Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PRATIKUM

PENILAIAN STATUS GIZI

ANTROPOMETRI

Disusun Oleh;

DEVI FITRIYANI

J1B121006

Dosen Pengajar;

Dr. Wa Ode Salma, M.Kes

Irma Yunawati, S.K.M.,M.P.H

Syefira Salsabila S.Gz.,M.K.M

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULSTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan Praktikum
Penilaian Status Gizi” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Penilaian Status Gizi.

Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Wa Ode Salma,
M.Kes, Ibu Irma Yunawati, S.K.M., M.P.H, Ibu Syefira Salsabila, S.Gz., M.K.M, selaku Dosen
Penilaian Status Gizi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni ini. Saya juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya
sehingga sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.

Kemudian, saya menyadari bahwa tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun saya butuhkan demi
kesempurnaan laporan ini.

Kendari, Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL…………………………………………………… i

KATA PENGANTAR …………………………………………………… ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

DAFTAR TABEL…................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………… 2

1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penilaian status gizi….....................................................................................4

2.2 Penilaian status gizi Antropometri……………………………………… 6

2.3 Antropometri untuk anak…………………………………………… 8

2.4 Cara penentuan status gizi……………………………………………. 10

2.5 Antropometri untuk dewasa…........................................................................11

2.6 Cara penentuan status gizi……………………………………………… 11

2.7 Konversi status gizi menggunkan lila….........................................................12

2.8 Konversi ulna, tinggi lutut...............................................................................12

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat……………………………………………………… 13

3.2 Alat dan Bahan................................................................................................13

3.3 Prosedur kerja…..............................................................................................14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil…………………………………………………………………… 25

4.2 Pembahasan….................................................................................................28

BAB V PENUTUP

iii
5.1 Kesimpulan......................................................................................................29
5.2 saran…..........................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………… 30

LAMPIRAN ……………………………………………………………………… 31

iv
DAFTAR TABEL

Tabel .4.2.1 hasil pengukuran antropometri pada bayi berikut….....................................25

Tabel 4.2.2 Hasil Pengukuran pada orang Dewasa...........................................................26

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1 Baby scule….....................................................................................31

Gambar 6.2 pengukuran bayi menggunakan baby scule............................................31

Gambar 6.3 OneMed…...................................................................................................31.

Gambar 6.4 pengukuran bayi menggunakan OneMed…...............................................31

Gambar 6.5 timbangan manual…..................................................................................32

Gambar 6.6 pengukuran menggunakan timbangan manual….........................................32

Gambar 6.7 timbangan digital......................................................................................32

Gambar 6.8 pengukuran timbangan digital…................................................................32

Gambar 6.9 infant ruler................................................................................................33

Gambar 7.1 pengukuran bayi menggunakan infant ruler…..........................................33

Gambar 7.2 pita ukur....................................................................................................33

Gambar 7.3 mengukur lingkar pinggul........................................................................33

Gambar 7.4 pita lila…................................................................................................34

Gambar 7.5 mengukur lingkar lengan…....................................................................34

Gambar 7.6 skinfold caliper….....................................................................................34

Gambar 7.7 pengukuran tebal lemak di bawah kulit…...............................................34

Gambar7.8 mikrotoise…............................................................................................35

Gambar 7.9 pengukuran tinggi badan........................................................................35

Gambar 8.1 knee height caliper…..............................................................................35

Gambar 8.2 pengukuran tinggi lutut..............................................................................35

Gambar 8.3 BIA….......................................................................................................36

Gambar 8.4 pengukuran BIA…...................................................................................36

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Status gizi menurut Kemenkes RI dan WHO adalah adalah keadaan yang diakibatkan
olehkeseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan nutrisi yang
diperlukantubuh untuk metabolisme.
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak
yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan
sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan
nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri
serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000)

“Gizi merupakan salah satu faktor utama penentu kualitas Sumber Daya Manusia. Karena,
gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan zat-zat yangtidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-
organ, serta menghasilkan energi” (Supariasa,dkk, 2002).
Cara untuk menilai baik buruknya gizi seseorang adalah dengan melakukan pengukuran
status gizi. Status gizi yang baik akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan
anak, salah satunya dapat meningkatkan kemampuan intelektual yang akan berdampak pada
prestasi belajar di sekolah. Salah satu cara untuk menilai status gizi adalah dengan menggunakan
antropometri. Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh manusia.
Ukuran yang sering digunakan adalah berat badan dan tinggi badan. Selain itujuga ukuran tubuh
lainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut, lingkar perut, dan
lingkar pinggul (Supariasa,dkk, 2002).
Pada metode antropometri di kenal Indeks Antropometri.Indeks antropometri adalah
kombinasi antara beberapaparameter, yang merupakan dasar dari penilaian status gizi.
Beberapa indeks telah diperkenalkanseperti tinggi badan dibagi umur (TB/U), berat badan
dibagi umur (BB/U) dan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U). Kelebihan indeks
TB/U antara lain sensitivitas dan spesivisitasnya termasuk tinggi untuk menilai status gizi
masa lampau. Kombinasi antara berat badan (BB) dan umur (U) membentuk indikator BB
menurut U yang disimbolkan dengan BB/U, yang digunakan untuk melakukan penilaian
dengan melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam
penggunaannya memberikan gambaran keadaan gizi masa sekarang.Kombinasi antara Indeks
Massa Tubuh (IMT) dan Umur (U) membentuk indikator IMTmenurut U yang
1
disimbolkan

2
dengan IMT/U, dalam
pengukuran ini menggunakan parameter BB yang memiliki hubungan linear
dengan TB. Dalam keadaan normal perkembangan BB searah dengan pertumbuhan TB dengan
kecepatan tertentu yang dilihat berdasarkan umurnya dan dapat menilai kondisi gizi
berdasarkan postur tubuhnya menurut umur. (Supariasa, 2001).
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Secara garis besar
faktor lingkungan dapatdibagi menjadi dua yaitu lingkungan pranatal danpascanatal. Faktor
lingkungan pranatal adalah faktorlingkungan yang mempengaruhi status gizi seseorang saat
masih dalam kandungan. Faktor lingkungan pascanatal adalah faktor lingkungan yang
mempengaruhi status giziseseorang setelah lahir. Dalam tulisan ini yang akan dibahas lebih
lanjut adalah tentang faktor lingkunganpascanatal lingkungan dan status gizi html, diakses
pada 25 maret 2017).
Faktor lingkungan pascanatal yang berpengaruh terhadap status gizi seseorang yaitu
lingkungan biologis, fisik, sosial budaya, ekonomi, politik. Faktor biologis yang berpengaruh
adalah tumbuhan hijau, tumbuhan tak hijau, parasit, manusia, binatang, ras, jenis kelamin,
umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi
metabolisme yang saling terkait satu dengan yang lain. Tumbuhan hijau contohnya adalah
sayuran, buah-buahan, dan sebagainya. Dan tumbuhanhijau tersebut akan mempengaruhi
asupan gizi padaseseorang (http://disiniadanana.blogspot.co.id/2011/12/lingkungan dan status
gizi html, diakses pada 13 maret 2017).

1.2 .Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara menilai status gizi dengan metode antropometri?
2. Bagaimana cara pengukuran TB dewasa dan PB?
3. Bagaimana cara pengukuran BB dewasa dan anak?
4. Bagaimana cara pengukuran LILA?
5. Bagaimana cara pengukuran tinggi lutut?
6. Bagaimana cara pengukura skinfold?
7. Bagaimana cara pengukuran ulna?
8. Bagaimana cara pengukuran lingkar kepala bayi?
9. Bagaimana cara pengukuran lingkar pinggul?
10. Bagaimana cara pengukuran lingkar pinggang?
11. Bagaimana cara pengukura BIA?

