Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL MAGANG

MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA


PTPN VII UNIT PADANG PELAWI BENGKULU

OLEH :

Bembi Akbar Serawai


E1D012014

LABORATORIUM SOSIAL EKONOMI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL MAGANG

“Manajemen Persediaan Bahan Baku Pada PTPN VII (Persero)


Unit Padang Pelawi Bengkulu”

OLEH :
Bembi Akbar Serawai
E1D012014

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Mengetahui,

Ketua Lab. Sosial Ekonomi Pertanian Pembimbing Magang

DR. Putri Suci Asriani, S.P.,M.P Ir. Basuki Sigit Priyono,M.Sc


NIP. 19761123 200012 2 001 NIP. 19600828 1986091001
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara dengan iklim tropis, sehingga banyak sekali tanaman yang
bisa tumbuh di Indonesia, banyak hal yang kita dapat manfaatkan dari tanaman-tanaman
tersebut, salah satu tanaman yang sering ditanam yaitu tanaman karet. Karet (Havea
brasiliensis)berasal dari negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman
karet alam dunia. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya
tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran (Nazarudin dkk, 1992, dalam Nasir).Karet
mempunyai arti penting dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia, di Indonesia
karet merupakan salah satu tanaman penghasil devisa Negara selain itu karet juga banyak
dijadikan tanaman sumber penghasilan oleh sebagian petani di Indonesia. Melihat cocoknya
tanaman karet di tanam di daerah tropis membuat banyaknya perkebunan-perkebunan yang
berdiri di Indonesia, baik perkebunan berkepemilikan asing, pribumi, dan milik Negara
(BUMN). Salah satu perkebunan yang menanam tanaman karet yaitu Perusahaan Perkebunan
Nusantara (PTPN).
PTPN merupakan perkebunan berbasiskan agribisnis yang dimiliki oleh Negara, artinya
seluruh kegiatan dan biaya didalamnya ditanggung oleh pemerintah, selanjutnya hasil atau
profit yang didapatkan kembali ke Negara dan kegiatan-kegiatan yang bersifat
mensejahterakan masyarakat.PTPN tersebar di seluruh Indonesia, dari data yang didapat
PTPN telah memiliki empat belas wilayah kerja, termasuk didalamnya PTPN VII yang
menaungi daerah Sumbagsel dan memiliki unit kerja tersebar antara lain di daerah Bengkulu,
Muara enim, Banyuasin, Way Sekampung, Way Seputih, Cintamanis dan Bungamayang.
Pada unit kerja daerah Bengkulu, PTPN di daerah Bengkulu bergerak di bidang perkebunan
kelapa sawit dan karet. Perkebunan kelapa sawit perusahaan ini terletak di daerah Pino Raya
dan untuk perkebunan karet terletak di 2 daerah yaitu ketahun dan Padang Pelawi.
PTPN sebagai perkebunan yang berskala produksi tinggi tentu memiliki manajemen
persediaan untuk menunjang produksi didalamnya. Manajemen persediaan menjadi sangat
penting dalam kegiatan perusahaan yang memproduksi barang karena hal ini berkaitan
dengan keberlanjutan kegiatan produksi. Penanganan manajemen persediaan yang baik dapat
mempengaruhi produktifitas perusahaan. Selain itu agar perusahaan dapat berjalan dengan
lancar perusahaan harus menerapkan manajemen yang baik dengan mengkombinasikan
fungsi-fungsi pada bidang pemasaran, keuangan, persediaan maupun bidang lainnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu kegiatan
magang dengan judul “Manajemen Persediaan Bahan Baku Pada PTPN VII (Persero) Unit
Padang Pelawi Bengkulu”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam kegiatan magang ini yaitu bagaimana
manajemen persediaan bahan baku pada PTPN VII wilayah Bengkulu ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam kegiatan magang ini yaitu :
1. Ikut bekerja dan berpartisipasi dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh PTPN VII Unit
Padang Pelawi Bengkulu.
2. Untuk mengkaji bagaimana manajemen persediaan bahan baku pada PTPN VII Unit
Padang Pelawi Bengkulu.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan magang ini yaitu :
1. Bagi PTPN VII, sebagai sumbangan pikiran dan tenaga dalam keberlangsungan
kegiatan magang yang dilakukan, diharapkan juga dengan adanya kegiatan magang
yang dilakukan oleh kami perusahaan merasakan hal-hal positif.
2. Bagi penulis, sebagai pengaplikasian ilmu yang selama ini didapat di perkuliahan.
3. Bagi masyarakat umum, sebagai sumber informasi mengenai Manajemen Persedian
yang dilakukan oleh PTPN VII unit Padang Pelawi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Persediaan Bahan Baku

