Anda di halaman 1dari 16

ABSTRAK

Siti Holipah. 021113073. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dalam Meningkatkan Kelancaran
Proses Produksi Pada PT. Putra Taro Paloma. Ketua Komisi Pembimbing Jaenudin, Anggota Komis
Pembimbing Dewi Taurusyanti, 2017.

Di era persaingan global saat ini dimana dunia usaha tumbuh dengan pesat di Indonesia, pengusaha
dituntut untuk bekerja dengan lebih efesien dalam menghadapi persaingan yang lebih ketat demi
menjaga kelangsungan operasi perusahaan. Setiap perusahaan selalu berupaya untuk dapat melakukan
berbagai cara untuk menjamin dan menunjang kelancaran proses produksi dengan menjaga persediaan
bahan baku yang cukup agar kegiatan operasi perusahaannya dapat berjalan dengan lancar dan efisien.
Namun dalam proses produksi, perusahaan akan dihadapkan dengan berbagai pemarsalahan yang
menyangkut penentuan jumlah yang akan dipesan, jenis bahan baku yang dibutuhkan, kapan
diperlukannya bahan baku tersebut dan kapan pemesanan yang dilakukan perusahaan. Demi menjaga
proses produksi agar tidak terjadinya penghambatan dengan itu maka diperlukannya suatu sistem
pengendalian persediaan yang baik. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk menganalisis
pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan oleh PT. Putra Taro Paloma, (2) Untuk
menganalisis pengendalian persediaan bahan baku terhadap kelancaran proses produksi pada PT.
Putra Taro Paloma. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode EOQ
(Economic Order Quantity).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jika perusahaan ingin melakukan pemesanan yang ekonomis
maka perusahaan harus melakukan 11 kali pemesanan, dengan jumlah setiap pemesanan sebesar
2.618 sak, pemesanan dilakukan selama 33 hari sekali dan pemesanan pemesanan bahan baku dapat
dilakukan kembali jika persediaan di gudang sebesar 3.916 sak dan untuk menghindari terjadinya
kekurangan persediaan bahan baku maka diperlukan persediaan pengaman sebesar 971 sak. Sehingga
setelah di analisi diperoleh selisih antara biaya biaya persediaan model perusahaan dengan
menggunakan model EOQ adalah Rp 5.396.891. Dari hasil analisis tersebut apabila metode EOQ
diterapkan dalam perusahaan, akan dapat membantu jumlah pemesanan kebutuhan bahan baku yang
ekonomis dalam setiap kali order dan meminimumkan biaya yang rendah serta adanya safety stock,
reorder point.

Kata Kunci : Pengendalian Persediaan Bahan Baku, Kelancaran Proses Produksi, Economic Order
Quantity (EOQ), Safety Stock, Reorder Point
PENDAHULUAN

