Anda di halaman 1dari 11

Vol: 5 Nomor: 1 Tahun: 2015

ANALISIS KETEPATAN WAKTU DALAM PEMESANAN BAHAN BAKU


DENGAN METODE RE ORDER POINT (ROP) PADA RUMAH MAKAN
JANGGAR ULAM DI KECAMATAN UBUD
I Wayan Artawan

Jurusan Pendidikan Ekonomi,


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: artawan_72@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1)perhitungan pemesanan bahan baku pada rumah makan
Janggar Ulam tahun 2014, (2)perhitungan pemesanan bahan baku dengan menggunakan metode ROP
pada rumah makan Janggar Ulam, dan (3)dampak dari penerapan metode ROP terhadap laba yang
diperoleh rumah makan Janggar Ulam. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Data
dikumpulkan dengan metode wawancara dan dokumentasi yang dianalisis dengan teknik analisis
deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan (1)perhitungan pemesanan bahan baku yang dilakukan
dengan cara membeli persediaan ketika persediaan yang ada digudang sudah hampir habis. Dari
pemesanan yang dilakukan pada tahun 2014 yaitu sebesar 3.329 Kg, memperoleh total biaya
persediaan sebesar Rp17.937.650,00 (2)perhitungan pemesanan bahan baku dengan metode ROP
pada rumah makan Janggar ulam harus melakukan pemesanan kembali ketika persediaan tersisa
sebesar 64,8 Kg, jumlah pembelian bahan baku sebesar 1.250,8 Kg dan memperoleh total biaya
persediaan sebesar Rp11.470.664,00. (3)dampak dari perhitungan ROP mengakibatkan peningkatan
pada laba yang diperoleh sebesar Rp6.466.986,00.

Kata Kunci: Metode ROP, Total biaya persediaan, waktu dan jumlah pemesanan kembali

Abstract
This study aims to determine (1) the calculation of the raw material reservations at the restaurant
Janggar ulam 2014, (2) the calculation of ordering raw materials using methods Re Order Point (ROP) at
Janggar ulam restaurant, and (3) the impact of the application of methods Re Order Point (ROP) to
profits Janggar ulam restaurant.This research is descriptive quantitative research. Data were collected by
interview and documentation are then analyzed by quantitative descriptive analysis techniques.The
results showed that (1) Calculation of raw materials bookings made by the restaurant Janggar ulam by
way of purchase of raw material inventory based on previous purchases and is usually done when the
existing inventory in warehouse is almost gone. From bookings made by janggar ulam restaurant in 2014
in the amount of 3,329 Kg and acquire total inventory cost Rp. 17,937,650.00 (2) Calculation method of
ordering raw materials with Re Order Point (ROP) at restaurant Janggar ulam have to reorder when in
warehouse inventories amounted to 64.8 kg, the optimal amount of purchases of raw materials amounted
to 1250.8 Kg and acquire total inventory costs Rp. 11,470,664.00. And (3) The impact of ROP calculation
resulted in an increase in profits derived by Rp. 6,466,986.00.

Keywords: ROP method, time and quantity of re-ordering, total inventory cost
Vol: 5 Nomor: 1 Tahun: 2015