Menurut Sofjan Assauri (2004:171) Persediaan bahan baku (Raw Material stock) yaitu
persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang
mana dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari suplier atau perusahaan
yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakan nya.
Pada umumnya dalam menentukan kebutuhan bahan baku untuk keperluan proses
produksi dapat diramalkan. Tujuan pengendalian persediaan bahan baku adalah berusaha
menyediakan bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi, sedemikian rupa proses
produksi dapat berjalan dengan lancar tanpa kekurangan ataupun kelebihan persediaan terlalu
besar.( Asri 1986, dalam Nopi 2002).
Pengelolaan dan pengendalian persediaan merupakan kegiatan yang ditemui dalam
banyak sektor, meliputi perusahaan agoindustri, industri manufaktur, toko perdagangan
bahkan militer. Alasan yang paling mendasar kenapa setiap perusahaan perlu mengelola
persediaan adalah tidak memungkinkan secara fisik atau ekonomi barang dapat diperoleh
dengan cepat dan tepat pada saat dibutuhkan. Berdasarkan hal ini, maka pengelolaan
persediaan akan menjawab waktu dan jumlah kebutuhan. Model-model persediaan
dikembangkan berangkat dari dua permasalahan ini. Perbedaan yang mendasar antara
berbagai sistem persediaan yang ada antara lain tingkat persediaan dan karakteristik barang,
biaya yang terkait dengan persediaan dan perilaku sistem persediaan itu sendiri (R. A
Hadiguna, 2009).

2.2 Fungsi Manajemen Persediaan


Dilihat dari dari fungsinya persediaan menurut Sofjan Assauri (2004:170) adalah sebagai
berikut:
1. Batch Stock atau Lot size Inventory yaitu persediaan yang diadakan karena kita
membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih
besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu.
Adapun keuntungan yang diperoleh dari adanya Lot Size Inventory adalah sebagai berikut:
a. Memperoleh potongan harga pada harga pembelian.
b. Memperoleh Efisiensi Produksi karena adanya operasi yang lebih lama.
c. Adanya pengematan didalam biaya angkutan.
2. Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.
3. Anticipation stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam
satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang
meningkat.
Sedangkan persediaan dilihat dari jenis atau posisi menurut Sofjan Assauri (2004:171)
dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Persediaan bahan baku (Raw Material stock) yaitu persediaan dari barang-barang
berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang mana dapat diperoleh dari
sumber-sumber alam ataupun dibeli dari suplier atau perusahaan yang menghasilkan
bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakan nya.
2. Persediaan bagian produk (Purchased part) yaitu persediaan barang-barang yang
terdiri dari part atau bagian yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara
langsung diassembling dengan part lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya.
3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (Supplies stock)
yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses
produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam
bekerjanya suatu perusaahan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari
barang jadi.
4. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process/progress
stock) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu
pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu
diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi
5. Persediaan barang jadi (Finished goods stock)yaitu barang-barang yang telah selesai
diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau
perusahaan lain.

