Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Obsesi Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 Halaman 52 – 61

JURNAL OBSESI
Journal of Early Childhood Education
https://obsesi.or.id

Penggunaan Model Pembelajaran Pendidikan Karakter Abad 21\


pada Anak Usia Dini

Yenni Fitra Surya


Prodi PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Riau

ABSTRAK
Pendidikan karakter mutlak dilaksanakan pada abad 21 pada anak usia dini sebagai langkah kuratif dan
patologi sosial di masyarakat, namun langkah preventif guna pembentukan karakter baik dari setiap pesera
didik belum efektif digunakan dalam pendidikan karakter. Di dalam pembelajaran selain kognitif pembetukan
karakter siswa harus perlu diperhatikan. Pada kenyataannya acapkali pembetukan karakter sejak dini ini sering
terlupakan. Tujuan penelitian menjelaskan secara komprehensif hakikat pendidikan karakter pada abad 21
pada anak usia dini, menjelaskan secara komprehensif penggunaan model-model pembelajaran dalam
pendidikan karakter pada abad 21 pada anak usia dini, menjelaskan secara komprehensif penggunaan
pendekatan pembelajaran dalam pendidikan karakter pada abad 21 pada anak usia dini. Adapun metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian pustaka yaitu menghubungkan penelitian
dengan literatur yang ada dan mengisi celah dalam penelitian sebelumnya. Hasil penelitian yang diperoleh
pada penelitian ini penggunaan model pembelajaran pendidikan karakter pada abad 21 pada anak usia dini
merupakan proses pemberdayaan potensi peserta didik proses humanisasi (humanizing), dan proses
pembudayaan, model-model pembelajaran pendidikan yaitu model pembelajaran penanaman nilai, berbasis
perkembangan penalaran moral, analisis nilai dan project citizen, efektif digunakan membantu peserta didik
mengembangkan kompetensi menjadi warga negara yang baik.

Kata Kunci :Model Pembelajaran, Pendidikan Karakter Abad 21, Anak Usia Dini

ABSTRACT
Absolute character education was undertaken in the 21st century in early childhood as curative measures and
social pathology in the community, but a preventive measure to the formation the good character of each
student have not effectively used in character education. In addition to cognitive learning students' character
formation should be noted. In fact, often the formation of character early on is often forgotten. The aim of
research explained comprehensively the nature of character education in the 21st century in childhood,
explained comprehensively the use of models of learning in character education in the 21st century in
childhood, explained comprehensively use learning approaches in character education in the 21st century to
children aged early. The research method used in this study is a literature review is to connect research with
the existing literature and fills the gaps in previous research. The results obtained in this study the use of the
learning model of character education in the 21st century in childhood is the process of empowering the
learner process of humanization (humanizing), and the process of acculturation, learning models of education
namely learning model planting value, based on the development of moral reasoning, value analysis, and
project citizen, effective use helps learners develop competencies become good citizens.

Keywords: Learning Model, 21st Century Character Education, Childhood

@Jurnal Obesi Prodi PG-PAUD FIK UPTT 2017


 Corresponding author :
Address : Jalan Sungai Kampar 32 Bangkinang Kab. Kampar ISSN 2356-1327 (Media Cetak)
Email : m yenni.fitra13@gmail.com ISSN 2549-8959 (Media Online)
Phone : 0822 8558 0676
Jurnal Obsesi Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 | 53

