BAB I
PENDAHULUAN
kemajuan yang cukup pesat. Hal ini dibuktikan dengan munculnya berbagai
macam usaha yang tersebar di Indonesia, mulai dari usaha kecil yang dimiliki
perseorangan sampai perusahaan besar yang telah memiliki anak cabang yang
cukup banyak. Hal ini membuat persaingan antar perusahaan tidak dapat
dihindari, untuk itu setiap perusahaan harus pandai memutar otak agar dapat
maksimal maka diperlukan strategi agar hal tersebut dapat dicapai. Salah satu
strategi atau upaya yang dapat dilakukan perusahaan ialah dengan meningkatkan
manufaktur.
hal proses produksi, persediaan bahan baku dalam perusahaan memegang peranan
yang sangat penting dalam menunjang kelangsungan proses produksi. Akan tetapi
jika manajemen pengelolaan persediaan bahan baku tidak tepat maka dapat
2
menimbulkan biaya yang lebih besar lagi yang hal tersebut dapat menghambat
Salah satu strategi yang ada saat ini dalam perkembangan teknologi
manufaktur adalah dengan sistem Just In Time. Sistem ini pada awalnya dibuat
oleh pendiri Toyota dan dikenalkan pada tahun 1948 di Jepang. Dengan
akan memiliki biaya rendah, harga jual murah, kualitas baik, dan kemampuan
Salah satu strategi para pelaku bisnis dalam era revolusioner saat ini yaitu
mulai meninggalkan sistem tradisional dan beralih pada sistem Just In Time dalam
perusahaan. Berbeda dengan sistem Just In Time yang dalam proses produksinya
menggunakan sistem tarik (pull system) yaitu memproduksi barang hanya apabila
dengan kuantitas yang diminta dan pada saat yang diminta, sehingga tidak terjadi
penumpukan persediaan pada gudang. Pada sistem Just In Time, semua hal yang
Ulu merupakan usaha yang bergerak dibidang industry makanan yang kegiatan
utamanya ialah memproduksi tahu. Bahan baku yang digunakan dalam proses
produksi ini adalah kedelai. Selain memproduksi tahu, homeindustry ini juga
memanfaatkan sisa-sisa dari ampas kedelai yang telah diambil sarinya untuk
dijadikan makanan yang biasa disebut tempe gembos. Dalam mengelola bahan
baku kedelai, usaha tahu Bapak Waras masih menggunakan sistem tradisional
dimana pembelian bahan baku dilakukan secara terus menerus meskipun masih
Tabel 1.1
Table Pembelian dan Penggunaan Bahan Baku Kedelai
Pada Bulan Oktober 2018
Pembelian Bahan Penggunaan Bahan Sisa Bahan
Minggu Ke-
Baku Kedelai Baku Kedelai Baku Kedelai
1 2.500 Kg 1.400 Kg 1.100 Kg
2 2.000 Kg 1.400 Kg 600 Kg
3 1.500 Kg 1.400 Kg 100 Kg
4 2.500 Kg 1.400 Kg 1.100 Kg
Jumlah Total 8.500 Kg 5.600 Kg 2.900 Kg
Sumber : Homeindustry Bapak Waras, Oktober 2018.
Pada tabel 1.1 terdapat data pembelian dan penggunaan bahan baku
kedelai pada bulan Oktober 2018 bahwa homeindustry tahu Bapak Waras
pemakaian bahan baku per bulan adalah 5.600 Kg, dan rata-rata pembelian bahan
baku per bulan 8.500 Kg. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen persediaan
yang dilakukan pada usaha homeindustry tahu Bapak Waras belum baik. Dengan
4
adanya kelebihan bahan baku tersebut, maka dapat menimbulkan besarnya biaya
baku adalah masalah yang cukup besar yang dialami usaha homeindustry tahu
Bapak Waras.
persediaan bahan baku dalam penulisan tugas akhir dengan judul “Analisis
Persediaan Bahan Baku Pada Home Industry Tahu Bapak Waras di Kecamatan
dengan harapan nantinya akan membawa manfaat bagi banyak pihak. Dari hasil
1) Manfaat Teoritis
perusahaan.
