Anda di halaman 1dari 60

BAB 3

PENYELESAIAN KASUS

Bagian ini berisikan tentang penjelasan dan penyelsaian kasus yang diangkat
berdasarkan kerja praktek yang dilaksanakan di PT Bumi Sarimas Indonesia.

3.1

Pendahuluan
Bagian ini berisikan latar belakang masalah, tujuan penelitian, perumusan

masalah, dan batasan masalah.

3.1.1

Latar Belakang
Jumlah perusahaan yang melakukan produksi di bidang pangan seiring

dengan berjalannya waktu tentunya akan semakin bertambah. Dengan demikian


maka bisa dipastikan tingkat persaingan semakin tinggi, hal itu menuntut perusahaan
untuk tetap mempertahankan usahanya hingga meningkatkan usahanya tersebut.
Namun dalam pelaksanaan mempertahankan usahanya tentunya perjalanan tidak
akan mulus saja, masalah yang tidak diinginkan pun akan timbul seiring dengan
berjalannya waktu. Salah satu masalah yang sering muncul adalah kelancaran
produksi. Masalah kelancaran produksi tersebut dapat diakibatkan oleh jumlah
persediaan bahan baku yang dimilki oleh perusahaan.
PT Bumi Sarimas Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang melakukan
produksi di dalam bidang pangan. PT Bumi Sarimas inonesia dalam melakukan
produksinya kerap sekali mengalami masalah dengan kelancaran produksi.
Perusahaan ini sering sekali terhenti produksinya dikarenakan bahan baku untuk
pembuatan nata de coco habis dan perusahaan tidak memiliki persiapan ataupun
persediaan bahan baku sama sekali. PT bumi sarimas Indonesia tidak memiliki
kebijakan khusus mengenai waktu pemesanan ataupun berapa banyak jumlah bahan
15

baku yang harus tersedia di gudang. Perusahaan ini hanya akan melakukan
pemesanan ketika bahan baku untuk pembuatan nata de coco habis. Hal tersebut
dapat memberikan dampak yang buruk bagi kelangsungan perusahaan, dengan tidak
lancarnya produksi tentu akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, padahal
tujuan dari sebuah perusahaan adalah mencari untung yang besar. Masalah
persediaan yang dihadapi oleh perusahaan ini juga dipicu oleh tidak adanya acuan
dalam menentukan jumlah produksi. Sehingga jumlah bahan baku dan jumlah
produksi tidak akan tepat, jika dua hal tersebut dapat dihitung secara tepat maka
permasalahan persediaan bahan baku yang dihadapi oleh perusahaan ini

dapat

diatasi.
Sesuai dengan hal yang telah dibahas pada paragraf sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa persediaan merupakan elemen utama dalam melaksanakan
kegiatan produksi. Maka dari itu, masalah persediaan yang dihadapi oleh perusahaan
ini dapat diatasi dengan melakukan pengendalian persediaan bahan baku untuk
pembuatan nata de coco pada PT Bumi Sarimas Indonesia.

3.1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah yang dapat

dirumuskan adalah bagaimana mengendalikan persediaan bahan baku pembuatan


nata de coco pada PT Bumi Sarimas Indonesia apakah persediaan itu mampu
memenuhi kebutuhan produksi pembuatan nata de coco.

3.1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.

Meramalkan kebutuhan bahan baku yang akan digunakan oleh PT bumi

2.
3.

sarimas Indonesia untuk 12 periode ke depan.


Meramalkan jumlah produksi nata de coco untuk 12 periode ke depan.
Menentukan besarnya pemesanan yang dilakukan oleh perusahaan dengan
metode EOQ serta frekuensi pemesanan.
16

4.

Menentukan jumlah safety stock yang harus dimiliki oleh PT Bumi Sarimas

5.
6.

Indonesia
Menentukan titik pesan kembali (reorder point) dalam memesan bahan baku.
Membandingkan hasil peramalan produksi dengan peramlan bahan baku.

3.1.4

Batasan Masalah
Batasan masalah untuk penelitian kali ini adalah sebagai berikut

1.

Persediaan bahan baku yang akan dijadikan objek adalah persediaan bahan

2.

baku air kelapa.


Data yang digunakan adalah data historis penggunanaan air kelapa dari tahun

3.

2012-2013 dan data historis hasil produksi dari tahun 2012-2013.


Metode peramalan yang digunakan adalah metode kuadratis, siklis, dan trend

4.

siklis.
Metode yang digunakan untuk menghitung galat adalah metode Mean
Absolute Percentage Error (MAPE).

3.2

Landasan Teori
Bagian ini berisikan mengenai materi-materi yang berhubungan dengan

pengendalian persediaan.

3.2.1

Persediaan
Persediaan adalah merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik

perusahaan perusahaan denganmaksud untuk dijual dalam suatu periode usaha


tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses
produksi, ataupun persediaan bahan baku yang masih menunggu penggunaannya
dalam suatu proses produksi (Ruauw, 2011).
Pengertian lain persedian adalah persedian adalah

barang-barang yang

tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam kasus perusahaan
17

manufaktur, maka kata ini ditujukan untuk proses produksi atau yang ditempatkan
dalam kegiatan produksi (stice, 2004). Fungsi dari persediaan menurut jurnal yang
dibuat oleh Eyverson Ruauw pada tahun 2011 adalah sebagai berikut:
1.

Fungsi Decoupling
Fungsi ini memungkinkan bahwa perusahaan akan dapat memenuhi
kebutuhannya atas permintaan konsumen tanpa tergantung pada suplier
barang.

2.

Fungsi Economic Lot Sizing


Tujuan dari fungsi ini adalah pengumpulan persediaan agar perusahaan dapat
berproduksi serta menggunakan seluruh sumber daya yang ada dalam jumlah
yang cukup dengan tujuan agar dapat mengurangi biaya perunit produk.
Pertimbangan yang dilakukan dalam persediaan ini adalah penghematan yang
dapat terjadi pembelian dalam jumlah banyak yang dapat memberikan
potongan harga, serta biaya pengangkutan yang lebih murah dibandingkan
dengan biaya-biaya yang akan terjadi, karena banyaknya persediaan yang
dipunyai.

3.

Fungsi Antisipasi
Perusahaan sering mengalami suatu ketidakpastiandalam jangka waktu
pengiriman barang dari usaha lain, sehingga memerlukan persediaan
pengamanan (safety stock), atau mengalami fluktuasi permintaan yang dapat
diperkirakan sebelumnya yang didasarkan pengalaman masa lalu akibat
pengaruh musim, sehubungan dengan hal tersebut sebaiknya mengadakan
persediaan musiman.
Jika dilihat dari jenisnya, persediaan terbagi ke dalam tiga jenis yaitu (Febian,
2011) :

1.

Bahan baku (raw material) adalah barang-barang yang dibeli dari pemasok
(supplier) dan akan digunakan atau diolah menjadi produk jadi yang akan
dihasilkan oleh perusahaan.

2.

Barang setengah jadi (work in process) adalah bahan baku yang sudah di olah
atau dirakit menjadi komponen namun masih membutuhkan langkah-langkah
lanjutan agar menjadi produk jadi.

18

3.

Barang jadi (finished goods) adalah baran jadi yang telah selesai diproses, siap
untuk disimpan di gudang barang jadi, dijual, atau didistribusikan ke lokasilokasi pemasaran.

4.

Bahan-bahan pembantu (supplies) adalah barang-barang yang dibutuhkan


untuk menunjang produksi, namun tidak akan menjadi bagian pada produk
akhir yang dihasilkan perusahaan.

3.2.2

Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh suatu

perusahaan termasuk keputusan-keputusan yang diambil sehingga kebutuhan akan


bahan baku untuk keperluan proses produksi dapat terpenuhi secara optimal dengan
resiko yang sekecil mungkin. Pada intinya perngendalian persedian adalah usaha
yang dilakukan untuk melakukan penyediaan bahan bakuyang diperlukan untuk
proses produksi sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancer.
Tujuan dari dilakukannya pengendalian persediaan ini adalah untuk
memenuhi kebutuhan normal, memenuhi kebutuhan mendadak, dan memungkinkan
pembelian atas dasar jumlah ekonomis (Hamzah, 2012).