PENDAHULUAN membutuhkan maka akan mengalami


Pembelian persediaan merupakan penumpukkan persediaan.
kegiatan yang sangat penting pada bagian Adapun kebiasaan yang terjadi di
pengendalian persediaan barang atau dalam pengendalian persediaan bahan
inventory control dalam perusahaan, karena baku seperti, kekurangan persediaan (out
dalam suatu perusahaan, persediaan of Stock) atau kelebihan (over of
bahan baku merupakan devisi yang sangat Stock) bahan baku, bila kekurangan bahan
dibutuhkan dalam perusahaan produksi. baku menimbulkan terhambatnya proses
Menurut Gitosudarmo, (2002: 93) produksi bahkan terhenti sehingga tidak
“persediaan adalah bagian utama dari dapat memenuhi permintaan dari
modal kerja, merupakan aktiva yang setiap pelanggan, sedangkan kelebihan bahan
saat mengalami perubahan”. inventory atau baku akan menimbulkan biaya persediaan
persediaan barang sebagai elemen utama yang besar dan kualitas bahan baku akan
dari modal kerja merupakan aktiva yang menurun (hampir kadarluwasa), bila
selalu dalam keadaan berputar, dimana disimpan dalam waktu yang lama akan
secara terus menerus mengalami mengurangi mutu produk yang dihasilkan
perubahan (Riyanto, 2001). Dari atau kadarluwasa dan tidak dapat
pernyataan para ahli diatas bisa digunakan untuk produksi. Dalam
disimpulkan bahwa pengadaan persediaan kenyataannya suatu perusahaan sering
atau bahan baku sangatlah penting dalam memiliki kelemahan didalam pengelolaan
suatu perusahaan yang bergerak dibidang persediaan bahan bakunya, yaitu tidak
produksi, oleh karena itu perlu diadakan adanya analisis mengenai rencana
persediaan. pemesanan dalam memenuhi kebutuhan
Menurut Ahyari (2003) ada tiga bahan baku, belum adanya kebijakan
faktor yang menyebabkan suatu mengenai pengadaaan sejumlah
perusahaan harus menyelenggarakan persediaan tambahan untuk dijadikan
persediaan bahan baku yaitu: (1) bahan sebagai persediaan pengaman, serta belum
yang digunakan untuk pelaksanaan proses terencananya jadwal untuk melaksanakan
produksi perusahaan tersebut tidak dapat pemesanan ulang bahan baku.
didatangkan satu persatu dalam jumlah unit Solusi untuk mengatasi kesulitan di
yang diperlukan perusahaan, (2) apabila dalam mengontrol persediaan sangatlah
perusahaan tidak mempunyai persediaan penting, di mana perusahaan melakukan
bahan baku, sedangkan bahan baku yang analisis kebutuhan bahan baku yang akan
dipesan belum datang maka pelaksanaan digunakan dalam proses produksi,
proses produksi dalam perusahaan tersebut sehingga jumlah bahan baku terkendali,
akan terganggu, (3) suatu perusahaan tidak kelebihan dan tidak kekurang. Dalam
dapat menyediaakan persediaan bahan melakukan pembelian bahan baku, selain
baku dalam jumlah yang banyak untuk mempertimbangkan biaya persediaan,
menghindari kekurangan bahan baku perusahaan sebaiknya mengadakan
tersebut, tetapi persediaan bahan baku persediaan pengaman dan menetapkan
dalam jumlah besar tersebut dapat jadwal dalam melakukan pemesanan
mengakibatkan terjadinya biaya persediaan kembali bahan baku yang akan digunakan
bahan baku yang besar pula. Pada dalam menunjang proses produksi agar
kegiatan pemesanan bahan baku tentunya tetap berjalan dengan lancar. Untuk
bahan baku yang dipesan harus sesuai mempercepat proses operasi perusahaan,
dengan kebutuhan perusahaan, sehingga maka perlu perancangan suatu sistem
ada kalanya pada saat unit-unit dalam informasi yang saling terintegrasi dengan
perusahaan membutuhkan bahan-bahan bagian-bagian lain, sehingga dapat
untuk melakukan aktivitas, barang yang menghasilkan informasi yang digunakan
dibutuhkan tidak tersedia di gudang, sebagai dasar pengambilan keputusan bagi
adapun sebaliknya apabila perusahaan pihak manajemen untuk memecahkan
memesan barang dengan jumlah yang masalah serta melakukan perbaikan atas
cukup besar serta setiap unit-unit belum kelemahan sistem yang sedang berjalan.
Vol: 5 Nomor: 1 Tahun: 2015

Perencanaan pemesanan bahan baku yang memperhitungkan jumlah persediaan yang


tepat dapat menghasilkan jumlah barang masih tersedia digudang, sehingga pada
yang optimal dan mengeluarkan biaya saat jumlah persediaan tertentu pihak
seminimal mungkin, maka dari itu perlu rumah makan sudah harus melakukan
dilakukan perhitungan untuk menentukan pemesanan bahan baku.
saat yang tepat memesan bahan baku, Bagian pembelian harus
sehingga bahan baku yang dimiliki oleh menentukan titik pemesanan kembali
perusahaan tidak menumpuk dan tidak persediaan barang yang dibutuhkan. Hal ini
merugikan rumah makan. untuk menjaga keseimbangan persediaan
Metode-metode yang dapat serta perusahaan tidak kehabisan bahan
digunakan untuk perhitungan pemesanan jika sewaktu-waktu terdapat jumlah
bahan baku yaitu, metode Activity based pesanan atau produk yang lebih besar
costing (ABC), akan tetapi dalam metode jumlahnya. Pada kenyataannya,
ABC perlu memperhitungkan biaya angkut pemesanan bahan baku dalam jumlah
bahan. Menurut Supriyono, (2013) besar tidak langsung dapat dipenuhi atau
kelemahan metode ini adalah bahan yang tersedia karena dibutuhkan jangka waktu
harganya mahal belum tentu menentukan untuk pengiriman. Agar datangnya bahan
biaya angkutan yang tinggi, biaya angkutan tersebut tepat pada safety stock
lebih banyak dipengaruhi oleh faktor pisik perusahaan harus melakukan pemesanan
dan resiko. Dapat disimpulkan metode ABC terlebih dahulu. Adapun kelemahan dari
memperhitungkan biaya angkutan bahan metode Re Order Point yaitu, tidak
baku berbanding sejajar dengan harga menentunya harga bahan baku yang akan
bahan baku yang dibeli. Metode Economic digunakan untuk masa yang akan datang,
Production Quantity (EPQ) juga dapat penapsiran besarnya rata-rata permintaan
mencari atau memperhitungkan konsumen perhari belum tentu sama dari
pemesanan bahan baku, namun dalam tahun ketahun. Hal ini akan menyebabkan
perhitungan metode EPQ lebih fokus pada berubahnya hasil perhitungan.
jumlah maksimum produksi, Selain itu juga Rumah makan Janggar Ulam
ada Metode Re Order Point (ROP). Metode merupakan rumah makan yang
ini adalah untuk pemesanan bahan baku. menghidangkan makanan yang berbahan
adapun kelebihan dari metode ini adalah baku ikan, bisa dikatakan ikan merupakan
memperhitungkan persediaan pengaman, bahan baku yang tidak tahan lama, maka
dan kelemahan dari metode ini adalah perlu dilakukan perhitungan untuk
penggunaan bahan baku perhari setiap keputusan membeli bahan baku yang tepat
tahunya belum tentu sama. Dalam memilih supaya tidak terjadi kelebihan ataupun
suatu metode harus memperhatikan kekurangan bahan baku, karena salah satu
ketepatan penggunaan metode bagi bagian atau divisi yang sangat penting
perusahaan, sehingga metode tersebut bisa dalam berbisnis adalah persediaan.
dikatakan efektif digunakan. Dalam Persediaan ini perlu dikontrol secara teratur
penelitian ini penulis menggunakan metode dan periodik, mulai dari bahan baku, bahan
Re Order Point. karena tujuan dari setengah jadi, sampai barang jadi.
penelitaan yang tentunya berkaitan dengan Persediaan bahan baku harus dapat
yang dibutuhkan oleh rumah makan memenuhi kebutuhan rencana produksi,
Janggar Ulam sebagai tempat penelitian. karena jika persediaan bahan baku tidak
Menurut Supriyono, (2013) Re dapat dipenuhi, maka akan menghambat
Order Point (ROP) adalah saat atau titik proses produksi.
dimana pemesanan kembali harus Dari penelitian awal yang penulis
dilakukan sehingga kedatangan atau lakukan di rumah makan Janggar Ulam,
penerimaan bahan baku tepat pada penulis menemukan berbagai masalah
waktunya sehingga jumlah persediaan terkait dengan persediaan bahan baku yaitu
sama dengan safety stock. Jadi dengan terjadi kelebihan ataupun kekurangan
perhitungan metode Re Order Point dalam bahan baku dibandingkan dengan jumlah
melakukan pemesanan, langsung permintaan dari konsumen. Pada bulan
Vol: 5 Nomor: 1 Tahun: 2015

