240210150084
Kelompok 2B
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Praktikum kali ini dibahas mengenai pengeringan yang diterapkan pada
sayur buah. Pengeringan merupakan penerapan panas dalam kondisi terkendali
untuk mengeluarkan sebagian besar air dalam bahan pangan melalui proses
evaporasi (pada pengeringan umum) dan sublimasi (pada pengeringan beku).
Tujuan dari pengeringan ini adalah untuk menurunkan kadar air dari bahan pangan
tersebut sehingga aktivitas mikroorganisme dan enzim menurun dan umur simpan
dari bahan pangan tersebut menjadi lebih lama (Tjahjadi dan Marta, 2015).
Pada dasarnya ada dua cara pengeringan:
1. Pengeringan dengan sinar matahari. Cara ini adalah cara yang termudah dan
termurah dilakukan di negara-negara yang cukup matahari. Akan tetapi
produk yang dihasilkan sangat tergantung pada cuaca, jadi kualitasnya tidak
selalu terjamin.
2. Dehidrasi merupakan pengeringan dengan alat pengering buatan. Dengan
dehidratasi ada kebaikan-kebaikan yang dapat dicapai:
a. Kondisi pengering terkontrol
b. Waktu pengeringan bisa lebih cepat(Apandi,1984).
Keuntungan utama dari pengeringan dengan sinar matahari dibandingkan
dengan metode pengeringan lain adalah :
1. Bobot pangan menjadi ringan, kadar air dalam makanan umumnya sekitar
60%-90%, kecuali biji-bijian yang mengandung air 10%-12%. Hampir
semua air dalam makanan dapat dikeluarkan dengan dehidrasi dan yang
tersisa adalah padatan kering dengan kadar air yang rendah.
2. Pemapatan volume. Kebanyakan produk yang dikeringkan membutuhkan
tempat yang lebih sedikit daripada aslinya ataupun makanan yang
diawetkan dengan cara lain seperti pembekuan, pengalengan, fermentasi,
dan lain-lain.
3. Awet atau stabil pada penyimpanan pada suhu kamar, walaupun tetap ada
batas umur simpan (shelf-life). Misalnya beras tahan kira-kira 1 tahun
(Buckle,1987).
Reina Rizkiani
240210150084
Kelompok 2B
Kecepatan pengeringan dan kadar air dari produk akhir sangat penting
dalam proses pengeringan, faktor-faktor utama yang memengaruhi kecepatan
pengeringan bahan pangan adalah :
1. Sifat fisik dan kimia produk (bentuk,ukuran, komposisi, kadar air).
2. Pengaturan geometris produk sehubungan dengan permukaan alat atau
media perantara pemindah panas (cara penumpukan bahan, frekuensi
pembalikkan, dan lain-lain).
3. Tipe alat pengering (efisiensi pemindahan panas).
4. Kondisi lingkungan ( suhu, kelembaban, dan kecepatan aliran udara)
( Buckle,1987).
Besar kecilnya laju penguapan dalam pengeringan bahan pangan ditentukan
oleh :
Besar kecilnya luas permukaan bahan
Sifat permukaan bahan (poros tidaknya)
Kecepatan aliran udara kering
Besar kecilnya temperatur udara pengering (Tjahjadi,2012).
Beberapa komoditi yang dilakukan pengeringan adalah cabe merah, bayam,
wortel, dan kentang. Komoditi – komoditi tersebut lalu dikeringkan dan beberapa
komoditi ada yang dirubah bentuknya. Cabe merah dijadikan cabe merah kering,
wortel dijadikan gaplek wortel, bayam dijadikan kripik bayam, dan kentang
dijadikan kripik kentang. Hasil dari pengamatan praktikum pengeringan kali ini
dapat dilihat sebagai poin – poin di bawah ini.
Gaplek adalah umbi singkong yang dikeringkan dengan sinar matahari atau
pengering buatan. Bila kandungan air gaplek antara 14-15%, produk tersebut akan
tahan selama 3-6 bulan. Namun, pada praktikum kali ini, bahan utama pembuat
gaplek (ubi singkong) diganti dengan wortel. Kualitas gaplek ditentukan
berdasarkan kandungan air yang tinggi merupakan media yang baik untuk
tumbuhnya jamur seperti Aspergillus, Rhizopus, atau Penicillum. (Fennema, 1985)
Pembuatan gaplek sangat sederhana yaitu wortel disortasi. Sortasi
dilakukan untuk memisahkan wortel yang memiliki kualitas buruk dan baik,
Reina Rizkiani
240210150084
Kelompok 2B
sehingga wortel yang berkualitas baik akan membentuk produk gaplek yang baik
pula. Selanjutnya, wortel dicuci bersih guna membersihkan wortel dari zat pengotor
atau kontaminan fisik seperti tanah, pasir, kerikil, dll. Lalu wortel ditiriskan agar
kadar air pada permukaan wortel menurun. Selanjutnya wortel dikupas.
Pengupasan kulit wortel merupakan tahap terpenting apabila wortel akan
dikeringkan. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat proses pengeringan dan
meningkatkan kualitas karena kenampakannya akan lebih baik dan bersih. Setelah
itu, wortel diiris bulat-bulat dengan ketebalan kurang lebih 3 mm. Pengirisan wortel
dapat dilakukan dengan menggunakan pisau. Pisau yang digunakan adalah pisau
stainless steel. Pengirisan ini juga harus dilakukan setipis mungkin agar
mempercepat proses pengeringan. Semakin tipis bahan yang dikeringkan, semakin
cepat penguapan air sehingga mempercepat waktu pengeringan, sedangkan
semakin tebal suatu irisan mengakibatkan pengurangan kadar air dalam bahan agak
sulit dan memerlukan waktu yang lama.