3.2.3

Biaya-Biaya dalam Persediaan


Menurut Febian (2011) biaya-biaya yang termasuk ke dalam persediaan adalah

sebagai berikut :

1.

Biaya pembelian (purchase cost)


Merupakan harga per unit apabila item dari pihak luar, atau biaya produksi
per unit apabila diproduksi dalam perusahaan. Biaya per unit akan selalu
menjadi bagian dari biaya item dalam persediaan. Untuk pembelian item dari
luar, biaya per unit adalah harga beli ditambah biaya pengangkutan.
Sedangkan untuk item yang diproduksi di dalam perusahaan, biaya per unit
adalah termasuk biaya tenaga kerja, bahan baku dan biaya overhead pabrik.
19

2.

Biaya pemesanan (order cost/setup cost)


Merupakan biaya yang berasal dari pembelian pesanan dari pemasok atau
biaya persiapan (setup cost) apabila item diproduksi di dalam perusahaan.
Biaya ini diasumsikan tidak akan berubah secara langsung dengan jumlah
pemesanan. Biaya pemesanan dapat berupa: biaya membuat daftar
permintaan,

menganalisis

penerimaan

bahan,inspeksi

pemasok,
bahan,dan

membuat

pesanan

pelaksanaan

pembelian,

proses

transaksi.

Sedangkan biaya persiapan dapat berupa biaya yang dikeluarkan akibat


perubahan proses produksi, pembuatan skedul kerja, persiapan sebelum
produksi dan pengecekan kualitas.
3.

Biaya simpan
Merupakan biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan
pemeliharaan maupun investasi secara fisik untuk menyimpan persediaan.
Biaya simpan dapat berupa: biaya modal, pajak, asuransi, pemindahan
persediaan, keusangan dan semua biaya yang dikeluarkan untuk memelihara
persediaan.

4.

Biaya kekurangan persediaan


Merupakan konsekuensi ekonomis atas kekurangan dari luar maupun dari
dalam perusahaan. Kekurangan dari luar terjadi apabila pesanan konsumen
tidak dapat dipenuhi. Sedangkan kekurangan dari dalam terjadi apabila
departemen tidak dapat memenuhi kebutuhan departemen yang lain.

3.2.4

Pengawasan Persediaan yang Baik dan Efektif


Febian dalam jurnalnya menyebutkan bahwa dengan adanyasuatu sistem

pengawasan persediaan yang dibina dan dilaksanakan secara sehat dan tepat, serta
didukung oleh tenaga kerja yang cakap dan dengan menggunakan formulir dan
teknik yang telah dikemukakan dalam bagian terdahulu, akan mencapai beberapa
keuntungan.
Keuntungan-keuntungan yang diperoleh tersebut antara lain adalah:
1.

Dapat terselenggaranya pengadaan dan penyimpanan persediaan bahan-bahan


yang cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan pabrik baik dalam
jumlah (kuantitas) maupun mutu (kualitas)
20

2.

Dapat dikuranginya penanaman modal/investasi bahan-bahan sampai batas


minimum

3.

Terjaminnya barang-barang yang diterima sesuai dengan spesifikasi yang


dibuat pada purchase order

4.

Dilindungi

semua

bahan-bahan

(dengan

cara

penyimpanan

yang

semestinya)terhadap pencurian, kerusakan dan kemerosotan mutu


5.

Dapat dilayaninya bagian produksi dengan bahan-bahan yang dibutuhkan


pada

waktu

dan

tempat

yang

telah

ditentukan,

serta

mencegah

penyalahgunaan dan penyelewengan


6.

Terselenggaranya pencatatan persediaan yang menunjukkan penerimaan,


pengeluaran, penggunaan serta jumlah dan jenis barang yang ada dalam
gudang

3.2.5

Model-Model Pengendalian Persediaan Bahan Baku


Manajemen persediaan merupakan fungsi dari manajer operasional, dan harus

membentuk suatu sistem yang permanen melalui pengujian-pengujian, antara lain


bagaimana persediaan diklasifikasi dan bagaimana mencatat persediaan dan
dipelihara secara akurat. Model-model pengendalian persediaan dibagi menjadi
beberapa model seperti yang dijelaskan di bawah ini (Febian,2011)
3.2.5.1 Model Economic Order Quantity (EOQ)
EOQ (Economic Order Quantity) merupakan salah satu metode pengendalian
persediaan kuantitas bahan yang dibeli pada setiap kali pembelian dengan biaya yang
paling minimal.
Penentuan jumlah pemesanan paling ekonomis (EOQ) dilakukan apabila
untuk

bahan

baku

tergantung

dari

beberapa

pemasok,

sehingga

perlu

dipertimbangkan jumlah pembelian persediaan bahan sesuai kebutuhan proses


konversi. Model ini merupakan bagian dari jumlah yang dipesan kembali
(Febian,2011).
Model ini dapat digunakan dengan beberapa asumsi, yaitu:
21

1.

Permintaan diketahui, tetap dan bebas

2.

Lead Time antara pemesanan dan penerimaan pesanan diketahui dan konstan

3.

Penerimaan persediaan bersifat seketika dan lengkap

4.

Discount (potongan harga) karena kuantitas tidak dimungkinkan

5.

Biaya variabel yang ada hanyalah biaya pengaturan atau pemesanan (biaya
set up) dan biaya menahan atau menyimpan persediaan dari waktu ke waktu
(biaya penyimpanan atau penggudangan)

6.

Kosongnya persediaan (kekurangan) dapat dihindari sepenuhnya jika


pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.
Untuk menentukan EOQ digunakan rumus sebagai berikut
EOQ= Q* =

2 AD ...(3.1)
h

Dimana :
Q* = Jumlah barang yang optimum pada setiap pesanan
D = Permintaan tahunan untuk barang persediaan
A = Biaya pemesanan untuk setiap pesanan
H = Biaya penyimpanan per unit per tahun

Untuk mencapai tujuan dari EOQ itu sendiri, terdapat beberpa hal yang harus
dipenuhi oleh perusahaan mengenai persediaan bahan baku yaitu sebagai berikut
(Ruauw,2011)
1.

Perkiraan penggunaan
Sebelum kegiatan pembelian bahan baku dilaksanakan,maka manajemen harus
dapat membuat perkiraan bahan baku yang akan dipergunakan didalam proses
produksi pada suatu periode. Perkiraan bahan baku ini merupakan perkiraan
tentang berapa besar jumlahnya bahan baku yang akan dipergunakan oleh
perusahaan untuk keperluan produksi pada periode yang akan datang.

2.

Harga dari bahan


Harga bahan baku yang akan dibeli menjadi salah satu faktor penentu pula
dalam kebijaksanaan persediaan bahan. Harga bahan baku ini merupakan
22

dasar penyusunan perhitungan berapa besar dana perusahaan yang harus


disediakan untuk investasi dalam persediaan bahan baku tersebut.
Sehubungan dengan masalah ini, maka biaya modal (cost of capital) yang
dipergunakan

dalam

persediaan

bahan

baku

tersebut

harus

pula

diperhitungkan.
3.

Biaya-biaya persediaan
Biaya-biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku ini sudah
selayaknya diperhitungkan pula didalam penentuan besarnya persediaan
bahan baku. Dalam hubungannya dengan biaya-biaya persediaan ini, maka
digunakan data biaya persediaan yaitu:
a. Biaya penyimpanan (holding cost/ carrying cost)
b. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering cost/procurement cost)

4.

Pemakaian senyatanya
Pemakaian/penggunaan bahan baku senyatanya dari periode-periode yang
lalu (actual demand) merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan
karena untuk keperluan proses produksi akan dipergunakan sebagai salah satu
dasar pertimbangan dalam pengadaan bahan baku pada periode berikutnya.
Seberapa besar penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan serta
bagaimana hubungannya dengan perkiraan penggunaan yang sudah disusun
harus senantiasa dianalisa.

5.

Waktu tunggu (lead time)


Waktu tunggu (lead time) adalah tenggangwaktu yang diperlukan (yang
terjadi) antara saat pemesanan bahan baku dengan datangnya bahan baku itu
sendiri. Waktu tunggu ini perlu diperhatikan karena sangat erat hubungannya
dengan penentuansaat pemesanan kembali (reorder point). Dengan waktu
tunggu yang tepat maka perusahaan akan dapat membeli pada saat yang tepat
pula, sehingga resiko penumpukan persediaan atau kekurangan persediaan
dapat ditekan seminimal mungkin.

