Abstract
Considering the gross and destructive impacts of corruption, international communities are expected to
cooperate with each other bilaterally, multilaterally, as well as internationally. This paper will present
some instruments and international cooperation with other countries that have been made by Indonesia.
This paper will also describe the regulation of mutual legal assistance in criminal cases, especially
corruption. Besides, it also presents some difficulties or obstacles faced by the countries as the parties
proposing legal assistance and those accepting the proposal. These difficulties arise when they are to
implement mutual legal assistance in practice.
Abstrak
Selain bersifat transnasional, mengingat dampak yang besar dan destruktif dari tindak pidana korupsi,
masyarakat intemasional diharapkan dapat melakukan kerjasama dengan berbagai negara baik yang
bersifat bilateral, multilateral maupun intemasional. Paper ini akan memaparkan beberapa instrument
serta kerjasama intemasional yang telah dilakukan Indonesia dan negara lain. Paper ini juga
memaparkan pengaturan bantuan timbal balik (Mutual Legal Assistance) dalam perkara pidana
terutama korupsi sebagai salah satu bentuk kerjasama internasional untuk memberantas korupsi.
Selain itu dipaparkan pula beberapa kesulitan yang dihadapi oleh banyak negara baik sebagai pihak
yang memohon bantuan maupun sebagai pihak penerima permohonan bantuan yang timbul pada saat
mengimplemetasikan Mutual Legal Assistance dalam praktek.
131
MMH, Ji/id 42 No. 1 Januari 2013
mencegah para koruptor lari dan mencari surga beberapa instrumen serta kerjasama intemasional
untuk bersembunyi. Menyangkut hal tersebut yang telah dilakukan Indonesia dan negara lain, juga
tepatlah yang dinyatakan oleh M. Watney berikut ini: pengaturan bantuan timbal balik dalam perkara
The international community derives substantial pidana terutama dalam perkara korupsi.
benefit from a borderless global world, but as a
result also has to deal with the negative impact of 8. Pembahasan
globalization on international crime. Although 1. Gerakan, lnstrumendan PengaturanHukum
physical and/or electronic crimes are lnternasional dan Nasional
increasingly committed across borders and may Sebagai bagian dari masyarakat internasional,
be described as borderless, law enforcement Indonesia telah menjadi negara peserta dalam
(the combating, investigation and prosecution of beberapa konvensi internasional yang mengatur
crime) is still very much confined to the borders of kejahatan transnational diantaranya:
a state. Criminal networks have taken advantage a. UN Convention against Illicit Traffic in Narcotic
of the opportunities resulting from the dramatic Drugs and Psychotropic Substances yang
changes in world politics, business, technology, diratitikasi dengan Undang-undang No. 7 Tahun
communications and the explosion in 1997;
international travel, and effectively utilize these b. UN Convention against Corruption (UNCAC)
opportunities to avoid and hamper law yang diratifikasi dengan Undang-undang No. 7
enforcement investigations. The transnational Tahun 2006; dan
involvement of organized syndicates is c. UN Covention against Transnational Organized
characterized by the detailed planning of Crime yang diratifikasi dengan Undang-undang
operations, substantial financial support and No. 5 Tahun 2009.
