Anda di halaman 1dari 33

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM BIMBINGAN

KONSELING DI SMAN 01 KOTA BENGKULU


( STUDI PADA SISWA KELAS X IPA 3 )

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :
SENDY NOVIANTI
NPM.19100019

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU – ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
2023
KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM BIMBINGAN
KONSELING DI SMAN 01 KOTA BENGKULU
( STUDI PADA SISWA KELAS X IPA 3 )

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Komunikasi

OLEH :
SENDY NOVIANTI
NPM.19100019

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU – ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
2023

i
KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM BIMBINGAN
KONSELING DI SMAN 01 KOTA BENGKULU
( STUDI PADA SISWA KELAS X IPA 3 )

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :
SENDY NOVIANTI
NPM.19100019

Telah disetujui untuk diajukan dalam Seminar Proposal Penelitian

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Sri Narti, M.I.Kom Anis Endang SM, M.I.Kom


NIDN.0215128202 NIDN.0204088503

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Vethy Octaviani, M.I.Kom


NIK.1703056

ii
KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM BIMBINGAN
KONSELING DI SMAN 01 KOTA BENGKULU
( STUDI PADA SISWA KELAS X IPA 3 )

Proposal Ini Telah Dipertahankan Di Depan Tim Penguji


Pada Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu – Ilmu Sosial
Universitas Dehasen Bengkulu

Seminar Proposal Dilaksanakan Pada :


Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tempat :

TIM PENGUJI

Ketua : Sri Narti, M.I.Kom ( )


NIDN.0215128202

Anggota : Anis Endang SM, M.I.Kom ( )


NIDN.0204088503

Anggota : ( )
NIDN.

Anggota : ( )
NIDN.

Disahkan Oleh :

Dekan Ketua Program Studi

Dra. Maryaningsih, M.Kom Vethy Octaviani, M.I.Kom


NIK. NIK.1703056

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis dalam menyusun proposal penelitian ini dan telah
dapat menyelesaikan tepat waktu. Dengan selesainya proposal penelitian ini,
penulis dapat memenuhi syarat untuk menempuh ujian sarjana lengkap pada
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu – Ilmu Sosial Universitas Dehasen
Bengkulu.
Dalam rangka menyelesaikan proposal penelitian ini, penulis tidak sedikit
mendapat uluran tangan dari berbagai pihak, yang memberi bimbingan, dorongan,
dan segala fasilitas yang bermanfaat. Tanpa semua itu penulis tidak dapat
mewujudkan proposal penelitian ini sesuai dengan yang dikehendaki. Karenanya
dengan segala kerendahan hati dan keikhlasan untuk menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1 Yth. Ibu Dra. Maryaningsih, M.Kom selaku Dekan Fakultas Ilmu – Ilmu
Sosial Universitas Dehasen Bengkulu.
2 Yth. Ibu Vethy Octaviani, M.I.Kom selaku Ketua Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu – Ilmu Sosial Universitas Bengkulu.
3 Yth. Ibu Sri Narti, M.I.Kom sebagai Dosen Pembimbing Utama yang
telah banyak memberikan masukkan dan arahan dalam menyelesaikan
proposal penelitian ini.
4 Yth. Ibu Anis Endang SM, M.I.Kom sebagai Dosen Pembimbing
Pendamping yang telah memberikan motivasi dalam menyelesaikan
proposal penelitian ini.
5 Yth. Bapak/Ibu Karyawan Universitas Dehasen yang telah membantu
memberikan data – daya penelitian.
6 Dan seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
proposal penelitian ini.
Penulis menyadari dengan sesungguhnya bahwa proposal penenlitian ini
masih sangat sederhana dan masih banyak kelemahan, tetapi penulis berharap
proposal penelitian ini akan bermanfaat nantinya. Akhir kata harapan penulis
selain mengucapkan mudah – mudahan segala bantuan, bimbingan dan dorongan
yang telah diberikan mendapat imbalan dan balasan dari Allah SWT. Amin.