2.3 Faktor yang Menpengaruhi Persediaan


Meskipun persediaan akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, namun
perusahaaan tetap hati-hati dalam menentukan kebijakan persediaan. Persediaan
membutuhkan biaya investasi dan dalam hal ini menjadi tugas bagi manajemen untuk
menentukan investasi yang optimal dalam persediaan. Masalah persediaan merupakan
masalah pembelanjaan aktif, dimana perusahaan menemukan dana yang dimiliki dalam
persediaaan dengan cara yang seefektif mungkin.
Untuk melangsungkan usahanya dengan lancar maka kebanyakan perusahaan merasakan
perlunya persediaan. Menurut Bambang Riyanto (2001) dalam anonim (2008) besar kecilnya
persediaan yang dimiliki oleh perusahaan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain:
1. Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap gangguan
kehabisan persediaan yang akan menghambat atau mengganggu jalannya produksi.
2. Volume produksi yang direncanakan, dimana volume produksi yang direncanakan
itu sendiri sangat tergantung kepada volume sales yang direncanakan
3. Besar pembelian bahan mentah setiap kali pembelian untuk mendapatkan biaya
pembelian yang minimal
4. Estimasi tentang fluktuasi harga bahan mentah yang bersangkutan diwaktu-waktu
yang akan datang
5. Peraturan-peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan material
6. Harga pembelian bahan mentah
7. Biaya penyimpanan dan resiko penyimpanan di gudang
8. Tingkat kecepatan material menjadi rusak atau turun kualitasnya

2.4 Biaya-Biaya pada Persediaan


Untuk pengambilan keputusan penentuan besarnya biaya-biaya variable dan untuk
menentukan kebijakan persediaan yang perlu diperhatikan adalah bagaimana perusahaan
dapat meminimalkan biaya-biaya. Biaya-biaya persediaan yang harus dipertimbangkan
menurut Freddy Rangkuty (2004:16) adalah sebagai berikut:
1. Biaya Penyimpanan (Holding cost/carring costs)yaitu terdiri dari biaya-biaya yang
bervariasi secara langsung dengan kuantutas persediaan, biaya penyimpanan per
periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak
atau rata-rata persediaan semakin tinggi.
2. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering costs atau procurement costs). Biaya-
biaya ini meliputi:
a.Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi;
b.Upah;
c.Biaya telepon;
d.Pengeluaran surat-menyurat;
e.Biaya pengepakan an penimbangan;
f.Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan;
g.Biaya pengiriman ke gudang;
h.Biaya utang lancar dan sebagainya;
3. Biaya penyiapan(manufacturing)atau set up costs. Hal ini terjadi apabila bahan-bahan
tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri”dalam pabrik”perusahaan, perusahaan
menghadapi biaya penyiapan (set-up costs)untuk memproduksi komponen tertentu.
Biaya-biaya ini terdiri dari:
a.Biaya-biaya mesin-mesin menganggur;
b.Biaya persiapan tenaga kerja langsung;
c.Biaya penjadwalan;
d.Biaya ekspedisi dan sebagainya.
Seperti halnya biaya pemesanan, biaya penyiapan total per-periode sama dengan
biaya penyiapan dikalikan jumlah penyiapan per periode
4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage costs) adalah biaya yang timbul
apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang
termasuk biaya yang kekurangan bahan adalah sebagai berikut:
a.Kehilangan penjualan;
b.Kehilangan pelanggan;
c.Biaya pemesanan khusus;
d.Biaya ekspedisi;
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Kegiatan magang ini dilaksanakan di PTPN VII unit Padang Pelawi, Kecamatan
Sukaraja, Kabupaten Seluma. Waktu kegiatan magang akan dilaksanakan pada tanggal 7
September – 30 September 2015.

3.2 Metode Pelaksanaan Magang


Metode yang digunakan dalam pelaksanaan magang yang akan berlangsung adalah :
1. Metode partisipasi, yaitu metode yang digunakan dengan cara ikut langsung
berpartsipasi dalam kegiatan yang dilakukan oleh PTPN VII unit Padang Pelawi.
2. Metode Observasi, yaitu metode yang digunakan dalam pengambilan data dengan
cara terlibat langsung di lapangan dan ikut mengamati langsung kegiatan yang akan
diambil data nya.
3. Metode Interview, yaitu metode yang dilakukan dengan cara berinteraksi langsung
kepada seseorang yang dianggap mempunyai kredibilitas data yang ingin diambil.
4. Metode Studi Pustaka, yaitu metode yang digunakan dengan menjadikan sumber
referensi seperti buku, arsip, artikel dan internet sebagai acuan pengambilan data.