Januari 2013 persediaan bahan baku yang


dibeli sebanyak 284 kg sedangkan jumlah METODE
permintaan pada bulan januari sebanyak Jenis penelitian yang digunakan
272 kg. dari data tersebut bisa disimpulkan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Data
bahwa rumah makan Janggar Ulam yang diperlukan dalam penelitian ini berupa
mengalami kerugian berupa kelebihan data pembelian bahan baku, harga bahan
bahan baku yang tidak terpakai sebanyak baku, rata-rata penggunaan bahan baku
12 kg. kerugian yang dialami rumah makan perhari, perkiraan harga, lamanya
Janggar Ulam ini akan mempengaruhi laba pengiriman bahan baku dihitung dari hari
yang diperoleh. pemesanan, standar deviasi, menentukan
Penyebab terjadinya kelebihan persediaan pengaman. Data yang diperoleh
bahan baku ikan ini disebabkan karena dianalisis untuk membantu rumah makan
banyaknya pesanan yang dilakukan pihak janggar ulam dalam menghitung ketepatan
rumah makan dan akhirnya tidak terpakai waktu dalam pemesanan bahan baku
secara maksimal. Mengingat bahan baku dengan metode Re Order Point (ROP).
ikan merupakan bahan baku yang tidak Dengan analisis perhitungan Re Order
tahan lama, menyebabkan kelebihan Point diharapkan bisa memaksimalkan
pesanan bahan baku yang tersedia dan keuntungan yang dapat dicapai oleh rumah
tempo penggunaan bahan baku sudah makan janggar ulam.
melampaui target dari rumah makan Teknik Analisis data yang
Janggar Ulam, maka bahan baku tersebut digunakan dalam penelitian ini adalah
sudah dianggap tidak layak untuk teknik analisis kuantitatif, yaitu teknik
digunakan, karena rumah makan Janggar analisis yang dilakukan dengan cara
Ulam sangat mementingkan kualitas dari melakukan perhitungan tertentu. Dalam
pada makanan yang disajikan. Kekurangan penelitian ini menggunakan metode Re
bahan baku ikan ini disebabkan kareana Order Point (ROP). Pertama-tama penulis
keterlambatan datangnya pesanan bahan mencari data yang diperlukan untuk
baku, sementara bahan baku ikan sudah nantinya akan dimasukan kedalam rumus
habis, atau bahan baku ikan masih ada, Re Order Point, seperti data pembelian
akan tetapi sudah tidak layak digunakan. bahan baku, harga bahan baku, rata-rata
Untuk lebih jelasnya penulis menyediaakan penggunaan bahan baku perhari, perkiraan
data penelitian awal berupa tabel tentang harga, lamanya pengiriman bahan baku
pembelian dan permintaan konsumen di dihitung dari hari pemesanan, standar
lampiran 02. deviasi, menentukan persediaan
Berdasarkan permasalahan diatas pengaman, yang nantinya akan dimasukan
penulis tertarik untuk mengangkat topik dalam rumus-rumus, di bawah ini adalah
dalam skripsi mengenai keputusan yang paparan tentang rumus metode Re Order
tepat untuk pemesanan bahan baku Point (ROP) sebagai berikut.
dengan judul “Analisis ketepatan waktu Menentukan standar deviasi
dalam pemesanan bahan baku dengan
∑(ܺ − ܻ)ଶ
Metode Re Order Point (ROP) pada Rumah ܵ‫ = ܦ‬ඨ
Makan Janggar Ulam di Kecamatan Ubud”. ݊
Adapun tujuan penelitian ini adalah Keterangan :
untuk mengetahui (1) metode perhitungan SD = Standar Deviasi
pemesanan bahan baku pada rumah X = Pemakaian sesungguhnya
makan Janggar Ulam tahun 2014, (2) Y = Perkiraan Harga
perhitungan pemesanan bahan baku n = Jumlah (Banyaknya data)
dengan menggunakan metode Reorder Menentukan persediaan pengaman (Safety
Point (ROP) pada Rumah Makan Janggar Stock)
Ulam dan (3) mengetahui dampak Safety Stock = Jumlah standar deviasi
penerapan metode Re Order Point (ROP) dari tingkat kebutuhan x 1,65 (Rangkuti,
terhadap laba yang diperoleh rumah Makan 2000)
Janggar Ulam tahun 2014.
Vol: 5 Nomor: 1 Tahun: 2015