Bengkululu, 15 Juni 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL......................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................iii

KATA PENGANTAR.................................................................................iv

DAFTAR ISI.................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR................................................................................. vii

DAFTAR TABEL......................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................ix

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...................................................................2

1.3 Batasan Masalah.....................................................................2

1.4 Tujuan Penelitian....................................................................2

1.5 Manfaat Penelitian..................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu ..............................................................4

2.2 Komunikasi Terapeutik.........................................................5

2.3. Bimbingan dan Konseling......................................................8

2.4 Kerangka Pemikiran.............................................................11

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian......................................................................12

3.2 Informan Penelitian...............................................................13

3.2.1 Teknik Penentuan Informan.......................................14

v
3.3 Teknik Pengumpulan Data....................................................14

3.3.1 Observasi.....................................................................15

3.3.2 Wawancara..................................................................15

3.3.3 Dokumentasi...............................................................16

3.4 Teknik Analisa Data.............................................................16

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Grandmaster Flash dan Furious Five……………………………17

2.2 DjKool Herc, merupakan Dj Hip-hop pertama di dunia………...19

2.3 Melle Mel, penggagas Rapping Hiphop pertama didunia……….20

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi adalah proses manusiawi yang melibatkan hubungan

intrapersonal. Komunikasi mencakup hubungan yang lebih luas dari sekedar

wawancara. Semua bentuk tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu, itu

disebut juga sebagai bentuk komunikasi ( Swanburg. 2003 ).

Komunikasi Terapeutik adalah suatu sarana bagi perawat dalam

menjalin hubungan saling percaya, sehingga dapat meningkatkan citra yang

baik tenaga kesehatan khususnya untuk profesi keprawatan. Komunikasi

merupakan sesuatu yang sangat penting bagi perawat dalam berinteraksi

dengan pasien. Komunikasi menjadi tidak efektif karena terjadi kesalahan

dalam menafsirkan pesan yang diterima. Kesalahan dalam menafsirkan pesan

dapat disebabkan karena persepsi yang berbeda, hal ini sering terjadi dalam

institusi pelayanan kesehatan ( Mustikasari, 2006 ). Komunikasi terapeutik

juga sangat penting dalam proses bimbingan konseling karena dengan adanya

komunikasi terapeutik tersebut hubungan antara guru dan siswa dapat

berjalan dengan baik sehingga pelayanan bimbingan konseling tersebut dapat

terlaksanakan dengan tujuan bersama – sama.

Menurut Prayitno (2004), bimbingan dan konseling adalah pelayanan

bantuan untuk peserta didik,baik secara perorangan maupun kelompok agar

mandiri dan bisa berkembang secara optimal,dalam bimbingan pribadi, sosial,

belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung

1
2

berdasarkan norma-norma yang berlaku. Bimbingan dan konseling

merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu

mencapai tingkat perkembangan yang optimal,pengembangan perilaku yang

efektif, pengem-bangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat

individu dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut

merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi antara

individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif.

Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting

untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara

individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk

mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku. Bimbingan dan

konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks adegan mengajar

yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi, melainkan

layanan ahli dalam konteks memandirikan peserta didik.(ABKIN,2007).

Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik mencapai

tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk Tuhan, sosial, dan

pribadi. Lebih lanjut tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu

individu dalam mencapai: (a) kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk

Tuhan, (b) kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat, (c) hidup

bersama dengan individu-individu lain, (d) harmoni antara cita-cita mereka

dengan kemampuan yang dimilikinya. Dengan demikian peserta didik dapat

menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberi sumbangan yang berarti

kepada kehidupan masyarakat umumnya.


3

Fokus dalam tulisan ini adalah bagaimana komunikasi yang dilakukan

oleh guru BK dalam memberikan terapi terhadap siswa agar mampu

mengatasi hambatan yang muncul, dimana dalam istilah komunikasi dikenal

dengan komunikasi terapeutik.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, peneliti merasa tertarik untuk

mengadakan penelitian yang menyangkut Komunikasi Terapeutik Dalam

Bimbingan Konseling Di SMAN 01 Kota Bengkulu.

Berdasarkan hasil observasi pra penelitian peneliti bahwa di Sekolah

Menengah Atas Negri (SMAN) 01 Kota Bengkulu terdapat beberapa guru BK

( Bimbingan Konseling) yang dimana guru tersebut menanggungjawabkan

beberapa kelas yang berada di SMAN 01 Kota Bengkulu salah satunya kelas

yang peneliti akan teliti. Di SMAN 01 Kota Bengkulu ada beberapa siswa

yang membutuhkan pelayanan bimbingan konseling tergantung dengaan

kebutuhan siswa misalnya, merokok, bolos, menganggu teman , bahkan bisa

sampai melawan guru. Di dalam kelas biasanya terdapat sekitar satu sampai

lima belas orang yang melakukan bimbingan konseling.

