Anda di halaman 1dari 12

Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 3 No.

2 Agustus 2020
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

RELEVANSI FILOSOFI KI HAJAR DEWANTARA SEBAGAI DASAR


KEBIJAKAN PENDIDIKAN NASIONAL MERDEKA BELAJAR DI
INDONESIA

Nurul Istiq’faroh
Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo
istiqfaroh.pgsd@unusida.ac.id

Abstrak

Kebijakan Merdeka Belajar yang digagas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nadiem Makarim saat ini yaitu program belajar dengan konsep Pendidikan Merdeka. Kebijakan yang
digagas mengarah pada kebebasan peserta didik dalam berpikir kritis dan juga memberikan kebebasan
guru dalam menyusun perangkat pembelajaran. Artikel ini berusaha menganalisis tentang bagaimana
proses pendidikan yang dilaksanakan oleh Ki Hadjar Dewantara dalam filosofinya “Merdeka Pikirannya,
dan Merdeka Raga serta Tenaganya” yang terorganisir dengan kebijakan Merdeka Belajar saat ini.
Proses pendidikan yang humanisme dan mengedepankan keterbukaan dalam berpikir sangat dijunjung
tinggi oleh Ki Hajar Dewantara sehingga dimungkinkan menjadi dasar dari konsep Pendidikan Merdeka
yang dicetuskan baru-baru ini. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menyediakan informasi dan
bukti tambahan untuk memenuhi tujuan dari proses Pendidikan Merdeka yang secara efektif bermanfaat
bagi Pemangku Kebijakan Pendidikan, guru dan peserta didik di Indonesia.
Kata Kunci: Merdeka Belajar, Kebijakan, Ki Hadjar Dewantara

Abstract
Merdeka Belajar (freedom to learn) is a policy initiated by the Minister of Education and Culture, Mr.
Nadiem Makarim to propose the concept of an Independent Education. This policy leads the freedom
for students in increasing their critical thinking and also provides the freedom for teachers in developing
their learning tools. This article attempts to analyze how the educational process proposed by Ki Hadjar
Dewantara in his philosophy "Freedom of Mind, and Freedom of Body and Energy" is organized in this
current policy “Merdeka Belajar”. The educational process which humanizes people and promotes
openness in thinking is highly upheld by Ki Hajar Dewantara so that it is possible to become the basis
of the concept of Merdeka Belajar. The result of this study is expected to be able to provide additional
information and evidence to meet the objectives of the Independent Education which is effectively
beneficial for Stakeholders in Education Policy, teachers and students in Indonesia.
Keywords: Merdeka Belajar, Policy, Ki Hadjar Dewantara

I. PENDAHULUAN masyarakat maju. Pendidikan juga


menjadikan adanya landasan perubahan
Pendidikan merupakan upaya untuk budaya. Kebiasaan yang ada di zaman
meningkatkan kesejahteraan dan martabat sebelumnya akan berubah sejalan dengan
bagi seluruh umat manusia. Pendidikan perubahan yang diperoleh dari proses
yang berkualitas akan mencerminkan pendidikan. Pendidikan mampu

1
Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 3 No. 2 Agustus 2020
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