PENDAHULUAN pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak


Era globalisasi yang ditandai oleh lahir sampai dengan usia enam tahun yang
perkembangan ilmu pengetahuan dan dilakukan melalui pemberian rangsangan
teknologi yang amat pesat, terutama teknologi pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
informasi dan komunikasi, telah mengubah perkembangan jasmani dan rohani agar anak
dunia seakan-akan menjadi kampung dunia memiliki kesiapan dalam memasuki
(global village). Dunia menjadi transparan pendidikan lebih lanjut. Hal ini menjadi
tanpa mengenal batas negara. Kondisi yang tantangan tersendiri bagi institusi pendidikan
demikian itu berdampak pada seluruh aspek dan para pendidik bagaimana menerjemahkan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan tujuan Pendidikan Nasional tersebut menjadi
bernegara. Di samping itu, dapat pula strategi, model, dan pendekatan pembelajaran
mempengaruhi pola pikir, pola sikap, dan pola hingga secara efektif mampu menumbuhkan
tindakan seluruh masyarakat Indonesia. nilai-nilai karakter yang dicita-citakan. Namun
Fenomena globalisasi telah menantang pada hakikatnya tidak ada proses pendidikan
kekuatan penerapan unsur-unsur karakter yang bebas nilai, tidak ada juga sebuah nilai
bangsa (Budimansyah, 2010). Pendidikan bagi yang bebas rujukan.Setiap pendidikan
anak usia dini memberikan upaya untuk berkesempatan mengembangkan model dan
menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pendekatan pembelajaran dalam pendidikan
pemberian kegiatan pembelajaran yang akan karakter yang diinginkan dapat dikembangkan
menghasilkan kemampuan dan ketrampilan secara terpadu melalui manajamen pendidikan
anak. Pendidikan anak usia dini adalah bentuk dan pembelajaran berlandaskan pada nilai-
penyelenggaraan pendidikan yang menitik nilai yang menjadi rujukan (Ace, 2010: 122).
beratkan pada peletakan dasar ke arah Ada beberapa penggunaan model dan
pertumbuhan dan perkembangan fisik, pendekatan pembelajaran pendidikan karakter
kecerdasan, daya cipta, kecerdasan emosi, dan pada abad 21yaitu; pendekatan keteladanan,
kecerdasan spititual. Pendidikan anak usia dini pendekatan berbasis kelas, pendekatan
yang dilakukan orang tua berikan bagi anak kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler,
merupakan suatu persiapan kematangan anak pendekatan kultur kelembagaan dan kultur
dalam menghadapi perkembangannya di masa akademik, pendekatan berbasis komunitas, dan
yang akan datang (Pascalian Hadi Pradana, dukungan kebijakan pendidikan yang relevan
2016). serta model pembelajaran penanaman nilai,
Membangun keberadaan bangsa yang berbasis perkembangan penalaran moral,
berkarakter pada abad 21 merupakan conditio analisis nilai, dan project citizen yang dapat
zine quo non bagi Bangsa Indonesia. Hal ini dikembangkan guna pembentukan karakter
diwujudkan jika setiap warga negara Indonesia baik (good character) setiap peserta didik.
sebagai pendukung utama peradaban memiliki Tujuan penelitian menjelaskan secara
karakter bangsa yang luhur dalam rangka komprehensif hakikat pendidikan karakter
membangun keberadaban bangsa(Sukadi, pada abad 21 pada anak usia dini, menjelaskan
2007). Walaupun sudah diselenggarakan secara komprehensif penggunaan model-
melalui berbagai upaya, pembangunan model pembelajaran dalam pendidikan
karakter bangsa belum terlaksana secara karakter pada abad 21 pada anak usia dini,
optimal dan pengaruhnya terhadap menjelaskan secara komprehensif penggunaan
pembentukan karakter baik (good character) pendekatan pembelajaran dalam pendidikan
warganegara belum cukup signifikan karakter pada abad 21 pada anak usia dini.
(Budimansyah, 2010: 2). Metode penelitian yang digunakan
Dalam tujuan Pendidikan Nasional dalam penelitian ini adalah kajian pustaka.
sesungguhnya sudah memiliki kandungan Semua jenis penelitian memerlukan studi
nilai-nilai karakter yang sangat kaya. Undang- pustaka khususnya jenis penelitian historis
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem yang semua data-data sebagian besar diperoleh
Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 melalui kajian pustaka. Namun kajian pustaka
menyatakan bahwa PAUD adalah suatu upaya tentu saja tidak hanya sekedar urusan
54 | Penggunaan Model Pembelajaran Pendidikan Karakter Abad 21 pada Anak Usia Dini

membaca dan mencatat literatur atau buku- program pendidikan pada umumnya. Karena
buku sebagaimana yang sering dipahami itu, untuk memahami makna pendidikan
banyak orang. Apa yang disebut dengan riset karakter tidaklah bisa dilepaskan dari makna
perpustakaan atau sering juga disebut studi pendidikan itu sendiri. Landasan pendidikan
pustaka, ialah serangkaian kegiatan yang nasional Indonesia sesungguhnya
berkenaan dengan metode pengumpulan data adalahpembentukan karakter kehidupan
pustaka, membaca dan mencatat serta berbangsa. Demikian pula dengan berakar
mengolah bahan penelitian (Mestika pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Zed,2004:3). Indonesia, dan tanggap terhadaptuntutan
perubahan jaman jelas menunjukkan bahwa
PEMBAHASAN jiwa atau roh pendidikannasional itu
Dalam undang-undang tentang sistem sesungguhnya pembentukan karakter atau
pendidikan nasional dinyatakan bahwa kepribadian bangsa Indonesia yang bersumber
pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya dan nilai-nilai agama, nilai-nilai luhur
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak kebudayaannasional, dan nilai-nilai yang
lahir sampai dengan usia enam tahun yang tumbuh dan berkembang dalam pertumbuhan
dilakukan melalui pemberian rangsangan dan perkembangan jaman (Sukadi, 2011: 96).
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan Menurut (Koesoema, 2010) roh
perkembangan jasmani dan rohani agar anak pendidikan karakter dapat menjadi pisau
memiliki kesiapan dalam memasuki bermata dua. Di satu sisi pendidikan
pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun karakterdapat memacu dan meningkatkan
2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14). Kegiatan kemampuan intelektual dan akademis, di sisi
pembelajaran pada anak usia dini, menurut lain pendidikan karakter menjadi usaha
Sujiono dan Sujiono (Yuliani Nurani Sujiono, pemertahanan dan pengembangan kapasitas
2009: 138), pada dasarnya adalah moral peseta didik. Kedua kekuatan ini
pengembangan kurikulum secara konkret menjadi idealisme pendidikan agar dapat
berupa seperangkat rencana yang berisi mengarahkan peseta didik semakin mampu
sejumlah pengalaman belajar melalui bermain mengembangkan ketajaman intelaktual dan
yang diberikan pada anak usia dini integritas diri sebagai pribadi yang memiliki
berdasarkan potensi dan tugas perkembangan karakter kuat. Demikian pula pendidikan tanpa
yang harus dikuasainya dalam rangka jiwa dan spirit yang jelas dalam bentuk
pencapaian kompetensi yang harus dimiliki pendidikan karakter diyakini akan dapat
oleh anak, Salah satunya dengan pendekatan menjadi bumerang bagi kepentingan
karakter (moral education) kemanusiaan itu sendiri. Diperlukan
Penguatan pendidikan moral (moral penanaman nilai-nilai dan
education) atau pendidikan norma-norma Agama yang kuat
karakter (character education) dalam konteks terhadap bangsa ini agar tidak mudah
sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis terpengaruh dan mempunyai filter ketika
moral yang sedang melanda di negara kita. pengaruh-pengaruh bangsa lain masuk.
Krisis tersebut antara lain berupa Supaya penanaman nilai dan norma tersebut
meningkatnya pergaulan bebas, maraknya kuat, maka harus dilakukan sejak usia dini,
angka kekerasan anak-anak dan remaja, sebagaimana disampaikan oleh Hasan A.
kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, (dalam Barr A.tt:357) bahwa mencari ilmu
kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat- pada saat kecil seperti memahat di atas batu
obatan, pornografi, dan perusakan milik orang dan mencari ilmu diwaktu tua bagaikan
lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga mengukir diatas air. Ungkapan ini
saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh menekankan pentingnya belajar pada usia dini,
karena itu betapa pentingnya pendidikan sebab belajar yang dilakukan walaupun
karakter. melalui proses yang tidak mudah namun
Pendidikan karakter pada abad 21 apabila sudah dikuasai, maka akan tetap
sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari diingat sepanjang hidupnya. (Fauziddin, 2016)
Jurnal Obsesi Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 | 55