Pentingnya penelitian ini agar murid SMAN 01 Kota Bengkulu tidak

lagi mengulangi masalah – masalah yang ada diatas dan lebih bisa fokus

terhadap pelajaran disekolah.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana proses Komunikasi Terapeutik dalam Bimbingan Konseling

di SMAN 01 Kota Bengkulu.


4

1.3 Batasan Masalah

Peneliti membatasi pembahasan yang akan dibahas dalam Proposal

Penelitian di kelas X IPA 3 SMAN 01 Kota Bengkulu yang berjumlah 34

siswa. Alasannya memilih siswa di kelas tersebut karena siswa yang paling

banyak berurusan dengan guru BK, terkait permasalahan yang sudah peneliti

tulis di latar belakang seperti, merokok, bolos, menganggu teman, bahkan

bisa melawan guru.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian Ini Adalah Untuk Mengetahui Proses Komunikasi

Terapeutik Dalam Bimbingan Konseling di SMAN 01 Kota Bengkulu.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan Ilmu

Komunikasi FIS Unived Bengkulu. Penelitian ini dapat menjadi

bahan bacaan dan referensi bagi penelitian serupa dimasa yang

akan datang.

2. Penelitian diharapkan dapat memberi kontribusi pengetahuan

dibidang Ilmu Komunikasi yang berkaitan dengan musik dan

identitas diri.

3. Penelitian ini untuk menerapkan ilmu yang diterima peneliti selama

menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi sekaligus memberikan


5

masukan kepada siapa saja yang ingin mengetahui tentang musik

dan identitas diri.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, dideskripsikan

sebagai berikut :

1 Penelitian ini oleh Etik Anjar Fitriarti, merupakan mahasiswa S1

Studi Ilmu Komunikasi Univeristas Islam Negeri Sunan

Kalijaga pada tahun 2017 dengan judul “Komunikasi Terapeutik

dalam Konseling”. Teori yang digunakan Komunikasi

Terapeutik dalam Northouse (Suryani, 2005) dengan metode

deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

konselor dalam melaksanakan setiap taham konseling berusaha

menciptakan suasana yang non formal agar komunikasi

terapeutik yang dilakukan dapat berlangsung dengan dinamis

dan tidak kaku.

2 Penelitian ini oleh Ayun Reni Astutik, merupakan mahasiswa

S1 Studi Keperawatan Universitas Insan Cendaka Medika pada

tahun 2018 dengan judul “ Komunikasi Terapeutik Dengan

Tingkat Kepuasan Pasien”. Teori yang digunakan Komunikasi

Terapeutik dalam Cross Sectional (waktu yang bersamaan)

(Setiadi, 2007) dengan metode deskriptif kuantitatif. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tingat kepuasan pasien di ruang

Melati RSUD Bangil sebagian besar adalah kepuasan rendah.

6
7

3 Penelitian ini oleh Septinisa , merupakan mahasiswa S1 Studi

Tabiyah dan Keguruan Istitut Agama Islam Negri pada tahun

2017 dengan judul “Pelaksanaan Pendekatan Konseling

Kognitif Perilaku dalam Meningkatkan Perilaku Belajar Peserta

Didik SMPN 11 Bandar Lampung”. Teori yang digunakan

Konseling Kognitif Behavioral (Aaron T Beck, 1964) dengan

metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa proses layanan bimbingan dan konseling dalam

meningkatkan perilaku belajar peserta didik yang dilakukan oleh

guru bimbingan dan konseling di SMPN 11 Bandar Lampung

dengan konseling kognitif perilaku .

Persamaan dengan penelitian satu dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti yaitu sama – sama menggunakan metode deskriptif

kualitatif dan mengunakan teori yang sama yaitu teori komunikasi terapeutik

dalam Northouse ( Suryani,2005).

Perbedaan dengan penelitian dua metode yang digunakan desktiptif

kuantitatif, sedangkan penelitian ingin menggunakan metode desktiptif

kualitatif.

Persamaan dengan penelitian tiga sama – sama menggunakan

metode kualitatif. sedangkan teori penelitian tiga berbeda dengan teori yang

digunakan peneliti saat ini karena penelitian tiga menggunakan teori

konseling kognitif behavioral (aaron T Beck,1964).