Di era persaingan global saat ini semua perusahaan terus berusaha untuk tetap eksis
dibidang usahanya, baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa karena didalam
bisnis ini berhubungan dengan cara meningkatkan daya saing industri, maka akan sangat
berdampak pada industri didalam negeri karena banyaknya produk dari luar negeri menguasai
pangsa pasar. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk bekerja dengan lebih efektif dan
efisien dalam menghadapi persaingan yang lebih ketat demi menjaga kelangsungan proses
produksi.
Setiap perusahaan selalu berupaya untuk dapat melakukan berbagai cara untuk
menjamin dan menunjang kelancaran proses produksi dengan menjaga persediaan bahan
baku yang cukup agar kegiatan operasi perusahaannya dapat berjalan dengan lancar dan
efisien. Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk
memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan,
untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu peralatan. (Eddy Herjanto, 2007,
237). Bahan baku yang dibutuhkan hendaknya cukup tersedia sehingga dapat menjamin
kelancaran proses produksi. Jika perusahaan mengalami kekurangan bahan baku, maka
perusahaan tidak akan dapat melaksanakan proses produksi sebagai mana yang telah
direncanakan perusahaan sebelumnya dan perusahaan juga dapat mengalami kerugian yang
cukup besar karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari produk yang
tidak dapat di produksi tersebut. Selain itu perusahaan juga bisa kehilangan konsumen yang
beralih ke perusahaan lain akibat tidak dapat memenuhi permintaan konsumen tersebut.
Tetapi bukan berarti jika perusahaan yang memiliki persediaan bahan baku dalam
jumlah yang berlebih akan menjadi lebih baik, bahkan bisa menjadi pemborosan karena
persediaan yang berlebihan. Untuk itu penting bagi setiap perusahaan mengadakan
pengendalian atas persediaan, karena kegiatan ini dapat membantu agar tercapainya suatu
tingkat efisiensi penggunaan dalam persediaan. Dalam hal ini pengendalian persediaan dapat
membantu mengurangi risiko.
PT. Putra Taro Paloma merupakan suatu perusahaan manufaktur yang bergerak dalam
bidang produksi makanan ringan yaitu Snack Taro. Bahan baku yang digunakan dalam proses
produksi Snack Taro ini adalah tepung terigu, minyak nabati, tapioka, bumbu rasa, gula,
garam dan pengembang. PT. Putra Taro Paloma berlokasi di JL. Pancasila IV Desa Cicadas
Kecamatan Gunung Putri - Kabupaten Bogor.
Salah satu pengendalian persediaan yang dilakukan perusahaan adalah pengendalian
persediaan yang mencakup suatu kegiatan mulai dari penentuan jumlah dan jenis bahan baku
yang dibutuhkan, kapan diperlukannya bahan baku tersebut dan kapan pemesanan yang
dilakukan perusahaan. Tujuan dari perusahaan yaitu harus bisa mengelola persediaan bahan
baku dengan baik agar dapat memiliki persediaan seoptimal mungkin untuk kelancaran
proses produksi perusahaan dan biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan lebih rendah.
Namun pada PT. Putra Taro Paloma pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan
perusahaan masih di rasa kurang optimal. Hal ini disebabkan perusahaan terkadang
mengalami kelebihan pada persediaan bahan baku.
Perusahaan selalu menghendaki tersedianya persediaan bahan baku yang optimum yang dapat
memenuhi jumlah kebutuhan produksi dan pada waktu yang tepat. Namun, seiring
berjalannya waktu dan pada kenyataannya perusahan juga tidak dapat menjamin bahwa
bahan-bahan untuk keperluan produksi selesai tepat pada waktunya. Selain itu persediaan
bahan baku yang diperkirakan terjadi secara konstan tetapi pada kenyataannya dalam
prakteknya mengalami kenaikan pemakaian bahan baku akibat dari kenaikan permintaan
konsumen.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) Untuk menganalisis
pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan oleh PT. Putra Taro Paloma; dan (2)
Untuk menganalisis pengendalian persediaan bahan baku terhadap kelancaran proses
produksi pada PT. Putra Taro Paloma.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Pengendalian