Moral dan moralitas memiliki kembali sistem pendidikan yang berdasarkan


sedikit perbedaan, karena moral adalah akhlak serta penanaman moral yang kuat
prinsip baik-buruk sedangkan moralitas terhadap peserta didik. Untuk mencegah lebih
merupakan kualitas pertimbangan baik-buruk. parahnya krisis akhlak, kini upaya tersebut
Dengan demikian, hakekat dan makna mulai dirintis melalui pendidikan karakter
moralitas bisa dilihat dari cara individu bangsa. Dalam hal ini jelas saja pendidikan
yang memiliki moral dalam mematuhi maupun moral menjadi pendidikan paling utama
menjalankan aturan. setelah diadakannya pendidikan karakter untuk
Hal ini sangat jelas dinyatakan oleh mengatasi krisis moral yang sedang terjadi
Mahatma Gandhi bahwa pendidikan tanpa melanda negara kita.
basis karakter adalah salah satu dosa yang Krisis moral tersebut jelas sekali
fatal Theodore Roosevelt juga pernah digambarkan dengan semakinmaraknya
menyatakan bahwa: “to educate a person in pergaulan bebas yang menimpa anak sekolah,
mind and not in morals is to educate a menace maraknya angka kekerasan yang terjadi
to society (Williams dan Megawangi, 2010). dikalangan remaja, penyalahgunaan obat-
Hal senada juga pernah dinyatakan oleh obatan, pornografi, dan perusakan milik orang
Horace Man bahwa “the highestand noblest lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga
office of education pertains to our moral saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh
nature. The common school should teach karena itu betapa pentingnya pendidikan
virtue before knowledge, for knowledge karakter. Dalam hal ini Lickona menyebutkan
without virtue poses its own dangers dengan artian yang sederhana mengenai
(Elmubarok, n.d.), 2008: 106). pendidikan karakter, yaitu sebuah pendidikan
Salah satu tujuan nasioanal bangsa yang dilakukan untuk memenuhi isi jiwa
yang paling utama ialah mencerdaskan peserta didik dengan karakter yang bermoral
kehidupan bangsa, dalam hal ini dibutuhkan serta berakhlak baik. Suyanto sendiri yang
suatu sarana serta prasarana yang dijadikan seorang ahli pendidikan mendefinisikan
suatu penyaluran serta dijadikan sebagai ajang karakter sebagai cara berpikir dan berperilaku
terwujudnya tujuan nasioanl bangsa tersebut. yang menjadi ciri khas tiap individu untuk
Dalam hal ini pendidikanlah satu-satunya yang hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup
menjadi sarana prasarana nomor satu dalam keluarga, masyarakat, bangsa,
pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Negara maupun negara. Sehingga dari kedua
sendiri ingin mewujudkan suatu sistem dengan pengertian diatas pendidikan karakter
iklim pendidikan nasional yang demokratis dianggap sangat penting dan sudah sepatutnya
dan bermutu guna memperteguh akhlak mulia, mendapat perhatian khusus dari negara ini
kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, dalam rangka mewujudkan cita-cita anak
cerdas, sehat, berdisiplin dan bangsa serta menghasilkan generasi muda
bertanggungjawab, berketerampilan serta yang berkualitas.
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi Pendidikan karakter dapat diartikan
dalam rangka mengembangkan kualitas sebagai the deliberate us of all dimensions of
manusia Indonesia. school life to foster optimal character
Akan tetapi dengan era modern serta development yang dapat diartikan sebagai
menjalarnya arus globalisasi membuat suatu usaha kita secara sengaja dari seluruh
sebagian tujuan dari nasional bangsa tersebut dimensi kehidupan sekolah/madrasah untuk
menjadi terhambat bahkan dapat dikatakan membantu pembentukan karakter secara
rusak. Hal tersebut dapat dilihat dengan optimal. Dalam melaksanakan pendidikan
semakain rusaknya moral serta anak bangsa yang berkarakter tentu saja dibutuhkan suatu
pada saat ini, terutama moral serta akhlak anak cara atau metode tertentu untuk mewujudkan
bangsa yang masih duduk dibangku sekolah. tujuan dari pendidikan itu sendiri. Metode
Semakin terjadinya krisis moral serta akhlak yang dapat dilakukan dapat berupa metode
yang dihadapai oleh dunia pendidikan keteladanan.
tersebut, saat ini pemerintah mencanangkan
56 | Penggunaan Model Pembelajaran Pendidikan Karakter Abad 21 pada Anak Usia Dini

