JULIANA
11319015
(JULIANA)
NIM. 11319015
ii
KATA PENGANTAR
iii
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadiran Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
lah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus yang
berjudul “Asuhan
Kebidanan Komprehensif pada Ny.“Y” Di BPM Husniyati
palembang . Laporan Studi Kasus ini dibuat dalam rangka
pembelajaran sekaligus untuk memenuhi syarat ujian mahasiswi
Prodi D.III Kebidanan STIKES Abdurahman Palembang.
Penyusunan Laporan Studi Kasus ini penulis banyak mengalami
hambatan serta banyak kekurangan. Namun berkat bimbingan dan
bantuan serta semangat dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan Laporan Studi Kasus ini dengan maksimal.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1. Hj. Rosyidah A.Rahman, selaku Ketua Yayasan Abdurahman
Palembang.
2. H. Su’aidy A.Rahman, SE, S.Sos, MM, selaku ketua Yayasan
Abdurahman Palembang.
3. Rinda Lamdayani., S.ST., M.Bmd selaku Ka. Prodi DIII
Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdurahman
Palembang.
4. Yona sari, S.ST, M.Bmd selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan, arahan, koreksi, serta nasehat
sehingga Laporan Studi Kasus ini dapat diselesaikan.
5. Bidan praktik mandiri Husniyati S,ST atas izin, bantuan,
bimbingan serta pembelajaran selama penulis melakukan
pengkajian Laporan Studi Kasus ini.
6. Dosen dan staf pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Abdurahman Palembang.
7. Ny.”Y”, selaku pasien atas kerjasamanya dalam menyelesaikan
laporan studi kasus ini
8. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan
dukunganmoril, material, dan spiritual serta pengorbanan dan doa
tulus selama penulis menjalani program pendidikan.
9. Rekan-rekan mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Abdurahman Palembang yang saling memberikan semangat dan
dukungan dalam penulisan laporan ini. Semoga kebersamaan ini
menjadi kekuatan yang berarti bagi kita untuk terus maju.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa baik yang
telah diberikan dan menjadikan yang terbaik bagi kita semua.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... iii
iv
IDENTITAS MAHASISWA .................................................................... iv
KATA PENGANTAR................................................................................ v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. ix
DAFTAR TABEL...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan masalah.......................................................................... 3
1.3 Tujuan penulisan............................................................................ 3
1.3.1 Tujuan Umum.................................................................... 3
1.3.2 Tujuan khusus.................................................................... 3
1.4 Waktu pelaksanaan........................................................................ 4
1.5 Gambaran kasus............................................................................. 4
1.6 Metode penulisan........................................................................... 5
1.7 Hasil yang diharapkan................................................................... 5
1.8 Sisitematika penulisan................................................................... 6
v
2.3.6 Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas....................................... 59
2.3.7 Kunjungan Masa Nifas....................................................... 62
2.3.8 Tanda Bahaya pada Masa Nifas......................................... 63
2.4 Bayi Baru Lahir............................................................................ 64
2.4.1 Definisi Bayi Baru Lahir.................................................... 64
2.4.2 Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal....................................... 64
2.4.3 Penanganan Bayi Baru Lahir.............................................. 64
2.4.4 Apgar Score........................................................................ 68
2.4.6 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)............................................. 69
2.4.7 Asi Eksklusif...................................................................... 71
2.4.8 Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir.................................. 72
2.4.9 Imunisasi Dasar.................................................................. 73
2.4.10 Standar Kunjungan Neonatus........................................... 75
2.5 Manajemen Kebidanan................................................................. 76
2.5.1 Definisi Manajemen Kebidanan......................................... 76
2.6 Keluarga Berencana...................................................................... 76
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
vi
2.1 Tinggi Fundus Uteri ................................................................11
2.2 Leopold I .................................................................................24
2.3 Leopold II ............................................................................... 25
2.4 Leopold III ..............................................................................25
2.5 Leopold IV ..............................................................................25
2.6 Pemeriksaan Dalam..................................................................37
2.7 Kepala Bayi Membuka Vulva...................................................39
2.8 Memeriksa Lilitan Tali Pusat....................................................39
2.9 Melahiran Bahu .......................................................................40
2.10 Melahirkan Sisa Tubuh Bayi..................................................40
2.11 Pemotongan Dan Pengikatan Tali Pusat ................................41
2.12 Peregangan Tali Pusat ............................................................42
2.13 Melahirkan Plasenta ...............................................................42
2.14 Massase Uterus.......................................................................43
2.15 Partograf..................................................................................52
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
2.1 Pembagian Kategori Kehamilan Berdasarkan Usia Kehamilan...20
2.2 Kebutuhan Nutrisi Ibu Hamil TM III...........................................21
2.3 Pemberian Imunisasi TT Pada Ibu Hamil ....................................22
2.4 Lambang Penulisan Air Ketuban Dalam Partograf......................46
2.5 Perubahan Fisiologi Masa Nifas ..................................................56
2.6 Komponen penilaian APGAR......................................................68
viii
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR LAMPIRAN
ix
1 : Lembar Konsultasi
2 : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
3 : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Besalin
4 : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
5 : Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
x
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
menyalamtkan ibu dan bayi yang berfokus kepada upaya promotif dan frevitif
(Podungge, 2020)
Jumlah AKI di Indonesia menurut laporan per Provinsi tahun 2019-2020
terdapat meningkatkan Angka Kematian Ibu pada tahun 2019 AKI dan AKB
di sebabkan oleh komplikasi pada kehamilan dan persalinan yaitu
4.197/4.772.961 Kelahiran Hidup(KH) dan tahun 2020 yaitu 4.627/4.740.342
KH. Pada tahun 2020 penyebab ibu terbanyak adalah perdarahan 28,7%,
hipertensi dalam kehamilan 23,9%, gangguan
Berdasarkan data kematian ibu di Sumatera Selatan tahun 2017 sebanyak
107 orang pada tahun 2018 meningkat jadi 119 orang. AKI tahun 2018
tertinggi terjadi di Kabupaten Banyuasin sebanyak 12,6%, Kabupaten Musi
Banyuasin sebanyak 10,9% dan Kabupaten Musi Rawas sebanyak 10%,
Kabupaten Empat Lawang sebanyak 2,5%, Kota Pagaralam 1,6%, sedangkan
jumlah kematian ibu maternal terendah terjadi di Kota Prabumulih 0,8%,
adapun penyebab terbesar kematian ibu melahirkan di Sumatera Selatan
adalah perdarahan dan hipertensi (Profil Kesehatan Provinsi Sumatra Selatan ,
2019)
Angka kematian ibu di Kota Palembang meningktakan pada tahun 2019.
