Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS G-20 ATAU GROUP OF TWENTY TERHADAP SISTEM

POLITIK INDONESIA DITINJAU DARI SUDUT PANDANG EKONOMI

MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA

KELAS A

Oleh:

VITA SEPTIRIANI

B2A022037

PROGRAM STUDI PASCASARJANA ILMU HUKUM

UNIVERSITAS BENGKULU

BENGKULU

2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI .............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A.Latar Belakang .................................................................................................. 1
B.Rumusan Masalah ............................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5
A.Sejarah Pembentukan Dan Pelaksanaan G-20 Atau Group Of Twenty Di
Indonesia.............................................................................................................. 5
B.Analisis Dampak Dari G-20 Atau Group Of Twenty Terhadap Sistem Politik
Indonesia Ditinjau Dari Sudut Pandang Ekonomi............................................... 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 14
Kesimpulan ......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Adanya krisis global yang melanda negara Asia, Amerika Latin, dan

Rusia merupakan latar belakang dalam pembentukan G-20 atau (Group of

Twenty). G-20 atau (Group of Twenty) sendiri merupakan nama dari sebuah

organisasi informal yang dibentuk pada September 1999. Negara yang

menjadi anggota G-20 yaitu Agrentina, Australia, Brasil, Kanada, China,

Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi,

Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni

Eropa. Tujuan utama G-20 adalah menghimpun para pemimpin negara

ekonomi maju dan berkembang utama dunia untuk mengatasi tantangan

ekonomi global.

Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani (oikos) berarti keluarga atau

rumah tangga dan (nomos) yang berarti peraturan, aturan, hukum, dan secara

besar diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga.

Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah orang

yang menggunakan konsep ekonomi dan data dalam bekerja.1

Sejauh menyangkut perekonomian, pada umumnya dikenal tiga usaha

pokok yang harus dilaksanakan oleh suatu pemerintah. Pertama, mengatur

kegiatan ekonomi secara keseluruhan melalui usaha-usaha yang mendasari

perkembangan ekonomi, menekan penggangguran, dan menjaga kestabilan

harga. Untuk itu maka kebijaksanaan yang diambil mengatur keseimbangan

1
Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Cet. 8, Rajawali Pers, Jakarta, 2012,
hlm.2.

1
di antara penerimaan pemerintah melalui pajak dengan belanja pemerintah.

Usaha ini biasanya dikenal dengan kebiajakn fiscal. Kedua, membagi kembali

penghasilan nasional kepada masyarakat melalui pajak progresif, sumbangan,

dan subsidi berupa jaminan social bagi penganggur, penderita cacat,

kecelakaan, dan sebagainya. Dan yang ketiga, menyediakan prasarana bagi

perekonomian dalam bentuk fasilitas komunikasi.2

Setiap paham ekonomi memiliki karakter tertentu yang dibedakan

dengan paham lainnya. Suatu paham, termasuk ekonomi, dibangun oleh suatu

tujuan, prinsip, nilai, dan paradigma. Sistem didefinisikan sebagai suatu

organisasi berbagai unsur yang saling berhubungan satu sama lain. Unsur-

unsur tersebut saling mempengaruhi, dan saling bekerjasama untuk mencapai

tujuan tertentu. Dengan pemahaman semacam itu, maka kita bisa

menyebutkan bahwa sistem ekonomi merupakan organisasi-organisasi yang

terdiri dari bagian-bagian yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan.3

Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan untuk memperkuat perekonomian

suatu negara dibuatlah sebuah organisasi yang dikenal dengan G-20 atau

Group Of Twenty.

Latar belakang terbentuk nya G-20 atau Group of Twenty adalah krisis

keuangan Asia yang terjadi sehingga muncul pendapat untuk membentuk

forum yang dapat menghimpun kekuatan-kekuatan ekonomi negara maju dan

berkembang dalam membahas isu-isu penting perekonomian dunia dan

memajukan kerjasama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dunia yang

2
Arbi Sanit, Sistem Politik Indonesia : Kestabilan, Peta Kekuatan Politik, dan
Pembangunan, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hlm. 93.
3
Mustafa Edwin Nasution, dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Kencana, Jakarta,
2016, hlm. 37.