8

2.2 Komunikasi Terapeutik

Menurut Northouse (Suryani, 2005) komunikasi terapeutik adalah

kemampuan atau keterampilan perawat (dalam konteks penelitian ini

konselor) untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi

gangguan psikologis, serta belajar bagaimana berhubungan dengan orang

lain. Stuart dan Laraia (Suryani, 2005) menyatakan bahwa hubungan

terapeutik perawat (konselor) dengan klien merupakan hubungan

interpersonal yang saling menguntungkan sehingga perawat (konselor) dan

klien memperoleh pengalaman belajar bersama serta memperbaiki

pengalaman emosional klien. Kemudian disebutkan pula menurut Hibdon

(Suryani, 2005) menyimpulkan bahwa pendekatan konseling yang

memungkinkan klien menemukan siapa dirinya merupakan fokus dari

komunikasi terapeutik. Jadi komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang

dirancang untuk tujuan terapi.

a. Tujuan Komunikasi Terapeutik

Menurut Suryani (2015), komunikasi terapeutik bertujuan untuk

mengembangkan pribadi klien ke arah yang lebih positif atau adaptif.

Tujuan lain dari komunikasi terapeutik yaitu :

1 Realisasi Diri, Penerimaan Diri, dan Peningkatan

Penghormatan. Komuikasi terapeutik diharapkan dapat

mengubah sikap dan perilaku klien. Klien yang merasa rendah

diri, setelah berkomunikasi terapeutik dengan perawat

(konselor) akan mampu menerima dirinya.


9

2 Kemampuan Membina Hubungan Interpersonal yang Tidak

Superfisial dan Saling Bergantung dengan Orang Lain.

Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar cara menerima

dan diterima orang lain. Menurut Hibdon (Suryani, 2005)

dengan komunikasi terbuka, jujur, serta menerima klien apa

adanya, perawat (konselor) akan dapat meningkatkan

kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya.

Hubungan terapeutik dalam proses interaksi antara konselor

dan klien merupakan area untuk mengekspresikan kebutuhan,

memecahkan masalah, dan meningkatkan kemampuan koping

klien.

3 Peningkatan Fungsi dan Kemampuan untuk Memuaskan

Kebutuhan serta Mencapai Tujuan yang Realistik. Klien

terkadang menetapkan standar diri terlalu tinggi tanpa

mengukur kemampuannya sehingga ketika tujuannya tidak

tercapai, klien akan merasa rendah diri dan kondisinya

memburuk.

4 Peningkatan Identitas dan Integritas Diri. Keadaan sakit terlalu

lama cenderung menyebabkan klien mengalami gangguan

identitas dan intergritas dirinya sehingga tidak memiliki rasa

percaya diri dan merasa rendah diri.


10

b. Tahapan Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik dalam pelaksanaannya memiliki beberapa

tahapan. Suryani (2015) memaparkan struktur dalam proses

komunikasi terapeutik terdiri dari 4 tahap yaitu :

1 Persiapan (pra interaksi) : konselor menggali perasaan,

mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Konselor

mencari informasi tentang klien dan kemudian merancang

strategi untuk pertemuan pertama dengan klien.

2 Perkenalan (orientasi) : Membina rasa saling percaya,

merumuskan kontrak bersama klien, menggali pikiran,

merumuskan tujuan.

3 Kerja : Konselor dan klien bekerja sama untuk mengatasi

masalah yang dihadapi klien (eksplorasi, refleksi, berbagi

persepsi, memfokuskan dan menyimpulkan).

4 Terminasi (sementara atau akhir) : Evaluasi, tindak lanjut

terhadap interaksi, membuat kontrak untuk pertemuan

selanjutnya.

2.3 Bimbingan dan Konseling

Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata

“guidance” yang berasal dari kata kerja “to guide”, yang mempunyai arti

“menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu“ (Jamal

Makmur Asmani, 2010 ). Sedangkan secara terminologi, menurut Moh Surya

sebagaiman dikutip oleh Hallen bahwa “bimbingan adalah suatu proses


11

pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing

kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian” (Hallen A, 2002).