6.

Persediaan pengaman (safety stock)


Persediaan pengaman merupakan suatu persediaan yang dicadangankan
sebagai pengaman dari kelangsungan proses produksi perusahaan. Persediaan
pengaman diperlukan karena dalam kenyataannya jumlah bahan baku yang
diperlukan untuk proses produksi tidak selalu tepat seperti yang
direncanakan. Perhitungan safety stock adalah sebagai berikut
23

Safety stock = Z x sd x

...(3.2)

Dimana :

7.

= service level

Sd

= standar deviasi

= waktu tunggu

Pemesanan kembali (reorder point)


Reoder point adalah saat atau waktu tertentu perusahaan harus mengadakan
pemesanan bahan dasar kembali, sehingga datangnya pesanan tersebut tepat
dengan habisnya bahan dasar yang dibeli, khususnya dengan metode EOQ.
Perhitungan ROP adalah sebagai berikut:
ROP = safety stock + (lead time x Q)...(3.3)
Dimana:
ROP

= Reorder point

Lead time

= Waktu tunggu

= Penggunaan bahan baku rata-rata per hari

Dalam pengendalian persediaan bahan baku, perusahaan harus memiliki


persediaan masksimum (maximum inventory). Persediaan maksimum ini bertujuan
agar kuantitas persediaan yang ada di gudang tidak berlebihan sehingga tidak terjadi
pemborosan modal kerja. Adapun untuk mengetahui besarnya persediaan maksimum
dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Maximum Inventory = Safety stock + EOQ ...(3.4)

3.2.5.2 Model Production Order Quantity (POQ)


Model ini sebenarnya adalah EOQ model tanpa instantaneous receipts. Hal
ini terjadi pada perusahaan yang menerima pengiriman persediaan bahan melebihi
satu periode waktu. Model ini sesuai dengan kondisi perusahaan dengan aliran
persediaan yang kontinyu atau bertahap melebihi satu periode waktu setelah
pesananan dilakukan, atau pada kondisi dimana proses kemudian secara simultan.
Model ini dapat diterapkan dalam dua situasi yaitu (Febian, 2011):
1.

Ketika persediaan secara terus menerus mengalir atau menumpuk dalam


jangka waktu tertentu setelah sebuah pemesanan dilakukan
24

2.

Digunakan ketika unit diproduksi dan dijual secara bersamaan


Perhitungan POQ menggunakan rumus sebagai berikut

...(3.5)

Dimana:
Q = Jumlah satuan per pesanan (Q= POQ)
D = Kebutuhan bahan baku (Annual Demand)
S = Biaya pesan per pesanan (Setup/Ordering Cost)
H= Biaya simpan/unit/hari (Holding/Carrying Cost)
d = tingkat produksi per hari (daily production rate)
p = tingkat permintaan per hari (daily demand rate)

3.2.5.3 Model Quantity Discount


Model pengendalian persediaan ini mempertimbangkan potongan harga yang
akan didapat oleh perusahaan ketika membeli bahan baku. Banyak perusahaan yang
menawarkan potongan harga kepada pelanggan guna untuk meningkatkan jumlah
pelanggan, semakin banyak jumlah barang yang dibeli maka akan semakin besar
pula menerima potongan harga. Perusahaan akan menawarkan bahan baku kepada
pembeli dengan paket-paket tertentu dan dengan harga yang tertentu pula begitu juga
dengan

potongan

mempertimbangkan

harga

yang

persediaan

akan
barang

diberikan,
manakah

maka
yang

perusahaan
harus

harus

dioptimalkan

persediaannya. Dengan kondisi yang demikian, maka quantity discount perlu


dipelajari.
Cara menentukan mana yang akan dipilih yang paling tepat dengan
mempertimbangkan biaya persediaan total yang paling kecil diantara alternatif yang
ada (Tampubolon, 2004).

25

Biaya total = biaya setup + biaya penyimpanan + biaya produk ...(3.6)


Atau dapat juga dirumuskan sebagai berikut ini
...(3.7)
Dimana
TC = total cost
D = Permintaan tahunan dalam unit untuk barang persediaan
Q = Jumlah barang setiap pesanan
S = Biaya pemesanan untuk setiap pesanan
H = Biaya penyimpanan/pergudangan per unit per tahun
P = Harga per unit

3.2.5.4 Model Probabilitas dengan Lead Time Konstan


Model ini memfokuskan kepada permintaan dan lead time bahan
baku.Permintaan yang tidak pasti memperbesar kemungkinan terjadinya kehabisan
stok. Salah satu metode untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kehabisan stok
adalah dengan menahan unit tambahan di persediaan, hal ini meliputi penambahan
jumlah unit stok pengaman sebagai penyangga titik pemesanan ulang. Rumus yang
digunakan untuk menghitung persediaan dengan model ini sama dengan rumus yang
digunakan untuk menghitung titik pesan kembali.

3.2.6

Persedian Pengamanan (safety stock)


Persediaan pengamanan dibutuhkan untuk menutupi kekurangan pasokan

bahan baku atau karena adanya salah permalan atau perkiraan. Persediaan pengaman
ini bertujuan untuk melindungi permintaan yang lebih tinggi ataupun keterlambatan
pengiriman.

26

Ketidakpastian

jumlah dan waktu pengiriman merupakan masalah yang

sering terjadi. Ketidakpastian ini dapat menyebabkan kehabiusan persediaan atau


mengakibatkan hal sebaliknya yaitu jumlah persediaan semakin banyak. Maka dari
itu, untuk mengatasi ketidakpastian itu perlu disediakan jumlah safety stock yang
akan mengurangi resiko kehabisan persediaan.
3.2.6.1 Penentuan Safety stock dengan Service Level Tertentu
Tujuan penentuang safety stock dengan service level tertentu adalah untuk
mengurangi resiko kekurangan persediaan. Tingkat kekurangan persediaan biasanya
dipatok 5%-10%. Bila resiko kekurangan berada pada 5%, maka tingkat
keyakinantidak terjadi kekurangan persediaan adalah sebesar 5%, maka tingkat
keyakinan tidak terjadi kekurangan adalah sebesar 95%. Begitu juga ketika
menggunakan level kekurangan 10%, maka tingkat keyakinan tidak terjadi
kekurangan adalah sebesar 90%.
Tingkat pelayanan merupakan kemunghkinan atauun presentase tidak
terjadinya kehabisan persediaan. Jika diinginkan keyakinan yang tinggi agar tidak
terjadi kehabisan persediaan, maka gunakana tuingkat pelayanan yang besar. Tingkat
pelayanan yang besar (Z) dan begitu juga sebaliknya. Jika perusahaan menganggap
kekurangan persediaan sebagai hal yang sangat penting, maka tingkat pelayanan
adalah 99%. Tingkat pelayanan 95% adalah bila kekurangan persediaan adalah
penting atau 0% jika kekurangan persediaan tidak berarti apa-apa.
Apabila terjadi kehabisan persedian, hal ini menyebabkan timbulnya kendala
seperti terhentinya proses produksi, maka nilai kerugian akan sulit untuk ditrentukan.
Maka dari itu, ada pendekatan lain yang digunakan yaitu menggunakan konspe
tingkat layanan (service level). Table mengenai tingkat layanan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini
Tabel 3.1 Standard Normal Distribution

27

(Sumber : Mercelena, 2012)