Menentukan titik atau waktu pemesanan ଶ஽ ௌ


kembali. Jumlah pembelian = ට

ROP = (LT x AU) + SS Keterangan : D=Jumlah kebutuhan
Keterangan : barang
LT = Lead Time S= Biaya pemesanan
AU = Penggunaan bahan baku H= Biaya penyimpanan
SS = Safety Stock Dengan menggunakan rumus analis
a. LT adalah Waktu yang dibutuhkan dari di atas maka dapat diketahui ketepatan
saat pemesanan sampai bahan datang waktu pemesanan bahan baku dengan
di perusahaan ( Lead time), Lead time metode Re Order Point (ROP).
akan mempengaruhi besarnya bahan
yang dipakai selama lead time, semakin HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
lama maka semakin besar pula jumlah Hasil Penelitian
bahan yang diperlukan untuk Metode Perhitungan Pemesanan
pemakaian selama lead time Bahan Baku pada Rumah Makan Janggar
b. AU adalah Jumlah pemakaian rata-rata Ulam Tahun 2014. Perhitungan pemesanan
per hari atau satuan waktu lainnya. bahan baku yang dilakukan oleh rumah
Besarnya bahan yang diperlukan makan Janggar Ulam tidak menggunakan
selama lead time adalah jumlah hari metode yang jelas. Melainkan dengan cara
lead time dikalikan tingkat pemakaian membeli persediaan bahan baku dengan
rata-rata. berdasarkan pada pembelian-pembelian
c. SS adalah Persediaan besi ( Safaty yang sebelumnya dan biasanya dilakukan
stock) adalah jumlah persediaan bahan ketika persediaan yang ada digudang
yang minimum harus ada untuk sudah hampir habis, namun terkadang
menjaga kemungkinan keterlambatan rumah makan juga melakukan pembelian
datangnya bahan yang dibeli agar persediaan bahan baku berdasarkan
perusahaan tidak mengalami stock out periode waktu, yaitu melakukan pembelian
atau mengalami gangguan kelancaran bahan baku dengan metode pemesanan
kegiatan produksi karena habisnya yang relative tetap.
bahan yang pada umumnya Pembeliaan bahan baku yang
menyebabkan elemen stock out untuk dilakukan oleh rumah makan Janggar Ulam
menentukan persediaan pengaman nampak seperti tabel 4.1 sebagai berikut.
dapat digunakan metode statistika, atau
metode penaksiran langsung.

Tabel 4.1 Pembelian Bahan Baku Ikan pada Rumah Makan Janggar Ulam

No Bulan Jumlah (Kg) Harga/ Kg (Rp) Harga Pembelian (Rp)


1 Januari 280 31.125 8,715,000
2 Februari 256 28.000 7,168,000
3 Maret 262 26.764,7 7,012,351
4 April 275 30.000 8,250,000
5 Mei 271 27.464,7 7,442,934
6 Juni 285 27.692,3 7,892,306
7 Juli 278 28.718 7,983,604
8 Agustus 275 29.000 7,975,000
9 September 282 28.000 7,896,000
10 Oktober 270 25.500 6,885,000
11 Nopember 290 28.500 8,265,000
12 Desember 305 33.000 10,065,000
Jumlah 3329 343.765 95,550,195
Vol: 5 Nomor: 1 Tahun: 2015

Jumlah pembelian bahan baku sehingga biaya yang dikeluarkan pada


terendah terjadi pada bulan Februari. Pada bulan Desember untuk pembelian bahan
bulan Februari tersebut rumah makan baku sebesar Rp 10.065.000,00.
Bahan baku yang tersedia di
membeli bahan baku sebanyak 256 Kg gudang merupakan bahan baku yang
dengan harga Rp28.000,00 per Kg, digunakan dalam proses produksi dan
sehingga biaya yang dikeluarkan pada sebagian disimpan untuk cadangan
bulan februari untuk pembelian bahan baku produksi berikutnya. Data mengenai
sebanyak Rp7.168.000,00. Jumlah penggunaan bahan baku pada rumah
pembelian bahan baku terbesar terjadi makan Janggar Ulam di kecamatan Ubud
pada bulan desember. Pada bulan tersebut nampak seperti pada tabel 4.2 sebagai
jumlah pembelian bahan baku sebanyak berikut.
305 Kg dengan harga Rp 33.000,00 per Kg
Tabel 4.2 Jumlah Penggunaan Bahan Baku pada Rumah Makan Janggar Ulam

