Disusun Oleh :
Dinda Elika (0202201028)
Irna Yulistia (0202201021)
Sem. VII / PM A
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
T.A 2023/2024
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ilmu politik hukum merupakan disiplin ilmu yang hidup dan
dinamis bergantung pada dimana ia lahir, kapan ia lahir dan mengapa ia
lahir, jika diberikan batasan atau definisi, ilmu itu akan mati dan kaku
tidak hidup lagi
Politik hukum adalah merupakan kebijakan dari negara yang
disusun oleh badan-badan negara dalam bentuk peraturan perundang-
undangan. Politik hukum merupakan kebijakan dasar yang menentukan
arah, bentuk, maupun isi dari hukum yang akan dibentuk sebagai suatu
perwujudan kehendak negara mengenai hukum yang berlaku di
wilayahnya pada masa kini (ius constitutum), maupun mengenai hukum
yang akan diberlakukan di masa datang (ius constituendum).
Oleh karena itu politik hukum harus bisa menjadi suatu alat yang
dapat digunakan oleh pemerintah untuk menciptakan suatu sistem hukum
nasional yang dikehendaki yang akan mendorong pada percepatan
terwujudnya cita-cita bangsa dan negara. Atas dasar hal itu maka
pembaharuan politik hukum nasional Indonesia harus bertujuan untuk
membentuk / menyusun / menetapkan system hukum nasional Indonesia
yang akan berlaku di Wilayah Negara Republik Indonesia, dan sebagai alat
untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4(empat).1
2. Rumusan Masalah
1) Apa Pengertian Politik Hukum Nasional ?
2) Apa Tujuan Politik Hukum Nasional ?
3) Bagaimana Sistem Hukum Nasional ?
4) Bagaimana Hukum Demokratis dan Responsive ?
5) Cita-cita Bangsa Indonesia ?
1
Abdul Gani Abullah, Catatan Kuliah Politik Hukum (Jakarta: Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta), diakses pada tanggal 19
November 2023
2
3. Tujuan Penulisan
1) Untuk Mengetahui Pengertian Politik Hukum Nasional ?
2) Untuk Mengetahui Tujuan Politik Hukum Nasional ?
3) Untuk Mengetahui Bagaimana Sistem Hukum Nasional ?
4) Untuk Mengetahui Bagaimana Hukum Demokratis dan
Responsive ?
5) Untuk Mengetahui Cita-cita Bangsa Indonesia ?
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Politik Hukum Nasional
Istilah politik hukum merupakan suatu kombinasi antara istilah
politik dan hukum. Dimana dari kedua istilah tersebut memiliki kajian
tersendiri di dalam rumpun pengembangan disiplin termasuk dalam kajian
ilmu politik atau termasuk kajian ilmu hukum. Para ahli hukum sepakat
bahwa kajian yang dikembangkan dalam disiplin ilmu hukum merupakan
bagian dari disiplin ilmu hukum khususnya hukum tata negara.
Hal itu sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Sri Soemantri
M, yang mengatakan bahwa politik hukum sebagai bagian dari kajian
hukum tata negara. Secara konseptual, kinerja disiplin politik hukum tidak
berhenti pada tataran teoritis saja, tetapi sesuai dengan sifatnya yang
praktis fungsional, disiplin hukum ini dimanfaatkan untuk membentuk
peraturan perundang-undangan yang notabene menjadi wewenang dari
segi khusus disiplin ilmu hukum yang dibentuknya. Bentuk khusus dalam
kajian itu adalah hukum tata negara.
Ada beberapa pandangan yang telah diungkapkan oleh para ahli
hukum berkenaan dengan pengertian politik hukum diantaranya, menurut
Padmo Wahdjono mendefinisikan politik hukum adalah sebagai kebijakan
dasar yang menentukan arah, bentuk, maupun isi dari hukum yang akan
dibentuk.2
2
Prof Dr. H. Faried Ali SH. Hukum Tata pemerintahan(Yogyakarta:Akademika,
2003), h. 73
3
Politik Hukum diartikan sebagai "kebijakan dasar penyelenggara
negara dalam bidang hukum yang akan, sedang, telah berlaku, yang
bersumber dari nilai-nilai yang berlaku di masyarakat untuk mencapai
tujuan Negara yang dicita-citakan."