Diperlukannya kinerja khususnya program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
serta adanya faktor dukungan baik dari segi manajmen program KIA maupun
sistem pencatatan dan pelaporan yang semangkin baik pada tahun 2019, angka
kematian ibu di Palembang sebanyak 20 orang. Pada tahun 2020 AKI di
Palembang meningkat lagi menjadi 59 orang. Kematian ibu di Kota
Palembang disebabkan hipertensi dalam kehamilan 29%, dan disebabkan oleh
perdarahan 28%, gangguan sistem peredaran darah 7%, gangguan metabolic
7%, lain-lain 29% . (Profil Kesehatan Kota Palembang , 2020)
Berdasarkan data di Rumah Bersalin Husniyati S,ST Palembang pada
tahun 2021 jumlah persalinan dan kelahiran sebanyak jiwa, pada tahun 2020
jumlah persalinan dan kelahiran sebanyak 430 jiwa, pada tahun 2019 jumlah
persalinan dan kelahiran sebanyak 412 jiwa, (Data Rumah Bersalin Husniyati
S,ST Palembang, 2021).
3
Upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan bayi merupakan salah satu
bentuk investasi dimasa depan. Keberhasilan upaya kesehatan ibu dan bayi
(AKB). Menurut Word Health Organization (WHO), setiap hari pada tahun
2017 sekitar 810 wanita meninggal, pada akhir tahun mencapai 295.000 orang
dari 94% di antaranya terdapat di negara berkembang (WHO, 2019). Pada
tahun 2018 angka kematian bayi baru lahir sekitar 18 kematian per 1.000
kelahiran hidup (UNICEFF, 2019).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menyusun laporan
yang berjudul “Asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.Y di BPM husniyati
S,ST pada tahun 2021/2022
1.2 Rumusan masalah
Bagaiman menerapkan asuhan kebidanan secara komprensif pada ibu
menggunakan alur fikir varney dan pendokumentasian dalam bentuk SOAP di
BPM Husniyati S,ST
1.3 Tujuan penulisan
1.3.1 tujuan umum
Dapat menerapkan dan mengaplikasikan asuhan kebidan komprensif pada
ibu dirumah bersalin di “ Husniyati S,ST “ dengan menggunakan alurfikir
varney pendokumentasian dalam bentuk SOAP
1.3.2 Tujuan khusus
Diharapkan penulis mampu melakukan :
a. Asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai dengan kompetensi asuhan
kebidanan
b. Asuhan pada ibu bersalin sesuai dengan prosedur
c. Asuhan pada ibu nifas dengan baik dan profesional
d. Asuhan kebidanan sesuai dengan prosedur
e. Pendokumtasian asuhan kebidanan dalam bentuk SOAP
4
pada paha kanan atas ibu bagian luar. Kemudian dilakukan penjepitan dan
pemotongan tali pusat, lalu bayi langsung diletakkan didada ibu untuk dilakukan
inisiasi menyusu dini (IMD). Penulis melakukan peregangan tali pusat, plasenta
lahir pukul 17.15 WIB. Setelah itu dilakukan pemeriksaan laserasi jalan lahir
tidak ada laserasi jalan lahir.
Pemeriksaan bayi baru lahir dilakukan setelah IMD selama 1 jam dan
didapatkan hasil yaitu berat badan bayi 2,800 gram, panjang badan bayi 50cm,
Apgar score 9/10, hasil pemeriksaan fisik tidak ada kelainan, jumlah jari lengkap
dan tidak ada cacat bawaan, bayi diberi suntikan vitamin K serta salep mata.
Setelah 1 jam diberi suntikan vitamin K akan di suntik Hb0.
Ibu memasuki masa nifas hari pertama pada tanggal 30 Januari 2022 pukul
23.00 WIB, kunjungan nifas 6-8 jam post partum berlangsung normal, tinggi
fundus uteri 2 jari dibawah pusat dan kolostrum ibu sudah keluar, ibu dan bayi
dalam kondisi sehat dan normal serta pengeluaran vulva Lochea rubra.
Kunjungan kedua 5 hari post partum ibu tidak mengeluhkan apa apa,
didapatkan hasil pemeriksaan yang dilakukan KU ibu baik TD: 120/80 mmHg, R:
18x/menit, T:360C, TFU: 3 jari dibawah pusat, pengeluaran vulva lochea rubra,
Kondisi bayi sehat, tali pusat bayi sudah mulai mengering dan hampir lepas.
1.6 metode penulisan
pada laporan study kasus ini menulisakan menggunakan metode narasi
yang menceritakan kejadian yang sesuai dengan hasil penemuan yang terjadi pada
ibu secara komprentif dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
dan pendokumentasian dalam bentuk SOAP
1.7 hasil yang diharapkan
Dengan menerapkan manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil,
bersalin , nifas dan bayi baru lahir secara konfrensif diharapkan mampu :
a. memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan.
b. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin sesuai dengan standar
kebidanan
6
7
8
e. Kelenjar pituitari
Pada lobus anterior mengalami sedikit pembesaran dan terus
menghasilkan semua hormon tropik, tetapi dengan jumlah yang
sedikit berbeda. FSH tertarik oleh HCG. Hormon pertumbuhan
berkurang dan hormon melanotropin meningkat. Pembentukan
prolaktin meningkat selama kehamilan dan persalinan. Oksitosin
meningkat dan menstimulasi kontraksi otot uterus.
