Anda di halaman 1dari 9

Cakrawala Pendidikan Juni 2001, Th. XX, No.

P~NDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) MENJAWAD


T·ANTANGAN MASA DEPAN KE ARAH INTEGRASI BANGSA

Oleh : L. Hendrowibowo
::";: Fakultas IImu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
".;: ..:: .Diterima : 20 Februari 2001 /disetujui: 15 April 200 I

Abstract ".
Recently' "SARA" cases appear to the direction ofnation disintegration ofcourse influences
the learning in th~ school, which ,is not good. One of the lessons that close relationship with this
problem .i~ Religion Education and Civics Education. That is why according team national
Education":Departement needs the learning system in Civics Education.
The: lean:llng process of Civics Education with the paradigm is hoped can give the new
inspiration for ".teacher to development the student capacity ti the nation integration and sicial
concern. TIle "new paradigm is shoed in the way of learning that is used in the Civics Education,
that the process.is very important. This case is different with the "Moral Pancasila" Education, the
latter is nearly like an indoctrination.
The strategy which is used in giving material of Civics Ed.ucation directed to the knowing
and doing with values clarification method, problem solving and inquiry. On the hand for
evaluation using direct observation, not only cognitifevaluation, but al~o afectif and psychomotor.

Key words: Civics Education, New Paradigm, Nation Integration

Pendahuluan dengan paradigma barn. Proses pembelajaran


Seperti IOta ketahui akhir-akhir ini pendidikan kewarganegaraan dengan
(setidaknya lima tahun terakhir) terjadi paradigma bam diharapkan mampu
kerusuhan sosial yang berbau SARA, sejak memberikan inspirasi barn kepada guru untuk
dan Tasikmalaya (1996) Rengasdengklok mengembangkan kemampuan siswa dalam
(1997) Sanggau Ledo, Kalimantan Barat cara pembelajaran yang digunakan dalam
(1996, 1997, 200I), Alnbon dan daerah PKn yang lebih mementingkan proses. Peran
Maluku yang lain (2000, 200]), Sambas, guru tidak hanya memberi pelajaran tetapi
Kapuas, dan Pangkalan Bun (2000't 2001)'t juga ikut nielnbitnbing dan melibatkan semua
dan bahkan Jakarta yang menjadi Ibukota siswa dalam proses pemecahan persoalan
negara tidak pernah absen dati kerusuhan yang ada di sekitar anak. Guru perlu
sejak peristiwa Mei 1998. Di samping ito "menginjeksikan" pengalaman bam, atau
ditambah lagi adanya gerakan separatisme peluang bam pada siswa.
seperti gerakan Aceh Merdeka, Papua Supriyoko, dosen Universitas Sarjana
Merdeka, Gerakan Maluku Merdeka yang Wiyata Taman Siswa dan sekaligus pemerhati
dimotori RMS dan bahkan setelah BJ. pendidikan, yang berkunjung ke Pontianak
Habibie turon dari jabatan Presiden sebagaian selama seminggu, pasca kernsultan
rakyat Makasar (Sulawesi Selatan) pun ingin mengatakan pada KR akhir taboo 1977,
merdeka. "untuk menghadapi berbagai tantangan yang
Kejadian tersebut menggugah bati kita mengarah pada disintegrasi bangsa, perlu
untuk menengok kembali peran pendidikan, diantisipasi oleh bangsa ini dengan
khususnya pendidikan kewarganegaraan pendidikan yang benar dan tepat, karena akar
(PKn) dalam mencegah peristiwa tersebut masalah kemsuhan di Pontianak tersebut tidak
kearah integrasi bangsa. Pola pembelajaran Iepas dari peran pendidikan".
PKn dengan paradigma lama perlu diubah