massive profits, which makes it difficult to police Beberapa gerakan serta instrumen
and prosecute.' intemasional dan multilateral untuk pencegahan dan
Seluruh negara di dunia harus memiliki pemberantasan korupsi diantaranya:
pemahaman dan keinginan yang sama untuk tidak a. Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations)
menjadikan negaranya sebagai surga yang aman Pad a Kong res PBB ke-10 tentang
bagi koruptor. Dengan demikian, korupsi juga Pencegahan Kejahatan dan Perlakuan terhadap
memiliki sifat transnasional karena ia dapat Penjahat atau sering disebut United Nation
menampakkan diri sebagai transnational organized Congress on Prevention on Crime and Treatment
crime dan economic crime, serta menyangkut of Offenders di Vienna (Austria) pada tahun
pencucian uang atau money-laundering. Dalam 2000, isu mengenai korupsi menjadi topik
Preambul United Nation Convention against pembahasan yang utama. Dalam introduksi di
Corruption (UNCAC) bahkan dinyatakan bahwa bawah tema International Cooperation in
'corruption is no longer a local matter but a Combating Transnational Crime: New
transnational phenomenon that affects all societies Challenges in the Twenty-first Century
and economies' sehingga kerjasama intemasional dinyatakan pula bahwa tema korupsi telah lama
untuk mencegah dan memberantas korupsi menjadi menjadi prioritas pembahasan. Dalam resolusi
sang at esensial. 54/128 of 17 December 1999, di bawah judul
Di tingkat intemasional, ada berbagai bentuk •Action against Corruption", Majelis Umum PBB
kerjasama untuk mencegah dan memberantas menegaskan perlunya pengembangan strategi
korupsi. Salah satu caranya dalah dengan global melawan korupsi dan mengundang
mengadakan perjanjian bilateral maupun negara-negara anggota PBB untuk melakukan
multilateral dengan berbagai negara yang bertujuan review terhadap seluruh kebijakan serta
untuk memperoleh bantuan timbal balik dalam peraturan perundang-undangan domestik
perkara pidana (termasuk korupsi). masing-masing negara untuk mencegah dan
Paper ini akan mencoba mendeskripsikan melakukan kontrol terhadap korupsi. Dinyatakan
1 M. Watney, 2012, A South African Perspectives on Mutual Legal Assistance and Exlradition in II Globalzlld Wor*f, South Africa, Potcefstroomse Elektroniese
Regsb/adAtrican Journals on line, Vol 15, Nr. 2, him 292.
132
Marcella Elwina S., Mutual Legal Assistance
dalam Kongres PBB ke-10 bahwa perhatian Nopember 1997 telah mengadopsi Convention
perlu ditekankan pada apa yang dinamakan Top- on Combating Bribery of Foreign Public Officials
Level Corruption. Berikut dapat dilihat in International Business Transactions.
pemyataan tersebut : d. Masyarakat Uni Eropa.
Top-level corruption is often controlled by Ada beberapa instrumen hukum untuk
hidden networks and represents the sum of pencegahan korupsi sebagaimana disepakati
various levels and types of irregular behavior, oleh Masyarakat Uni Eropa diantaranya
including abuse of power, conflict of interest, Convention on the Fight against Corruption
extortion, nepotism, tribalism, fraud and involving Officials of the European Communities
corruption. It is the most dangerous type of or Officials of Member States of the European
corruption and the one that causes the most Union, yang diadopsi oleh the Council of the
serious damage to the country or countries European Union pada 26 Mei 1997; The Criminal
involved. In developing countries, such Law Convention on Corruption, yang diadopsi
corruption may undermine economic oleh the CommUtee of Ministers of the Council of
development through a number of related Europe pada 27 Januari 1999; dan The Civil Law
factors: the misuse or waste of international Convention on Corruption, yang diadopsi oleh
aid; unfinished development projects; the Committee of Ministers of the Council of
discovery and replacement of corrupt Europepada4 November 1999.
politicians, leading to political instability; and e. Inter-American Convention against Corruption,
living standards remaining below the yang diadopsi oleh the Organization of American
2
country's potential. States pad a tanggal 29 March 1996
Masyarakat intemasional menganggap f. The African Union Convention on Preventing and
bahwa top-level corruption adalah tipe korupsi Combating Corruption, yang diadopsi oleh the
yang paling berbahaya. Kerusakan besar dalam Heads of State and Government of the African
suatu negara dapat terjadi karena tipe korupsi ini. Union pad a 12 Juli 2003.
la tersembunyi dalam suatu network atau jejaring
yang tidak terlihat secara kasat mata yang Adapun beberapa instrumen hukum tingkat
meliputi penyalahgunaan kekuasaan, konflik nasional terkini yang penting dalam rangka
kepentingan, pemerasan, nepotisme, tribalisme, pencegahan dan pemberantasan korupsi adalah
penipuan dan korupsi.Tipe korupsi yang sebagai berikut:
demikian sangat mempengaruhi perkembangan a. Tap MPR No. XI/MPR/1998 tentang
ekonomi suatu negara, terutama negara Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
berkembang.3 Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
b. Bank Dunia (World Bank) b. Undang-undang No. 28 Tahun 1999 tentang
World Bank cukup aktif dalam gerakan anti Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
korupsi di tingkat intemasional. World Bank Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
Institute misalnya mengembangkan Anti- c. Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang
Corruption Core Program yang bertujuan untuk Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
menanamkan awareness mengenai korupsi dan d. Undang-undang No. 20 Tahun 2001 tentang
pelibatan masyarakat sipil untuk pemberantasan Perubahan atas Undang-undang No. 31 Tahun
korupsi termasuk menyediakan sarana bagi 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
negara-negara berkembang untuk Korupsi;
mengembangkan rencana aksi nasional untuk e. Undang-undang No. 30 Tahun 2002 tentang
memberantas korupsi. Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
c. OECD atau Organization for Economic Co f. Undang-undang No. 7 Tahun 2006 tentang
operation and Development pada tanggal 21 Pengesahan UN Convention against Corruption
2 Tenth United Nations Congress on the PrevenllOll of Cnme and the Treatment of Offenders, Vienna, 10-17 April 2000, Item 4 of the Provis,onal Agenda.