menghasilkan hal-hal yang kreatif dan berarti memberi kebebasan anak bergerak
inovatif. Ketika negara menciptakan menurut kemauannya, tetapipamong akan
kehidupan yang lebih layak dan maju bagi bertindak, kalau perlu denganpaksaan,
seluruh rakyatnya, maka pendidikan apabila keinginan anak-anak berpotensi
merupakan elemen penting yang harus membahayakan keselamatannya. Pada
disiapkan untuk mewujudkan cita-cita penelitian ini penulis mengkaji secara kritis
tersebut. terkait pemikiran dua tokoh besar tersebut
Dalam konteks pendidikan di dalam kaitannya dengan Merdeka Belajar.
Indonesia, pendidikan merupakan suatu hal
yang sangat mendasar, penting dan
bernilai. Proses pendidikan di sekolah II. METODE PENELITIAN
sejatinya adalah bagaimana mengantarkan Jenis penelitian ini adalah kajian
para peserta didik untuk menjadi warga studi pustaka dengan menggunakan
negara yang baik serta dapat berinteraksi pendekatan analisis isi (content analysis).
sosial dengan lingkungan sekitarnya Sumber data dalam penelitian ini yaitu
(Birsyada, 2016: 1). Pendidikan menjadi sumber primer dan sekunder. Sumber
dasar dapat dilihat di konstitusi resmi primer meliputi kumpulan karya Ki Hajar
Negara Republik Indonesia, terutama pada Dewantara, khususnya dalam buku, “Ki
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Hajar Dewantara Bagian Pertama;
pada alinea ke-empat, secara ekplisit Pendidikan” dan draf kebijakan Merdeka
dinyatakan bahwa mencerdaskan Belajar yang telah dipaparkan oleh
kehidupan bangsa menjadi tanggung jawab Nadieam Anwar Makarim. Sumber
Negara. Setelah Indonesia merdeka sekunder berupa tulisan atau karya orang
pemerintah terus melakukan perbaikan lain tentang Ki Hajar Dewantara dan jurnal
dengan cara melakukan perubahan yang mengupas tentang Merdeka Belajar.
kebijakan-kebijakan di sektor pendidikan Pengumpulan data dilakukan dengan
untuk menjadikan pendidikan di Indnesia teknik penelitian pustaka (library
semakin baik. Saat ini di Indonesia sistem research). Data yang telah terkumpul
pendidikan telah beralih pada sistem dianalisis secara kualitatif dengan
“Merdeka Belajar”. pendekatan induktif yang mengacu pada
Kementerian Pendidikan dan permasalahan yang ada. Unit analisis
Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan meliputi data dari kedua pemikiran tokoh
slogan Merdeka Belajar yang menjadi arah yang diteliti terkait dengan ruang lingkup
kebijakan era Menteri Pendidikan dan Merdeka Belajar.
Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem
Makarim terinspirasi dari filosofi Bapak
Pendidikan Nasional yakni Ki Hadjar
Dewantara (Jawa Pos : 2020). Jika dilihat III. PEMBAHASAN
dari aspek filosofi, dasar-dasar yang dapat Teori Ilmu Pendidikan
dirujuk dari konsep pembelajaran yang
dikemukakan oleh Ki Hajar yakni Pendidikan merupakan proses
Momong, Among dan Ngemong. Momong pembentukan kecakapan fundamental
yang berarti bahwa pendidikan itu bersifat secara intelektual dan emosional ke arah
mengasuh. Mendidik adalah mengasuh alam dan sesama manusia (Dewey, 1964).
anak dalam dunia nilai-nilai. Dalarn sistem Pendidikan juga diartikan sebagai
among ini, pengajaran berarti mendidik pemberian bekal yang tidak ada pada masa
anak menjadi manusia yang merdeka kanak-kanak namun dibutuhkan pada masa
batinnya, merdeka pikirannya, dan dewasa (Rousseau, 2007: 69). Terdapat
merdeka tenaganya. Mengemong anak banyak ahli ilmu pendidikan yang dalam

2
Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 3 No. 2 Agustus 2020
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

kiprahnya mampu mengubah sistem tauladan. Konsep pendidik seperti yang


pendidikan menjadi lebih baik. Hal tersebut diungkapkan oleh Ki Hadjar Dewantara di
sesuai dengan pendapat dari Gutek (1974) atas, yakni ing ngarsa sung tuladha, ing
bahwa pendidikan merupakan suatu modal madya mangun karsa, tut wuri handayani
untuk mengantarkan peserta didik ke dalam harus diimplementasikan oleh guru
suatu budaya yang akan tumbuh terus semaksimal mungkin pada saat proses
menerus belajar mengajar. Jika konsep ini dipenuhi,
Hal tersebut sejalan pendapat dari maka dalam diri pendidik tersebut
Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan menunjukkan wibawanya pada dirinya. Di
yang baik adalah yang sesuai dengan samping itu guru atau pendidik merupakan
tumbuh kembang anak. Driyakarya juga sosok yang digugu lan ditiru (diikuti dan
berpendapat bahwa fungsi dari pendidikan ditiru) akan menjadi bukti kebenarannya.
yaitu memanusiakan manusia. Artinya
manusia dibekali ilmu pengetahuan agar
dia menyadari kodratnya sebagai manusia Konsep Merdeka Belajar Nadiem Anwar
yakni memiliki hak dan kewajiban dan Makarim
mampu mempertanggung jawabkannya. Merdeka Belajar merupakan suatu
Pembekalan yang diberikan tidak hanya program kebijakan yang dicanangkan oleh
kemapuan pengetahuan semata tetapi juga Kementerian Pendidikan dan
attitude (berkelakuan baik sesuai dengan Kebudayaan Republik Indonesia
norma dan nilai) serta soft skill. Itulah (Kemendikbud RI) yakni Mentri
fungsi dari pendidikan. Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem
Merujuk dari esensi dan fungsi Anwar Makarim. Dalam esensi
pendidikan, maka tujuan dari adanya kemerdekaan berpikir, Nadiem Anwar
pendidikan yaitu manusia di didik agar dia menyatakan bahwa guru harus
terdidik dan mampu mendidik manusia mempunyai jiwa yang mereka terlebih
lainnya. Sehingga tidak melupakan dahulu mengajarkannya pada peserta
kodratnya sebagai manusia seutuhnya yang didik. Dengan demikian guru harus
berbudi pekerti baik dalam lingkungan mempunyai jiwa yang mendidik yang
keluarga maupun masyarakat. Dengan matang, tanpa adanya rasa tekanan agar
demikian pendidikan yang baik tidak hanya mampu menyalurkan ilmunya kepada
sebatas melibatkan pengelolaan kurikulum peserta didik secara tepat.
semata di sekolah, tetapi perlu ditekankan Nadiem menyebut bahwa
bahwa pendidikan juga wajib ditanamkan kurikulum merupakan dasar akan adanya
sedini mungkin di lingkungan keluarga dan pembelajaran. Pembelajaran dalam sistem
juga masyarakat. Merdeka Belajar memandang bahwa
Untuk mendapatkan sistem pembelajaran harus diimplementasikan
pendidikan yang yang bermanfaat bagi menngunakan model pembelajaran yang
kehidupan berbangsa dan bernegara maka inovatif. Pada tuntutan saat ini blanded
sistem pendidikan yang diterapkan learning menjadi salah satu model
haruslah relevan dengan keadaan yang pembelajaran pilihan untuk
akan dihadapi oleh bangsa ini. Maka dari diimplementasikan di dunia pendidikan.
itu sebagai pendidik haruslah memahami Menurut Bersin (2004) menjelaskan bahwa
bagaimana sifat dan perilaku masyarakat blended learning merupakan kombinasi
yang sedang dihadapi, agar nantinya sistem berbagai media pembelajaran yang berbeda
pendidikan yang sedang diterapkan dapat agar agar tercipta program pembelajaran
berjalan dengan baik (Dewantara, 2013). yang optimum. Adanya model pembelajaran
Oleh karena itu syarat utama blanded learning ini, akan mengoptimalkan
pendidik adalah mampu sebagai sosok