Selanjutnya wortel diblansing air panas selama 3 menit. Blansing dilakukan
untuk inaktivasi enzim katalase dan peroksidase, dan mencegah bau dan warna
yang tidak dikehendaki selama pengeringan dan penyimpanan. Blansing
menyebabkan udara dalam jaringan akan keluar dan pergerakan air tidak terhambat,
sehingga proses pengeringan menjadi lebih cepat. Proses blansing irisan wortel
dilakukan dengan merendam dalam air bersuhu 90oC selama 3 menit (Buckle,
1987)
Lalu wortel ditirskan kemudian disimpan diatas tray. Yang perlu
diperhatikan adalah penyusunan wortel pada tray tidak boleh bertumpuk-tumpuk
sebab dapat memperlambat waktu pengeringan. Setelah tersusun rata, wortel
dioven selama 3 jam PADA SUHUUUU???? Pengeringan dilakukan untuk
menguapkan kandungan air pada singkong dari 88% hingga kadar airnya kurang
lebih mencapai 14-15%. Parameter penentu bahwa gaplek tersebut telah kering
adalah apabila gaplek tersebut telah dapat dipatahkan (Fennema, 1985). Pada proses
pengeringan wortel diusahakan bahwa kadar air yang tertinggal tidak
memungkinkan enzim dalam mikroba menjadi aktif sehingga bahan yang
dikeringkan dapat disimpan lebih lama.
Reina Rizkiani
240210150084
Kelompok 2B
Bulat
Orange Khas Keras 2,8
Sebelum tidak
cerah wortel +2 (+3) cm
beraturan
Orange Aroma
Keras 0,83
Sesudah tua agak wortel Mengkerut
+5 cm
kecoklatan berkurang
4
Sesudah
Khas Lembek Mengkerut
(Na- Merah tua -
cabai - + seragam
Metabisulfit)
Kuning
Sebelum +1 Halus -
pucat
Kuning
Sesudah +2 Kasar +5
keemasan
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah :
1. Terjadi reaksi mailard pada pembuatan keripik bayam sehingga dapat
mempengaruhi aroma dan warna
2. Kerenyahan dan tekstur pada keripik bayam berubah karena adanya proses
penggorengan atau pemanasan.
3. terjadi perubahan pada parameter warna, aroma, tekstur, bentuk dan besar
ukuran wortel. Tekstur wortel berubah menjadi lebih keras, bentuk menjadi
mengkerut, dan diameter menjadi lebih kecil diakibatkan hilangnya jumlah
kadar air akibat pengeringan.
4. kentang memiliki beberapa perubahan, seperti warna kentang yang berubah
menjadi kuning keemasan, aroma kentang lebih muncul, dan teksturnya
menjadi kasar dan renyah
5.2. Saran
1. Pada saat pembuatan gaplek sebaiknya gaplek lebih sering untuk dibalikkan
agar tidak gosong.
Reina Rizkiani
240210150084
Kelompok 2B
DAFTAR PUSTAKA
Apandi, Muchidin. 1984. Teknologi Buah dan Sayur. Bandung : Alumni.
Blackweel, Wiley. 2012. Food Biochemistry and Food Processing 2nd (ed). New
York.
Buckle, K. A, Edwards, R. A, Fleet, G. H dan M. Wootto. 1987. Ilmu Pangan. UI-
Press : Jakarta.
Dickson. 2015. Kandungan Gizi Wortel dan Manfaat Wortel Bagi Kesehatan.
Available at : ilmupengetahuanumum.com (diakses tanggal 12 Desember
2017)
Fennema, O.W. 1985. Principle of Food Science, Food Chemistry, 2nd (ed). Marcel
Dekker Inc, New York
Grizotto R, De Menezes HC. 2002. Effect of cooking on the crispness of cassava
chips. J Food Sci 67: 1219-1223. DOI: 10,1111/j.1365-2621. 2002.
Tb09480.x.
Khurni, R.S, Gupta. 1982. A Text Book of Mechine Design. Euroshia Publishing
House Ltd. Tam Nagor, New Delhi, India.
Kolasa, KM. 1993. The Potato and Human Nutrition. Am . Potato J., vol. 70 no. 5
pp. 375-83
Tjahjadi, Carmencita dan Herlina Marta. 2015. Bahan Ajar Penuntun Praktikum :
Praktikum Bahan Pangan dan Dasar-dasar Pengolahan. Jatinangor.
6. Pada proses pengendapan pati dalam pembuatan tapioka, terdapat butiran pati
dan komponen lainnya sehingga dapat menimbulkan bau yang khas. Apakah
yang menyebabkan bau khas tersebut?
Pada pengendapan ini akan terdapat butiran pati termasuk protein, lemak dan
komponen lain yang stabil dan kompleks. Bahkan butiran ini terdapat berbagai
senyawa sehingga dapat menimbulkan bau yang khas. Senyawa alkohol dan
asam organik merupakan komponen yang mempunyai bau khas.