3.2.7

Peramalan
Peramalan merupakan suatu aktivitas atau usaha yang digunakan untuk

meramalkan keadaan di masa mendatang melalui pengujian keadaan di masa lalu,


sedangkan peramalan permintaan merupakan tingkat permintaan produk-produk
yang diharapkan akan terealisir untuk jangka waktu tertentu pada masa yang akan
datang. Proses peramalan nantinya akan mendapatkan hasil peramalan yang
digunakan oleh manajemen produksi atau operasi dalam pembuatan keputusankeputusan yang menyangkut pemilihan proses, perencanaan kapasitas, dan layout
fasilitas, serta untuk keputusan yang bersifat terusmenerus berkenaan dengan
perencanaan, scheduling, dan persediaan. Peramalan permintaan berguna untuke
mengethaui pola kecendrungan konsumen dan informasi tentang produk (Effendy,
2013).
Peramalan memiliki arti yang

berbeda-beda dalam dunia bisnis dan

memiliki arti yang lebih khusus dari pada menebak. Umumnya pola dan siklus
penjualan cenderung tetap. Berdasarkan siklus runtut waktu ( Time Series), biasanya
penjualan produk cenderung membentuk pola penjualan yang tepat. Dengan
demikian, ramalan dapat dikatakan sebagai perhitungan yang memiliki dasar kuat
dan lebih pasti, sehingga hasilnya diharapakan lebih obyektif dibandingkan dengan
hanya sekedar melakukan prediksi (menebak). Dengan menggunakan data historis di
waktu yang lampau, maka dapat lebih tepat dalam menentukan peramalan di waktu
yang akan dating (Lestari, 2013).
Sistem peramalan berlaku aturan bahwa semakin jauh periode dimasa
mendatang yang diramalkan, dengan asumsi faktor-faktor lain tetap, hasil ramalan
akan semakin kurang akurat. Dengan demikian, semakin pangjang horizon waktu
peramalan, hasil-hasil ramalan akan semakin kurang akurat. Dalam industri
28

manufaktur, pemilihan interval waktu mingguan dimaksudkan untuk peramalan


jangka pendek (short-range forecast), sedangkan interval waktu bulanan untuk
peramalan jangka menengah (mid-range forecast), dan interval waktu triwulan untuk
peramalan jangka panjang (long-range forecast) (Noviyasari, 2007).

Peramalan produksi penting dan perlu karena beberapa hal, sebagai berikut :
1.

Ada ketidakpastian aktivitas produksi di masa yang akan datang

2.

Kemampuan & sumber daya perusahaan yang terbatas

3.

Untuk dapat melayani konsumen lebih baik, melalui tersedianya hasil


produksi yang baik.

Tujuan peramalan dalam manajemen operasional adalah untuk mengurangi


ketidakpastian produksi, agar langkah proaktif/antisipatif dapat dilakukan, dan untuk
keperluan penjadwalan produksi. Peramalan dapat dipengaruhi oleh lingkungan
eksternal dan lingkungan internal perusahaan. Lingkungan eksternal dapat berupa
pendapatan konsumen, promosi pesaing, harga pesaing, ketersedian produk,
efektifitas kompetitif, efesiensi saluran yang digunakan, karakteristik pelanggan, dan
lain sebagainya. Sedangkan lingkungan internal adalah kebijakan-kebijakan yang
dilakukan dalam perusahaan, berupa kebijakan promosi, biaya dan saluran. Menurut
Patra Naibaho dalam jurnalnya pada tahun 2009 menyebutkan prosedur peramalan
adalah sebagai berikut:
1.

Menentukan pola data permintaan ataupun produksi. Hal tersebut, dilakukan


dengan cara memplotkan data secara grafis dan menyimpulkan apakah data
itu berpola trend, musiman, siklikal, atau eratik/random.

2.

Mencoba beberapa metode deret waktu yang sesuai dengan pola permintaan
ataupun pola produksi tersebut untuk melakukan peramalan. Metode yang
dicoba semakin banyak semakin baik. Pada setiap metode, sebaiknya
dilakukan pula peramalan dengan parameter yang berbeda.

3.

Mengevaluasi tingkat kesalahan masing-masing metode yang telah dicoba.


Tingkat kesalahan diukur dengan kriteria Mean Absolute Deviation (MAD),
Mean Squared Error (MSE), Mean Absolute Percentage Error (MAPE), atau
29

lainnya. Sebaiknya tingkat kesalahan (apakah MAD, MSE, atau MAPE) ini
ditentukan dulu. Tidak ada ketentuan mengenai berapa tingkat kesalahan
maksimal dalam peramalan.
4.

Memilih metode peramalan terbaik diantara metode yang dicoba. Metode


terbaik adalah metode yang memberikan tingkat kesalahan terkecil dibanding
metode lainnya dan tingkat kesalahan tersebut di bawah batas tingkat
kesalahan yang telah ditetapkan.

5.

Melakukan peramalan permintaan dengan metode terbaik yang telah dipilih.


Umumnya jumlah yang akan diproduksi akan dipengaruhi oleh banyaknya

permintaan. Berdasarkan jumlah permintaan yang diramalkan operasi, maka sub sistem
operasi merencanakan dan merancang sistem, dan menjadwalkan sistem serta
mengendalikan sistem tersebut. Dalam merencanakan dan merancang sistem tercakup
perancangan produk, perancangan proses, investasi dan penggantian peralatan, serta
perencanaan kapasitas. Sedangkan dalam penjadwalan sistem tercakup perencanan
produksi menyeluruh dan penjadwalan operasi. Dalam pengendalian sistem (controlling
the system) mencakup pengendalian produksi, pengendalian persediaan, pengendalian
tenaga kerja dan pengendalian biaya. Ketiga kegiatan tersebut, yaitu perencanaan sistem,
penjadwalan sistem, dan pengendalian sistem menentukan hasil keluaran berupa barang
atau jasa. Keterkaitan penggunaan prakiraan atau peramalan permintaan tersebut dengan
sub sistem produksi operasi seperti dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar 3.1 Penggunaan Prakiraan untuk Peramalan Permintaan dalam Sub Sistem
Produksi Operasi (Naibaho, 2009)
3.2.8

Metode-Metode Peramalan

30

Menurut Patra Naibaho dalam jurnalnya tahun 2009, metode peramalan ada
dua macam, yaitu sebagai berikut
1.

Metode Peramalan Kuantitatif


Menggunakan model matematik yang beragam dengan data masa lalu dan

variabel sebab akibat untuk meramalkan permintaan. Metode kuantitatif terdiri dari :
Metode Time series (free Hands/grafis, moving average, weight moving average,
exponential smoothing, regresi linier sederhana, interpolasi Gregory-Newton, winter,
ARIMA), dan Metode Nontime Series (Structural Models)
Peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut :
a. Tersedia informasi masa lalu.
b. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik.
c. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus
berlanjut di masa yang akan datang.
2.

Metode Peramalan Kualitatif


Peramalan yang menggabungkan suatu intuisi, emosi, pengalaman pribadi,

dan sistem nilai pengambil keputusan untuk meramal. Biasanya metode ini
digunakan bila tidak ada atau sedikit data masa lalu yang tersedia. Metode kualitatif
yang banyak dikenal adalah metode Delpi dan metode nominal (nominal group
technique).
3.2.8.1 Metode Exponensial Smoothing
Metode ini biasa disebut dengan nama metode eksponensial saja. Metode ini
metode ini melakukan pembobotan menurun secara eksponensial terhadap nilai variabel
atau observasi yang lalu. Setiap data pengamatan mempunyai kontribusi dalam
penentuan nilai peramalan periode sebelumnya. Namun, dalam perhitungannya cukup
diwakili oleh data pengamatan dan hasil peramalan periode terakhir. Istilah eksponensial
digunakana karena pada metode ini terdapat pembobotan (faktor pemulusan) dari
periode sebelumnya yang berbentuk eksponensial (Naibaho, 2009).