6. Perubahan Sistem Integumen
a. Payudara
Payudara biasanya membesar disebabkan karena hipertofi alveoli.
Di bawah kulit payudara tampak gambaran-gambaran dari vena yang
meluas. Puting susu biasanya membesar dan berwarna lebih gelap
serta sering mengeluarkan kolostrum. Kelenjar Montgomery menonjol
keluar, areola lebih gelap, dan nyeri tekan. Perubahan-perubahan pada
payudara ini disebabkan karena pengaruh hormonal.
b. Pigmentasi
Mengalami mengamati pigmen di tiga area yaitu linea nigra (garis
gelap mengikuti garis tengah abdomen), topeng kehamilan (cloasma)
adalah bintik-bintik pigmen kecokelatan yang tampak di kulit kening
dan pipi, dan peningkatan pigmentasi di sekeliling puting susu
(areola).
c. Spider Angioma
Spinder angioma (pembuluh darah kecil yang memberi gambaran
laba-laba) bisa muncul di kulit, biasanya di atas pinggang. Sementara
itu, pelebaran pembuluh darah kecil yang berdinding tipis sering kali
tampak di tungkai bawah.
d. Striae gravidarum
Striae gravidarum yaitu tanda regangan yang dibentuk akibat
serabut-serabut elastik dan lapisan kulit terdalam terpisah dan putus,
Hal ini mengakibatkan rasa gatal.
11
pada ibu hamil itu sendiri, sehingga dapat mengurangi hal-hal yang
memberikan efek negatif pada ibu hamil, misalnya pencegahan
terhadap infeksi.
Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan
sediktnya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk
mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri terutama
lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, ganetelia) dengan cara
dibersihkan dengan air dan dikeringkan, kebersihan gigi dan mulut
perlu mendapat perhatian karena sering kali mudah terjadi gigi
berlubang, terutama pada ibu yang kekurangan kalsium, rasa mual
selama hamil dapat meningkatkan perburukan personal hygiene mulut
dan dapat menimbulkan caries gigi.
4. Pakaian
Baju hendaknya yang longgar dan mudah dipakai serta bahan
yang mudah menyerap keringat. Pakaian yang ketat tidak dianjurkan
karena bisa menghambat sirkulasi darah
5. Eliminasi
1. Eliminasi Ibu Hamil Pada Trimester 1
Frekuensi BAK meningkat karena kandung kencing tertekan oleh
pembesaran uterus, BAB normal konsistensi lunak.
2. Eliminasi Ibu Hamil Pada Trimester II
Frekuensi BAK normal kembali karena uterus telah keluar dari
rongga panggul.
3. Eliminasi Ibu Hamil Pada Trimester III
Frekuensi BAK meningkat karena penurunan kepala ke PAP, BAB
sering obstipasi (sembelit) karena hormon progesteron meningkat
6. Seksual
1. Trimester 1
Minat menurun pada trimester (3 bulan) pertama, biasanya gairah
seks menurun akibat adanya mual dan muntah, lemas, malas dan
segala hal yang bertolak belakang dengan semangat serta libido.
15
2. Trimester II
Minat meningkat (kembali) memasuki trimester kedua, umumnya
libido timbul kembali. Tubuh sudah dapat menerima dan terbiasa
dengan kondisi hamil. Ibu hamil dapat menikmati aktivitas dengan
lebih leluasa, mual, muntah dan segala rasa tidak enak biasanya
sudah jauh berkurang dari tubuh dan terasa lebih nyaman.
3. Trimester III
Minat menurun lagi, libido dapat turun kembali ketika kehamilan
memasuki trimester ke-3. Rasa nyaman sudah jauh berkurang
Pegal dipunggung dan pinggul, tubuh bertambah berat, nafas lebih
sesak dan kembali merasa mual, itulah beberapa penyebab
menurunnya minat seksual
7. Senam hamil
Pada masa kehamilan, ibu harus dapat menjaga kesehatannya.
Keadaan fisik yang bugar merupakan bagian penting dari setiap
individu yang sehat dan komplit. Apabila senam hamil dilakukan
dengan sungguh-sungguh dan gerakan-gerakan yang benar, maka
senam hamil bermanfaat untuk :
1. Membantu mengontrol tubuh dan menghilangkan rasa sakit/nyeri
saat kehamilan.
2. Memperbaiki sirkulasi darah.
3. Menghilangkan sakit pinggang.
4. Menguatkan otot-otot panggul.
5. Mencegah sembelit dan varises
6. Memudahkan proses persalinan.
8. Istirahat/Tidur
Istirahat/tidur dan bersantai sangat penting bagi wanita hamil dan
menyusui. Jadwal ini harus diperhatikan dengan baik, karena istirahat
dan tidur secara teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan
rohani untuk kepentingan perkembangan dan pertumbuhan janin dan
16
juga membantu wanita tetap kuat dan mencegah penyakit, juga dapat
mencegah keguguran, tekanan darah tinggi, bayi sakit dan masalah-
masalah lain. Sebagai bidan harus dapat meyakinkan bahwa
mengambil waktu 1 atau 2 jam sekali untuk duduk, istirahat dan
menaikkan kakinya adalah baik untuk kondisi mereka. Juga bantulah
keluarga untuk mengerti mengapa penting bagi calon ibu untuk
istirahat dan tidur dengan baik. Istirahat yang diperlukan ialah 8 jam
malam hari dan 1 jam siang hari, walaupun tidak dapat tidur baiknya
berbaring saja untuk istirahat, sebaiknya dengan kaki yang terangkat,
mengurangi duduk atau berdiri terlalu lama (Tyastuti, 2016)
9. Immunisasi
Immunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu antigen. Vaksinasi dengan
toksoid tetanus (TT), dianjurkan untuk dapat menurunkan angka
kematian bayi karena infeksi tetanus. Vaksinasi toksoid tetanus
dilakukan dua kali selama hamil. Immunisasi TT sebaiknya diberika
pada ibu hamil dengan umur kehamilan antara tiga bulan sampai satu
bulan sebelum melahirkan dengan jarak minimal empat minggu
(Tyastuti, 2016).
b. Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil Trimester I, 11, III
Menurut Yuliani (2017) selama hamil, kebanyakan perempuan
mengalami perubahan psikologis dan emosional. Sering kali kita
mendengar seseorang perempuan mengatakan betapa bahagianya dia
karena akan menjadi seorang ibu, dan dia telah memilihkan nama untuk
bayinya yang akan dilahirkan.