Sesungguhnya pendidikan karakter kearah kemajuan tanpa harus bertentangan


adalah proses pemberdaan (empowering) dengan norma yang berlaku. Pendidikan
potensi peserta didik proses humanisasi karakter pun dijadikan sebagai wahana
(humanizing), dan proses pembudayaan sosialisasi karakter yang patut dimiliki setiap
(civilizing). Sebagai proses pemberdayaan, individu agar menjadikan mereka sebagai
pendidikan karakter pada dasarnya adalah individu yang bermanfaat seluas-luasnya
usaha sadar untuk memberdayakan dan bagi lingkungan sekitar. Pendidikan karakter
mengembangkan seluruh potensi peserta didik. bagi individu bertujuan agar :
Proses ini juga memberdayakan peserta didik 1. Mengetahui
sebagai makhluk yang menyadari memiliki berbagai karakter baik manusia.
sejumlah potensi dan menyadari 2. Dapat mengartikan dan menjelaskan
keterbatasannya dengan cara knowing the what berbagai karakter.
and knowingthe why; appreciate mean and 3. Menunjukkan contoh prilaku
end; dan experincing, acting, and behaving. berkarakter dalam kehidupan sehari-
Pendidikan karakter juga bukanlah proses hari.
pengajaran yang bersifat transfer informasi 4. Memahami sisi baik menjalankan
semata. Pendidikan karakter juga bukanlah prilaku berkarakter.
proses penanaman nilai-nilai belaka.
Di sisi lain, potensi-potensi itu bisa A. Model Pembelajaran Pendidikan
dimanifestasikan dalam bentuk multi Karakter
kecerdasan: pengetahuan fisik, kinestetik, Model pembelajaran merupakan cara
emosional sosial, intelektual, moral, estetis, atau teknik penyajian yang digunakan guru
dan spiritual. Yang lain lagi berusaha dalam proses pembelajaran agar tercapai
mewujudkan potensi-potensi itu dan segi: tujuan pembelajaran. Ada beberapa model-
learning to know, learning to do, learning to model pembelajaran seperti ceramah, diskusi,
be, learning to live together, dan learning to demonstrasi, studi kasus, bermain peran (role
obey God Almighty. Kesadaran yang lain dapat play) dan lain sebagainya. Yang tentu saja
mengintegrasikan potensi-potensi: masing-masing memiliki kelemahan dan
kemampuan berpikir yang baik dan benar, kelebihan. Menurut Slavin Pembelajaran
berkata-kata yang baik dan benar, dan berbuat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku
yang baik dan bijaksana. Yang lainnya lagi individu yang disebabkan oleh pengalaman
dapat pula diintegrasikan antara kemampuan, sedangkan Woolfolk mengatakan
kepribadian, dan skills atau keterampilan pembelajaran berlaku apabila sesuatu
(Sukadi, 2007). pengalaman secara relatifnya menghasilkan
Lahirnya pendidikan karakter bisa perubahan kekal dalam pengetahuan dan
dikatakan sebagai sebuah usaha untuk tingkah laku dan Crow & Crow mengatakan
menghidupkan spiritual yang bahwa pembelajaran adalah pemerolehan
ideal. Foerster seorang ilmuan pernah tabiat, pengetahuan dan sikap
mengatakan bahwa tujuan utama Berdasarkan defenisi di atas dapat
dari pendidikan adalah untuk disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
membentuk karakter karena karakter merupak perubahan tingkah laku yang melibatkan
an suatu evaluasi seorang pribadi atau individu ketrampilan kognitif yaitu penguasaan ilmu
serta karakter pun dapat memberi kesatuan dan perkembangan kemahiran intelektual.
atas kekuatan dalam mengambil sikap di setiap Proses pembelajaran lebih bermakna jika guru
situasi. Pendidikan karakter pun dapat dalam membelajarkan siswa dengan
dijadikan sebagai strategi untuk mengatasi menggunakan model pembelajaran yang
pengalaman yang selalu berubah sehingga bervariasi. Model pembelajaran diartikan
mampu membentuk identitas yang kokoh dari sebagai prosedur sistematis dalam
setiap individu dalam hal ini dapat dilihat mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
bahwa tujuan pendidikan karakter ialah untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan
membentuk sikap yang dapat membawa kita suatu pendekatan yang digunakan dalam
Jurnal Obsesi Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 | 57