No Bulan Penggunaan (Kg)


1 Januari 190.3
2 Februari 194.1
3 Maret 214.7
4 April 203.4
5 Mei 203.9
6 Juni 230.3
7 Juli 203.2
8 Agustus 276.2
9 September 195.8
10 Oktober 213
11 Nopember 222.7
12 Desember 310.4
Jumlah 2622
Rata-rata 218.5

Berdasarkan tabel 4.2 jumlah januari sebanyak 190,3 Kg dan jumlah


permintaan persediaan dari bulan januiari permintaan terbesar terjadi pada bulan
sampai desember tahun 2014 sebanyak Desember yang mencapai 310,4 Kg.
2.622 Kg. rata-rata perbulan permintaan Biaya persiapan pemesanan bahan
bahan baku sebanyak 218,5 Kg. baku pada rumah makan Janggar Ulam
permintaan terendah terjadi pada bulan Nampak seperti pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Biaya Persiapan Pemesanan Bahan Baku pada Rumah Makan Janggar Ulam

Jenis biaya Tahun 2014


Biaya Proses Pemesanan bahan baku Rp. 2.052.000,00
Biaya Sarana Komunikasi pemesanan Rp. 6.600.000,00
bahan baku
Jumlah Rp. 8.652.000,00
Biaya penyimpanan merupakan
Dalam tabel di atas terlihat bahwa biaya yang terkait dengan penyimpanan
pada tahun 2014 biaya persiapan yang bahan baku. Biaya ini akan meningkat
dikeluarkan oleh rumah makan Janggar
Ulam adalah Rp 8.652.000,00 dengan rata- seiring dengan meningkatnya jumlah
rata perbulan sebesar Rp 721.000,00. persediaan bahan baku yang disimpan,
Vol: 5 Nomor: 1 Tahun: 2015

begitu juga sebaliknya, biaya penyimpan ditetapkan sebesar 10 % dari harga ikan
akan mengalami penurunan jika jumlah gurame. Biaya penyimpanan bahan baku
persediaan bahan baku yang disimpan juga pada rumah makan Janggar Ulam dapat
berkurang. Besarnya biaya penyimpanan dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut.
pada Rumah Makan Janggar Ulam

Tabel 4.4 Persentase Biaya Simpan.

Rata-rata Harga Biaya Penyimpanan Per


Tahun % Biaya Simpan
Per Kg (Rp) Kg (Rp)
2014 10% 29.000 2.900

Perhitungan Total Biaya Persediaan


( Total Inventory Cost) pada Rumah makan
Janggar Ulam masih menggunakan
perhitungan yang sederhana yaitu dengan Standar deviasi adalah untuk
menggunakan metode rata-rata, rata-rata menentukan atau memperhitungkan besar
penggunaan bahan baku 218,5 Kg, biaya kecil terjadinya penyimpangan dalam
penyimpanan Rp 2.900, biaya pemesanan penggunaan bahan baku. Untuk
Rp 721.000 dan pemesanan yang menentukan penyimpangan- penyimpangan
dilakukan oleh rumah makan Janggar Ulam yang terjadi antara perkiraan pemakaian
yaitu 24 kali. Perhitungan total biaya dan pemakaian sesungguhnya, dapat
persediaan ( total inventory cost) pada digunakan rumus sebagai berikut.
rumah makan Janggar Ulam sebagai
∑(௑ି௒)మ
berikut. ܵ‫ = ܦ‬ට
TIC=(Rata-rata penggunaan X Biaya ௡
penyimpanan) + ( biaya SD = Standar Deviasi
persiapan pemesanan X X = Pemakaian sesungguhnya
frekuensi pembelian) Y = Perkiraan Harga
=(218,5 X 2.900) + (721.000 X 24) n = Jumlah (Banyaknya data)
= 633.650 + 17.304.000 dari perhitungan tabel deviasi
= Rp. 17.937.650 tahun 2014 pada lampir 04 dapat diketahui
Berdasarkan perhitungan tersebut bahwa nilai standar deviasi tahun 2014
total biaya persediaan (total inventory cost) adalah sebagai berikut.
pada rumah makan Janggar ulam Tahun ඥ ∑( X − Y)ଶ
2014 seabesar Rp. 17.937.650,00 dengan ܵ‫= ܦ‬
rata-rata perbulan sebesar n
Rp.1.494.804,00. √14.446.62
ܵ‫= ܦ‬
Perhitungan Pemesanan Bahan 12
Baku dengan Metode Re Order Point ܵ‫√ = ܦ‬1.206.62
(ROP) pada Rumah Makan Janggar Ulam ܵ‫ = ܦ‬34,74 Kg
di Kecamatan Ubud. Dalam perhitungan Perhitungan safety stock dilakukan
pemesanan bahan baku dengan metode Re untuk melindungi perusahaan dari risiko
Order Point (ROP) disebutkan, penentuan kehabisan bahan baku dan untuk
waktu yang tepat untuk melakukan menghindarri adanya keterlambatan
pemesanan kembali atau pengadaan penerimaan bahan baku yang dipesan.
tingkat pemesanan bahan baku kembali Dengan nilai standar deviasi diatas yaitu
pada suatu titik atau batas dari jumlah 34,74 Kg, maka besarnya safety stock
persediaan yang tersedia. Dalam untuk tahun 2014 dapat dihitung sebagai
perhitungannya disebutkan, penentuan berikut.
standar deviasi, penentuan persediaan Safety stock = jumlah standar deviasi dari
pengaman (safety stock), penentuan tingkat kebutuhan x 1,65
pemesanan kembali. Safety stock = 34,74 X 1,65
Vol: 5 Nomor: 1 Tahun: 2015