3
1.3 .Tujuan Penulisan
1. Mengetahui cara penilaian status gizi dengan metode antropometri
2. Mengetahui cara pengukuran TB dan PB
3. Mengetahui cara pengukuran BB dewasa dan anak
4. Mengetahui cara pengukuran LILA
5. Mengetahui cara pengukuran tinggi lutut
6. Mengetahui cara pengukuran lingkar skinfold
7. Mengetahui cara pengukuran ulna
8. Mengetahui cara pengukuran lingkar kepala bayi
9. Mengetahui cara pengukuran lingkar pinggul
10. Mengetahui cara pengukuran lingkar pinggang
11. Mengetahui cara pengukuran BIA

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penilaian Status Gizi

Menurut UU no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, yang dimaksud kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pengertian ini memberikan makna,
bahwa keadaan sehat akan memungkinkan setiap orang hidup sejahtera. Kesehatan merupakan
salah satu unsur bagi kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, kesehatan harus diwujudkan
sesuai dengan cita-cita dan martabat manusia.
Tingkat kesehatan seseorang dipengaruhi beberapa faktor di antaranya bebas dari
penyakit atau cacat, keadaan sosial ekonomi yang baik, keadaan lingkungan yang baik, dan
status gizi juga baik. Orang yang mempunyai status gizi baik tidak mudah terkena penyakit,
baik penyakit infeksi maupun penyakit degeneratif. Status gizi merupakan salah satu faktor
penting dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Namun pada masyarakat kita masih
ditemui berbagai penderita penyakit yang berhubungan dengan kekurangan gizi.
Masalah gizi pada dasarnya merupakan refleksi konsumsi zat gizi yang belum
mencukupi kebutuhan tubuh. Seseorang akan mempunyai status gizi baik, apabila asupan
gizi sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Asupan gizi yang kurang dalam makanan, dapat
menyebabkan kekurangan gizi, sebaliknya orang yang asupan gizinya berlebih akan menderita
gizi lebih. Jadi status gizi adalah gambaran individu sebagai akibat dari asupan gizi sehari-hari.
Status gizi dapat diketahui melalui pengukuran beberapa parameter, kemudian hasil
pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar atau rujukan. Peran penilaian status gizi
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya status gizi yang salah. Penilaian status gizi
menjadi penting karena dapat menyebabkan terjadinya kesakitan dan kematian terkait
dengan status gizi. Oleh karena itu dengan diketahuinya status gizi, dapat dilakukan upaya
untuk memperbaiki
tingkat kesehatan pada masyarakat.

a. Pengertian
1. Nutrient atau zat gizi, adalah zat yang terdapat dalam makanan dan sangat diperlukan
oleh tubuh untuk proses metabolisme, mulai dari proses pencernaan, penyerapan
makanan dalam usus halus, transportasi oleh darah untuk mencapai target dan
menghasilkan energi, pertumbuhan tubuh, pemeliharaan jaringan tubuh, proses
5
biologis, penyembuhan penyakit, dan daya tahan tubuh.

6
2. Nutritur/nutrition/gizi, adalah keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam
tubuh (intake) dari makanan dengan zat gizi yang dibutuhkan untuk keperluan proses
metabolisme tubuh.
3. Nutritional status (status gizi), adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan
antara asupan zat gizi dari makanan dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk
metabolisme tubuh. Setiap individu membutuhkan asupan zat gizi yang berbeda
antarindividu, hal ini tergantung pada usia orang tersebut, jenis kelamin, aktivitas
tubuh dalam sehari, berat badan, dan lainnya.
4. Indikator status gizi, adalah tanda-tanda yang dapat diketahui untuk
menggambarkan status gizi seseorang. Seseorang yang menderita anemia sebagai
tanda bahwa asupan zat besi tidak sesuai dengan kebutuhannya, individu yang
gemuk sebagai tanda asupan makanan sumber energi dan kandungan lemaknya
melebihi dari kebutuhan.
Dari beberapa pengertian di atas, dalam memahami status gizi tidak bisa melupakan
konsep-konsep tersebut di atas karena saling mempengaruhi. Oleh karena itu
pemahaman yang mendalam terhadap keempat konsep tersebut menjadi dasar penting
sebelum memulai mempelajari status gizi.
Status gizi seseorang tergantung dari asupan gizi dan kebutuhannya, jika antara
asupan gizi dengan kebutuhan tubuhnya seimbang, maka akan menghasilkan status gizi
baik. Kebutuhan asupan gizi setiap individu berbeda antarindividu, hal ini tergantung pada
usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan ,dan tinggi badan. Kebutuhan protein antara anak
balita tidak sama dengan kebutuhan remaja, kebutuhan energi mahasiswa yang menjadi
atlet akan jauh lebih besar daripada mahasiswa yang bukan atlet. Kebutuhan zat besi
pada wanita usia subur lebih banyak dibandingkan kebutuhan zat besi laki-laki, karena
zat besi diperlukan untuk pembentukan darah merah (hemoglobin), karena pada wanita
terjadi pengeluaran darah melalui menstruasi secara periodik setiap bulan. Kelebihan
asupan gizi dibandingkan dengan kebutuhan akan disimpan dalam bentuk cadangan
dalam tubuh. Misal seseorang yang kelebihan asupan karbohidrat yang mengakibatkan
glukosa darah meningkat, akan disimpan dalam bentuk lemak dalam jaringan adiposa
tubuh. Sebaliknya seseorang yang asupan karbohidratnya kurang dibandingkan
kebutuhan tubuhnya, maka cadangan lemak akan diproses melalui proses katabolisme
menjadi glukosa darah kemudian menjadi energi tubuh. Anak yang berat badannya kurang
disebabkan oleh asupan gizinya yang kurang, hal ini mengakibatkan cadangan gizi

7
tubuhnya dimanfaatkan untuk

8
kebutuhan dan aktivitas tubuh. Skema perkembangan individu yang kekurangan asupan
gizi dapat mengakibatkan status gizi kurang,
2.2 Penilaian Status Gizi Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthroposartinya tubuh dan
metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Pengertian ini bersifat
sangat umum sekali.Dari definisi tersebut dapat ditarik pengertian bahwa antropometri
gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukurandimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain:
berat badan, tinggi badan, lingkar lengan, lingkar lengan atas dan tebal lemak bawah kulit
(Supariasa, 2001:36).
Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidak
seimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringantubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
a. Keunggulan Antropometri
 Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukandalam jumlah sampel yang besar.
 Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang
sudah dilatih dalam waktu singkat dapat melakukan pengukuran antropometri.
Kader gizi (posyandu) tidak perlu seorang ahli, tetapi dengan pelatihan singkat
ia dapat melaksankan kegiatannya secara rutin.
 Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah
setempat. Memang ada alat antropometri yang mahal dan harus diimpor dari
luar negeri, tetapi penggunaan alat itu hanya tertentu saja seperti Skin Fold
Caliper untuk mengukur lemakdibawah kulit.
 Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan.
 Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau.
 Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, dan gizi buruk,

karena sudah ada ambang batas yang jelas.


 Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode
tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
 Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan
terhadap gizi (Supariasa, 2001:37).
b. Kelemahan Antropometri

9
 Tidak sensitif, metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu
singkat. Di samping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu
seperti zinkdan Fe.
 Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) dapat
menurunkan spesifikasi dansensitivitas pengukuran antropometri.
 Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi,
dan validitas pengukuran antropometri gizi.
 Kesalahan ini terjadi karena, pengukuran, perubahan hasil pengukuran baik fisik
maupun komposisi jaringan, serta analisis dan asumsi yang keliru.
 Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan latihan petugas yang tidak cukup,
kesalahan alat atau alat tidak ditera, dan kesulitan pengukuran.
Beberapa contoh ukuran tubuh manusia sebagai parameter antropometri yang sering
digunakan untuk menentukan status gizi misalnya berat badan, tinggi badan, ukuran
lingkar kepala, ukuran lingkar dada, ukuran lingkar lengan atas, dan lainnya. Hasil ukuran
anropometri tersebut kemudian dirujukkan pada standar atau rujukan pertumbuhan manusia.
a. Berat Badan
Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral yang terdapat di dalam
tubuh. Berat badan merupakan komposit pengukuran ukuran total tubuh. Beberapa alasan
mengapa berat badan digunakan sebagai parameter antropometri. Alasan tersebut di antaranya
adalah perubahan berat badan mudah terlihat dalam waktu singkat dan menggambarkan status
gizi saat ini. Pengukuran berat badan mudah dilakukan dan alat ukur untuk menimbang
berat badan mudah diperoleh. Pengukuran berat badan memerlukan alat yang hasil
ukurannya akurat. Untuk mendapatkan ukuran berat badan yang akurat, terdapat beberapa
persyaratan alat ukur berat di antaranya adalah alat ukur harus mudah digunakan dan
dibawa, mudah mendapatkannya, harga alat relatif murah dan terjangkau, ketelitian alat
ukur sebaiknya 0,1 kg (terutama alat yang digunakan untuk memonitor pertumbuhan),
skala jelas dan mudah dibaca, cukup aman jika digunakan, serta alat selalu dikalibrasi.
Beberapa jenis alat timbang yang biasa digunakan untuk mengukur berat badan
adalah dacin untuk menimbang berat badan balita, timbangan detecto, bathroom scale
(timbangan kamar mandi), timbangan injak digital, dan timbangan berat badan lainnya.
b. Tinggi Badan
Tinggi Badan atau Panjang Badan Tinggi badan atau panjang badan menggambarkan
ukuran pertumbuhan massa tulang yang terjadi akibat dari asupan gizi. Oleh karena itu tinggi

1
badan digunakan sebagai parameter antropometri untuk menggambarkan pertumbuhan
linier. Pertambahan tinggi badan atau panjang terjadi dalam waktu yang lama sehingga
sering disebut akibat masalah gizi kronis. Istilah tinggi badan digunakan untuk anak
yang diukur dengan cara berdiri, sedangkan panjang badan jika anak diukur dengan
berbaring (belum bisa berdiri). Anak berumur 0–2 tahun diukur dengan ukuran panjang
badan, sedangkan anak berumur lebih dari 2 tahun dengan menggunakan microtoise. Alat
ukur yang digunakan untuk mengukur tinggi badan atau panjang badan harus mempunyai
ketelitian 0,1 cm. Tinggi badan dapat diukur dengan menggunakan microtoise (baca:
mikrotoa). Kelebihan alat ukur ini adalah memiliki ketelitian 0,1 cm, mudah
digunakan, tidak memerlukan tempat yang khusus, dan memiliki harga yang relatif
terjangkau. Kelemahannya adalah setiap kali akan melakukan pengukuran harus dipasang
pada dinding terlebih dahulu. Sedangkan panjang badan diukur dengan infantometer (alat
ukur panjang badan).
c. LILA
Lingkar Lengan Atas (LILA) Lingkar lengan atas (LILA) merupakan gambaran
keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. LILA mencerminkan tumbuh kembang
jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh oleh cairan tubuh. Ukuran LILA digunakan
untuk skrining kekurangan energi kronis yang digunakan untuk mendeteksi ibu hamil
dengan risiko melahirkan BBLR. Pengukuran LILA ditujukan untuk mengetahui apakah ibu
hamil atau wanita usia subur (WUS) menderita kurang energi kronis (KEK). Ambang batas
LILA WUS dengan risiko KEK adalah 23.5 cm. Apabila ukuran kurang dari 23.5 cm, artinya
wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi
lahir rendah (BBLR). Cara ukur pita LILA untuk mengukur lingkar lengan atas
dilakukan pada lengan kiri atau lengan yang tidak aktif. Pengukuran LILA dilakukan
pada pertengahan antara pangkal lengan atas dan ujung siku dalam ukuran cm (centi
meter). Kelebihannya mudah dilakukan dan waktunya cepat, alat sederhana, murah dan
mudah dibawa.

2.3 Antropometri untuk Anak


1. Jenis Kelamin
Untuk menilai status gizi dengan metoda antropometri memerlukan 4 (empat) variabel yaitu:
1) Jenis kalamin, 2) Umur, 3) Berat Badan, 4) Panjang/Tinggi Badan. A. JENIS
KELAMIN Menurut KBBI Jenis kelamin diartikan sebagai sifat (keadaan) laki-laki atau

1
perempuan seseorang. Untuk menilai status gizi seseorang, penting memperhatikan
jenis kelamin

1
eseorang karena pola pertumbuhan anak laki-laki berbeda dengan perempuan. Sehingga
kita tidak boleh hanya mengandalkan kebiasaan nama untuk menentukan jenis kelamin,
sebagai contoh nama Sri tidak selalu perempuan, sebaliknya nama Agus juga tidak selalu
laki-laki. Dengan indeks BB/U kurva pertumbuhan pada umur yang berbeda pertumbuhan
berat badan anak laki-laki lebin tinggi dibanding dengan anak perempuan.
2. Umur
Umur merupakan lama waktu hidup seseorang durasi atau lama hidup seseorang dari
saat lahir. Berdasarkan Standar Pemantauan Pertumbuhan (2005), umur ditetapkan sebagai
bulan penuh (30 hari). Sebagai contoh umur 23 hari = 0 bulan, umur 3 bulan 14 hari = 3 bulan,
umur 3 bulan 29 hari = 3 bulan. Untuk keperluan penilaian status gizi maka umur 
Penilaian Status Gizi  143 dinyatakan dalam satuan bulan penuh. Teknis untuk melengkapi
data umur dapat dilakukan dengan cara : a). Meminta surat kelahiran, kartu keluarga atau
catatan lain yang dibuat oleh orang tuanya. Jika tidak ada, jika memungkinkan catatan
pamong. Jika diketahui kalender lokal seperti bulan Arab atau bulan lokal (Sunda, Jawa,
dan lain-lain), cocokkan dengan kalender nasional, b). Jika tetap tidak ingat, dapat
berdasarkan daya ingat orang tua, atau berdasar kejadian penting (lebaran, tahun baru,
puasa, pemilihan kades, pemilu, banjir, gunung meletus, dan lain-lain), d).
Membandingkan anak yang belum diketahui umurnya dengan anak kerabat/ tetangga yang
diketahui pasti tanggal lahirnya, e). Jika hanya bulan dan tahunnya yang diketahui, tanggal
tidak diketahui, maka ditentukan tanggal 15 bulan yang bersangkutan.
3. Berat Badan
Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral yang terdapat di
dalam tubuh. Terdapat beberapa alasan kenapa berat badan digunakan sebagai parameter
antropometri. Alasan tersebut di antaranya adalah perubahan berat badan mudah terlihat
dalam waktu singkat, berat badan dapat menggambarkan status gizi saat ini. Untuk melakukan
pengukuran berat badan diperlukan alat yang hasil ukurannya akurat. Untuk mendapatkan
ukuran berat badan yang akurat, maka terdapat beberapa persyaratan diantaranya adalah
alat ukur berat badan harus mudah digunakan dan dibawa, mudah didapatkan dan harganya
relatif murah, ketelitian alat ukur 0,1 kg (100 gram), skala mudah dibaca, cukup aman
digunakan serta alat sudah dikalibrasi. Beberapa jenis alat timbang yang biasa digunakan
untuk mengukur berat badan diantaranya dacin untuk menimbang berat badan balita,
timbangan detecto, bath room scale (timbangan kamar mandi), timbangan injak digital,
dan timbangan lainnya.

1
4. Panjang Badan atau Tinggi Badan
Panjang badan atau tinggi badan merupakan parameter antropometri untuk pertumbuhan linier.
Tinggi badan merupakan parameter antropometri untuk menilai pertumbuhan panjang atau
tinggi badan. Perubahan tinggi badan terjadi dalam waktu yang lama, sehingga sering
disebut akibat masalah gizi kronis. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tinggi badan
harus mempunyai ketelitian 0,1 cm. Anak yang berusia 0–2 tahun diukur dengan ukuran
panjang badan, sedangkan anak berusia lebih 2 tahun dengan menggunakan mikrotois.
5. Pemantauan Pertumbuhan
Untuk memantau pertumbuhan anak, maka hasil data antropometri di plot kedalam
Grafik Pertumbuhan Anak atau GPA yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Grafik
Pertumbuhan Anak terdiri atas 4 indek yaitu :
1. Panjang/Tinggi menurut Umur (PB-TB/U),
2. Berat Badan menurut Umur (BB/U),
3. Berat Badan menurut Panjang-Tinggi Badan(BB/PB-TB) dan
4. Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U).

2.4 Cara Penentuan Status Gizi Anak

Pertumbuhan adalah perubahan yang dapat diukur secara kuantitatif, contohnya


pertambahan berat badan dari 5 kg tumbuh dan bertambah menjadi 6 kg. Pertumbuhan
panjang badan dari 54 cm bertambah menjadi
60 cm. Sedangkan perkembangan adalah perubahan yang hanya dapat diukur secara
kualitatif. Di sini perubahan tidak dapat dikuantitatifkan, contohnya seorang anak
bertambah kemampuan geraknya dari merangkak menjadi bisa berdiri, dari tidak bisa bicara
menjadi bisa bicara, dan sebagainya.
Kesamaan pertumbuhan dan perkembangan, di antaranya meliputi tiga hal, yaitu:
1. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses perubahan yang
mengikutiperjalanan waktu (contohnya pertumbuhan dan
perkembangan dari bulan ke bulan).
2. Pertumbuhan dan perkembangan hanya dapat diketahui bila dilakukan
pemantauansecara teratur dan terus menerus.
3. Setiap anak memiliki jalur pertumbuhan dan perkembangan normal yang
bervariasi.
Saat ini untuk memantau pertumbuhan anak balita di masyarakat, telah dikembangkan
kartu menuju sehat (KMS). KMS digunakan untuk balita yang datang di Puskesmas dan
Posyandu, yang tujuannya untuk melihat garis pertumbuhan anak. Apabila pertumbuhan
anak menyimpang dari garis pertumbuhan yang sebenarnya, maka segera dapat dilakukan
upaya perbaikan. Pada beberapa Posyandu juga telah digunakan KMS yang digunakan untuk
melihat perkembangan anak. Tetapi karena garis pertumbuhan anak sejalan dengan garis
perkembangan,
1
maka dengan hanya mengetahui garis pertumbuhan tersebut, diasumsikan anak telah
berkembang dengan baik. Oleh karena itu sebagian besar Posyandu hanya menggunakan KMS
pertumbuhan tersebut untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan anak.

2.5 Antropometri Untuk Dewasa

Pengukuran antropometri untuk usia dewasa sekarang ini menggunakan perhitungan


Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah perbandingan (rasio) berat
badan/tinggi badan yang sering digunakan untuk menilai status gizi orang dewasa
(obesitas). Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa yang berumur 18 tahun
keatas, dan IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil. Indeks Massa
Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa. Akan tetapi pengukuran indeks antropometri sering
terjadi kerancuan. Masih banyak diantara pakar yang berkecimpung di bidang gizi dan
belum mengerti makna dari beberapa indeks antropometri. (Yudistira., 2017).

2.6 Cara Penentuan Status Gizi Dewasa


Pada kelompok umur masa tumbuh kembang bahwa pertumbuhan terjadi berbanding
lurus dengan umur tetapi berbanding terbalik ketika masuk pada usia tidak terjadi lagi
pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan massa jaringan adalah pertumbuhan yang
terjadi terutama pada massa lemak tubuh dan otot. Fungsi massa jaringan sebagai
persediaan energi tubuh. Pertumbuhan massa jaringan dipengaruhi oleh asupan gizi dari
makanan terutama zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein dan lemak. Apabila asupan zat
makro lebih dari kebutuhan tubuh, maka zat gizi tersebut akan disimpan dan terjadi
pertumbuhan massa jaringan. Sebaliknya apabila asupan zat makro kurang dari kebutuhan,
maka massa jaringan mengalami katabolisme untuk dipecah menjadi energi memenuhi
kebutuhan tubuh. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai penilaian status gizi pada orang
dewasa, terlebih dahulu kita bahas mengenai pengelompokan umur. Karena penilaian status
gizi khususnya metoda antropometri berbeda menurut kelompok umur. Menurut Depkes
RI (2009) umur dikelompokkan sebagai berikut: 1). Masa balita = 0 - 5 tahun, 2). Masa
kanakkanak = 5 - 11
tahun, 3). Masa remaja Awal =12 - 1 6 tahun, 4). Masa remaja Akhir =17 - 25 tahun, 5). Masa
dewasa Awal =26- 35 tahun, 6). Masa dewasa Akhir =36- 45 tahun, 7). Masa Lansia Awal
=
46- 55 tahun, 8). Masa Lansia Akhir = 56 - 65 tahun dan 9). Masa Manula = 65 - sampai
atas. Selanjutnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4
1
yaitu:

1
Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua
(old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

2.7 Konversi Status Gizi Menggunakan Lila

Lingkar Lengan Atas (LLA) berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB. Seperti
BB, LLA merupakan parameter yang labil dapat berubah-ubah cepat karenanya baik untuk
menilai status gizi masa kini. Penggunaan LLA sebagai indikator status gizi, di samping
digunakan secara tunggal, juga dalam bentuk kombinasi dengan parameter lainnya seperti
LLA/U dan LLA/TB (Quack Stick). Perkembangan LLA (D.B. Jellife, 1996) adalah sebagai
berikut: a) Pada tahun pertama kehidupan : 5.4 cm, b) Pada umur 2-5 tahun : <11.5 cm, c)
Kurang sensitif untuk tahun berikutnya. Untuk keperluan penilaian status gizi, LLA
memilikI
beberapa kelebihan antara lain: a) Indikator yang baik untuk menilai KEP berat, b) Alat
ukur murah, sederhana, sangat ringan, dapat dibuat sendiri, c) Dapat digunakan oleh orang yang
tidak dapat membaca tulis, dengan memberi kode warna untuk menentukan tingkat keadaan
gizi. Namun terdapat beberapa kelemahan antara lain: a) Hanya dapat mengidentifikasi anak
dengan KEP berat, b) Sulit menemukan ambang batas, dan c) Sulit untuk melihat pertumbuhan
anak 2-5 tahun.
2.8 Konversi Ulna, Tinggi Lutut untuk TB/BB

Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan, sehingga data tinggi badan
didapatkan dari tinggi lutut bagi orang tidak dapat berdiri atau lansia. Pada lansia digunakan
tinggi lutut karena pada lansia terjadi penurunan masa tulang bungkuk sukar untuk mendapatkan
data tinggi badan akurat. Data tinggi badan lansia dapat menggunakan formula atau normogram
bagi orang yang berusia >59 tahun (Gibson R.S, 1993). Berdasarkan penelitian Chumlea
(1985), Haboubi (1990), Rusnelli (1996) menunjukkan bahwa tinggi lutut
berhubungan erat dengan tinggi badan dan dapat digunakan untuk memprediksi tinggi
badan. Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan, sehingga data tinggi badan
didapatkan dari tinggi lutut bagi orang tidak dapat berdiri atau lansia. Pada lansia digunakan
tinggi lutut karena pada lansia terjadi penurunan masa tulang (bungkuk) sukar untuk
mendapatkan data tinggi badan akurat. Data tinggi badan lansia dapat menggunakan formula
atau normogram bagi orang yang berusia >59 tahun

1
BAB III

METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Hari/ Tanggal : Kamis, 8 Desember


2022 Waktu :08.00 – 11.00 WITA
Tempat : Laboratorium Konseling Gizi

3.2 Alat dan Bahan

Tabel 3.1 Alat dan bahan pengukuran pada bayi beserta fungsinya

No Nama alat Fungsi alat

1. OneMed Untuk mengukur berat badan


dan panjang badan bayi

2. Baby scule Untuk mengethui berat badan


bayi

3. Waist ruler Untuk mengetahui lingkar


kepala

4. Ifant ruler Unruk mengetahui panjang


bayi

Tabel 3.2 Alat dan bahan pengukuran pada dewasa beserta fungsinya

No Nama Alat Fungsi Alat

1. Timbangan manual BB Untuk mengetahui ukuran


dan TB Dewasa berat badan dan tinggi badan

2. Timbangan digital BB Untuk mengetahui berat


Dewasa badan

1
3. Metlin Untuk mengetahui lingkar
kepala bayi dan Panjang
ulna
4 Pita lila Untuk mengukur lingkar
lengan atas

5 Skinfold caliper Digunakan secara portable


berbahan plastic untuk menghitung lemak
tubuh di bawah kulit

6 Mikrotoise Umtuk mengukur tinggi


badan

7 Pita ukur/meteran Untuk mengukur lingkar


pinggang dan lingkar pinggul

8 Knee height caliper Untuk mengukur tinggi lutut


lansia/orang yang sakit

9 BIA merek Tania Untuk mengukur komposisi


tubuh

3.3 Prosedur Kerja


1. Penimbangan Panjang Badan Bayi Menggunakan Timbangan Digital

Mahasiswa meletakan timbangan digital pada meja atau bidang datar.

Mahasiswa meletakkan timbangan bayi dengan posisi panel kepala ada di sebelah kiri dan panel pengges

Setelah itu mahasiswa menarik bagian panel yang dapat digeser sampai batas yang diperkirakan cukup un

1
Kemudian mahasiswa mebaringkan si kecil dengan posisi terlentang dan
pastikan kepala bayi menempel pada bagian panel yang tidak dapat digeser

setelah itu, mahasiswa merapatkan kedua kaki bayi, kemudian tekan perlahan
kedua lutut bayi dan tegakkan telapak kakinya, kemudian geser bagian panel yang dapat digeser sam

Kemudian Mahasiswa membaca skala angka terbesar yang tertera pada timbangan bayi untuk menunju

Setelah pengukuran selesai, si kecil bisa di angkat dari timbangan

2. Penimbangan Berat Badan Bayi Menggunakan Timbangan Digital

Mahasiswa menyiapkan timbangan dan meletakan timbangan tersebut pada permukaan lantai atau m

Kemudian Mahasiswa memastikan bahwa bayi tidak memakai pakaian apapun yang akan mepen

Ketika menimbang berat badan bayi, letakkan tangan mahasiswa diatas tubuh bayi (tidak menempe

Kemudian mahasiswa segera menekan tombol hold. Fungsinya agar mengetahui berat badan bayi den

2
3. Pengukuran Tinggi Badan Dewasa Menggunakan Microtoise
Mahasiswa menempelkan microtoise dengan paku pada dinding yang lurus dan datar setinggi tepat 2

Mahasiswa meminta responden agar melepaskan sepatu atau sendal pada saat pengukuran.

Mahasiswa meminta responden agar berdiri tegak lurus di bawah alat geser microtoise dengan posis

Kemudia Posisikan kepala responden berada di bawah alat geser dengan pandangan lurus ke depan.

Kemudian mahasiswa menarik alat geser microtoise hingga menyentuh puncak kepala responden. Ja

Kemudian mata mahasiswa harus sejajar dengan garis merah pada jendela baca. Setelah itu, catat

2
4. Pengukuran Tinggi Badan Dewasa Menggunakan Microtoise
Mahasiswa menempelkan microtoise dengan paku pada dinding yang lurus dan datar setinggi tepat
rata.

Mahasiswa sebelum mengukur Panjang badan bayi, letakan alat terlebih


dahulu pada permukaan yang rata dengan ketinggian yang nyaman untuk mengukur dan cukup kuat.

Mahasiswa meminta responden agar melepaskan sepatu atau sendal pada saat pengukuran.

Mahasiswa meminta responden agar berdiri tegak lurus di bawah alat geser microtoise dengan posisi b

Mahasiswa memastikan posisi badan responden dalam keadaan berdiri tegak, rileks, pandangan lurus

Kemudian mahasiswa menunggu angka yang muncul pada timbangan yang berhenti (tidak berubah-ub

Mahasiswa dapat membaca dan mencatat angka yang muncul pada alat penimbangan.

2
5. Pengukuran Panjang Badan Menggunakann Alat Infant Ruler

Mahasiswa dapat memberikan alas yang tidak terlalu tebal, bersih, dan nyaman misalnya selembar selimu

Mahasiswa sebelum mengukur Panjang badan bayi sebaiknya melepaskan tutup kepala bayi misalnya to

Kemudian mahasiswa berdiri pada salah satu sisi bayi. Sebaiknya sisi yang paling dekat dengan skala

Mahasiswa dapat meletakan bayi dengan kepala menempel pada bagian kepala pengukur atau head b

Mahasiswa dapat memposisikan kepala bayi sehingga sudut luar mata


dan sudut atas liang telinga berada pada garis yang tegak lurus dengan bidang infant ruler.

Tangan mahasiswa dapat menekan lutut bayi kebawah dengan lembut. Dengan tangan yang lain maha
bagian kaki atau foot board sehingga menempel dengan tumit bayi.

Mahasiswa dapat memposisikan kaki bayi dengan jari kaki menunjuk keatas. Kemudian mahasiswa dap

2
6. Pengukuran Lingkar Kepala Bayi menggunakan Alat Metlin

Mahasiswa memposisikan bayidalam keadaan tiduran atau duduk agar


memudahkan pengukuran.

Mahasiswa menempatkan metlintepat diatas alis bayi, kemudian lingkarkan metlin melalui bagian
boleh menyentuh telinga bayi.

Kemudian mahasiswa memastikan bahwa metlin melingkar dengan


ukuran yang pas tidak terlalu kencang dan tidak longgar

Mahasiswa dapat membaca dan mencatat angka yang muncul pada alat metlin

7. Pengukuran Panjang Ulna Menggunakan Alat Metlin

Mahasiswa memposisikan lengan kiri responden ditekuk, dengan posisi


telapak tangan responden tertelungkup pada sisi dada kanan atas.

Kemudian mahasiswa mencari titik tengah dari tulang yang menonjol dipergelangan tangan(stylo
siku (olecranon process) dan tandai dengan bolpen/spidol.

Mahasiswa mengukur styloid process dan olecranon process dengan


menggunakan alat metlin dan mahasiswa memastikan metlin tidak pada posisi terlipat

Mahasiswa dapat membaca hasil pengukuran pad metlin dan


mencatatnya.

2
8. Pengukuran Lingkar Lengan Atas Menggunakan Pita Lila

Mahasiswa meminta responden untuk berdiri tegak namun rileks, tidak memegang apapun, sert
posisi mahasiswa berada di sebelah kiri responden.

Mahasiswa meminta izin kepada responden jika akan menyingsingkan lengan pakaian respon
responden hingga pangkal bahu terlihat.

Kemudian mahasiswa meminta responden untuk menekuk lengan


hingga siku kearah perut, dengan posisi tangan menghadap keperut.

Kemudian mahasiswa meletakkan pita pengukur antara bahu dan siku


dan mahasiswa menentukan titik tengah pada lengan.

Kemudian mahasiswa melingkarkan pita pengukur tepat pada titik tengah lengan dan pita jangan

Mahasiswa membaca dan mencatat skala yang tertera pada pita pengukur.

2
9. Pengukuran Lemak Bawah Kulit Menggunakan Alat Skinfold Caliper

Mahasiswa menyiapkan alat ukur berupa skinfold caliper

Mahasiswa meminta responden untuk berdiri terlebih dahulu dan membuka bagian pakaian yang m

Kemudian mahasiswa mengambil lipatan kulit dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri. Dan caliper d

Kemudian jepitan caliper pada distal (bawah), kurang lebih 2 cm dibawah lokasi pengambilan lipa
dilepaskan.

Mahasiswa dapat melihat hasilnya dan bisa dicatat.

2
10. Pengukuran Lingkar Pinggang Menggunakan Alat Pita Ukur

Responden menggunakan pakaian setipismungkin dehingga alat ukur


dapat diletakan dengan sempurna. Sebaiknya pita ukur tidak berada diatas pakaian yang digun

Mahasiswa meminta responden berdiri tegak dengan perut dalam


keadaan rileks.

Mahasiswa berada di samping depan responden dan meletakkan alat ukur melingkari pinggang
dengan cara mengelilingi ligkar perut tepat mengenai pusar.

Mahasiswa membaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga


0,1 terdekat

11. Pengukuran Lingkar Pinggul Menggunakan Alat Pita Ukur

Mahasiswa berdiri disamping Responden. Kemudian mahasiswa meminta responden untuk be


tangan menghadap ke dalam dan menghembuskan nafas perlahan.

Mahasiswa meletakkan pita pada lingkaran terluar pantat, biasanya setara dengan tinggi simfi
pada bidang horizontal mengelilingi pinggul.

Mahasiswa mencatat hasil pengukuran dengan ketelitian 0,1 cm.

2
12. Pengukuran Tinggi Lutut Menggunakan Alat Knee height caliper

Mahasiswa meminta responden untuk duduk tegak pada kursi/meja dengan kedua kaki menjun

Mahasiswa meposisikan lutut responden ditekuk 90 derajat. Untuk membantu memposisikan

Mahasiswa menekuk pergelangan kaki responden sehingga kaki sejajar dengan lantai. Temp
responden

Kemudian mahasiswa menempatkan papan-tetap caliper dibawah tumit dan tempatkan papa
tempurung lutut.

Kemudian mahasiswa memegang batang caliper agar sejajar dengan tungkai bawah. Dan tek

Mahasiswa membaca dan mencatat hasil yang tertera pada caliper dengan pandangan mata se

2
13. Pengukuran Komposisi Tubuh Menggunakan Alat BIA

Mahasiswa terlebih dahulu menyalakan alat BIA

Kemudian mahasiswa setting BIA dengan memasukkan data usia,


tinggi badan, dan jenis kelamin.

Setelah BIA menunjukan angka 0.0, responden diminta untuk naik


kealat seperti mengukur berat badan.

Responden jangan turun sebelum BIA menampilkan hasil

Kemudian mahasiswa dapat membaca dan mencatat hasilnya.

2
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Pengukuran Bayi

a. Identitas Bayi
Nama :
Ibnu
Tanggal Lahir : 2 oktober 2022
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 2 bulan

Tabel 4.2.1 hasil pengukuran antropometri pada bayi berikut.

BB PB LK Status Gizi (Z-Score)

BB/U PB/U BB/PB

4,68 kg 53,1 cm 40 cm -1,31 -2,65 1,7

 Perhitungan Status Gizi (Z-Score)


a) BB/U
BB Hitung–Median Buku Rujukan
Z-score = Simpangan Baku Rujukan

4,68–5,6
BB/U = 5,6– 4,9
–0,92
= 0,7
= -1,31(Berat Badan Normal)
b) PB/U
PB Hitung–Median Buku Rujukan
Z-score = Simpangan Baku Rujukan

53,1–58,4
PB/U = 58,4– 56,4

–5,3
= 2
= -2,65 (Pendek )
c) BB/PB
BB Hitung–Median Buku Rujukan
Z-score = Simpangan Baku Rujukan

4,68–4,0
BB/PB = 4,4– 4,0

3
= 0,68= 1,7 (Normal)
0,4

Identitas dewasa
Nama : Devi Fitriyani
Tanggal Lahir : 4 Desember
2002 Usia : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

Tabel 4.2.2 Lampiran Hasil Pengukuran pada orang Dewasa

No Jenis Pengukuran Hasil Pengukuran

1. Berat badan 43 kg

2. Tinggi badan 155,5 cm

4. Tinggi Lutut 48 cm

5. Lingkar pinggang 85cm

6. Lingkar pinggul 59 cm

7. Lila 23 cm

8. Ulna 25 cm

9. BIA

 Weight 42,7 kg

 Whole Body 18,7 %

 Trunk 14.8 %

 Legs 30,3 %

 Arms 34.9 %

 FAT 23,2 %

 Visceralfat 1,0

 RM 1025 kcal

 BMI 17,7

 Body Age 18age

3
10. Tebal Lemak Bawah

 Trisep 4 mm

 Bisep 20 mm

 Subskapula 2 mm

 Suprailiaka 11 mm

 Hasil Perhitungan
1) LILA (Lingkar Lengan Atas)
LILÆ×100
% LILA = Nilai Standar Lila

23×100
= 26,5

2.300
= 26,5

= 86,79 % (Gizi baik)

2) IMT (Indeks Massa Tubuh)


IMT = BB
TB²
43
= (155,5)²
43
= = 2,41
= )17,84
3) Rasio Lingkar Pinggang Pinggul
Lingkar Pinggang
Rasio LPP = lingkar pinggul
85
= 59
= 1,44
4) Ulna
Ulna Wanita = 68,777+(3,536×Panjang Ulna)
= 68,777 + (3,536×25)
= 68,777 + 88,4
= 157,177
5) Tinggi Lutut
Tinggi lutut Wanita = 84,88 - (0,24 × usia) + (1,83 × tinggi lutut)
= 84,88 - (0,24 × 20) + (1,83 ×48)
= 84,88 – 4,8+ 87,84
= 7,76

3
4.1 Pembahasan
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Secara definisi anthropometric
(antropometri) adalah studi yang mempelajari tentang ukuran tubuh manusia. Saat ini
antropometri banyak digunakan untuk keperluan berbagai keilmuan, baik ilmu kesehatan
maupun di luar ilmu kesehatan, misal tentang ergonomi pada kesehatan kerja.
Antropometri dalam ilmu gizi dikaitkan dengan proses pertumbuhan tubuh manusia.
Ukuran tubuh manusia akan berubah seiring dengan bertambahnya umur,
pertumbuhan yang baik akan menghasilkan berat dan tinggi badan yang optimal.
Kesesuaian antara pertumbuhan seseorang dengan pertumbuhan yang umum terjadi
pada anak sehat, akan menghasilkan status gizi yang baik. Pertambahan ukuran tubuh
dapat menjadi acuan dalam penentuan status gizi. Jadi antropometri gizi adalah
berbagai macam pengukuran dimensi dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur
dan tingkat gizi. Beberapa contoh jenis ukuran antropometri yang sering digunakan
untuk menilai status gizi diantaranya berat badan, panjang atau tinggi badan, lingkar
lengan atas, lapisan lemak bawah kulit, lingkar kepala, lingkar dada, dan lainnya. Pada
kegiatan penimbangan balita di Posyandu dilakukan pengukuran berat badan dengan
menggunakan dacin, di Puskesmas pengukuran berat badan pasien dengan timbangan
detecto atau bathroom scale, pengukuran tinggi badan dengan mikrotois. Jenis alat
yang dipakai di Posyandu, Puskesmas maupun di rumah sakit tersebut adalah
merupakan jenis alat ukur antropometri.

4.1.1. Pengukuran Pada Bayi

Hasil pengukuran berat badan Ibnu menggunakan timbangan bayi yang di hitung
nilai Z-score dari indeks berat badan menurut umur (BB/U) termasuk kedalam kategori
berat badan normal karena menurut PMK RI Tahun 2020, apabila indeks BB/U terletak di
antara
-2 SD sampai +1 SD artinya balita memiliki berat badan normal. Z-score dari indeks
Panjang badan menurut umur (PB/U) termasuk kedalam kategori pendek karena menurut
PMK RI Tahun 2020, apabila indeks PB/U terletak di antara -3 SD sampai <-2 SD artinya
balita memiliki badab pendek. Z-score dari indeks berat badan menurut Panjang badan
(BB/PB) termasuk kedalam kategori gizi baik karena menurut PMK RI Tahun 2020,
apabila indeks BB/PB terletak di antara -2 SD sampai +1 SD artinya balita bergizi
baik.

4.1.2. Pengukuran pada orang dewasa

Pengukuran antropometri untuk usia dewasa sekarang ini menggunakan


perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah perbandingan
(rasio) berat badan/tinggi badan yang sering digunakan untuk menilai status gizi orang
dewasa (obesitas). Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa yang berumur
18 tahun keatas, dan IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil.
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara
yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa. Akan tetapi pengukuran
indeks antropometri sering terjadi kerancuan. Masih banyak diantara pakar yang
berkecimpung di bidang gizi dan belum mengerti makna dari beberapa indeks
3
antropometri.

3
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Antropometri dalam ilmu gizi dikaitkan dengan proses pertumbuhan tubuh manusia.
Ukuran tubuh manusia akan berubah seiring dengan bertambahnya umur, pertumbuhan
yang baik akan menghasilkan berat dan tinggi badan yang optimal. Pertambahan ukuran
tubuh dapat menjadi acuan dalam penentuan status gizi. Antropometri gizi adalah berbagai
macam pengukuran dimensi dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Beberapa contoh jenis ukuran antropometri yang digunakan untuk menilai
status gizi di antaranya berat badan, panjang atau tinggi badan, lingkar lengan atas,
lapisan lemak bawah kulit, lingkarkepala, lingkar dada, dan lainnya

Antropometri adalah ukuran tubuh manusia sebagai metode untuk menentukan


status gizi. Konsep dasar antropometri untuk mengukur status gizi adalah konsep
pertumbuhan, pada dasarnya menilai status gizi dengan metode antropometri
adalah menilai pertumbuhan. Beberapa alasan antropometri digunakan sebagai
indikator status gizi, yaitu: pertumbuhan agar berlangsung baik memerlukan
asupan gizi yang seimbang. Gizi yang tidak seimbang akan mengakibatkan
terjadinya gangguan pertumbuhan, kekurangan zat gizi akan mengakibatkan
terhambatnya pertumbuhan, sebaliknya kelebihan asupan gizi dapat
mengakibatkan tumbuh berlebih (gemuk). Olehkarena itu antropometri sebagai
variabel status pertumbuhan dapat digunakan sebagaiindikator untuk menilai status
gizi.

5.2 Saran

sebelum melakukan pratikum untuk terlebih dahulu memberikan himbauan


pada saat pratikum lebih berhati hati dan memperhatikan secara teliti agar
mendapatkan hasil yang baik dalam pratikum penilaian status gizi antropometri
tersebut

3
DAFTAR PUSTAKA

3
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Alat dan Penimbangan

Tabel Dokumentasi Alat dan Pengukuran

No Alat Pengukuran

1.

Gambar 6.1 Baby scule Gambar 6.2 pengukuran


bayi menggunakan baby scule

Berfungsi untuk menimbang berat


badan bayi.

2.

Gambar 6.3 OneMed

Berfungsi mengukur berat badan Gambar 6.4 pengukuran bayi


dan panjang bayi. menggunakan OneMed

3
3.

Gambar 6.5 timbangan manual Gambar 6.6 pengukuran


menggunakan timbangan manual

Berfungsi untuk mengukur berat


badan dan tnggi badan.

4.

Gambar 6.7 timbangan


digital Gambar 6.8 pengukuran timbangan
digital
Berfungsi untuk mengukur
berat badan.

3
5.

Gambar 6.9 infant ruler Gambar 7.1pengukuran bayi


menggunakan infant ruler

Berfungsi untuk mengukur


panjang bayi.

6.

Gambar 7.2 pita ukur Gambar 7.3 mengukur


lingkar pinggul

Berfungsi untuk mengukur lingkar


pinggang dan lingkar pinggul.

3
7.

Gambar7.4 pita lila

Berfungsi untuk mengukur lingkar


lengan atas. Gambar 7.5 mengukur lingkar
lengan

8.

Gambar 7.7 pengukuran tebal


Gambar 7.6 skinfold lemak di bawah kulit
caliper

Berfungsi untuk mengukur tebal


lemak di bawah kulit.

4
9. Mikrotoise

Gambar7.8 microtoise

Gambar 7.9 pengukuran tinggi


badan
Berfungsi untuk mengukur tinggi
badan.

10.

Gambar8.1 knee height caliper

Gambar8.2 pengukuran
Berfungsi untuk mengukur tinggi tinggi lutut
lutut.

4
11.

Gambar 8.3 BIA Gambar 8.4 pengukuran BIA

Berfungsi untuk
mengukur komposisi
tubuh.

Lampiran 2. Hasil Pengukuran Kelompok

 Dewasa 1
Tanggal Pengukuran : Kamis, 8 Desember
2022 Nama : Nurtilawatil Insany
Tanggal Lahir :2 Juni 2003
Usia :19 tahun
Jenis Kelamin :Perempuan

Tabel Lampiran Hasil Pengukuran Dewasa 1

No Parameter Pengukuran Hasil Pengukuran

1. BB Digital 46 kg

2. TB 157 cm

3. BB dan TB Manual 45 kg dan 156 cm

4. Tinggi Lutut 47,8 cm

5. Lingkar Pinggang 66 cm

6. Lingkar Pinggul 89 cm

4
7. LILA 25 cm

8. Ulna 25 cm

9. BIA

 Weight 45,3 kg

 Whole Body 30,1 %

 Trunk 30,1 %

 Legs 47,2 %

 Arms 27,5 %

 FAT 44,9 %

 Visceralfat 1,5

 RM 1009 kcal

 BMI 18,4

 Body Age 24age

10. Tebal Lemak Bawah

 Trisep 12 mm

 Bisep 8 mm

 Subskapula 14 mm

 Suprailiaka 14mm

4
 Dewasa 2
Tanggal Pengukuran : Kamis, 8 Desember
2022 Nama : Ikah Sucyaningsih
Tanggal Lahir : 5 Maret 2004
Usia :18 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

Tabel Lampiran Hasil Pengukuran Dewasa 2

No Parameter Pengukuran Hasil Pengukuran

1. BB Digital 54, 40 kg

2. TB 151,5 cm

3. BB dan TB Manual 53 kg dan 152 cm

4. Tinggi Lutut 47,6 cm

5. Lingkar Pinggang 80 cm

6. Lingkar Pinggul 83 cm

7. LILA 25 cm

8. Ulna 25 cm

9. BIA

 Weight 53,6 kg

 Whole Body 30,5 %

 Trunk 28,0 %

 Legs 48 %

 Arms 53,9 %

 FAT 38,4 %

 Visceralfat 4,5

 RM 1142 kcal

 BMI 23,4

 Body Age 32age

4
10. Tebal Lemak Bawah

 Trisep 20 mm

 Bisep 14 mm

 Subskapula 32 mm

 Suprailiaka 22 mm

 Dewasa 3
Tanggal Pengukuran : Kamis, 8 Desember
2022 Nama : Della Apriliana Pratiwi
Tanggal Lahir : 4 April 2003
Usia :19 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

Tabel Lampiran Hasil Pengukuran Dewasa 3

No Parameter Pengukuran Hasil Pengukuran

1. BB Digital 56,30 kg

2. TB 150 cm

3. BB dan TB Manual 56 kg dan 150 cm

4. Tinggi Lutut 48,8 cm

5. Lingkar Pinggang 89 cm

6. Lingkar Pinggul 98 cm

7. LILA 29 cm

8. Ulna 24 cm

9. BIA

 Weight 55,9 kg

 Whole Body 32,6 %

 Trunk 30,1 %

 Legs 32,1 %

4
-  Arms 23,7 %

 FAT 40,5 %

 Visceralfat 5,5

 RM 1167 kcal

 BMI 24,8

 Body Age 35age

10. Tebal Lemak Bawah

 Trisep 20 mm

 Bisep 6 mm

 Subskapula 22 mm

 Suprailiaka 19 mm

 Dewasa 4
Tanggal Pengukuran : Kamis, 8 Desember
2022 Nama : Intan
Tanggal Lahir : 13 Juni 2003
Usia :19 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

Tabel Lampiran Hasil Pengukuran Dewasa 4

No Parameter Pengukuran Hasil Pengukuran

1. BB Digital 57,65 kg

2. TB 158 cm

3. BB dan TB Manual 57 kg dan 158 cm

4. Tinggi Lutut 51 cm

5. Lingkar Pinggang 74 cm

6. Lingkar pinggul 98 cm

7. LILA 28 cm

8. Ulna 27 cm

4
9. BIA

 Weight 57,6 kg

 Whole Body 24,8 %

 Trunk 20,2 %

 Legs 42,3 %

 Arms 38,8 %

 FAT 27,0 %

 Visceralfat 3,5

 RM 1250 kcal

 BMI 23,4

 Body Age 28age

10. Tebal Lemak Bawah

 Trisep 22 mm

 Bisep 22 mm

 Subskapula 22 mm

 Suprailiaka 20 mm

 Dewasa 5
Tanggal Pengukuran : Kamis, 8 Desember
2022 Nama : Debi Ariska
Tanggal Lahir : 5 Agustus 2003
Usia :19 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

Tabel Lampiran Hasil Pengukuran Dewasa 5

No Parameter Pengukuran Hasil Pengukuran

1. BB Digital 43,60 kg

2. TB 151,1 cm

3. BB dan TB Manual 43 kg dan 151 cm

4
4. Tinggi Lutut 47,5 cm

5. Lingkar Pinggang 68 cm

6. Lingkar pinggul 87 cm

7. LILA 24 cm

8. Ulna 26 cm

9. BIA

 Weight 43,2 kg

 Whole Body 29,4 %

 Trunk 28,9 %

 Legs 45,7 %

 Arms 57,4 %

 FAT 42,8 %

 Visceralfat 2,0

 RM 980 kcal

 BMI 18,9

 Body Age 23age

10. Tebal Lemak Bawah

 Trisep 6 mm

 Bisep 4 mm

 Subskapula 8 mm

 Suprailiaka 10 mm

4
 Dewasa 6
Tanggal Pengukuran : Kamis, 8 Desember
2022 Nama : Falisha Dewi Apriani
Tanggal Lahir : 6 April 2004
Usia :18 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

Tabel Lampiran Hasil Pengukuran Dewasa 6

No Parameter Pengukuran Hasil Pengukuran

1. BB Digital 53,1 kg

2. TB 159 cm

3. BB dan TB Manual 52 kg dan 158 cm

4. Tinggi Lutut 50 cm

5. Lingkar pinggang 72 cm

6. Lingkar pinggul 94 cm

7. LILA 25 cm

8. Ulna 25 cm

9. BIA

 Weight 53,0 kg

 Whole Body 26,7 %

 Trunk 23,9 %

 Legs 42,1 %

 Arms 48,1 %

 FAT 33,9 %

 Visceralfat 3,0

 RM 1151 kcal

 BMI 21,2

 Body Age 27age

10. Tebal Lemak Bawah

4
 Trisep 14 mm

 Bisep 8 mm

 Subskapula 16 mm

 Suprailiaka 10 mm

 Dewasa 7
Tanggal Pengukuran : Kamis, 8 Desember
2022 Nama : Devi Fitriyani
Tanggal Lahir : 4 Desember
2002 Usia : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

Tabel Lampiran Hasil Pengukuran Dewasa 7

No Parameter Pengukuran Hasil Pengukuran

1. BB Digital 43,15 kg

2. TB 155,5 cm

3. BB dan TB Manual 43 kg dan 153 cm

4. Tinggi Lutut 48 cm

5. Lingkar pinggang 85cm

6. Lingkar pinggul 59 cm

7. LILA 23 cm

8. Ulna 25 cm

9. BIA

 Weight 42,7 kg

 Whole Body 18,7 %

 Trunk 14.8 %

 Legs 30,3 %

 Arms 34.9 %

 FAT 23,2 %

5
 Visceralfat 1,0

 RM 1025 kcal

 BMI 17,7

 Body Age 18age

10. Tebal Lemak Bawah

 Trisep 4 mm

 Bisep 20 mm

 Subskapula 2 mm

 Suprailiaka 11 mm

Anda mungkin juga menyukai