Prayitno dkk mencoba menjelaskan arti bimbingan sebagai berikut :

“Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang

yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak,

remaja, maupun dewasa. Agar orang yang dibibing dapat mengembangkan

kemapmpuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan

invidu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-

norma yang berlaku”. (Prayitno dan Erman Amti, 2008).

Dari beberapa penjelasan mengenai bimbingan dari para ahli dapat

ditarik kesimpulan bahwa bimbingan merupakan suatu proses yang

berkesinambungan, sehingga bantuan itu diberikan secara sistematis,

berencana, terus-menerus, dan terarah pada tujuan tertentu. selanjutnya

bimbingan juga memberikan bantuan kepada setiap individu yang

memerlukannya baik ia anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua.

Dengan demikian kegiatan bimbingan bukanlah kegiatan yang dilakukan

secara kebetulan, sewaktu-waktu, tidak sengaja, atau asal-asalan.

Sedangkan konseling berasal dari bahasa inggris ”to counsel” yang

secara etimologis berarti “to give advice” atau memberi saran dan nasihat.

Disamping itu istilah bimbingan yang selalu dirangkaikan dengan istilah

konseling itu merupakan suatu kegiatan yang integral. Konseling merupakan

salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan diantara bebrapa teknik lainnya

(Jamal Makmur Asmani, 2010). Sedangkan secara terminologi diartikan


12

sebagai “ proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara

konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada invidu yang sedang

mengalami masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah

yang dihadapi oleh klien (Prayitno dan Erman Amti, 2008).

Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan

bimbingan dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui

wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara

guru pembimbing/konselor dengan klien yang bertujuan agar mampu

memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.

Bimbingan dan konseling juga merupakan program sekolah yang

sangat penting adanya di setiap sekolah. Bimbingan dan konseling bertujuan

untuk membina kepribadian serta akhlak siswa, karena siswa pada umumnya

berada pada tahap puber maka bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan

agar siswa terhindar dari perbuatan yang melanggar norma-norma dan

bantuan yang diberikan oleh seorang konselor adalah bantuan yang bersifat

psikologis. Konseling bertujuan membantu individu untuk mengadakan

interpretasi fakta-fakta mendalami arti nilai hidup pribadi, kini dan

mendatang.konseling memberikan bantuan kepada individu untuk

mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku.

(Syamsu Yusuf dan A.Juntika Nurihsan, 2010).

Dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, disini

guru pembimbing dituntut mempunyai peran yang cukup untuk membimbing

anak didik. Guru pembimbing tidak hanya berkepentingan kepada siswa yang
13

bermasalah saja akan tetapi juga untuk mengembangkan kemampuan siswa

secara optimal serta membantu atau membina mental, sikap dan tingkah laku

menuju kearah yang lebih baik.

2.4 Kerangka Pemikiran

Bimbingan Konseling kelas X IPA 3


SMAN 01 Kota Bengkulu

Permasalahan pada siswa kelas X IPA 3


1. Merokok 3. Menganggu Teman
2. Bolos 4. Melawan Guru

Teori Komunikasi Terapeutik Northouse (Dalam Suryani,


2005) Tahapan Komunikasi Terapeutik yang terdiri dari :
a. Persiapan (Pra Interaksi)
b. Perkenalan (Orientasi)
c. Kerja
d. Terminasi

Proses Komunikasi Terapeutik Dalam Bimbingan


Konseling Di Kelas X IPA 3 SMAN 01 Kota Bengkulu

Melalui proses komunikasi terapeutik dapat membina


kepribadian dan akhlak siswa menjadi lebih baik

Kerangka pemikiran merupakan serangkaian konsep yang akan dilakukan

oleh peneliti. Penelitian ini meneliti kelas X IPA 3 SMAN 01 Kota Bengkulu.

Teori yang dipakai untuk penelitan adalah Northouse (Suryani, 2005)


14

komunikasi terapeutik. Teori ini memiliki empat tahapan yaitu perkenalan

( pra interaksi), perkenalan (orientasi), kerja, dan terminasi. Tujuan dari

penelitian ini adalah bagaimana Proses Komunikasi Terapeutik Dalam

Bimbingan Konseling Di Kelas X IPA 2 SMAN 01 Kota Bengkulu. Melalui

proses komunikasi terapeutik tersebut untuk membina kepribadian dan akhlak

siswa menjadi lebih baik.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini berjudul “Komunikasi Terapeutik Dalam Bimbingan

Konseling Di SMAN 01 Kota Bengkulu” ditulis secara deskriptif kualitatif.

Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2008) metode kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara menyeluruh

dan utuh. Penulisan ini dilakukan dengan mengumpulkan data berupa kata-

kata yaitu hasil wawancara yang berkemungkinan menjadi sebuah kunci.

Hasil penelitian berupa kutipan dari transkrip hasil wawancara yang telah

diolah dan kemudian disajikan secara deskriptif dalam bentuk penjabaran

kata-kata.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian yang

mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai

kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia. Penelitian ini tidak

mengutamakan banyaknya populasi, jika data yang terkumpul sudah

mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu

mencari informan lainnya.

Penggunaan metode kualitatif ini yaitu melalui wawancara, metode ini

digunakan karena beberapa pertimbangan diantaranya metode ini lebih sesuai

digunakan apabila berhadapan dengan kenyataan yang bersifat jamak, dalam

15
16

metode ini disajikan secara langsung antara peneliti dengan informan

(Moleong, 2008:11). Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap, hal ini

dilakukan untuk memperoleh data secara lengkap pengambilan keterangan

dari Guru Bimbingan Konseling dan siswa kelas X IPA 2 Di SMAN 01 Kota

Bengkulu diambil dengan cara berkomunikasi secara langsung melalui

wawancara mendalam. Sifat penelitian kualitatif ini mengarah pada sumber

data yang berasal dari informan atau subjek penelitian melalui wawancara

mengenai Bimbingan Konseling di SMAN 01 Kota Bengkulu.

3.2 Informan Penelitian

Menurut Moleong (2006;132) dalam buku Metode Penelitian

Kualitatif,”Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian.” Selain itu

Andi (2010;147) dalam buku Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data

Penelitian Kualitatif menjelaskan bahwa, “Informan adalah orang yang

diperkirakan menuasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari

suatu objek penelitian”.

Informan penelitian ini adalah salah satu Guru Bimbingan Konseling

dan beberapa siswa dari kelas X IPA 3 SMAN 01 Kota Bengkulu yang akan

diwawancara dalam penelitian. Informan penelitian ada 1 guru dan 3 siswa

yang berada di SMAN 01 Kota Bengkulu. Untuk mendapat informasi tentang

Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik dalam Bimbingsn Konseling di SMAN

01 Kota Bengkulu, apa saja yang mereka siapkan untuk Komunikasi

Terapeutik dalam Bimbingan Konseling.


17

3.2.1 Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan menggunakan purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

yang didasarkan dengan pertimbangan tertentu yang berkaitan dengan

studi kasus yang diteliti dan tujuan peneliti (Sugiyono, 2013). Adapun

kriteria informan yang peneliti tentukan adalah sebagai berikut :

1. Eva Sefty Sari sebagai Guru Bimbingan Konseling di

kelas X IPA 3 SMAN 01 Kota Bengkulu yang sudah

menjadi guru Bimbingan Konseling (BK) di SMAN 01

Kota Bengkulu selama tujuh tahun.

2. Hafis Gerhana Cahyadi sebagai Murid di kelas X IPA 3

SMAN 01 Kota Bengkulu. Masalah yang dilakukan

seperti merokok dan bolos. Orang tua ia juga sudah

pernah dipanggil ke sekolah.

3. M. Zacki Adi Vatriansyah sebagai Murid di kelas X IPA

3 SMAN 01 Kota Bengkulu. Masalah yang dilakukan

seperti merokok dan bolos. Orang tua ia juga sudah

pernah dipanggil ke sekolah.

4. M. Zhefindo sebagai Murid di kelas X IPA 3 SMAN 01

Kota Bengkulu. Masalah yang dilakukan seperti

merokok dan bolos. Orang tua ia juga sudah pernah

dipanggil ke sekolah.
18

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Ulber Silalahi (2009: 280) pengumpulan data adalah satu

proses mendapatkan data empiris melalui responden dengan menggunakan

metode tertentu. Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa proses

pengumpulan data adalah proses untuk mengumpulkan berbagai hal yang

akan digunakan sebagai bahan penelitian.

Data merupakan bahan penting yang digunakan oleh peneliti untuk

menjawab pertanyaan atau menguji hipotesis dan mencapai tujuan penelitian.