kegiatan pembelajaran. Salah satu yang dapat memberikan contoh yang dapat dijadikan
digunakan yaitu model pendekatan karakter. teladan bagi murid dengan diiringi pemberian
Persoalan pendidikan karakter pembelajaran seperti keagamaan dan
di Indonesia sejauh ini kewarganegaraan sehingga dapat membentuk
menyangkut pendidikan moral dan dalam individu yang berjiwa sosial, berpikir kritis,
aplikasinya terlalu membentuk satu arah memiliki dan mengembangkan cita-cita luhur,
pembelajaran khusus sehingga melupakan mencintai dan menghormati orang lain, serta
mata pelajaran lainnya, dalam pembelajaran adil dalam segala hal. Menurut (Sukadi, 2007)
terlalu membentuk satu sudut kurikulum yang ada beberapa model pembelajaran pendidikan
diringkas kedalam formula menu siap saji karakter pada abad 21 yang berbasis pada
tanpa melihat hasil dari proses yang dijalani. pendidikan nilai dan moral perlu disajikan,
Guru/dosen pun cenderung mengarahkan antara lain:
prinsip moral umun secara satu arah, tanpa 1. Model pembelajaran penanaman nilai,
melibatkan partisipasi siswa untuk bertanya berasumsi bahwa peserta didik perlu
dan mengajukan pengalaman empiriknya. menerima nilai- nilai yang dianggap luhur
Sejauh ini dalam oleh masyarakat, baik yangberupa nilai-
proses pendidikan di Indonesia yang nilai lama yang masih dianggap luhur
berorientasi pada maupun nilai-nilai modernyang telah
pembentukan karakter individu belum dapat diterima oleh dominan dalam masyarakat.
dikatakan tercapai karena dalam Model pembelajaran nilai seperti ini berasal
prosesnya pendidikan di Indonesia terlalu dan keyakinan ideologi pendidikan
mengedepankan penilian pencapaian individu perenialisme danesensialisme. Ciri utama
dengan tolak ukur tertentu terutama logik- pembelajaran penanaman nilai-nilaiadalah
matematik sebagai ukuran utama yang bahwa para siswa/ mahasiswa harus
menempatkan seseorang sebagai warga kelas menerima nilai-nilai yang diajarkanoleh
satu. Dalam prosesnya pendidikan karakter orang dewasa dan mereka harus
yang berorientasi pada moral dikesampingkan mengubahnilai-nilai yang dianggap
dan akibatnya banyak kegagalan nyata pada tidakrelevan oleh kelas dominan dalam
dimensi pembentukan karakter individu masyarakat. Pembelajaran penanaman
contohnya Indonesia terkenal di pentas dunia nilai-nilai ini dapat dilakukan melalui
karena kisah yang buruk metode pengajaran langsung atau dengan
seperti korupsi dengan moralitas yang lembek. ceramah nilai-nilai, pembelajarandengan
Pendidikan karakter bukan hal baru simulasi, bermain peran, bermain drama,
dalam tradisi pendidikan di Indonesia. belajar dengan melakukan,dan belajar
Beberapa pendidik Indonesia modern yang dengan penguatan positif dan negatif.
kita kenal seperti Soekarno telah mencoba 2. Model pembelajaran berbasis
menerapkan semangat pendidikan karakter perkembangan penalaran moral,
sebagai pembentuk kepribadian dan menurutPiaget, perkembangan penalaran
identitas bangsa yang bertujuan moral itu berkembang dan tingkat
menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa heteronommenuju pengambilan keputusan
yang berkarakter. Pendidikan karakter moral yang bersifat otonom. Untuk
merupakan aspek yang penting bagi generasi memfasilitasi peserta didik mampu
penerus. Seorang individu tidak cukup hanya mengambil keputusanmoral secara otonom,
diberi bekal pembelajaran dalam hal mereka haruslth diajarkan untuk
intelektual belaka tetapi juga harus diberi hal berhadapan dengandilema nilai moral,
dalam segi moral dan spiritualnya, seharusnya belajar membuat keputusan moral, dan
pendidikan karakter harus diberi seiring belajar memberikan pertimbangan nilai-
dengan perkembangan intelektualnya yang nilai moral dengan menggunakan penalaran
dalam hal ini harus dimulai sejak dini yang rasional.Melalui diskusi kelompok
khususnya dilembaga pendidikan. Pendidikan peserta didik diajak untuk mendiskusikan
karakter di sekolah dapat dimulai dengan secara rasional mengapa mereka harus
58 | Penggunaan Model Pembelajaran Pendidikan Karakter Abad 21 pada Anak Usia Dini