= 57,32 Kg Dari hasil perhitungan diatas maka


Dari perhitunga safety stock diatas dapat deketahui bahwa jumlah persediaan
maka dapat diketahui besarnya jumlah atau pembeliaan bahan baku yang optimal
persediaan yang dapat dicadangkan pada tahun 2014 adalah sebesar 1.250,8
sebagai pengaman kelangsungan proses Kg dan rumah makan janggar ulam harus
produksi dari risiko kehabisan bahan baku melakukan pemesanan ulang ketika
(stock out). persediaan di gudang sejumlah 64,8 Kg
Saat pemesanan kembali adalah Untuk memperoleh total biaya
saat dimana perusahaan harus melakukan persediaan biaya bahan baku yang minimal
pemesanan bahan bakunya kembali, maka diperhitungkan total biaya persediaan
sehingga penerimaan bahan baku yang (TIC) hal tersebut untuk mengetahui berapa
dipesan dapat tepat waktu, karena dalam besar penghematan biaya persediaan total
melakukan pemesanan bahan baku tidak dalam perusahaan maka perhitunganya
dapat diterima hari itu juga. Besarnya sisa sebagai berikut.
bahan baku yag masih tersisa hingga TIC = √2 ‫ܪ ܵ ܦ‬
peerusahaan harus melakukan pemesanan Keterangan:
kembali adalah sebesar ROP yang telah D : Jumlah kebutuhan barang
dihitung yang dimaksud lead time dalam S : Biaya pemesanan
penelitian ini adalah tenggang waktu yang H : Biaya Penyimpanan
diperlukan antar saat pemesanan bahan Maka perhitunganya sebagai berikut.
baku dilakukan denga datangnya baha
TIC = √2 ‫ܪ ܵ ܦ‬
baku yag dipesan. Sesuai dengan data
yang diperoleh dari rumah makan Janggar =√2 ܺ 2622 ܺ 8.652.000 ܺ 2.900
Ulam maka perhitunganya sebagai berikut. =√131.576.155.200.000
ROP = safety stock + (lead time x = 11.470.664
kebutuhan per hari). Jadi perhitungan total biaya persediaan
(total inventory cost) adalah sebesar Rp
2622 11.470.664.
ܴܱܲ = 57,52 Kg + (1 ‫ݔ‬ ‫)݃ܭ‬ Dampak Penerapan Metode Re
360
= 57,52 Kg Kg + (1 x 7,28 Kg) Order Point (ROP) Terhadap Laba Yang
= 64,8 Kg Diperoleh pada Rumah Makan Janggar
Jumlah pembelian bahan baku yang Ulam di Kecamatan Ubud. Penerapan
optimal selama tahun 2014 adalah sebagai metode Re Order Point (ROP) memberikan
berikut. dampak terhadap laba yang diperoleh
Jumlah pembelian bahan baku optimal rumah makan Janggar Ulam. Adapun
ଶ஽ ௌ perhitungan laba setelah penerapan
=ට metode Re Order Point (ROP) seperti pada

(lampiran 08). Berdasarka dari perhitungan
2 ‫ ݔ‬2.622 x8.652.000 tersebut, dampak yang ditimbulkan dengan
=ඨ diterapkanya metode Re Order Point (ROP)
2.900
dapat dilihat pada Tabel 4.5 sebagai
= ඥ1.564.520,27 berikut.
= 1.250,8 Kg

Tabel 4.5 Dampak Penerapan Metode Re Order Point (ROP) Terhadap Laba pada Rumah
Makan Janggar Ulam di Kecamatan Ubud.
R.M. Janggar Ulam ROP
Laba Rp. 609.382.665 Rp. 615.202.953
selisih Rp. 6.466.986

Berdasarkan hasil perhitungan laba diterapkan metode Re Order Point


dari rumah makan Janggar Ulam sebelum memperoleh laba sebesar Rp. 609.382.665.
Vol: 5 Nomor: 1 Tahun: 2015

Setelah diterapkanya metode Re Order 6.466.986,00. Hal ini terjadi karena setelah
Point diperoleh laba sebesar Rp. diterapkan metode ROP total biaya
615.202.953 dapat dilihat bahwa dengan persediaan dapat diminimumkan, seperti
diterapkanya metode ROP, laba yang Nampak pada Tabel 4.6. sebagai berikut.
diperoleh meningkat sebesar RP.