3.3 Sumber Data


Terdapat dua jenis data yang dibutuhkan dalam kegiatan magang ini yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer berkaitan dengan informasi-informasi yang ditemukan
langsung di lapangan berkaitan dengan Manajemen Persediaan Bahan Baku di PTPN VII unit
Padang Pelawi. Sedangkan data sekunder berkaitan dengan artikel-artikel baik yang telah
atau tidak dipublikasikan tentang Manajemen Persediaan Bahan Baku di PTPN VII unit
Padang Pelawi.
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan untuk membahas hasil kegiatan selama magang
mengenai “Manajemen Persediaan Bahan Baku dan Alur Distribusi Produk di PTPN VII
(Persero) unit Padang Pelawi” adalah metode Deskriptif. Metode ini memberikan gambaran
atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang
diteliti. Begitu juga metode yang akan digunakan dalam menganalisis persediaan bahan baku
adalah dengan menggunakan metode deskriptif.
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan


Kronologis berdirinya Unit Padang Pelawi diawali dengan terbitnya Surat Menteri
Pertanian No. 518/Mentan/VI/1980 tanggal 6 Juni 1980 perihal penugasan kepada Direksi PT
Perkebunan di Indonesia termasuk PT Perkebunan XXIII (Persero) Surabaya untuk
mengadakan penjajakan dan penelitian kemungkinan pelaksanaan perkebunan inti rakyat
(PIR) di daerah Bengkulu yang dalam pelaksanaannya berkoordinasi dengan Dirjen
BUN/Dirjen Trans dan PEMDA Tk. I Bengkulu.
Surat dari Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian Republik Indonesia No.
949/E/VII/1980 tanggal 17 Juli 1980 Perihal mohon bantuan kepada Gubernur Kepala
Daerah Tk. I Bengkulu untuk penyediaan tanah kebun inti PTP XXIII dan Start-up Project
dalam rangka proyek NES VI di Bengkulu.
Terbitnya Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Bengkulu No. 320/SK/B.IV/1980
tanggal 27 Oktober 1980 tentang penunjukan lokasi tanah untuk proyek PIR/NES V Karet
yang dilaksanakan oleh PT. Perkebunan XXIII (Persero) di Kecamatan Seluma Kabupaten
Bengkulu Selatan dengan luas pencadangan untuk inti seluas 6.250 Ha.
Surat Gubernur KDH Tingkat I Bengkulu No. 525/591/B.11/1982 tanggal 8 Februari
1982 perihal areal yang dicadangkan untuk NES V, VI, VII dan PIRSUS untuk PIRBUN,
Khusus untuk NES V (inti) seluas 6.250 Ha dan untuk plasma seluas 25.000 Ha.
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 78/HGU/DA/1988 tanggal 1 Oktober 1988
tentang pemberian Hak Guna Usaha atas nama PT. Perkebunan XXIII (Persero) Surabaya
melalui Kepala Direktorat Agraria Propinsi Bengkulu yang isinya antara lain:
 Memberikan Hak Guna Usaha pada PT Perkebunan XXIII (Persero) yang
diuraikan dalam peta situasi lampiran Pemerintah Panitia B Propinsi Bengkulu No.
16/RSLB/B/1988 tanggal 5 April 1988 seluas ± 5.905 Ha yang terletak di Desa
Andalas Kecamatan Seluma Kabupaten Bengkulu Selatan Propinsi Bengkulu.
 Luas yang pasti akan ditentukan kemudian berdasarkan hasil pengukuran dari
Instansi Agraria.
 Hak Guna Usaha berlaku sejak tanggal didaftarkan pada Kantor Agraria Kabupaten
yang bersangkutan dan berakhir pada tanggal 31 Desember 2023.
Sertifikat (tanda bukti tanah) pada buku tanah Desa Andalas Kecamatan Sukaraja
Kabupaten Bengkulu selatan Propinsi Bengkulu. Hak Guna Usaha No. 03/BS dengan surat
ukur No. 3046/PT/1988 seluas 5.804 Ha yang dikeluarkan oleh kantor Agraria Bengkulu
Selatan tanggal 30 Desember 1988.
Kemudian berdasarkan PP No. 12 tahun 1966 tanggal 14 Februari 1996 tertuang dalam
Lembaran Negara RI No. 19 Tahun 1996 dan Akte Pendirian di Hadapan Notaris Harun
Kamil SH. No. 40 tanggal 11 Maret 1996 dan disahkan oleh Menteri Kehakiman RI No. C2-
8335 HT. 01-01 tahun 1996 tanggal 8 Agustus 1996 yang diumumkan dalam tambahan Berita
Negara RI No. 80 tanggal 4 Oktober 1996 bahwa PT. Perkebunan XXIII (Persero) bergabung
dengan PT. Perkebunan X (Persero), PT. Perkebunan XXXI (Persero) dan kebun proyek PT.
Perkebunan XI (Persero) menjadi PTPN VII (Persero).