L. Hendro Wibowo, FSP FIP UNY


Cakrawala Pendidikan Juni 2001, Th. XX, No.3

Pendidikan bukan sekedar alih dari sektor pemerintah tetapi juga dari
pengetahuan yang mirip mengISl botol kalangan swasta.
kosomg tetapi merupakan kegiatan ber-sarna Mengenai prospek Civics Educati-on di
sebagai masyarakat ilmiah yang tenggelam Indonesia, Chuck mengungkapkan
dalam proses mencari kebe-naran. Guru dan optimisnya bahwa PKn akan berhasiI. Karena
siswa saling berinteraksi. Siswa diberi Indonesia sudah memiliki sejarah panjang
kesempatan untuk berpendapat dengan tentang penerapan pelajaran Pancasiia
mengajukan argu-mentasi. Pendapat tersebut ballkan pemah dimasukkan dalam kurikulum,
berinteraksi dengan pendapat siswa lain dan meskipun dalam penerapan PKn periu
guru berperan sebagai fasilitator. Dari mendapat penyempumaan.
interaksi tersebut, akhirnya ditemukan Sementara itu dalam hal yang sarna,
pendapat logis, lebih lengkap dan lebih Hafid Abbas (Kompas, 30 Januari 2001),
banyak manfaatnya. Dengan kata lain akan salah seorang pen gamat pendidikan yang ikut
didapatkan suam pendapat atauptm konsepsi dalam seminar tersebut mengatakan: "Untuk
yang paling baik. Dalam proses ini siswa membangun warga negara Indonesia yang
dilatih Inengahargai pendapat siswa lain dan baik dan bertanggung jawab terhadap negara
beradu argumentasi. Karena sering beradu diperlukan PKn". Depdiknas dalam buku,
argumentasi , mereka terdorong untuk selalu Standar Nasional Pendidikan Kewarga-
meningkatkan pengetahuannya agar dapat negaraan (PKn), mengatakan:
mengajukan argumentasi yang terbaik. Peran "Pendidikan Kewarganegaraan dapat menjadi
guru sebagai fasilitator selalu mengarahkan pengikat untuk menyatukan visi rakyat
siswa dalam bingkai negara kesatuan Indonesia yang beragam dari segi agama,
Republik Indonesia ·a13u dengan kata lain bahasa, usia, dan suku bangsa tentang budaya
dalam bingkai integrasi bangsa. kebersmnaan yang dapat Inendukung tetap
Pengembangan belajar PKn seperti ini, berdirinya Republik Indonesia. Oleh karena
rnenurut Ace Suryadi (Kompas. 13 Januari itu, kewarganegaraan hams menjadi bahasa
2001), Ketua Tim Nasional PKn Depdiknas, utama pada jenjang pendidikan dasar, dan
diawali olel1 CICED melalui survai nasional menengah. Dengan pembelajaran yang
atas basil kurikulum Pendidikan Moral sistematis, perserta didik diharapkan dapat
Pancasila yang dike-mudian ditindaklanjuti mengembangkan dan menerapkan
oleh Balitbang Depdiknas, dengan menjalin ketrampilan intelektual dan partisipatori yang
kerja sarna LSM dan Perguruan Tinggi Negeri menghasilkan pemahaman tentang arti
antara. lain UPI, UNY, Universitas ··Malang, pemnerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
UGM, UI, Universitas Padang serta para ahli untuk rakyat. (2000 : 2)".
dan praktisi yang berpengalaman' dalam Abdul Azis Wahab, Direktur Centre of
bidang ini. Indonesia Civic Education (CICED) ketika
Chuck N Quigley, Direktur Eksekutif memberikan' sambutan dalam pameran dan
Center Civic Education Atnerika Serikat gelar kemampuan siswa dalam uji coba model
dalam diskusi " Tim Nasional Pembaharuan "Proyek Belajar Kewarganegaraan Kami
PKn", yang diadakan oleh Depdiknas akhir Bangsa Indonesia" di Bandung, 22 Januari
Januari 2001 di Jakarta mengusulkan 2001 mengatakan:
kemungkinan dibentuknya lembaga untuk "Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan
mepersatukan pendidik <Ii semua IKIP, paradigma barn diharapkan dapat membangun
Lembaga Swadaya Masya-rakat dan kepekaan soaial dan kemahiran memecah-kan
Depdiknas untuk mendukung pengembangan masalah pada anak didik. Dengan paradigma
PKn. Chuck, lebih lanjut mengatakan, "Di ini, siswa diharapkan akan mempunyai
AS sendiri sudah terbentuk jaringan civitas ketrampilan menyusun usulan kebijakan dan
Atnerika, yakni masyarakat pendukung PKn rencana tindakan berkaitan dengan masalah
(Civics Education), yang tidak hanya terdiri yang selalu dihadapi di lingkungannya".
(Kompas, 30 Januari 2001)".