Menurut Mulyadi (2007, 277) mengatakan bahwa pengendalian adalah “Usaha untuk
mencapai tujuan tertentu melalui perilaku yang diharapkan”.
Menurut Sondang P. Siagian (2007, 176) Pengendalian adalah proses pengamatan dari
pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang
sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Menurut Koontz dan O’donell dalam Fattah (2007, 175) menyatakan bahwa
“Controlling is the measuring and correcting of subordinates to assaure that events conform
to plants”.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian adalah usaha atau proses
yang dilakukan oleh manajemen untuk mencapai tujuan dengan rencana yang telah
ditetapkan.
Pengertian Persediaan
Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan
maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau persediaan barang-barang
yang masih dalam proses produksi. (Sofjan Assauri, 2008, 237).
Menurut Agus Ristono (2009, 1) mendefinisikan persediaan adalah “Barang-barang
yang di simpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang.
Persediaan terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan bahan setengah jadi, dan persediaan
barang jadi. Persediaan bahan baku dan bahan setengah jadi di simpan sebelum digunakan
atau di masukan ke dalam proses produksi, sedangkan persediaan barang jadi di simpan
sebelum dijual atau dipasarkan. Dengan demikian perusahaan yang melakukan kegiatan
usaha umumnya memiliki persediaan”.
Menurut Eddy Herjanto (2007, 237) Persediaan yaitu : Bahan atau barang yang
disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan
dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari
suatu peralatan.
Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah suatu
bahan atau barang yang digunakan perusahaan dalam proses produksi yang berupa bahan
mentah, bahan setengah jadi, dan barang jadi untuk diubah menjadi output, serta barang-
barang jadi atau produk yang disediakan untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal,
atau persediaan barang-barang yang masih dalam proses produksi.
Pengertian Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan merupakan “Fungsi manajerial yang sangat penting,
karena persediaan fisik banyak perusahaan melibatkan investasi rupiah terbesar
dalam pos aktiva lancar. Bila perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dalam
persediaan, menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan, dan mungkin
mempunyai “opportunity cost”. (T. Hani Handoko, 2015,333).
Pengendalian persediaan adalah “Suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan
komposisi dari persediaan parts, bahan baku, dan barang hasil/produk, sehingga
perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan-
kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien. (Sofjan Assaur,
2008,248).
Sedangkan pengendalian persediaan menurut Irham Fahmi (2012,109) adalah “
kemampuan suatu perusahaan dalam mengatur dan mengelola setiap kebutuhan barang baik
barang mentah, barang setengah jadi dan barang jadi agar selalu tersedia baik dalam kondisi
pasar yang stabil dan berfluktuasi”.
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengendalian persediaan
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam mengatur, mengelola, dan
mempertahankan bahan mentah atau barang setengah jadi agar dapat memenuhi kebutuhan
pasar.
Proses Produksi dan Kelancaran Proses Produksi
Pengertian Proses Produksi
Menurut Sofjan Assauri (2008, 105) mengatakan bahwa “Proses Produksi adalah cara,
metode, dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa
dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan, dan dana) yang
ada”.
Proses produksi atau proses operasi pada hakikatnya merupakan proses perubahan
masukan menjadi keluaran. Berbagai bentuk barang atau jasa yang dikerjakan banyak sekali
sehingga macam-macam proses yang ada juga menjadi banyak”. (Rusdiana, M.M., 2014, 27)
Menurut Ranjer Singh (2006, 2) mengatakan bahwa “Production process is the process
followed in plant for converting semi-finished products or raw materials into finished
products or raw materials into finished products”.
Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian proses produksi
adalah cara, metode, dan teknik yang digunakan untuk menciptakan suatu barang atau jasa
dalam kegiatan manufaktur.
Kelancaran Proses Produksi
Kelancaran merupakan hal yang diinginkan oleh setiap orang dalam menjalankan
kegiatan apa pun. Karena dengan kelancaran makan tujuan yang diinginkan atau
direncanakan pun bisa tercapai tanpa gangguan apa pun. Menurut Poerwadarminta
“Kelancaran adalah keadaan lancarnya sesuatu”.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelancaran proses produksi
adalah suatu keadaan dimana proses penciptaan atau aktivitas penambahan faedah suatu
barang tidak terhambat oleh apapun.
METODE PENELITIAN

1. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan
metode studi kasus.
2. Objek penelitian pada penelitian ini adalah variabel pengendalian persediaan bahan baku
dan variabel kelancaran proses produksi.
3. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa Respon Group pada PT.
Putra Taro Paloma.
4. Lokasi penelitian ini dilakukan pada PT. Putra Taro Paloma yang bergerak di bidang
manufaktur food. PT. Putra Taro Paloma berlokasi di Cicadas, Gunung Putri, Kabupaten
Bogor.
5. Jenis data yang diteliti adalah data kuantitatif.
6. Sumber data yang diambil oleh peneliti adalah data sekunder.

METODE PENGUMPULAN DATA


1. Studi Kepustakaan
Penulis mengumpulkan data dan informasi dari berbagai landasan teori yang digunakan
sebagai dasar perumusan masalah dan sebagai alat untuk menganalisis data yang
diperoleh dari berbagai buku yang ada hubungannya dengan permasalahan mengenai
pengendalian persediaan bahan baku guna meningkatkan kelancaran proses produksi.
2. Penelitian Lapangan
Pengumpulan data dengan melakukan peninjauan secara langsung untuk memperoleh
data-data yang diperlukan dalam menyusun penelitian. Penelitian yang dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
a. Observasi, yaitu metode dengan melakukan penelitian atau pengamatan secara
langsung pada objek yang akan diteliti.
b. Wawancara, yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab
bersama narasumber atau individu/kelompok pada tempat penelitian dilakukan.
c. Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data yang diperoleh langsung dari data
perusahaan atau dokumen perusahaan.