4.2 Visi dan Misi Perusahaan


Visi Perusahaan :
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara VII menjadi perusahaan
agribisnis berbasis karet, kelapa sawit, teh dan tebu yang tangguh serta berkarakter global.

Misi Perusahaan :
1. Menjalankan usaha perkebunan karet, kelapa sawit, teh dan tebu dengan menggunakan
teknologi budidaya dan proses pengolahan yang efektif serta ramah lingkungan.
2. Mengembangkan usaha industri yang terintegrasi dengan bisnis inti (karet, kelapa
sawit, teh dan tebu) dengan menggunakan teknologi terbarukan.
3. Membangun tata kelola usaha yang efektif.
4. Mewujudkan daya saing guna menumbuhkembangkan perusahaan.
5. Memelihara dan meningkatkan stakeholders value.
4.3 Struktur Organisasi

Gambar 1. Struktur Organisasi ptpn VII Unit Usaha Padang Pelawi Bengkulu

Sumber : Estate Profile PKBL PTPN VII Unit Usaha Padang Pelawi Bengkulu

Struktur Organisasi Unit Padang Pelawi :


 Manajer Unit Usaha : Ir. Sufri Gunawan
 Sinka Tanaman Wil. I : Ir. Rosid Hasim
 Sinka Tanaman Wil. II : Ir. Ranudianto
 Sinka TUK : Yusmet Stedy, S.E
 Sinka Teknik & Pengolahan : NN
 Sinka Teknik & Pengolahan : NN
 Sinka Plasma : NN
 Sinder Plasma : Ir. Ikmaluddin Dahalfani
 Sinder Bibitan : NN
 Sinder Afdeling I : Sujono
 Sinder Afdeling II : Wahyu Budi Haryanto, SP
 Sinder Afdeling III : Bambang
 Sinder Afdeling IV : Arris Haryadi, SP
 Sinder Afdeling V : Gompar Parulian Sihaloho, SP
 Sinder Afdeling VI : Sairoji
 Sinder Afdeling VII : Abdun Nasir
 Sinder Afdeling VIII : Soirin, SP
 Sinder Teknik : Ahmad Zaky, ST
 Sinder Pengolahan : Afrida Sakti Batubara, S.TP
 Sinder Pengolahan : NN
 Sinder Pengolahan : NN
 Sinder TUK : NN
 Sinder SDM dan Umum : Risky K. Mahfud

4.4 Letak Geografis Perusahaan


Unit Padang Pelawi berada dekat dengan jalan raya Bengkulu – Manna Km 26,5 Desa
Padang Pelawi, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Seluma, Propinsi Bengkulu pada koordinat
03° 45’-04°00’ Lintang Selatan dan 102°17’-102°32’ garis bujur Timur dengan luasan
wilayah sebesar 5.804 Ha.
Sebelah Timur Unit Padang Pelawi berbatasan dengan Kecamatan Air Peribun, sebelah
Barat berbatasan dengan wilayah desa Niur dan Cahaya Negeri, Sebelah Utara berbatasan
dengan Perkebunan Masyarakat, dan Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Desa Kaya
Arang dan Wilayah Desa Padang Pelawi. Pola penyebaran tempat tinggal pekerja maupun
masyarakat, 40% berada di dalam wilayah Unit Padang Pelawi, sedangkan sisanya bertempat
tinggal di luar wilayah Unit Padang Pelawi.
Kondisi Agroklimat Unit Padang Pelawi berada dalam topografi bergelombang dan
berbukit dengan jenis tanah PMK (Typic peleudult-Typic distropep) dan tipe tekstur tanah
yang liat-liat berpasir. Secara ringkas kondisi Agroklimat digambarkan dalam tabel pada
halaman selanjutnya.
Tabel 1. Kondisi Agroklimat Unit Padang Pelawi