Fungsi Peramalan dengan metode ini adalah : y ' a.ebt . Nilai a dan b dapat
dicari dengan persamaan berikut:

31

n. t ln y ( t ln y )
n t 2 ( t ) 2

ln a

(3.8)

ln y b t
n

(3.9)

3.2.8.2 Metode Linier


Metode ini menggunakan deret waktu yang menyesuaikan sebuah garis tren
pada serangkaian data masa lalu, dan kemudian diproyeksikan dalam garis untuk
meramalkan masa depan . Metode ini menggambarkan hubungan antara periode dan
variabel yang diramal dengan menggunakan analisis trend. Apabila pola data yang
digunakan memiliki unsur musiman, maka komponen musiman dapat juga dicoba
dalam metode ini. Persamaan dari metode ini adalah sebagai berikut (Naibaho,2009:
Y = a =+ bx
(3.10)
Dimana nilai a dan b didapatkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut
b

n ty t y
n t 2 t

y t t ty
a
n t t

(3.11)

(3.12)

3.2.8.3 Metode Siklis


Metode ini memiliki kecenderungan dengan regresi merupakan dasar garis
kecenderungan untuk suatu persamaan, sehingga dengan dasar persamaan tersebut
dapat diproyeksikan hal-hal yang akan diteliti pada masa yang akan datang. Untuk
peramalan jangka pendek dan jangka panjang, ketepatan peramalan dengan metode
ini sangat baik. Data yang dibutuhkan untuk metode ini adalah tahunan, minimal
lima tahun. Namun, semakin banyak data yang dimiliki semakin baik hasil yang
diperoleh. Bentuk fungsi dari metode ini dapat berupa siklis dengan fungsi
peramalan (Naibaho, 2009) :

32

y ' a b cos

2t
2t
c sin
n
n

(3.13)

3.2.8.4 Metode Kuadratis


Metode kuadratis adalah merupakan tren non linier, dan jika digambar
berbentuk garis lengkung. Metode ini biasanya digunakan atau diterapkan untuk data
historis dimana jika digambar akan membentuk garis tidak lurus atau berbentuk
parabola. Sedangkan persamaan dari metode kuadratik adalah (Muslich, 2003):
Y = A + BX + Cx ...(3.14)
Dimana:
Y = variabel yang akan diramalkan, dalam hal ini adalah ramalan penjualan produk
perusahaan
a

= konstanta, yang akan menunjukkan besarnya harga Y (ramalan) apabila X sama


dengan 0 (nol)

b = variabilitas per X, yaitu menunjukkan besarnya perubahan nilai Y dari setiap


perubahan satu unit X
X = unit waktu/ periode, yang dapat dinyatakan dalam minggu, bulan, semester,
tahun dan lain sebagainya
3.2.8.5 Metode Trend Siklis
Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk melakukan peramalan
jangka panjang. Metode ini memiliki persamaan sebagai berikut

y ' a bt c cos

3.2.9

2 t
2 t
d sin
...(3.15)
n
n

Kriteria pemilihan peramalan terbaik

33

Kriteria pemilihan terbaik didapatkan dengan metode peramalan yang


memiliki nilai error yang kecil. Bedworth dalam Naibaho, mengusulkan penggunaan
beberapa tolok ukur kesalahan peramalan (forecast error), yaitu :

1.

Mean Absolute Error (MAE)


Ukuran pertama kesalahan untuk sebuah model. MAE diperoleh dengan
mengambil nilai absolut dari tiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah
periode data.
MAE =

Dimana : y1-yt1
N
2.

...(3.16)

= Selisih antara nilai data aktual dan peramalan periode t


= periode data

Mean Squared Error (MSE)


MSE merupakan rata-rata selisih kuadrat antara nilai yang diramalkan dan
yang diamati.
MSE =

3.

...(3.17)

Mean Absolute Percentage Error (MAPE)


Menghitung dalam unsur yang diramal ribuan. Dihitung sebagai rata-rata
diferensiasi absolut antara nilai yang diramal dan aktual untuk n peiode.
MAPE =

3.3

...(3.18)

Metodeologi Penelitian
Bagian ini berisikan langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan

penelitian. Langkah-langkah tersebut adalah survey pendahuluan, studi literatur,


identifikasi masalah, perumusan masalah, pengumpulan data, pengolahan data,
analisis, dan penutup.
34

3.3.1

Survei Pendahuluan
Langkah ini merupakan langkah yang dilakukan, yaitu proses pengamatan

terhadap persediaan bahan baku pembuatan nata de coco di PT Bumi Sarimas


Indonesia. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan maka akan
dapat diketahui permasalahan yang sedang dihadapi oleh perusahaan.
3.3.2

Studi Literatur
Langkah ini merupakan langkah lanjutan dari langkah sebelumnya. Langkah

ini merupakan langkah mencari pedoman, acuan, serta pemahaman untuk


memecahkan permasalahan yang ditemui di lapangan. Untuk itu perlu melakukan
pembelajaran mengenai materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan yang
dihadapi di lapangan. Dalam hal ini yang menjadi materi pembelajaran adalah
pengendalian persediaan, peramalan, dan materi lainnya yang saling berhubungan.

3.3.3

Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan langkah untuk menentukan permasalahan

yang ada di lapangan. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang telah dilakukan
maka permasalahan pada lapangan adalah persediaan bahan baku pembuatan nata de
coco dan perbandingannya dengan hasil produksi nata de coco tersebut.

3.3.4

Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka perumusan masalahnya

adalah bagaimana mengendalikan persediaan bahan baku pembuatan nata de coco


pada PT Bumi Sarimas Indonesia dan apakah persediaan itu mampu memenuhi
kebutuhan produksi pembuatan nata de coco.

3.3.5

Pengumpulan Data
35

Data yang dikumpulkan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada adalah


berupa data historis, yaitu data historis penggunaan bahan baku dan data historis
produksi nata de coco dari tahun 2012-2013. Di samping data historis tadi, data lain
yang dikumpulkan adalah data harga bahan baku, biaya pesan, biaya penyimpanan,
dan lead time dari bahan baku tersebut.
3.3.6

Pengolahan Data
Data-data yang telah dikumpulkan kemudian diolah guna mencapai tujuan

dari penelitian ini. Adapun pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.

Peramalan produksi dan bahan baku dengan menggunakan beberapa metode.

2.

Menghitung galat hasil peramalan masing-masing metode.

3.

Perhitungan peramalan bahan baku dan produksi dengan menggunakan


metode yang terpilih.

4.

Melakukan perhitungan EOQ dan frekuensi pemesanan.

5.

Melakukan perhitungan safety stock.

6.

Melakukan perhitungan titik pesan kembali.

7.

Melakukan perhitungan penyimpanan maksimum.

8.

Melakukan perbandingan hasil peramalan produksi dengan peramalan bahan


baku.

3.3.9

Analisis
Langkah ini merupakan langkah menganalisa hasil perhitungan yang didapat

dengan mengacu kepada literatur yang ada pada landasan teori.

3.3.10 Penutup
Bagian ini merupakan bagiaan akhir, pada bagian ini terdapat kesimpulan dan
saran yang mengenai hasil kerja praktek dan untuk kerja praktek selanjutnya.

36

Secara garis besar langkah-langkah dalam melakukan penelitan ini dapat


dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar 3.2 Flowchart Metodologi Penelitian

3.4 Penyelesaian Kasus


Bagian ini merupakan bagian yang berisikan tentang pengumpulan dan
pengolahan data yang didapat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di
lapangan.

37

3.4.1

Pengumpulan Data
Bagian ini akan dijabarkan mengenai data apa saja yang dikumpulkan untuk

melakukan pengolahan data. Data yang digunakan untuk menyelesaikan kasusu ini
adalah data historis penggunaan bahan baku dan data hasil produksi.
3.4.1.1 Pengumpulan Data Produksi
Data yang dikumpulkan adalah berupa data historis hasil produksi
perusahaan dari tahun 2012-2013. Berikut rekapitulasinya
Tabel 3.2 Rekapitulasi Hasil Produksi Nata De Coco Tahun 2012-2013

38

Gambar 3.3 Scatter Diagram Hasil Produski Nata De Coco


3.4.1.2 Pengumpulan Data Bahan Baku
Data yang dikumpulkan merupakan data historis penggunaan bahan baku untuk
pembuatan nata de coco. Berikut rekapitulasinya
Tabel 3.3 Rekapitulasi Penggunaan Air Kelapa dari Tahun 2012-2013

39

Gambar 3.4 Scatter Diagram Penggunaan Bahan Baku

3.4.2 Pengolahan Data


Pengolahan data yang dilakukan ada dua macam,yaitu pengolahan data untuk
persediaan bahan baku dan peramalan produksi. Pertama akan dijabarkan mengenai
perhitungan peramalan produksi.
3.4.2.1 Pemilihan Metode Peramalan untuk Peramalan Produksi
Metode peramalan yang digunakan dalam permalan ini ada 3 metode , yaitu
metode kuadratis, siklis, dan trend siklis.
1.

Metode Kuadratis
Fungsi peramalan dengan metode ini adalah

y ' a bt ct 2 .

Hasil

peramalan dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 3.4 Hasil permalan dengan metode kuadratis

40

Gambar 3.5 Hasil Peramalan Dengan Metode Kuadratis


2.