2
stabil. Keduapuluh anggota secara keseluruhan menguasai 80 persen lebih

perekonomian dunia yang ditandai dengan pertumbuhan GNP (Gross

National Product), penguasaan aliran investasi asing, pasar, perdagangan

dunia dan populasi dunia. Asumsi yang diyakini adalah bahwa bila

perekonomian di keduapuluh anggota ini sehat, maka akan sehat pula

perekonomian seluruh dunia. Sehingga, keberhasilan forum ini akan

membawa dampak sistemik yang signifikan bagi negara-negara dan entitas

ekonomi dunia yang saat ini tidak menjadi anggota G-20. Pertumbuhan

ekonomi di keduapuluh anggota ini akan membawa pertumbuhan yang stabil

di negara-negara lain.

Indonesia telah menjadi anggota G-20 atau Group of Twenty sejak forum

intergovernmental ini dibentuk di tahun 1999. Bagi Indonesia klub ekslusif

ini merupakan arena bergengsi tinggi di mana Indonesia dapat mencapai

kepentingan-kepentingan nasionalnya. Pertama, Indonesia merupakan salah

satu negara berkembang yang karena pertumbuhan ekonominya tercatat

cukup penting di antara negara-negara berkembang lainnya dimasukkan

dalam kategori emerging economy, sebagai emerging economy Indonesia

mendapat hak istimewa untuk duduk dalam klub tersebut. Kedua, Indonesia

merupakan Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat setelah China,

Amerika Serikat dan India. Ketiga, mayoritas penduduk Indonesia beragama

Islam dan karenanya dapat memainkan peran potensial untuk menjembatani

perbedaan-perbedaan di antara peradaban dunia. Keempat, Indonesia

merupakan negara demokrasi baru yang dalam proses konsolidasi.

Keanggotaan Indonesia dapat memberikan inspirasi ke negara-negara lain

3
untuk mempromosikan demokrasi dan mempertahankan perumbuhan

ekonomi tinggi. Kelima, secara geografis Indonesia memiliki posisi yang

signifikan. Indonesia merupakan satu-satunya anggota ASEAN yang menjadi

anggota tetap G-20. Tentu saja bisa ditambahkan bahwa Indonesia adalah

salah satu negara berkembang yang di masa lalu pernah terpuruk oleh krisis

ekonomi yang dahsyat dan kini telah berhasil mengatasinya dengan relatif

baik.

Dengan diadakannya G-20 atau Group Of Twenty yang memiliki tujuan

utama untuk menghimpun kekuatan perekonomian negara, maka di

Indonesia tentu memiliki dampak bagi Indonesia sebagai pemegang

Presidensi G-20 atau Group of Twenty di tahun 2022 ini. Oleh karena itu akan

dianalisis lebih lanjut dampak seperti apa yang ditimbulkan dari adanya G-20

atau Group Of Twenty di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah pembentukan dan pelaksanaan G-20 atau Group Of

Twenty di Indonesia ?

2. Bagaimana analisis dampak dari G-20 atau Group Of Twenty terhadap

sistem politik indonesia ditinjau dari sudut pandang ekonomi ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Pembentukan Dan Pelaksanaan G-20 Atau Group Of Twenty Di

Indonesia

Krisis yang terjadi di Asia pada tahun 1997an merupakan sebuah krisis

yang dampaknya meluas secara global. Forum G-20 didirikan pada

September 1999, dimana para menteri keuangan dan gubernur Bank Sentral

G7 ingin adanya perluasan dialogi khususnya mengenai isu ekonomi, yang

kemudian memprakarsai terbentuknya The Group of Twenty Finance

Ministers and Central Bank Governors (G-20). Tujuan utama pembentukan

G-20 atau Group of Twenty adalah menyediakan suatu forum diskusi

permanen yang intensif bagi para pembuat kebijakan keuangan dalam rangka

menciptakan stabilitas keuangan global melalui upaya pencegahan dan

penyelesaian krisis keuangan internasional.4

Negara-negara anggota G-20 atau Group of Twenty berkomitmen untuk

melakukan koordinasi kebijakan fiskal, finansial dan moneter, guna

menjamin pertumbuhan ekonomi yang seimbang di antara mereka.