mengambil keputusan moral seperti yang pendidikan karaktermengambil domain yang


mereka hadapi dengan landasan berpikir terdalam dan kompleks dalam pengembangan
secara rasional. kompetensi manusiawi. Sangatlah tidak
3. Model pembelajaran analisis nilai, mudah, karena itu, untuk melakukandan
menekankan pada kemampuan peserta mengembangkan satu pendekatan pendidikan
didik untuk melakukan analisis nilai- karakter yang efektif dan efisien. Tidak seperti
nilaisecara rasional dan logis pada masalah- pendidikan bidang studi atau mata pelajaran
masalah sosial yang mengandungmuatan yang bersifatkognitif atau keterampilan
nilai-nilai moral. Pembelajaran dengan tertentu yang umumnya bisa efektif
analisis nilai ini menghadapkanpeserta dilaksanakan melalui pendekatan
didik pada berbagai masalah sosial yang pembelajaran bidang studi tertentu, pendidikan
ada di masyarakat yangmengandung karakter yang cenderung utuh mengintegrasika
muatan konflik nilai-nilai moral. Tugas domain-domain kemampuan kepribadian, dan
siswa atau mahasiswaadalah melakukan keterampilan agak sulit dijamin efektivitasnya
analisis secara logis baik melalui kajian jika dibelajarkan melalui mata pelajaran
pustaka, melakukanpenelitian lapangan, karakter yang berdiri sendiri.
maupun melalui diskusi secara kelompok Ada beberapa pendekatan pendidikan
atau kelas untuk membahas berbagai karakter yang mungkin dilaksanakan di
konflik nilai yang terjadi pada masalah- sekolah atau perguruan tinggi dengan
masalahsosial tersebut. menggunakan beberapa pendekatan yang telah
4. Model pembelajaran project citizen, disebutkan di atas, yaitu; pendekatan
membantu peserta didik mengembangkan keteladanan, pendekatan berbasis kelas,
kompetensi menjadi warga negara yang pendekatan kegiatan ko-kurikuler dan
baik dalam arti demokratis dan partisipatif. ekstrakurikuler, pendekatan kultur
Peserta didik diberdayakan untuk memiliki kelembagaan dan kultur akademik, pendekatan
kepekaan dankepedulian sosial dalam turut berbasis komunitas, dan dukungan kebijakan
mempengaruhi kebijakan publik oleh pendidikan yang relevan.
pemerintah 1. Pendekatan keteladanan, merupakan
yang mengandung muatan nilai-nilai moral. pendekat untuk meneladankan pola
Di sini peserta didik belajar berpikir, nilai-nilai dan sikap, serta
mengidentifikasi masalah-masalah sosial kompetensi yang mencerminkan
atau mengidentifikasi kebutuhanmasyarakat teraktualisasikannya nilai-nilai yang
yang dapat dibantu pemenuhannya melalui mendasari karakter bangsa dari seseorang
usulan kebijakan publik yang kepada orang lain terutama dari orang
dikembangkan sendiri oieh peserta didik. dewasa kepadapeserta didik, dengan
Setelah itu pesertadidik belajar membuat maksud peserta didik tersebut dapat
berbagai alternatif pemecahan masalah dan mengikuti pola-pola perilaku yang baik dari
menyusunrekomendasi untuk usulan model (Sukadi, 2007). Pendekatan ini
kebijakan publik kepada pejabat tidaklah cukup dilakukanhanya dengan
pemerintahan terkait. Terakhir, peserta memberikan contoh-contoh pola berpikir
didik bersama-sama pendidik dapat nilai dan sikap, serta perilaku yang baik
melakukantindakan refleksi pengalaman kepada peserta didik, karena pemberian
belajar untuk menilai efektivitas contoh yang tidakdisertai dengan pemilikan
pembelajarandalam mencapai tujuan-tujuan perilaku tersebut oleh model justru dapat
pendidikan nilai/moral (Sukadi, 2007). menjadi bumerang. Untuk kepentingan ini
seluruh komponen civitas
B. Pendekatan Pendidikan Karakter akademika(pemimpin perguruan tinggi,
(Sukadi, 2007) menyatakan bahwa kepala sekolah, staf dosen, guru staf, dan
pendidikan karakter mengambil aspek yang mahasiswa atau siswa) haruslah mampu
dominan dan utama dalam pelaksanaan mengternalisasikan nilai-nilai karakter
program pendidikan. Demikian pula kehidupan berbangsa dan menjadi teladan
Jurnal Obsesi Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 | 59