Metode Siklis
Perhitungan peramalan metode siklis dapat dilihat pada Tabel 18 berikut.
2t
2t
c sin
Fungsi peramalan dengan metode ini adalah y ' a b cos
n

Tabel 3.5 Hasil Peramalan dengan Metode Siklis

41

Gambar 3.6 Hasil Peramalan Dengan Metode Siklis


3.

Metode Trend Siklis


Hasil peramalan dengan metode trend siklis dapat dilihat pada tabel dbawah

ini

Tabel 3.6 Hasil Peramalan dengan Metode Trend Siklis


42

Gambar 3.7 Hasil Peramalan dengan Metode Trend Siklis

3.4.2.2 Perhitungan Galat Metode Peramalan

43

Galat metode peramalan dihitung dengan metode Mean Absolute Percentage


Error (MAPE). Metode peramalan yang memiliki galat yang terkecil adalah metode
yang terpilih.
1.

Galat Metode Siklis


Galat metode siklis dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 3.7 Galat Metode Siklis

2.

Galat Metode Kuadratis


Perhitungan galat metode ini dapat dilihat pada tabel berikut ini
44

Tabel 3.8 Galat Metode Kuadratis

3.

Galat Metode Trend Siklis


Perhitungan galat ini dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 3.9 Galat metode trend siklis

45

Dari hasil perhitungan galat masing-masing metode akan didapatkan nilai


galat terkecil. Perbandingan masing-masing nilai galat MAPE metode dapat dilihat
pada tabel di bawah ini
Tabel 3.10 Perbandingan Nilai Galat Masing-Masing Metode

Sedangkan grafiknya akan ditunjukkan pada gambar di bawah ini


46

Gambar 3.8 Grafik perhitungan MAPE

3.4.2.3 Verifikisi Hasil Peramalan


Verifikasi hasil peramalan dilakukan karena ada kemungkinan data hasil
peramalan berada diluar batas kontrol. Data yang berada di luar batas kontrol harus
dibuang dan dilakukan kembali peramalan. Terdapat 3 buah data yang dibuang,
sehingga jumlah data tersisa adalah sebanyak 21.

Tabel 3.11 Verifikasi hasil peramalan sebelum perbaikan


47

Gambar 3.9 Verifikasi hasil peramalan seblum perbaiakan


Perbaikan 1 dilakukan dengan membuang data ke 10 kemudian melakukan plot
data kembali ke dalam grafik verifikasi.
48

Tabel 3.12 Verifikasi Metode Peramalan Terpilih Perbaikan 1

Gambar 3.10 Grafik Verifikasi Metode Trend Siklis Perbaikan 1


Perbaikan 2 dilakukan dengan membuang data ke 10 kemudian melakukan
plot data kembali ke dalam grafik verifikasi.
Tabel 3.13 Verifikasi Metode Peramalan Terpilih Perbaikan 2

49

Gambar 3.11 Grafik Verifikasi Metode Trend Siklis Perbaikan 2


Setelah dua perbaikan dilakukan, tidak ada lagi data yang lewat batas
kontrol. Seperti ditunjukkan pada tabel dan gambar berikut
Tabel 3.14 Verifikasi Metode Peramalan Terpilih Perbaikan 3

50

Gambar 3.12 Grafik Verifikasi Metode Trend Siklis Perbaikan 3


3.4.2.4 Peramalan 12 Periode ke Depan
Peramalan dengan metode trend siklis ini dilakukan kembali setelah seluruh
data yang berada diluar batas kontrol dibuang. Setelah itu dilakukan rekapitulasi
51

hasil peramalan untuk 12 periode ke depan. Hasil peramalan tersebut adalah sebagai
berikut
Tabel 3.15 Peramalan Metode Terpilih Setelah Verifikasi

Gambar3.13 Perbandingan Kapasotas Poruduksi Aktual dengan Hasil Peralaman


Melihat grafik di atas dapat disimpulkan bahwa kapasitas produksi
perusahaan untuk pembuatan nata de coco sebenarnya lebih besar. Hal tersebut tentu
dapat dicapai jika perusahaan dapar kontinu memasok bahan baku pembuatanna ta de
coco. Tentunya jika pasokan bahan baku bisa kontinu maka para pegawai tidak akan
memiliki idle time, dan tentunya jika idle time berkurang kemampuan produksi akan
52

meningkat. Masalah persediaan bahan baku akan dijabarkan pada bagian berikutnya.
Berikut ini merupakan hasil peramalan kemampuan produksi untuk 12 periode ke
depan.
Tabel 3.16 Rekapitulasi Hasil Peramalan Produksi Nata De Coco untuk 12 Periode
ke Depan

3.4.2.5 Pemilihan Metode Peramalan untuk Bahan Baku


Permalan untuk bahan baku ini dilakuakn dengan menggunakan 5 metode
yaitu, metode eksponensial, linier, kuadratis, siklis, dan trend siklis.
1.

Metode Kuadratis
Perhitungan peramalan dengan menggunakan metode kuafratis dapat dilihat

pada tabel berikut ini

Tabel 3.17 Perhitungan Peramalan Menggunakan Metode Kuadratis

53

Grafik hasil peramalan metode ini adalah seperti beriku

Gambar 3.14 Hasil Peramalan Dengan Metode Kuadratis

2.

Metode Siklis
54

Permalan dengan menggunakan metode ini dapat dilihat pada tabel 5. Fungsi
peramalan dengan metode ini adalah y ' a b cos

2t
2t
c sin
n
n

Tabel 3.18 Perhitungan Peramalan Menggunakan Metode Siklis

Grafik hasil peramalan dapat dilihat pada gambar berikut ini


55

Gambar 3.15 Hasil Peramalan Dengan Metode Siklis


3.

Metode Trend Siklis


Peramalan dengan menggunakan metode ini akan ditunjukkan pada tabel

berikut ini
Tabel 3.19 Peramalan Menggunakan Metode Trend Siklis

Grafik hasil peramalan metode ini adalah sebagai berikut

56

Gambar 3.16 Hasil Peramalan dengan Metode Trend Siklis


3.4.2.6 Perhitungan Galat Metode Peramalan
Perhitungan galat metode peramalan dilakukan dengan menggunakan
metode menggunakan Mean Absolute Percentage Error (MAPE). Perhitungan galat
bertujuan untuk membandingkan error dari ketiga peramalan yang telah dilakukan.
Tabel 3.20 Galat Metode Kuadratis

Tabel 3.21 Galat Metode Siklis

57

58

Tabel 3.22 Galat Metode Trend Siklis

Tabel 3.22 Perbandingan Galat Masing-Masing Metode

59

Gambar 3.17 Grafik Perhitungan MAPE


Metode peramalan terbaik ditentukan berdasarkan nilai galat atau tingkat
kesalahan metode peramalan yang terkecil. Berdasarkan ketiga kurva perbandingan
galat peramalan tersebut maka diperoleh bahwa metode peramalan yang tepat untuk
digunakan adalah metode trend siklis.
3.4.2.7 Verifikasi Hasil Peramalan Bahan Baku
Verifikasi peramalan dilakukan karena adanya kemungkinan hasil
peramalan berada di luar batas kontrol. Jika terdapat data yang berada di luar batas
kontrol maka akan dilakukan peramalan lagi. Namun, pada peramalan hasil bahan
baku ini tidak terdapat data yang berada di luar batas kontrol, sehingga tidak
diperlukan pengulangan peramalan.

Tabel 3.23 Verifikasi Metode Peramalan Terpilih Sebelum Perbaikan

60

61

Gambar 3.18 Grafik Verifikasi Metode Trend Siklis Sebelum Perbaikan


Melihat tabel dan gambar sebelumnya dapat dipastikan bahwa tidak ada hasill
peramalan yang lewat dari batas kontrol, sehingga tidak diperlukan perbaikan.
3.4.2.8 Peramalan Metode Terpilih Periode 12 ke Depan
Berdasarkan hasil perhitungan galat sebelumnya. Metode yang terpilih
untuk melakukan peramalan adalah metode trend siklis karena memiliki nilai galat
yang paling kecil. Hasil peramalan 12 periode ke depan akan ditampilkan pada tabel
berikut ini

Tabel 3.24 Hasil Peramalan Metode Terpilih setelah verifikasi

62

Tabel 3.25 Peramalan 12 Periode ke Depan


63

3.4.2.9 Biaya Biaya yang Digunakan Dalam Persediaan


Biaya biaya yang digunakan untuk persediaan adalah biaya pesan, harga
bahan baku, dan biaya simpan. Berikut rincian masing-masingnya.
a.

b.
c.