METODE ANALISIS
Metode analisis yang digunakan oleh penulis untuk menentukan persediaan bahan baku
agar kelancaran proses produksi tidak terganggu, yaitu dengan menggunakan metode EOQ,
adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Menentukan kebutuhan persediaan bahan baku
a. Penentuan jumlah pemesanan yang ekonomis
Economic Order Quantity (EOQ) adalah suatu metode matematis yang digunakan
untuk menentukan jumlah atau besarnya pesanan dengan biaya minimal atau jumlah
pembelian yang optimal.
Rumus EOQ per order sebagai berikut :
2𝐷𝑆
𝐸𝑂𝑄 = √
𝐻
b. Menentukan persediaan penyelamat (safety stock)
Persediaan penyelamat adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk
melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out).
Melalui rumus distribusi normal, besarnya persediaan dapat dihitung sebagai berikut :
X− μ
𝑍=
σ
Karena persediaan pengaman merupakan selisih antara X dan µ, maka
𝑠𝑠
𝑍= atau 𝑆𝑆 = 𝑍𝜎
𝜎
c. Menentukan titik pemesanan ulang (reorder point)
Titik pemesanan ulang biasanya ditetapkan dengan cara menambahkan
penggunaan selama waktu tenggang dengan persediaan pengaman, atau dalam bentuk
rumus sebagai berikut :

𝑅𝑂𝑃 = 𝑑 × 𝐿 + 𝑠𝑠

d. Menentukan biaya total persediaan


Sebelum menghitung biaya total persediaan, kita mencari biaya pemesanan dan
biaya penyimpanan dengan rumus:
Biaya pemesanan tahunan = jumlah pemesanan bahan baku yang dilakukan
per tahun × biaya pemesanan bahan baku setiap
kali pesan

Biaya penyimpanan tahunan = tingkat persediaan rata-rata bahan baku × biaya


penyimpanan bahan baku per tahun

Selanjutnya, menghitung total biaya persediaan dengan rumus :

Biaya total tahunan = biaya pemesanan bahan baku + biaya penyimpanan


bahan baku

HASIL PENELITIAN

Dalam memproduksi Snack Taro dengan beberapa varian rasa PT. Putra Taro Paloma
memerlukan bahan-bahan seperti: Tepung terigu, Tapioka, Minyak goreng, Pengembang,
Gula, Garam dan Perisa (rumput laut, barbeque, cheese blast, italian pizza dan sebagainya).