lntemational Cooperation in Combating Transnational Cnine. New Challenges in the Twenty-firstCentu,y, A/CONF.187/9, him. 6.
3 Untuk lengkapnya dapat dil1hat dalam Marcella E. Smand1untak, 2011, Gerakan, Kerjasama dan lnstrumen lntemasional Pencegahan Korupsl, dalam Nanang
T. Pusptto (ed.). 2011, Pendid1kanAnti Korupsi untuk Perguruan Tinggi, Jakarta, 01rektorat Jenderal Pend1dikan Tinggi, him. 106-107
133
MMH, Ji/id 42 No. 1 Januari 2013
4 Ketentuan umum dalam KUHP selalu akan menjadi rujukan sepanjang tldak dlatur secara khusus dalam peraturan perundang-ondangan lain karena KUHP
adalah lnduk dari segala peraturan hukum pidana yang ada di Indonesia. Perlu diperhatikan bahwa beberapa deik dalam UU No. 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan nndak Pidana Korupsl jo. Undang-undang No. 20 Tllhun 2001 tentang Perubahan alas Undang-undang No. 31 Tllhun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korups/ adalllh delik yang dilarilc dari KUHP. Delik baru yang dirumuskan o/eh pembuat undang-undang da/am kedua undang-
undang korupsi di atas, hanya meliputi 4 (empat) pasal ssja yakln Pas al 2, Pasal 3, Pasal 13 dan Pas at 15 Pasal 5 sampai dengan Pasal 12 sdalah delik korupsl
yang dilarlk atau diadopslsecara mut/ak dari KUHP. Sebagai konsekuensl defk tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi atau apabila eda seseorang melakukan
delik tersabut, terhedapnya lidak diberlakukan KUHP namun diberlakukan aturan menu rut kedua undang-undang tersebut. Adapun pengaturan Pasal 23 dalam
UU No. 31 Tahun 1999 Jo. Undang-undang No. 20 Tahun 2001 eda/ah delik yang dilan'lc secara tidak mutlak dari KUHP. Da/am KUHP defk tersebut diaturdalam
Pasal 220, Pasal 231, pasal 421, Pssa/422, pasal 429dan Pasal430KUHP. Sabagai konsekuenslde§k lnltetap berlaku sepanjangdflemukanseorang pelaku
yang melakukan perbuatan yang memenuhi rumusan pasal tersebut. Apabila perbuatan eda kaflannya dengan pemeriksaan delik korupsi, yang diberlakukan
edalahdelikdalam UUNo. 31 Tllhun 1999jo. Undang-undangNo. 20Tahun 2001, bukanKUHP. LlhaldalamGanjarLaksmana B., 2011, TindakPidanaKorupsl
dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia, dalam Nanang T. Puspito (ed.), 2011, Pendidikan Anti Korupsl untuk Perguruan nnggl, Jakarta,
Direktorat Jenderal Pendldikan Tlnggl, him. 129-130.
5 KPK, 2012, Leaflet yang dikeluarkan oleh Olvlsl kerjasama lntemas100al KPK pada Pertemuan lntemasional SEA.PAC (South East Asia Parties Against
Corruption) ke-8 dalam International Workshop bertema lnlemational Cooperation and Mutual LegalAssistance (MLA), Yogyakarta 10 September2012
6 Ibid
Marcella Efwina S., Mutual Legal Assistance
Selain itu KPK juga telah berpartisipasi dalam pemberantasan tindak pidana korupsi karena ia
banyak sekali forum intemasional diantaranya melibatkan banyak sekali negara. Kasus pelarian
Conference of State Parties (COSP) UNCAC; beberapa pelaku korupsi misalnya M. Nazaruddin
International Association of Anti-Corruption dan Nunun Nurbaeti bahkan melewati lintas batas
Authoroties (IAACA); APEC Anti Corruption and banyak sekali negara sehingga kerjasama
Transparency Working Group; ADB/OECD Anti internasional memang mutlak dibutuhkan.