3
Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 3 No. 2 Agustus 2020
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

peran guru dan teknologi di dunia Ujian Nasional akan dirubah


pendidikan. menjadi Asesmen Kompetensi
Dengan demikian guru perlu Minimum dan Survei Karakter.
didorong untuk menerapkan berbagai model Asesmen ini menekankan
pembelajaran inovatif yang memungkinan kemampuan penalaran literasi
siswa belajar lebih merdeka sesuai dasar dan numerik yang didasarkan
kemampuan dan potensinya. Terlebih model pada praktik terbaik tes PISA.
pembelajaran yang memanfaatkan Berbeda dengan Ujian Nasional
perkembangan TIK yang sudah sangat yang dilaksanakan di akhir jenjang
berkembang pesat dan dapat dimanfaatkan pendidikan, asesmen ini akan
dalam pembelajaran. Dengan TIK proses dilaksanakan di kelas 4, 8, dan 11.
pembelajaran akan terjadi dengan mudah dan Hasilnya diharapkan menjadi
sangat memungkinkan siswa untuk belajar masukan bagi lembaga
mandiri dan pastinya belajar lebih pendidikan untuk memperbaiki
membahagiakan karena pastinya anak-anak proses pembelajaran selanjutnya
lebih termotivasi belajar dengan teknologi sebelum peserta didik
terutama internet dan gadget. Oleh menyelesaikan pendidikannya
karenanya, untuk mewujudkan hal ini, guru (Kemendikbud, 2019: 1)
harus memiliki kemampuan 2. Ujian Sekolah Berstandar
mengintegrasikan teknologi informasi dan Nasional (USBN) akan
komunikasi dalam pembelajaran. diserahkan secara langsung pada
Pada tahun mendatang, sistem sekolah.
pembelajaran akan berubah dari yang Menurut Kemendikbud, sekolah
awalnya bernuansa tatap muka atau secara diberikan kemerdekaan dalam
langsung akan berubah menjadi menentukan bentuk penilaian,
pembelajaran jarak jauh. Nuansa seperti portofolio, karya tulis, atau
pembelajaran akan lebih menyenangkan, bentuk penugasan lainnya
karena peserta didik tidak hanya (Kemendikbud, 2019: 2)
mendengarkan penjelasan guru, tetapi 3. Penyederhanaan
peserta didik juga dapat mencari sendiri Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
pengetahuan baru yang akan diperolehnya. (RPP). Menurut Nadiem Makarim,
Hasil pembelajaran tidak hanya agar lebih efisien RPP cukup dibuat
mengandalkan sistem ranking yang menurut satu halaman saja. Melalui
beberapa survei hanya meresahkan anak penyederhanaan administrasi,
dan orang tua , karena sebenarnya setiap diharapkan waktu guru yang tersita
anak memiliki bakat dan kecerdasannya untuk proses pembuatan
dalam bidang masing-masing. Suatu saat administrasi dapat dialihkan untuk
nanti akan terbentuk para pelajar yang kegiatan belajar dan peningkatan
siap kerja, kompeten, dan berbudi luhur kompetensi (Kemendikbud, 2019: 3)
(Mustaghfiroh: 2020). Konsep Merdeka 4. Dalam penerimaan peserta didik
Belajar ala Nadiem Makarim terdorong baru (PPDB), sistem zonasi
karena keinginannya menciptakan suasana diperluas (tidak termasuk daerah
belajar yang nyaman dan bahagia tanpa 3T.
dibebani dengan pencapaian skor atau nilai Bagi peserta didik yang mendaftar
tertentu. Ada empat pokok kebijakan baru melalui jalur afirmasi dan prestasi,
Kemendikbud RI (Kemendikbud, 2019: 1- akandiberikan kesempatan yang
5) , yaitu: lebih banyak dalam sistem PPDB.
1. Ujian Nasional Pemerintah daerah diberikan
kewenangan secara langsung untuk