1. Dukungan Keluarga
Dukungan dari suami memberikan ketenangan pada istri, menjaga
kesehatan istrinya, mengantarkan periksa kehamilan, serta membantu
pekerjaan istri atau sekedar memberi pijatan ringan ketika istri
merasakan pegal. Dukungan keluarga juga memiliki peran yang
penting dari ayah dan ibu mertua, kakek-nenek kebersamaan dengan
17
a. Leopold I
Leopold I bertujuan untuk mengetahui letak
fundus uteri dan bagian janin
yang terdapat pada bagian fundus uteri teraba
bagian janin yang lunak, bundar, tidak
melenting.
25
b. Leopold II
Leopold II bertujuan untuk menentukan bagian
janin yang berada pada sisi lateral maternal
akan teraba bagian yang tertahan yang datar,
keras memanjang pada bagian sisi lateral
kanan atau kiri. Sehingga sisi lateral lain yang
berlawanan akan teraba bagian-bagian kecil.
c. Leopold III
Leopold III bertujuan untuk membedakan
bagian presentasi dari janin akan teraba keras,
bundar, melenting dan memastikan apakah
bagian terendah janin masuk panggul.
d. Leopold IV
Leopold IV bertujuan untuk meyakinkan hasil
yang ditemukan pada pemeriksaan Leopold III
dan untuk mengetahui sejauh mana panggul
4. Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan
kering
5. Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan
bayi. Menyusui juga membantu uterus berkontaksi.
6. Ajari ibu atau anggota keluarga tentang bagaimana memeriksa fundus
dan menimbulkan kontaksi
7. Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
2.2.6 Langkah-Langkah Persalinan (60 Langkah APN)
Menurut (Nugraheni, 2018), 60 Langkah-langkah persalinan normal adalah :
1. Mendengar dan melihat adanya tanda kala II persalinan
a. Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan
vagina
c. Perineum menonjol
d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka
2. Memastikan perlengkapan bahan dan obat-obatan esensial untuk
pertolongan persalinan normal dan mengatisipasi bila terjadi komplikasi
ibu dan atau bayi baru lahir. Untuk resusitasi tempat datar, rata, bersih,
kering dan hangat, 3 handuk/kain bersih dan kering, alat penghisap
lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tempat meletakkan
bayi (tubuh bayi). Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua
tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan
tangan dengan handuk satu kali pakai/handuk pribadi yang bersih.
5. Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau steril untuk
semua pemeriksaan dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai
sarung tangan DTT atau steril) dan meletakkan kembali di partus
37
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali
bagian pusat.
a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks.
b. Ganti handuk basah dengan handuk/ kain yang kering. Biarkan bayi
diatas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
baik.
29. Dalam waktu satu menit setelah bayi lahir, memberikan suntikkan
oksitosin 10 unit IM di 1/3 pada paha kanan atas ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3
cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit
kembali tali pusat 2 cm bagian distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi), lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya.
c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan massase
uterus, meletakkan tangan kiri di fundus dan melakukan massase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras).
2.2.7 Patograf
Menurut (Sari, 2019) Partograf adalah alat bantu untuk memantau
kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan
klinik. Pengisian partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif).
Halaman Depan Partograf
1) Informasi tentang ibu Nomor registrasi dan nomor puskesmas, Nama
dan umur, Gravida, para, abortus, Tanggal dan waktu mulai dirawat,
Waktu pecahnya selaput ketuban, Mules sejak jam.
2) Kondisi janin/ kesejahteraan janin
Penilaian dan pengisian DJJ pada lembar partograf dapat dilakukan
dengan cara:
1. Nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus
2. Dengarkan DJJ selama 1 menit penuh
3. Periksa dan catat DJJ setiap 30 menit atau lebih sering jika ada
tanda-tanda gawat janin
4. Setiap kotak di bagian partograf menunjukkan waktu 30 menit
5. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukkan jumlah DJJ
6. DJJ dicatat dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai
dengan angka yang menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik
yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus.
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal
pada angka 180 dan 100, akan tetapi penolong harus waspada bila DJJ
mengarah hingga di bawah 120 atau di atas 160. Kecepatan DJJ
kurang dari 110 denyut/menit disebut bradikardia dan kecepatan lebih
dari 160 denyut/menit disebut takikardia.
3) Air Ketuban
Penilaian air ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, dan
menilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-
temuan pemeriksaan air ketuban ke dalam kotak yang sesuai di bawah
lajur DJJ, menggunakan lambang-lambang seperti berikut:
46
Makn Lambang
a
U Jika ketuban utuh atau belum pecah
J jika ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M jika ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
meconium
D jika ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
darah
K jika ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban atau
"kering"
Sumber: (Sari , 2019)
4) Moulase (Penyusupan) Tulang Kepala Janin
Molase atau penyusupan adalah indikator penting tentang
seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian
keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupan atau 35
tumpang tindih antar tulang kepala semakin menunjukkan risiko
disproporsi kepala-panggul (CPD). Ketidakmampuan untuk
berakomodasi atau disproporsi ditunjukkan melalui derajat penyusupan
atau tumpang tindih (moulase) yang berat sehingga tulang kepala yang
saling menyusup sulit untuk dipisahkan. Hasil pemeriksaan dicatat
pada kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Pengisian dalam
partograf menggunakan lambing lambang berikut ini
0 : Jika tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah
dapat dipalpasi
1 : Jika tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2 : Jika tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih
dapat dipisahkan
3 : Jika tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan
5) Kemajuan persalinan
47
1/5 : jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah
janin yang berada diatas simfisis atau sebagian besar (4/5)
bagian telah masuk ke dalam rongga panggul.