Pendidikan Kewarganegaraan Menjawab Tantatangan Masa Depan 228


Cakrawala Peildidik8ll JWli 2001,Th. XX, No.3

Dati .uraim di atas dapat diajukan berpikir seeara kritis, rasional, dan kreatif
pertanyaan: sebagai berikut benarkah PKn dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (2)
dengan .paradigma barn membantu berpartisipasi seeam bennutu serta
terwujudnya integrasi ? bertanggung jawab, dan bertindak seeara
sadar dalam kegiatan bennasyarakat,
Pendidikan Kewarganegaraan berbangsa, dan bemegara, dan (3) membentuk
Pendidikan kewarganegaraan bukan diri berdasarkan pada karakter-karakter positif
pendidikanagama, meski tujuan character masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia
building pelajaran agama dan PKn sarna, yang demokratis". (Depdiknas, 2000:3).
namun bahan yang dipakai berbeda. Pelajaran Dengan demikian peserta didik dituntut
agama berpedoman pada ajaran Kitab Suei berpartisipasi seeara bennutu dan
agama tertentu, sedangkan PKn memakai bertanggung jawab dalam kegiatan berbangsa
bahan Iebih Iuas dari agama. Kalaupun dalam dan bemegara dalam khasanah/ bingkai
menymnpaikan PKn disinggung ajaran negara kesatuan, yang berarti pula tetap harns
agmna, haruslah dalam lintas agama bukan berintegrsasi dalam wadah Negara Kesatuan
ajaran agama tertentu. Untuk itulah Republik Indonesia.
seyogyanya guru agama bukanlah sekaligus
guru PKn, karena dikhawatirkan siswa tidak Landasan Pendidikan Kewarganegaraan
mengetahui dengan pasti kapan guru tersebut Landasan pendidikan kewargane-garaan
memberikan pelajaran agama ataukah PKn. di Indonesia meliputi : landasan filosofis,
Pendidikan kewarganegaraan ber- landasan sosial buadaya, dan Iandasan
sumber pada ideologi Pancasila. Ideologi pedagogis.
menuntut loyalitas dan ketertiban dari
pengikutnya. Bagi ideologi Paneasila masalah 1. Landasan Filosofis
loyalitas dan keterlibatan ini sangatlah Landasan filosofis pendidikan
penting, dalam arti yang berujud upaya-up~ya umwnnya meneakup (1) landasan
untuk menegakkan atau mempertahankannya. ontologis, dan (2) landasan antropologis~.
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak Seeara ontologis realitas pada dasamya ada
proklamasi kemerdekaan terlihat seeara yang bersifat material dan ada yang bersifat
konsisten memaneangkan tonggak-tonggak non material. Pemyataan tersebut tidak
yang bennakna ideologis. Hal ini terbukti menyimpang dari falsafah negara yakni
setelah Indonesia mencapai konsensus politis, Pancasila. Secara tersirat dalam Pancasila
menjadikan Pancasila sebagai dasar negara, terungkap bahwa ada realitas y~g fana dan
serta menuangkannya di dalam alinea IV berubah yakni segal a sesuatu yang
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. dieiptakannya. Tuhan sebagai "Pencipta"
PKn didalamnya memuat pendidikan menjadi swnber segala realitas yang
moral (budi pekerti), pendidikan politik, dieiptakannya dan realitas eiptaan Tuhan
pendidikan falsafah negara, pendidikan berada dalam perubahan yang berjalan
kewarganegaraan, pendidikan bela negara, berdasarkan aturan-aturan penciptaNya.
pendidikan sosiaI dan pendidikan budaya. Landasan antropologis menem-
Yang hendak dicapai dalam PKn ini adalah patkan manusia sebagai eiptaan Tuhan,
character building, yang nantinya akan karena .itu wujud dan sifatnya berbeda
mempengaruhi pola pikir ~ dan perilaku. dengan "Penciptanya". Wujud penampilan
Tepatnya pembelajaran ini adalah bagian manusia ada yang bersifat material (raga)
penting upaya meneerdaskan moralitas dan ada yang bersifat non material (jiwa).
manusia muda pada masa formative years- Namun keduanya bukanlah merupakan hal
nya. yang dapat dipisah-pisahkan melainkan
Adapun yang menjadi tujuan merupakan satu kesatuan yang bulat dan
pendidikan kewarganegaraan: "membe-rikan utuh.
kemampuan pada peserta didik untuk: (1)