yang baik bagipembangunan karakter Untuk efekfivitas pendekatan ini,


bangsa satu sama lain. seluruh siswa dan guru atau mahasiswa dan
2. Pendekatan berbasis kelas, dapat dosen pembimbing haruslah memiliki
dilakukan dalamhubungan dialogis melalui dasar, komitmen, program, dan tindakan
kegiatan pembelajaran di kelas. Di sini ada yang sama dalam mengembangkan iklim
guru ataudosen sebagai pendidik dan organisasi kesiswaan/kemahasiswaan
mahasiswa atau siswa sebagai pembelajar. dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan
Kegiatanpembelajaran pendidikan karakter ekstra yang dapat memfasilitasi pencapaian
dapat dilakukan melalui tujuan untuk terbangun dan
pemberdayaanpeserta didik dalam membina terinternalisasikan nilai-nilai kepribadian
nilai-nilai utama dalam pembentukan bangsa sebagaimana dirumuskan dalam
karakteryang diharapkan. kompetensi pendidikan karakter bangsa.
Untuk ini guru dan siswa, misalnya, 4. Pendekatan pengembangan kultur
perlu menyepakatitentang nilai-nilai utama sekolah atau kulturakademik,tidak saja
yang akan dibina, dimantapkan, dikuatkan, mengandalkan pembelajaran di kelas, tetapi
dandikembangkan sebagai kompetensi yang juga yang lebih penting adalah bagaimana
akan dicapai dalam pembelajaran. dapat dibangun pranata sosial dan budaya
Selanjutnya, guru dapat memfasilitasi, serta penciptaan iklim akademis yang
membimbing, mendorong, mencerminkan terwujudkannya nilai-nilai
menemani,mangarahkan, memimpin, keutamaan dalam pendikan karakter
menguatkan, dan menyontohkan atau (Sukadi, 2007). Untuk ini semua komponen
meneladankan kepada peserta didik civitas akademik tentu haruslah memiliki
bagaimana nilai-nilai keutamaan karakter visi, misi, pola ilmiah pokok, rencana dan
tersebutdigali atau dieksplorasi, dijelaskan, kebijakan strategis, pola berpikir, nilai-nilai
diberi penalaran, dinilai dan dan sikap, serta pola tindakan dengan dasar
disikapi,dihayati, dipecahkan konflik- komitmen yang sama untuk mewujudkan
konfliknya, dan dilaksanakan dalam roh atau jiwa dan nilai-nilai keutamaan
kehidupansehari-hari, serta dimonitoring dalam iklim pendidikan karakter di
dan dievaluasi efektivitas lembaga.
penyelenggaraanpendidikannya. Dengan begini tugas dan tanggung
3. Pendekatan integritas dalam kegiatan jawab pencapaian kompetensi pendidikan
ekstrakulikuler, (Sukadi, 2007) hampir karakter tidaklah monopoli guru atau dosen
identik dengan pendekatan berbasis kelas semata, tetapi juga menjadi peran dan
yang bersifat atau berbasis kegiatan tanggung jawab pemimpin lembaga, staf
kurikuler dan kokurikuler, pendidan pegawai dan karyawan, serta seluruh
karakter jugadapat diintegrasikan ke dalam peserta didik secara bersama-sama. Melalui
kegiatan kepemimpinan siswa/mahasiswa pendekatan ini pula proses-proses
dan kegiatan ekstrakurikuler pemberdayaan, proses humanisasi, dan
kesiswaan/kemahasiswaan. Untuk ini proses pembudayaan dalam pelaksanaan
seluruh organisasi kepemimpian pendidikan karakter akan berjalan secara
siswa/mahasiswa dan organisasi ekstra terintegrasi dan sinergitas serta terhindar
kampus atau ekstrakurikuler di bawah dari konflik-konflik kepentingan internal
bimbingan dan pembinaan dosen harusah lembaga yang bisa menjadi virus utama
dapat dengan sengaja di sistematis yang mengagalkan usaha-usaha pendidikan
mengembangkan proram-program karakter oleh guru dan dosen.
pendidikan yang dapat mengintegrasikan 5. Pendekatan pendidikan karakter
tujuan-tujuan pendidiksan karakter sesuai berbasis komunitas, (Sukadi, 2007)
dengan visi, misi,tujuan, jeins program, dan menyatakan bahwa pendekatan pendidikan
kegiatan masing-masing unit organisasi karakter berbasis komunitas dilaksanakan
kesiswaan/kemahasiswaan. secara sinergitas antara lembaga pendidikan
dengan masyarakat sekitarnya. Karena itu,
60 | Penggunaan Model Pembelajaran Pendidikan Karakter Abad 21 pada Anak Usia Dini