Raw material Drying I

pemasakan Pelet

Setting Drying II

Aging Frying

cutting Seasoning Perisa

Pengemasan

Taro
Snack
Gambar 2
Flow Chart Proses Produksi

 Pemasakan
Bahan baku (tepung terigu, gula, garam, dan air) dimasukkan ke ruang proses
pemasakan. Pemasakan yang disertai dengan pengadukan bertujuan agar bahan baku
berlangsung secara merata.
 Sheeting (Pembuatan Lembaran)
Dalam keadaan yang masih panas, adonan dibentuk menjadi lembaran dengan motif
jala (net) dengan ketebalan 1,4-1,8 mm. Ketebalan yang dihasilkan harus seragam
agar proses pengeringan selanjutnya dapat menghasilkan kadar air yang seragam.
 Aging
Proses aging dilakukan pada rak terbuka dan tidak adanya pengontrolan suhu dan
kelembaban. Proses aging terutama dilakukan agar lembaran mudah dipotong.
 Cutting
Setelah tahapan aging, lembaran adonan dipotong menjadi ukuran 1,5x1,5 cm
dengan toleransi 2 mm. Hasil dari potongan adonan disebut dengan pelet basah.
Setelah pemotongan, pelet basah yang dihasilkan langsung dimasukkan ke mesin
pengering pertama.
 Drying I
Pengeringan dilakukan dua kali. Pengeringan merupakan aplikasi panas di bawah
kondisi terkontrol untuk menghilangkan sebagian besar air yang secara normal ada
di dalam makanan. Proses pengeringan pertama menghasilkan pelet.
 Drying II
Sebelum pelet digoren, dilakuakn pengeringan kedua sampai kadar air pelet sebesar
9-11%. Pengeringan kedua dilakukan untuk meratakan kadar air pelet. Fungsi utama
pengeringan kedua untuk mendapatkan kadar air pelet siap goreng, sehingga hasil
goreng sesuai standar yaitu mengembang dengan baik, tidak bantat, tidak keriting
dan tidak berpori.
 Frying
Penggorengan pelet dilakukan pada suhu minyak aktual berkisar antara 180-195°C.
Proses penggorengan dapat dilakukan dengan tiga mesin fryer dengan cara deep fat
frying sistem batch yang memiliki dua jenis spesifikasi dan pengaturan yang
berbeda.
 Seasoning
Gorengan yang dihasilkan masuk ke dalam seasoning tumbler melalui konveyor
untuk proses penambahan perisa. Terdapat beberapa jenis perisa yang digunakan
yaitu perisa barbeque, seaweed, pizza, cheese burger, curly fries, dan cheese blast.
 Pengemasan
Ada 2 macam ukuran kemasan, yaitu netto 10 gram (standar) dan 40 gram (family
pack). Mesin yang digunakan ada dua macam yaitu mesin gravimetri, dan
volumetrik. Bahan kemasan yang digunakan adalah kemasan alumunium. Setelah itu
dimasukkan ke dalam kemasan sekunder yaitu kardus karton dan disimpan di ruang
Finish Product Storage sebelum dilakukan pengiriman.
Pelaksanaan Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada PT. Putra Taro Paloma
PT. Putra Taro Paloma merupakan perusahaan yang sudah berdiri sejak tahun 1984.
Pada tahun 1985 PT. Putra Taro Paloma mulai memproduksi produk utamanya yaitu Snack
Taro. PT. Putra Taro Paloma berlokasi di JL. Pancasila IV Desa Cicadas Kecamatan Gunung
Putri Kabupaten Bogor. Meskipun sudah cukup lama berdiri dan banyak mengalami
kemajuan dalam aspek penjualan dan jumlah produksi yang terus meningkat. PT. Putra Taro
Paloma masih menggunakan cara/metode perusahaan dengan memperkirakan dalam
pengendalian persediaan bahan bakunya. Perusahaan membeli dan menyediakan bahan baku
dengan mempertimbangkan order dan persediaan di gudang.
Persediaan bahan baku yang diperlukan PT. Putra Taro Paloma dalam memproduksi
Snack Taro yaitu tepung terigu, tapioka, minyak, gula, bumbu perisa, garam dan
pengembang. Proses produksi PT. Putra Taro Paloma karyawan di bagian produksi sistem
kerjanya terbagi menjadi 3 (tiga) shift. Shift pagi bekerja pada pukul 06.00 – 14.00, untuk
shift siang bekerja pada pukul 14.00 – 22.00 dan shift malam bekerja pada pukul 22.00 –
06.00. Untuk jumlah kebutuhan bahan utama tepung terigu sebesar 81.020 sak dalam satu
tahun, sedangkan untuk jumlah kebutuhan bahan baku seperti tapioka, gula, garam, dan
pengembang tidak dapat diketahui hal ini dikarenakan adanya rahasia dalam perusahaan.
Untuk jumlah kebutuhan bahan baku pada bumbu bubuk rasa pizza sebesar 29.647 sak.
Jumlah kebutuhan bahan baku bumbu bubuk rasa pizza pada PT. Putra Taro Paloma tidak
pasti, dikarenakan pemakaian bahan baku bumbu bubuk rasa pizza yang terjadi meningkat
akibat dari kenaikan permintaan konsumen, sedangkan jumlah ketersediaan bahan baku
bumbu bubuk rasa pizza belum teratur secara sistematis hal ini dapat terlihat dari terjadinya
kenaikan pemakaian bahan baku pada saat proses produksi. Berikut ini data persediaan bahan
baku bumbu bubuk rasa Pizza tiap bulannya, yaitu dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.
Data persediaan bahan baku bumbu bubuk rasa Pizza
pada PT. Putra Taro Paloma
Bulan Jumlah (sak)
Januari 2.387
Februari 2.415
Maret 2.462
April 2.455
Mei 2.437
Juni 2.437
Juli 2.460
Agustus 2.500
September 2.513
Oktober 2.521
November 2.530
Desember 2.530
Total 29.647
Sumber : PT. Putra Taro Paloma 2015