Pendidikan Kewarganegaraan Menjawab Tantatangan Masa Depan 229


Cakrawala Pendidikan Juni 2001, Th. XX, NO.3

2. Landasan Sosial-Budaya dilakukan oleh manusia terhadap manusia,


Lingkungan sosiaI budaya dalam situasi kemanusiaan dan diarahklan
mengandWlg dua WlSur (1) unsur sosial, untuk mencapai tujuan yang berbobot
yaitu interaksi di antara manusia dan (2) manusia pula". Hal ini berkaitan dengan
unsur budaya, yakni bentuk kelakuan yang ditemukanya dua orang anak dipegunungan
sarna tedapat dikalangan kelompok Himalaya, yang diasuh oleh binatang. Anak
manusia "budaya ini meliputi bahasa, nilai tersebut tidak dapat berbicara, belajar
- nilai , nonna kelakuan, adat kebiasaan merangkak, tidur siang hari, keluar pada
dan sebagainya". (Nasution 1983 : 13). malam hari, makan daging mentah.
Anak manusia tidak dapat Iangsung Manusia Iahir oleh tuhan dibekali
"memasyarakat" dan "membudaya" . Hal kata hati , yang mampu membedakan baik
tersebut hams dipelajari sesuai dengan - buruk, benar - salah dan lain sebagainya.
pertumbuhan anak tersebut. Ciri atau karakteristik inilah yang
Dalam tumbuh berkembangnya anak menjadikan manusia lebih tinggi
manusia tersebut akan mengalami kedudukannya dibandingkan dengan
perubahan-perubahan untuk mengikuti dan hewan, dan kata hati ini akan berkembang
menyeleseaikan perkembangan jaman. hanya melalui pendidikan. Hal ini senada
Narnun hal yang tidak boleh ditingalkan dengan pemyataan MI. Soelaeman (1988 :
sebagai warga negara Indonesia dalam 11-12) yang mengatakan :
menyesuaikan diri tersebut adalah nilai- Anak dilahirkan dalm keadaan lengkap dan
nilai dasar yang telah diakui dan dijadikan tidak pula dalam keadaan kosong. Ia
pedoman oleh bangsa Indonesia yakni dilahirkan dalam keadaan fitrah. Memang
Pancasila. ia dilahirkan dalm keadaan tidak tabu apa -
apa, akan tetapi ia telh dibekali dengan
3. Landasan Pedagogis pendengaran, pengelihatan, dan kata hati
Seperti disebutkan di atas, bahwa (afidah), sebagai modal yang harns
manusia pada saat dilahirkan dalam dikembangkan dan diarahkan kepada
keadaan tak berdaya, ia belum dapat martabat manusia yang mulia, yaitu yang
menolong dirinya sendiri. "Kemampuan mengisi dan menjadikan kehidupan sebagai
yang dimiliki pada hari pertama dilahirkan taqwa kepada Allah.
hanya terbatas pada menangis, bersin dan Bersdasarkan uraian diatas, maka dapat
kemampuan menghisap" (Langeveld, 1982 disimpulkan bahwa landasan filosofis, sosial -
: 3). Dengan kata lain pada saat budaya, dan pedagogis pada dasamya
kelahirannya manusia berada pada kondisi mengarahkan manusia agar dapat hidup
tidak dapat apa - apa, oleh karena itu, ia secara manusiawi sesuai dengan martabat
memerlukan orang dewasa. Tanpa bantuan manusia yang mulia dan menjadi warga
orang dewasa, seorang bayi tidak dapat negara yang baik, menjaga integritas
melangsungkan kehidupanya. Manusia (keutuhan) bangsa.
barulah menjadi manusia berkat
hubungannya dengan manusia lain dan Visi dan Misi PKn
bantuan ini diberikan melalui pendidikan. Visi PKn adalah membangun bangsa
Berdasarkan kenyataan diatas maka yang berbudaya Pancasila, artinya Pancasila
dapatlah kita pahami bahwa pendidikan yang merupak8.n pandangan hidup bangsa dan
pada dasamya merupakan "Bantuan yang dasar negara Republik Indonesiaperlu
sengaja diupayakan oleh orang dewasa dihayati dan diamalkan secara nyata untuk
terhadap anak yang belum dawasa dengan menjaga kelestarian dan dan keampuhannya
tujuan agar anak didik mencapai demi terwujudnya tujuan nasioanaI serta cita-
kedewasan. Lebih lanjut MI. Soelaennan cita bangsa seperti tercamtum dalam
. (1988 51) menyatakan bahwa Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.
.' "pendidikan merupakan tindakan yang