4
Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 3 No. 2 Agustus 2020
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

menentukan daerah zonasi Yang pertama ialah aliran lama yang


(Kemendikbud, 2019: 4). sekarang sudah hanpir tidak diakui
kebenarannya di kalangan kaum
Nadiem membuat kebijakan cendekiawan. Menurut aliran ini, anak
merdeka belajar bukan tanpa alasan. yang lahir di dunia itu diumpamakan
Hasil penelitian Programme for sehelai kertas yang belum ditulis sehingga
International Student Assesment (PISA) kaum pendidik boleh mengisi kertas yang
tahun 2019 menunjukkan hasil penilaian kosong itu menurut kehendaknya. Artinya
yang kurang memuaskan pada peserta si pendidik berkuasa seluasnya untuk
didik Indonesia. Hasil tersebut membentuk watak atau budi seperti yang
menunjukkan bahwa untuk bidang diinginkan. Teori ini dinamakan teori
matematika dan literasi, Indonesia tabula rasa (lapisan lilin yang masih dapat
menduduki posisi ke- 74 dari 79 Negara. dicoret-coret oleh si pendidik).
Melihat hasil tersebut, Nadiem membuat Aliran yang kedua ialah aliran
gebrakan penilaian dalam kemampuan negatif, yang berpendapat, bahwa anak itu
minimum, meliputi literasi, numerasi, lahir sebagai sehelai kertas yang sudah
dan survei karakter. Literasi bukan hanya ditulisi sepenuhnya, sehingga tidak
mengukur kemampuan membaca, tetapi mungkin pendidikan dari siapapun dapat
juga kemampuan menganalisis isi bacaan mengubah watak anak. Pendidikan hanya
beserta memahami konsep dibaliknya. dapat mengawasi dan mengamati, jangan
Pada kemampuan numerasi, yang dinilai sampai ada pengaruh-pengaruh jahat yang
bukan pelajaran matematika, tetapi mendekati anak. Jadi pendidikan menurut
penilaian terhadap kemampuan peserta aliran negatif ini dianggap dapat mengolah
didik dalam menerapkan konsep numerik pengaruh-pengaruh dari luar, akan tetapi
dalam kehidupan nyata. Satu aspek tidak dapat mewujudkan budi pekerti yang
sisanya, yakni survei karakter, bukanlah tidak nampak di dalam jiwa anak.
sebuah tes, melainkan pencarian sejauh Aliran ketiga ialah aliran yang
mana penerapan nilai-nilai budi pekerti, terkenal dengan nama ‘convergentie-
agama, dan Pancasila yang telah theorie’, seperti sudah kita sebutkan tadi.
dipraktekkan oleh peserta didik. Teori ini mengajarkan bahwa anak yang
dilahirkan itu boleh diumpamakan sehelai
kertas yang sudah ditulisi penuh, akan
Teori Jiwa Merdeka Menurut Ki Hajar tetapi semua tulisan-tulisan itu suram.
Dewantara Menurut aliran ini ditetapkan, bahwa
Ki Hajar Dewantara memaknai pendidikan itu berkewajiban dan berkuasa
‘dasar-jiwa’ yaitu suatu keadaan jiwa yang menebalkan segala tulisan yang suram itu
asli menurut kodratnya sendiri, sebelum dan berisi baik, agar kelak nampak sebagai
ada pengaruh dari luar; jadi yang dibawa budi pekerti yang baik. Segala tulisan yang
oleh anak ketika lahir didunia ini. Ki Hajar mengandung arti jahat hendaknya
Dewantara (Dewantara, 2013) menafsirkan dibiarkan, agar jangan sampai menjadi
ada tiga aliran yang berhubungan dengan tebal, bahkan makin suram.
soal daya pendidikan dalam dasar jiwa.
Tujuan Pendidikan dalam pemikiran (Kuswandi, 2005: 298). Ketika seseorang
Ki Hajar Dewantara ialah memerdekakan memiliki jiwa merdeka maka akan bebas
hidup dan kehidupan anak, lahir dan menyalurkan bakatnya. Hakikatnya jiwa
batin. Teori jiwa merdeka, memandang itu memiliki unsur cipta, rasa, dan karsa.
bahwa tujuan pendidikan pada hakikatnya Dengan demikian menurut Ki Hajar
ialah memerdekakan hidup, dan Dewantara, jiwa merdeka adalah cara
kehidupan anak baik lahir maupun batin berpikir yang positif, berperasaan luhur dan