Kebijakan-kebijakan ini tertuang dalam Kerangka bagi Pembangunan dan

Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan dan Seimbang yang menjadi cetak

biru yang harus diacu oleh stiap anggota G-20 untuk membuat kebijakan

nasional yang terkoordinasi.5

4
Arum Tri Utami, Analisis Efektivitas G-20 Dalam Menangani Krisis Finansial Tahun
2008, Jurnal Insignia, Vol. 3, No. 2, November 2016, hlm. 1
5
Yulius P. Hermawan, dkk, Peran Indonesia Dalam G-20 : Latarbelakang, Peran Dan
Tujuan Keanggotaan Indonesia, Friedrich Ebert Stiftung, Kantor Perwakilan Indonesia
bekerjasama dengan Departemen Hubungan Internasional Universitas Parahyangan, Jakarta, 2011,
hlm. 3.

5
Perkembangan perekonomian dewasa ini khususnya dalam memasuki

akhir dari kuartal I di tahun 2020 menjadi fenomena horor bagi seluruh umat

manusia di dunia. Hal ini dapat dilihat dari organisasi berskala internasional

bidang keuangan yaitu International Monetary Fund dan World Bank

memprediksi bahwa hingga di akhir kuartal I di tahun 2020 ekonomi global

akan memasuki resesi yang terkoreksi sangat tajam. Pertumbuhan ekonomi

global dapat merosot ke negatif 2,8% atau dengan kata lain terseret hingga

6% dari pertumbuhan ekonomi global di periode sebelumnya. Padahal, kedua

lembaga tersebut sebelumnya telah memproyeksi ekonomi global di akhir

kuartal I tahun 2020 akan tumbuh pada persentase pertumbuhan sebesar 3%.

Fenomena horor tersebut terjadi karena munculnya virus baru yang

menjangkit dunia saat ini yaitu Coronaviruses (Covid-19). Covid-19

menyebar begitu cepat ke seluruh penjuru dunia dan berubah menjadi

pandemi yang menakutkan bagi masyarakat dunia. Pandemi Covid-19 yang

telah menyebar pada akhirnya membawa risiko yang sangat buruk bagi

perekonomian dunia termasuk Indonesia khususnya dari sisi pariwisata,

perdagangan serta investasi.6

Indonesia sebagai presidensi G-20 atau Group of Twenty tahun 2022

memiliki tema yaitu "Recover Together, Recover Stronger". Dengan adanya

tema tersebut, Indonesia ingin untuk mengajak seluruh dunia untuk bahu-

membahu, saling mendukung untuk pulih bersama serta tumbuh lebih kuat

dan berkelanjutan. Terdapat beberapa jenis pertemuan yang dilakukan ketika

dilaksanakannya G-20 yaitu pertama, Konferensi Tingkat Tinggi

6
Dito Aditia Darma Nasution, Erlina dan Iskandar Muda, Dampak Pandemi Covid-19
Terhadap Perekonomian Indonesia, Jurnal Benefita, Vol. 2, No.2, Juli 2020, hlm. 213.

6
(KTT)/Summit, merupakan klimaks dari proses pertemuan G-20, yaitu rapat

tingkat kepala negara/pemerintahan. Kedua, Ministerial & Deputies

Meetings/Pertemuan Tingkat Menteri dan Deputi. Diadakan di masing-

masing area fokus utama forum. Pada Finance Track, Ministerial Meetings

dihadiri oleh menteri keuangan dan gubernur bank sentral, yang disebut

Finance Ministers and Central Bank Governors Meetings (FMCBG).

Sementara pertemuan para deputi disebut Finance and Central Bank Deputies

Meetings (FCBD). Ketiga, Kelompok Kerja/Working Groups, beranggotakan

para ahli dari negara G-20, Working Groups menangani isu-isu spesifik yang

terkait dengan agenda G-20 yang lebih luas, yang kemudian dimasukkan ke

dalam segmen kementerian dan akhirnya KTT.