Pendidikan Kewarganegaraan Menjawab Tantatangan Masa Depan 230


Cakrawala Pendidikan Juni2001, Th.}CK,~o.3

Sedangkan mist PKn adalah 1. Kemampuan untuk menguasai pengetahuan


meningkatkan kualitas kemandirian manusia kewarganegaraan.
Indonesia k~"';,",':wah persatuan bangsa. a. Memahami tujuan pemerintahan dan
Pernyataan ilJ.~' .:;sbbenarnya telah lama ada, prinsip-prinsip dasar konstitusi
bahkan E~pu' lJ~tular berabad-abad yang pemerintahan Republik Indonesia.
lalu telah mengat·~an bhinneka tunggal ika (e b. Mengetahui stnddur, fimgsi dan tugas
pluribus I:'I(U"'); i,dari yang banyak menjadi pemerintahan daerah dan nasional
satu. Kon~~:~ :':' ,bhinneka tunggal ika, serta bagaiman ketertiban warga
mempertah~:; , dan menghonnati negara membentuk kebijaksanaan
kebhinneka8n, :;': ::keragaman, kemajemukan. publik.
Sirkumstansi! 'sej:arah menjadi pendorongnya, c. Mengetahui hubungan politis
ke Inuara::persatuan. Inilah aspirasi rakyat Indonesia dan warganegaranya dengan
banyak y~~g :'. sekaligus menjadi misi PKn, bangsa-bangsa lain dan masalah-
yakni tetap.. iD¥i~ menjadi satu bangsa. masalah dunia.
, , 2.. Kemampuan untuk memiliki keteram-
Tujuan Pe~'belajaranPKn pilan kewarganegaraan
PembeJajaran PKn saat ini tidak lagi a. Mengambil atau menetapkan keputusan
menganduitir, indoktrinasi berdasarkan yang tepat melaui proses pemecahan
kepentingan "".' politik tertentu. Dalam masalah dan inkuiri.
pembeJajarati :PKn menerapkan model belajar b. Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan
portofolio'.:portofolio adalah dokumentasi dan suatu isu tertentu,menentukan dan
tampilan '. yang melukiskan keseluruhan mengambil sikap guna mencapai suatu
prosedur dan kegiatan serta basil kerja siswa. posisi tertentu.
Neneng Suminarwati, guru SLIP Negeri 1 c. Membela posisi dengan mengemukakan
Cikeruh (Kompas, 23 Januari 2001) argumen yang kritis, logis, dan
mengatakan "portofolio ini menjadi alat bantu rasioanal
yang bennanfaat bagi siswa untuk memahami d. Memaparkan suam infonnasi yang
dan menjelaskan suatu persoalan". Sementara penting pada khalayak wnwn.
bagi Alief Nugraha, siswa SLTP Negeri 13 e. Membangun koalisi, kompromi,
Bandung mengatakan: "PKn barn ini telah negoisasi, dan konsensus.
memberikan semangat belajar yang bam. Ia 3. Kemampuan untuk menghayati dan
mengaku, PKn telah mengajarkan kepada mengembangkan karakter kewarganega-
dirinya Wltuk peduIi. dengan persoalan di raan
sekitamya dan nasib orang lain". (Kompas, 23 a. metnberdayakan dirinya sebagai warga
Januari 2001). negara independen, aktit: kritis, well-
S~~:~3A- yang dituju dalam PKn bukan informed, dan bertanggungjawab untuk
semata~mata pada pembentukan otak atau berpartisipasi secara efektif dan efisien
kemampuan kognitif, melainkan juga dalam berbagai aktivitas masyarakai,
ditujukan pada pembentukan sikap atau politik, dan pemerintahan pada semua
kemampuan afektif, dan pembentukan tingkatan (daerah dan nasioanal)
. perilaku atau kemampuan psikomotor. b. mengerti bagaimana warga negara
Sasaran-saran ini merupakan pencapaian melaksanakan peranan, hak, dan
tujuan pendidikan seperti yang dikemukakan tanggung jawab personal untuk
oleh B.S. Bloom dalam Taxonomy oj' berpartisipasi dalam kehidupan
Educational Objectives. masyarakat pada semua tingkatan
Pendidikan kewarganegaraan' hendak (daerah dan nasionaI).
mewujudkan kemampuan-kemampuan dasar c. Memahami, menghayati, dan
yang dibagi dalam tiga kelompok sebagai menerapkan nilai-nilai budi pekerti,
berikut: demokrasi, dan nasionalisme dalkam

Pendidikan Kewarganegaraan Menjawab Tantatangan Masa Depan 231


Cakrawala Pendidikan Juni2001, Th.~,~o. 3

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dominan/kuat menentukan perilaku dan