5
Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 3 No. 2 Agustus 2020
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

indah, dan berkemauan mulia (Hadiwijoyo, Hajar Dewantara, teridentifikasi sejumlah


2016:25). Berdasarkan keempat sumber nilai untuk tujuan pendidikan sebagai
nilai jiwa merdeka hasil buah pikir Ki berikut ini.
indah, dan berkemauan mulia dapat
dimasukan dalam desain pembelajaran,
Tabel 3.1 Nilai dan Deskripsi Pendidikan bagian komponen tujuan pembelajaran.
Jiwa Merdeka
Nilai Deskripsi
Berpikir postitif Memahami sesuatu secara
obyektif sesuai apa adanya.
Prinsip Merdeka Belajar Menurut Ki
Segala sesuatu tidak perlu Hajar Dewantara
ditanggapi dengan
kekhawatiran, kecurigaan, Ki Hajar Dewantara salah seorang
syirik, iri hati, isu, gosip,
apalagi fitnah. tokoh pendidikan di Indonesia yang
Berperasaan Dalam mempertimbangkan dan memiliki beberapa pemikiran tentang
luhur dan indah menghayati sesuatu harus pendidikan. Pemikiran mengenai
didasari petunjuk Tuhan
menurut agamanya dan pendidikan tersebut diantaranya yang
mensejahterakan serta akan menjadi bahasan utama artikel
membahagiakan diri dan umat ini ialah pendidikan jiwa merdeka.
manusia pada umumnya.
Berkemauan Kemauan untuk hidup tertib Merdeka diartikan sebagai (1) tidak hidup
mulia damai (tata tentrem) dan salam terperintah, (2) berdiri tegak karena
bahagia (karta raharja}.
kekuatan sendiri dan (3) cakap mengatur
hidupnya dengan tertib (Dewantara, 2013:
Melalui cara berpikir yang positif, 399). Beberapa syarat sistem merdeka
berperasaan yang luhur dan inilah, antara lain yaitu jika ada reword atau
berkemauan yang mulia, akan hukuman yang diberikan kepada siswa
menghasilkan perbuatan yang terpuji yaitu terlebih dahulu perlu ada kesepakatan
perbuatan yang berguna bagi diri sendiri, antara siswa dan guru. Siswa juga diberi
bagi Tuhannya, bagi sesama manusia, serta keleluasaan untuk mengembangkan
bagi kelestarian dan perkembangan alam kreativitasnya sendiri sesuai dengan
sekitar. Implikasinya seorang guru kodratnya sendiri tanpa bantuan dari guru.
senantiasa memberi arahan dan tuntunan Jika ada kesalahan yang dilakukan oleh
kepada anak didiknya untuk kemajuan jiwa siswa barulah guru mengingatkan dan
dan raganya sesuai kodratnya. Dengan menyampaikan yang seharusnya dilakukan
adanya kemampuan dan keterampilan yang oleh siswa. Siswa perlu mengetahui
telah dipelajari, peserta didik diharapkan kesalahan yang dilakukannya, kebaikan
dapat mencari dan menemukan sendiri dan tidak menyukai kejahatan dan
solusi alternatif yang dapat digunakan diajarkan tentang arti kemerdekaan yang
untuk mengatasi setiap permasalah yang mengandung tiga arti yaitu merdeka dari
dihadapinya (Barnadib, 2002:58-59). perintah orang lain, tidak tergantung pada
Implikasi konsep pendidikan jiwa orang lain dan pandai dalam mengatur
merdeka Ki Hajar Dewantara terhadap ketertiban hidupnya sendiri. Anak harus
tujuan pembelajaran berupa teori jiwa dididik menghormati kemerdekaan orang
merdeka memberikan implikasi bahwa lain atau turut mengatur ketertiban dan
penetapan tujuan pembelajaran juga harus keamanan umum dan turut menanggung
mencakup hal yang berkaitan tentang juga tertib damainya keadaan (sosial)
memerdekakan hidup, dan kehidupan anak (Dewantara, 2013: 402).
baik lahir maupun batin. Nilai-nilai dalam
pendidikan jiwa merdeka seperti cara Pendidikan yang dilakukan Ki
berpikir yang positif, berperasaan luhur dan Hadjar Dewantara adalah pendidikan yang