Oleh karena itu, data dan kualitas data merupakan pokok penting dalam

penelitian karena menentukan kualitas hasil penelitian. Data diperoleh dari

suatu proses yang disebut pengumpulan data.

3.3.1 Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik mengumpulkan data,

dimana penulis melakukan pengamatan secara langsung kepada objek

penelitian untuk melihat dari dekat suatu kegiatan yang dilakukan

(Ridwan 2004).

Observasi dilakukan ditempat yang dijadikan objek penelitian

yakni di tempat ruangan bimbingan konseling di SMAN 01 Kota

Bengkulu. Bukti observasi sering kali bermanfaat memberikan

informasi tambahan tetang topik yang diteliti. Observasi dapat

menambah dimensi-dimensi baru untuk pemahaman konteks maupun

fenomena yang akan diteliti.


19

3.3.2 Wawancara

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2015) wawancara

adalah pertemuan yang dilakukan oleh dua orang untuk bertukar

informasi mupun suatu ide dengan cara tanya jawab, sehingga dapat

dikerucutkan menjadi sebuah kesimpulan atau makna dalam topik

tertentu. Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian

terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah

wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in– depth interview)

adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan

informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa

menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan

informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Beberapa

hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai

responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas

pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal.

3.3.3 Dokumentasi

Menurut sugiyono (2013), dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu.Dokumen biasa berbentuk tulisan,

gambar, atau karya–karya monumental dari seorang.Dokumen yang

berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan(life

histories), biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen berbentuk gambar


20

misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain–lain. Dokumen yang

berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar,

patung, film dan lain–lain.Studi dokumen merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian

kualitatif.

3.4 Teknik Analisa Data

Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh

adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan

rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori/struktur

klasifikasi. Data bisa saja dikumpulkan dalam aneka macam cara (observasi,

wawancara, dokumentasi) dan biasanya diproses terlebih dahulu sebelum siap

digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih-tulis),

tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun

ke dalam teks yang diperluas, dan tidak menggunakan perhitungan matematis

atau statistika sebagai alat bantu analisis.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan Teori Komunikasi

Terapeutik karena teori ini dianggap sesuai dengan objek penelitian dan

masalah yang diteliti dalam penelitian dengan berfokus pada 4 tahapan yaitu :

persiapan (pra interaksi), perkenalan (orientasi), kerja, dan terminasi

(sementara atau akhir).

Menurut Miles dan Huberman (dalam Silalahi, 2009: 339),

kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara

bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan


21

atau verivikasi. Terjadi secara bersamaan berarti reduksi data , penyajian

data, dan penarikan kesimpulan atau verivikasi sebagai sesuatu yang saling

jalin-menjalin merupakan proses siklus dan interaksi pada saat sebelum,

selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar yang

membangun wawasan umum yang disebut “analisis”. Teknik analisis data

yang digunakan dalam penelitian kualitatif mencakup transkip hasil

wawancara, reduksi data, analisis, interpretasi data dan triangulasi. Dari

hasil analisis data yang kemudian dapat ditarik kesimpulan. berikut ini

adalah teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti. Aktivitas dalam

analisis meliputi :

a. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan

transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di

lapangan. Kegiatan reduksi data berlangsung terus-menerus,

terutama selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung

atau selama pengumpulan data. Selama pengumpulan data

berlangsung, terjadi tahapan reduksi, yaitu membuat ringkasan,

mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, membuat

partisi, dan menulis memo. Reduksi data merupakan suatu bentuk

analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data sedemikian

rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan


22

diverivikasi. Reduksi data atau proses transformasi ini berlanjut

terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap

tersusun. Jadi dalam penelitian kualitatif dapat disederhanakan dan

ditransformasikan dalam aneka macam cara yaitu, melalui seleksi

ketat, melalui ringkasan atau uraian sigkat, menggolongkan dalam

suatu pola yang lebih luas, dan sebagainya.

b. Penyajian Data

Penyajian data merupakan kegiatan terpenting yang kedua

dalam penelitian kualitatif. Penyajian data yaitu sebagai

sekumpulan informasi yang tersusun member kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Ulber Silalahi,