0/5 : jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dengan
pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah
masuk ke dalam rongga panggul
3. Garis Waspada dan Garis Bertindak
a. Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm. dan
berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap, diharapkan
terjadi laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan selama fase
aktif persalinan harus dimulai di garis waspada ini. Apabila
49
6. Kondisi ibu
a. Obat-obatan dan Cairan yang Diberikan Obat-obatan dan cairan
yang diberikan ditulis dalam kotak yang sesuai dengan kolom
waktu.
Oksitosin Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai,
dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin per
volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit.
Obat-obatan dan cairan yang diberikan Catatlah semua
pemberian obat-obatan tambahan dan/ atau cairan intravena
dalam kotak yang sesuai kolom waktunya.
b. Nadi Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif
persalinan atau lebih sering jika dicurigai adanya penyulit. Tulis
dengan menggunakan tanda titik ( • ) pada kolom waktu yang
sama.
c. Tekanan Darah Pencatatan tekanan darah ibu dilakukan setiap 4
jam selama fase aktif persalinan atau lebih sering jika dianggap
akan adanya penyulit. Tulis dengan menggunakan tanda panah
(↕) pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
d. Suhu Pencatatan temperatur tubuh ibu setiap 2 jam atau lebih
sering jika suhu tubuh meningkat ataupun dianggap adanya
infeksi dalam kotak yang sesuai.
e. Urin Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2
jam atau setiap kali ibu berkemih spontan atau dengan kateter.
Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan
pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urin
Halaman Belakang Partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-
hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-
51
b. Data Dasar
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat
tempat persalinan, catatan, dan alasan merujuk, tempat rujukan dan
pendamping pada saat merujuk.
a. Kala I
Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang Partograf saat
melewati garis waspada, masalah- masalah lain yang timbul,
penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanaan tersebut.
b. Kala II
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat
janin, distosia bahu, masalah lain, penatalaksanaan masalah dan
hasilnya. Beri tanda √ pada kotak di samping jawaban yang sesuai.
c. Kala III
Informasi tentang Inisiasi Menyusu Dini ditempatkan pada
bagian ini karena dikategorikan sebagai upaya IMD karena bayi
masih belum diberi pakaian saat upaya ini dilakukan sehingga tidak
perlu disebutkan secara terpisah. Data untuk kala III terdiri dari
lamanya kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat
terkendali, rangsangan pada fundus, kelengkapan plasenta saat
dilahirkan, retensio plasenta yang >30 menit, laserasi, atonia uteri,
jumlah perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya. Isi
jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda √ pada kotak
di samping jawaban yang sesuai.
d. Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, temperature,
tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan.
Pemantauan pada Kala IV ini sangat penting, terutama untuk
menilai deteksi dini risiko atau kesiapan penolong mengantisipasi
52
3. Tahap late postpartum yaitu tahapan yang terjadi pada minggu kedua
sampai minggu keenam setelah persalinan
2.3.4 Perubahan Anatomi Fisiologis Masa Nifas
Menurut, (Sumianty, 2017) perubahan anatomi dan fisiologis masa nifas
adalah sebagai berikut:
a. Perubahan Sistem Reproduksi
Perubahan pada sistem reproduksi masa nifas meliputi perubahan
pada vagina, serviks, uterus, dan endometrium.
b. Vagina dan Perineum
Vagina tetap membuka lebar segera setelah ibu melahirkan bayinya.
Pada beberapa ibu nifas, ada kecenderungan vagina akan mengalami
bengkak dan memar serta nampak ada celah pada introitus vagina. Tonus
otot vagina akan kembali pada keadaan semula dengan tidak ada
pembengkakan dan celah vagina tidak lebar pada satu hingga dua hari
pertama postpartum. Pada minggu ketiga postpartum, rugae vagina mulai
pulih menyebabkan ukuran vagina menjadi lebih kecil. Dinding vagina
menjadi lunak, lebih besar dari biasanya dan longgar sehingga ruang
vagina akan sedikit lebih besar dari keadaan sebelum melahirkan.
Pada saat proses persalinan pervaginam, perineum tertekan oleh
bagian terendah janin sehingga perineum menjadi kendur karena tegang.
Namun, tonus otot perineum akan pulih meskipun masih kendur dari
pada keadaan sebelum hamil pada hari kelima postpartum.
Pada proses persalinan pervaginam cenderung terjadi trauma pada
periuem yang disebabkan oleh robekkan spontan atau episiotomi. Trauma
tersebut dapat menimbulkan masalah bagi ibu seperti perdarahan, infeksi
penjahitan, dispareunia, inkontinensia urine, dan sebagainya. Masalah-
masalah tersebut apabila tidak ditangani dengan baik akan berdampak
pada terganggunya interaksi ibu dengan bayi dan mengganggu proses
menyusui (Kumalasari, 2015). Hal ini penelititan membuktikan bahwa
hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya trauma pada
55
e. Endometrium
Proliferasi sisa-sisa kelenjar endometrium dan stroma jaringan ikat
antar-kelenjar akan membentuk endometrium. Pada 2 atau 3 hari
postpartum, lapisan desidua akan berdiferensiasi menjadi dua lapisan
endometrium baru, sedangkan lapisan superfisial desidua akan nekrotik.
Endometrium akan pulih kembali pada minggu ketiga postpartum.
mencapai 15.000 selama proses persalinan dan akan tetap meningkat
dalam beberapa hari postpartum hingga 25.000-30.000 tanpa menjadi
abnormal meski persalinan lama. Akan tetapi, potensial infeksi perlu
diwaspadai dengan adanya peningkatan pada sel darah putih.
2.3.5 Perubahan Psikologis Masa Nifas
Menurut (Sumiyati, 2017), Periode masa nifas merupakan waktu
dimana ibu mengalami stres pasca persalinan, terutama pada ibu
primipara.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas
adalah sebagai berikut :
a. Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi
menjadi orang tua.
b. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.
c. Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.
d. Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan.
Periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada tiga
tahap berikut ini :
1. Taking In Period
Fase taking in merupakan fase ketergantungan yang berlangsung
dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan.
2. Taking Hold Period
58
Nutrisi yang penting untuk disekresi ke dalam ASI antara lain asam
docosahexaenoic (DHA), Vitamin B2, Vitamin A, dan vitamin D.
b. Ambulasi
Ibu nifas normal dianjurkan untuk melakukan gerakan meski di
tempat tidur dengan miring ke kiri atau ke kanan pada posisi tidur dan
lebih banyak berjalan. Ambulasi awal dengan melakukan gerakan ringan
diobservasi oleh petugas kesehatan kemudian meningkatkan intensitas
gerakannya secara berangsur-angsur. Hasil penelitian menunjukan bahwa
untuk mempercepat proses pemulihan tubuh ibu dan mengurangi
terjadinya tromboemboli, ibu nifas dianjurkan untuk melakukan ambulasi
dini. Pada ibu nifas dengan komplikasi seperti anemia, penyakit jantung,
demam dan keadaan lain yang masih membutuhkan istirahat tidak
dianjurkan untuk melakukan ambulasi dini.
Bidan dapat mengajarkan ibu nifas latihan dasar untuk pemulihan
kesehatan panggul dan otot perut berikut.
1) Ibu tidur dalam posisi telentang dengan lengan di samping, tarik napas
dalam dengan sekaligus menarik otot perut bagian bawah kemudian
tahan napas sampai hitungan kelima lalu angkat dagu ke dada, ulangi
cara sebanyak 10 kali.
2) Pada posisi berdiri, kedua tungkai dirapatkan, tahan dan kencangkan
otot panggul dan pantat sampai hitungan kelima, ulangi cara sebanyak
5 kali
c. Eliminasi
Segera setelah persalianan, ibu nifas dianjurkan untuk buang air
kecil karena kandung kemih yang penuh dapat menganggu kontraksi
uterus, dan menimbulkan komplikasi yang lain misalnya infeksi. Pasien
dengan pasca-jahitan perineum cenderung takut untuk buang air kecil
karena merasa nyeri pada luka perineumnya. Bidan harus dapat
mengidentifikasi dengan baik penyebab yang terjadi apabila dalam waktu
>4 jam, ibu nifas belum buang air kecil. Beri motivasi ibu untuk buang
air kecil meski terasa sedikit nyeri pada daerah luka perineumnya.
61
perut ibu selama 1 jam, kemudian bayi akan merangkak dan mencari puting
susu ibunya. Pastikan pemberian ASI dimulai 1 jam setelah bayi bayi lahir,
lakukan IMD dan anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya
setelah tali pusat dipotong.
Dengan IMD, bayi dapat segera menggunakan refleks mencari,
menghisap dan menelan. Biarkan proses ini berlangsung sampai bayi
berhenti menyusu dengan sendirinya. Jika bayi baru lahir dikeringkan dan
diletakkan di ibu dengan kontak kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari
ibunya setidaknya satu jam, semua bayi akan melalui 5 tahapan perilaku
(pre-feeding behauior) sebelum bayi berhasil menyusu.
Langkah inisiasi menyusu dini dalam asuhan bayi baru lahir sebagai berikut:
Tahap 1: Lahirkan, lakukan penilaian, keringkan
1. Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran.
2. Sambil meletakkan bayi di perut ibu lakukan penilaian apakah merlukan
tindakan resusitasi atau tidak.
3. Jika bayi normal dan tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi
secara lembut (tanpa membersihkan verniks) mulai dari muka dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan. Verniks akan menghangatkan tubuh
bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi membantu bayi mencari puting
ibunya yang berbau sama. Setelah dikeringkan selimuti bayi dengan kain
kering dan bersih serta lembut (kain yang telah disetrika agar permukaan
kain tidak kasar) untuk menunggu tali pusat berhenti berdenyut sebelum
di klem.
Tahap 2: Lakukan kontak kulit ke kulit selama paling sedikit satu jam.
1. Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap di doda
ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala
bayi harus berada di antara payudara ibu tetapi lebih rendah dari puting.
2. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
3. Lakukan kontak kulit bayi ke kulit dada ibu paling sedikit satu jam.
Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Jika perlu letakkan
bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu
71
dan bayi. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam
waktu 30-60 menit.
4. Hindari membasuh atau menyeka payudara ibu sebelum bayi menyusu.
5. Selama kontak kulit bayi ke kulit ibu, lakukan manajemen aktif kala tiga
persalinan.
Tahap 3: Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai
menyusu
1. Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu.
2. Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi menyusu
misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya.
Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup
menyusui dari satu payudara
3. Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi
selesai menyusu.
4. Usahakan untuk tetap menempatkan ibu dan bayi di ruang bersalin
hingga bayi selesai menyusu.
5. Segera setelah BBL selesai menyusu, bayi akan berhenti menelan dan
melepaskan puting serta bayi dan ibu akan mengantuk. Selimuti bayi
dengan kain bersih, lakukan penimbangan dan pengukuran, berikan
suntikan vitamin K1 dan oleskan salep/tetesan antibiotika pada mata
bayi.
a. Jika bayi belum selesai melakukan IMD dalam waktu satu jam,
posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit
dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya.
b. Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam,
pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu.
Lanjutkan asuhan BBL dan kemudian kembalikan bayi kepada ibu
untuk menyusu.
6. Kenakan pakaian pada bayi atau tetap selimuti untuk menjaga
kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi pada beberapa jam
72
5. Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu
tangan bayi di belakang ibu dan Su satu di depan, kepala bayi menghadap
ke payudara.
6. Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus.
7. Ibu memegang payudara dengan ibu jari di atas dan jari lain yang
menopang di bawah serta tidak menekan puting susu atau areola.