Biaya pesan
Biaya pesan air kelapa ini adalah sebesar Rp. 2.000.000,00/1,6 ton, itu berarti
biaya pesan untuk 1 liter air kelapa adalah Rp 1.250,00
Harga bahan baku
Harga bahan baku untuk pembuatan nata de coco ini adalah Rp 1.250,00/liter.
Biaya simpan
Biaya simpan untuk bahan baku 12,5,00/liter.

3.4.2.10 Perhitungan Ukuran dan Frekuensi Pemesanan


Setalah didapatkan hasil peramalan untuk bahan baku, maka langkah
selanjutnya adalah menentukan ukuran pemesanan air kelapa. Ukuran pemesanan
berguna untuk menentukan jumlah air kelapa yang seharusnya dipesan dalam satu
kalli pesan. Dengan menentukan ukuran pemesanan maka dapat meminimumkan
biaya. Untuk ukuran pemesanan dilakukan dengan menggunakan metode EOQ
(Economic Order Quantity). Metode EOQ ini digunakan karena dengan metode ini
dapat dditentukan kuantitas bahan baku yang akan dibeli dengan biaya minimum.
Berdasarkan pada hasil pengumpulan data sebelumnya maka telah diperoleh data

64

data biaya yang dapat digunakan pada perhitungan ukuran pemesanan adalah sebagai
berikut
Tabel 3.26 Rekapitulasi data Untuk Perhitungan Persediaan

Berdarsarkan tabel di atas, maka dapat ditentukan ukuran pemesanan air


kelapa dengan menggunakan rumus sebagai berikut
EOQ = Q* =

2 AD
H
2 x1250 x586636
12,5

= 10831.8 = 10832 liter


Maka dengan hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah
pemesanan ekonomis yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah sebanyak 10832
liter tiap pesan. Setelah didapatkan ukuran pemesana yang ekonomis maka dapat
ditentukan pula berapa frekuensi pemesanan. Frekuensi pemesanan ditentukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut
f

D
Q

D 588636

55kali
Q
10832

Jadi frekuesni pemesanan bahan baku adalah sebanyak 55 kali dalam setahun.

3.4.2.11 Perhitungan Biaya Persediaan

65

Biaya persediaan didpatkan dengan menjumlahkan biaya pemesanan dan


biayan penyimpanan bahan baku. Perhitungan biaya pemesanan dan biaya persediaan
ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Biaya pemesanan
AD
586636 x1250

Rp67.697,00
Q
10832

Biaya penyimpanan
HQ 12,5 *10832

Rp 67.700.00
2
2

Maka biaya persediaan adalah jumlah biaya pemesanan ditambah biaya


penyimpanan yaitu sebesar Rp 135.397,00

3.4.2.12 Perhitungan Safety stock (SS)

Safety stock merupakan suatu persediaan yang harus dimiliki oleh


perusahaan untuk mengantisipasi jikalau terjadi fluktuasi. Perhitungan penentuan
safety stock air kelapa ditentukan dengan mencari rata-rata serta standar devias dari
peramalan penggunaan air kelapa. Tabel berikut akan menunjukkan perhitungannya.
Tabel 3.27 Perhitungan Rata-Rata dan Standar Deviasi Pemakaian Air Kelapa

66

Setelah diperoleh rata-rata dan standar deviasi pemakaian air kelapa, maka
dapat ditentukan safety stock untuk air kelapa ini. perhitungan penentuan safety stock
dilakukan dengan mengunakan service level senilai 1,65. Maka nilai safety stock
adalah sebagai berikut

SS

= Z x sd x

SS

= 1,64 x 4307.453 x

l
5

= 15.796 liter

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa nilai


safety stock yang harus disediakan perusahaan adalah sebanyak 15796 liter air
kelapa.

67

3.4.2.13 Perhitungan Reorder Point (ROP)

Perhitungan ROP bertujuan untuk menentukan pada titk berapa perushaan


harus memesan bahan bakunya kembali agar bahan baku tiba tepat waktu. Lead time
dari pemesanan bahan baku adalah selama 5 hari, jumlah hari kerja dala setahun
adalah 317 hari. Sehingga perencanaan penggunaan bahan baku per hari dapat
ditentukan sebagai berikut

1851

Sehingga dapat ditentukan ROP untuk air kelapa adalah sebagai berikut
ROP = safety stock + (lead time x keb. per hari)
= 15892+ (5 x 1851)
= 25.049 liter
Jadi, berdasarkan perhitungan di atas maka perushaan harus melakukan
pemesana ketika jumlah bahan baku tinggal atau mendekati jumlah 25.049 liter.
3.4.2.14 Perhitungan Persediaan Maksimum
Perhitungan persediaan maksimum dilakukan untuk menetukan berapa
jumlah bahan baku maksimum yang harus ada di tempat penimpanan. Perhitungan
persediaan maksimum dapat ditentukan sebagai berikut
68

Persediaan Max = Safety stock + Q*


= ( 15796 + 10832 )
= 26.628 liter
Maka jumlah persediaan maksimum yang harus dimiliki oleh PT Bumi
Sarimas Indonesia adalah sebesar 26.628 liter.
Jika dilihat hasil perhitungan mengenai perbandingan produksi nata de coco
yang aktual dan hasil peramalan dapat disimpulkan bahwa kemampuan produksi
yang dimiliki oleh PT Bumi Sarimas Indonesia adalah lebih besar dengan aktualnya.
Jika hal itu dihubungkan dengan persediaan produksi maka hubungan yang
didapatkan adalah jika perusahaan dapat menjaga pasokan bahan bakunya maka
perusahaan dapat meningkatkan kemampuan produksinya, langkah perusahaan
dalam menjaga pasokan bahan bakunya dapat dilihat berdasarkan pengolahan data
mengenai pengendalian persediaan bahan baku yang telah dijabarkan sebelumnya.

3.5

Analisis
Setalah pengolahan data dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah

melakukan analisis. Analisis ini berguna untuk bahan pertimbangan mengenai


masalah yang ada di perusahaan. Analisis berisi mengenai hasil peramalan produksi
dan bahan baku beserta pengendalian persediaan bahan baku.

3.5.1

Analisis Hasil Peramalan Produksi


Peramalan produksi dilakukan dengan menggunakan 3 metode kuantitatif

yaitu metode kuadratis, siklis, dan trend siklis. Ketiga metode tersebut dipilih karena
jika melihat scatter diagram dari data historis, maka metode yang cocok untuk
melakukan peramalan adalah ketiga metode tersebut. Hasil peramalan dari ketiga
metode ini berbeda-beda, dengan hasil yang berbeda-beda ini nantinya dapat
ditentukan metode terbaik untuk melakukan peramalan. Analisi masing-masing
metode peramalan tersebut adalah sebagai berikut

69

3.5.1.1 Analisis Metode Kuadratis


Kurva hasil peramalan metode ini adalah seperti parabola. Dari hasil
peramalan dengan metode ini dapat dilihat bahwa produksi tidak bergitu tinggi di
priode-periode awal, dan meningkat pada pertengahan periode dan akan kembali
menurun di periode akhir. Kurva kemampuan produksi naik dimulai dari bulan 1
hingga bulan ke 12, namun mulai dari bulan ke 13 hingga menuju 24 kurva menurun.
Dari kurva ditunjukkan bahwa penurunan terjadi secara konstan dari bulan ke 13
hingga bulan ke 24. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada awal-awal periode
kemampuan produksi adalah kecil.
3.5.1.4 Analisis Metode Siklis
Hasil peramalan dengan metode ini ditunjukkan oleh kurva untuk metode ini
yang ada pada bagian sebelumnya. Dari kurva ini dapat dilihat bahwa kemampuan
produksi dengan metode ini lama-lama akan meningktat, namun aka nada penurunan
pada akhir-akhir periode. Kemampuan produksi meningkat terjadi pada bulan 1
hingga bulan ke 11, lalu dari bulan 12 hingga 24 terjadi penurunan. Namun pada
bulan 22 hingga bulan 24 kemampuan produksi konstan jikan dibandingkab bulan 12
hingga 21 yang mengalami penurunan secara terus menerus. Jika dibandingkan
dengan metode sebelumnya, kemampuan produksi pada metode ini lebih baik.
3.5.1.5 Analisis Metode Trend Siklis
Kurva dari hasil peramalan ini menunjukkan bahwa kemampuan produksi
perusahaan dalam memproduksi nata de coco akan mengalami penurunan secara
terus menerus, walaupun terdapat peningkatan pada bulan 4 hingga 12. Naik
turunnya grafik menunjukkan bahwa kemampuan produksi perusahaan tidaklah
stabil, hal itu dapat disebabkan persediaan bahan baku perusahaan yang tidak
kontinus dan tidak adanya patokan khusus bagi perusahaan dalam memesan
banyaknya bahan baku.