dan bernegara. kepribadian seseorang. (Achmad Kosasih
d. Mengerti dan menerapkan prinsip hak Djahiri, 1985: 18).
asasi manusia dalam kehidupan sehari- Hannin Rath dan Simon (1985)
hari. (Depdiknas, 2000: 4). menawarkan salah satu metode yang cocok
Dengan adanya PKn diharapkan dapat dalam domain afektif adalah metode
meminimalisasi kesenjangan antara teori dan klarifikasi nilai-nilai (values clarification),
praktek, sebab ilmu bukan hanya sekedar yang pada prinsipnya sangat Inenghindari
kekayaan inteIektual saja tetapi juga pemaksaan nilai-nilai pada peserta didik.
mempunyai kegunaan praktis dan sekaligus Gagasan dasar yang melandasi metode ini
siswa mampu menerapkannya dalam ialah bahwa setiap siswa berhak dan
kehidupan sehari-hari. Selanjutnya peserta bertanggung jawab atas pembentukan nilai-
didik dapat berpartisipasi sebagai warga nilai hidupnya sendiri. Tugas pendidik
negara yang efektif dan bertanggtmg jawab. hanyalah menyadarkan setiap peserta didik
Latihan berpikir kritis~ kegiatan memecahkan atas nilai-nilai kehidupan yang dipilihnya
masalah, teknik belajar kooperatif dapat sendiri secara bebas dan bertanggung jawab.
bermanfaat bagi peserta didik dalam Dalam metode klarifikasi terdapat tujuh
menghayati dan melaksanakan sikap toleransi langkah yang menjadi prinsip klarifikasi nilai-
dan menghargai orang lain. Bila hal ini nilai. Tujuh langkah tersebut dirinci sebagai
terwujud tentunya akan mendorong perserta berikut:
didik bersosialisasi dengan ternan di "Pertama, siswa diminta memilah dan
lingkungannya. memilih nilai secara bebas paksaan dati antara
rimba belantara mali dalam kehidupan ini".
Metode Penyampaian Materi Pkn Kedua, pihak pendidik tnenyediakan nilai-nlai
Strategi penyampaiaan materi PKn altematif lain yang dapat dijadikan acuan
memiliki ciri khas yang membedakan dengan siswa.
bidang studi lain.' Setiap materi pelajaran Ketiga, dengan didampingi pendidik, siswa
dalam bidang PKn bukan sekedar untuk mempertimbangkan secara rasional pemilihan
dikerjakan sebagai suatu ketrampilan dan nilai dan resiko dati nilai yang dipilih tadi.
dihafalkan, melainkan untuk dipahami, Keempat, siswa menjadi bahagialpuas dengan
dihayati dan diamalkan sesuai dengan aspek . nilai yang dipilih tersebut dan niali tersebut
moralnya. Strategi penyampaian yang terbaik, menjadi hal yang positif dalmn hidupnya.
sangat sulit ditemukan, sebab pada dasamya Kelima, siswa menegaskan bahwa nilai yang
pembelajaran PKn tennasuk dalam kawasan dipilihnya adalah nilai yang benar, dan ber8ni
afektif dan psikornotor. Dengan demikian menyatakan di muka umum.
metode/strategi penyampaian haruslah Keenam, siswa melaksanakan tindakan
integratif, artinya integrasi dari beberapa konkrit dari nilai yang telah disebutkan,
metode, sebab pembelajaran PKn bukan hukan hanya merupakan gagasan, atau
hanya penuIaran intelektuaI (kognitit) saja, keinginan saja.
melainkan satu kesatuan yang komprehensif Ketujuh, menjadikan nilai tersebut sebagai
dengan nilai dan sikap. poia hidupnya. (disarikan dari Pungki
"Nilai (value) dan sejenisnya merupakan Setiawan, Kompas, 22 lanuari 2001).
wujud daripada afektif (affective domain) Untuk mengarahkan peserta didik
serta berada dalam diri seseorang. Dan secara mengintemalisasi, menerapkanlmelakoni
utuh danbulat merupakan suam sistem, nilai-nilai tersebut, diperlukan hubungan yang
dimana aneka jenis nilai (nil~i keagamaan, dekat antara peserta didik dan guru.
sosial budaya, ekonomi, hukum, etis dll) Hubungan yang dekat ini mengakibatkan
berpadu jalain menjalin serta saling rneradiasi mereka saling mengetahui dan siswa dapat
(lnempengaruhi secara kuat) sebagai satu menjaga sikap dirinya untuk berlaku baik.
kesatuan yang utub. Sistem nilai ini sangat