2) Manfaat Praktis
BAB II
konsep, antara lain konsep Just In Time, Lean Production System, Deman Pull
tanpa persediaan bahan di gudang. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam
pasokan material secara tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu, dan
akan terpelihara dengan baik, aman, dan tidak rusak sejak diterima
tidak boleh terlalu banyak, juga tidak baik jika terlalu sedikit.
produksi.
mengatur dan mengelola setiap kebutuhan barang baik barang mentah, barang
setengah jadi, dan barang jadi agar selalu tersedia baik dalam kondisi pasar yang
stabil dan berfluktuasi. Persediaan merupakan salah satu aset penting yang harus
variabilitas pemisahan.
(2013:188) risiko yang harus dihadapi ketika persediaan menumpuk seperti pada
kebakaran, dsb.
bahan baku, barang dalam proses yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk
Menurut Assauri (2016:225) persediaan adalah stok dari suatu item atau
sebagainya.
sebagainya.
1) Perkiraan pemakaian
penyimpanan.
4) Kebijakan pembelanjaan
1) Anggaran produksi
yang direncanakan.
terpenuhinya pesanan.
14
menjaga agar persediaan yang ada dalam perusahaan tetap stabil sesuai rencana.
Sistem produksi Just In Time hadir dengan sistem tarik (pull system)
(push system) yang mana kegiatan produksi dilakukan secara terus menerus tanpa
persediaan bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi di gudang
penyimpanan. Menurut Dewi dan Kristanto (2015:85) empat aspek pokok dalam
tidak perlu.
tinggi.
(2013:79) Just In Time memiliki dua pengertian yaitu dalam pengertian luas dan
dalam pengertian sempit. Dalam pengertian luas, Just In Time adalah filosofi tepat
Just In Time adalah suatu sistem operasi ramping yang digunakan dalam
untuk bahan baku, WIP, MRO dan produk jadi. Konsep dasar dari sistem produksi
setiap tahap proses dalam sistem produksi dengan cara yang paling ekonomis atau
(Ginting, 2007:231).
17
Just In Time memiliki tiga macam kerangka perspektif, yaitu pendekatan filosofis
JIT terhadap produksi, teknik pendesainan dan perencanaan sistem pabrikasi JIT,
Tabel 2.1
Perbandingan Just In Time dan Pemanufakturan Tradisional
No. Aspek Just in time Tradisional
1. Kualitas Quality is free. Untuk menghasilkan produk
yang berkualitas dibutuhkan
biaya.
2. Keahlian Para pekerja adalah orang- Manajer dan insinyur adalah
orang ahli. Manajer dan orang ahli. Para pekerja
18
Just In Time atau yang dikenal dengan Toyota Production System (TPS)
merupakan sebuah teknis sosial berdasarkan filosofi manajemen dan praktik yang
dilakukan dilapangan. Pada awalnya sistem ini dibuat oleh pendiri Toyota, Sikchi
Toyoda, anak dari Kiichiro Toyoda dan Taichi Ohno yang merupakan teknisi dari
Toyota Motor Corporation di Jepang. Sistem ini dikenalkan pada tahun 1948 di
Jepang dan kemudian dikembangkan oleh Taichi Ohno, Shigeo Shingo dan Eiji
Toyoda pada tahun 1948-1975. Toyota Production System ini mengatur produksi
customer.
20
satu caranya dengan menghapuskan muda. Muda merupakan semua kegiatan yang
tidak berguna dan tidak menambah nilai. Terdapat tujuh jenis muda menurut Astra
dihilangkan.
waktu, produk berkualitas tinggi, total biaya serendah mungkin. Menurut Edwards
dalam Browne (1996) dalam Haming dan Nurjnajamuddin (2014) sasaran yang
1) Zero Defects
2) Zero Inventories
pasokan harus tepat jumlah, tepat mutu, dan tepat pada waktunya.
maka lot size disebut lot size of one. Komponen (bahan) diserahkan
dengan nol. Zero lead time tersebut adalah sasaran dari JIT
production system.
6) Zero Breakdown
23
Dengan cara itu, alat-alat dan mesin akan selalu berada dalam
keadaan baik dan siap operasi. Cara tersebut akan melahirkan zero
diperlukan asumsi sebagai berikut : ukuran lot kecil, konsisten kualitas tinggi,
lebih sering).
dalam gudang.