8. Ibu menyentuhkan meletakkan susu pada bagian sudut mulut bayi
sebelum menyusui.
9. Setelah bayi lahir, payudara tidak perlu di- pegang atau disangga lagi.
10. Ibu menatap bayi saat menyusui.
11. Pasca-menyusui
a. Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking dimasukkan ke mulut
bayi melalui sudut mulut bayi atau dagu bayi ditekan ke bawah.
b. Setelah bayi selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan pada memasukkan susu dan nclon aerola, biarkan kering
dengan sendirinya.
12. Menyendawakan bayi dengan:
a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggung ditepuk perlahan-lahan; atau
b. Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya di
tepuk perlahan-lahan.
13. Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya setiap saat bayi menginginkan
(on demand).
2.4.8 Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir
Menurut (Rukiyah , 2018) jika menemukan keadaan ini harus segera
dilakukan pertolongan dan orang tua harus mengetahuinya seperti :
a. Pernafasan sulit atau lebih dari 60x permenit.
b. Terlalu hangat (>38°C) atau leboh dingin (<36°C).
c. Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat atau memar.
d. Hisapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, mengantuk
berlebihan
74
Pemberian polio 1 saat bayi masih berada dirumah sakit atau rumah
bersalinan dianjurkan saat bayi akan dipulangkan. Maksudnya tak lain
agar tidak mencemari bayi lain oleh karena virus polio hidup dapat
dikeluarkan melalui tinja.
e. Campak
Vaksin campak diberikan dalam satu dosis 0.5 ml pada usia 9 bulan.
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan
oleh sebuah virus yang bernama Virus Campak. Penularan melalui udara
ataupun kontak langsung dengan penderita. Gejala-gelajanya adalah,
demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3-5
hari setelah anak menderita demam. Bercak mula- mula timbul dipipi
bawah telinga yang kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota
tubuh lainnya. Pemberian imunisasi akan menimbulkan kekebalan aktif
dan bertujuan untuk melindungi terhadap penyakit campak hanya dengan
sekali suntikkan, dan diberikan pada usia anak sembilan bulan atau lebih
2.4.10 Standar Kunjungan Neonatus
Menurut (Alifah, 2018) standar kunjungan neonatus sebagai berikut:
1) Setelah lahir pada saat kondisi bayi sudah sangat stabil (sebelum 6 jam)
2) Kunjungan neonatus (KN 1) pada 6 jam sampai 48 jam bayi lahir.
3) Kunjungan neonatus (KN 2) pada 3-7 hari bayi lahir.
4) Kunjungan neonatus (KN 3) pada 8-28 hari bayi lahir.
2.5 Manajemen Kebidanan
2.5.1 Definisi Manajemen Kebidanan
Manajemen Kebidanan adalah proses masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang
logis untuk pengambilan keputusan yang didasarkan pada klien.
(Ramadaniyah, 2019)
2.6 Keluarga Berencana (KB)
2.6.1 Kontrasepsi Alamiah Tabel
77
78
79
3. Pemeriksaan Obstetri
a. Inspeksi
Terlihat ada lendir bercampur darah, tidak ada pembesaran kelenjar
bhartolini dan tidak ada varises.
b. Pemeriksaan dalam
Porsio lunak, pembukaan 8 cm, ketuban (+), preskep, penunjuk
UUK kiri depan, penurunan H III
c. Analisa Data
Diagnosa : G 3P2A0 hamil aterm kala I fase aktif, janin tunggal hidup
presentasi kepala.
4. Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu keadaan umum ibu baik,
TD 110/70mmHg, N:89x/m, R:19x x/m, T: 36,6ºC, DJJ:
145x/menit, kontraksi: baik. Portio: lunak, Pembukaan: 8 cm,
Ketuban (+), Presentasi: kepala, Penunjuk: UUK kanan depan,
Penurunan: H III, tidak ada presentasi ganda.
- Ibu mengerti penjelasan bidan.
2. Menganjurkan ibu untuk miring kiri atau berjalan-jalan disekitar
tempat tidur untuk mempercepat penurunan bagian terbawah
janin.
- Ibu mengerti dan mau melakukannya
3. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB.
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan.
4. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum agar menambah
tenaga ibu saat persalinan
- Ibu mau makan dan minum
5. Memberitahu ibu untuk jangan mengedan sebelum waktunya atau
sebelum pembukaan lengkap tetapi dengan cara menarik nafas dan
hembuskan dari mulut untuk mengurangi rasa sakitnya.
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan.
92
Penatalaksaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu Tekanan darah:
110/80mmHg, Nadi: 82x/menit, Suhu: 36,5oC, Tinggi Fundus
Uteri: “ jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, perdarahan ±50
cc
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
2. Memeriksakan kelengkapan plasenta
- Kotiledon lengkap dan selaput amnion dan korion utuh
3. Memeriksakan laserasi jalan lahir
- Tidak terdapat laserasi jalan lahir
4. Membersihkan ibu dengan air DTT dan mengganti kain ibu
- Ibu telah dibersihkan dan kain sudah diganti
5. Membereskan alat dan membuang sampah basah dan sampah
kering pada tempatnya
- Alat telah dibereskan dan sampah telah dibuang
6. Melakukan dekontaminasi selama 10 menit
- Dekontaminasi telah dilakukan
7. Memberitahu ibu bahwa ibu akan dilakukan observasi selama 2
jam yaitu setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama, dan setiap 30
menit pada 1 jam kedua.
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
8. Mengajarkan ibu dan keluarga untuk massase
- Ibu dan keluarga mengerti yang diajarkan bidan
9. Memberitahu ibu untuk tetap membiarkan bayinya didada ibu
selama 1 jam, kemudian bayi akan dilakukan pemeriksaan dan
disuntikkan Vit.K untuk mencegah terjadinya perdarahan, diberi
salep mata untuk mencegah infeksi serta nanti juga akan
96
tidur, pada malam hari jika bayi terbangun bisa minta bantuan
suami.
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
3. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi dan ibu
bisa datang kapan saja jika ibu masih mengalami ada nya keluhan
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan mau untuk
kunjungan ulang
3.4 Bayi Baru Lahir
3.4.1 Kunjungan Bayi Baru Lahir 1 Jam tanggal : 30 Januari 2022
Pukul: 18.00 WIB
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan bayinya sehat, menyusu kuat gerakan aktif, menangis
kuat dan tidak rewel.
B. Data Objektif
Dari hasil pemeriksaan di dapatkan Suhu: 37,5ºC, Berat badan: 2,800
gram, Panjang Badan: 50 cm, Pernafasan: 44 x/menit, Nadi:
130x/menit warna kulit kemerahan, turgor kulit baik.
A. Analisa Data
Diagnosa : Neonatus Cukup Bulan 1 Jam
B. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, jenis kelamin laki-laki, Berat
Badan: 2,800gram, Panjang Badan: 50 cm, Suhu: 37oC, Pernafasan:
45 x/menit, Nadi: 130 x/m
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
2. Memberitahu ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi dengan cara
menyelimuti bayi, serta hindarkan bayi dari kipas angin/ruangan ber
AC
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
3. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya
hingga umur 6 bulan tanpa makanan tambahan dan memberikannya
minimal 2 jam sekali
102
104
105
LILA ibu normal dan tidak menderita KEK. Hal ini sesuai dengan
Oktaviani (2018) yang menjelaskan bahwa kriteria KEK yaitu
ukuran lila <23,5 cm.
Pada pemeriksaan usia kehamilan 38 minggu 6 hari pada Ny.
“Y” dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri mengunakan
pemeriksaan leopold yang dikombinasikan menggunakan pita ukur.
Hal ini sesuai dengan teori Oktaviani (2018) bahwa pengukuran TFU
dapat dilakukan dengan pemeriksaan MC Donald dengan
menggunakan pita ukur dalam cm yang dilakukan setelah umur
kehamilan 24 minggu, sedangkan pengukuran TFU dengan
menggunakan pemeriksaan leopold dapat dilakukan setelah usia 12
minggu.
Pada pemeriksaan fisik dilakukan palpasi pada abdomen
yaitu Leopold.
Didapatkan hasil Leopold I: TFU 2 jari dibawah px (prosessus
xifoideus) MC.
Donald 33cm, bagian fundus teraba besar, lunak dan tidak
melenting (bokong), Leopold II: bagian kanan perut ibu teraba
bagian-bagian kecil janin (ekstremitas) dan bagian kiri perut ibu
teraba panjang, keras, seperti papan (punggung), sesuai dengan
teori (Oktaviani, 2018) yang menyatakan bahwa Leopold I: untuk
mengetahui TFU dan bagian yang berada difundus. Leopold II:
untuk mengetahui letak janin memanjang atau melintang, dan
bagian janin yang teraba disebelah kiri atau kanan. Leopold III:
bagian terbawah perut ibu teraba bulat, keras dan melenting
(kepala) dan bagian terbawah janin masih bisa digoyangkan (belum
masuk PAP), Leopold IV: tidak dilakukan. Hal ini sesuai dengan
teori Fitriana & Andriyani (2019) Leopold III: untuk menentukan
presentasi dan memastikan penurunan presentasi janin dan Leopold
IV: untuk menentukan seberapa jauh bagian terbawah janin ke
dalam ruang panggul.
107
mencatat proses persalinan yaitu data dasar, kala I, kala II, kala Ill, kala
IV, dan bayi baru lahir.
Bayi Ny. “Y” dilakukan pemeriksaan refleks pada bayi baru lahir
dengan hasil semuanya dalam keadaan normal sesuai dengan teori
(Marmi & Daharjo, 2019) yang mengatakan bahwa refleks adalah
gerakan naluriah untuk melindungi bayi. Fungsi dari pemeriksaan refleks
yaitu menguji kondisi umum bayi serta kenormalan sistem saraf
pusatnya. Dan macam-macam refleks pada bayi baru lahir yaitu reflek
glabella (berkedip), reflek morro (terkejut), reflek rooting (mencari),
reflek sucking (menghisap), reflek palmar graps (genggam), reflek
walking dan stapping (melangkah), reflek tonic neck (leher “fencing”),
reflek babinskyi, reflek galant (membengkokkan badan) reflek bauer
(merangkak), refleks ekstrusi (menjulurkan lidah).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan
komferehensif di Rumah Bersalin Huaniyati S,ST, dimulai dari
kehamilan 3 minggu sampai dengan masa nifas dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
a. Penulis telah memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil,
kunjungan ANC ibu sesuai dengan standar kompetensi kebidanan,
dimana Ny. “Y” telah melakukan pemeriksaan dan kunjungan
sebanyak 8 kali yaitu 4 kali di Bidan terdekat dan 3 kali dengan
penulis di RB Husniyati S,ST. Hasil pemeriksaan keaadaan ibu
dan janin sehat, TFU 31 cm, TBJ 2.945 gram hamil 38 minggu .
b. Penulis telah memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
sesuai dengan prosedur standar dan pelayanan kebidanan. Dimana
selama proses persalinan tidak ada komplikasi, kala I sampai Kala
IV berjalan normal, pertolongan persalinan menggunakan 60
langkah APN.
c. Penulis telah melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas
sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan pada pelayanan
kebidanan. Ny. “Y” melakukan 4 kali kunjungan masa nifas dan
didapatkan hasil bahwa ibu dalam keadaan sehat dan tidak
terdapat tanda-tanda bahaya pada masa nifas.
d. Penulis telah melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
sesuai dengan standar kompetensi kebidanan. Bayi Ny. “Y” lahir
dengan BB 2,800 gram, PB 50 cm, Jenis Kelamin Laki-laki A/S
9/10 dan telah melakukan 2 kali kunjungan didapatkan hasil
keadaan bayi sehat dan tidak ada tanda-tanda bahaya pada bayi.
Bayi Ny. “Y” telah diberikan imunisasi BCG .
120
121