Selain itu terdapat pula agenda prioritas jalur keuangan dalam Presidensi

G-20 atau Group of Twenty Indonesia 2022 yaitu pertama, Exit Strategy to

Support Recovery, membahas bagaimana G-20 melindungi negara-negara

yang masih menuju pemulihan ekonomi dari efek limpahan exit policy yang

diterapkan oleh negara yang lebih dahulu pulih ekonominya. Kedua,

Adressing Scarring Effect to Secure Future Growth, mengatasi dampak

berkepanjangan krisis dengan meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan

jangka panjang, memperhatikan ketenagakerjan, rumah tangga, sektor

korporasi, dan sektor keuangan. Ketiga, Payment System in Digital Era.

Standar pembayaran lintas batas negara (CBP), serta prinsip-prinsip

pengembangan CBDC (General Principles for Developing CBDC). Keempat,

Sustainable Finance, membahas risiko iklim dan risiko transisi menuju

ekonomi rendah karbon, dan sustainable finance (keuangan berkelanjutan)

7
dari sudut pandang makroekonomi dan stabilitas keuangan. Kelima, Financial

Inclusion: Digital Financial Inclusion & SME Finance, memanfaatkan open

banking untuk mendorong produktivitas dan mendukung ekonomi dan

keuangan inklusif bagi underserved community yaitu wanita, pemuda, dan

UMKM, termasuk aspek lintas batas. Dan Keenam, International Taxation,

membahas perpajakan internasional.

B. Analisis Dampak Dari G-20 Atau Group Of Twenty Terhadap Sistem

Politik Indonesia Ditinjau Dari Sudut Pandang Ekonomi

Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia telah sukses menghancurkan

sendi-sendi perekonomian masyarakat, banyak pengusaha kecil dan

menengah yang gulung tikar terkena dampak krisis ekonomi. Seperti halnya

yang dialami oleh masyarakat Indonesia ketika adanya pandemic Covid-19,

dimana banyak perusahaan berhenti beroperasi, pekerja banyak di PHK, dan

menurunnya pendapat para pedagang dalam melaksanakan jual beli.

Selain itu, jika dilihat dari masyarakat Indonesia yang banyak bergerak

dibidang industri usaha kecil dan menengah, tentu saja hal ini semakin

menambah ketidakmampuan masyarakat kecil dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya, baik kebutuhan primer maupun sekunder yang disebabkan oleh

tidak mempunyai mata pencaharian yang layak. Akibatnya, berbagai

permasalahan sosial maupun ekonomi mencuat kepermukaan, salah satunya

diantaranya adalah fenomena kemiskinan, maka pengembangan masyarakat

merupakan suatu gerakan guna menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi

seluruh masyarakat dengan partisipasinya yang aktif. 7 Dengan adanya krisis

7
Nanih Machendrawaty, dkk, Pengembangan Masyarakat Islam, Remaja Rosdakarya,
Bandung, 1994, hlm. 69

8
ekonomi seperti ini, maka diadakanlah G-20 atau Group of Twenty dengan

mengikuti sertakan beberapa negara maju dan negara berkembang salah

satunya yaitu Indonesia diharapkan dapat mengatasi krisis dan permasalahan

terkait dengan perekonomian suatu negara.

Penunjukan Indonesia sebagai pemegang Presidensi G-20 (Group of

Twenty) atau forum kerja sama multilateral 19 negara utama dan Uni Eropa,

sejatinya merupakan bentuk apresiasi dan pengakuan negara-negara besar di

dunia bagi Indonesia. Terpilihnya Indonesia sekaligus menandakan sejarah

baru karena untuk pertama kalinya Indonesia memegang Presidensi G-20

sejak forum G-20 ini dibentuk pada tahun 1999. Terpilihnya Indonesia

sebagai pemegang Presidensi G-20, memiliki nilai strategis bagi pemulihan

ekonomi dan pencapaian Indonesia Maju apabila mampu mengkapitalisasi

peluang dan tantangan dengan kemanfaatan optimal bagi kepentingan

Indonesia.