Pendidikan Kewarganegaraan Menjawab Tantatangan Masa Depan 232


Cakrawala Pendidikan Juni 2001, Th. xx, No.3
Guru sebagai pendidik di sekolah Depdiknas mengeluarkan rambu-rambu
berkedudukan bukan sebagai penguasa yang dalam penilaian, yakni dikaitkan dengan hal-
siap memberikan perintah kepada mahasiswa, halsebagaiberikut
melainkan ia sebagai pengaYOln, pelnbimbing Kelas I, I dan III 8DIMI dengan pennaianan
dan pendorong siswa dalam pembelajaran. dan stimuJasi. Kelas IV, V dan VI dapat
Maka wajarlah jika guru berpedolnan pada dilakukan dengan membuat karangan,
semboyan: . ing ngarsa sung tuladha, ing mengalisis suatu isu atau kasus yang dikutif
madya mangun karsa, dan tut wuri guru dari koran dan majalah. Untuk SLTPIM.
handayani. Dalam semboyan ini hubungan Is. Dilakukan dengan langkah-Iangkah
antara guru - murid dekat, pendekatan sebagai berikut: (1) mengidentifikasi masalah
bersifat humanistik, bersifat kekluargaan, kebijak-sanaan umum, (2) mengumpulkan
llangat, terbuka, serta tidak ada dan mengevaluasi infonnasi berkaitan dengan
tekananlpaksaan. Jika hal-hal yang tersebut masalah, (3) menguji dan mengevaluasi
terlaksana dalam hubungan guru-murid, maka pemecahan (4) memilih dan mengembangkan
kesatuan dan per~tuan akan terjaga dalam kebijaksanaan umum yang diusul~ (5)
lingkup keciI sekolah yang tentunya mengembangkan rencana tindakan, dan (6)
diharapkan pula untuk· melebar ke arab yang men.gevaluasi pelaksanaan tindakan~ Di
lebih besar yakni b~an hanya persatuan dan tingkat Sekolah Menengah Umum/Kejuruan
kesatuan lingkungan sekolah, namun dapat atau Madrasah Aliyah, dilakukan dengan
bersifat nasional bennuara pada integrasi ;pengaplikasian metode-metode ilmiah (the
bangsa. :application ofthe scientific methods) seperti
metode pemecahan masalah (problem solving
Evaluasi method) dan metode inkuiri (inquiry method).
Evaluasi/alat penilaian dalam pem- t -(disarikan dari Depdiknas, 2000: 5).
belajaran pendidikan kewarganegaraan pun Guru sebagai pembimbingkelas hams
sulit dilaksanakan karena seperti telah .:' Inengarahkan pada integrasi bangsa bukan
disebutkan, bahwa pembelajaran PKn . mendorong ke arab disintegrasi bangsa, di
tennasuk dalam kawasan kognitit: afektif dan samping itu menolak keras paham separatis.
psikomotor dan bahkan lebih dominan pada
aspek afektifhya. Kawasan afektif tidak akan Beberapa kelemaban dan Solusi Pendidik-
berkembang jika kawasan kognitifnya tidak an Kewarganegaraan
baik. Nilai dan sikap tidak akan tumbuh_ Kekerasan, kerusuhan, kasus-kasus
begitu saja kalau kognitifuya tidak baik, maka berbau SARA dan keinginan beberapa daerah
nilai dan sikap (afektif) akan dipengaruhi oleh untuk merdeka, mengundang kita untuk
aspek kognitifuya dan selanjutnya akan berpikir kembali tentang keberadaan
mempengaruhi pada pengamalan pendidikan IOta dewasa ini, dengan bertanya:
(psikomotor). Apakah sistem pendidikan kita salah 7,
Berdasarkan uraian di atas, Inaka BagaiInana peran PKn dan Pendidikan Agama
bentuk/alat penilaian harus menggunakan Azhari Noer mengatakan :
berbagai bentuk tes, antara lain multiple "Kegagalan sistem pendidikan semacam ini
choice, essay, membuat. laporanlmakalah, dan terletak pada kegagalan sistem pendidikan
sedapat m1:U1gkin diadakan pengamatan humaniora, yang meliputi agama, filsafat,
sehari-hari. Mungkin si x mendapat nilai 8 bahasa dan sastra, sem, dan sebagainya (PKn
dalam ulanganlujian, karena pengetahuannya tennasuk didalamnya - penulis). Wilayah
(kognitif), belum menyentuh afektif dan humaniora memang tennasuk dalam ruang
psikomotomya. Si X tersebut tidak menjawab lingkup sistem pendidikan IOta, tetapi wilayah
fakta apa adanya (das sein) tetapi menjawab ini hanya sebagai "pelengkap" karena
apa yang seharusnya. (das sollen). Untuk dianggap tidak menjamin masa depan anak
itulah diusahakan sejauh mungkin penilaian didik secara material. Humaniora telah
dengan observasi langsWlg. menjadi bidang yang ditempatkan pada "kelas

