Oleh : L. Hendrowibowo
::";: Fakultas IImu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
".;: ..:: .Diterima : 20 Februari 2001 /disetujui: 15 April 200 I
Abstract ".
Recently' "SARA" cases appear to the direction ofnation disintegration ofcourse influences
the learning in th~ school, which ,is not good. One of the lessons that close relationship with this
problem .i~ Religion Education and Civics Education. That is why according team national
Education":Departement needs the learning system in Civics Education.
The: lean:llng process of Civics Education with the paradigm is hoped can give the new
inspiration for ".teacher to development the student capacity ti the nation integration and sicial
concern. TIle "new paradigm is shoed in the way of learning that is used in the Civics Education,
that the process.is very important. This case is different with the "Moral Pancasila" Education, the
latter is nearly like an indoctrination.
The strategy which is used in giving material of Civics Ed.ucation directed to the knowing
and doing with values clarification method, problem solving and inquiry. On the hand for
evaluation using direct observation, not only cognitifevaluation, but al~o afectif and psychomotor.
Pendidikan bukan sekedar alih dari sektor pemerintah tetapi juga dari
pengetahuan yang mirip mengISl botol kalangan swasta.
kosomg tetapi merupakan kegiatan ber-sarna Mengenai prospek Civics Educati-on di
sebagai masyarakat ilmiah yang tenggelam Indonesia, Chuck mengungkapkan
dalam proses mencari kebe-naran. Guru dan optimisnya bahwa PKn akan berhasiI. Karena
siswa saling berinteraksi. Siswa diberi Indonesia sudah memiliki sejarah panjang
kesempatan untuk berpendapat dengan tentang penerapan pelajaran Pancasiia
mengajukan argu-mentasi. Pendapat tersebut ballkan pemah dimasukkan dalam kurikulum,
berinteraksi dengan pendapat siswa lain dan meskipun dalam penerapan PKn periu
guru berperan sebagai fasilitator. Dari mendapat penyempumaan.
interaksi tersebut, akhirnya ditemukan Sementara itu dalam hal yang sarna,
pendapat logis, lebih lengkap dan lebih Hafid Abbas (Kompas, 30 Januari 2001),
banyak manfaatnya. Dengan kata lain akan salah seorang pen gamat pendidikan yang ikut
didapatkan suam pendapat atauptm konsepsi dalam seminar tersebut mengatakan: "Untuk
yang paling baik. Dalam proses ini siswa membangun warga negara Indonesia yang
dilatih Inengahargai pendapat siswa lain dan baik dan bertanggung jawab terhadap negara
beradu argumentasi. Karena sering beradu diperlukan PKn". Depdiknas dalam buku,
argumentasi , mereka terdorong untuk selalu Standar Nasional Pendidikan Kewarga-
meningkatkan pengetahuannya agar dapat negaraan (PKn), mengatakan:
mengajukan argumentasi yang terbaik. Peran "Pendidikan Kewarganegaraan dapat menjadi
guru sebagai fasilitator selalu mengarahkan pengikat untuk menyatukan visi rakyat
siswa dalam bingkai negara kesatuan Indonesia yang beragam dari segi agama,
Republik Indonesia ·a13u dengan kata lain bahasa, usia, dan suku bangsa tentang budaya
dalam bingkai integrasi bangsa. kebersmnaan yang dapat Inendukung tetap
Pengembangan belajar PKn seperti ini, berdirinya Republik Indonesia. Oleh karena
rnenurut Ace Suryadi (Kompas. 13 Januari itu, kewarganegaraan hams menjadi bahasa
2001), Ketua Tim Nasional PKn Depdiknas, utama pada jenjang pendidikan dasar, dan
diawali olel1 CICED melalui survai nasional menengah. Dengan pembelajaran yang
atas basil kurikulum Pendidikan Moral sistematis, perserta didik diharapkan dapat
Pancasila yang dike-mudian ditindaklanjuti mengembangkan dan menerapkan
oleh Balitbang Depdiknas, dengan menjalin ketrampilan intelektual dan partisipatori yang
kerja sarna LSM dan Perguruan Tinggi Negeri menghasilkan pemahaman tentang arti
antara. lain UPI, UNY, Universitas ··Malang, pemnerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
UGM, UI, Universitas Padang serta para ahli untuk rakyat. (2000 : 2)".
dan praktisi yang berpengalaman' dalam Abdul Azis Wahab, Direktur Centre of
bidang ini. Indonesia Civic Education (CICED) ketika
Chuck N Quigley, Direktur Eksekutif memberikan' sambutan dalam pameran dan
Center Civic Education Atnerika Serikat gelar kemampuan siswa dalam uji coba model
dalam diskusi " Tim Nasional Pembaharuan "Proyek Belajar Kewarganegaraan Kami
PKn", yang diadakan oleh Depdiknas akhir Bangsa Indonesia" di Bandung, 22 Januari
Januari 2001 di Jakarta mengusulkan 2001 mengatakan:
kemungkinan dibentuknya lembaga untuk "Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan
mepersatukan pendidik <Ii semua IKIP, paradigma barn diharapkan dapat membangun
Lembaga Swadaya Masya-rakat dan kepekaan soaial dan kemahiran memecah-kan
Depdiknas untuk mendukung pengembangan masalah pada anak didik. Dengan paradigma
PKn. Chuck, lebih lanjut mengatakan, "Di ini, siswa diharapkan akan mempunyai
AS sendiri sudah terbentuk jaringan civitas ketrampilan menyusun usulan kebijakan dan
Atnerika, yakni masyarakat pendukung PKn rencana tindakan berkaitan dengan masalah
(Civics Education), yang tidak hanya terdiri yang selalu dihadapi di lingkungannya".