G-20 atau Group of Twenty memiliki peranan yang sangat strategis di

dalam membahas berbagai isu global terkait pertumbuhan dan perekonomian

serta stabilitas ekonomi dan keuangan, hal ini dikarenakan keanggotaannya

yang terdiri dari kombinasi negara maju dan berkembang, secara keseluruhan

negara-negara G-20 merupakan 66 persen populasi dunia yang menguasai 85

persen Produk Domestik Bruto (PDB) dunia. Selain itu, pertemuan ini juga

dapat dijadikan momentum bagi Indonesia untuk menampilkan keberhasilan

reformasi struktural berupa dikeluarkannya Undang-Undang Cipta Kerja dan

Lembaga Pengelola Investasi (Sovereign Wealth Fund/SWF) serta

mendorong optimalisasi financial inclusion untuk bersama-sama melakukan

9
pengembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk UMKM meningkatkan

inklusi keuangan dan perempuan untuk mencapai presentase 90 persen

ditahun 2024.8

Terdapat beberapa dampak dari adanya G-20 atau Group of Twenty di

Indonesia yaitu Pertama, Presidensi G-20 di tengah pandemi membuktikan

persepsi yang baik Indonesia terhadap krisis. Kedua, adanya G-20 ini

merupakan bentuk pengakuan atas status Indonesia sebagai salah satu negara

dengan perekonomian terbesar di dunia, yang juga dapat merepresentasikan

negara berkembang lainnya. Ketiga, momentum presidensi ini hanya terjadi

satu kali setiap generasi (20 tahun sekali) dan harus dimanfaatkan sebaik

mungkin untuk memberi nilai tambah bagi pemulihan Indonesia, baik dari sisi

aktivitas ekonomi maupun kepercayaan masyarakat domestik dan

internasional. Keempat, Indonesia dapat mengolah agenda pembahasan pada

G-20 agar mendukung dan berdampak positif dalam pemulihan aktivitas

perekonomian Indonesia. Kelima, menjadi kesempatan menunjukkan

kepemimpinan Indonesia di level internasional, khususnya dalam pemulihan

ekonomi global. Dari perspektif regional, Presidensi ini menegaskan

kepemimpinan Indonesia dalam bidang diplomasi internasional dan ekonomi

di kawasan, mengingat Indonesia merupakan satu-satunya negara di ASEAN

yang menjadi anggota G-20. Keenam, membuat Indonesia menjadi salah satu

fokus perhatian dunia, khususnya bagi para pelaku ekonomi dan keuangan.

Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan (showcasing) berbagai

kemajuan yang telah dicapai Indonesia kepada dunia, dan menjadi titik awal

8
https://www.setneg.go.id/baca/index/presidensi_G
20_pemulihan_ekonomi_dan_indonesia_maju diakses pada tanggal 20 November 2022.

