berkomunikasi dengan mereka ketika di dalam kelas itu jadi suatu hal
yang cukup rumit mas. Kadang waktu kita menerangkan sesuatu nggak semua anak
paham, pun waktu kita beri nasihat biar semangat belajar juga nggak bisa semuanya
AP mengerti. Jadi ya, mau nggak mau kita harus bisa pahami karakter dan kemampuan
kognitif anak didik kita mas biar lebih enak dalam evaluasi mana yang bisa ngikutin dan
mana Anak yang ketinggalan. Ya akhirnya kita spesifikan pendekatan persuasif untuk
anak-anak tertentu yang motivasi belajarnya kurang, memang ini jadi kendala buat kita
karena butuh waktu dan tenaga lebih mas, tapi kita sebagai tenaga pengajar ya bangga
kalau didikannya berhasil.”

Bagaimana perubahan motivasi belajar Anak setelah dilakukan pendekatan tersebut?


P

“Kalau dari pantauan kami ya mas, salah satu kendala yang keliatan dari banyak Anak di
sini ya kadang suka mengeluh bosan karena hidupnya kayak dikekang, ada yang, kangen
rumah atau kangen orang tuanya. Kadang juga ada yang membandingkan kehidupan ketika
AP masih bebas di luar dengan keadaan yang dialami sekarang. Ya menurut kami hal itu wajar
karena mereka masih masuk dalam usia Anak dan remaja tapi harus dibatasi ruang
geraknya. Karena itu kami selalu kasih semangat dan motivasi ke mereka lewat nasihat dan
bekal ilmu pendidikan.”
Apakah adanya pandemi Covid-19 berpengaruh pada strategi meningkatkan motivasi
P belajar Anak?

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xlvii


“Kalau kami selama pandemi awalnya mengajar secara daring mas, jadi tidak tahu
bagaimana reaksi Anak secara langsung, tapi belakangan ini setelah mulai bisa tatap muka
AP lagi Anak tetap punya motivasi belajar yang cukup bagus dan mau perhatiin kalo kami lagi
ngajar.”
Menurut anda, apakah pendekatan strategi komunikasi persuasif yang telah dilakukan
P efektif untuk meningkatkan motivasi belajar Anak?

“Ya Alhamdulillah mas, menurut saya sendiri sudah berjalan baik, Anak sudah mau diajak
AP diskusi dan memecahkan masalah bareng-bareng sama kita para tutor. harapan saya si bisa
Anak bisa lebih pro aktif lagi”

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xlviii


Lampiran 6 : Dokumentasi Kegiatan

Wawancara Tutor Wawancara Kasubsi Diklatker

Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas Pengambilan Data Kepustakaan

Kegiatan Membaca di Perpustakaan Wawancara Anak

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan xlix


Lampiran 7 : Formulir Pengajuan Judul

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan l


Politeknik Ilmu Pemasyarakatan li
Lampiran 8 : Berita Acara Bimbingan

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan lii


Politeknik Ilmu Pemasyarakatan liii
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan liv
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan lv
Lampiran 9 : Hasil Uji Plagiarisme

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan lvi


Lampiran 10 : Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Adhika Yovaldi Salas


Stambuk : 3292
Tempat, Tanggal Lahir : Purworejo, 20 April 1999
Alamat : Wangunrejo RT 04 RW 02 Banyuurip, Purworejo
Telepon : 081229918483
Email : dhikajoe01@gmail.com
Agama : Islam
Pendidikan :
1. SD N 1 Pangenrejo, Tamat dan Berijazah
Tahun 2011.
2. SMP N 4 Purworejo, Tamat dan Berijazah
Tahun 2014.
3. SMK N 1 Purworejo, Tamat dan Berijazah
Tahun 2017.
Pendidikan dan Pelatihan :
1. Diklat Bela Negara Calon Taruna Politeknik
Ilmu Pemasyarakatan Angkatan LII (52) Bulan
Oktober Tahun 2017 di Pusdiklat Bela Negara
Rumpin Bogor.
Pekerjaan : Taruna Politeknik Ilmu Pemasyarakatan

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan lvii

Anda mungkin juga menyukai