Uraian Satuan Kondisi


Topografi Bergelombang – Berbukit
Jenis Tanah PMK (Typic Peleudult –
Typic Distropep)
Tekstur Tanah cm Liat-liat Berpasir
Solum Tanah cm 50-200
Kedalaman Air Tanah 100
Tingkat Kesuburan :
Kimia Rendah – Sedang
Fisik mm Kurang – Baik
Curah Hujan Hari 3.074 – 5.110
Haru hujan Bulan -
Bulan Kering mm 1
Water Defisit 393 – 665
Klas Kesesuaian Lahan Klas 3
Sumber : Estate Profile PKBL PTPN VII Unit Usaha Padang Pelawi Bengkulu

Posisi PTPN VII unit usaha Padang Pelawi pada Peta Propinsi diringkas pada gambar
dibawah ini.

Gambar 2. Posisi PTPN VII Unit Usaha Padang Pelawi Dalam Peta Propinsi

Sumber : Estate Profile PKBL PTPN VII Unit Usaha Padang Pelawi Bengkulu
PTPN VII unit usaha Padang Pelawi meiliki luas areal 5.804 Ha. Secara ringkas peta luas
areal PTPN VII unit usaha Padang Pelawi seperti tertera pada gambar dibawah ini.

Gambar 3. Peta Luas Areal PTPN VII Unit Usaha Padang Pelawi

Sumber : Estate Profile PKBL PTPN VII Unit Usaha Padang Pelawi Bengkulu
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Tanaman
5.1.1 Jenis Bibit
PTPN VII Unit Usaha Padang Pelawi merupakan perkebunan milik Negara dengan
komoditi yang diusahakan yaitu tanaman karet. Jenis tanaman karet yang dibudidayakan
addalah jenis PB 260. Sebelumnya perusahaan menggunakan jenis bibit GT, bibit jenis GT
memiliki keunggulan yaitu umur tanaman yang panjang bisa mencapai 30 tahun, namun bibit
jenis GT juga memiliki kekurangan yaitu umur siap/matang sadap yang lama dan penyadapan
bisa dilakukan 3 - 4 hari sekali. Mengingat bahwa pabrik memiliki kapasitas 40 ton perhari
hal ini tidak diringi dengan produksi tanaman karet kebun inti maka perusahaan melakukan
perubahan jenis bibit dari GT menjadi PB 260. Pemilihan bibit jenis PB 260 dengan
pertimbangan bahwa jenis bibit ini memiliki kelebihan umur matang sadap yang rlebih cepat
yakni berkisar antara 3,5 - 4 tahun sudah matang sadap dan penyadapan bisa dilakukan 2 hari
sekali. Sehingga dengan melihat kelebihan tersebut perusahaan melakukan replanting.
Dengan produksi tanaman yang bisa dilakukan dengan sesering mungkin hal ini dapat
mendorong jumlah kapasitas produksi di pabrik menjadi meningkat.