Biaya persediaan pada PT. Putra Taro Paloma secara umum dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, berikut ini data biaya-biaya
persediaan :
a. Biaya pemesanan
Biaya pemesanan bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan,
berkenaan dengan dilakukannya pembelian bahan baku yang dipesan.
b. Biaya penyimpanan
Biaya penyimpanan merupakan biaya yang ditimbulkan sebagai akibat dari
dilakukannya penyimpanan bahan baku.
Tabel 4.
Total Biaya Persediaan Bahan Baku Tahun 2015
Jenis Biaya Jumlah
Biaya Pemesanan Rp. 45.110.000 per tahun
Biaya Penyimpanan Rp. 4.447.000 per tahun
Total Biaya Persediaan Rp. 49.557.000 per tahun
Sumber: PT. Putra Taro Paloma
Jadi, total jumlah kebutuhan persediaan bahan baku yang diperlukan oleh kebijakan
perusahaan sebesar 29.647 sak dengan biaya persediaan bahan baku yang dikeluarkan oleh
perusahaan adalah sebesar Rp. 49.557.000 per tahun.
4.2.2. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dalam Meningkatkan Kelancaran Proses
Produksi Pada PT. Putra Taro Paloma
Bahan baku yang diperlukan PT. Putra Taro Paloma dalam memproduksi Snack Taro
Italian Pizza, yaitu tepung terigu, tepung tapioka, minyak nabati, gula, garam, pengembang,
dan perisa. Sedangkan mesin yang digunakan PT. Putra Taro Paloma dalam menjalankan
produksinya yaitu mesin batch fryer, mesin bucket feeder, mesin feeder, oil separator. Berikut
ini data-data yang diperoleh dari PT. Putra Taro Paloma, diantaranya yaitu :
Tabel 5.
Data kebutuhan bahan baku bumbu bubuk rasa Pizza
pada PT. Putra Taro Paloma
Keterangan Jumlah
a. Kebutuhan bahan baku per tahun 29.647 sak
b. Freekuensi pemesanan 13 kali
c. Kebutuhan bahan baku per hari 589 sak
d. Waktu tunggu 5 hari
Sumber : PT. Putra Taro Paloma 2015
Tabel 6.
Data biaya untuk kebutuhan bahan baku bumbu bubuk rasa Pizza pada PT. Putra Taro
Paloma
Jenis Biaya Jumlah
Biaya bahan/harga pembelian Rp. 200.000 per sak
Biaya pemesanan Rp. 3.470.000 per pesanan
Biaya penyimpanan 15% dari nilai kebutuhan
Sumber : PT. Putra Taro Paloma 2015
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari perusahaan, maka penulis akan menganalisis data
tersebut dengan menggunakan metode EOQ, yaitu sebagai berikut :

1. Menentukan kebutuhan persediaan bahan baku


Dalam menjamin kelancaran proses produksi yang akan dilaksanakan perusahaan, maka
yang harus diperhatikan dalam pengadaan bahan baku adalah persediaan bahan baku
yang cukup dengan biaya yang seminimal mungkin. Penentuan banyaknya jumlah
kebutuhan bahan baku harus ekonomis, jangan sampai terlalu besar karena dapat
menimbulkan beban biaya, dan juga jangan sampai terlalu kecil karena hal tersebut dapat
menghambat kelancaran proses produksi.

a. EOQ (Economic Order Quantity)


Besarnya pembelian bahan baku yang ekonomis untuk tahun 2015 adalah :
Permintaan rata-rata bahan baku bumbu bubuk rasa Pizza =29.647 sak/tahun
Tenggang waktu = 5 hari
Tingkat pelayanan yang diinginkan = 90%
D = 29.647 sak/tahun
S = Rp. 3.470.000,-
C = Rp. 200.000,-
H = 15% × 200.000
= 30.000
2DS
Q=√
H