6
Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 3 No. 2 Agustus 2020
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

memerdekakan. Seperti yang disampaikan Tuhan, kemanusiaan, dan kebenaran


murid langsung Ki Hadjar Dewantara, Nyi menurut keyakinan masing-
Iman Sudiyat (Prihatni,2014), Ki Hadjar masing(Prihatni dkk, 2015).
Dewantara senantiasa menegaskan bahwa Konsep merdeka belajar Ki Hajar
pendidikan akan berjalan dengan baik jika Dewantara juga terletak pada
anak didik merdeka batinnya, merdeka semboyannya yakni Tut Wuri Handayani.
lahirnya, merdeka pikirannya dan merdeka Semboyan pendidikan tersebut
tenaganya. Hal ini selaras dengan tujuan mengandung tiga unsur yang menuniukkan
pendidikan yaitu membangun manusia kekhasan Indonesia, yakni pertama, Ing
lahir batinnya dan dengan keluhuran akal Ngarsa Sung Tuladha, artinya seorang
budi dan jasmaninya menjadi anggota pendidik selalu berada di depan mernberi
masyarakat yang berguna dan teladan. Kedua, Ing Madya Mangun Karsa,
bertanggungjawab atas kesejahteraan artinya seorang pendidik selaluberada di
bangsa dan tanah air serta manusia pada tengah-tengah para muridnya dan terus-
umumnya. Dalam azas Tamansiswa Ki menerus memprakarsai/memotivasi
Hajar Dewantara disebutkan “Pendidikan peserta didiknya untuk berkarya,
yang diberikan hendaknya dapat membangun niat,semangat, dan
menjadikan manusia yang merdeka”. rnenumbuhkan ide-ide agar peserta
Kemerdekaan disini bukan berarti bebas didiknya produktif dalam berkarya. Ketiga,
berbuat sesuka hati, kemerdekaan disini Tut Wuri Handayani, artinya seorang
haruslah bertumpu pada ketertiban dan pendidik selalu mendkung dan menopang
menghormati hak-hak orang lain. (mendorong) para muridnya berkarya ke
Tentang hakikat merdeka, menurut arah yang benar bagi hidup masyarakat.
paham Ki Hajar Dewantara, bukan berarti Menurut Ki Hajar Dewantara
seseorang itu bebas dan lepas dai perintah (Dewantara:2013) makna “pedagogik"
serta penguasaan orang lain. Akan tetapi, terdiri dari tiga unsur yakni Momong,
sanggup dan kuatnya berdiri sendiri tak Among dan Ngemong, yang berarti bahwa
bergantung pada orang lain. Dalam pendidikan itu bersifat mengasuh.
pendidikan harus senantiasa diingat, bahwa Mendidik adalah mengasuh anak dalam
kemerdekaan itu bersifat tiga macam: dunia nilai-nilai. Dalarn sistem among ini,
Berdiri sendiri (Zelfstanding), tidak pengajaran berarti mendidik anak menjadi
tergantung orang lain (onafhankelijk) dan manusia yang merdeka batinnya, merdeka
dapat mengatur dirinya sendiri (vrijheid, pikirannya, dan merdeka tenaganva.
zelfbeschikking). Manusia merdeka lahir Mengemong anak berarti memberi
batin ialah manusia yang memilki: 1) hak kebebasan anak bergerak menurut
untuk mengatur perikehidupan sendiri kemauannya, tetapipamong akan
dalam keserasian hidup bersama, 2) bertindak, kalau perlu denganpaksaan,
kebebasan dari rasa takut dan kemelaratan, apabila keinginan anak-anak berpotensi
3) kedaulatan dalam arti mampu berdikari membahayakan keselamatannya. Melihat
secara lahir batin, 4) kemampuan untuk ketiga unsur tersebut, unsur among yang
melihat segala sesuatu sebagai suatu dijadikan landasan berdirinya kebijakan
realitas berdasarkan kenyataan dan Merdeka Belajar.
kebenaran, 5) rasa pengabdian dan
keikhlasan mengabdi tanpa pamrih kepada Relevansi Pemikiran Ki Hadjar
Dewantara dengan Nadiem Anwar Makarim, terdapat kesejajaran antara
Makarim konsep “Merdeka Belajar” dengan konsep
Dari pemaparan konsep kebijakan pendidikan menurut filsafat Ki Hajar
“Merdeka Belajar” yang telah dipaparkan Dewantara. Kedua konsep tersebut sama-
sebelumnya oleh Mendkbud Nadiem sama menekankan adanya kemerdekaan

7
Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 3 No. 2 Agustus 2020
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