5.1.2 Pembibitan
Pembibitan merupakan tempat penyiapan dan penyediaan bahan tanam (bibit), baik yang
berasal dari hasil perbanyakan generatif (benih) maupun vegetatif (klonal). Pembibitan sangat
diperlukan untuk penyiapan dan penyediaan bibit tanaman perkebunan untuk memenuhi
kebutuhan areal pertanaman dalam skala luas dan hanya satu kali dalam setiap satu siklus
umur ekonomis tanaman  (20 – 25 tahun). Berikut merupakan tahapan-tahapan proses
pembibitan :
1. Seleksi Benih
Benih yang digunakan berupa biji diperoleh dari kebun sendiri dan berasal dari
tanaman yang berumur lebih dari 10 tahun. Benih diperoleh pada saat musim biji yang
biasanya terjadi pada bulan Januari. Benih yang telah diperoleh harus diseleksi untuk
mendapat benih berkualitas baik. Ada dua cara seleksi benih yang biasa digunakan
adalah metode pantul, dimana biji satu persatu dijatuhkan di atas alas yang keras, misal
lantai, lembaran kayu. Biji yang baik adalah biji yang memantul/melenting, sementara
biji yang afkir adalah biji yang menggulir ke samping dengan bunyi hampa.
2. Persemaian Biji
Tujuan persemaian biji adalah untuk memperoleh bibit yang pertumbuhannya
seragam dengan cara seleksi dan mengelompokkan bibit yang tumbuh cepat dan baik
serta memisahkan bibit yang tumbuh lambat dan kurang baik. Sebelum dilakukan
persemaian, media persemaian (kimbed) harus dipersiapkan terlebih dahulu.
Pemeliharaan kimbed dilakukan dengan melakukan penyiraman pagi dan sore.
Penyiraman pada pagi hari dilakukan pada pukul 06.00 - 09.00 WIB, sementara
penyiraman  pada sore hari dilakukan pada pukul 15.00 - 18.00 WIB.
Biji akan tumbuh menjadi kecambah setelah 10-14 hari. Jika biji tumbuh lebih dari 14
hari maka biji tersebut diafkir. Pemindahan ke lokasi pembibitan untuk batang bawah
sewaktu kecambah masih pendek dan sebelum membentuk daun (fase pancing).
Kecambah yang telah dicabut dari kimbed harus ditanam di pembibitan pada hari itu
juga.
3. Persemaian Bibit
Persemaian bibit dilakukan adalah sebagai persemaian tempat pemeliharaan bibit sebagai
batang bawah yang akan diokulasi. Bibit dipelihara untuk beberapa bulan sampai tiba
saatnya untuk siap diokulasi. Sebelum pelaksanaan penanaman kecambah yang akan
dijadikan bibit batang bawah.
4. Okulasi
Okulasi merupakan cara pembiakan vegetatif dengan tujuan meningkatkan sifat
tanaman agar lebih baik, sehingga produktivitas menjadi lebih tinggi dan lebih tahan
terhadap hama dan penyakit. Okulasi dilakukan di Perkebunan Bayah adalah Brown
Budding, yaitu okulasi pada batang yang sudah berwarna coklat dan berusia 9 – 12 bulan.
Untuk mendapatkan klon yang baik maka dalam pemilihan batang bawah dan entres
harus memenuhi beberapa kriteria. Kriteria batang bawah yang baik antara lain : 1)
berusia 9 – 12 bulan, 2) memiliki lingkaran batang ± 4 cm, dan 3) daun tua dan tidak
gundul. Kriteria entres yang baik antara lain, 1) entres berasal dari tanaman yang jelas
klonnya, 2) tidak terserang hama dan penyakit, 3) pertumbuhan tanaman lurus ke atas, 4)
mempunyai banyak mata tunas, 5) berdaun banyak dan agak tua, dan 6) kulit berwarna
coklat, mudah dikelupas dan tidak mudah patah.
Kontrol okulasi dilakukan 2-3 minggu setelah okulasi dan pembalut dapat dibuka.
Pemeriksaan dilakukan dengan menggores sedikit jendela okulasi, bila berwarna hijau
segar, maka okulasi tersebut dinyatakan berhasil.
5. Bibit Polibag
Pemindahan bibit hasil okulasi ke polybag bertujuan untuk memudahkan saat bibit
akan ditanam dilahan, teknisnya dilakukan pembongkaran dengan cangkul pada bibit
okulasian. Akar tunggang dipotong dan disakan 20 – 25 cm kemudian dioles rootone
yang merupakan zat perangsang tumbuh akar.
Bibit ditanam pada polybag berukuran 40 x 25 cm dengan media tanah dan pupuk
kandang perbandingan 2 : 1, bagian bawah polybag diberi lubang – lubang yang
berfungsi mengalirkan kelebihan air pada polybag. Bibit ditata dengan posisi mata tunas
saling berlawanan arah sehingga nantinya saat tunas sudah besar memiliki ruang tumbuh
dan tidak mengganggu satu sama lain. Bibit omti dalam polybag berumur + 5 bulan dan
berpayung dua siap untuk ditanam
5.1.3 Pra Penanaman
Sebelum melakukan pemindahan dari tempat pembibitan ke kebun inti, perusahaan
melakukan persiapan penanaman yaitu persiapan lahan, pemberantasan akar-akar dari
tanaman lama yang sudah di replanting dan pemberantasan tanaman-tanaman pengganggu,
pengecekan PH tanah. Biasanya pada tahap ini perusahaan bekerjasama dengan perusahaan
lain, seperti perusahaan alat berat untuk melakukan pembentukan lahan.