70

Metode yang terpilih untuk melakukan peramalan adalah metode trend siklis
karena metode ini yang memiliki nilai galat MAPE paling kecil. Seperti yang sudah
dikatakan di atas bahwa hasil peramalan dengan metode ini menunjukkan grafik
yang naik turun. Hal tersbeut dipengaruhi tidak terkontrolnya ataupun tidak adanya
kebijakan perusahaan akan target produksi, di samping tidak adanya patokan tersebut
tentunya masalah persediaan bahan baku juga menjadi masalah. Jika perusahaan
dapat menentukkan patokan akan bahan baku maka perusahaan mampu untuk
menentukan target produksinya.

3.5.2

Analisis Hasil Peramalan Bahan Baku


Peramalan bahan baku menggunakan metode yang sama dengan peramalan

produksi nata de coco. Analisis masing-masing metode tersebut adalah sebagai


berikut
3.5.2.1 Analisis Metode Kudratis
Hasil peramalan dengan metode ini menggambarkan kurva yang membentuk
parabola. Dari kurva tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan bahan baku menanjak
naik lalu turun kembali. Peningkatan penggunaan bahan baku terjadi dari bulan 1
hingga bulan ke 16, namun dari bulan ke 17 hingga 24 terjadi penurunan penggunaan
bahan baku. Hal tersebut mirip dengan hasil peramalan produksi dimana hasil
produksi di awal menanjak naik dan turun di akhir periode, namun untuk peramalan
hasil produksi penurunan yang terjadi drastis sedangkan untuk bahan baku
penurunan penggunaan bahan baku tidak terjadi begitu drastis.
3.5.2.4 Analisis Metode Siklis
Hasil peramalan dengan metode ini ditunjukkan dengan grafik yang
berbentuk parabola, bentuk grafik hasil peramalan metoe ini serupa dengan metode
sebelumnya. Di awal-awal produksi bahan baku jumlahnya akan meningkat,
pengingkatan penggunaan bahan baku terjadi bpada bulan 1 hingga 13, dimana pada
bulan 13 tersebut adalah puncaknya. Hal tersebut menunjukkan pada saat itu
71

perusahaan membutuhkan jumlah bahan baku yang besar untuk melakukan produksi
nata de coco. Lalu, penurunan terjadi dari bulan ke 14 hingga 24, hal tersebut
menunjukkan bahwa perusahaan hanya membutuhkan sedikit bahan baku untuk
melakukan produksi bahan baku. Perbedaan kedua hal tersebut terjadi karena
perusahaan tidak memiliki kebijakan dalam penggunaan jumlah bahan baku.
3.5.2.5 Analisis Metode Trend Siklis
Hasil peramalan dengan metode ini ditunjukkan dengan grafik yang naik
turun. Kenaikan kurva terjadi pada bulan 1 hingga bulan ke 12. Lalu pada akhir-akhir
periode yakni bulan 13 hingga bulan 24 terjadi penurunan penggunaan bahan baku.
Hasil ini mirip dengan hasil peramalan dengan menggunakan dua metode
sebelumnya, tentunya hal tersebut menunjukkan kebutuhan bahan baku yang tidak
stabil dalam pembuatan nata de coco. Keadaan seperti itu dapat terjadi dikarenakan
tidak adanya kebijakan perusahaan dalam penggunaan bahan baku.
3.5.3

Analisis Pengendalian Persediaan


Jika berbicara mengenai pengendalian persediaan makan yang akan dibahas

adalah mengenai EOQ, reorder point, safety stock, maximum inventory, dan frekuensi
pemesanan. Semua hal disebutkan di atas merupakan hal-hal yang berhubungan
dengan pengendalian persediaan.
Bagian ini akan menjabarkan mengenai analisa mengenai pengendalian
persediaan bahan baku untuk pembuatan nata de coco pada PT Bumi Sarimas
Indonesia.
Hasil peramalan bahan baku menunjukkan bahwa perusahaan membutuhkan
air kelapa sebanyak 586.636 liter. Jumlah pemakaian yang besar ini disebabkan
karena jumlah yang akan diproduksi oleh perusahaan besar . Sehingga diperkirakan
produksi pun akan besar. Melihat hasil perhitungan EOQ dapat diketahui bahwa
perusahaan harus melakukan pemesanan sebanyak 55 kali dalam setahun dengan
ukuran pesan adalah sebesar 10.832 liter. Hal tersebut menunjukkan bahwa
perusahaan harus memesan kira kira 4-5 kali dalam sebulan. Pemesanan sebanyak
72

yang telah disebutkan tadi harus dilakukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat
menjaga kestabilan produksinya. Kestabilan yang dimaksud adalah peurusahaan
melakukan produksi berkelanjutan tanpa berhenti disebabkan kehabisan bahan baku.
Sedangkan total biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk persediaan adalah
sebesar Rp135.397,-. Jumlah itu tidaklah besar jika melihat banyak air kelapa yang
harus dibeli perusahaan tiap kali pemesanan.
Titik pemesanan ulang pada persediaan air kelapa adalah sebesar 25.049 liter,
hal tersebut mengisyaratkan bahwa perusahaan agar segera memesan kembali bahan
baku jika bahan baku yang tersisa sebanyak 25.049 liter atau mendekati jumlah
tersebut. Sedangkan jumlah safety stock yang harus dimiliki oleh perusahaan adalah
sebesar 15.796 liter, hal tersebut menenjukkan bahwa perusahaan harus memiliki
persediaan bahan baku sejumlah di atas ketika bahan baku sedang dalam masa lead
time.
Maximum inventory air kelapa yang dimiliki perusahaan adalah sebesar
26.628 liter. Jumlah tersebut sudah jumlah optimum penyimpanan bahan baku bagi
perusahaan, karena dengan jumlah tersebut dapat mengatasi pemborosan dan dapat
menjaga keefektifan bahan baku untuk digunakan.

3.6

Penutup
Bagian ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil perhitungan yang telah

dilakukan.

3.6.1

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Hasil peramalan kebutuhan bahan baku pembuatan nata de coco


menunjukkan kenaikan di tiap periodenya.
2. Hasil peramalan produksi nata de coco menunjukkan jumlah kenaikkan
walaupun tidak konsisten dari tiap-tiap periodenya.
73

3. Besar pemesanan yang dilakukan oleh PT Bumi Sarimas Indonesia adalah


sebesar 10.832 liter dan frekuensi pemesanan 55 kali dalam setahun.
4. Jumlah safety stock air kelapa yang harus dimiliki oleh PT Bumi Sarimas
Indonesia adalah 15.796 liter.
5. Titik pesan kembali dari persediaan air kelapa ini adalah sebesar 25.049 liter.
6. Perbandingan hasil peramalan produksi dengan air kelapa adalah mendekati,
dimana kebutuhan akan air kelapa meningkat dan produksi pun meningkat.

3.6.2

Saran
Saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut

1. Sebaiknya data historis produksi dan penggunaan bahan baku yang digunakan

bukan data histroris dua tahun terakhir saja, namun lebih banyak lagi agar
hasil yang didapat lebih akurat lagi.
2. Metode peramalan yang digunakan sebaiknya tidak hanya metode kuantitatif
saja, agar bisa menambah perbandingan nantinya.
3. Sebaiknya metode yang digunakan untuk menghitunga galat bukan hanya
metode MAPE saja, agar bisa menambah perbandingan juga nantinya.

74

Anda mungkin juga menyukai