10
pemulihan keyakinan pelaku ekonomi pascapandemi, baik dari dalam negeri

maupun luar negeri. Ketujuh, pertemuan-pertemuan G-20 di Indonesia juga

menjadi sarana untuk memperkenalkan pariwisata dan produk unggulan

Indonesia kepada dunia internasional, sehingga diharapkan dapat turut

menggerakkan ekonomi Indonesia.9

Disisi lain, Presidensi G-20 atau Group of Twenty yang dilaksanakan di

Indonesia tentunya memberikan dampak positif bagi Indonesia. Dimana dapat

menciptakan kontribusi US$ 533 juta atau sekitar Rp 7,6 Triliun pada PDB

Indonesia. Selain itu juga terdapat peningkatan konsumsi domestik hingga Rp

1,7 Trilliun. Dalam segi pariwisata tentunya Forum G-20 di Indonesia

berkontribusi terhadap proyeksi peningkatan wisatawan mancanegara hingga

1,8 juta sampai 3,6 juta dan juga 600 ribu hingga 700 ribu lapangan kerja

baru dimana melibatkan UMKM dan menyerap tenaga kerja sekitar 33.000

orang. Pada Forum G-20 Tahun 2022 ini dua arus isu yang dibahas yaitu

Finance Track dan Sherpa Track. Finance Track merupakan jalur pembahasan

dalam forum G-20 yang berfokus pada isu keuangan. Hal ini memprioritaskan

enam isu terkait dengan ekonomi, yakni Exit Policy untuk pemulihan

ekonomi global pasca pandemic, Bagaimana mengatasi dampak pandemi agar

pertumbuhan di masa depan terjamin. Fokusnya pada dampak Covid-19 di

sektor riil, seperti tenaga kerja dan keuangan, Sistem pembayaran di era

digital, Pembahasan mengenai keuangan berkelanjutan yang menciptakan

keadilan bagi semua negara, Inklusi keuangan terkait teknologi digital dan

akses pembiayaan serta pemasaran usaha mikro, kecil, dan menengah

9
https://www.bi.go.id/id/G-20/default.aspx, diakses pada 20 November 2020.

11
(UMKM), membahas sistem perpajakan internasional agar tercipta kepastian

rezim pajak, transparansi dan pembangunan.10

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dilihat bahwa awal dibentuknya G-

20 atau Group Of Twenty ini dilandasi dari adanya krisis yang melanda Asia,

Amerika Latin, dan Rusia. Tujuan pembentukan G-20 sendiri adalah

mewujudkan pertumbuhan global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan

inklusif. Dengan dibentuknya G-20 diharapkan dapat mengatasi

permasalahan tersebut sehingga terciptanya suatu negara dengan

perekonomian yang stabil dan sehat, jika setiap negara didunia memiliki

keadaan perekonomian seperti itu, maka akan adanya kestabilan dan

kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. G-20 atau Group Of Twenty terdiri

dari dua puluh negara baik negara maju atau negara berkembang seperti

Indonesia, dan disetiap negara sendiri terdapat kondisi perekonomian yang

berbeda-beda. Seperti halnya untuk negara Indonesia sendiri pada saat

dilaksanakannya G-20 ini sesungguhnya sedang berada dalam kondisi yang

kurang baik, dikarenakan adanya pandemic Covid-19 yang telah

melumpuhkan berbagai sector yang salah satunya sector perekonomian.

Walaupun sesungguhnya kondisi Indonesia sedang tidak terlalu baik, tetapi

hal tersebut tidak menjadi hambatan dalam pelaksanaan G-20 di Indonesia.

Pada pelaksanaan KTT G20 ke-17 berlangsung pada tanggal 15 - 16

November 2022 di Bali. KTT akan menjadi puncak dari proses G20 dan kerja

intensif yang dilakukan dalam Pertemuan Tingkat Menteri, Working Groups,

dan Engagement Groups sepanjang tahun. Dengan adnya G-20, Indonesia

10https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/14802/Pulih-Bersama-dalam
Perekonomian-Dunia-Melalui-Forum-G-20.html, diakses pada tanggal 20 November 2022.

12
berperan menciptakan berbagai kerja sama internasional yang kuat dan

inklusif, melalui tiga pilar utama yaitu, arsitektur kesehatan global, transisi

energi berkelanjutan, serta transformasi digital dan ekonomi. Dalam

pelaksanaan Presidensi G-20 Indonesia tahun 2022 ini tentu memberikan

dampak positif seperti halnya telah disebutkan diatas terkait dengan

perekonomian negara yaitu meningkatnya PDB (Produk Domestik Bruto)

Indonesia sekitar Rp 7,6 Triliun, dan adanya peningkatan pada konsumsi

domestik hingga Rp 1,7 Trilliun. Selain itu, dari segi pariwisata terdapat

peningkatan wisatawan mancanegara hingga 3,6 juta dan 700 ribu lapangan

kerja baru dimana melibatkan UMKM dan menyerap tenaga kerja sekitar

33.000 orang. Dari beberapa dampak tersebut tentu dapat dikatakan bahwa

dengan adanya G-20 ini memberikan pengaruh baik bagi Indonesia tidak

hanya pada bidang perekonomian tetapi juga pada bidang pariwisata, dan

peningkatan lapangan kerja baru. Selain itu untuk Bali sendiri sebagai tempat

pelaksanaan saat itu mendapat dampak positif pula dengan semakin

banyaknya turis maupun wisatawan yang datang untuk berlibur sehingga

meningkat pula konsumen dari hotel-hotel yang berada di Bali. Dan dalam

pelaksanaan Presidensi G-20 ini akan dilanjutkan oleh negara India sebagai

negara yang melaksanakan Presidensi G-20 selanjutnya.