Tabel 4.6 Perbandingan Total Biaya Persediaan Sebelum dan Sesudah Menerapkan Metode
ROP.
Tahun Total Biaya Persediaan ( Total Inventiry Cost)
TIC Rumah makan TIC ROP
2014
Rp. 17.937.650,00 Rp. 11.470.664,00

Berdasarkan hasil perhitungan Total


Biaya Persediaan (Total Inventory Cost) seharusnya berada digudang, di buktikan
dari rumah makan Janggar Ulam sebelum dengan hasil perhitungan bahwa dengan
menerapkan metode Re Order Point (ROP) menggunakan metode ROP total biaya
rumah makan harus mengeluarkan total persediaan sebesar Rp. 11.470.664,00,
biaya persediaan sebesar Rp. total biaya persediaan ini lebih kecil
17.937.650,00, setelah diterapkan metode dibandingkan dengan total biaya
Re Order Point (ROP) total biaya persediaan rumah makan Janggar Ulam
persediaan menjadi Rp. 11.470.664,00 pada tahun 2014, rumah makan Janggar
Ulam harus mengeluarkan total biaya
Pembahasan persediaan mencapai Rp. 17.937.650,00.
Berdasarkan hasil penelitian dan Sesuai dengan teori bahwa, dari
hasil perhitungan yang telah dilakukan perhitungan metode ROP dapat ditentukan
maka diketahui bahwa pemakaian bahan titik minimum dan maksimum persediaan
baku pada rumah makan Janggar Ulam bahan baku, persediaan yang
masih berfluktuasi. Hal ini dibuktikan dari diselenggarakan yaitu sebesar titik
pemakaian bahan baku yang selalu maksimum, yaitu pada saat bahan yang
berbeda-beda tiap bulanya. Dengan dibeli datang, tujuan dari perhitungan ini
demikian penting kiranya bagi rumah agar biaya yang dikeluarkan dalam
makan untuk melaksanakan suatu metode persediaan tidak berlebihan (Supriyono,
pembelian persediaanyang lebih efisien, 2013).
sehingga biaya yang dikeluarkan untuk Dampak yang muncul dari
persediaan dapat ditekan seminimal penerapan metode Re order Point
mungkin. (ROP)dapat dilihat pada Tabel 4.5, dari
Metode pembelian yang biasa perhitungan tersebut, dapat dilihat laba
dikenal dengan Re Order Point (ROP) yang diperoleh rumah makan Janggar Ulam
dapat digunakan untuk mengatasi tahun 2014 setelah menerapkan metode
pemakaian yang berfluktuasi tersebut. ROP ROP adalah sebesar Rp. 615.202.953 ini
merupakan metode pembelian persediaan lebih besar jika dibandingkan dengan laba
yang mampu meminimalkan biaya langsung yang diperoleh rumah makan Janggar Ulam
penyimpanan. Dalam perhitungan metode sebelum menerapkan metode ROP yang
ini, dipertimbangkan beberapa hal, antara hanya mencapai Rp. 609.382.665 hal ini
lain jumlah kebutuhan bahan baku, biaya disebabkan karena setelah penerapan
pemesanan, dan biaya penyimpanan. metode Re Order Point (ROP) terjadinya
Dari hasil penelitian yang dilakukan penurunan total biaya persediaan, seperti
terlihat jelas perbedaan bahwa bila rumah Nampak pada tabel 4.6, total biaya
makan menggunakan metode Re Order persediaan menggunakan metode ROP
Point (ROP) perusahaan akan mampu sebesar Rp. 11.470.664,00, total biaya
meminimumkan total biaya dalam persediaan ini lebih kecil dibandingkan
persediaan karena dengan metode ROP dengantotal biaya persediaan rumah makan
memperhitungkan tingkat persediaan yang Janggar Ulam pada tahun 2014, rumah
Vol: 5 Nomor: 1 Tahun: 2015