24
perakitan ditinggikan.
lebih efisien.
masuknya karyawan.
1) Partnership JIT
pembayaran.
25
membutuhkan.
kerja sama.
2) JIT Layout
ruangan.
yang kecil.
c) Meminimalkan jarak.
pindahkan.
flesibilitas.
bentuk U.
sel kerja.
3) JIT Inventory
tepat waktu atau tidak dalam suatu masalah. Inventory yang tepat
pasti ada akan tiba tepat pada saat barang itu dibutuhkan, tidak
dalam inventory.
inventory.
pemasok.
4) JIT Scheduling
work-in-process.
d) Melaksanakan jadwal.
f) Menghilangkan pemborosan.
sempurna.
5) JIT Quality
yang tidak memerlukan persediaan, yaitu : biaya setup dan biaya penyimpanan
3) Menghindari kemacetan
dioperasikannya.
c) Sistem kanban
perusahaan.
pemasok tersebut.
diperkecil.
dimulai.
permintaan pelanggan.
In Time :
production kanban.
size).
sistem produksi.
Just In Time :
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
Nama dan Judul Jenis Penelitian Hasil Penelitian
Diaz (2015), Metode penelitian yang Hasil penelitian
Penerapan Metode JIT digunakan ialah menunjukkan bahwa pada
Pembelian Bahan kualitatif dengan teknik tahun 2014 perusahaan
Baku dalam analisis deskriptif. sudah menerapkan sistem
Meningkatkan JIT membuat biaya
Efisiensi Biaya Bahan pemesanan dan biaya
Baku penyimpanan lebih efisien
dilihat dari biaya pemesanan
sebesar 3.98% dan biaya
penyimpanan sebesar 1.94%
secara total sebesar 5.92%
efisiensi. Untuk
meningkatkan efisiensi biaya
persediaan bahan baku,
maka perusahaan sebaiknya
mempertahankan metode
Just In Time dan membentuk
jaringan informasi dengan
pemasok.
Madianto (2016), Jenis penelitian yang Penerapan sistem JIT dapat
Analisis Implementasi digunakan ialah meningkatkan efisiensi dan
Sistem JIT pada deskriptif dengan efektivitas biaya karena
Persediaan Bahan pendekatan kuantitatif. dapat mengurangi
Baku untuk Memenuhi pemborosan pembelian,
Kebutuhan Produksi menurunkan biaya
(Studi pada PT Alinco, pemesanan dan menurunkan
Karangploso, Malang) biaya penyimpanan
persediaan bahan baku
dalam memenuhi kebutuhan
produksi. Jadi dalam
memenuhi kebutuhan
produksi pada PT Alinco,
dapat menerapkan sistem
Just In Time untuk
meningkatkan efisiensi dan
efektivitas biaya.
Efrianti (2014), Metode penelitian yang - Pengendalian persediaan
Pengaruh digunakan ialah metode JIT memberi efisiensi
Pengendalian komparatif. terbesar atas pengadaan
Persediaan JIT bahan baku CV Jawara
Terhadap Efisienasi Karsa Agusto, yaitu sebesar
Pengadaan Persediaan Rp 366.245.280 dalam satu
40
ini, yaitu :
Bahan Baku
Pengelolaan Persediaan
BAB III
METODE PENELITIAN
(Kuncoro, 2012). Sedangkan model penelitian deskriptif adalah salah satu metode
penjelasan atau menjabarkan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini
1) Pengendalian persediaan
2) Just In Time
1) Data Primer
2) Data Sekunder
Waras di Kecamatan Loa Janan Ulu. yang menjadi tempat penelitian. Data yang
diperlukan data yang akurat dan sistematis agar hasil yang didapat mampu
mendeskripsikan situasi objek yang sedang diteliti dengan benar. Dalam tahap
pengumpulan data, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1) Wawancara
penelitian.
2) Observasi
dan catatan semua data yang diperlukan. Dalam hal ini, peneliti
3) Studi Dokumentasi
permasalahan.
45
3) Biaya pemesanan
4) Biaya penyimpanan
5) Biaya persediaan
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Sofia Prima dan Septian Bayu Kristanto. 2015. Akuntansi Biaya Edisi 2.
Bogor : In Media.