2 × 29.647 × Rp 3.470.000
=√
30.000
= 2.618,84 atau 2.618 sak
Dengan mengetahui jumlah pemesanan bahan baku yang paling ekonomis sebesar 2.618
sak, maka frekuensi pesanan dalam satu tahun bisa diketahui dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
kebutuhan bahan baku 1 tahun
frekuensi pembelian dilakukan =
Q
29.647
=
2.618
= 11 kali per tahun
Jadi, jumlah frekuensi pemesanan yang ekonomis yang dilakukan oleh perusahaan
sebaiknya dilakukan sebanyak 11 kali dalam satu tahun dengan:
kebutuhan selama satu tahun
Kuantitas per pesanan =
frekuensi pemesana
29.647
=
11 kali
= 2.695 sak
kuantitas per pesanan
Rata − rata persediaan =
2
2.695,18
=
2
= 1.347 sak
Jika 1 tahun sama dengan 365 hari, maka jangka waktu antar tiap pesanan adalah :
Jumlah hari kerja per tahun
T=
frekuensi pemesana
365
=
11
= 33 hari
b. Penentuan persediaan pengaman/penyelamat
Persediaan pengaman berguna untuk melindungi perusahaan dari resiko kehabisan bahan
baku dan keterlambatan penerimaan bahan baku yang dipesan. Dengan tingkat pelayanan
(SL) yang diinginkan sebesar 90% (Z = 1,65) dan standar deviasi (σ) sebesar 589 sak
selama waktu tenggang 5 hari, maka :
𝑆𝑆 = 𝑍𝜎
= 1,65 × 589
= 971 sak
Jadi persediaan pengaman yang harus disediakan oleh perusahaan adalah sebanyak 971
sak.
c. Penentuan titik pemesanan ulang
Reoder point adalah saat dimana harus diadakan atau dilakukan kembali sehingga
kedatangan atau penerimaan bahan yang dipesan tersebut tepat pada waktunya, yaitu :
𝑅𝑂𝑃 = 𝑑 × 𝐿 + 𝑆𝑆
= 589 × 5 + 971
= 3.916 sak
Jadi, perusahaan harus melakukan pemesanan bahan baku pada tingkat jumlah sebesar
3.916 sak.
Dari perhitungan di atas dapat diketahui besarnya biaya persediaan yang harus dikeluarkan
oleh perusahaan dengan menggunakan metode EOQ, yaitu :
1. Biaya pemesanan
= frekuensi pesanan × biaya pemesanan
= 11 kali × Rp 3.470.000
= Rp 38.170.000

2. Biaya penyimpanan
= persediaan rata − rata × biaya penyimpanan
= 1.347sak × 4.447
= 5.990.109
Sehingga total biaya biaya persediaan adalah :
Biaya Pemesanan = Rp 38.170.000
Biaya Penyimpanan = Rp 5.990.109
Total = Rp 44.160.109
Berdasarkan perhitungan tersebut, jika perusahaan ingin melakukan pemesanan yang
ekonomis maka perusahaan harus melakukan 11 kali pemesanan, dengan jumlah setiap
pemesanan sebesar 2.618 sak, dan pemesanan dilakukan selama 33 hari sekali perusahaan
melakukan pemesanan ulang dengan persediaan pengaman sebesar 971 sak. Pemesanan
dilakukan pada saat persediaan yang ada sebesar 3.916 sak. Sedangkan biaya yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp 44.160.109 untuk biaya pemesanan per tahun
atau Rp 38.170.000 dalam setiap kali pemesanan dan untuk biaya penyimpanan yang
harus dikeluarkan perusahaan sebanyak Rp 5.990.109 per tahun.
2. Kelancaran proses produksi
Jenis proses produksi pada PT. Putra Taro Paloma dapat di golongkan ke dalam
proses yang terus-menerus (continue process) ini berarti proses produksi dilaksanakan
dalam jangka waktu yang lama tanpa adanya perubahan selama memproduksi jenis yang
sama.
Pengadaaan bahan baku yang ditangani oleh bagian ppic sangat berperan dalam
menunjang kelancaran proses produksi karena tanpa adanya bahan baku maka proses
produksi tidak dapat berjalan. Suatu proses produksi dapat dikatakan lancar apabila proses
produksi tidak mengalami hambatan yang berarti dalam memproduksi suatu barang,
sehingga dapat menghasilkan produk sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang ditentukan
atau direncanakan dan hasil dari proses produksi tersebut dapat sesuai pada waktunya.
Dari hasil yang telah di analisis, maka telah diketahui perbandingan antara total
biaya yang dikeluarkan bila menggunakan kebijakan perusahaan dan kebijakan dengan
menggunakan metode EOQ.
Tabel 7.
Perbandingan Persediaan Bahan Baku
No Keterangan Kebijakan Metode EOQ
Perusahaan
1 Pembelian rata-rata bahan baku 2.281 2.618
2 Total biaya persediaan Rp 49.557.000 Rp 44.160.109
3 Frekuensi pemesanan 13 kali 11 kali
4 Safety Stock - 971 sak
5 Reorder Point - 3.916
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan Tabel 6. diketahui bahwa terdapat perbedaan pada pengendalian
persediaan bahan baku bumbu bubuk pizza berdasarkan kebijakan perusahaan dan dengan
menggunakan metode EOQ. Jumlah pemesanan berdasarkan kebijakan perusahaan lebih
besar dibandingkan dengan menggunakan metode EOQ hal ini berpengaruh pada frekuensi
pemesanan yang dilakukan perusahaan dimana berdasarkan kebijakan perusahaan frekuensi
pemesanan lebih besar dibandingkan dengan menggunakan metode EOQ. Total biaya
persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan lebih besar dibandingkan jika perusahaan
menggunakan metode EOQ.
Dapat dilihat bahwa total biaya persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar
Rp 49.557.000. sedangkan total biaya persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan bila
menggunakan metode EOQ adalah sebesar 44.160.109 sehingga terjadi penghematan biaya
sebesar Rp 5.396.891 per tahun secara keseluruhan untuk biaya persediaan bahan baku
bumbu pizza.
Simpulan