Corruption Initiative; Anti Corruption Authorities Pemaparan ini setidaknya dapat memudahkan
Forum (ACA); ASEAN MLA Treaty Forum; South untuk mencari atau melacak materi apa yang diatur
East Asia Parties against Corruption (SEA-PAC); dalam kerjasama atau MoU tersebut apabila
ASEAN Senior Official Meeting on Transnational dibutuhkan untuk data di mas a yang akan datang.
Crime (SOMTC); APG/FATF Forum; ICPO Interpol;
G20 Working Group on Anti-Corruption dsb. 3. Mutual Legal Assistance dalam Perkara
Dalam rangka menjalin kerjasama dengan Korupsi
masyarakat internasional serta secara aktif Untuk memberikan dasar hukum bagi
memberantas korupsi, beberapa Memory of pembuatan dan pelaksanaan Mutual Legal
Understanding (MoU) atau Nata Kesepahaman Assistance dalam praktek, pada tahun 2006 telah
yang telah ditandatangani oleh KPK dalam tingkat diundangkan Undang-undang No. 1 tahun 2006
internasional diantaranya:1 tentang Bantuan Timbal Balik dalam Masalah
a. Dalam kerangka SEA-PAC arrangement Pidana. Walaupun tidak dikhususkan untuk
dengan: Malaysia Anti-Corruption Commission menangani perkara korupsi saja, namun undang-
(MACC); Anti-Corruption Bureau (ACS) Brunai undang ini dapat digunakan sebagai landasan yang
Darussalam; Corrupt Practice Investigation kuat dalam melaksanakan bantuan timbal balik
Bureau (CPIB) Singapore, National Anti- untuk perkara korupsi di Indonesia.
Corruption Commission (NACC) Thailand; Anti- Dalam konsiderans undang-undang tersebut
Corruption Unit (ACU) Cambodia; Government dinyatakan bahwa bahwa tindak pidana terutama
Inspection Authority (GIA) Republik Demokratik yang bersifat transnasional atau lintas negara
Laos; Government Inspectorate (GI) Vietnam mengakibatkan timbulnya permasalahan hukum
dan Ombudsman Filipina. suatu negara dengan negara lain yang memerlukan
b. Di luar SEA-PAC: Anti Corruption and Civil Rights penanganan melalui hubungan baik berdasarkan
Commission (ACRC) Republik Korea; the hukum di masing-masing negara. Dengan demikian
Supreme National Association for Combating asas yang terutama digunakan dalam
Corruption (SNACC) Yemen; Australian melaksanakan bantuan hukum timbal balik dengan
Commission for Law Enforcement Integrity negara lain adalah asas hubungan baik atau sering
(ACLEI) Australia; Department of Interior and disebut asas resiprositas.
Kingdom Relations (DIKR) the Netherlands; Dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-undang No. 1
Economic and Financial Crimes Commission Tahun 2006 disebutkan bahwa bantuan timbal balik
(EFCC) Nigeria; General Inspection dalam masalah pidana merupakan permintaan
Organizations (GIO) Iran; United Nations Office bantuan berkenaan dengan penyidikan,
on Drug and Crime (UNODC); Ministry of penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan
Supervision (MOS) China; Australian Public sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
Service Commission (APSC); Federal Bureau of undangan negara diminta. Dalam ayat selanjutnya
Investigation (FBI) USA; Department of Justice disebutkan bahwa bantuan tersebut dapat berupa:
dan Department of Foreign Affairs the a) mengidentifikasi dan mencari orang; b)
Netherlands; Serious Fraud Office (SFO) United mendapatkan pernyataan atau bentuk lainnya; c)
Kingdomdan World Bank. menunjukkan dokumen atau bentuk lainnya; d)
Gambaran mengenai berbagai kerjasama dan mengupayakan kehadiran orang untuk memberikan
penandatanganan MoU oleh KPK di atas setidaknya keterangan atau membantu penyidikan; e)
dapat memperlihatkan betapa rumitnya n
menyampaikan surat; melaksanakan permintaan
7 Ibid
135
MMH, Ji/id 42 No. 1 Januari 2013
136
Marcella Elwina S., Mutual Legal Assistance
concerned. . .. Parallel to the need for flexibility, through mutual legal assistance mechanisms,
there is a need for consistency and a degree of and an increasing number of countries have done
harmonization at the international level. In this so. This mechanism can be effective and
spirit, the guide lists items that are mandatory or efficient, when available. However, it is often
optional for States parties and relates each difficult to satisfy these conditions. Criminal
