PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari IUFD
2. Untuk mengetahui etiologic dari IUFD
3. Untuk mengetahui diagnosis dari IUFD
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari IUFD
5. Untuk mengetahui cara penanganan dari IUFD
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
9. ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik
seperti bayi lahir mati
10. Riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu
b. Factor Bayi (High Risk Infants)
1. bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital
2. bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)
3. bayi dalam keluarga yang mempunyai problema social
c. factor yang berhubungan dengan kehamilan
1. abrupsio plasenta
2. plasenta previa
3. preeklamsi / eklamsi
4. polihidramnion
5. inkompatibilitas golongan darah
6. kehamilan lama
7. kehamilan ganda
8. Infeksi
9. Diabetes
10. genitourinaria
2.3 Diagnosis
1. Anamnesa/keluhan
a. Ibu tidak merasakan gerakan janin
b. Perut tidak bertambah besar
2. Inspeksi Tidak tampak gerakan janin
3. Palpasi
a. TFU lebih rendah dari tuanya kehamilan
b. Tidak teraba gerakan janin
c. Krepitasi pada tulang kepala janin
4. Auskultasi
a. DJJ (-)
5. Reaksi kehamilan
a. test kehamilan (-)
6. Rontgen foto abdomen
a. Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah janin
b. Tanda nojosk : angulasi yang tajam pada tulang belakang janin
c. Tanda gernard : hiperekstensi kepala janin
d. Tanda spalding : overlapping sutura
7. USG
a. Gerak anak tidak ada
b. Denyut jantung anak tidak ada
3
c. Tampak bekuan darah pada ruang jantung janin
8. Laboratorium
a. Reaksi biologis negative setelah 10 hari janin mati
b. Hipofibrinogenemia setelah 4-5 minggu janin mati.
Kalau janin mati pada kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan
perubahan sebagai berikut :
1. Rigor mortis
Berlangsung 21/2 jam setelah mati kemudian lemas lagi.
2. Maserasi Tingkat I
Timbul lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini mula-mula berisi cairan jernih.
Tapi kemudian menjadi merah. Berlangsung sampai 48 jam setelah mati.
3. Maserasi Tingkat III
Lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat, jam
setelah anak mati.
4. Maserasi Tingkat III
Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat lemas,
hubungan antar tulang-tulang sangat longgar. Edema di bawah kulit.
4
2. Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter
spesialis kebidanan melalui hasil USG dan rongen foto abdomen, maka
bidan seharusnya melakukan rujukan.
3. Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh
Radestad et al (1996) memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk
menginduksi sesegera mungkin setelah diagnosis kematian in utero.
Mereka menemukan hubungan kuat antara menunggu lebih dari 24 jam
sebelum permulaan persalinan dengan gejala kecemasan. Maka sering
dilakukan terminasi kehamilan.
a. Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus tidak lebih dari 12 minggu
kehamilan. Persiapan:
1) Keadaan memungkinkan yaitu Hb > 10 gr%, tekanan darah baik.
2) Dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu:pemeriksaan trombosit,
fibrinogen, waktu pembekuan, waktu perdarahan, dan waktu
protombin. Tindakan:
a) Kuretasi vakum
b) Kuretase tajam
c) Dilatasi dan kuretasi tajam
3) Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus lebih dari 12 minggu
sampai 20 minggu
a) Misoprostol 200mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6
jam sesudah pemberian pertama.
b) Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya.
c) Kombinasi pematangan batang laminaria dengan misoprostol
atau pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam 500 cc dekstrose 5%
mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit.
Catatan: (dilakukan kuretase bila masih terdapat jaringan).
4) Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 20 – 28 minggu
a) Misoprostol 100 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6
jam sesudah pemberian pertama.
b) Pemasangan batang laminaria selama 12 jam.
5
c) Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20
tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit.
d) Kombinasi cara pertama dan ketiga untuk janin hidup maupun
janin mati.
e) Kombinasi cara kedua dan ketiga untuk janin mati.
Catatan: dilakukakan histerotomi bila upaya melairkan
pervaginam dianggap tidak berhasil atau atas indikasi ibu,
dengan sepengetahuan konsulen.
5) Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 28 minggu kehamilan
a) Misoprostol 50 mg intravaginal
Pemberian dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian
pertama.
b) Pemasangan metrolisa 100 cc 12 jam sebelum induksi untuk
pematangan serviks (tidak efektif bila dilakukan pada KPD).
c) Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20
tetes per menit sampai maksimal 60 tetes untuk primi dan
multigravida, 40 tetes untuk grande multigravida sebanyak 2
labu.
d) Kombinasi ketiga cara diatas.
Catatan: dilakukan SC bila upaya melahirkan pervaginam
tidak berhasil, atau bila didapatkan indikasi ibu maupun janin
untuk menyelesaikan persalinan.
6) Periksa ulangan (follow up)
Dilakukan kunjungan rumah pada hari ke 2, 6, 14, atau 40 hari.
Dilakukan pemeriksaan nifas seperti biasa. Mengkaji ulang tentang
keadaan psikologis, keadaan laktasi (penghentian ASI), dan
penggunaan alat kontrasepsi.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kematian janin dalam rahim adalah janin yang mati dalam rahim dengan
berat badan 350 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada
kehamilan 20 minggu atau lebih. IUFD merujuk pada kematian janin di
dalam rahim setelah 24 minggu usia kehamilan. Prinsip dasar dari kematian
janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin,
kegawatdaruratan janin, atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis
sebelumnya sehingga tidak terobati.
3.2 SARAN
Demikian makalah ini kami buat. Kami menyadari bahwa makalah yang kami
buat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk perbaikan dan
kemajuan kinerja kelompok dalam menyusun makalah.
7
DAFTAR PUSTAKA
Norwitz, Errol dan John O Schorge. 2008. At A Glance Obstetri & Ginekologi.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Badan Pusat Statistik (BPS). angka kematian bayi (AKB). Jakarta: BPS; 2016.
Badan Pusat Statistik. Profil Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: BPS; 2014. Isakh
Bm, Diana I. Profil Kematian Neonatal Berdasarkan Sosio Demografi Dan
Kondisi Ibu Saat Hamil Di Indonesia tim Penelitian Sistem Kesehatan.
2011;14(4):391-8.
K. Varney, helen. 2006. Buku ajar asuhan kebidanan. Jakarta : EGC