dan keleluasaan dalam memaksimal guru dapat menjalankan tugasnya


kemampuan dimiliki oleh guru dan peserta mengajar mendidik dengan totalitas tanpa
didik. Jika dirumuskan kedua konsep dibebani syarat adminstratif yang berat.
tersebut sama-sama mengandung makna Berikut akan dijabarkan dalam bagan
“Dasar Jiwa yang Merdeka” antara guru relevansi filosofi Ki Hajar Dewantara
dan peserta didik. Peserta didik harus sebagai dasar kebijakan pendidikan
bebas serta berkembang secara natural dan nasional Merdeka Belajar.
dan merdeka tenaganya. Dalam konteks
Nilai Jiwa Merdeka mendidik, pendidik atau guru tidak hanya
memberi pengetahuan yang perlu dan baik,
Berpikir postitif tetapi juga mendidik murid agar dapat
Berperasaan luhur dan indah
mengembangkan sendiri wawasan
Berkemauan mulia
pengetahuannya (kemandirian dalam
belajar) yang berfaedah untuk membangun
Sistem Among dalam Filsafat Ki Hajar khazanah umum. Maka pengetahuan yang
Dewantara baik dan perlu adalah yang memberikan
Merdeka Pikirannya
manfaat untuk keperluan lahir dan batin
Merdeka Raga dan untuk membangun kehidupan bersama
Merdeka Tenaganya yang harmonis, yang berpihak pada
/ keselamatan dan kebahagiaan.
Kebijakan Merdeka Belajar Nadiem Makarim Dalam khazanah pemikiran Ki
“Merdeka Belajar” untuk siswa dan guru dalam Hadjar Dewantara asas kemerdekaan
bentuk UN, USBN, RPP, dan PPDB berkaitan dengan upaya membentuk
peserta didik menjadi pribadi yang
memiliki kebebasan yang bertanggung
Gambar 3.1 Turunan Konsep Merdeka jawab sehingga menciptakan keselarasan
Belajar dengan masyarakat (Samho, 2013). Asas
ini bersandar pada keyakinan bahwa setiap
manusia memiliki potensi dasar untuk
Dalam gambar tersebut tergambar menggapai kebebasan yang mengarah
bahwa adanya akar atau muara kebijakan kepada pencapaian tujuan hidupnya.
merdeka belajar Nadiem Makarim ini Pencapaian ke arah pribadi yang merdeka
tercetuskan. Kebijakan ini cenderung itu ditempuh melalui proses panjang yang
condong pada filsafat Ki Hajar Dewantara. disebut belajar. Proses ini berjenjang dari
Perspektif Ki Hadjar Dewantara tingkat dasar sampai pada tingkat tinggi.
pendidikan merupakan suatu upaya Namun, perhatian kita hendaknya tidak
pendewasaan seseorang dengan metode difokuskan pada tingkatan-tingkatannya
among (mengemong). Terkait dengan semata, tapi juga pada prosesnya sebagai
upaya mengimplementasikan metode kegiatan yang memerdekakan peserta
among Ki Hadjar Dewantara mengajukan didik. Dalam pengertian itu, pendidikan
lima asas pendidikan yang dikenal dengan membantu proses pembebasan peserta
sebutan pancadharma (kodrat alam, didik dari kelemahan-kelemahan yang
kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan, membelenggu dirinya untuk berkembang
dan kemanusiaan). Kedua, asas menjadi pribadi yang profesional dan
kemerdekaan. Asas ini mengandung arti penuh tanggung jawab.
bahwa pengajaran berarti proses mendidik Melihat konsep filsafat dari Ki Hajar
peserta didik menjadi manusia yang Dewantara menunjukkan bahwa
merdeka batinnya, merdeka pikirannya, pendidikan yang baik adalah pendidikan
humanis yakni memanusiakan manusia.

8
Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 3 No. 2 Agustus 2020
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

Konsep inilah yang dipakai Nadiem dalam Learned. United Stated: John Wiley
merumuskan kebijakan Merdeka Belajar. & Sona, Inc.
Pendidikan yang baik bersifat terbuka dan
tidak memaksa peserta didik. Dengan Birsyada, M. I.. 2016. Dasar-Dasar
demikian hasil penelitian kepustakaan ini Pendidikan IPS. Yogyakarta: Ombak.
menunjukkan bahwa adanya relevansi Dewantara, Ki Hajar. 2013. Ki Hadjar
yang mendasar implementasi kebijakan Dewantara, Bagian Pert
Merdeka Belajar dengan filsafat yang ama:Pendidikan. Yogyakarta:
dikemukakan oleh tokoh besar Indonesia Majelis Luhur Persatuan
yaitu Ki Hajar Dewantara. Tamansiswa.
Dewey, J. 1964. Democracy and
education, fourth edition. New
IV. KESIMPULAN York: The Macmillan Company.
Dari berbagai uraian tersebut di atas Gutek, Gerald Lee . 1974. Philosophical
dapat diambil kesimpulan bahwa pertama, Alternative In Education. Loyola :
teori jiwa merdeka yang digagas oleh Ki University Of Chicago
Hajar Dewantara memandang bahwa
tujuan pendidikan pada hakikatnya ialah Hadiwijoyo, Ki Soenarno. 2016.
memerdekakan hidup, dan kehidupan Pendidikan Ketamansiswaaan Jilid
anak baik lahir maupun batin Kedua, III. Jakarta: Majelis Cabang
dalam semboyannya yakni makna Tamansiswa Jakarta
pedagogik menurut Ki Hajar Dewantara
Jawa Pos. 2020. Filosofi Ki Hadjar
terdapat tiga unsur yakni sistem momong,
Dewantara jadi Inspirasi Merdeka
among, dan ngemong. Pada sistem among
Belajar.
mengandung makna bahwa pengajaran
https://www.jawapos.com/nasional/
berarti mendidik anak menjadi manusia
pendidikan/14/07/2020/filosofi-
merdeka hatinya, merdeka pikirannya,
kihadjardewantara-jadi-inspirasi-
merdeka tenaganya. Sistem among inilah
merdeka-belajar/
yang dijadikan landasan terbentuknya
kebijakan “Merdeka Belajar”. Ketiga, Kemendikbud. 2019. “Merdeka Belajar:
antara konsep “merdeka belajar” yang Pokok-Pokok Kebijakan Merdeka
dicetuskan oleh Mendikbud Nadiem Belajar”. Jakarta: Makalah Rapat
Anwar Makarim memiliki kesejajaran Koordinasi Kepala Dinas
dengan konsep pendidikan menurut Ki Pendidikan Seluruh Indonesia
Hajar Dewantara, yakni keduanya sama-
sama menekankan adanya kemerdekaan Kuswandi, Dedi. 2005. Pengejawantahan
dan keleluasaan lembaga. KonsepKonsep Pendidikan Ki
Hadjar Dewantara di Lingkungan
V. DAFTAR PUSTAKA Ibu Pawiyatan Tamansiswa
Barnadib, I. 2002. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta. Disertasi tidak
Yogyakarta: Adicita Karya Nusa diterbitkan.
Bartolomeus Samho. 2013. Visi
Mustaghfiroh, Siti. 2020. Konsep
Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.
“Merdeka Belajar”Perspektif
Yogyakarta: Kanisisus.
Aliran Progresivisme John Dewey.
Bersin, Josh. 2004. The Blended Learning Diunduh dari:
Book; Best Practices, Proven https://ejournal.unuja.ac.id/.
Methodologies and Lessons