(Kompas, 30 Januari 2001)".
Dati .uraim di atas dapat diajukan berpikir seeara kritis, rasional, dan kreatif
pertanyaan: sebagai berikut benarkah PKn dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (2)
dengan .paradigma barn membantu berpartisipasi seeam bennutu serta
terwujudnya integrasi ? bertanggung jawab, dan bertindak seeara
sadar dalam kegiatan bennasyarakat,
Pendidikan Kewarganegaraan berbangsa, dan bemegara, dan (3) membentuk
Pendidikan kewarganegaraan bukan diri berdasarkan pada karakter-karakter positif
pendidikanagama, meski tujuan character masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia
building pelajaran agama dan PKn sarna, yang demokratis". (Depdiknas, 2000:3).
namun bahan yang dipakai berbeda. Pelajaran Dengan demikian peserta didik dituntut
agama berpedoman pada ajaran Kitab Suei berpartisipasi seeara bennutu dan
agama tertentu, sedangkan PKn memakai bertanggung jawab dalam kegiatan berbangsa
bahan Iebih Iuas dari agama. Kalaupun dalam dan bemegara dalam khasanah/ bingkai
menymnpaikan PKn disinggung ajaran negara kesatuan, yang berarti pula tetap harns
agmna, haruslah dalam lintas agama bukan berintegrsasi dalam wadah Negara Kesatuan
ajaran agama tertentu. Untuk itulah Republik Indonesia.
seyogyanya guru agama bukanlah sekaligus
guru PKn, karena dikhawatirkan siswa tidak Landasan Pendidikan Kewarganegaraan
mengetahui dengan pasti kapan guru tersebut Landasan pendidikan kewargane-garaan
memberikan pelajaran agama ataukah PKn. di Indonesia meliputi : landasan filosofis,
Pendidikan kewarganegaraan ber- landasan sosial buadaya, dan Iandasan
sumber pada ideologi Pancasila. Ideologi pedagogis.
menuntut loyalitas dan ketertiban dari
pengikutnya. Bagi ideologi Paneasila masalah 1. Landasan Filosofis
loyalitas dan keterlibatan ini sangatlah Landasan filosofis pendidikan
penting, dalam arti yang berujud upaya-up~ya umwnnya meneakup (1) landasan
untuk menegakkan atau mempertahankannya. ontologis, dan (2) landasan antropologis~.
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak Seeara ontologis realitas pada dasamya ada
proklamasi kemerdekaan terlihat seeara yang bersifat material dan ada yang bersifat
konsisten memaneangkan tonggak-tonggak non material. Pemyataan tersebut tidak
yang bennakna ideologis. Hal ini terbukti menyimpang dari falsafah negara yakni
setelah Indonesia mencapai konsensus politis, Pancasila. Secara tersirat dalam Pancasila
menjadikan Pancasila sebagai dasar negara, terungkap bahwa ada realitas y~g fana dan
serta menuangkannya di dalam alinea IV berubah yakni segal a sesuatu yang
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. dieiptakannya. Tuhan sebagai "Pencipta"
PKn didalamnya memuat pendidikan menjadi swnber segala realitas yang
moral (budi pekerti), pendidikan politik, dieiptakannya dan realitas eiptaan Tuhan
pendidikan falsafah negara, pendidikan berada dalam perubahan yang berjalan
kewarganegaraan, pendidikan bela negara, berdasarkan aturan-aturan penciptaNya.
pendidikan sosiaI dan pendidikan budaya. Landasan antropologis menem-
Yang hendak dicapai dalam PKn ini adalah patkan manusia sebagai eiptaan Tuhan,
character building, yang nantinya akan karena .itu wujud dan sifatnya berbeda
mempengaruhi pola pikir ~ dan perilaku. dengan "Penciptanya". Wujud penampilan
Tepatnya pembelajaran ini adalah bagian manusia ada yang bersifat material (raga)
penting upaya meneerdaskan moralitas dan ada yang bersifat non material (jiwa).
manusia muda pada masa formative years- Namun keduanya bukanlah merupakan hal
nya. yang dapat dipisah-pisahkan melainkan
Adapun yang menjadi tujuan merupakan satu kesatuan yang bulat dan
pendidikan kewarganegaraan: "membe-rikan utuh.
kemampuan pada peserta didik untuk: (1)
Daftar Pus~ka