2009). Penyajian data yang sering digunakan untuk data kualitatif

pada masa yang lalu adalah dalam bentuk teks naratif dalam

puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan halaman. Akan tetapi, teks

naratif dalam jumlah yang besar melebihi beban kemampuan

manusia dalam memproses informasi. Manusia tidak cukup mampu

memproses informasi yang besar jumlahnya, kecenderungan

kognitifnya adalah menyederhanakan informasi yang kompleks ke

dalam kesatuan bentuk yang disederhanakan dan selektif atau

konfigurasi yang mudah dipahami. Penyajian data dalam kualitatif

sekarang ini juga dapat dilakukan dalam berbagai jenis matriks,

grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang untuk

menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang


23

padu padan dan mudah diraih. Jadi, penyajian data merupakan

bagian dari analisis.

c. Verifikasi Data

Verifikasi data menjadi bagian yang penting pada saat

melakukan penyusunan hasil penelitian. Baik itu dengan

mempergunakan penelitian kualitatif ataupun dalam

menyelesaikan penelitian kuantitatif. Hal ini dengan alasan ialah

memberikan bukti bahwasanya laporan yang akan kita buat benar-

benar dapat dipertangungjawabkan.

Verifikasi sejatinya merupakan proses yang dilakukan oleh

seorang penelitian untuk memastikan bahwa teknik pengumpulan

data dalam database laporan penelitian kita yang kita buat tidak

memiliki atau mengurangi kesalahan sesedikit mungkin, atau

dengan kata lain verifikasi dilakukan untuk memastikan bahwa data

yang dimasukkan sama dengan data dari sumber asli.


DAFTAR PUSTAKAs

Dewi, Retasari. 2015. Komunikasi Terapeutik Konselor Laktasi Terhadap Klien


Relaktasi. Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 3, No. 2, Desember 2015,
Halaman 192-211. Bandung : Universitas Padjajaran.
Fitriarti, E. A. (2017). Komunikasi terapeutik dalam konseling (studi deskriptif
kualitatif tahapan komunikasi terapeutik dalam pemulihan trauma korban
kekerasan terhadap istri di Rifka Annisa Women’s Crisis Center
Yogyakarta). Profetik: Jurnal Komunikasi, 10(1), 83-99.
Hikmawati, F. (2016). Bimbingan dan konseling. Rajawali Press.
Ismiyatun, N. (2017). Hubungan Pemberian Komunikasi Terapeutik Dengan
Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Di Rumah Sakit Umum Daerah
Tugurejo Semarang (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Semarang).
Kusuma, Andra Widya. 2016. Komunikasi Terapeutik Pasien Skizofrenia : Studi
Deskriptif Kualitatif antara Perawat dan Pasien di Rumah Sakit Jiwa
Grahasia Yogyakarta. Yogyakarta : Program studi Ilmu Komunikasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga.
Kamaluddin, H. (2011). Bimbingan dan konseling sekolah. Jurnal pendidikan dan
kebudayaan, 17(4), 447-454.
Muzayanah, A. (2020). Pengaruh Bimbingan Agama Orang Tua terhadap
Perilaku Keberagamaan Anak di Desa Sidomulyo Kecamatan Kaliori
Kabupaten Rembang (Doctoral dissertation, IAIN KUDUS).
Rozak, A., Fathurrochman, I., & Ristianti, D. H. (2018). Analisis Pelaksanaan
Bimbingan Belajar dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa. JOEAI
(Journal of Education and Instruction), 1(1), 10-20.
Siti, M., Zulpahiyana, Z., & Indrayana, S. (2016). Komunikasi terapeutik perawat
berhubungan dengan kepuasan pasien. JNKI (Jurnal Ners dan Kebidanan
Indonesia)(Indonesian Journal of Nursing and Midwifery), 4(1), 30-34.
Transyah, C. H., & Toni, J. (2018). Hubungan penerapan komunikasi terapeutik
perawat dengan kepuasan pasien. Jurnal Endurance, 3(1), 88-95.
Widyaningrum, Rachmawati. 2014. Komunikasi Terapeutik Konselor Adiksi pada
Korban Penyalahgunaan Narkoba di Rumah Palma Therapeutic
Community Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Kajian Komunikasi,
Volume 2, No. 2, Desember 2014, halaman 173-185. Bandung : Program
Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM).
YOLANDA, F. R. (2016). PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING DALAM
MENGATASI PERMASALAHAN BELAJAR SISWADI MIN
PURWOKERTO (Doctoral dissertation, IAIN).

Anda mungkin juga menyukai