9
Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 3 No. 2 Agustus 2020
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

Prihatni,Yuli. 2015. Pendidikan yang


Memerdekakan. Makalah Seminar
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa.
Yogyakarta
Rousseau, J.J. 2003. Ilmu Pendidikan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

10
Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 3 No. 2 Agustus 2020
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

NAMA : FERDY NUR ADHIANSYAH


NIM : 220641087
KELAS : SD22D
MATA KULIAH : PENGANTAR PENDIDIKAN

REVIEW JURNAL

Judul Relevansi Filosofi Ki Hajar Dewantara Sebagai Dasar Kebijakan


Pendidikan Nasional Merdeka Belajar di Indonesia
Nama Jurnal Jurnal Pendidikam
Volume dan Halaman Volume, 3 No. 2, Halaman 1-10
Tahun 2020
Penulis Nurul Istiq’faroh
Reviewer Ferdy Nur Adhiansyah
Tanggal Reviewer 15 Januari 2023
Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan
martabat bagi seluruh umat manusia. Pendidikan yang berkualitas
akan mencerminkan menghasilkan hal-hal yang kreatif dan inovatif.
Ketika negara menciptakan kehidupan yang lebih layak dan maju
bagi seluruh rakyatnya, maka pendidikan merupakan elemen penting
yang harus disiapkan untuk mewujudkan cita-cita
Tujuan Penelitian Kebijakan yang digagas mengarah pada kebebasan peserta didik
dalam berpikir kritis dan juga memberikan kebebasan guru dalam
menyusun perangkat pembelajaran. Artikel ini berusaha menganalisis
tentang bagaimana proses pendidikan yang dilaksanakan oleh Ki
Hadjar Dewantara dalam filosofinya “Merdeka Pikirannya, dan
Merdeka Raga serta Tenaganya” yang terorganisir dengan kebijakan
Merdeka Belajar saat ini.
Permasalahan Implikasinya seorang guru senantiasa memberi arahan dan tuntunan
kepada anak didiknya untuk kemajuan jiwa dan raganya sesuai
kodratnya. Dengan adanya kemampuan dan keterampilan yang telah
dipelajari, peserta didik diharapkan dapat mencari dan menemukan
sendiri solusi alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi setiap
permasalah yang dihadapinya
Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini adalah kajian studi pustaka dengan menggunakan
11
Lintang Songo: Jurnal Pendidikan, Vol. 3 No. 2 Agustus 2020
P-ISSN: 2528-4207
E-ISSN: 2620-407X

pendekatan analisis isi (content analysis). Sumber data dalam


penelitian ini yaitu sumber primer dan sekunder
Hasil Penelitian Dari berbagai uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pertama, teori jiwa merdeka yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara
memandang bahwa tujuan pendidikan pada hakikatnya ialah
memerdekakan hidup, dan kehidupan anak baik lahir maupun batin
Kedua, dalam semboyannya yakni makna pedagogik menurut Ki
Hajar Dewantara
Kelebihan Kelebihan dalam jurnal ini singkat padat dan sangat jelas, serta
sangat mudah untuk dipahami oleh peserta didik maupun pendidik
Kekurangan Kekurangan yang terdapat pada Jurnal ini sangat singkat dan masih
kurang dalam menyimpulkan kesimpulan

12

Anda mungkin juga menyukai