article, provision or chapter to other regional or proceedings will usually require that the accused
international instruments and to examples of how is present before the court to stand trial. A
States with different legal traditions might wrongdoer may be dead, or he or she may have
address provisions of the Convention. a fled the country either to avoid arrest or
Mengenai kesulitan atau kendala mengenai prosecution. A criminal conviction may be
kerahasiaan bank (bank secrecy), dalam Pasal 40 impossible to obtain because of the ability of
UNCAC dinyatakan bahwa: influential and powerful defendants corruptly to
Each State Party shall ensure that, in the case of suppress investigations or manipulate witnesses
domestic criminal investigations of offences or judges, or where his or her defence team are
established in accordance with this Convention, able to engineer endless adjournments and
there are appropriate mechanisms available appeals. Prosecutions over-seas, for example for
within its domestic legal system to overcome money laundering, will frequently be hampered
obstacles that may arise out of the application of because the wrongdoer is unable (being under
bank secrecy laws. arrest or house arrest, for example) or unwilling to
Kesulitan/kendalam dari aturan mengenai travel in order to stand trial. If the wrongdoer's
kerahasiaan bank memang serinq sekali menjadi presence is required for the commencement,
kendala utama melaksanakan perjanjian bantuan continuation, or conclusion of criminal
timbal balik dengan negara lain. Ketentuan ini proceedings, extradition will be the only viable
membuat beberapa negara menjadi tempat yang option. As is well known, extradition is seldom
sangat aman untuk menyembunyikan harta straight-forward. This is particularly so in cases
kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana korupsi involving corruption, when competing national
Namun demikian, setiap negara peserta yang telah interests may be at stake. '0
menandatangani UNCAC memiliki kewajiban untuk
menyediakan mekanisme yang tepat dalam sistem Bila kesulitan/kendala sebagaimana diungkap
hukum di negaranya untuk mengatasi kendala oleh Tim Daniel dan James Matan tersebut terjadi,
kerahasiaan bank ini. satu-satunya jalan adalah dengan menggugat
Mengenai kesulitan/kendala pembagian atau secara perdata. Namun hal ini juga tidak mudah
pengembalian asset kekayaan hasil jarahan/karupsi dilakukan dalam praktek. Mengenai hal ini Willie
Tim Daniel dan James Matan menyatakan sebagai Hafmeyr menyatakan bahwa:
berikut: Although international cooperation in asset
Criminal mechanisms to recover the corruptly recovery is still a relatively new area in
acquired assets of a public official depend first on international law, it is an indictment of the
criminal conviction of the wrongdoer, either in his effectiveness of mutual legal assistance (MLA)
or her domestic courts or in the courts of the that it is often easier for States to recover the
jurisdiction where his or her illicit assets are proceeds of corruption through ordinary civil
located, and secondly on an en-forceable and action than through co-operation with other
final confiscation order against his assets.... the States. It is to be hoped that the new United
United Nations Convention against Corruption Nations Convention against Corruption (2003)
(UNCAC) requires signatories to give effect to (UNCAC), together with the various initiatives by
confiscation orders made by foreign courts the GB and others, will change this situation."
9 UNOOC, 2006, LegislaliveGuidefor the Implementation of the UnitedNallOns Conventionagainsl Corruption, New York, UN, him. iii.
10 Tim Daniel & James Maton, 2008, CivilProceedmgsto RecoverComlpttyAcqufredAssetsof Pubfc Offlcialsdalam Mar1< Pieth (ed.), 2008, RecoveringStolen
Assets, Bassel Institute on Govemance, New York, Peter La.19, ~. 245-246
11 Wdlle Hofmeyr, 2008, Nav,galtngbetween MutualLegal Assistanceand Confiscation System, da!am Mark Pieth (ed.), 2008, RecoveringStolenAssets, Bassel
Institute on Govemance, New York, Peter Lang, him. 137.
137
MMH, Ji/id 42 No. 1 Januari 2013
138