Adapun kata “Nasional” sendiri diartikan sebagai wilayah
berlakunya politik hukum itu. Dalam hal ini yang dimaksud adalah
wilayah yang tercakup dalam kekuasaan Negara Republik Indonesia. Dari
pengertian tersebut, yang dimaksud dengan politik hukum nasional adalah
kebijakan dasar penyelenggara (Republik Indonesia) dalam bidang hukum
akan, sedang dan berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan negara
(Republik Indonesia) yang dicita-citakan. Dari pengertian tersebut ada
lima agenda yang ditekankan dalam politik hukum nasional, yaitu:
1. Masalah kebijakan dasar yang meliputi konsep dan letak,
2. Penyelenggara negara pembentuk kebijakan dasar terssebut,
3. Materi hukum yang meliputi hukum akan, sedang dan telah
berlaku,
4. Proses pembentukan hukum,
5. Tujuan politik hukum nasional3
3
Imam Syaukani, Dasar-dasar Politik Hukum, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2006), h. 58
4
yang hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh
suatu pemerintahan negara tertentu. Politik Hukum Nasional
meliputi:
a) Pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada secara
konsisten.
b) Pembangunan hukum yang intinya adalh pembaharuan
terhdap ketentuan hukum yang telah ada dan yang
dianggap usang, dan penciptaan ketentuan hukum baru
yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan perkembangn
yang terjadi dalam masyarakat.
c) Penegasan fungsi lembaga penegak atau pelaksana hukum
dan pembinaan anggotanya.
d) Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat menurut
persepsi kelompok elit pengambil kebijakan.4
Jadi, Politik hukum nasional adalah sebagai pedoman dasar bagi segala
bentuk dan proses perumusan, pembentukan dan pengembangan hukum di
tanah air. Bila politik hukum nasional merupakan pedoman dasar bagi
segala bentuk dan proses perumusan, pembentukan dan pengembangan
hukum di tanah air, dapat dipastikan politik hukum nasional harus
dirumuskan pada sebuah peraturan perundang-undangan yang bersifat
mendasar pula, bukan pada sebuah peraturan perundang-undangan yang
bersifat teknis.
4
Abdul Hakim Garuda Nusantara, Politik Hukum Nasional, Jakarta, Gramedia,
h. 77
5
tujuan yang secara kolektif menonjol. Memiliki tujuan, didahului oleh
proses pemilihan tujuan diantara berbagai tujuan yang mungkin. Dengan
demikian, dalam politik juga merupakan aktifitas yang memilih suatu
tujuan sosial tertentu.
Dalam hukum, kita juga akan dihadapkan pada persoalan yang
serupa, yaitu dengan keharusan untuk menentukan suatu pilihan mengenai
tujuan maupun cara-cara yang hendak dipakai untuk mencapai tujuan
tersebut. Pada saat dibicarakan hukum sebagai fenomena sosial, persoalan-
persoalan tersebut juga sedikit anyak telah disinggung. Hukum bukanlah
suatu lembaga yang sama sekali otonom, melainkan pada kedudukan yang
kait-mengait dengan sektor-sektor lain dalam kehidupan masyarakat. Salah
satu segi dari keadaan yang demikian itu adalah bahwa hukum harus
senantiasa melakukan penyesuaian terhadap tujuan-tujuan yang ingin
dicapai oleh masyarakatnya. Dengan demikian, hukum mempunyai
dinamika. Politik hukum merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terjadinya dinamika yang demikian itu, karena ia diarahkan kepada iore
constituendo, hukum yang harus berlaku. 5
Selanjutnya bahwa politik hukum yang sesungguhnya memiliki
tujuan mulia yang ingin dicapai masyarakat, bangsa, dan negara. Politik
hukum memiliki beban sosial suatu masyarakat, bangsa, dan negara untuk
mewujudkan cita-cita bersama. Kebijakan hukum yang dikeluarkan tidak
boleh ditunggangi oleh kepentingan pihak tertentu untuk mengabdi pada
kepentingannya sendiri.
5
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, cet. Ke-7 (Bandung, PT. Citra Aditya
Bakti,2012), h.297-398
6
2. Dengan sistem hukum nasional itu akan diwujudkan cita-cita
bangsa Indonesia yang lebih besar.
6
Ibid, hlm:23
7
mempersatukan seluruh unsur bangsa dengan semua ikatan
promordialnya, meletakkan kekuasaan di bawah kekuasaan
rakyat,membangun keadilan sosial.
4) Politik hukum nasional harus dipandu oleh keharusan untuk
melindungi semua unsur bangsa demi integrasi atau keutuhan
bangsa yang mencakup ideologi dan teritori, mewujudkan
keadilan sosial dalam ekonomi dan kemasyarakatan,
mewujudkan demokrasi (kedaulatan rakyat) dan nomokrasi
(kedaulatan hukum), menciptakan toleransi hidup beragama
berdasarkan keadaban dan kemanusiaan.
7
Mahfud MD, 2010, Membangun Politik Hukum Menegakkan Konstitusi,
Rajawali Pers, Jakarta, h. 22
8
hukum yang demikian, mempertemukan unsur-unsur baik dari tiga sistem
nilai dan meletakkannya dalam hubungan keseimbangan, yakni:
keseimbangan antara individualisme dan kolektifisme, keseimbangan
antara rechtsstaat dan the rule of law, keseimbangan anatara hukum
sebagai alat untuk memajukan dan hukum sebagai cermin nilai-nilai yang
hidup di dalam masyarakat, keseimbangan antara negara agama dan
negara sekuler (theo-demokratis) atau religius nation state.