Pendidikan Kewarganegaraan Menjawab Tantatangan Masa Depan 233


Cakrawala Pendidikan JUDi 2001, Th. XX, NO.3

dua" oleh masyarakat yang memang telah kolaboratiof-partipatoris, values


dijangkiti penyakit konswnerisme yang clarification dan inquiry..
berorientasi kepada kehidupan yang 4. Siswa diberi contoh konkrit sekaligus
materialistis". (Kautsar Azhari Noer, dalaln diminta untuk Inengamalkan niIai-nilai
Th. Sumartana, dkk. 2001: 233). kerukunan, cinta kasih, tolong menoiong,
Jika ditarik benang merah dari uraian toleransi dan persatuan.
sebelmnnya, ada beberapa kelemahan
pendidikan kewarganegaraan antara lain Kesimpulan
disebabkan : Paradigma barn dalam pembelajaran
1. Pendidikan selama ini menekankan pada Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) atau
transfer ilmu kepada peserta didik~ kurang civics education adalah suatu inovasi
memperhatikan aspek nilai (value). Hal pelnbelajaran yang dirancang untuk
yang seperti ini dapat diibaratkan seperti membantu peserta didik memahami teori dan
mengisi sesuatu ke barang kosong. memperoleh pengalaman praktis-empiris.
2. PKn hanyalah pelengkap kurikulum atau Dalam pembelajaran PKn Iebih
"kelas dua", dan dilain pihak siswa Inementingkan proses. Guru berperan
merasa ogah-ogahan (acub tak acub) membimbing, dan melibatkan siswa dalam
dengan materi PKn. proses pemecahan persoalan, bukan sekedar.
3. Pembelajaran memakai metode alih pengetahuan yang mirip mengisi botol
indoktrinasi. kosong. Yang hendak dicapai dalam PKn ini
4. Kurangnya pembahasan materi yang adalah character building, yang nantinya akan
berkaitan dengan kerukunan, cinta kasih, mempengaruhi pola pikir dan perilaku siswa,
tolong menoiong, toleransi, persatuan yang semakin baik dan bertanggung jawab
(integrasi) bangsa. menuju pada integrasi bangsa.
Dati pennasalahan tersebut, jika Pakar pendidikan mengatakan untuk
diatasi dengan langkah-Iangkah perbaikan lnenghadapi berbagai tantangan masa depan
yang benar dan tepat meialui pembelajaran yang mengarah pada disintegrasi bangsa,
PKn, masalah integrasi akan ber-kurang perlu diantisipasi oleh bangsa Indonesia
bahkan akan bHang, walaupun hasilnya dengan pendidikan yang benar dan tepat,
memakan waktu yang lama, tidak seperti khususnya dalam pembelajaran PKn, karena
membalik telapak tangan.. Langkah-Iangkah . didalamnya memuat pendidikan moral (budi
tersebut sebagai berikut: pekerti), pendidikan politik, pendidikan
1. Pembelajaran. PKn hams berlangsung falsafah negara, pendidikan sosial dan
secara manusiawi, Iebih mementingkan pendidikan budaya bangsa.
penanaman nilai/value bukan sekedar Pembelajaran PKn, yang diarahkan
transfer pengetahuan. pada integrasi bangsa tersebut dilakukan
2. PKn disetarakan dengan mata pelajaran dengan sistem pembelajaran yang integratif
lain, dan dimungkinkan juga siswa dengan tnemperllatikan komponen-komponen
mendapat nilai 5 (lima) dan guru dapat antara lain (1) tujuan pendidikan dengan
memebrikan materi yang menarik dengan menuntut peserta didik berpartisipasi secara
menagjukan banyak aiternatif pilihan bennutu dan bertanggung jawab dalam
(dalam diskusi) sehingga slswa dapat ikut kegiatan berbangsa dan bemegara, (2)
berpartisipasi dan sekaligus berpendapat landasan filosofis, sosial-budaya, dan
dengan mengajukan argumentasi- pedagogis yang mengarahkan peserta didik
argumentasi. hidup secara manusiawi sesuai dengan
3. Pembelajaran dengan pendekatan martabat manusia yang mulia dengan menjaga
humnistik, kekeluargaan, hangat, terbuka integritas (keutuhan) bangsa, (3) metode
dan ada saling kepercayaan antara guru- penyampaian dengan mengaplikasikan
siswa, dengan menggunakan metode metode-metode ilmiah (the application of the
scient!fic methods) antara lain metode

Pendidikan Kewarganegaraan Menjawab Tantatangan Masa Depan 234


Cakrawala Pendidikan Juni 2001, Th. XX, No.3

klarifikasi nilai-nilai (values clar(fication), ,:


metode pemecahan masalah (prob/e/n solving,:
methods), metode inkuiri (inquiry method)
dengan pendekatan ::' humanistik, bersifat
kelduargaan, hangat~ terbuka dan bukan
indoktrinasi, (4) bentuk/alat penilaian dengan
menggunakan berbagai bentuk tes (multiple
choice, essay, Inenibuat Iaporan/makalah dan
sedapat mungkin' pengamatan sehari-hari).
Dengan demikian tujuan pendi-dikan,
landasan, metode· penyampaian, bentuk/alat
pendidikan, jika dapat berjalan dengafi baik
dan seimbang::,' akan menyumbang kearah
sasaran yang Jlendak dicapai, yang masing-
masing komponen mempunyai kadar yang
sarna. Jika! komponen tersebut tidak
seimbang, t~ntunya juga akan menggangu
terlaksananya' pembelajaran yang akan
berpengaruh' pula terhadap tujuan yang
hendak dic3:pai, yakni integrasi bangsa.

Daftar Pus~ka

Ankersmit', F.R. 1987. Rejleksi tentang


Sejarah. Pendapat-pendapat Modern
Pi/safat Sejarah. Jakarta PT. Gramedia.
Bahar, Ahmad. 1997. Presiden Ketiga.
Yogyakarta: Pena Cendekia.
Dannodihardjo, Darji. 1983. Pancasila Dasar
Negara da/am Prospek Rekonstnlk~i
Nasional. Jakarta: Aries Lima
Djahi[i, Achmad Kosasih. 1985. Strategi
Pengajaran Afektif-Niali-Moral. VCT
Dan Games da/aln VCT. BandlUlg : Jrs.
PMPKN. FPIPS IKIP. Bandung.
Djalal, Hasjim. 2000. "Masa Depan Indonesia
Sebagai Negara Kesatuan" .,Semiloka.
Dosen-dosen Kewarganegaraan se Indo
nesia.
Departemen Pendidikan Nasional. 2000.
Standar Nasioanal Pendidikan Kewar-
ganegaraan (PKn), untu Pendidikan
Dasar dan Menegah Jakarta.
Faridah. 1~92. Konsep Dasar Pendidikan
U1num. (Tesis). Bandung: PPS IKIP
Bandung.
Oetmna, Jacob. dkk. 200 I. Demokrasi,
Kekerasan, Disintegrasi. Jakarta:
Kompas.

Pendidikan Kewarganegaraan Menjawab Tantatangan Masa Depan 235

Anda mungkin juga menyukai