5.1.4 Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan tidak hanya terfokus pada tanaman saja namun
pemeliharaan juga dilakukan pada bagian pendukung seperti jalan, jembatan, teras dan
saluran air.pemeliharaan terbagi menjadi 2 tahap yaitu, tahap pemeliharaan Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM) dan pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM). Pada pemeliharaan
tanaman menghasilkan yang dilakukan yaitu :
1. Pemeliharaan jembatan, teras, dan saluran air
2. Menyulam/menyisip
3. Pengendalian Gulma
a. Pengendalian lalang
b. Pengendalian gulma lain
4. Pemberantasan hama dan penyakit
a. Pemberantasan hama
b. Pemberantasan penyakit tanaman
5. Pemupukan tanaman
6. Persiapan Panen
a. Sensus panen
b. Pembuatan hanca
c. Menggambar alur sadap
d. Menyiapkan kerja pemanen
Pemeliharaan tanaman menghasilkan yang dilakukan antara lain :
1. Pemeliharaan jalan, jembatan, teras, dan saluran air
2. Pengendalian gulma
a. Wiping lalang
b. Pengendalian gulma lain; penyiangan gawangan, semprot barisan
3. Pengendalian hama dan penyakit
a. Hama tanaman menghasilkan
b. Penyakit tanaman menghasilkan
4. Analisa daun
5. Pemupukan tanaman

5.1.5 Pemanenan
Panen merupakan satu kegiatan penentu untuk menggali produksi karet secara optimal.
Pemanenan yang dilakukan PTPN VII unit padang pelawi yaitu ketika usia tanaman karet 3,5
– 4 tahun (bibit PB 260).
1. Sistem penyadapan
Sistem penyadapan yang dilakukan PTPN VII menggunakan beberapa sistem penyadapan
antara lain, sistem sadap HAFAS dan SODECI.
2. Persiapan bukaan sadap
Tanaman karet yang sudah siap disadap memiliki kriteria antara lain : tanaman sudah
berumur 3,5 – 4 tahun (bibit PB 260), lilit batang > 45 cm, jumlah tanaman siap sadap dalam
satu area sudah mencapai 60%. Waktu buka sadap yang cocok untuk tanaman karet yaitu
bulan oktober sampai april. Kriteria lain yang harus diperhatikan yaitu, tinggi bukaan sadap
130 cm dari tanah, lereng sadap 400, tebal kulit 7 mm, dan kedalaman sadapan 1 mm dari
kambium.
3. Pelaksanaan Penyadapan
Sistem pelaksanaan penyadapan yang dilakukan oleh PTPN VII unit usaha Padang Pelawi
adalah sistem sadap Terang Tanah, penyadapan dimulai pukul 05.30 WIB dengan urutan
pekerjaan sebagai berikut :
a. Pengutipan cump lump dikumpulkan dalam ember
b. Serap ditarik dikumpul dalam keranjang
c. Menggandakan mangkok tempat latek bila ada kelebihan
d. Pengumpulan latex jam 11.00 WIB
e. Latex CL segera disetor ke tempat pengumpulan.
5.2 Coorporate Social Responsibility (CSR)
DAFTAR PUSTAKA

Ali Imran. 2006. Panen Karet.Lembaga Pelatihan Perkebunan. Lampung

Anonim.2008.http://koleksi-skripsi.blogspot.com/2011/04/pengendalian-persediaan-bahan
baku.html. (Diakses Pada 15 Mei 2015)

Assauri,Sofjan. 2004.Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia.

Hadiguna R.A. 2009. Manajemen Pabrik : Pendekatan Sistem untuk Efisiensi dan Efektivitas.
Bumi Aksara, Jakarta.

Rangkuti, Freddy.2004. Manajemen Persediaan: Aplikasi di Bidang Bisnis. Grafindo


Persada. Jakarta

Triana N. 2002. Analisis Peramalan Pasokan Bahan Baku dan Penjualan serta Penentuan
Harga Pokok Produksi Benih Padi di PT. Pertani (Persero) Sentra Produksi Benih
(SPB) Sukasari Kab. Bengkulu Utara (Skripsi). Fakultas Pertanian, Universitas
Bengkulu, Bengkulu (tidak dipublikasikan).

Anda mungkin juga menyukai