13
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

G-20 atau Group of Twenty dilatar belakangi oleh adanya krisis yang terjadi

di Asia pada tahun 1997an. Forum G-20 didirikan pada September 1999, dengan

tujuan utama yaitu untuk menciptakan stabilitas keuangan global melalui upaya

pencegahan dan penyelesaian krisis keuangan internasional. Dengan

beranggotakan yaitu Agrentina, Australia, Brasil, Kanada, China, Prancis, Jerman,

India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan,

Korea Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Indonesia sebagai

presidensi G-20 atau Group of Twenty tahun 2022 memiliki tema yaitu "Recover

Together, Recover Stronger". Bertujuan untuk mengajak seluruh dunia untuk

bahu-membahu, saling mendukung untuk pulih bersama serta tumbuh lebih kuat

dan berkelanjutan.

Dalam pelaksanaan Presidensi G-20 Indonesia tahun 2022 ini tentu

memberikan dampak positif seperti halnya telah disebutkan diatas terkait dengan

perekonomian negara yaitu meningkatnya PDB (Produk Domestik Bruto)

Indonesia sekitar Rp 7,6 Triliun, dan adanya peningkatan pada konsumsi domestik

hingga Rp 1,7 Trilliun. Selain itu, dari segi pariwisata terdapat peningkatan

wisatawan mancanegara hingga 3,6 juta dan 700 ribu lapangan kerja baru dimana

melibatkan UMKM dan menyerap tenaga kerja sekitar 33.000 orang. Dari

beberapa dampak tersebut tentu dapat dikatakan bahwa dengan adanya G-20 ini

memberikan pengaruh baik bagi Indonesia tidak hanya pada bidang perekonomian

tetapi juga pada bidang pariwisata, dan peningkatan lapangan kerja baru.

14
DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Arbi Sanit, Sistem Politik Indonesia : Kestabilan, Peta Kekuatan Politik, dan
Pembangunan, Rajawali Pers, Jakarta, 2011.
Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Cet. 8, Rajawali Pers, Jakarta,
2012.

Mustafa Edwin Nasution, dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Kencana,


Jakarta, 2016.

Nanih Machendrawaty, dkk, Pengembangan Masyarakat Islam, Remaja


Rosdakarya, Bandung, 1994.

Yulius P. Hermawan, dkk, Peran Indonesia Dalam G-20 : Latarbelakang, Peran


Dan Tujuan Keanggotaan Indonesia, Friedrich Ebert Stiftung, Kantor
Perwakilan Indonesia bekerjasama dengan Departemen Hubungan
Internasional Universitas Parahyangan, Jakarta, 2011.

Jurnal :
Arum Tri Utami, Analisis Efektivitas G-20 Dalam Menangani Krisis Finansial
Tahun 2008, Jurnal Insignia, Vol. 3, No. 2, November 2016.
Dito Aditia Darma Nasution, Erlina dan Iskandar Muda, Dampak Pandemi Covid-
19 Terhadap Perekonomian Indonesia, Jurnal Benefita, Vol. 2, No.2, Juli
2020.

Website :
https://www.bi.go.id/id/G-20/default.aspx, diakses pada 20 November 2020.
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/14802/Pulih-Bersama-dalam
Perekonomian-Dunia-Melalui-Forum-G-20.html, diakses pada tanggal 20
November 2022.

https://www.setneg.go.id/baca/index/presidensi_G20_pemulihan_ekonomi_dan_i
ndonesia_maju diakses pada tanggal 20 November 2022.

Anda mungkin juga menyukai