perlu ada tanggung jawab dan kerja satu kebijakan bahwa dalam rekruitmen
bersama antara lembaga pendidikan calon pegawal pemerintahan dan calon guru
orangtua/ wali siswa/mahasiswa, terutama akan diambil dan lulusan
masyarakat dan pemeritah setempat untuk perguruan tinggi yang memiliki prestasi
turut melaksanakan upaya pendidikan akademis dan integritas kepribadian yang
karakter. tinggi, tentu kebijakan ini akan menjadi
Upaya kerja dan tanggung jawab sarana pendidikan karakter yang efektif
bersama itu tidaklah cukup hanya dengan untuk meningkatkan kualitas lulusan
mempercayakan dan menyerahkan begitu perguruan tinggi di satu sisi dan kualitas
saja kepada pihak-pihak untuk pelaksanaan sumber daya manusia pemerintahan dan
pendidikan karakter. Perlu ada upaya guru di sisi lain.
progresif dimana lembaga sekolah atau
Perguruan tinggi berinisiatif untuk KESIMPULAN
mensosialisasikan kepada masyarakat dan Berdasakan pembahasan yang telah
pemerintah dalam rangka meminta diuraikan, maka dapat ditarik beberapa
dukungannya dalam pelaksanaan kesimpulan bahwa pendidikan karakter
pendidikan karakter. Efektivitas pendekatan mengambil aspek yang dominan dan utama
pendidikan karakter sangat tergatung pada dalam pelaksanaan program pendidikan.
sejauhmana komitmen pihak-pihak untuk Demikian pula pendidikan karakter
bersedia bersama-sama bertanggung jawab mengambil domain yang terdalam dan
mengambil inisiatif untuk mensukseskan kompleks dalam pengembangan kompetensi
pelaksanaan pendidikan karakter ini, manusiawi. Sangatlah tidak mudah, karena itu,
setidak-tidaknya mampu menciptakan iklim untuk melakukan dan mengembangkan satu
dimana keluarga, masyarakat dan pendekatan pendidikan karakter yang efektif
pemerintah dapat menjadi tauladan bagi dan efisien. Pendidikan karakter pada abad 21
peserta didik sebagai generasi muda. sesungguhnya merupakan proses
6. Pendekatan berbasis kebijakan pemberdayaan (empowering) potensi peserta
pendidikan,salah satu permasalahan yang didik proses humanisasi (humanizing), dan
dihadapi bangsa Indonesia dalam proses pembudayaan (civilizing). Sebagai
pembangunan karakter bangsa adalah proses pemberdayaan, pendidikan karakter
masih terbatasnya perangkat kebijakan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk
terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai memberdayakan dan mengembangkan seluruh
esensi Pancasila, termasuk tentunya dalam potensi peserta didik untuk membentuk
perangkat kebijakan pendidikan. Bahkan karakter baik (good character). Pada
ditengarai, masih ada kebijakan-kebijakan hakikatnya tidak ada proses pendidikan yang
pemerintah yang bertentangan salit sama bebas nilai, maka model-model pembelajaran
lain. Oleh karena itu, pemerintah pendidikan karakter pada abad 21 yang
bekerjasama dengan dan melalui lembaga berbasis pada pendidikan nilai dan moral yaitu
pendidikan perlu turut melahirkan berbagai model pembelajaran penanaman nilai, berbasis
instrumen kebijakan pendidikan yang perkembangan penalaran moral,analisis nilai
terpadu dapat mewujudkan nilai-nilai dan project citizen, efektif digunakan
esensi Pancasila bagi seluruh lapisan membantu peserta didik mengembangkan
masyarakat, khususnya bagi warga civitas kompetensi menjadi warga negara yang baik
akademika(Sukadi, 2007). dalam arti demokratis dan partisipatif.
Berbagai kebijakan yang mewujudkan
nilai-nilai esensi Pancasila ini secara UCAPAN TERIMA KASIH
terpadu tentu akan menjadi sarana Terima kasih penulis ucapkan kepada
pendidikan karakter yang efektif bagi Tim Editor E-Journal Obsesi yang sudah
seluruh komponen civitas akademika dan memberikan kesempatan sehingga jurnal ini
masyarakat stakesholdersnya. Sebagai siap untuk diterbitkan, tidak lupa pula saya
contoh, jika pemerintah dapat melahirkan ucapkan rangkaian terima kasih yang
Jurnal Obsesi Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 | 61

sebesar besarnya kepada reviewer yang Pendidikan Nilai. bandung: alfabeta.


sudah mau meluangkan waktunya untuk Fauziddin, M. (2016). Pembelajaran Agama
mereview serta memberikan banyak Islam Melalui Bermain pada Ank Usia
masukan sehingga jurnal ini lebih Dini (Studi Kasus di TKIT Nurul Islam
sempurna. Untuk semua teman sejawat Pare Kebupaten Kediri Jawa Timur),
dosen dosen Universitas Pahlawan Tuanku 2(2), 8–17.
Tambusai yang telah memberikan Koesoema. (2010). Pendidikan Karakter:
semangat dalam penulisan ini sehingga penulis Strategi Mendidik Anak di Zaman
dapat menyelesaikan tepat pada waktunya. Global. jakarta: Grasindo.
Pascalian Hadi Pradana. (2016). Pengaruh
DAFTAR PUSTAKA Permainan Balok Angka Terhadap
Kemampuan Mengenal Lambang
Budimansyah. (2010). Penguatan Pendidikan Bilangan pada Anak Usia Dini. PAUD
Kewarganegaraan Untuk Membangun TAMBUSAI, 2(2), 18–25.
Karakter Bangsa. bandung: Widya Sukadi. (2007). Belajar dan Pembelajaran
Aksara Press. sebagai Yadnya. Singaraja: undiksha.
Elmubarok, Z. (n.d.). Membumikan

Anda mungkin juga menyukai