makan Janggar Ulam harus mengeluarkan Saran


total biaaya persediaan mencapai Rp. Setelah menganalisis permasalahan yang
17.937.650,00. Terlihat jelas perbedaan ada mengenai perhitungan pemesanan
bahwa bila perusahaan menggunakan bahan baku dengan metode Re Order
metode ROP perusahaan akan mampu Point (ROP) pada rumah makan janggar
meminimumkan total biaya persediaan ulam, maka dapat diberikan saran sebagai
yang akan berdampak terhadap laba yang berikut.
diperoleh. Hasil penelitian ini sama dengan (1) Rumah makan sebaiknya melakukan
penelitian yang dilakukan oleh Widi Astuti perhitungan pemesanan bahan baku
(2013) yang menunjukan bahwa dengan dengan menggunakan metode Re
penerapan metode Re Order Point (ROP) Order Point (ROP) sehingga bisa
dapat meminimumkan total biaya terhindar dari kelebihan bahan baku
persediaan (total inventory control). dan dapat meminimumkan total biaya
persediaan (total inventory control).
SIMPULAN DAN SARAN (2) Bagi peneliti yang bermaksud
Simpulan melakukan penelitian yang sama
Berdasarkan hasil temuan dan diharapkan mampu menganalisis
pembahasan dapat disimpulkan hal-hal subyek selain rumah makan atau
sebagai berikut. restoran, sehingga dapat melakukan
perbandingan.
(1) Perhitungan pemesanan bahan baku
yang dilakukan oleh rumah makan DAFTAR PUSTAKA
Janggar Ulam dengan cara membeli Ahyari, Agus. 2003. Efisiensi Persediaan
persediaan bahan baku berdasarkan Bahan. Yogyakarta: BPFE.
pada pembelian-pembelian yang
sebelumnya dan biasanya dilakukan Arikonto, Suharsimi. 2000. Prosedur
ketika persediaan yang ada di gudang Penelitian Suatu Pendekatan
sudah hampir habis. Dari pemesanan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
yang dilakukan oleh rumah makan
janggar ulam pada tahun 2014 yaitu Assauri, S. 2004. Manajemen Produksi dan
sebesar 3.329 Kg dan memperoleh total Operasi. Jakarta : CP-FEUI.
biaya persediaan sebesar Rp. Astuti, Widi. 2013. Penerapan metode
17.937.650,00. Economic Quantity dalam
(2) Perhitungan pemesanan bahan baku persediaan bahan baku pada
dengan metode Re Order Point (ROP) perusahaan kopi bubuk cap
pada rumah makan Janggar ulam tahun banyuatis singaraja kecamatan
2014 harus melakukan pemesanan buleleng : Pendidikan Dan
kembali ketika persediaan digudang Kebudayaan Ganesha.
sebesar 64,8 Kg, jumlah pembelian
bahan baku optimal sebesar 1.250,8 Kg Baroto,T. 2002. Perencanaan dan
dan memperoleh total biaya persediaan Pengendalian Produksi. Jakarta :
sebesar Rp. 11.470.664,00. Penerbit Ghalia Indonesia.
(3) Dampak dari diterapkan metode Re
Order Point (ROP) terhadap laba rugi Dirgantara, Lidwina. Analisis Sistem
rumah makan Janggar Ulam ialah Pengendalian Persediaan Bahan
dimana laba yang diperoleh mengalami Baku Utama Biskuit Di Pt Xyz.
peningkatan sebesar Rp. 6.466.986,00. http://www.google.com/url?
Hal ini terjadi karena total biaya sa=t&rct=j&q =&esrc=s&source
persediaan yang mengalami =web&cd=1&cad=rja&ved=0CCoQF
perubahan, yang disebabkan oleh jAA&url=http%3
perhitungan pemesanan bahan baku A%2F%2Frepository.ipb.ac.id%2Fbi
menurut metode Re Order Point (ROP). tstream%2Fhandle%2F123456789
%2F52010%2FH11ldm.pdf&ei=xttG
Vol: 5 Nomor: 1 Tahun: 2015

UvlugpGtBHCgeAJ&usg=AFQjCNF Siswanto. 2007. Operations Research. Jilid


bqBKVeRc9MzKbbpskoWxHypWU 2. Jakarta:Erlangga.
Nw&bvm=bv.53217764,d.bmk.pdf.
Diakses pada tanggal 24-01-2015 Studi, Arif. 2000. Akuntansi biaya.
Yogyakarta: BP STIE YKPN
Gitosudarmo, Indrio. 2002. Manajemen
Keuangan Edisi 4. Yogyakarta: BPF. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Kuantiitaf, Kualitatif, R&D.
Hadiguna, Rika Ampuh. 2009. Manajemen Bandung: Alfabeta.
Pabrik. Jakarta : Bumi Aksara.
Supriyono. 2013. Akuntansi Biaya. Dosen
Handoko, T. Hani. 2000. Dasar-dasar Fakultas Ekonomi Universitas
Manajemen Produksi dan Gadjah Mada Yogyakarta.
Operasi. Edisi Pertama.
Yogyakarta: BPFE – Yogyakarta. Widyastuti. 2013. “Sistem Pengendalian
Persedian Bahan Baku Susu
Kusuma, Hendra. 2009. Manajemen Kental Manis (studi kasus PT
Produksi:Perencanaan dan Indolakto, Sukabumi)”.Tidak
Pengendalian Produksi. Edisi 4. Dipublikasikan.Skripsi. Bogor :
Yogyakarta: Penerbit Andi. Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Martonodan D. Agus Harjito. 2008
Manajemen Keuangan. Yogyakarta:
Ekonisia FE UII

Najich, Afan. 2010. Analisis Penerapan


Economic Order Quantity (EOQ)
dalam Persediaan Bahan Baku
Untuk Meningkatkan Volume
Produksi Pada Koperasi Susu”
Mahasiswa Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
Novalina, Purba. 2008. “Pengendalian
Persediaan Bahan Baku Kayu
Pada PT Andatu Lestari Plywood
Bandar Lampung”. Tidak
Dipublikasikan. Skripsi. Bogor :
Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.

Rangkuti, F. 2004. Manajemen


Persediaan Aplikasi di Bidang
Bisnis. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Render,B., dan J. Heizer. 2005.


Manajemen Operasi. Jakarta :
Salemba Empat.

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar


Pembelajaran Perusahaan Edisi 4.
Yogyakarta: BPFE

Anda mungkin juga menyukai