9
dahulu. Dalam konteks yang demikian itulah kemudian diperlukan strategi
dalam upaya membangun hukum yang dikehendaki oleh masyarakat dan
hukum yang berpihak pada Masyarakat.
Produk hukum yang berkarakter responsif mensyaratkan sesuatu
yang lebih daripada sekedar keadilan procedural tetapi mampu mengenali
keinginan masyarakat. Produk hukum yang berkarakter responsif adalah
produk hukum yang karakternya mencerminkan pemenuhan atas tuntutan-
tuntutan individu-individu maupun berbagai kelompok sosial di dalam
masyarakat sehingga lebih mampu pula mencerminkan rasa keadilan
dalam masyarakat. Ada dua indikatornya yaitu (Mahfud, Konfigurasi
Politik dan Karakter Produk Hukum, Otoriter dan Konservatif, 1995):8
1) Pada konfigurasi politik demokratis,parpol dan lembaga perwakilan
rakyatnya dominan dalam dalam menentukan haluan negara, ada
jaminan kebebasan pers untuk menggali, mengolah dan
menyampaikan informasi kepada masyarakat, dana Lembaga
eksekutifnya cnderung menempatkan diri sebagai lembaga yang
melaksanakan kehendak-kehendak rakyat dikristalkan
melaluikonststasi yang fair.
2) Pada produk hukum yang berkarakter responsif pada umumnya
dibuat melalui proses partisipatif dengan mengundang partisipasi
masyarakat dan lembaga peradilan untuk turut menentukannya,
diberi fungsi aspiratif untuk menampung sebanyak mungkin
aspirasi masyrakat sehingga isinya mencerminkan kehendak dan
aspirasi masyaraakat, dan muatan materinya limitatif dalam arti
cukup rinci dan jelas sehingga tidaak dapat ditafsirkan secara
sepihak oleh lembaga eksekutif (pemerintah)
8
Ibid.
10
memberikan wadah kepada masyarakat untuk turut memberikan
aspirasinya dalam proses pembentukan produk hukum.
9
Mahfud MD, 2010, Membangun Politik Hukum Menegakkan Konstitusi,
Rajawali Pers, Jakarta, h. 31
11
c) mempersatukan seluruh unsur bangsa dengan semua
ikatan primordialnya,
d) meletakkan kekuasaan dibawah kekuasaan rakyat,
e) membangun keadilan sosial.
4) Agak mirip dengan butir 3, jika dikaitkan dengan cita hukum
negara Indonesia, politik hukum nasional harus dipandu oleh
keharusan untuk;
a) melindungi semua unsur bangsa demi integrasi atau
keutuhan bangsa yang mencakup ideologi dan teritori,
b) mewujudkan keadilan sosial dalam ekonomi dan
kemasyarakat,
c) mewujudkan demokrasi (kedaulatan rakyat) dan
nomokrasi (kedaulatan hukum),
d) menciptakan toleransi hidup beragama berdasar
keadaban dan kemanusian.
5) Untuk meraih cita dan mencapai tujuan dengan landasan dan
panduan tersebut, maka sistem hukum nasional yang harus
dibangun adalah sistem hukum Pancasila, yakni sistem hukum
yang mengambil atau memadukan berbagai nilai kepentingan,
nilai sosial, dan konsep keadilan ke dalam satu ikatan hukum
prismatik dengan mengambil unsur-unsur baiknya. 10
10
Ibid.
12
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Politik hukum harus bisa menjadi suatu alat yang dapat digunakan
oleh pemerintah untuk menciptakan suatu sistem hukum nasional yang
dikehendaki yang akan mendorong pada percepatan terwujudnya cita-cita
bangsa dan negara.
Atas dasar hal itu maka pembaharuan politik hukum nasional
Indonesia harus bertujuan untuk membentuk /menyusun /menetapkan
sistem hukum nasional Indonesia yang akan berlaku di Wilayah Negara
Republik Indonesia, dan sebagai alat untuk mewujudkan cita-cita Bangsa
Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945
alinea ke-4(empat).
2. Saran
Jika ditinjau ulang, tentu didalam makalah ini tidak akan lepas dari
koreksi para pembaca. Karena kami menyadari apa yang kami sajikan ini
sangatlah jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar nantinya
makalah ini akan menjadi lebih sempurna dan baik untuk dikomsumsi bagi
yang membacanya
13
D. DAFTAR PUSTAKA
Rahardjo, Satjipto. Ilmu Hukum. cet. Ke-7 (Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti. 2012)
14