1. Pelaksanaan pengendalian persediaan bahan baku pada PT. Putra Taro Paloma saat ini
berjalan kurang optimal, hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh dari perusahaan
mengenai jumlah persediaan bahan baku bumbu bubuk rasa pizza selama periode Januari
sampai Desember 2015. Dalam persediaan kebutuhan bahan baku perusahaan terkadang
mengalami kelebihan persediaan dan terkdang mengalami kekurangan bahan baku
dikarenakan pemesanan bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan sebanyak 13 kali,
sehingga menyebabkan biaya persediaan yang tidak efisien atau terjadinya pemborosan.
2. Frekuensi pemesanan bahan baku PT. Putra Taro Paloma bila menggunakan metode
EOQ adalah 11 kali pemesanan bahan baku dalam satu tahun, sedangkan kebijakan
perusahaan adalah 13 kali dalam satu tahun. Total biaya biaya persediaan perusahaan
bila dihitung menggunkan metode EOQ sebesar Rp 44.160.109 sedangkan kebijakan
perusahaan sebesar Rp 49.557.000 sehingga terjadinya penghematan biaya. Dalam
metode EOQ, terdapat safety stock untuk memperlancar proses produksi dalam jumlah
971 sak dan adanya titik pemesanan kembali (ROP) untuk mengantisipasi keterlambatan
pengiriman bahan baku yaitu perusahaan harus memesan kembali pemesanan bahan baku
saat persediaan bahan baku berada pada tingkat jumlah sebesar 3.916 sak.
Saran

1. Dalam pelaksanaan pengendalian persediaan bahan baku, sebaiknya perusahaan


meninjau kembali kebijakan pengendalian persediaan bahan baku yang selama ini telah
dilakukan perusahaan. Karena pengendalian persediaan yang dilakukan perusahaan
berjalan kurang optimal dan perusahaan sebaiknya mengantisipasi kekurangan bahan
baku agar proses produksi tidak terganggu, dengan cara melakukan pemesanan bahan
baku dengan kuantitas yang disesuaikan dengan target produksi.
2. Sebaiknya perusahaan menerapkan metode EOQ di dalam melakukan pengendalian
persediaan bahan baku yang telah terbukti menghasilkan jumlah pemesanan yang
ekonomis serta total biaya persediaan yang efisien, dan menyediakan persediaan
pengaman yang jumlahnya sesuai dengan yang dihasilkan jika menggunakan metode
EOQ. Apabila perusahaan menerapkan metode EOQ maka dapat mengoptimalkan
kelancaran proses produksi pada PT. Putra Taro Paloma dan biaya persediaan bahan
baku pada perusahaan menjadi lebih ekonomis.
Daftar Pustaka

Agus Ristono. 2009. Manajemen Persediaa. Edisi Pertama. Yogyakarta, Graha Ilmu.
Eddy Herjanto. 2007. Manajemen Operasi. Jakarta, Salemba.
Irham Fahmi. 2014. Manajemen Keuangan, Bandung, Alfabeta.
Koontz, Harold,. O’Donell Cyril and Weihrich Heinz. 2007. Management, Erlangga, Jakarta,
Mulyadi, 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen: sistem pelipataganda
kinerja perusahaan, Jakarta: Selemba Empat.
Rusdiana. 2014.Manajemen Operasi, Bandung, CV Pustaka Setia.
Sofjan Assauri. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi, Jakarta, FE
Universitas Indonesia.
Singh, Rajender (2006), Introductions to Basic Manufacturing Performance and Workshop
Technology, New Age Internastional.
T. Hani Handoko. 2015. Dasar-Dasar Manajemen Operasi, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai