Anda di halaman 1dari 147

STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “A“ DAN TERAPI NON


KONVESIONAL MASSAGE ENDORPHIN DAN
POSTNATAL YOGA DI PRAKTIK MANDIRI
BIDAN HUSNIYATI PALEMBANG

Laporan Study Kasus


Diajukan ke Program Studi SI Kebidanan sebagai
Salah Satu Syarat Program Akademik

Oleh :
NISSA AZZAHRA
30220016

SEKOLAH TINGGI ABDURAHMAN PALEMBANG


PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2023/2024
HALAMAN PERSETUJUAN

STUDI KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “A“ DAN TERAPI NON
KONVESIONAL MASSAGE ENDORPHIN DAN
POSTNATAL YOGA DI PRAKTIK MANDIRI
BIDAN HUSNIYATI PALEMBANG
Disusun Oleh :

NISSA AZZAHRA
30220016

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN STIKES ABDURAHMAN


PALEMBANG

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing dan


Diperkenankan untuk diajukan

Palembang, Februari 2024


Pembimbing Akademik

( Vika Tri Zelharsandy, M.Keb )


NIDN. 0217049501
HALAMAN PENGESAHAN

STUDI KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “A“ DAN TERAPI NON
KONVESIONAL MASSAGE ENDORPHIN DAN
POSTNATAL YOGA DI PRAKTIK MANDIRI
BIDAN HUSNIYATI PALEMBANG

Disusun Oleh :

NISSA AZZAHRA
30220016

Telah dipertahankan didepan Tim Penguji


Program S1 Kebidanan STIKES Abdurahman Palembang

Hari :
Tanggal :
Penguji I Penguji II

( ) ( )
NIDN. NIDN.

Mengetahui,
Ketua STIKES Abdurahhman Ka. Prodi Kebidanan

(H.Su’aidy Arahman, SE.Sos,MM ) (Vika Tri Zelharsandy, M.Keb)


NIP.196512171990031002 NIDN.0217049501
IDENTITAS MAHASISWI

TINGKAT IV SEMESTER VIII PRODI S1 KEBIDANAN


STIKES ABDURAHMAN PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2023/2024

NAMA MAHASISWI : NISSA AZZAHRA


NIM : 30220016
TEMPAT TANGGAL LAHIR : TANJUNG ENIM, 28 AGUSTUS 2002
NO.TLP/HP : 088747373192
ALAMAT : PERUMAHAN GRIYA 3 PUTRI

Palembang, Februari 2024


Praktikan

(Nissa Azzahra)
NIM.30220016
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan berjudul “Asuhan Kebidanan Pada
Ny “A” Dan Terapi Non Konvesional Massage Endorphin Dan Postnatal Yoga di
praktik Mandiri Bidan Husniyati” dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Sholawat serta salam tidak lupa juga kami sanjungkan kepada baginda
nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga ke
zaman terang benerang seperti saat ini.
Adapun tujuan dari penulisan membuat laporan ini adalah untuk memenuhi
syarat kelulusan berupa Studi Kasus yang telah dilaksanakan di PMB Husniyati.
Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Dalam penyusunan laporan ini kami banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami sebagai penulis akan
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Rosyida A. Rahman selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Abdurahman Palembang
2. Bapak H. Suaidy A.R ahman, SE., S.Sos., MM selaku Ketua STIKES
Abdurahman Palembang
3. Ibu Vika Tri Zelharsandy, M.Keb selaku Kaprodi Pendidikan Profesi Bidan
program sarjana serta dosen pembimbing akademik yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk selalu memberikan bimbingan, kritik dan saran
demi kesempurnaannya laporan ini
4. Bidan PMB Husniyati atas izin, bantuan dan bimbingan serta pembelajaran
selama penulis melakukan pengkajian Laporan Studi Kasus ini
5. Ny. “A” selaku pasien yang telah bersedia menjadi pasien untuk kasus pada
laporan ini dengan bersedianya dilakukan kerjasama dalam menyelesaikan
laporan ini dengan bersedianya dilakukan Kerjasama dalam menyelesaikan
6. Orang tua serta keluarga yang telah memberikan dukungan moral dam
spiritual selama menjalankan pendidikan
7. Teman teman Mahasiswi STIKES Abdurahman yang telah memberikan
dukungan dan semangat dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini kami menyadari masih banyak kekurangan
baik isi, cara penulisan, tutur bahasa yang dipilih serta susunan penulisan
dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki dan kurangnya
pengalaman mengenai kasus yang dibahas. Kami hanyalah manusia biasa yang
tidak luput dari khilaf dan salah. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran
yang bersifat edukatif dan membangun dari pembaca, demi terciptanya
kesempurnaan dalam penulisan laporan ini dan menjadikan penulis lebih baik lagi
kedepannya dalam menyusun sebuah laporan.
Akhir kata kami ucapkan banyak terimakasih dan semoga laporan ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca serta berguna bagi semua kalangan masyarakat.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi semua, aamiin.
Wassalamualaikum, Wr.Wb

Palembang, Januari 2024

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

Tabel Hal
Tabel 2.1 HPHT ............................................................................................... 19
Table 2.2 TFU .................................................................................................. 20
Tabel 2.3 Imunisasi TT .................................................................................... 21
Tabel 2.4 IMT ................................................................................................. 22
Tabel 2.5 Ukuran Uterus Pada Masa Nifas ...................................................... 23
Tabel 2.6 Macam-Macam Lochia .................................................................... 64
Tabel 2.7 Kunjungan Masa Nifas..................................................................... 65
Tabel 2.8 Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas .................................................... 68
Tabel 2.9 Nilai Apgar Skor .............................................................................. 69
Tabel 2.10 Kategori Asfiksia ........................................................................... 73
Tabel 2.11 Standar Pelayanan Imunisasi ........................................................ 76
DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal
2.1 Leopold 1 ................................................................................................... 27
2.2 Leopold 2 ................................................................................................... 28
2.3 Leopold 3 ................................................................................................... 28
2.4 Leopold 4 ................................................................................................... 29
2.5 Bidang Hodge ........................................................................................... 32
2.6 Penurunan Kepala ..................................................................................... 33
2.7 Mekanisme Persalinan .............................................................................. 37
2.8 Laserasi jalan Lahir .................................................................................. 55
2.9 Partograf ..................................................................................................... 55
DAFTAR SINGKATAN

AB : Abortus
AIDS : Accurequired Immunodeficiency Virus
AKB : Angka Kematian Bayi
AKBK : Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
AKI : Angka Kematian Ibu
ANC : Antenatal Care
APD : Alat Pelindung Diri
APGAR : Apparence, Grimace, Activity, Respiration
APN : Asuhan Persalinan Normal
ASEAN : Assosiation of southeast Asian Nation
ASI : Air Susu Ibu
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
BCG : Baccille Calmette Guerin
BB : Berat Badan
BBL : Bayi Baru Lahir
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
BBIH : Berat Badan Ibu Hamil
BCG : Bacillus Calmette Guerin
BPM : Bidan Praktek Mandiri
C : Celcius
CM : Centi Meter
COC : Continuty Of Care
DEPKES : Departemen Kesehatan
DKP : Dispropotion Kepala Panggul
DJJ : Denyut Jantung Janin
DTT : Desinfeksi Tingkat Tinggi
FSH : Follicle Stimulating Hormone
G : Gravida
GPA : Gravida Partus Abortus
HB : Hemoglobin
HIV : Human Immunodeficiency Virus
HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
HPL : Hari Perkiraan Lahir
IM : Intra Muskular
IMD : Inisiasi Menyusui Dini
IMS : Infeksi Menular Seksual
IMT : Indeks Masa Tubuh
ISK : Infeksi Saluran Kemih
IUD : Intra Uterin Device
IUGR : Intra Uterin Growth Restriction
IU : International Unit
JK : Jenis Kelamin
JTH : Janin Tunggal Hidup
K1 : Kunjungan 1
K2 : Kunjungan 2
K3 : Kunjungan 3
K4 : Kunjungan 4
KB : Keluarga Berencana
KEK : Kekurangan Energi Kronik
KG : Kilo gram
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KIE : Komunikasi Informasi dan Edukasi
LILA : Lingkar Lengan Atas
PX : Procesus Xipoideus
PAP : Pintu Atas Panggul
PP : Postpartum
PUKA : Punggung Kanan
PUKI : Punggung Kiri
PUS : Pasangan Usia Subur
RR : Respiration Rate
SOAP : Subjek Objek Analisa Penatalaksanaan
TB : Tinggi Badan
TBC : Tuberculosis
TBJ : Tafsiran Berat Janin
TD : Tekanan Darah
TFU : Tinggi Fundus Uteri
TM : Trimester
TP : Tafsiran Persalinan
TT : Tetanus Toxoid
UK : Usia Kehamilan
UUB : Ubun-Ubun Besar
UUK : Ubun-Ubun Kecil
USG : Ultra Sono Grafi
VDRL : Veneral Disease Research Laboratory
WHO : World Human Organitation
WIB : Waktu Indonesia Barat
DAFTAR ISTILAH

Abdomen : Perut atau rongga tubuh


Abnormal : Tidak normal
Abortus : Keguguran atau usia kehamilan < 20 minggu
Adaptasi : Organisme dalam mengatasi lingkungan
Ambivalen : Sikap emosi
Amnion : Membran janin
Anamnesa : Pemeriksaan wawancara
Anterior : Depan
Anus : Dubur
Aterm : Kelahiran usia >37 minggu <42 minggu
Colostrum : ASI pertama
Defekasi : Membuang kotoran atau tinja
Dilatasi : Pembesaran
Distorsi : Kondisi ekonomi tidak efisien
Eksternal : Luar Ekstra
Janin : fetus
Fisiologi : Ilmu berlangsungnya system kehidupan
Fundus Uteri : Titik tertinggi rahim
Gravida : Kehamilan ke-
Hipertensi : Tekanan darah tinggi
Hyperemesis Gravidarum : Mual Muntah berlebihan
Hyperemia : Kelebihan darah
Implantasi : Tahap reproduksi
Inflamasi : Peradangan
Internal : Bagian luar
Insiden : Jumlah kasus baru
Inspeksi : Pemeriksaan metode pengamatan
Iritasi : Gejala pada kulit
Konsepsi : Pembuahan
Konsistensi : Kelunakan atau kekerasan
Kontraksi : Mengencangnya otot
Lateral : Udara mengalir di sisi lidah
Leopold : Pemeriksaan Rahim dengan meraba
Maternal : Kesehatan wanita selama hamil
Menarche : Menstruasi Pertama
Migrasi : Perpindahan
Morbiditas : Derajat sakit
Mortalitas : Ukuran kematian
Multigravida : Kehamilan Kedua
Nidasi : Perlekatan sel telur yang telah dibuahi
Oedem : Pembengkakan
Ovarium : Menghasilkan sel telur
Ovulasi : Pengeluaran sel telur ke tubs falopi
Palpasi : Meraba
Partus : Persalinan
Persentasi : Laporan lisan suatu fakta
Plasenta : Organ yang terbentuk di Rahim saat kehamilan
Populasi : Sekumulan data yang sama
Posterior : Belakang
Post Partum : Ibu nifas
Prevalensi : Populasi
Primigravida : Kehamilan Pertama
Prolaps : Keluarnya bagian tubuh
Pubis : Tulang kelamin
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa kehamilan, persalinan, nifas, dan neonatus adalah suatu keadaan
fisiologis yang memungkinkan dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat
menyebabkan kematian. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh seorang bidan
yaitu dengan menerapkan model asuhan kebidanan komprehensif /berkelanjutan
(yulia,N & Juwita, 2019).
Asuhan kebidanan komprehensif adalah manajemen kebidanan yang dilakukan
secara berkelanjutan yaitu pemberian asuhan kebidanan mulai dari kehamilan,
persalinan, bayi baru lahir, nifas, serta pelayanan kontrasepsi dilakukan dalam
upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
yakni dengan mendeteksi dini keadaan ibu hamil agar tidak terdapat penyulit
maupun komplikasi (sunarsih,2019).
Asuhan secara berkelanjutan atau Continuity of Care (COC) adalah pelayanan
yang dicapai ketika terjalin hubungan antara seorang wanita dan bidan. Asuhan
yang berkelanjutan yang berkaitan dengan tenaga professional kesehatan,
pelayanan kebidanan dilakukan mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua
trimester, kelahiran, sampai 6 minggu pertama postpartum. Tujuannya adalah untuk
membantu upaya percepatan penurunan AKI(Legawati,2018).
Kehamilan merupakan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine
dimulai dari konsepsi dan berakhir pada persalinan. Lama kehamilan dari ovulasi
sampai dengan partus yaitu 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43
minggu). Kehamilan 40 minggu disebut kehamilan matur (cukup bulan), dan jika
kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur (cukup bulan).
Sedangkan kehamilan premature yaitu antara 28-36 minggu..(Khoiroh, et al. 2019).
Persalinan adalah serangkaian proses dimana jalan lahir disiapkan untuk
memungkinkan bayi bisa keluar dari rongga rahim ke dunia luar. Masalah utama
yang sering kali dihadapi dalam maternal care adalah masih tingginya angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) (Wahidah, 2017).
Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa pemulihan tersebut
berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis
dan banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal postpartum, yang tidak
menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti dengan perawatan
yang baik (Yuliana & Hakim,2020).
Penyebab utama dari kematian Ibu dan bayi adalah berbagai resiko baik dari
kehamilan, persalinan, serta nifas. Dimana penyebab utama dari kematian ibu
seperti anemia, Disproporsi Kepala Panggul (DKP), insersia uteri, distosia bahu,
perdarahan post partum dan kehamilan serotinus yang jika tidak ditangani dengan
baik dapat megancam nyawa Ibu dan bayi. Adapun penyebab kematian neonatal
yakni premature, asfiksia, pneumonia, komplikasi kelahiran da infeksi neonatal
(Solihah, 2021).
Terapi alternatif komplementer atau complementary alternative medicine
merupakan sebuah kelompok praktek medis dan produk kesehatan yang dianggap
sebagai terapi tambahan dari pengobatan konvensional. Terapi komplementer
dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam pengobatan modern.
Terapi komplementer dapat di gunakan sebagai Penanggulangan Penyakit yang
dilakukan sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis (Rufaida et al., 2018)
Pada masa nifas sering kali ibu mengeluh Lelah, stress dan kurang nyaman
serta tak sedikit ibu nifas yang merasa sulit tidur dan khawatir akan merawat
bayinya maka dari itu untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan terapi pemijatan
ringan seperti Endorphin Massage . Endorphin massage adalah terapi pijatan ringan
yang diberikan pada ibu bersalin menjelang persalinan. Dengan tujuan melepaskan
senyawa endorphin sebagai pereda nyeri yang mampu memberikan kenyamanan
(Astuti et al., 2022). Kelebihan dari endorphin massage yaitu mudah di terapkan,
tidak menggunakan alat, tidak membutuhkan biaya, memperkuat bounding ibu dan
suami, emosi dapat dikontrol (Karuniawati, 2020).
Pada ibu-ibu setelah melahirkan dinjurkan untuk segera mobilisasi dini dan
mengikuti senam nifas salah satunya postnatal yoga. Senam yoga dapat dilakukan
beberapa minggu setelah melahirkan. Sebelum senam yoga dipastikan terlebih
dahulu bahwa kondisi ibu sudah baik dan siap untuk melakukan senam yoga. Senam
yoga dapat memberikan manfaat untuk memulihkan otot-otot sesudah persalinan.
(Supardi et al., 2019)
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) AKI didunia pada tahun
2021 sebanyak 211 per 100.000 Kelahiran Hidup. Sedangkan AKB di dunia
menurut data World Health Organization diperkirakan mencapai 17 per 100.000
Kelahiran Hidup. WHO juga memperkirakan total AKI dan AKB di ASEAN sekitar
1,3 juta/tahun (WHO, 2021).
Data World Health Organization (WHO) menyatakan secara global pada tahun
2018 , Angka Kematian Ibu (AKI) di seluruh dunia di perkirakan 8,30 per 100.000
kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan dan persalinan(Mulyani & Novianti,
2020). Jumlah AngkaKematian Ibu (AKI) dari pencatatan program kesehatan
keluargadi Kementerian Kesehatan pada tahun 2020 menunjukkan 4.627 kematian
di Indonesia. Jumlah ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2019
sebesar 4.221 kematian. Berdasarkan penyebab, sebagian besar kematian ibu pada
tahun 2020 disebabkan oleh perdarahan sebanyak 1.330 kasus, hipertensi dalam
kehamilan sebanyak 1.110 kasus, dangangguan sistem peredaran darah sebanyak
230 kasus(Profil Kesehatan Indonesia, 2019).
Angka Kematian Bayi (AKB) Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Angka
Kematian Bayi pada tahun 2017 di kota Balikpapan yaitu 76 kasus. Hasil Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2017, ditahun 2016 tedapat 78 kasus yang artinya
terjadi penurunan kasus AKB. Data tersebut menunjukkan AKB sebesar 6 per 1.000
kelahiran hidup (kemenkes,2019)
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (Tan et al., 2015) bahwa
asuhan kebidanan Continuity of Care (COC) yang diberikan dapat mengoptimalkan
deteksi resiko tinggi maternal dan neonatal Menurut hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukan Angka Kematian Neonatal
(AKN) sebesar 15/1.000 kelahiran hidup (KH), Angka Kematian Balita (AKB) 24
/ 1.000 KH, dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA) 32/1.000 kelahiran hidup.
Pada tahun 2019 penyebab kematian neonatal terbanyak adalah kondisi Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) (Kemenkes, 2019).
Indikator Angka Kematian Ibu (AKI) tidak hanya mampu menilai program
kesehatan ibu, terlebih juga mampu menilai derajat kesehatan masyarakat karena
sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas
maupun kualitas. Menurut Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015,
AKI sebesar 305 per 100.000 jumlah kelahiran hidup. Sedangkan AKB tahun 2015
mencapai 22,33 per 100.000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target
MDG 2015 sebesar 23 per 1000 jumlah kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2017).
Pada tahun 2022, jumlah kematian ibu di Sumatera Selatan sebanyak 97 orang
(dengan AKI sebanyak 64 orang per 100.000 kelahiran hidup), menurun dari tahun
2021 sebanyak 131 orang. Kematian ibu paling banyak terdapat di Kabupaten
Muara Enim sebanyak 16 orang penyebab kematian tertinggi pada ibu sepanjang
tahun 2022 adalah penyebab lainnya yaitu 35 orang (36%), sedangkan penyebab
kematian ibu paling sedikit diakibatkan ole infeksi yaitu 1,1% (Kemenkes,2022).
Angka kematian ibu (AKI) di kota Palembang meningkat pada tahun 2019.
Diperlukannya kinerja khususnya program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), serta
adanya faktor dukungan baik dari segi manajemen program KIA maupun sistem
pencatatan dan pelaporan yang semakin baik. Pada tahun 2019, (AKI) di Palembang
sebanyak 20 orang. Pada tahun 2020 AKI di Palembang meningkat menjadi 59
orang. Kematian ibu di kota Palembang disebabkan oleh perdarahan 28%,
hipertensi dalam kehamilan 29%, infeksi 0%, gangguan sistem peredaran darah 7%,
gangguan metabolic 7%, lain-lain 29% (Dinkes, p. 2020)
Salah satu upaya Pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB adalah dengan
program asuhan kebidanan komprehensif yang mencakup pelayanan asuhan
kebidana n terpadu dimulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, hingga
keluarga berencana dengan menggunakan pendekatan asuhan continuity of care
(model asuhan kebidanan berkelanjutan) yang di tuliskan dengan menggunakan
metode SOAP secara komprehensif(Mulyani & Novianti, 2020).
Tujuan utama asuhan kebidanan komprehensif adalah untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas (angka kesakitan dan kematian) dalam upaya
menyelamatkan ibu dan bayi yang berfokus kepada upaya promotif dan preventif
dan agar dapat mengetahui hal hal yang terjadi pada seorang wanita semenjak
hamil, bersalin, nifas, hingga bayi dilahirkan sampai dengan pemilihan KB, serta
melakukan pengkajian, dan menegakkan diagnosa secara tepat, antisipasi masalah
yang mungkin terjadi, menentukan tindakan segera melakukan perencanaan dan
tindakan sesuai kebutuhan ibu, serta mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan
yang telah dilakukan (Fajri, 2022).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menyusun laporan yang
berjudul Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny “A“ Di Praktik Mandiri Bidan
Husniyati Palembang.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana menerapkan asuhan kebidanan secara komprehensif pada NY “A”
di PMB Husniyati Palembang Tahun 2024?
1.3 Tujuan Penulis
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum laporan studi kasus ini adalah mahasiswa dapat menerapkan dan
mengaplikasikan asuhan kebidanan yang komprehensif pada Ny “A” di PMB
Husniyati Palembang Tahun 2024.
1.3.2 Tujuan Khusus
Di harapkan penulis mampu melakukan:
a. Asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai dengan standar kompetensi
kebidanan sebanyak 2x.
b. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin sesuai dengan prosedur.
c. Asuhan kebidanan ibu nifas pada dengan baik dan profesional sebanyak 3x.
d. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir sesuai dengan prosedur sebanyak
3x.
e. Pendokumentasian Asuhan kebidanan dalam bentuk SOAP.

1.4 Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus


Waktu dan tempat persalinan saat melakukan studi kasus sebagai berikut :
a. ANC kunjungan pertama pada tanggal 02 Januari 2024 pada pukul 12.05
WIB di PMB Husniyati Palembang
b. ANC kunjungan kedua pada tanggal 09 Januari 2024 pada pukul 16.30 WIB
di PMB Husniyati Palembang
c. Proses persalinan pada tanggal 16 Januari 2024 pada pukul 12.54 WIB di
PMB Husniyati Palembang
d. Masa nifas 6 Jam post partum pada tanggal 16 Januari 2024 pada pukul
20.00 WIB di PMB Husniyati Palembang
e. Masa nifas 3 hari post partum pada tanggal 19 Januari 2024 pada pukul
11.00 WIB di Kediaman Pasien
f. Masa nifas 8 hari post partum pada tanggal 27 Januari 2024 pada pukul
09.00 WIB di Kediaman Pasien
g. Kunjungan bayi baru lahir 1 jam pada 16 Januari 2024 pada pukul 14.00
WIB di PMB Husniyati Palembang
h. Kunjungan bayi baru lahir 3 hari pada tanggal 19 Januari 2024 pada pukul
11.00 WIB di Kediaman Pasien.
i. Kunjungan bayi baru lahir 8 hari pada tanggal 27 Januari 2024 pada pukul
09.00 WIB di Kediaman Pasien.

1.5 Gambaran Kasus


Pada studi kasus ini penulis mengambil kasus pada Ny. “A” umur 20
tahun, hamil 34 minggu, G2P1A0, Bangsa/suku Indonesia, pendidikan terakhir
SMA, pekerjaan IRT, alamat Jl. Tegal Binangun RT 09,RW 03 pada masa
kehamilan ibu memeriksakan kehamilannya sebanyak 6 kali dimana
pemeriksaan kehamilan dilakukan di bidan terdekat 4 kali, dan pemeriksaan
yang ke 2 kalinya bersama penulis Di BPM Husniyati Palembang.
Pada tanggal 02 Januari 2024 di lakukakan pemeriksaan ANC pertama
dengan penulis, usia kehamilan Ny.“A” 38 minggu, keadaan umum ibu baik,
TTV ibu normal TFU: Setengah px (prosesus xipoideus), DJJ 140 x/menit,
presentasi kepala dari hasil pemeriksaan lab semuanya dengan keadan normal
serta ibu sudah diberi tablet Fe dengan dosis 1x1 dan diminum pada malam
hari. Selain itu Penulis menganjurkan pada Ny.“A” bagaimana cara mengatasi
keputihan dengan menjaga kebersihan diri terutama pada bagian kemaluan
dengan mengganti pakaian dalam apabila terasa lembab, setelah BAK dan
BAB keringkan kemaluannya menggunakan tissue/handuk kecil yang bersih
dan gunakan pakaian dalam yang berbahan daya serap yang baik.
Pada tanggal 09 Januari 2024 dilakukan pemeriksaan ANC kedua dengan
penulis, usia kehamilan Ny. "A" 39 minggu, ibu mengeluh sering kencing,
keadaan umum baik, TTV ibu normal, TFU: setengah Px (prosessus xifoideus),
DJJ: 145x/menit, presentasi kepala, dan hasil pemeriksaan lab semuanya dalam
keadaan normal serta ibu sudah diberi Tablet Fe dengan dosis 1x1 diminum
pada malam hari.
Pada tanggal 16 Januari 2024 pukul 10.00 WIB Ny.“A” datang ke BPM
Sagita mengaku ingin melahirkan mengeluh sakit perut menjalar ke pinggang
dan keluar lendir bercampur darah dari kemaluannya. Pada saat diakukan
pemeriksaan dalam didapatkan hasil pembukaan 4 cm, ketuban (+), DJJ
143x/m, TD: 120/80 mmHg. kala 1 fase aktif berlangsung selama 3 jam, kala
II berlangsung 5 menit. pada pukul 13:00 WIB dilakukan pemeriksaan dalam
didapatkan hasil pembukaan lengkap kemudian Pemeriksaan pada bayi baru
lahir dilakukan setelah IMD selama 1 jam didapatkan hasil dari pemeriksaan
yaitu berat badan bayi 3000 gram, panjang bayi 48 cm, apgar score 9/10, hasil
pemeriksaan fisik tidak ada kelainan dan tidak ada cacat bawaan, bayi diberi
suntikan vitamin K serta salep mata. Setelah 1 jam diberi suntikan Hb0
Ibu memasuki masa nifas hari pertama pada tanggal 16 Januari 2024
pukul2:00 WIB., kunjungan nifas 6-8 jam post patum berlangsung normal,
kontraksi baik TFU : 2 jari dibawah pusat, kolostrum ibu sudah keluar dan bayi
menyusui dengan baik, ibu dan bayi dalam kondisi sehat dan normal serta
pengeluaran lochea rubra.

1.6 Metode Penulisan


Pada laporan studi kasus ini, penulis menggunakan metode narasi yang
menceritakan kejadian yang sesuai dengan hasil penemuan yang terjadi pada ibu
Ny “A” secara komprehensif dengan menggunakn pendekatan manajemen
kebidanan dan pendokumentasian dalam bentuk SOAP dan melakukan kajian
langsung terhadap ibu selama masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir

1.7 Hasil Yang Di Harapkan


Dengan menerapkan manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin,
nifas dan bayi baru lahir secara komprehensif diharapkan mahasiswi mampu :
a. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan.
b. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin yang bersih dan aman
serta memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan.
c. Memberikan asuhan kepada ibu nifas sesuai dengan standar pelayanan
kebidanan.
d. Memberikan konseling pada ibu untuk memilih kontrasepsi yang sesuai
dengan keinginan.
e. Mendokumentasikan setiap asuhan kebidanan yang diberikan dengan
menggunkan metode SOAP.
f. Melakukan perannya sebagai calon bidan ketika melakukan asuhan
kebidanan pada ibu secara komprehensif.
g. Mempelajari siklus reproduksi mulai dari hamil, bersalin, nifas, sampai
bayi baru lahir.
h. Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari pendidikan di lapangan/lahan
yang nyata.
1.8 Sistematis Penulisan
BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan (tujuan umum dan tujuan khusus), waku dan tempat
pengambilan kasus , metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan teori, berisi tentang teori kehamilan, persalinan, nifas, dan
bayi baru lahir
BAB III Perkembangan kasus, membahas tentang perkembangan kasus
masa kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
BAB IV Pembahasan, di dalam bab ini membahas tentang kesesuaian teori
dengan manajemen kebidanan pada masa kehamilan, persalinan,
nifas, dan bayi baru lahir.
BAB V Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran, berdasarkan penerapan
manajemen kebidanan yang telah dilaksanakan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masa Kehamilan

2.1.1 Definisi Kehamilan


Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau
10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. (Fatimah, 2018)

Kehamilan merupakan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine


dimulai dari konsepsi dan berakhir pada persalinan. Lama kehamilan dari ovulasi
sampai dengan partus yaitu 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43
minggu). Kehamilan 40 minggu disebut kehamilan matur (cukup bulan), dan jika
kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur (cukup bulan).
Sedangkan kehamilan premature yaitu antara 28-36 minggu (Khoiroh, dkk. 2019).

Kehamilan merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis. Masa


kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya bayi dengan lama 280 hari atau
40 minggu yang dihitung dari hari pertama haid terakhir.Terbagi dalam 3 triwulan
yaitu tirwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai tiga bulan, triwulan kedua
dari bulan keempat sampai enam bulan dan trimester ketiga bulan ketujuh sampai
bulan ke sembilan. Asuhan kehamilan difokuskan pada intervensi yang telah
terbukti bermanfaat mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi
baru lahir (Bidan dan Dosen Indonesia, 2017)

Kehamilan merupakan proses suatu kehidupan seorang wanita, banyak terjadi


perubahan besar wanita itu sendiri, baik dari aspek fisik, mental dan sosialnya.
Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan yaitu : faktor fisik, faktor
psikologi dan faktor lingkungan, sosial, budaya, serta ekonomi. Setiap faktor saling
mempengaruhi, karena saling terkait satu sama lain dan dapat merupakan suatu
sebab dan akibat (Gultom, 2020)
Kehamilan terdapat 3 pembagian trimester, trimester 1 yaitu dimulai dari
konsepsi sampai tiga bulan (0-12 minggu), trimester 2 yaitu dimulai dari bulan ke
empat sampai enam bulan (13-28 minggu), dan trimester 3 yaitu dari bulan tujuh
sampai sembilan bulan (29-42 minggu) atau (Fatimah, 2017)

2.1.2 Tanda- Tanda Kehamilan


Menurut (Kumalasari, 2018), tanda hamil adalah perubahan fisiologis yang
timbul selama hamil. Terdapat tiga tanda kehamilan, yaitu presumtif (perubahan
yang dirasakan wanita), kemungkinan hamil (perubahan yang bisa diobservasi
pemeriksa), dan positif hamil.

a. Tanda Presumptive (Dugaan Hamil):

1. Amenorhea (terlambat datang bulan)

2. Mual dan muntah (emesis)


3. Ngidam
4. Payudara tegang

5. Sering miksi (berkemih)

6. Konstipasi atau obstipasi

7. Pigmentasi kulit

8. Varises atau penampakan pembuluh darah vena

b. Tanda Tidak Pasti Kehamilan

1. Rahim membesar sesuai dengan tuanya kehamilan.

2. Pemeriksaan dalam dijumpai tanda hegar, tanda chadwicks, tanda


piscasek, kontraksi Braxton hicks, teraba ballottement.

3. Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif, tetapi sebagian kemungkinan


palsu.

c. Tanda Pasti Kehamilan

1. Denyut Jantung Janin (DJJ)


Dapat didengar dengan stetoskop laenec pada minggu ke 17-18. Pada orang
gemuk lebih lambat dengan stetoskop ultrasonic (Doppler), denyut jantung janin
dapat didenggarkan lebih awal lagi, sekitar minggu ke 12. Auskultasi pada janin
dilakukan dengan mengidentifikasi bunyi-bunyi yang lain seperti bising tali pusat,
bising uterus, dan nadi ibu.

2. Palpasi

Hal yang harus ditentukan adalah outline janin biasanya menjadi jelas
setelah minggu ke-22. Gerakan janin dapat dirasakan dengan jelas minggu ke-24.

2.1.3 Menentukan Usia Kehamilan


Menentukan usia kehamilan merupakan salah satu langkah penting yang
dilakukan oleh bidan. Hal tersebut berguna dalam penegakan diagnosis kehamilan.
Begitu juga dengan menentukan hari perkiraan lahir, karena hal ini dapat digunakan
sebagai acuan bagi pasien dan keluarga untuk mempersiapkan diri baik fisik,
mental, maupun materi. Sedangkan bagi bidan HPL ini dijadikan sebagai acuan
dalam menentukan diagnosis dalam proses persalinan (misalnya persalinan preterm
atau posterm) (Nurmawati, 2018).
a. Menentukan Usia Kehamilan
Menurut (Utami, 2019) menentukan usia kehamilan bisa dilakukan dengan
berbagai cara diantaranya;
- Menggunakan Rumus Neagle
Rumus Naegle untuk menentukan hari perkiraan lahir (HPL, EDC= Expected
Date of Confinement). Rumus ini terutama berlaku untuk wanita dengan siklus
28 hari sehingga ovulasi terjadi pada hari ke 14. Rumus Naegle memperhitungkan
umur kehamilan berlangsung selama 28 hari. Dihitung sejak HPHT sampai
sekarang , contoh nya : HPHT tanggal 15 Juli 2012, datang pada tanggal 23 Maret
2013.
Tabel 2.1 HPHT
Jumlah Sisa
Bulan Jumlah Hari
Hari
Minggu
Juli ( sisa bulan ) 16 2 2

Agustus 31 4 3

September 30 4 2

Oktober 31 4 3

November 30 4 2

Desember 31 4 3

Januari 31 4 3

Februari 28 4 -
Maret ( berjalan ) 23 3 2

Total 33 minggu 20 Hari = 2 Minggu 6


Hari
Jadi ,
Usia Kehamilan
= 33 minggu +
2minggu 6 Hari
Sumber : Sulistyawati, (2018) = 35 minggu 6
- Dihitung Dari Gerakkan Janin Pertama Hari
• Gerakan pertama fetus pada primigravida umumnya pada usia 18 minggu.
• Gerakan pertama fetus pada multigravida umumnya pada usia 20 minggu.
- Perkiraan TFU

Tabel 2.2 TFU


TINGGI FUNDUS UTERI ( TFU ) USIA KEHAMILAN
3 JARI DI ATAS SIMFISIS 12 MINGGU
½ SIMFISIS – PUSAT 16 MINGGU
3 JARI DI BAWAH PUSAT 20 MINGGU
SETINGGI/SEJAJAR PUSAT 24 MINGGU
3 JARI DI ATAS PUSAT 28 MINGGU
½ PUSAT – PROCESUS 32 MINGGU
SETINGGI PX
XIPOIDEUS (PX) 36 MINGGU
2 JARI DI BAWAH PX 40 MINGGU
Sumber : Dewi, 2017

- Rumus MC. Donald


Fundus uteri di ukur dengan pita. Tinggi fundus dikalikan 2 dan dibagi 7
memberikan umur kehamilan dalam bulan obstetric dan bila dikalikan 8 dan
dibagi 7 memberikan umur kehamilan dalam minggu.
b. Menentukan HPL
1. Dengan metode kalender rumus Neagle
Ketentuan rumus Neagle :
- Jika HPHT bulan 1- 3 menggunakan rumus : +7 ( tanggal ) + 9 ( bulan ).
- Jika HPHT bulan 4 -12 menggunakan rumus : +7 ( tanggal ) - 3 ( bulan ) +1
( tahun ).
- Di pakai untuk siklus menstruasi 28 hari.
- Bila tidak ada siklus haid dan HPHT telah diketahui.
Contoh : HPHT = 20 – 5 – 2023

+7 - 3 +1

TP = 27 2 2024

2. Dengan metode rumus Parik


Ketenteuan rumus Parik :
- Jika HPHT bulan 1- 3 menggunakan rumus : -21 ( siklus haid ) + 9 ( bulan ).
- Jika HPHT bulan 4 -12 menggunakan rumus -21 (siklus haid) - 3 ( bulan ) + 1
( tahun ).
- Di pakai bila ada siklus haid dan HPHT diketahui.
Contoh :
HPHT = 30 – 5 – 2020, dan siklus menstruasinya selama 35 hari
Karna HPHT bulan 5,maka :
- Siklus = ( 35 – 21 ) – 3 + 1 = 14 - 3 + 1
- TP = 30 5 2020
14 -3 +1

34 2 2021
Karena dibulan 2 ada 28 hari maka 34 – 28 = 6 dan bulannya dimajukan, maka
tafsiran persalinannya pada tanggal 6 –3 - 2023.
c. Menentukan TBJ
Untuk menentukan berat janin penulis menggunakan rumus Johnson- Toshach
sebagai berikut :
Rumus : TBJ = ( TFU – n ) x 155
Ketentuan :
- Kepala belum melewati PAP ( n = 13 ).
- Kepala masih sudah melewati PAP dan berada di spina iskiadika (n = 12 ).
- Kepala sudah melewati spina iskiadika ( n = 11 ).
Contoh : Diketahui tfu ibu 32 cm dan kepala telah melewati PAP, berapakah TBJ
nya ?
Jawab : TBJ = ( TFU – n ) x 155
= ( 32 – 12 ) x 155
= 20 x 155 = 3.100 gr
Jadi tafsiran berat janin ibu tersebut ialah 3.100 gr.

2.1.4 Perubahan Fisiologis Ibu Hamil


Menurut (Gultom, 2020) ada beberapa macam perubahan anatomis dan
fisiologis ibu adalah sebagai berikut :
a) Perubahan Reproduksi
1. Uterus
Untuk akomodasi pertumbuhan janin,rahim membesar akibat hipertrofi dan
hiperplasi otot polos rahim, serabut- serabut kolagenya menjadi higroskopik,
endometrium menjadi desidua. Ukuran pada kehamilan cukup bulan adalah
30×25×20 cm dengan kapasitas lebih dari 4000cc.
Berat uterus naik secara luar biasa dari 30 gram 1000 gram pada akhir
kehamilan (40 minggu). Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk rahim
seperti buah alpukat. Pada kehamilan empat bulan berbentuk bulat, sedangkan
pada akhir kehamilan berbentuk bujur telur. Ukuran rahim kira-kira sebe sar
telur ayaam ,pada kehamilan dua bulan sebesar telur bebek , dan kehamilan
tiga bulan sebesar telur angsa. Pada minggu pertama, isthmus rahim hipertrofi
dan bertambah panjang sehingga bila diraba terasa lebih panjang dan terasa
lebih lunak (soſt),keadaan ini disebut tanda hegar. Pada kehamilan lima bulan,
rahim teraba seperti terisi cairan ketuban dan dinding rahim terasa tipis,hal ini
karena bagian-bagian janin dapat diraba melalui dinding perut dan dinding
rahim.
2. Seriviks Uteri
Serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak (soſt) yang disebut
dengan tanda goodell.kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan
banyak cairan mukus. Oleh karena pertambahan dan pelebaran pembuluh
darah,warnanya menjadi livid yang disebut yanda Chadwic.Terjadi
hiperkularisasi dan pelunakan pada serviks peningkatan hormone estrogen dan
progesterone. Peningkata lender serviks yang disebut dengan operculum.
Kerapuhan meningkat sehingga mudah berdarah saat melakukan senggama.
3. Ovarium
Saat ovulasi terhenti masih terdapat korpus luteum graviditas sampai
terbentuknya plasenta yang mengambil alih pengeluara estrogen dan
progestoren (kira-kira pada kehmilan 16 minggu dan korpus luteum graviditas
berdeameter kurang lebih3 cm). kadar relaksin di sirkulasi maternal dapat di
tentukan dan meningkat dalam trimester pertama. relaksin mempunyai
pengaruh menenangkan hinga pertumbuhan janin menjadi baik hingga aterm.
Tidak terjadi pembentukan folikel baru dan hanya terlihat perkembangan diri
korpus luteum.
4. Vagina dan Vulva
Vagina dan vulva mengalami perubaha karena pengaruh estrogen. Akibat
dari hipervaskularisasi , vagina dan vulva terlihat lebih merah atau kebiruan.
Warna livid pada vagina atau portio serviks di sebt tanda Chadwick. Terjadi
peningkatan prodiksi lender oleh mukosa vagina, hipervaskularisasi pada
vagina.
b) Perubahan Sistem Payudara
Selama kehamilan payudara mengalami pertumbuhan tambah
membesar,tegang,dan berat .dapat teraba nodul-nodul akibat hipertrofi
alveoli,bayangan vena vena lebih membiru. Hiperpigmentasi pada puting susu
dan areola payudara.apalagi di peras akan keluar ai susu (kolestrum) berwarna
kuning. Perkembangan payudara ini terjadi karna pengaruh hormon saat
kehamilan yaitu estrogen,progesteron,dan somatomamotropin.
c) Kelenjar Endokrin
Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang mengirimkan
hasil sekresinya langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan kelenjar
tanpa melewati duktus atau saluran dan hasil sekresinya disebut hormon. selama
kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar kurang lebih 135%. Pada
perempuan yang mengalami hipofisektomi persalinan dapat berjalan dengan
lancar. Hormon prolaktin akan meningkat 10 x lipat pada saat kehamilan aterm.
Sebaliknya, setelah persalinan konsentrasinya pada plasma akan menurun. Hal
ini juga ditemukan pada ibu-ibu yang menyusui.
Kelenjar tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat
persalinan akibat dari hiperplasia kelenjar dan peningkatan
vaskularisasi.Penganturan konsentrasi kalsium sangat berhubungan erat dengan
magnesium, fosfat, hormon paratiroid, vitamin D, dan kalsitosin. Adanya
gangguan pada salah satu faktor itu akan menyebabkan perubahan pada yang
lainnya. Konsentrasi plasma hormonparatiroid akan menurun pada trimester
pertama dan kemudian akan meningkat secara progresif. Aksi yang penting dari
hormon paratiroidini adalah untuk memesok janin dengan kalsium yang
adekuat. Selain itu, juga diketahui mempunyai peran dalam produksi peptida
pada janin, plasenta, dan ibu.
d) Sistem Perkemihan
Bila satu organ membesar, maka organ lain akan mengalami tekanan, dan
pada kehamilan tidak jarang terjadi gangguan berkemih pada saat kehamilan.
Ibu akan merasa lebih sering ingin buang air kecil. Pada bulan pertama
kehamilan kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar.
Pada minggu-minggu pertengahan kehamilan, frekuensi berkemih
meningkat. Hal ini umumnya timbul antara minggu ke- 16 sampai minggu ke-
24 kehamilan.Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kandung
kemih tertekan kembali sehinggal timbul sering kencing.Perubahan struktur
ginjal merupakan aktifitas hormonal [ estrogen dan progesteron ], tekanan yang
timbul akibat pembesaran uterus, dan peningkatan volume darah. Sehingga
minggu ke-10 gestasi, pelvis ginjal dan uretra berdilatasi.
Pada kehamilan normal fungsi ginjal cukup banyak berubah. Laju filtrasi
glomerulus dan aliran plasma ginjal meningkat pada awal kehamilan. Ginjal
wanita harus mengakomodasi tuntutan metabolisme dan sirkulasi ibu yang
meningkat dan juga mengekskresi produk sampah janin.
Ginjal pada saat kehamilan sedikit bertambah besar, panjangnya bertambah
1-1,5 cm. Ginjal berfungsi paling efisien saat wanita berbaring pada posisi
rekumbeng lateral dan paling tidak efisien pada saat posisi telentang. Saat
wanita hamil berbaring telentang, berat uterus akan menekan vena kava dan
aorta, sehingga curah jantung menurun. Akibatnya tekanan darah ibu dan
frekuensi jantung janin menurun, begitu jg dengan volume darah ginjal.
e) Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
bertanggung jawab terhadap pergerakan.Pengaruh dari peningkatan estrogen,
progesteron, dan elastin dalam kehamilan menyebabkan keemahan jaringan ikat
serta ketidakseimbangan persedian.
Estrogen dan progesteron memberikan efek maksimal pada relaksasi otot dan
ligamen pelvis pada akhir kehamilan. Relaksasi ini digunakan oleh pelvis untuk
meningkatkan kemampuannya, menguatkan posisi janin pada akhir kehamilan
dan pada saat berelaksasi sebagai efek dari estrogen simpisis pubis melebar
sampai 4 mm pada usia kehamilan 32 minggu dan sekrooksigen tidak teraba,
diikuti lebarnya koksigis sebagai pengganti bagian belakang.

f) Muka
Terjadi perubahan warna bercak hiperpigmentasi kecoklatan pada kulit di
daerah tonjolan maksila dan dahi, khususnya pada wanita hamil berkulit hitam
akibat peningkatan hormone estrogen dan progesterone, serta hormone
melanokortikotropin. Tanda kehamilan yang terjadi ialah Chloasma
gravidarum, ketidaknyamanan fisiologis juga terjadi chloasma gravidarum.
g) Kulit
Hipersensitivitas allergen plasenta. Ketidak nyaman yang dirasakan ibu
hamil yaitu gatal-gatal. Peningkatan kelenjar apocrine akibat peningkatan
hormone, kelenjar tersebut meningkat terutama akibat berat badan dan kegiatan
metabolik yang meningkat; peningkatan aktifitas kelenjar sebasea.
Ketidaknyaman yang dirasakan oleh ibu hamil yaitu bertambahnya keringat.
h) Sistem pernapasan
Ruang abdomen yang membesar oleh karena meningkatnya ruang rahim
dan pembentukan hormon progesteron menyebabkan paru-paru berfungsi
sedikit berbeda dari biasanya. Wanita hamil bernafas lebih cepat dan lebih
dalam karena memerlukan lebih banyak oksigen untuk janin dan untuk dirinya.
Lingkar dada wanita hamil agak membesar, lapisan saluran pernapasan
menerima lebih banyak darah dan menjadi agak tesumbat oleh penumpukan
darah (kongesti). kadang hidung dan tenggorokan mengalami penyumbatan
persial akibat kongesti ini.
i) Sistem Metabolisme
Janin membutuhkan 30-40 gram kalsium untuk pembentukan tulangnya dan
ini terjadi ketika trimester terakhir, oleh karena itu, peningkatan asupan kalsium
sangat diperlukan untuk menunjang kebutuhan peningkatan asupan kalsium
sangat diperlukan untuk menunjang peningkatan asupan kalsium sangat
diperlukan untuk menunjang kebutuhan peningkatan dan kebutuhan kalsium
mencapai 70% dari diet biasanya. Penting bagi ibu hamil untuk selalu srapan
karena kadar glukosa darah ibu sangat berperan dalam perkembangan janin, dan
berpuasa saat kehamilan akan memproduksi lebih banyak ketosis yang dikenal
dengan”cepat merasakan lapar” yang berbahaya pada janin.
j) Perubahan Kardiovaskuler/Hemodinamik
Perubahan terpenting fungsi jantung dalam kehamilan mulai tampak selama
8 minggu pertama kehamilan. Perubahan tersebut terjadi peningkatan curah
jantung yang terjdi karena penurunan resistensi vaskuler sistemik dan
penurunan aliran atau tekanan darah arteri serta peningkatan frekuensi denyut
jantung sedangkan volume darah, berat badan ibu dan laju metabolisme basal
meningkat.

2.1.5 Perubahan Psikologi Kehamilan


Selama hamil kebanyakan wanita mengalami perubahan psikologis dan
emosional. Seringkali kita mendengar seorang wanita mengatakan betapa
bahagianya dia karena akan menjadi seorang ibu dan bahwa dia sudah memilihkan
nama untuk bayi yang akan dilahirkannya.

Namun tidak jarang ada wanita yang merasa khawatir kalau terjadi masalah
dalam kehamilannya khawatir kalau ada kemungkinan dia kehilangan
kecantikannya ,atau bahwa ada kemungkinanbayinya tidak normal. Sebagai
seorang bidan anda harus menyadari adanya perubahan perubahan tersebut pada
wanita hamil agar dapat memberikan dukungan dan memperhatikan keprihatinan
,kekhawatiran ,ketakutan dan pertanyaan- pertanyaan. Berikut adalah perubahan
psikologis ibu hamil menurut (Fatimah, 2017) :
a) Trimester Pertama
Segera setelah konsepsi kadar hormon progestron dan estrogen dalam tubuh
akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari
,lemah,lelah dan membesarnya payudara .Ibu merasa tidak sehat dan sering kali
membenci kehamilannya .Banyak ibu yang merasakan kekecewaan , penolakan ,
kecemasan dan kesedihan.Sering kali,biasanya pada awal kehamilannya,ibu ber
harap tidak hamil. Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda -
tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil.Setiap perubahan yang
terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama. Karena perutnya
masih kecil,kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yang mungkin diberitahu
kannya kepada orang lain atau dirahasiakan nya.
b) Trimester kedua
Trimester kedua biasanya adalah saat ibu merasa sehat ,tubuh ibu sudah terbiasa
dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah
berkurang. Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai beban,
ibu menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi dan pikiran nya
secara lebih konstruktif. Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan
bayinya.Banyak ibu yang merasa terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak
nyaman seperti yang dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan
meningkatnya libido.
c) Trimester ketiga
Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan waspada sebab pada
saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan
membesarnya perut merupakan 2 hal yang mengingatkan ibu akan bayinya.
Kadang kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu waktu.
Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan
gejala akan terjadinya persalinan .Ibu sering kali merasa khawatir atau takut kalau
- kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal.Kebanyakan ibu juga akan
bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang
dianggapnya membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut
akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan.
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan pada trimester ketiga dan banyak ibu yang
merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan
berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama
hamil.Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan dan dukungan dari suami
keluarga dan bidan.

2.1.6 Kebutuhan Dasar Kehamilan


Selama hamil, kebanyakan perempuan mengalami perubahan psikologis dan
emosional. Oleh karna itu, kebutuhan pada wanita hamil diperlukan seperti
memberikan dukungan dan persiapan untuk menjadi orang tua. Berikut penjelasan
terperincinya (Marbun, 2023) :
1) Dukungan keluarga
a) Ayah-ibu kandung maupun mertua sangat mendukung kehamilan.
b) Ayah-ibu maupun mertua sering berkunjung dalam periode ini.
c) Seluruh keluarga berdoa untuk kesehatan ibu dan bayi.
d) Walaupun ayah ibu kandung maupun mertua ada didaerah lain, sangat
didambakan dukungan keluarga melalui telpon, surat atau doa dari jauh.
2) Dukungan dari tenaga kesehatan
a) Aktif melalui kelas antenatal
b) Pasif dengan memberikan kesempatan pada mereka yang mengalami masalah
untuk berkonsultasi.
c) Tenaga kesehatan harus mampu mengenali keadaan yang ada disekitar ibu
hamil / pasca bersalin.
d) Rasa aman dan nyaman selama kehamilan
e) Memberikan pelayanan terbaik
3) persiapan menjadi orang tua
Kehamilan dan peran sebagai orang tua dapat dianggap sebagai masa transisi
atau peralihan. Terlihat adanya peralihan yang sangat besar akibat kelahiran dan
peran yang baru, serta ketidakpastian yang akan terjadi sampai peran yang baru ini
dapat disatu dengan anggota keluarga yang baru.
4) Imunisasi
Imunisasi selama kehamilan sangat penting dilakukan untuk mencegah penyakit
yang bias menyebabkan kematian ibu dan janin. Jenis imunisasi yang diberikan
adalah Tetanus Toxoid (TT) yang dapaat mencegah penyakit

Tabel 2.3 Imnisasi TT

Antigen Interval Lama Persentase


(selang waktu minimal) Perlindungan Perlindungan
TT1 Pada kunjungan antenatal - -
pertama
TT2 4 Minggu setelah TT1 3 Tahun 80
TT3 6 Bulan setelah TT2 5 Tahun 95
TT4 1Tahun setelah TT3 10 Tahun 99
TT5 1 Tahun setelah TT4 25 Tahan/ 99
seumur hidup
Sumber : Oktaviani, (2018)

5) Vitamin
Vitamin B6 dibutuhkan untuk menjalankan lebih dari 100 reaksi kimia di dalam
tubuh yang melibatkan Enzim selain membantu asam amino, karbohidrat, lemak
dan pembentukan sel darah merah, juga berperan dalam pembentukan
neurotransmitter (senyawa kimia penghantar pesan antar sel saraf), dan angka
kecukupan vitamin B6 bagi ibu hamil sekitar 2,2 miligran sehari.
Vitamin B1, Riboflavin (B2) dan niasin (B3) akan membantu enzim untuk
mengatur sistem metabolisme pernafasan dan energi. Ibu hamil dianjurkan untuk
mengonsumsi. Tiamin sekitar 1,2 miligran perhari dan niasin 11 miligram perhari.

2.1.7 Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil TM 3


1. Dukungan Keluarga

a) Ayah-ibu kandung maupun mertua sangat mendukung kehamilan.

b) Ayah-ibu maupun mertua sering berkunjung dalam periode ini.

c) Seluruh keluarga berdoa untuk kesehatan ibu dan bayi.

d) Walaupun ayah ibu kandung maupun mertua ada didaerah lain, sangat
didambakan dukungan keluarga melalui telpon, surat atau doa dari jauh.

2. Dukungan Dari Tenaga Kesehatan

a) Aktif melalui kelas antenatal.

b) Pasif dengan memberikan kesempatan pada mereka yang mengalami


masalah untuk berkonsultasi.

c) Tenaga kesehatan harus mampu mengenali keadaan yang ada disekitar


ibu hamil atau pasca bersalin.

d) Rasa aman dan nyaman selama kehamilan.

3. Persiapan Menjadi Orang Tua

Kehamilan dan peran sebagai orang tua dapat dianggap sebagai masa
transisi atau peralihan. Terlihat adanya peralihan yang sangat besar akibat
kelahiran dan peran yang baru, serta ketidakpastian yang akan terjadi sampai
peran yang baru ini dapat disatu dengan anggota keluarga yang baru.

4. Persiapan Saudara Kandung

a) Sibling (Kakak)
Respon kakak terhadap kelahiran seorang bayi, bergantung pada usia dan
tingkat perkembangan, biasanya balita kurang sadar adanya kelahiran. Mereka
mungkin melihat pendatang baru sebagai saingan atau mereka takut akan
kehilangan kasih sayang orang tua dan tingkah laku negative muncul dan
merupakan petunjuk derajat stres pada kakak.

b) Adaptasi kakak.

c) Balita.

d) Anak yang lebih tua

2.1.8 Faktor Resiko Pada Ibu Hamil


Faktor resiko pada ibu hamil ( (Kemenkes R. I., 2019)
a. Primigravida < 20 tahun atau > 35 tahun
b. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang > 2 tahun
c. jumlah anak sebelumnya > 4
d. KEK dengan Lingkar Lengan Atas < 23,5 cm atau penambahan berat badan < 9
kg selama masa kehamilan.
e. Anemia dengan Hb < 11 gr %
f. Tinggi badan < 145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang belakang.
g. Kelainan jumlah janin seperti kehamilan kedua dan janin dempet.
h. Sedang atau pernah menderita penyakit kronis seperti tuberculosis, kelaianan
jantung, hati, psikosis, kelainan endokrin (diabetes militus,dll).

2.1.9 Tanda Bahaya Kehamilan


Deteksi dini masalah,penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan
Menanyakan tanda-tanda penting yang terkait dengan masalah kehamilan dan
penyakit yang kemungkinan diderita ibu hamil (Fatimah, 2017) :
1) Muntah berlebihan
Rasa mual dan muntah bisa muncul pada kehamilan muda terutama pada pagi
hari namun kondisi ini biasanya hilang setelah kehamilan berumur 3 bulan.
Keadaan ini tidak perlu dikhawatirkan, kecuali kalau memang cukup berat, hingga
tidak dapat makan dan berat badan menurun terus.
2) Pusing
Pusing biasa muncul pada kehamilan muda. Apabila pusing sampai mengganggu
aktivitas sehari-hari maka perlu diwaspadai.
3) Sakit kepala
Sakit kepala yang hebat atau yang menetap timbul pada ibu hamil mungkin dapat
membahayakan kesehatan ibu dan janin.
4) Perdarahan
Perdarahan waktu hamil, walaupun hanya sedikit sudah merupakan tanda bahaya
sehingga ibu hamil harus waspada.
5) Sakit perut hebat
Nyeri perut yang hebat dapat membahayakan kesehatan ibu dan janinnya.
6) Demam
Demam tinggi lebih dari 2 hari atau keluarnya cairan berlebihan dari bang rahim
dan kadang-kadang berbau merupakan salah satu tanda bahaya pada kehamilan.
7) Batuk lama
Batuk lama lebih dari 2 minggu, perlu ada pemeriksaan lanjut dan dapat dicurigai
ibu hamil menderita TB.
8) Gerakan bayi yang berkurang
Ibu hamil mulai meraskan gerakan bayinya selama bulan ke-5 atau ke-6, bahkan
beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur,
gerakannya akan melemah. Jika ibu tidak merasakan gerakan janin maka perlu
diwaspadai terjadi gawat janin atau kematian janin.
2.1.10 Antenatal Care ( ANC )
ANC merupakan kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan ANC sesuai dengan standar yang ditetapkan. Tujuan ANC
adalah memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi,meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental,
dan sosial ibu dan bayi, mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum, obstetric, dan pembedahan, mempersiapkan persalinan cukup bulan,
melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungkin, mempersiakan ibu supaya masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif, mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
supaya dapat tumbuh dan berkembang secara normal (Fatkhiyah, 2020).
Menurut (Ike, 2020) pelayanan ANC minimal 5T, meningkat menjadi
7T,dan sekarang menjadi 10T, sedangkan untuk daerah gondok dan endemik
malaria menjadi 14T, yakni :
1) Timbang Berat Badan dan Tinggi Badan
Tinggi badan ibu dikatakan beresiko bila hasil pengkuran < 145 cm. Berat
badan ibu ditimbang setiap datang atau berkunjung untuk mengetahui kenaikan
BB dan penurunan BB. Kenaikan BB ibu hamil normal rata – rata 6,5 kg smapi
16 kg. Penambahan berat badan badan ini disebabkan berat janin 3 – 3,5 kg,
plasenta 0,5 kg, air ketuban 1 kg, berat rahim menjadi 1 kg, timbunan lemak
seperti buat dada,pantat,dan lain – lain 1,5 kg, timbunan protein 2 kg, retensi
air 1,5 kg. Jadi penambahan berat badan ibu yang dianjurkan 4 kg pada trimester
1 dan 0,5 kg/minggu pada kehamilan trimester kedua dan ketiga.
Namun berat badan saat kehamilan harus sesuai dengan status gizi atau
indeks massa tubuh ( IMT ). Adapun cara untuk menghitung IMT yakni :
IMT = BB
TB (m2)
Contoh : Berat badan ibu 46 kg dan tinggi badannya 155 cm, maka :

IMT = 46 = 46 = 46 = 20,4 ( normal )


155 ( 1,5 x 1,5 ) 2,25
Tabel 2.4 IMT

Sumber: Walyani (2015)

2) Tekanan Darah
Diukur setiap kali ibu datang atau berkunjung, deteksi tekanan darah yang
cenderung naik diwaspadai adanya gejala hipertensi dan preeklamsi. Apabila turun
dibawah normal ( sistole = 120 – 140 dan diastole = 80 – 90 Mmhg ). Ciri dari ibu
yang mengalami preeklamsi yaitu edema wajah dan tungkai bawah, protein urine
positif, dan hipertensi ( Sulistyawati, 2018 ).
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas ( LILA )
Dilakukan hanya pada saat kontak pertama untuk skrining kehamilan dan
untuk mengetahui jika ibu mengalami KEK atau tidak serta mengurangi resiko
terjadinya BBLR. Ukuran LILA yakni +_ 23,5 cm.
4) Pengukuran Tinggi Fundus Uteri
Dilakukan untuk menilai pertumbuhan janin, pengukuran tinggi fundus uteri
pada usia kehamilan < 24 minggu menggunakan jari sedangkan pada usia
kehamilan > 24 minggu menggunakan metlin/pita ukur ( Mc. Donald ).
5) Tentukan Presentasi Janin dan DJJ
Menentukan presentasi dilakukan pada akhir trimester kedua dan seterusnya
karena pada trimester ini bagian bagian janin mulai teraba. Pemeriksaan djj
dilakukan pada akhir TM.1 dan seterusnya, pada usia 16 minggu djj
didengarkan menggunakan dopler dan pada usia 20 minggu djj dapat
didengarkan dengan mengg menggunakan leanec/monoskop. Djj normal adalah
100 – 180 x/menit dan ambang batas normal djj ialah 120 – 160 x/menit.
6) Pemberian Imunisasi TT
Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid ( TT ) kepada ibu hamil sebanyak 2 kali
dengan jarak minimal 4 minggu, diharapkan dapat menghindari terjadinya
tetanus neonaturum dan tetanus pada ibu bersalin dan nifas.
7) Pemberian Tablet Besi / Tambah Darah ( FE )
Tablet Fe diberikan sebanyak 90 tablet untuk memenuhi kebutuhan volume
darah pada ibu hamil karena kebutuhan yang meningkat seiring dengan
pertumbuhan janin. Seorang wanita hamil perlu menyerap zat besi rata rata 60
mg/hari. Tablet Fe diberikan setelah rasa mual menghilang, tablet ini dikonsumsi
1x/hari sebaiknya pada malam hari.Namun,jika ibu mengalami anemia maka
dianjurkan untuk mengkonsumsinya 2 – 3 tablet/hari.
8) Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan iu hamil yang pertama kali, lalu
diperiksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb adalah salah satu cara
untuk mendekteksi anemia pada ibu hamil. Klasifikasi anemia : normal( 11 gr
% ), anemia ringan (9 – 10 gr %), anemia sedang (7 -8 gr % ), dan anemia berat
( < 7 gr % ).
9) Pemeriksaan Protein Urine
Untuk mengetahui adanya protein dalam urine ibu hamil. Protein urine ini
ntuk mendeteksi ibu hamil kearah preeklamsi.
10) Pengambilan Darah Untuk Pemeriksaan VDRL
Pemeriksaan Vernal Deasease Research Laboratoti ( VDRL ) untuk
mengetahui adanya treponema/pallidum/penyakit menular seksual, antara lain
syphilish.
11) Pemeriksaan Urine Reduksi
Dilakukan pemeriksaan urin reduksi hanya pada ibu dengan indikasi penyakit
gula pada keluarga ibu dan suami.
12) Perawatan Payudara
Perawatan payudara yang dilakukan pada ibu hamil dapat memberikan
manfaat sebagai berikut :
1. Menjaga kebersihan payudara, terutama puting susu.
2. Mengencangkan serta memperbaiki puting susu.
3. Merangsang kelenjar kelenjar susu sehingga produksi ASI lancar.
13) Pemberian Kapsul Minyak Beryodium
Gangguan akibat kekurangan yodium adalah sekumpulan gejala yang dapat
ditimbulkan karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus
menerus dalam waktu lama yang dapat menyebabkan gondok dan kretin yang
ditandai dengan gangguan mental,gangguan pendengaran,dan gangguan
pertumbuhan.
14) Temu Wicara
Merupakan suatu bentuk wawancara ( tatap muka ) untuk menolong orang
lain memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai dirinya dalam usahanya
memahami dan mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya.
Kepatuhan penyedia layanan terhadap standar pelayanan ANC dipengaruhi oleh
ketersedian sumber daya manusia, kelengkapan sarana dan prasarana, format
dokumentasi, waktu kunjungan ibu hamil, dan kebijakan pembiayaan (Ike, 2020).
Menurut (Pamungkas Puji, 2019) prosedur ANC sebagai berikut :
a. Inpeksi
Pemeriksaan pandang dimulai semenjak bertemu dengan pasien. Perhatikan
bagaimana sikap tubuh, keadaan punggung dan cara berjalannya. Apakah cendrung
membungkuk, terdapat lordosis, kifosis, skiolosis, atau pincang, dan sebagainya.
Lihat dan nilai kekuatan ibu ketika berjalan , apakah ibu tampak nyaman dan
gembira, apakah ibu tampak lemah serta keadaan umum lainnya yang menunjang
pemeriksaan dari ujung rambut sampai ujung kaki.
b. Palpasi
Sebelum pemeriksaan kosongkan kandung kemih. kemudian ibu minta
berbaring telentang dan pemeriksaan dilakukan di sisi kanan ibu. Lihat apakah
uterus berkontraksi atau tidak. Bila berkontraksi, harus ditunggu sampai dinding
perut lemas agar dapat diperiksa dengan teliti. Agar tidak terjadi kontraksi dinding
perut akibat perbedaan suhu dengan tangan pemeriksa, sebelum palpasi kedua
tangan digosokkan dahulu.
1) Leopold I
Untuk menentukan tinggi fundus uteri (TFU) dan bagian janin yang ada di
fundus.

Gambar 2.1 Leopold pertama (Tyastuti, 2016)

2) Leopold II
Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di sebelah kanan dan kiri
perut ibu.

Gambar 2.2 Leopold kedua (Tyastuti, 2016)

3) Leopold III
Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di bawah dan untuk
mengetahui apakah kepala janin sudah masuk pintu atas panggul (PAP) atau
belum.
Gambar 2.3 Leopold ketiga (Tyastuti, 2016)

4) Leopold IV
Bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kepala janin sudah masuk pintu
atas panggul (PAP).

Gambar 2.4 Leopold keempat (Tyastuti, 2016)

c. Auskultasi
Mendengarkan denyut jantung janin adalah bagian penting dalam proses
pemeriksaan ANC (antenatal care). seperti semua denyut jantung, bayinya hampir
sama tetapi lebih cepat denyut jantung orang dewasa. Monoskop janin pinard akan
memungkinkan bidan mendengarkan denyut jantung janin secara langsung dan
menetapkan apakah denyut jantung janin secara langsung dan menetapkan apakah
denyut jantung janin atau ibu.
d. Perkusi
Dalam pemeriksaan perkusi pada ibu hamil dilakukan pada pemeriksaan reflek
patela menggunakan alat reflek hamer yang dilakukan disebelah otot tendon yang
bertujuan untuk mengetahui keaktifan atau syaraf pada otot kaki maupun pada
jantung ibu.
e. Pemeriksaan laboratorium
1. Darah Hb
Pemeriksaan darah, Hb adalah pengambilan darah melalui jaringan perifer,
untuk mengetahui kadar hemoglobin dalam darah. Tujuan dilakukan pemeriksaan
Hb secara rutin selama kehamilan merupakan kegiatan rutin selama kehamilan
merupakan kegiatan rutin untuk mendeteksi anemia. Hasil pemeriksaan Hb sahli
dapat diklasfikasikan sebagai berikut:
a) Hb 11 gr% dikatakan tidak anemia.
b) Hb 9-10 gr% dikatakan anemia ringan.
c) Hb 7- 8 gr % dikatakan anemia berat.
d) Urine, protein dan glukosa
Pemeriksaan protein urine adalah pemeriksaan protein denga menggunakan
asam asetat 5% dan apabila setelah dipanaskan urine akan menjadi keruh berarti
protein di dalam urine. Pemeriksaan protein urine bertujuan untuk mengetahui
komplikasi adanya preklamsia pada ibu hamil yang sering kali menyebabkan
kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi bila tidak segera dicegah. Standar kadar
kekurangan protein urine adalah :
a) - : urine jernih
b) + : ada keruhan
c) ++ : kekeruhan mudah dilihat dan ada endapan
d) +++ : urine lebih keruh dan endapan yang lebih jelas
e) ++++ : urine sangat dan disertai endapan yang menggumpal.
2. Jadwal Kunjungan Kehamilan
Menurut (Fatkhiyah, 2020) periksa kehamilan minimal 6 kali selama kehamilan
dan minimal 2x pemeriksaan oleh dokter pada terimester 1 dan 3.
a) 2 kali pada trimester pertama (kehamilan hingga 12 minggu).
b) 1 kali pada trimester kedua (kehamilan diatas 12-24minggu).
c) 3 kali pada trimester ketiga (kehamilan 24-40 minggu).
2.2 Persalinan

2.2.1 Definisi Persalinan


Persalinan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi dimulai dengan
adanya kontraksi rahim dan perubahan serviks (pembukaan rahim). Pengeluaran
diawali dengan bayi kemudian diikuti dengan plasenta (Eunice Kennedy Shriver
National Instituteof Child Health and Human Development, 2022).

Persalinan adalah serangkaian kontraksi uterus yang terusmenerus dan


progresif yang membantu pembukaan dan penipisan serviks sehingga
memungkinkan janin bergerak melalui jalan lahir. Persalinan biasanya dimulai dua
minggu sebelum atau setelah perkiraan tanggal persalinan. Namun, pemicu pasti
untuk permulaan persalinan tidak diketahui (Johns Hopkins Medicine, 2022)

2.2.2 Tujuan Persalinan


Tujuan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan
memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya
yang terintegrasi dan lengkap, tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin
agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang
dinginkan (optimal). Melalui pendekatan ini maka setiap intervensi yang
diaplikasikan dalam Asuhan Persalinan Normal (APN) harus mempunyai alasan
dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan
keberhasilan proses persalinan.

tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai selama


persalinan, dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman
dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi. Tujuan asuhan
persalianan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat
kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan
lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan
dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. Setiap intervensi
yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus mempunyai alasan
dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan
keberhasilan proses persalinan (Utami and Fitriahadi, 2019).
2.2.3 Macam – Macam Persalinan
Dalam ilmu kebidanan ada 3 macam jenis persalinan yaitu :

a. Persalinan spontan : Persalinan yang berlangsung dengan adanya kekuatan ibu


melalui jalan lahirnya

b. Persalinan buatan : Proses persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar atau
selain dari ibu yang akan melahirkan. Tenaga yang dimaksud ekstasi forceps
atau ketika dilakukan operasi section caesaria

c. Persalinan anjuran : proses persalinan yang tidak dimulai dengan proses yang
seperti biasanya, akan tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,
pemberian Pitocin, atau prostalglandin.

Berikut ini adalah beberapa istilah yang berkaitan dengan persalinan :

1. Abortus : proses pengeluaran buah kehamilan sebelum usia kehamilan mencapai


22 minggu atau bayi dalam kondisi berat badan kurang dari 500 gram

2. Partus immaturus : proses pengeluaran buah kehamilan ketika usia kehamilan


berada di antara 22 minggu sampai 28 minggu atau bayi dalam kondisi berat
badan antara 500 gram sampai 999 gram

3. Partus prematurus : proses pengeluaran buah kehamilan ketika usia kehamilan


berada antara 28 minggu sampai dengan 37 minggu atau bayi dalam kondisi
berat badan 2499 gram 35

4. Partus matures atau serotinus : proses pengeluaran buah kehamilan ketika usia
kehamilan berada antara 37 minggu sampai dengan 42 minggu atau bayi dalam
kondisi berat badan 2500 gram atau lebih

5. Partus postmaturus atau serotinus : proses pengeluran buah kehamilan setelah


usia kehamilan lebih dari 42 minggu (Yuni Fitriana, 2020).

2.2.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan


Menurut (Munafiah, 2020) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
persalinan sebagai berikut :
a) Faktor Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat
melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal.
Passage terdiri dari :
1) Bagian keras tulang-tulang panggul (Rangka Panggul)
2) Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen pintu panggul
3) Sumbu panggul
4) Bidang-bidang hodge
(a) Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
symphisis dan promontorium.
(b) Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah symphisis.
(c) Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan
dan kiri.
(d) Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II, dan III setinggi os coccyges

Sumber : Ilmiah, (2018).


Gambar 2.5 Bidang Hodge
Gambar 2.6 Penurunan Kepala (Kuswanti, 2017)

5) Bagian presentasi atau derajat penurunan


6) Ukuran-ukuran panggul
Menurut (Kurniasari, 2019) berikut adalah ukuran normal panggul luar:
1. Distansia Spinarum : diameter antara spina iliaka anterior superior kanan
kanan dan kiri.
2. Distansia Kristarum :diameter antara kedua crista iliaka kanan dan kiri
(28-30 Cm)
3. Distansia Boudeloque :diameter antara lumbal ke 5 dengan tepi atas
sympisis (18-20 cm)
4. Lingkar Panggul :Jarak anatara tepi sympisis pubis kepertengahan
spina iliaka anterior dan superior kemudian ke
lumbal ke 5 kembali ke sisi` sebelahnya sampai
kembali ke tepi atas syimpisis pubis (80-90)
b) Faktor Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk untuk melahirkan yang terdiri dari
his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga
primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi
otot-otot rahim. Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :
a. His (Kontraksi otot uterus)
Adanya kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik
dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga
menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta
mendorong janin dan kantung amnion ke arah segmen bawah rahim dan serviks.
b. Kontraksi otot-otot dinding perut
c. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
d. Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum
c) Faktor Pasangger
1) Janin (Kepala janin dan ukuran-ukurannya)
Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan
besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan
2) Plasenta
Plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap sebagai
penumpangan atau pasengger yang menyertai janin namun plasenta jarang
menghambat pada persalinan normal.
3) Air ketuban
Amnion pada kehamilan aterem merupakan suatu membran yang kuat dan
ulet tetapi lentur. Amnion adalah jaringan yang menentukan hampir semua
kekuatan renggang membran janin dengan demikian pembentukan komponen
amnion yang mencegah ruptur atau robekan sangatlah penting bagi keberhasilan
kehamilan. Penurunan ini terjadi atas 3 kekuatan yaitu salah satunya adalah
tekanan dari cairan amnion dan juga disaat terjadinya dilatasi serviks atau
pelebaran muara dan saluran serviks yang terjadi di awal persalinan dapat juga
terjadi karena tekanan yang ditimbulkan oleh cairan amnion selama ketuban
masih utuh.
d) Faktor Psikis (Psikologis)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-
benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bisa
melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan
kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “keadaan yang
belum pasti” sekarang menjadi hal yang nyata.
e) Faktor Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini bidan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses
tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi
proses persalinan.

2.2.5 Tanda dan Gejala Persalinan


Tanda-tanda permulaan persalinan menurut Fitriyani dan Nurwiandani, (2018)
yaitu
a. Lightening Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadinya penurunan
fundus uterus karena kepala bayi sudah masuk kedalam panggul. Pada multipara
tanda ini tidak begitu kelihatan. Mulai menurunnya bagian terbawah bayi ke pelvis
terjadi sekitar 2 minggu menjelang persalinan.
b. Terjadinya his permulaan Ciri – ciri His permulaan ( his palsu ) :
1) Rasa nyeri ringan dibagian bawah
2) Datang tidak teratur
3) Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda kemajuan persalinan
4) Durasi pendek
5) Tidak bertambah bila beraktivitas 36 Tanda masuknya dalam persalinan :
Terjadinya his persalinan, dengan ciri-ciri yaitu pinggang terasa sakit menjalar
kedepan, sifat his teratur, terjadi perubahan serviks, pengeluaran lendir
bercampur darah melalui vagina, penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi
uterus mengakibatkan perubahan serviks.

2.2.6 Mekanisme Persalinan


Menurut Rohani (Setiyawan, 2018) mekanisme persalinan yang meliputi
kekuatan pada ibu yaitu kekuatan his dan kekuatan mengejan power, keadaan jalan
lahir yaitu : ukuran panggul dan otot dasar panggul passage, janin, plasenta, dan air
ketuban.
1. Penurunan Kepala
Masuknya kepala kedalam PAP (Pintu Atas Panggul), biasanya dengan sutura
sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati
PAP dapat dalam keadaan asunklitismus (keadaan dimana sutura sagitalis lebih
dekat ke promontorium atau ke symfisis)
2. Fleksi
Gerakan fleksi disebabkan karena janin didorong maju dan sebaliknya mendapat
tahanan dari servik, dinding panggul, atau dasar panggul.
3. Putar Paksi Dalam
Pemutaran bagian terendah janin dari posisi sebelumnya ke arah depan sampai
bawah simfisis. Gerakan ini adalah upaya kepala janin untuk menyesuaikan
dengan bentuk jalan lahir, yaitu bentuk pintu tengah atau bawah panggul.
4. Ekstensi
Gerakan ini merupakan gerakan dimana suboksiput yang tertahan pada pinggir
bawah simfisis akan menjadi pusat pemutaran (hypomochlion), maka lahirlah
berturut-turut pada pinggir atas perineum : ubun-ubun besar, dahi, hidung,
mulut, dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi.
5. Putar Paksi Luar
Merupakan gerakan memutar ubun-ubun kecil ke arah punggung janin, bagian
belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadikum (bagian bawah sebagai
penopang tubuh saat duduk) kanan atau kiri sedangkan, muka janin menghadap
salah satu paha ibu.
6. Ekspulsi
Setelah terjadi putararan paksi luar, bahu depan berfungsi sebagai hypomochlion
untuk kelahiran bahu belakang dan seluruh badan.
Sumber : Rohani, (2017).
Gambar 2.7 Mekanisme Persalinan

Keterangan : A : Penurunan kepala D :Ekstensi


B : Fleksi E : Putaran Paksi Luar
C : Putaran Paksi Dalam F : Ekspulsi

2.2.7 Tahap – Tahap Persalinan


Secara klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita
tersebut mengeluarkan lendir yang disertai darah (bloody show). Lendir yang
disertai darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai
membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh
kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran -
pergeseran ketika serviks membuka (Setiawan, 2020).
a. Kala I (Pembukaan Jalan Lahir)
Kala I persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan diakhiri
dengan dilatasi serviks lengkap. Dilatasi lengkap dapat berlangsung kurang dari
satu jam pada sebagian kehamilan multipara. Pada kehamilan pertama, dilatasi
serviks jarang terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam. Rata-rata durasi total kala I
persalinan pada primigravida berkisar dari 3,3 jam sampai 19,7 jam. Pada
multigravida ialah 0,1 sampai 14,3. Ibu akan dipertahankan kekuatan moral dan
emosinya karena persalinan masih jauh sehingga ibu dapat mengumpulkan
kekuatan. Proses membukanya serviks sebaga akibat his dibagi dalam 2 fase, yaitu
(Marmi, 2019) :
1) Fase laten: berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
Fase laten diawali dengan mulai timbulnya kontraksi uterus yang teratur
yang menghasilkan perubahan serviks.
2) Fase aktif: dibagi dalam 3 fase lagi yakni :
- Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
- Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat
cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
- Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam,
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
b. Kala II (Pengeluaran)
Kala II persalinan adalah tahap di mana janin dilahirkan. Pada kala II, his
menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Saat kepala
janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-
otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita
merasakan tekanan pada rektum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum
mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka
dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Dengan
his dan kekuatan mengedan maksimal, kepala janin dilahirkan dengan presentasi
suboksiput di bawah simfisis, dahi, muka dan dagu. Setelah istirahat sebentar, his
mulai lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota badan bayi (Paat, Suparman and
Tendean, 2015).
Masih ada banyak perdebatan tentang lama kala II yang tepat dan batas waktu
yang dianggap normal. Batas dan lama tahap persalinan kala II berbeda-beda
tergantung paritasnya. Durasi kala II dapat lebih lama pada wanita yang mendapat
blok epidural dan menyebabkan hilangnya refleks mengedan. Pada Primigravida,
waktu yang dibutuhkan dalam tahap ini adalah 25-57 menit. Rata-rata durasi kala
II yaitu 50 menit. Pada tahap ini, jika ibu merasa kesepian, sendiri, takut dan cemas,
maka ibu akan mengalami persalinan yang lebih lama dibandingkan dengan jika
ibu merasa percaya diri dan tenang (Kurniarum, 2016).
c. Kala III (Kala Uri)
Kala III persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir.Setelah
bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa
menit kemudian,uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingny.
Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar
spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pada tahap ini dilakukan tekanan
ringan di atas puncak rahim dengan cara Crede untuk membantu pengeluaran
plasenta. Plasenta diperhatikan kelengkapannya secara cermat, sehingga tidak
menyebabkan gangguan kontraksi rahim atau terjadi perdarahan sekunder
(Kasminawati, Hakim and Tahir, 2015).
d. Kala IV (2 Jam Setelah Melahirkan)
Kala IV persalinan ditetapkan berlangsung kira-kira dua jam setelah plasenta
lahir. Periode ini merupakan masa pemulihan yang terjadi segera jika homeostasis
berlangsung dengan baik. Pada tahap ini, kontraksi otot rahim meningkat sehingga
pembuluh darah terjepit untuk menghentikan perdarahan. Pada kala ini dilakukan
observasi terhadap tekanan darah, pernapasan, nadi, kontraksi otot rahim dan
perdarahan selama 2 jam pertama. Selain itu juga dilakukan penjahitan luka
episiotomi. Setelah 2 jam, bila keadaan baik, ibu dipindahkan ke ruangan bersama
bayinya (Saputri and Kahija, 2020).

2.2.8 Tanda Dan Bahaya Persalinan


Tanda bahaya yang dapat terjadi dalam persalian antara lain adalah sebagai
berikut :
a. Tanda bahaya persalinan kala I :
1) Perdarahan pervaginam tetapi bukan lendir bersimpar des show).
2) Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu).
3) Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang kental.
4) Ketuban pecah lebih 24 jam
5) Ketuban pecah pada usia kehamilankurang dari 37 minggu.
6) Tanda gejala infeksi yaitu suhu 238, menggigil, nyeri abdomen, cairan
ketuban berbau.
7) Tekanan darah 2160/110 mmHg dan terdapat protein dalam
urine(preeklamsi berat).
8) Tinggi fundus 40 cm atau lebih (makrosomia, polihidramnion, gameli).
9) DJJ kurang dari 110 atau lebih dari 160 kali permenit pada 2 kali
penilaian dengan jarak 5 menit (gawat janin).
10) Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala masih 5/5.
11) Tali pusat menumbung.
12) Tanda gejala persalinan dengan fase laten berkepanjangan
berupapembukaan serviks kurang dari 4 cm selama 8 jam dan kontraksi
teratur > 2x10' (Indrayani dan Djami, 2016).
b. Tanda bahaya persalinan kala II
1) Tekanan darah ibu sistol 90 mmHg 41
2) Suhu ibu >38°C 3) Nadi ibu 110x/menit
4) Pengeluaran air ketuban dengan mekonium, berwarna merah, atau berbau
5) DJJ 180x/menit
6) Tidak mengalami peningkatan yang signifikan atas kemajuan persalinan
7) Kontraksi tidak adekuat
8) Tidak ada gerakan janin (Sulistyawati dan Nugraheny, 2019).
c. Tanda bahaya persalinan kala III
1) Perdarahan >500 ml setelah kelahiran plasenta (identifikasi penyebab
perdarahan seperti atonia uteri, perlukaan jalan lahir, robakan perineum,
vagina dan serviks, serta rupturuteri).
2) Plasenta belum lahir lebih dari 30 menit
3) Plasenta yang tidak lahir lengkap
4) Kontraksi uterus yang lemah, teraba lembek, dan fundus uteri masih
tinggi (Indrayani dan Djami, 2016).
d. Tanda bahaya persalinan kala IV
1) Tekanan darah ibu < 90/60 mmHg
2) Nadi> 100 x/menit
3) Subu tubuh ibu > 38°C
4) Kontraksi uterus yang lemah, teraba lembek, dan fundus uteri masih
tinggi (Nurhayati, 2019)

2.2.9 Kebutuhan Fisik Ibu Bersalin


a) Kebutuhan nutrisi dan cairan

World Health Organization (WHO) merekomendasikan bahwa dikarenakan


kebutuhan energi yang begitu besar pada Ibu melahirkan dan untuk memastikan
kesejahteraan ibu dan anak, tenaga kesehatan tidak boleh menghalangi keinganan
Ibu yang melahirkan untuk makan atau minum selama persalinan.

b) Makanan yang Dianjurkan selama persalinan

Makanan yang disarankan dikonsumsi pada kelompok Ibu yang makan saat
persalinan adalah roti, biskuit, sayuran dan buah-buahan, yogurt rendah lemak, sup,
minuman isotonikdan jus buah-buahan. Nutrisi dan hidrasi sangat 46 penting
selama proses persalinan untuk memastikan kecukupan energi dan
mempertahankan kesimbangan normal cairan dan elektrolit bagi Ibu dan bayi.
Cairan isotonik dan makanan ringan yang mempermudah pengosongan lambung
cocok untuk awal persalinan.

c) Kebutuhan Hygiene (Keberhasilan Personal)

Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu bersalin perla diperhatikan bidan


dalam memberikan ahain pada itu bersalin. personal hygiene pada ibu bersalin yang
dapat dilakukan bidan diantaranya: membersihkan daerah genetalia (vulva-vagina,
amis), dan memfasilitasi ibu untuk menjaga kebersihan badan dengan mandi.

d) Kebutuhan Istirahat

Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat pada ibu bersalin


tetap harus dipenuhi. Istirahat selama proses persalinan (kala I, II, III maupun IV)
yang dimaksud adalah bidan memberikan kesempatan pada ibu untuk mencoba
relax tanpa adanya tekanan emosional dan fisik. Hal ini dilakukan selama tidak ada
his (disela- sela his). Thu hisa berhenti sejenak untuk melepas rasa sakit akibat his,
makan atau minum, atau melakukan hal menyenangkan yang lain untuk melepus
lelah, atau apabila memungkinkan ibu dapat tidur. 47

e) Posisi dan Ambulasi

Posisi persalinan yang akan dibahas adalah posisi persalinan pada kala I dan
posisi meneran pada kala II. Ambulasi yang dimaksud adalah mobilisasi ibu yang
dilakukan pada kala 1. Persalinan merupakan suatu peristiwafisiologis tanpa
disadari dan terus berlangsung/progresif Hidan dapat membantu ibu agar tetap
tenang dan rileks, maka hidan sebaiknya tidak mengatur posisi persalinandan posisi
meneran ibu Bidan harus memfasilitasi thu dalam memilih sendiri posisi persalinan
dan posisi meneran, serta menjelaskan alternatif-alternatif posisi persalinan dan
posisi meneran bila posisi yang dipilih ibu tidak efektif (Kurniawan, 2016).

2.2.10 Kebutuhan Psikologis Ibu Bersalin


a) Kebutuhan Rasa Aman
Disebut juga dengan "safety needs" Rasa aman dalam bentuk lingkungan
psikologis yaitu terbebas dari gangguan dan ancaman serta permasalahan yang
dapat mengganggu ketenangan hidup seseorang
b) Kebutuhan akan Rasa Cinta dan memiliki atau Kebutuhaan
Disebut juga dengan "love and belongingnext needs". Pemenuhan
kebutuhan ini cenderung pada terciptanya hubungan social yang harmonis dan
kepemilikan.
c) Kebutuhan Harga Diri
Disebut juga dengan "self esteem needs". Setiap manusia membutuhkan
pengakuan secara layak atas keberadaannya bagi orang lain. Hak dan martabatnya
sebagai manusia tidak dilecehkan oleh orang lain, bilamana terjadi pelecehan harga
diri maka setiap orang akan marah atau tersinggung.
d) Kebutuhan Aktualisasi Diri
Disebut juga "self actualization needs". Setiap orang memiliki potensi dan
itu perlu pengembangan dan pengaktualisasian. Orang akan menjadi puas dan
bahagia bilamana dapat mewujudkan peran dan tanggungjawab dengan baik.
2.2.11 Asuhan Sayang Ibu
Asuhan sayang ibu merupakan asuhan yang menggunakan prinsip
penghargaan terhadap budaya, keyakinan dan keinginan klien. Keikutsertaan suami
dan keluarga selama proses kelahiran menjadi salah satu prinsip dasar asuhan
sayang ibu. Beberapa hasil riset menunjukkan bahwa perhatian dan dukungan
selama kelahiran bayi serta pengetahuan ibu yang memadai tentang proses
persalinanmaupun asuhan yang akan diterima, dapat meningkatkan rasa aman dan
output yang lebih baik yang diindikasikan dengan jumlah partus dengan tindakan
(ekstraksi vacum, forceps dan seksio sesarea)(Prawirohardjo, 2016; Berghella,
2022)

2.2.12 Episiotomi
a. Definisi Episiotomi
Episiotomi adalah insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan dan
mencegah ruptur perineum totalis. Dahulu episiotomi dianjurkan untuk mengurangi
ruptur yang berlebihan pada perineum agar memudahkan dalam penjahitan,
mencegah penyulit atatu tahanan pada kepala dan infeksi, namun hal itu tidak
didukung dengan bukti ilmiah yang cukup. Episiotomi dilakukan bila ada indikasi
tertentu (Astuti, 2022).
b. Tujuan Episiotomi
Agar tidak terjadi robekan perineum yang tidak teratur dan robekan pada
musculus sfingter ani (rupture perineum total) yang tidak bisa dijahit dan dirawat
dengan baik, karena jika terjadi akan mengakibatkan inkontenensia alvi (tidak bisa
menahan BAB). Tindakan efisiotomi dilakukan untuk memeprcepat persalinan
dengan memperlebar jalan lahir lunak. Mengendalikan robekan perineum untuk
memudahkan menjahit, menghindari robekan perineum spontan, memperlebar
jalan lahir pada tindakan persalinan pervaginam (Damayanti,2015).
c. Macam-Macam Episiotomi
Menurut (Astuti, 2022)macam-macam episiotomi adalah:
1) Episiotomi medio lateral. Yaitu episiotomi yang arahnya menyerong ke
kanan atau ke kiri.
2) Episiotomi mid-line. Yaitu efisiotomi yang arahnya lurus ke bawah. Ada
perbedaan yang bermakna di dua metode episitomi ini namun metode medio
lateral lebih umum digunakan.
d. Penjahitan Laserasi dan Perineum
1. Pertama kurang lebih 1 cm di atas ujung laserasi di mukosa vagina. Setelah
itu buat ikatan dan potong pendek benang dari yang lebih pendek. Sisakan
benang kira-kira 1 cm.
2. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur , jahit ke bawah ke arah cincin
hymen.
3. Tepat sebelum cincin hymen, masukan jarum ke dalm mukosa vagina lalu
ke dalam cincin himen sampai jarum ada di bawah lasrasi kemudian ditarik
keluar pada luka perineum.
4. Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat ke dalam luka untuk
mengetahui letak ototnya.
5. Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah jarum dan mulailah menjahit ke
arah vagina dengan menggunakan jahitan subkutikuler.
6. Pindahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke vagina di belakang
cincin hymen untuk diikat dengan simpul mati dan dipotong benangnya.
7. Masukkan jari kelingking ke dalam rectum untuk memastikan rectum tidak
dijahit.
8. Periksa ulang kembali pada luka,cuci daerag genetalia dan keringkan. Bantu
ibu mencari posisi yag diinginkan (Ummah, 2021)

2.2.13 Tingkat Robekan Perineum


Menurut (Astuti, 2022) robekan/laserasi dapat dikatagorikan dalam:
a) Derajat satu.
Luasnya robekan hanya sampai mukosa vagina, komisura posterior tanpa
mengenai kulit perineum. Tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan
posisi luka baik.
b) Derajat dua
Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum dan otot perineum. Jahit menggunakan teknik
penjahitan laserasi perineum
c) Derajat ketiga
Robekan yang terjadi mengenai mukosa vagina, komisura posterior,kulit
perineum, otot perineum hingga otot spingter ani
d) Derajat empat
Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum, otot spingter ani sampai ke dinding depan rectum.
bidan tidak berwenang menjahit laserasi perineum derajat tiga atau empat.
Segera di rujuk ke fasilitas.

Gambar 2.8 Laserasi Jalan lahir (Suhartika, 2018)


2.2.14 Patograf
a. Pengertian Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau,
mengevaluasi dan menatalaksana persalinan, partograf dapat dipakai untuk
memberikan peringatan awal bahwa memberikan peringatan awal bahwa suatu
persalinan berlangsung lama, adanya gawat ibu dan janin, serta perlunya
rujukan (Irene, 2019).
b. Waktu Pengisian Partograf.
Waktu yang tepat untuk pengisian partograf adalah saat proses persalinan
telah berada dalam kala I fase aktif yaitu saat pembukaan serviks dari 4 sampai
10 cm dan berakhir pada pemantauan kala IV.
c. Isi Partograf
Partograf dikatakan sebagai data yang lengkap bila seluruh informasi ibu,
kondisi janin, kemajuan persalinan, waktu dan jam, kontraksi uterus, kondisi
ibu, obat-obatan yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, keputusan klinik
dan asuhan atau tindakan yang diberikan dicatat secara rinci sesuai cara
pencatatan partograf, isi partograf antara lain:
1) Informasi tentang ibu
a. Nama dan umur
b. Gravida, para, abortus
c. Nomor catatan medik/nomor puskesmas
d. Tanggal dan waktu mulai dirawat
e. Waktu pecahnya selaput ketuban
2) Kondisi janin
a. Denyut jantung janin
b. Warna dan adanya air ketuban
c. Penyusupan (molase) kepala janin
d. Kemajuan persalinan :
a) Pembukaan serviks
b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
c) Garis waspada dan garis bertindak
3) Waktu dan jam
a. Waktu mulainya fase aktif persalinan
b. Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
4) Kontraksi uterus
a. Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit
Partograf adalah alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau,
mengevaluasi dan menatalaksana persalinan, partograf dapat dipakai untuk
Lama kontraksi (dalam detik)
b. Obat-obatan yang diberikan
a) Oksitosin
b) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
5) Kondisi ibu
a. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
b. Urin (volume, aseton atau protein)
Pencatatan dimulai saat fase aktif yaitu pembukaan serviks 4 cm dan
berakhir titik dimana pembukaan lengkap. Pembukaan lengkap diharapkan terjadi
jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan
harus dimulai di garis waspada. Kondisi ibu dan janin dinilai dan dicatat dengan
cara (Putri, 2022) :
1. Denyut jantung janin : setiap 30 menit
2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 30 menit.
3. Nadi : setiap 30 menit.
4. Pembukaan serviks : setiap 4 jam.
5. Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam.
6. Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam.
7. Produksi urin (2 – 4 Jam), aseton dan protein : sekali
Cara pengisian partograf adalah sebagai berikut:
1. Lembar depan partograf.
a. Informasi ibu ditulis sesuai identitas ibu. Waktu kedatangan ditulis sebagai jam.
Catat waktu pecahnya selaput ketuban, dan catat waktu merasakan mules
b. Kondisi janin.
c. Denyut Jantung Janin. Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit
(lebih sering jika terdapat tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak menunjukkan
waktu 30 menit. Kisaran normal DJJ tertera diantara garis tebal angka 180 dan
100. Bidan harus waspada jika DJJ mengarah di bawah 120 per menit
(bradicardi) atau diatas 160 permenit (tachikardi). Beri tanda ‘•’ (tanda titik)
pada kisaran angka 180 dan 100. Hubungkan satu titik dengan titik yang lainnya.
d. Warna dan adanya air ketuban. Catat warna air ketuban setiap melakukan
pemeriksaan vagina, menggunakan lambang-lambang berikut :
U : Selaput ketuban Utuh.
J : Selaput ketuban pecah, dan air ketuban Jernih.
M : Air ketuban bercampur Mekonium.
D : Air ketuban bernoda Darah.
K : Tidak ada cairan ketuban/Kering.
e. Penyusupan/molase tulang kepala janin. Setiap kali melakukan periksa dalam,
nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala janin. Catat temuan yang ada di
kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang
berikut:
- 0 : Sutura terpisah.
- 1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
- 2 : Sutura tumpang tindih tetapi masih dapat diperbaiki.
- 3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.
- Sutura/tulang kepala saling tumpang tindih menandakan kemungkinan
adanya CPD ( cephalo pelvic disproportion).
2. Lembar belakang partograf.
Lembar belakang partograf merupakan catatan persalinan yang berguna untuk
mencatat proses persalinan yaitu data dasar, kala I, kala II, kala III, kala IV, bayi
baru lahir (Anggraini, 2021).
a. Data dasar.
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat
tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat merujuk, pendamping saat
merujuk dan masalah dalam kehamilan/ persalinan.
b. Kala I.
Terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis
waspada, masalah lain yang timbul, penatalaksanaan, dan hasil
penatalaksanaannya.
c. Kala II.
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin,
distosia bahu dan masalah dan penatalaksanaannya.
d. Kala III.
Kala III berisi informasi tentang inisiasi menyusu dini, lama kala III,
pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, masase fundus uteri,
kelengkapan plasenta, retensio plasenta >30 menit, laserasi, atonia uteri,
jumlah perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya.
e. Kala IV.
Kala IV berisi tentang data tekanan darah, nadi, suhu tubuh, tinggi fundus
uteri, kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan.
f. Bayi baru lahir.
Bayi baru lahir berisi tentang berat badan, panjang badan, jenis kelamin,
penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain dan hasilnya.

Sumber : (Wahyuni, 2018)

Gambar 2.9 Partograf


2.3 Masa Nifas

2.3.1 Definisi Masa Nifas


Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-
alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Walyani, 2018)
Masa Nifas adalah masa keluarnya darah dari jalan lahir setelah hasil konsepsi
dilahirkan yaitu antara 40–60 hari (Sumiaty, 2018).

2.3.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas


Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis
baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Masa neonatus merupakan masa kritis kehidupan bayi, 2/3 kematian bayi terjadi
dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian BBL terjadi dalam waktu 7
hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi pada
masa nifas dapat mencegah beberapa kematian ini (Walyani, 2018).
Tujuan asuhan masa nifas normal dibagi 2, yaitu:
a. Tujuan umum:
Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak.
b. Tujuan khusus:
Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologisnya melaksanakan
skrining yang komprehensif Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya Memberikan pendidikan kesehatan,
tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi
dan perawatan bayi sehat. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
2.3.3 Tahapan Masa Nifas
Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut (Soleha, 2019) :
1. Puerperium dini Puerperium dini merupakan kepulihan, dimana ibu
diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya
wanita normal lainnya.
2. Puerperium intermediate Puerperium intermediet merupakan masa
kepulihanmenyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya sekitar 6-8
minggu.
3. Puerperium remote Remote puerperium yakni masa yang diperlukan
untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila selama hamil atau
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat
berlangsung berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.

2.3.4 Perubahan Anatomi Fisiologis Masa Nifas


a. Involusi Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut
(Deviana, 2021) :
1. Iskemia myometrium
Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi uterus yang terus menerus setelah
pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan
menyebabkan serat otot atrofi.
2. Atrofi jaringan
Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi pengehentian hormon estrigen saat
pelepasan plansenta.
3. Autolisis
Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot
uterus. Enzim protiolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelu, hamil dan lebarnya 5 kali
lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena
penuruanan hormon estrogen dan progesterone.
4. Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga
akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah
ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi perdarahan. Ukuran uterus
pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil.

Tabel 2.5 Ukuran uterus pada masa nifas

Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus Diameter Uterus


Plasenta Lahir Setinggi Pusat 1000 Gram 12,5 Cm
7 Hari Pertengahan Pusat Dan 500 Gram 7,5 Cm
Simpisys
14 Hari Tidak Teraba 350 Gram 5 Cm
6 Minggu Normal 60 Gram 2,5 Cm
Sumber: (Sriwahyuningsih, 2019)

b. Involusi Tempat Plasenta


Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol
kedalam kavum uteri. segera setelah plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil,
pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Pada
pemulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang
tersumbat oleh thrombus. Luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini
disebabkan karena diikuti pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan
luka (Rosyati, 2022).
Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama selama 6
minggu. Pertumbuhan kelenjar endometriu ini berlangsung didalam decidua
basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang membeku pada
tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak dipakai lagi pada pembuangan
lochea (Purba, 2023).
c. Perubahan Ligamen
Setelah bayi lahir, ligament dan diafragma felvis fasia yang meregang sewaku
kehamilan dan saat melahirkan, kembali seperti sedia kala. Perubahan ligament yg
dapat terjadi pasca melahirkan antara lain, ligament rotundum menjadi kendor yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi, ligament, fasia dan jaringan
penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.
d. Lochia
Pengeluran lochia dimaknai sebagai peluruhan jaringan desidua yang
menyebabkan keluarnya secret vagina dalam jumlah bervariasi. Lochia mempunyai
yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda
pada setiap wanita. Secara mikroskopis, lochia terdiri dari eritrosit, serpihan
desidua, sel-sel epitel, dan bakteri. lochia mengalami perubahan karena proses
involusi. Pengeluaran lochia dapat dibagi menjadi lochia rubra,sanguinolenta,
serosa, dan alba. Perbedaan masing-masing lochia dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2.6 Macam-Macam Lochia


Hari Lochia Warna Komponen
1-2 postpartum Rubra Merah darah segar bercampur
sel desidua, verniks
kaseosa, lanugo, sisa
mekonium, sisa selaput
ketuban, dan sisa darah.
3-7 postpartum Sanguinolenta Merah Sisa darah bercampur
Kecoklatan lendir
7-14 postpartum Serosa Kuning Leukosit dan robekan
laserasi plasenta.
>2 minggu postpartum Alba Putih -
Sumber: Walyani (2015)

e. Genetalia Eksterna, Vagina dan Perineum


Vagina tetap terbuka lebar segera setelah ibu melahirkan bayinya. Pada beberapa
ibu nifas, ada kecenderungan vagina akan mengalami bengkak dan memar serta
Nampak ada celah pada introitus vagina. tonus otot vagina akan kembali pada
keadaan semula dengan tidak ada pembengkakan dan celah vagina tidak lebar pada
satu hingga 2 hari pertama postpartum. pada minggu ke 3 postpartum, rugae vagina
mulai pulih menyebabkan ukuran vagina menjadi lebih kecil. Dinding vagina
menjadi lebih lunak, lebih besar dari biasanya dan longgar sehingga ruang vagina
akan sedikit lebar dari keadaan sebelum melahirkan.
Pada saat proses persalinan pervaginam, perineum tertekan oleh bagian terendah
janin sehingga perineum menjadi kendur karena teregang. namun, tonus otot
perineum akan pulih meskipun masih kendur daripada keadaan sebelum hamil pada
hari kelima postpartum.
Pada proses persalinan pervaginam cenderung terjadi trauma pada perineum
yang disebabkan oleh robekan spontan atau episiotomy. Trauma tersebut dapat
menimbulkan masalah bagi ibu seperti perdarahan, infeksi penjahitan, dyspareunia,
inkontinensia urine, dan sebagainya. Masalah-masalah tersebut apabila tidak
ditangani dengan baik akan berdampak pada terganggunya interaksi ibu dengan
bayi dan mengganggu proses menyusui. hasil penelitian membuktikan bahwa hal
yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya trauma pada perineum, yaitu
meletakkan kompres hangat pada perineum dan pijat perineum pada usia kehamilan
≥ 35 minggu (Nababan, 2021).

2.3.5 Perubahan Psikologis Masa Nifas


Menurut (Nababan, 2021), proses persalinan dan lahirnya bayi memberikan
arti dan makna yang sangat besar bagi seorang ibu. Bahkan sering kali dapat
mengubah sikap dan psikologis orang tua. Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam
beradaptasi pada masa nifas, antara lain sebagai berikut :
a. Memahami fungsi menjadi orang tua
b. Adanya respon dan dukungan dari keluarga
c. Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan sebelumnya
d. Harapan, keinginan, dan aspirasi saat hamil dan melahirkan
Periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada tiga tahap berikut
(Nurul Azizah, 2019) :
a. Fase Taking In
Hari pertama sampai kedua setelah persalinan ibu masih merasakan lelah
karena proses persalinan yang dilaluinya, terkesan pasif terhadap bayi dan
lingkungan sekitar. Ibu masih merasakan nyeri pada jalan lahir, rasa mulas akibat
proses involusi, dan kurang tidur. Kebutuhan ibu nifas yang wajib diperhatikan
pada fase ini adalah terpenuhinnya kebutuhan asupan nutrisi, dan istirahat.
Dukungan keluarga dan petugas kesehatan dalam mendampingi dan membantu
ibu melewati fase ini sangat diharapkan ibu tidak mengalami gangguan
psikologis seperti rasa bersalah karena belum mampu merawat bayinya, belum
bisa menyusui karena ASI belum keluar, dan kecewa terhadap jenis kelamin
yang tidak sesuai harapan.
b. Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa
khawatir akan ketidak mampuan dan sudah mulai ada rasa tanggung jawab
dalam perawatan bayinya. Perasan ibu lebih sensitif sehingga mudah
tersinggung. Perhatian terhadap kemampuan mengatasi fungsi tubuhnya misal
kelamcaran buang air besar. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi
yang baik, dukungan, dan pemberian penyuluhan dan pendidikan kesehatan
tentang perawatan diri dan bayinya.
Tugas petugas kesehatan antara lain mengajarkan cara perawatan bayi, cara
menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan
kesehatan gizi, istirahat, kebersihan diri, dan lain-lain.
c. Fase Letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase
ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan/ibu sudah kembali dirumah. Ibu
sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi
peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa lebih percaya diri akan
peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.
Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga untuk mengobservasi bayi,
hubungan antar pasangan memerlukan penyesuaian dengan kehadiran anggota
baru (bayi). Dukungan suami dan keluarga dalam merawat bayi akan sangat
membantu ibu, sehingga kebutuhan akan istirahat tetap terpenuhi untuk menjaga
kondisi fisiknya.
2.3.6 Kunjunngan Masa Nifas
Menurut (Deviana, 2021) kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai
keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk menjaga mendeteksi dan mengenai
masalah-masalah yang terjadi.

Tabel 2.7 Kunjungan masa nifas


Kunjungan Waktu Tujuan

1 6-8 jam setelah Mencegah perdarahan masa nifas karena


Persalinan atonia uteri
Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, merujuk jika perdarahan
berlanjut
Memberikan konseling pada ibu atau salah
satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri
Pemberian ASI awal
Memberi supervisi kepada ibu bagaimana
teknik melakukan hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir
Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi. Bila ada bidan atau
petugas lain yang membantu melahirkan,
maka petugas atau bidan itu harus tinggal
dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam
2 6 hari setelah pertama
persalinan Memastikan involusi uterus berjalan normal
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi,
atau perdarahan abnormal
Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan, dan istirahat
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
Memberikan konseling pada ibu mengenai
3 2 minggu asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
setelah tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
persalinan Memastikan rahim sudah kembali normal
4 6 minggu dengan mengukur dan meraba bagian rahim.
setelah
persalinan Menanyakan pada ibu tentang penyulit –
penyulit yang ia atau bayi alami
Memberikan konseling untuk KB secara dini
Sumber : Widyasih, (2019)
2.3.7 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
a. Gizi
Tabel 2.8 Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
Zat makanan Wanita dewasa tidak Wanita hamil minggu Wanita menyusui
hamil (BB 47 Kg) terakhir
Kalori 2000 kalori 3000 kalori 800 kalori
Protein 47 gram 20 gram 40 gram
Calsium 0,6 gram 0,6 gram 0,6 gram
Ferrum 12 mg 5 mg 5 mg
Vitamin A 4000 ui 1000 ui 2000 ui
Thamin 0,7 mg 0,2 mg 0,5 mg
Riboflavin 1,1 mg 0,2 mg 0,5 mg
Niacin 12,2 mg 2 mg 5 mg
Vitamin C 60 mg 30 mg 30 mg
Sumber: Walyani, (2015)

b. Eliminasi
1. Buang Air Kecil

Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8
jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100
cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh,
tidak menunggu 8 jam untuk kateterisasi.

2. Buang Air Besar

Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari
kedua postpartum.Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat
pemcahar per oral atau per rektal.Jika setelah pemberian obat pencahar masih
belum bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah).

c. Personal Hygiene

Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.Oleh


karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi.
Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap
dijaga.
d. Istirahat dan Tidur

Hal-hal yang biasa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat
dan tidur adalah berikut :

a. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.

b. Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara


perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.

c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :

1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.

3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya


sendiri.

e. Aktivitas Seksual

Aktivitas seksual yang dapat dilakuakan oleh ibu masa nifas harus
memenuhi syarat berikut ini:

a. Secara fisik aman untuk memelai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu-satu dua jarinya kedalam vagina tanpa
rasa nyeri, maka ibu aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan
saja ibu siap.

b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai
masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.
Keputusan ini bergantung pada pasangan yang bersangkutan.

b. Komplikasi / Tanda Bahaya Pada Masa Nifas


Menurut (Nurul Azizah, 2019),komplikasi masa nifas adalah keadaan
abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam
alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas. Tanda bahaya masa nifas seperti
nyeri perut bagian bawah, lochia yang berbau, peningkatan frekuensi nafas, nyeri
payudara, payudara bengkak, tegang dan kemerahan, nyeri saat buang air kecil,
penglihatan kabur , hilngnya nafsu makan, demam yang tinggi, walau mendapat
antibiotika serta menggigil.

2.3.8 Terapi Non Konvesional Pada Ibu Nifas


A. Pengertian Terapi Non Konvesional
Terapi komplementer adalah terapi dari cabang bidang ilmu kesehatan
yang fokus mempelajari mengenai metode penanganan berbagai jenis penyakit
dengan memakai teknik tradisional. Cara pengobatan pada terapi komplementer ini
tidak memakai obat-obatan kimia melainkan pengobatan ini memakai berbagai
macam jenis obat herbal serta terapi. Sebagai salah satu metode penyembuhan
penyakit, terapi komplementer dijadikan alternatif untuk melengkapi pengobatan
medis secara konvensional maupun sebagai alternatif selain pengobatan obat-
obatan farmakologi (Ayuningtyas, 2019).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi diartikan sebagai


suatu usaha gun mengembalikan kesehatan orang yang sakit, pengobatan suatu
penyakit, serta perawatan terhadap suatu penyakit. Terapi komplementer in bersifat
melengkapi. Pengobatan in dilakukan dengan maksud untuk menyempurnakan
pengobatan medis serta bersifat rasional sehingga tidak bertentangan dengan nilai-
nilai serta hukum kesehatan yang berlaku di Indonesia (Purwanto, 2018).

Pendapat lain mengemukakan bahwa terapi komplementer merupakan


pengembangan terapi tradisional dan sebagian dari terapi itu ada yang padunkan
dengan jenis terapi modern yang mempengaruhi kondisi keharmonisan. Seorang
individu baik dari segi biologis, psikologis, serta spiritual. Hasil dari terapi yang
telah dintegrasikan itulah ada yang berhasil lulus pengujian klinis sehingga setara
dengan obat atau terapi modern. Keadaan ini sejalan dengan prinsip keperawatan
yang melihat manusia sebagai makhluk holistic (bio, psiko, social, serta spiritual)
(Rufaida, Wardini and Sari, 2018).
Kesuksesan obat alternatif ataupun terapi komplementer telah teruji oleh
banyak penelitian yang menyajikan fakta bahwa terapi in bisa memabntu
menghilangkan perasaan sakit serta mual. Namun kekurangannya bahwa tidak
semua jenis pada terapi komplementer telah teruii melalui penelitian. Terapi
komplementer dilakukan dengan menggunakan obat-obatan herbal maupun jenis
terapi. Meskipun obat-obatan herbal ini dianggap sebagai obat alami, obat-obatan
herbal ini seyogyanya harus dikonsumsi secara hati-hati karena dapat bereaksi
dengan obat-obatan yang lain maupun obat-obatan kimia yang dikonsumsi
(Ayuningtyas, 2019).

Dengan demikian pengertian terapi komplementer adalah pengobatan yang


dilakukan melalui metode berbagai jenis terapi maupun menggunakan obat-obatan
herbal yang dilakukan oleh tenaga ahli yang terlatih sehingga dapat melengkapi
pengbatan konvensional dan dapat memberikan hasil pengobatan yang maksimal
kepada penderita suatu penyakit.

B. Endorphine Massage

Endorphin Massage adalah suatu teknik sentuhan atau pemijatan ringan


sangat penting bagi ibu hamil untuk membantu memberikan rasa tenang dan
nyaman baik menjelang maupun sat proses persalinan akan berlangsung. Pijat
endorfin merupakan sentuhan ringan yang dapat menormalkan denyut jantung dan
tekanan darah sehingga tubuh ibu akan menjadi sangat rileks dengan menghadirkan
perasaan nyaman. Teknik ini sebaiknya sudah mulai dilakukan ole ibu hamil ketika
memasuki trimester III akhir atau sekitar usia 36 minggu karena jika dilakukan
dibawah 36 minggu terdapat efek pengeluaran hormon oksitosin yang
dikhawatirkan akan memicu kelahiran prematur (Lanny Kuswandi, 2020). Pijat
endorphin tidak memiliki efek samping pada kesehatan ibu dan bayi, serta sangat
efektif karena tidak membutuhkan biaya yang relatif mahal (Harianto, 2018).

Pijat endorfin sangat penting bagi ibu hamil maupun nifas dengan
kecemasan. Piiat endorfin dapat membantu ibu memberikan ketenangan dan
kenyamanan ketika menjelang persalinan maupun selama proses persalinan sampai
ke masa nifas (Putra, 2018). Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa pijat
endorfine mampu mengurangi intensitas nyeri pada ibu selama melahirkan.
Kelompok yang diberikan intervensi terapi endorphin massage sebagian besar
mengalami penurunan skala nyeri. Intensitas nyeri yang dirasakan oleh ibu bersalin
selama kala I fase aktif sebelum dilakukan intervensi endorphin massage rata-rata
adalah 6,38. Kemudian setelah dilakukan intervensi endorphin massage terjadi
penurunan intensitas nyeri pada ibu bersalin dengan rata-rata adalah 5,19 (Tanjung
dan Antoni, 2019).

Endorphin massage dapat dilakukan dengan cara duduk maupun berbaring


yang terpenting ibu dalam keadaan yang nyaman. Pijatan in mudah diaplikasikan
sehingga petugas kesehatan, keluarga dan suami dapat melakukannya. Keluarga,
suami, pendamping persalinan atau petugas kesehatan bisa mulai mengelus
permukaan lengan pasien dengan lembut menggunakan jari-jari tangan. Mulailah
pada lengan atas kemudian turun hingga pada lengan bawah. Lakukan teknik ini
dengan perlahan serta lembut, dan ganti pada tangan lainnya. bu bersalin juga
dibimbing untuk tetap mengatur pernafasan perlahan. Endorfine Massage juga
dapat dilakukan pada bagian tubuh yang lain seperti bahu, punggung, panggung
leher, dan juga paha (Setiyawati, 2018 dalam tanjung dan Antoni,2019)

Mekanisme massage endorphin teori sentuhan ringan adalah mengenai otot


polos yang berada tepat di bawah permukaan kulit atau biasa disebut pilus erector
yang bereaksi lewat kontraksi ketika dirangsang. Ketika hal ini terjadi, otot menarik
rambut yang ada di permukaan yang menegangkan dan menyebabkan bulu kuduk
seperti merinding. Berdirinya bulu kuduk ini membantu untuk membentuk
endorphine, hormon yang menimbulkan rasa nyaman dan mendorong
relaksasi (Mongan, 2019).

Indikasi dan kontraindikasi endorphine massage :

Indikasi dari endorphine massage ini adalah orang yang sedang mengalami
stress dan nyeri, seperti pada ibu hamil yang memasuki usia kehamilan 36 minggu.
Pada usia ini, massage yang dilakukan dapat merangsang lepasnya hormon
endorphine dan oksitosin yang dapat memicu kontraksi (Aprillia, 2018).
Kontraindikasi dari endorphine massage adalah

1) Adanya bengkak atau tumor

2) Adanya hematoma atau memar

3) Suhu panas pada kulit

4) Adanyapenyakitkulit

5) Pada kehamilan:usia awal kehamilan atau belum aterm, ketuban

pecah dini, kehamilan resiko tinggi, kelainan kontraksi uterus

(Astuti, 2020).

Cara melakukan endorphine massage Menurut Aprilia (2020), cara


melakukan endorphine massage:

1) Anjurkan pasien untuk mengambil posisi senyaman mungkin, bisa dilakukan


dengan duduk, atau berbaring miring.

2) Anjurkan pasien untuk bernafas dalam sambil memejamkan mata dengan lembut
untuk beberapa saat. Setelah itu, mulai mengelus permukaan bagian luar lengannya,
mulai dari tangan sampai lengan bawah. Belaian ini sangat lembut dan dilakukan
dengan jari-jemari atau ujung-ujung jari.

3) Setelah kira-kira 5 menit, berpindah ke lengan yang lain. Walaupun sentuhan


ringan ini dilakukan di kedua lengannya, pasien merasakan dampaknya sangat
menenangkan di sekujur tubuhnya. Teknik ini juga bisa diterapkan di bagian tubuh
yang lain termasuk telapak tangan, leher, bahu, dan paha.

Teknik sentuhan ringan ini juga sangat efektif jika dilakukan di bagian
punggung. Caranya:

1) Anjurkan pasien untuk berbaring miring atau duduk. Dimulai dari leher, dipijat
ringan membentuk huruf V ke arah luar menuju sisi tulang rusuk pasien. Pijatan-
pijatan ini terus turun ke bawah dan ke belakang. Anjurkan pasien untuk rileks dan
merasakan sensasinya.

2) Jika untuk memperkuat efek pijatan lembut dan ringan ini dapat dilakukan
dengan kata-kata yang menentramkan pasien. Misalnya sambil memijat lembut bisa
mengatakan, “saat aku membelai lenganmu, biarkan tubuhmu menjadi lemas dan
santai,” atau “saat kamu merasakan setiap belaianku, bayangkan endorphine-
endorphine yang menghilangkan rasa sakit dilepaskan dan mengalir ke
seluruh tubuhmu.”

C. Post Natal Yoga

Adaptasi fisiologis merupakan proses kembalinya kondisi fisik dan sistem


organ tubuh ibu seperti sebelum hamil, sedangkan adaptasi psikologis meliputi
perubahan emosional dan kesehatan mental. Hal tersebut menyebabkan ibu nifas
mengalami penurunan dari segi fisik, psikologis, dan sosial. Tanggung jawab untuk
melakukan perannya sebagai ibu baru, perawatan bayi dan keluarganya serta proses
pemulihan pasca persalinan membuat ibu cukup rentan mengalami resiko infeksi,
penurunan daya tahan tubuh, perubahan mood atau perubahan perilaku yang terkait
dengan kondisi tubuh dan psikologinya (Jacob & Sandjaya, 2018).

Senam yoga dapat membantu menurunkan tingkat stress dan emosi. Kamei
dkk dalam penelitannya menjelaskan bahwa setelah yoga, diketahui serum kortisol
dalam darah akan menurun dan mengubah gelombang otak menjadi gelombang
alpha (α). Gelombang alpha merupakan gelombang di otak yang berada pada
frekuensi 8-13 Hz. Biasanya gelombang ini muncul pada saat manusia beristirahat
dengan memejamkan mata, diawal menjelang tidur (Winarni et al., 2020).

Yoga dapat dijadikan salah satu alternatif kegiatan fisik tubuh untuk
menstabilkan emosi, menguatkan tekad dan keberanian, meningkatkan rasa percaya
diri dan fokus, serta membngun afirmasi positif dan kekuatan pikiran. Maka dari
itu yoga yang dilakukan selama masa nifas diharapkan dapat membantu ibu dalam
meningkatkan kondisi psikologis, menguatkan otot tubuh, merelaksasi,
menstabilkan emosi dan meningkatkan kepercayan dirinya menghadapi peran
barunya sebagai ibu. Dengan teknik napas yang penuh kesadaran, gerakan yang
lembut, relaksasi dan meditasi, yoga dapat membantu ibu meningkatkan energi dan
daya tahan tubuh, melepaskan stress dan cemas, meningkatkan kualitas tidur,
mengurangi ketegangan otot, dan keluhan fisik yang lain seperti : nyeri punggung,
nyeri pada daerah sekitar paha dan pinggang (Buttner et al., 2015).

Langkah-langkah Gerakan postnatal yoga antara lain:

a. melakukan pemanasan yaitu mengintruksikan ibu menarik dan


buang nafas sambil menggerakan kepala kekanan dan kiri
b. melakukan Gerakan cat and cow pose yaitu tubuh merangkak lalu
angkat kepala dan turunkan punggung lalu turunkan kepala dan
naikan punggung,
c. Gerakan Bridge pose baringkan tubuh ke matras kedua lutut
ditekuk telapak tangan menekan kebawah lalu angkat panggul
secara perlahan Tarik nafas
d. Child pose lakukan posisi sujud lalu luruskan kedua tangan dengan
bagian perut menyentuh bagian paha dan letakkan tangan diatas
kepala,
e. Thread Of Niddle pose masih pada posisi sujud angkat bagian
bokong lalu silangkan tangan membentuk huruf L bergantian kanan
dan kiri,
f. Legs up the wall pose posisi berbaring letakkan kaki pada dinding
secara sejajar dan paha belakang menyentuh dinding
g. final rest posisi berbaring ambil nafas Panjang sambil focus
memberi afirmasi positif
2.4 Bayi Baru Lahir

2.4.1 Definisi Bayi Baru Lahir


Menurut Sari dan Khotimah (2020)Bayi baru lahir adalah bayi yang baru
mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan
intrauterine ke kehidupan ekstra uterin. Bayi baru lahir normal 52 adalah bayi yang
lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada
usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan
2500- 4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan. Bayi baru lahir normal
yaitu bayi yang baru lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 mingggu dan berat
badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Rahmawati,2019).

2.4.2 Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir Normal


Menurut (Hayu, 2020) ciri-ciri bayi baru lahir adalah :
a. Berat badan 2500-4000 gram
b. Panjang badan 48-52 cm
c. Lingkar dada 30-38 cm
d. Lingkar kepala 33-35 cm
e. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit
f. Pernafasan 40-60 kali/menit
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
i. Kuku agak panjang dan lemas
j. Genitalia
Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora
Laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
k. Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
l. Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
m. Refleks graps atau menggenggam sudah baik
n. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan.
2.4.3 Penanganan Bayi Baru Lahir
Menurut Prawirohardjo (Junianti, 2022) penanganan bayi baru lahir adalah :
a. Membersihkan Jalan Nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak
langsung menangis pertolongan segera.
b. Memotong dan Merawat Tali Pusat
Tali pusat dipotong sebelum dan sesudah plasenta lahir.Tali pusat dipotong 5 cm
dari dinding perut bayi dengan gunting steril, sebelumnya pastikan bahwa tali
pusat telah di klem dengan baik, untuk mencegah terjadinya perdarahan.Tali
pusat di ikat dengan pengikat steril dan dibungkus dengan kassa steril.
c. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya,
dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat.
d. Memberikan vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan, semua bayi baru lahir normal dan cukup
bulan perlu di beri vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi
resiko tinggi diberi vitamin K peranteral dengan dosis 0,5 – 1 mg I.M.
e. Memberikan Obat tetes/ salep mata
Setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 1 jam bayi lahir.
Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk
pencegahan penyakit mata karena klamidia (Penyakit Menular Seksual).
f. Identifikasi Bayi
Identifikasi pada bayi baru lahir tanda pengenal harus diberikan sampai bayi
dipulangkan, pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum nama (bayi dan
ibu). Tanggal lahir, jenis kelamin, ukur berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala,
lingkar perut dan cacat dalam rekam medik.

2.4.4 Macam – Macam Refleks Fisiologis Bayi Baru Lahir


Menurut (Octaviani, 2022) macam-macam refleks fisiologis pada bayi baru
lahir adalah:
a. Reflek Moro (reflek terkejut)
Bayi akan terkejut seperti memeluk jika dikejutkan dengan cara menepuk
kedua tangan di depan bayi.
b. Reflek Rotting (reflek mencari puting susu)
Bayi baru lahir menolehkan kepala ke arah stimulus, membuka mulut, dan
mulai menghisap bila pipi, bibir, atau sudut mulut bayi disentuh dengan jari
atau puting.
c. Reflek sucking (reflek menghisap)
Bayi baru lahir menelan berkoordinasi dengan menghisap bila cairan ditaruh di
belakang lidah.
d. Reflek graff (reflek menggenggam)
Reflek mengenggam bayi apabila diletakkan jari ke tangan bayi, bayi akan
menggenggam.
e. Reflek swallowing (reflek menelan)
Reflek menelan apabila bayi sudah mendapatkan ASI
f. Reflek glabellar (reflek berkedip)
Bayi akan berkedip bila dilakukan 4 atau 5 ketuk pertama pada batang hidung
saat mata terbuka.
g. Reflek babynskin/walking (reflek melangkah)
Jari – jari kaki bayi akan hiperekstensi dan terpisah seperti kipas dari dorso
fleksi ibu jari kaki bila satu sisi kaki digosokan dari tumit ke atas melintas
bantalan kaki.
h. Refleks tonic neck atau leher
Ekstremitas pada satu sisi dimana kepala ditolehkan akan ekstensi, dan
ekstremitas yang berlawanan akan fleksi bila kepala bayi ditolehkan ke satu
sisi selagi istirahat. Respons ini dapat tidak ada atau tidak lengkap segera
setelah lahir.
i. Refleks ekstrusi
Bayi baru lahir menjulurkan lidah ke luar bila ujung lidah disentuh dengan jari
atau puting.
2.4.5 Mekanisme Kehilangan Panas pada Bayi Baru Lahir
Menurut (Pindi, 2023),bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya
melalui cara – cara berikut :
a) Evaporasi
Merupakan proses kehilangan panas akibat penguapan cairan, juga bisa terjadi
jika saat lahir tubuh bayi tidak langsung dikeringkan atau terlalu cepat
dimandikan.
b) Konduksi
Merupakan kehilangan panas tubuh bayi melalui kontak langsung antara tubuh
bayi dengan permukaan yang dingin. Seperti meja besi, atau benda yang
temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi tersebut.
c) Konveksi
Merupakan kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar
yang lebih dingin. Seperti kipas angin atau AC.
d) Radiasi
Merupakan kehilangan panas tubuh yang terjadi karena bayi di tempatkan di
dekat benda – benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi.

2.4.6 Apgar Score


Penilaian awal setelah bayi baru lahir yang digunakan saat ini meliputi dua hal
yaitu apakah bayi menangis/bernapas spontan dan apakah tonus otot aktif atau bayi
bergerak aktif. Penilaian dilakukan dalam maksimal 20 detik pertama setelah bayi
lahir. Hal tersebut digunakan untuk menentukan apakah bayi memerlukan tindakan
resusitasi (tidak lagi menunggu waktu I menit dari pengkajian Apgar). Apgar dapat
digunakan untuk memantau kondisi bayi selanjutnya.
Apgar adalah metode penelitian yang di gunakan untuk mengaji kesehatan neonatus
dalam 1 sampai 5 menit setelah lahir. Penilaian menit pertama adalah menentukan
tindakan, sedangkan menit kelima adalah menentukan prognosis. Sesaat setelah
bayi lahir, penolong persalinan biasanya langsung melakukan penilaian terhadap
bayi tersebut. Perangkat yang digunakan untuk menilai dinamakan Skor Apgar.
Skor Apgar biasanya menangani pada menit pertama Kelahiran dan biasanya di
ulang pada menit kelima. Dalam situasi tertentu, skor apgar juga di nilai menit ke-
10, 15 dan 20 (Andriani, 2019).

Tabel 2.9 Nilai Apgar Skor


Tanda/Nilai Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2
Appearance Seluruh Tubuh Dan Kulit Tubuh Seluruh Tubuh Dan
(Warna Ekstremitas Kemerahan, Ekstremitas
Kulit) Kebiruan Atau Pucat Ekstremitas Kemerahan
Kebiruan/ Pucat
(Akrosianosis)
Pulse Tidak Teraba < 100x/M >100 X/M
(Denyut
Jantung)
Grimace Tidak Ada Respons Meringis/ Menangis Menangis/Bersin
(Respons Terhadap Stimulasi Lemah Setelah Dan Batuk Saat
Refleks) Diberikan Stimulasi Diberikan
Stimulasi
Activity Lemah/Tidak Ada Sedikit Gerakan Bergerak Aktif
(Tonus Otot)
Respiration Tidak Ada Lemah/ Tidak Menangis Kuat,
(Pernafasan) Teratur Pernafasan Baik
Dan Teratur

Tabel 2.10 Kategori Asfiksia


Jumlah Skor Interprestasi Catatan
7-10 Normal
Memerlukan tindakan medis
segera seperti penyedotan lendir
4-6 Asfiksia ringan yang menyumbat jalan napas, atau
pemberian oksigen untuk
membantu bernapas
Melakukan tindakan medis yang
0-3 Asfiksia berat lebih intensif
Sumber : Prawirohardjo, (2020)

2.4.7 Inisiasi Menyusui Dini ( IMD )


IMD adalah proses menyusu segera yang dilakukan dalam 1 jam pertama
setelah bayi lahir. Satu jam pertama kelahiran bayi adalah saat paling penting,
karena pada saat ini terjadi fase kehidupan yang mempengaruhi proses menyusui
(Murniati, 2021).
Menurut (Amalia, 2019) bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir
disebut dengan inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu
dini. Hal ini merupakan peristiwa penting, dimana bayi dapat melakukan kontak
kulit langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan kehangatan. Selain
itu, dapat membangkitkan hubungan atau ikatan antara ibu dan bayi.
IMD dilakukan untuk mempererat ikatan batin antara ibu dan anak, setelah
dilahirkan sebaiknya bayi langsung diletakkan di dada ibunya sebelum bayi itu
dibersihkan.Sentuhan kulit dengan kulit mampu menghadirkan efek psikologis
yang dalam di antara ibu dan anak.Penelitian membuktikan bahwa ASI eksklusif
selama 6 bulan memang baik bagi bayi. Naluri bayi akan membimbingnya saat baru
lahir (Junianti, 2022).
Jika dilakukan kontak antara kulit ibu dan bayi, maka hormon stress akan
kembali turun sehingga bayi menjadi lebih tenang, tidak strees, pernafasan dan
detak jantungnya lebih stabil. Sentuhan, hisapan, dan jilatan bayi pada puting ibu
selama proses IMD akan merangsang keluarnya oksitosin yang menyebabkan rahim
berkontraksi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan
pada ibu (Dewi, 2019).

2.4.8 ASI Eksklusif


ASI Eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif
adalah bayi hanya diberi ASI saja, sejak usia 30 menit post natal (setelah lahir)
sampai usia 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti: susu formula, sari buah, air
putih, madu, air teh, dan tanpa tambahan makanan padat seperti buah-buahan,
biscuit, bubur susu, bubur nasi dan nasi tim (Dewi, 2019). Menurut (Amalia, 2019),
manfaat ASI Eksklusif adalah sebagai berikut:
a) Manfaat Bagi Bayi
1) Asi sebagai nutrisi
2) ASI sebagai kekebalan
3) ASI meningkatkan kecerdasan bayi
4) ASI meningkatkan jalinan kasih sayang
b) Manfaat Bagi Ibu
1) Mengurangi pendarahan dan anemia setelah melahirkan serta mempercepat
pemulihan rahim ke bentuk semula
2) Menjarangkan kehamilan
3) Lebih cepat langsing kembali
4) Mengurangi kemungkinan menderita kanker
5) Lebih ekonomis dan murah
6) Tidak merepotkan dan hemat waktu
7) Portable dan praktis
c) Cara menyusui yang baik dan benar
Menurut Saryono (2017) cara menyusui dengan baik dan benar adalah:
1) Kepala dan badan bayi dalam satu garis lurus, wajah bayi menghadap ke
payudara.
2) Bagian hitam pada payudara ibu masuk ke mulut bayi, bayi menghisap kuat
dan dalam.
3) Sebelum menyusui usapkan 1-2 tetes air susu untuk mencegah puting susu
lecet.
4) Berikan ASI minimal 2 jam sekali 3

2.4.9 Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir


Menurut (Istiqomah, 2019) jika menemukan keadaan ini harus segera
dilakukan pertolongan dan orang tua harus mengetahuinya seperti :
a. Pernafasan sulit atau lebih dari 60x permenit.
b. Terlalu hangat (38°C) atau leboh dingin (< 36°C).
c. Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat atau memar.
d. Hisapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, mengantuk berlebihan
e. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah.
f. Tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah, bengkak, bau busuk,
keluar cairan, pernafasan sulit.
g. Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja lembek/encer, sering
berwarna hijau tua, ada lendir atau darah.
h. Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bisa tenang, menangis terus -
menerus.
i. Bayi kejang
Kejang pada bayi memang kadang terjadi. Yang perlu anda perhatikan adalah
bagaimana kondisi pemicu kejang,apakah kejang terjadi saat bayi demam.Jika
bayi kejang namun tidak dalam kondisi demam, maka curigai ada masalah
lain. Perhatikan frekuensi dan lamanya kejang, konsultasikan pada dokter.
j. Lemah
Kondisi lemah biasanya dipicu dari diare, muntah yang berlebihan atau infeksi
berat.

2.4.10 Imunisasi
Menurut (A Buchari, 2018) imunisasi merupakan usaha dalam memberi
kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh
membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi
merupakan langkah untuk mencegah penyakit menular dengan cara memberikan
vaksin pada seseorang sehingga tubuhnya resisten terhadap penyakit tertentu.
Tujuan pemberian imunisasi adalah membentuk kekebalan tubuh agar tidak mudah
terinfeksi virus penyebab penyakit (Hanif, 2017).
Tabel 2.11 Standar Pelayanan Imunisasi
Jenis Frekuensi Dosis Cara Selang Umur Keterangan
Vaksin Pemberian pemberian waktu anak
Imunisasi pemberian
BCG 1x 0,05 Intrakutan 0-2 RS/Pusk/Rb
cc bulan diberikan
sebelum
pulang
kerumah.
DPT 3x (DPT 0,5 cc Intramusku 4 minggu 2,4,6,18
1,2,3,) lar bulan
dan
diulang
pada 5
tahun
Polio 4 x (polio 2 tetes Meneteska 4 minggu 2,4,6,18 RS/Pusk/ RB
1,2,3,4) n kemulut bulan diberikan
sebelum
pulang
kerumah
Campak 1x 0,5 cc Sub kutan 9 bulan
biasanya di
lengan kiri
bagian atas.
Hepatits 3x 0,5 cc Intramusku 4 minggu Setelah RS/Pusk/Rb
B lar, paha lahir,1 diberikan
atas bagian bulan segera dalam
luar. dan usia 24 jam
antara 3- pertama
6 bulan kelahiran.
TT 1x 0,5 cc Intramusku 10 tahun
lar
Sumber : (Sudarti M. , 2017)
2.5 Manajemen Kebidanan

2.5.1 Definisi Manajemen Kebidanan


Manajemen Kebidanan adalah proses masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan- penemuan, ketrampilan dalam rangkaian / tahapan yang logis untuk
pengambilan keputusan yang didasarkan pada klien (Arlenti, 2021).

2.5.2 Langkah Manajemen Kebidanan


Menurut (Zackary, 2020) langkah dalam manajemen kebidanan, yaitu :
a. Langkah I: Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, baik dari
hasil anamnesa dengan klien suami/keluarga, hasil pemeriksaan, dan dari
dokumentasi pasien/catatan tenaga kesehatan yang lain. Data yang diperlukan
termasuk:
1) Identitas pasien yaitu identitas pribadi dan identitas social. Identitas pribadi
yang melekat pada pribadi pasien seperti nama, tanggal Tahir / umur, jenis
kelamin, alamat, status perkawinan, nama orang tua dan termasuk No. RM.
identitas sosial termasuk identitas yang menjelaskan tentang sosial
ekonomi, budaya, agama pendidikan, pekerjaan, identitas orang tua,
identitas penanggung jawab dan lain- lain.
2) Anamnesa: merupakan kegiatan wawancara antara pasien dengan dokter
atau tenaga kesehatan lainnya yang tidak diakui untuk mendapatkan
keterangan-keterangan tentang keluhan dan penyakit yang diderita pasien.
Anamnesa dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
- Auto Anamnesa: data yang didapatkan/bersumber langsung dari
pasien karena pasien mampu melakukan tanya jawab
- Allo Anamnesa: data yang didapatkan secara tidak langsung
/bersumber dari keluarga pasien karena pasien tidak mampu
melakukan tanya jawab, misalnya: pada pasien anak-anak, pasien
tidak sadar, tidak dapat berkomunikasi dengan baik, mengalami
gangguan jiwa. maka data dapat diperoleh dari Suami, orang tua,
adik, kakak, paman/ bibi dll.
3) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan yang dilakukan kepada pasien
untuk mengetahui keadaan pasien sesungguhnya.
4) Pemeriksaan khusus: pemeriksaan yang hanya dilakukan bila diperlukan,
5) Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan yang dilakukan untuk menunjang
diagnosa, seperti pemeriksaan laboratorium, USG, Rontgen, dan lain-lain
6) Melihat catatan rekam medik pasien terdahulu Langkah pengkajian ini
merupakan langkah yang akan menentukan langkah pengambilan keputusan
yang akan diambil pada langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data
sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi
yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, olen sebab itu dalam
pendekatan ini harus yang komperchensil meliputi data subjektif, objektif,
dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi/menilai
kondisi kliet yang sebenarnya dan pasti. Setelah data dikumpulkan ulang
data apakah sudah tepat, lengkap dan akurat. Sebagai contoh informasi yang
perlu digali ada pada Formulir pengkajian (Formulir ini merupakan bagian
yang tidak terpisah.
b. Langkah II : Menginterpretasi Data Dasar
Pada langkah ini bidan menganalisa data dasar yang dapat pada langkah
pertama, menginterpretasikannya secara akurat dan logis, sehingga dapat
merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan.
Rumusan diagnosa berasal dari kondisi klien, apakah klien dalam kondisi
hamil, inpartu, nifas, bayi baru lahir. Apakah kondisinya dalam keadaan
normal. Diagnosa ini dirumuskan menggunakan nomenklatur kebidanan.
Masalah ini terjadi pada ibu tetapi belum masuk dalam rumusan diagnosis vang
ada, karena masalah tersebut membutuhkan penanganan / intervensi bidan,
maka dirumuskan setelah diagnosis. Masalah wanita yang diidentifikasi oleh
bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
c. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensia
Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam melakukan
asuhan kehidanan bidan dituntut untuk mengantisipasi permasalahan yang
akan timbul dari kondisi yang ada/sudah terjadi. Dengan mengidentifikasi
masalah atau potensi diagnosis yang akan terjadi berdasarkan
diagnosa/masalah yang sudah ada, dan merumuskan tindakan apa yang perlu
diberikan untuk mencegah atau menghindari masalah/diagnosis potensial yang
akan terjadi. Pada langkah antisipasif ini diharapkan Bidan selalu waspada dan
siap-siap mencegah diagnosis / masalah yang berpotensi menjadi benar-benar
tidak terjadi. Langkah ini, penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
Langkah ini perlu dilakukan secara cepat, karena sering terjadi dalam kondisi
emergensi.
d. Langkah IV: Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan
Segera
Pada saat ini bidan mengidentifikasi perlunya tindakan tindakan tindakan
intervensi, tindakan konsultasi, segera, kolaborasi dengan dokter lain, atau
rujukan berdasarkan Kondisi Klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
penatalaksanaan kebidanan yang terjadi dalam kondisi emergensi. Dapat
dilakukan pada saat ibu hamil,bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Berdasarkan
hasil analisa data, ternyata kondisi klien membutuhkan tindakan segera untuk
mengatasi/mengatasi diagnose/ masalah yang terjadi.
Pada langkah ini mungkin saja diperlukan data baru yang lebih spesifik
sehingga siaga penyebab masalah langsung yang ada, sehingga diperlukan
tindakan segera untuk melihat penyebab masalah. Jadi tindakan segera bisa
juga berupa observasi/pemeriksaan. Beberapa data mungkin
mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera
untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya perdarahan kala
III, atau mengatasi distosia bahu pada kala II). tahap ini mungkin juga klien
memerlukan tindakan dari seorang dokter, misalnya terjadi prolaps tali pusat,
schingga perlu tindakan rujukan dengan segera.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pra-eklamsi, kelainan
panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medis yang serius,
maka bidan perlu elakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Dalam,
kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan tci atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja wiel, ahli gizi.
Dalam bidan ini harus mampu memenuhi kondisi setiap klien tuk umenentukan
kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang tepat dalam penatalaksanaan
asuahan klien.
e. Langkah V: Menyusun Rencana Asuhan Secara Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi, baik yang sifatnya segera atau pun rutin. Pada langkah ini data
informasi yang tidak lengkap sifatnya dapat dilengkapi dengan merumuskan
tindakan yang mengevaluasi/memeriksa kembali. Atau perlu tindakan yang
sifatnya follow up.
Rencana asuhan menyeluruh tidak hanya mencakup penanganan masalah
yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan, tetapi juga tindakan yang bentuknya antisipasi (dibutuhkan
penyuluhan, konseling).
Begitu pula tindakan rujukan yang dibutuhkan klien bila ada masalah-
masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi- kultural atau masalah
psikologis. Dengan perkataan lain asuhan ernadap wanita tersebut sudah
mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan.
Setiap rencana asuhan haruslah disetujui pihak kedua belah pihak, yaitu oleh
bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan
melaksanakan rencana tersebut (Informed Consent). Oleh karena itu, pada
langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan
hasil pembahasan rencana asuhan bersama klien kemudian membuat
kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya, baik lisan maupun tertulis.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus
rasional dan benar-benar berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date
serta telah bahwa tindakan tersebut bermanfaat/efektif dibuktikan berdasarkan
penelitian (Evidence Based).
f. Langkah VI Melaksananakan asuhan rencana
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diurajkan pada langkah ke dilaksanakan secara efisien, efektif dan aman,
Pelaksanaan dapat dılakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama-sama dengan
klien, atau anggota tim kesehatan lainnya kalau diperlukan.
Apabila ada tindakan yang tidak dilakukan oleh bidan tetapi dilakukan oleh
dokter atau tim kesehatan yang lain, bidan tetap memegang tanggung jawab
untuk mengarahkan kesinambungan asuhan berikutnya (misalnya memastikan
langkah- langkah tersebut benar-benar terlaksana, dan sesuai dengan kebutuhan
klien).
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk klien yang
mengalami komplikasi, maka interaksi bidan dalam penatalaksanaan asuhan
bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana
bersama yang menyeluruh tersebut. Penatalaksanaan yang efisien akan
meningkatkan waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.Kaji
ulang apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan.
g. Langkah VII: Mengevaluasi asuhan yang diberikan
Pada langkah terakhir ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan, termasuk pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar -
benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasikan didalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.Ada
kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian
belum efektif. Mengingat bahwa proses penatalaksanaan ini merupakan suatu
kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengingat kembali dari awal
setiap asuhan yang tidak efektif melalui pengkajian ulang (kondisi klien).
97

Proses avaluasi dilaksanakan untuk menilai mengapa proses


penatalaksanaan efektif/ tidak efektif serta melakukan rencana tersebut.
Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut. Efektif.
Dalam pendokumentasian/catatan asuhan kebidanan diterapkan dalam bentuk
SOAP.
1) Data subjektif (S) adalah data pasien yang didapat dari anamnesa.
2) Data Objektif (O) adalah data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik
serta diagnostik dan penunjang juga catatan lainya.
3) Asesment (A) adalah analisis dan interpretasi data yang terkumpul dan
dibuat kesimpulan, yang terdiri dari diagnosis, antisipasi, diagnosis/masalah
potensial, dan perlu tindakan segera /kalaborasi.
4) Perencanaan (P) adalah gambaran pendokumentasian dari tindakan
Evaluasi di dalamnya termassuk asuhan mandiri, kalaborasi, tes
diagnostik/laboratorium, konseling, dan follow up.
BAB III

PERKEMBANGAN KASUS

Pada BAB ini penulis akan membahas kasus pada masa kehamilan, bersalin,
nifas dan bayi baru lahir normal pada Ny.“A” di PMB Husniyati Palembang Tahun
2024. Adapun catatan perkembangan disajikan dalam bentuk manajemen SOAP,
yaitu :

3.1 Asuhan Masa Kehamilan

3.1.1 Asuhan Kehamilan Kunjungan Pertama


Tanggal : 02-01-2023 Jam : 12.05 WIB
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama ibu Ny.“A” umur 20 tahun, pendidikan SMP, pekerjaan Ibu rumah
tangga, Pendidikan SMP,agama islam, bangsa Indonesia. Nama suami Tn.“A”
umur 34 tahun, pendidikan SMA, pekerjaan wiraswasta, agama islam, yang
beralamat di Jl Tegal Binangun RT 09 RW 03.
2. Alasan Datang
Ibu datang ke BPM Husniyati ingin memeriksakan kehamilannya, ibu
mengaku hamil 9 bulan anak ke dua tidak pernah keguguran dan tidak ada
keluhan.
3. Riwayat Menstruasi
Ibu menarche pada umur 13 tahun, lamanya 7 hari, banyaknya 2 kali
ganti pembalut, siklus haid teratur, disminorhea tidak ada, warna darah merah
kecoklatan
4. Riwayat perkawinan
Menikah pada umur 18 tahun, menikah 2x sah dan lama pernikahan 1
tahun.

98
5. Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan sekarang G2P1A0 HPHT 08 April 2023, tafsiran
persalinan 15 Januari 2024, usia kehamilan 38 minggu, pemeriksaan ANC
sebanyak 6x, 4x di bidan terdekat, 2x bersama penulis di PMB Husniyati.
Selama kehamilan ibu sudah meminum tablet penambah darah (Fe) sebanyak
63 tablet, imunisasi TT ibu sudah lengkap, keluhan selama kehamilan di
Trimester I yaitu mual dan muntah, Trimester II tidak ada dan Trimester III,
sering BAK dimalam hari
6. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami penyakit apapun, tidak ada
riwayat operasi, dan tidak ada alergi. Ibu juga mengatakan tidak ada keluarga
yang menderita penyakit kronis, keturunan seperti hepatitis, diabetes mellitus,
hipertensi dan asma.
7. Pola kebiasaan sehari – hari
Makanan sehari-hari ibu teratur ±3x sehari dengan menu yang bervariasi,
seperti mengkonsumsi 1 piring nasi, 1 mangkok kecil sayur, 1 potong lauk, 1
potong buah-buahan dan ibu minum sebanyak ±8 gelas/hari, ibu tidak
mempunyai pantangan dalam makan serta alergi terhadap makanan dan obat.
Pola eliminasi BAK kurang lebih ±5x sehari, BAB 1x sehari. Pola istirahat ibu
baik yaitu ±2 jam di siang hari dan 8 jam di malam hari, rekreasi 1x sebulan,
olahraga 1x/minggu, personal hygiene ibu baik, gosok gigi 2x/hari, mandi
2x/hari serta ganti pakaian dalam 3x/hari.
8. Data psikososial
Hubungan ibu dengan suami harmonis, rencana persalinan normal serta
harapan ibu dan bayi sehat. Persiapan untuk persalinan yaitu uang dan
perlengkapan bayi, tidak ada keluarga yang tinggal serumah, jumlah seluruh
keluarga yang tinggal serumah adalah 3 orang, suami sebagai pengambilan
keputusan dalam keluaraga dan tidak ada kebiasaan atau adat istiadat yang
dilakukan selama kehamilan.

99
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional
stabil, tinggi badan: 155 cm, berat badan: 68 kg, berat badan sebelum hamil:
57 kg, lila 26 cm, TD: 110/80 mmHg, nadi: 83 x/menit, pernafasan: 20x/menit
dan suhu 36,5ºC, HB: 11 gr %, protein urine (-), glukosa (-).
2. Pemeriksaan Fisik
Rambut hitam, bersih, tidak rontok, tidak terdapat cloasma gravidarum,
dan tidak ada odema, pada wajah ibu konjungtiva tidak pucat, sklera tidak
ikterik, penglihatan baik, hidung bersih tidak ada polip, penciuman baik, mulut
dan gigi bersih tidak ada stomatitis pada mulut dan tidak ada caries pada gigi,
telinga simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik, leher tidak ada
pembesaran kelenjar thyroid, vena juguralis dan limfe, bunyi jantung jelas dan
teratur, bunyi nafas bersih, payudara simetris, dan areola mamae
hyperpigmentasi putting susu menonjol serta kolostrum belum keluar.
3. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
Abdomen membesar sesuai dengan usia kehamilan, terdapat linea
nigra, tidak terdapat luka bekas operasi.
b. Palpasi
Leopold 1 : Setengah px (prosesus Xipoideus) dan pusat Mc.Donald 31
cm, bagian fundus teraba besar, lunak dan tidak melenting
(bokong).
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba bagian-bagian kecil janin
(ekstremitas), bagian kiri perut ibu teraba panjang, keras
seperti papan (punggung),
Leopold III : Bagian terbawah perut ibu teraba bulat, keras dan melenting
(kepala) dan bagian terbawah janin masih bisa digoyangkan
(belum masuk PAP),
Leopold IV : Tidak dilakukan
TBJ= (TFU-13) x 155 berarti (31cm-13) x 155= 2.790 gram.

100
c. Auskultasi
Gerakan janin aktif, DJJ (+), dengan frekuensi 144 kali/menit, teratur,
lokasi 2 jari di bawah pusat sebelah kiri perut ibu.
d. Perkusi
Reflex patella kanan (+) dan kiri (+)
e. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 11 gr%
Urine : Protein (-), Glukosa (-)
C. Analisa
Diagnosa: G2P1A0 38 Minggu, janin tunggal hidup presentasi kepala.
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu dalam keadaan normal yaitu usia
kehamilan 38 Minggu, Tekanan darah: 110/80 mmHg, Suhu: 36,5C,
Pernapasan: 20 x/menit, Nadi: 83 x/menit, Lila: 26 cm, HB: 11 gram%,
Protein Urine (-), Glukosa Urine (-) dan keadaan janin ibu baik presentasi
kepala, DJJ: 140 x/menit, serta TBJ: 2.790 gram.
- Ibu mengerti penjelasan bidan dan merasa senang dengan hasil
pemeriksaan
2. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi seimbang yaitu ada
karbohidrat seperti nasi, umbi-umbian, jagung, dan tepung. Ada protein
seperti telur, ikan, daging, sayuran hijau, tahu, tempe. Ada lemak seperti
kacang-kacangan dan minyak. Ada vitamin dan mineral dari buah-buahan
agar bisa memenuhi nutrisi untuk janin dan minum susu.
- Ibu mengerti dan mau melakukannya
3. Memberitahu ibu untuk selalu menjaga kebersihan dirinya terutama pada
daerah kemaluan, payudara, dan mengganti celana dalam jika lembab.
- Ibu mengerti dan mau melakukannya
4. Memberitahu ibu untuk mengurangi aktivitas yang membuat ibu menjadi
cepat lelah, ibu harus tetap menjaga pola istirahat seperti tidur siang selama
2 jam dan tidur di malam hari selama 8 jam.
- Ibu mengerti dan mau melakukannya

101
5. Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi Tablet Fe 1x1 tablet sehari, Tablet
Fe diminum pada malam hari menggunakan air putih.
- Ibu mengerti dan mau melakukannya
6. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada kehamilan yaitu: Mata
berkunang-kunang, Penglihatan kabur, nyeri kepala hebat, keluar darah
pervaginam, bengkak pada wajah, tangan dan kaki, gerakan janin tidak
dirasakan dan jika ibu mengalami hal tersebut segera datang ke fasilitas
Kesehatan terdekat.
- Ibu mengerti dan mau melakukannya
7. Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan, yaitu : Keluar lendir bercampur
darah, sakit perut menjalar ke pinggang, adanya kontraksi yang kuat dalam
10 menit
- Ibu mengerti penjelasan bidan
8. Memberitahu ibu untuk menyiapkan perlengkapan bayi serta perlengkapan
ibu yang diperlukan untuk persalinan
- Ibu mengeri penjelasan bidan
9. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang atau jika ibu ada
keluhan segera datang ketenaga kesehatan terdekat.
- Ibu mengerti dan mau melakukannya

3.1.2 Asuhan Kehamilan Kunjungan Kedua


Tanggal : 09-01-2022 Jam : 16.30 WIB
A. Data Subjektif
1. Alasan datang
Ibu datang ke BPM Husniyati ingin memeriksakan kehamilannya,
mengaku hamil 9 bulan dan tidak ada keluhan
2. Riwayat Kehamilan
G2P1A0 39 Minggu, HPHT 08 April 2023, tafsiran persalinan 15
Januari 2024. dan sudah meminum tablet penambah darah (Fe) sebanyak 70
tablet
3. Pola Kebiasaan Sehari-hari

102
Makanan sehari-hari ibu teratur, gizi seimbang, bervariasi ±3x sehari,
dan ibu minum air putih sebanyak ±8 gelas/hari , Pola eliminasi tidak ada
masalah BAK kurang lebih ±5x sehari, BAB 1x sehari, Pola istirahat ibu baik
yaitu ±2 jam pada siang hari dan ±8 jam pada malam hari, rekreasi 1x sebulan,
olahraga 2x seminggu. Personal hygiene ibu baik, gosok gigi 2x/hari, mandi
2x/hari serta ganti pakaian dalam 2x/hari.
4. Riwayat Psikososial
Hubungan Ibu dengan keluarga harmonis dan persiapan untuk persalinan
yaitu uang dan perlengkapan bayi
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional
stabil, berat badan: 68 kg. TD: 110/80 mmHg. nadi: 80x/menit, pernafasan:
20x/menit dan suhu 36,5C
2. Pemeriksaan abdomen
a. Infeksi
Abdomen membesar sesuai dengan usia kehamilan, terdapat linea
nigra, tidak terdapat luka bekas operasi.
b. Palpasi
Leopold I : Tinggi fundus uteri setengah px (prosesus Xipoideus) dan
pusat Mc.Donald 32 cm bagian fundus teraba besar, lunak dan
tidak melenting (bokong),
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba bagian-bagian kecil janin
(ekstremitas), bagian kiri sisi perut ibu teraba panjang, keras,
seperti papan (punggung).
Leopold III : Bagian terbawah perut ibu teraba bulat, keras dan melenting
(kepala) dan bagian terbawah janin tidak bisa digoyangkan
(belum masuk PAP).
Leopold IV: -
TBJ= (TFU-12) x 155 berarti (32cm-12) x 155= 3.100gram.
c. Auskultasi

103
Gerakan janin aktif, DJJ (+) frekuensi 146 kali/menit teratur, lokasi 2
jari di bawah pusat sebelah kiri perut ibu.

C. Analisa
Diagnosa: G2P1A0 39 minggu , janin tunggal hidup presentasi kepala.
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, ibu dalam keadaan normal yaitu usia
kehamilan 39 minggu, TD: 110/80mmHg, Suhu: 36,5°C, Pernafasan:
20x/menit, Nadi: 80x/menit, dan keadaan ibu dan janin baik, presentasi
kepala, DJJ: 145x/menit, serta TBJ: 3.100gram.
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan merasa senang dengan hasil
pemeriksaan
2. Memberikan dan menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi tablet Fe
dengan dosis 1x1 diminum pada malam hari.
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan mau mengkonsumsi tablet
Fe
3. Menganjurkan ibu kembali untuk selalu makan makanan yang bergizi
seimbang yaitu ada karbohidrat seperti nasi, umbi-umbian, jagung, dan
tepung. Ada protein seperti telur, ikan, daging, sayuran hijau, tahu, tempe.
Ada lemak seperti kacang-kacangan dan minyak. Ada vitamin dan mineral
dari buah-buahan agar bisa memenuhi nutrisi untuk janin dan minum susu.
- Ibu mengerti dan mau melakukannya
3. Memberitahu ibu untuk selalu menjaga kebersihan dirinya terutama pada
daerah kemaluan, payudara, dan mengganti celana dalam jika lembab.
- Ibu mengerti dan mau melakukannya
4. Memberitahu ibu untuk melakukan perawatan payudara untuk persiapan
ibu menyusui, bersihkan payudara menggunakan baby oil dan
mengunakan bra yang menyokong, mudah menyerap keringat, tidak
terlalu ketat.
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan mau melakukan anjuran

104
5. Menganjurkan ibu untuk mempersiapkan persalinan seperti pakaian ibu,
pakaian bayi, serta perlengkapan persalinan lainnya.
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan mau mempersiapkan
perlengkapan persalinan.
6. Memberitahu ibu tanda-tanda persalinan, yaitu pengeluaran lendir
bercampur darah, terjadi pembukaan serviks, ada kontraksi makin sering
terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek 3x atau
lebih dalam 10 menit berlangsung selama 40 detik atau lebih.
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
7. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi atau
jika ibu ada keluhan segera datang ketenaga kesehatan terdekat kapan saja.
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan mau melakukan kunjungan
ulang

3.2 Asuhan Masa Persalinan


Kala I fase aktif tanggal: 16-01-2024, Pukul: 10.00 WIB
A. Data Subjektif
Ibu datang ke PMB Husniyati ingin memeriksakan kehamilannya dan
mengeluh sakit perut yang menjalar kepinggang dan keluar lendir bercampur
darah.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional
stabil, BB: 68kg, TD: 120/80 mmHg, N: 83 x/menit, P: 20 x/menit, suhu 36,5ºC,
konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik dan tidak ada oedema.
2. Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi
Pembesaran sesuai dengan usia kehamilan, terdapat linea nigra tidak
ada luka bekas operasi
b. Palpasi

105
Leopold I : TFU setengag Px (procesuss xypoideus) Mc. Donald 31
cm, bagian fundus teraba, bulat, lunak dan tidak melenting
(Bokong).
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba bagian-bagian kecil janin
(ekstremitas), bagian kiri sisi perut ibu teraba panjang,
keras, seperti papan (punggung).
Leopold III : Bagian terbawah perut ibu teraba bulat, keras dan
melenting (kepala) dan bagian terbawah janin tidak bisa
digoyangkan (sudah masuk PAP).
Leopold IV : 2/5
Auskultasi
DJJ (+) frekuensi 143 kali/menit teratur, lokasi 3 jari di bawah pusat
sebelah kiri perut ibu.

C. Pemeriksaan Obstetri
a. Inspeksi
Terlihat ada lendir bercampur darah, tidak ada pembesaran kelenjar
bartolini dan tidak ada varises.
b. Pemeriksaan dalam
Portio tebal, pembukaan 4 cm, ketuban (+), presentasi kepala
penunjuk UUK kiri depan, penurunan HIII, tidak ada presentsi ganda
D. Analisa data
Diagnosa : G2P1A0 hamil aterm kala I fase Aktif , janin tunggal hidup
presentasi kepala.
a) Penatalaksanaan
1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu Tekanan darah: 120/80 mmHg
Suhu: 36,5oC, Nadi: 83x/menit, DJJ: 143x/menit, His: 3x10’35”. Portio:
tebal, Pembukaan : 4 cm, Ketuban (+), Presentasi: kepala, Penunjuk: ubun-
ubun kecil kiri depan, Penurunan : H III, tidak ada presentasi ganda.
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
2) Memberitahu ibu untuk bedrest di tempat tidur

106
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
3) Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB
- Ibu mau BAK dan BAB dengan menggunakan pispot
4) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum agar menambah tenaga ibu saat
persalinan
- Ibu mau makan dan minum
5) Menganjurkan ibu untuk miring ke kiri atau kanan
- Ibu mengerti dan mau melakukannya
6) Menganjurkan suami dan keluarga untuk mengusap atau memijat punggung
ibu untuk mengurangi rasa sakit
- Suami dan keluarga mau melakukannya
7) Mengajarkan pada ibu cara meneran yang baik dan benar seperti jika ada
kontraksi memuncak ibu kumpulkan rasa sakitnya dan meneran seperti
BAB keras
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
8) Lakukan observasi dan pendokumentasian menggunakan patograf

Kala I Fase Aktif Tanggal: 16-01-2024, 11.47 WIB


Data Subjektif : Ibu mengeluh perutnya semakin sakit
Data Objektif : Keadaan umum ibu baik tekanan darah: 120/80 mmHg
nadi: 80x/menit, Pernafasan: 20x/menit, suhu: 36,5oC
portio tipis, pembukaan 6 cm, ketuban (+) , persentasi
kepala, penunjuk UUK kiri depan , penurunanan HII,
tidak ada presentasi ganda
Diagnosa : G2P1A0 inpartu kala I fase aktif, janin tunggal hidup
presentasi kepala.

Penatalaksanaan :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu Tekanan darah: 120/80 mmHg,
Suhu: 36,5oC, Nadi: 80x/menit, DJJ: 140x/menit, His: 4x10’42”. Portio:

107
tipis, Pembukaan : 6 cm, Ketuban (+), Presentasi: kepala, Penunjuk: ubun-
ubun kecil kiri depan, Penurunan : HII tidak ada presentasi ganda.
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
2. Memberitahu ibu untuk bedrest di tempat tidur
-Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
3. Menanyakan kepada ibu siapa yang akan menemani selama proses
persalinan.
-Suami ibu sudah menemani
4. Memberitahu ibu untuk makan dan minum di sela kontraksi.
-Ibu mau makan dan minum
5. Memberitahu ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB.
-Ibu mau BAK dan BAB dengan menggunakan pispot
6. Memberitahu ibu miring kekiri atau kekanan
-Ibu mengerti penjelasan bidan
7. Memberitahu kembali suami dan keluarga untuk mengusap atau memijat
punggung ibu untuk mengurangi rasa sakit.
-Suami dan keluarga mau melakukannya
8. Memberitahu ibu memilih posisi persalinan seperti jongkok, duduk dan
setengah duduk.
-Ibu memilih posisi setengah duduk
9. Memberitahu ibu untuk tidak mengedan pada saat kontraksi, tetapi dengan
cara menarik nafas dan hembuskan dari mulut untuk mengurangi rasa
sakitnya.
-Ibu mengerti penjelasan bidan
10. Melakukan pemantauan, seperti kontraksi, nadi, DJJ setiap 30 menit sekali
dan melakukan pemantauan tekanan darah, suhu serta pemeriksaan dalam
setiap 4 jam sekali atau jika ada indikasi seperti mengeluh kesakitan.
-Ibu men rgerti dengan penjelasan bidan
11. Menyiapkan perlengkapan partus set, heting set, APD dan obat-obatan
yang akan digunakan, serta pakaian ibu dan bayi
-Alat sudah disiapkan

108
Lembar Observasi
Tanggal Jam TD Nadi Suhu DJJ Kontraksi VT
16-01-2024 10.00 120/80 80x/m 36,5 143x/m 3x10’35” 4 cm
10.30 - - - 145x/m 3x10’35” -
11.47 - - - 142x/m 3x10’40” 6 cm
16-01-2024 12.54 - - - 140x/m 5x10’45” 10 cm

Kala II Tanggal 16-01-2024, Pukul 12.54 WIB


Data Subjektif : Ibu mengatakan perutnya bertambah sakit, dan ada rasa
ingin BAB dan meneran
Data Objektif : DJJ: 140 x/menit, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm,
ketuban (+)presentasi kepala, penunjuk: UUK kiri
depan, HIII+, His 5x10’45’’

Diagnosa :G2P1A0 inpartu kala II, JTH preskep


Penatalaksanaan :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu DJJ: 140 x/menit, portio tidak
teraba, pembukaan 10 cm, ketuban (+), presentasi kepala, penunjuk: ubun-
ubun kiri depan, penurunan HIII+, His 5x10’45’’
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
2. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan menghadirkan
suami.
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
3. Memberitahu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat persalinan
- Ibu memilih posisi setengah duduk
4. Bidan mengajarkan meneran dengan cara tarik nafas dari hidung,
kemudian meneran seperti ingin BAB keras
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
5. Ketika kepala bayi 5-6 cm didepan introitus vagina letakkan handuk atau
kain kering diatas perut ibu, dan kain 1/3 dibawah bokong ibu, kemudian
lindungi perineum dengan tangan kanan yang dilapisi dengan kain, tangan
kiri menahan puncak kepala agar tidak terjadi defleksi maksimal dengan

109
melakukan tekanan lembut kekepala bayi, dan membiarkan kepala keluar
dengan sendirinya
- ibu meneran dengan baik
6. Memimpin persalinan dan menganjurkan ibu untuk meneran jika timbul
kontraksi yang kuat
- Bayi lahir spontan pukul 13.00 WIB, jenis kelamin laki-laki, menangis
kuat, gerakan aktif, warna kulit kemerahan Apgar score : 9/10
7. Mengeringkan bayi dengan kain kering dan mengganti kain
- Bayi telah dikeringkan

Kala III Tanggal: 16-01-2024, Pukul: 13.01 WIB


Subjektif : Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules dan ibu
senang bayinya telah lahir dengan sehat dan normal
Objektif : Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis,
Tinggi Fundus Uteri sepusat, kontraksi uterus baik,
perdarahan ± 150 cc, dan terlihat semburan darah
secara tiba-tiba
Analisa data : P2A0 Kala III
Penatalaksanaan :
1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu Tinggi Fundus Uteri sepusat,
kontraksi uterus baik, perdarahan ± 150 cc
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
2) Memberitahu ibu bahwa keluhan yang dirasakan adalah hal yang normal
karena proses kontraksi rahim.
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
3) Memeriksa adakah janin kedua
- Tidak ada janin kedua
4) Memberitahu ibu bahwa akan disuntikkan oksitosin di 1/3 paha luar
- Oksitosin sudah disuntikkan
5) Melakukan pemotongan dan penjepitan tali pusat setelah tali pusat tidak
berdenyut lagi

110
- Tali pusat telah dipotong
6) Melakukan IMD selama 1 jam dengan cara letakkan bayi tengkurap di dada
ibu, kulit ke kulit biarkan 1 jam/lebih sampai bayi menyusui sendiri,
selimuti dan beri topi
- IMD telah dilakukan bayi sudah diselimuti dan diberi topi
7) Melakukan peregangan tali pusat terkendali dan melihat tanda-tanda lepasnya
plasenta yaitu semburan darah tiba-tiba, tali pusat memanjang, dan abdomen
berubah menjadi globuler
- Plasenta lahir pukul 13.05 WIB
8) Melakukan masase selama 15 detik
- Masase telah dilakukan
Kala IV Tanggal 16-01-2024, Pukul 13.05 WIB
Subjektif : Ibu mengatakan masih terasa mules pada daerah perut
Objektif : Tekanan darah: 110/70 mmHg, Nadi: 80 x/m,
Pernafasan: 20 x/m, T: 36,5oC, Tinggi Fundus Uteri 2
jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, perdarahan
±150 cc
Analisa data : P2A0 Kala IV
Penatalaksaan :
1) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu Tekanan darah: 120/80 mmHg,
Nadi: 80x/menit, Suhu: 36,5oC, Tinggi Fundus Uteri: 2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus baik, perdarahan ± 150 cc
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
2) Memeriksakan kelengkapan plasenta
- Kotiledon lengkap dan selaput amnion dan korion utuh
3) Memeriksakan laserasi jalan lahir
- Terdapat laserasi jalan lahir derajat satu dan tidak dilakukan penjahitan
4) Estimasi kehilangan darah
- Kehilangan darah ±150 cc
5) Membersihkan ibu dengan air DTT dan mengganti kain ibu
- Ibu telah dibersihkan dan kain sudah diganti

111
6) Melakukan dekontaminasi selama 10 menit
- Dekontaminasi telah dilakukan
7) Mengajarkan ibu dan keluarga untuk masase
- Ibu dan keluarga mengerti yang diajarkan bidan
8) Menganjurkan ibu untuk beristirahat makan dan minum agar tenaga ibu
pulih
- Ibu mau istirahat makan dan minum
9) Memberitahu ibu untuk tetap membiarkan bayinya didada ibu selama 1
jam, kemudian bayi akan dilakukan pemeriksaan dan disuntikkan Vit.K
untuk mencegah terjadinya perdarahan dan dipakaikan salap mata untuk
mencegah infeksi
- Ibu mengerti penjelasan bidan
10) Melakukan pemantauan keadaan ibu dan menilai perdarahan pada ibu
- Tindakan sudah dilakukan
11) Menganjurkan ibu jangan turun dari tempat tidur dulu sebelum 2 jam
karena takut terjadinya perdarahan
- Ibu mau mengikuti anjuran bidan
12) Memberitahu ibu bahwa ibu akan dilakukan observasi selama 2 jam yaitu
setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama, dan setiap 30 menit pada 1 jam
kedua.
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan

112
Tabel Pemantauan Kala IV
Jam Wakt TD Nadi Suhu TFU Kontrak Kandung Darah
ke u si kemih yang
keluar
1 13:20 120/8 78x/m 36,5° 2 jari dibawah Baik Tidak penuh ±100cc
0 C pusat
13:35 120/8 80x/m 2 jari dibawah Baik Tidak penuh -
0 pusat
13:50 120/7 79x/m 2 jari dibawah Baik Tidak penuh -
0 pusat
14:05 120/7 80x/m 2 jari dibawah Baik Tidak penuh ±20cc
0 pusat
2 14.35 120/8 82x/m 36,5° 2 jari dibawah Baik Tidak penuh -
0 C pusat
15.05 120/8 82x/m 2 jari dibawah Baik Tidak penuh -
0 pusat

3.3. Asuhan Nifas

3.3.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas 6 Jam Post Partum Pada Ny. “A”
Di PMB Husniyati Palembang
Tanggal :16-01-2024 Jam : 20.00 WIB
A. Data Subjektif
Ibu telah melahirkan 6 jam yang lalu, ibu sudah merasa sehat dan sudah
melakukan mobilisasi
1. Riwayat Persalinan sekarang
Jenis persalinan spontan, tempat persalinan di Pmb Husniyati , ketuban
jernih, kotiledon lengkap berjumlah 18 buah, selaput plasenta lengkap, jumlah
perdarahan ± 200 cc dan terdapat laserasi jalan lahir derajat 1.
2. Riwayat Kelahiran bayi
Bayi lahir pada tanggal 16 Januari 2024, jenis kelamin laki-laki, tidak ada
cacat bawaan, berat badan 3000 gram dan panjang badan 47 cm.
3. Riwayat KB
Ibu belum pernah melakukan KB
4. Data kebiasaan sehari-hari

113
Makan sehari ±3x sehari dengan menu bervariasi, minum 3 liter tiap
hari, ibu tidak mempunyai alergi terhadap obat dan makanan. Pola eliminasi
BAK ± 3x sehari, BAB 1x sehari. Pola istirahat ibu baik.

B. Data Objektif
Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu 36,1ºC,
konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, ASI sudah keluar. Abdomen
teraba keras, tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik,
vulva dan vagina tidak ada oedema, tidak ada tanda – tanda infeksi pada luka
perineum, lochia rubra, sudah BAK 3 kali, ibu sudah melakukan mobilisasi.
C. Analisa Data
Diagnosa: P2A0 6 jam postpartum
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan seperti TD: 120/80mmHg, T:36,1oC, P:
20x/m, N: 80 x/m, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, lochia
rubra.
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
2. Memberikan Konseling
Mengajarkan ibu dan keluarga cara masase agar kontraksi rahim berjalan
dengan baik jika teraba bulat keras berarti rahim berkontraksi dengan baik
- Ibu mengerti yang dianjurkan bidan
3. Memberitahu ibu cara perawatan luka perineum dengan cara membersihkan
kemaluan dengan air bersih lalu di keringkan daerah kemaluan jangan sampai
lembab pasang kasa stetil diluka perineum.
- Ibu mengerti yang dianjurkan bidan
4. Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang bergizi seperti sayur-sayuran,
telur, dan buah-buahan serta minum air putih ± 3 liter/hari untuk membantu
mempercepat pemulihan dan produksi ASI ibu.
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan

114
5. Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup yaitu tidur siang ± 2 jam dan
malam ±8 jam atau apabila bayinya tidur ibu ikut tidur.
- Ibu mengerti dengan pen jelasan bidan
6. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihannya dengan mengganti pakaian
dalam dan pembalut 3x sehari atau jika terasa lembab.
- Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran bidan
7. Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi tablet fe 1x1 sehari diminum pada
malam hari.
- Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran bidan
8. Memberikan ibu vitamin A merah 2x sehari dengan dosis 200000IU diberikan
setelah melahirkan 1 kapsul, kemudian minum 1 kapsul lagi 24 jam setelah
pemberian kapsul pertama dan menganjurkan ibu untuk meminumnya karena
dapat memperlancar produksi ASI dan membantu proses persalinan setelah
persalinan dan juga membantu meningkatkan kekebalan tubuh pada ibu dan
bayi.
- ibu mengerti dengan penjelasan bidan.
9. Memberitahu dan menganjurkan kepada ibu untuk menyusui bayinya sesering
mungkin atau setiap 2 jam sekali.
- Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran bidan
10. Mengajarkan ibu cara menyusui dengan baik dan benar yaitu kepala dan
badan bayi dalam satu garis lurus wajah bayi menghadap ke payudara bagian
hitam pada payudara ibu masuk kemulut bayi, bayi menghisap kuat dan tidak
ada suara, sebelumnya bersihkan payudara dengan ASI supaya puting susu
tidak lecet.
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
11. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI Ekslusif pada bayinya sampai
usia 6 bulan tanpa makanan tambahan apapun.
- Ibu mau memberikan ASI Ekslusif pada bayinya
12. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas seperti perdarahan
pervaginam yang abnormal, demam tinggi dan penglihatan kabur,
pengeluaran vulva berbau, payudara bengkak, dan infeksi.

115
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
13. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada bayi yaitu bayi demam tinggi
lebih dari 2 hari, kejang, tidak mau menyusu, tali pusat infeksi. Apabila ada
tanda-tanda tersebut harap memeriksakan keadaanya.
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
14. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu kedepan
atau jika ada keluhan
- Ibu mau melakukan kunjungan ulang

3.3.2 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Hari ke 3 Post Partum Pada Ny. “
A” Di Kediaman Pasien Di Tegal Binangun
Pada Tanggal :19-01-2024 Jam : 11.00 WIB
A. Data Subjektif
Ibu ingin memeriksakan keadaannya pada masa nifas, ibu mengatakan
badannya terasa Lelah, sulit tidur, dan merasakan khawatir.
B. Data Objektif
Keadaan ibu baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 20 x/ menit, suhu 36,7 ºC, konjungtiva
tidak pucat, sklera tidak ikterik, ASI sudah keluar, puting susu menonjol, tinggi
fundus uteri 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus keras, luka jahitan perineum
sudah kering, tidak ada tanda infeksi, pengeluaran lochia rubra.
C. Analisa Data
Diagnosa: P2A0 1 minggu postpartum
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan seperti TD: 120/80 mmHg T: 36,7oC,
P: 20 x/m, dan N: 80 x/m, TFU 2 jari dibawah pusat, lochia rubra.
- Ibu mengerti penjelasan bidan
2. Memberikan konseling

116
Memberitahu ibu bahwa involusi uterus berjalan normal tinggi fundus 2
jari dibawah pusat, uterus berkontraksi, dan tidak ada perdarahan
abnormal.
- Ibu mengerti penjelasan bidan
3. Mengingatkan dan menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan
luka jahitan dan personal hygine.
- Ibu mengerti penjelasan bidan
4. Mengingatkan dan menganjurkan kepada ibu untuk tetap banyak minum
air putih minimal 3 liter/hari untuk membantu mempercepat pemulihan
ibu, menghindarkan ibu agar tidak dehidrasi dan membantu produksi ASI.
- Ibu mau banyak minum air putih
5. Mengevaluasi apakah ibu sudah mengkonsumsi tablet Fe 1x1 sehari, dan
Vit A Merah sebanyak 2x sehari dengan dosis 200000 IU.
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan rutin mengkonsumsi obat
6. Mengingatkan ibu kembali tentang tanda-tanda bahaya masa nifas seperti
demam tinggi, infeksi atau penglihatan kabur, perdarahan abnormal,
pusing hebat dan payudara bengkak.
- Ibu mengerti penjelasan bidan
7. Mengingatkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI Eksklusif sampai
bayinya berusia 6 bulan tanpa makanan pendamping apapun.
- Ibu mau memberikan ASI Ekskulisif pada bayiya
8. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit.
- Ibu menyusui dengan baik dan tidak ada penyulit
9. Melakukan Terapi pijat Endorphin kepada ibu untuk mengatasi rasa Lelah,
sulit tidur, serta mengurangi rasa khawatir ibu.
- Ibu merasa rileks dan nyaman
10. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu ke depan
atau jika ada keluhan
- Ibu mau kunjungan ulang

117
3.3.3 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Hari ke 8 Post Partum Pada Ny. “
A” Di Kediaman Pasien
Pada Tanggal :27-01-2024 Jam : 09.00 WIB
E. Data Subjektif
Ibu ingin memeriksakan keadaannya pada masa nifas, ibu mengeluh
pegal- pegal otot.
F. Data Objektif
Keadaan ibu baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 20 x/ menit, suhu 36,7 ºC, konjungtiva
tidak pucat, sklera tidak ikterik, ASI sudah keluar, puting susu menonjol, tinggi
fundus uteri pertengahan pusat dan simfisis, kontraksi uterus keras, luka jahitan
perineum sudah kering, tidak ada tanda infeksi, pengeluaran lochia serosa.
G. Analisa Data
Diagnosa: P2A0 8 Hari postpartum
H. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan seperti TD: 120/80 mmHg T: 36,7oC, P:
20 x/m, dan N: 80 x/m, TFU pertengahan pusat dan simfisis, lochia serosa
- Ibu mengerti penjelasan bidan
2. Memberikan konseling
Memberitahu ibu bahwa involusi uterus berjalan normal tinggi fundus
pertengahan pusat dan simfisis, uterus berkontraksi, dan tidak ada
perdarahan abnormal.
- Ibu mengerti penjelasan bidan
3. Mengingatkan dan menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan luka
jahitan dan personal hygine.
- Ibu mengerti penjelasan bidan
4. Menanyakan kepada ibu apakah ada keluhan dalam mengurus bayinya.
- Ibu mengatakan tidak ada keluhan dalam mengurus bayinya
5. Mengingatkan dan menganjurkan kepada ibu untuk tetap banyak minum air
putih minimal 3 liter/hari untuk membantu mempercepat pemulihan ibu,
menghindarkan ibu agar tidak dehidrasi dan membantu produksi ASI.

118
- Ibu mau banyak minum air putih
6. Mengevaluasi apakah ibu sudah mengkonsumsi tablet Fe 1x1 sehari
diminum pada malam hari
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan rutin mengkonsumsi obat
7. Mengingatkan ibu kembali tentang tanda-tanda bahaya masa nifas seperti
demam tinggi, infeksi atau penglihatan kabur, perdarahan abnormal,
pusing hebat dan payudara bengkak.
- Ibu mengerti penjelasan bidan
8. Mengingatkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI Eksklusif sampai
bayinya berusia 6 bulan tanpa makanan pendamping apapun.
- Ibu mau memberikan ASI Ekskulisif pada bayinya
9. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit.
- Ibu menyusui dengan baik dan tidak ada penyulit
10. Megajarkan kepada ibu gerakan- gerakan postnatal yoga yaitu:
h. melakukan pemanasan yaitu mengintruksikan ibu menarik dan
buang nafas sambil menggerakan kepala kekanan dan kiri
i. melakukan Gerakan cat and cow pose yaitu tubuh merangkak lalu
angkat kepala dan turunkan punggung lalu turunkan kepala dan
naikan punggung,
j. Gerakan Bridge pose baringkan tubuh ke matras kedua lutut
ditekuk telapak tangan menekan kebawah lalu angkat panggul
secara perlahan Tarik nafas
k. Child pose lakukan posisi sujud lalu luruskan kedua tangan dengan
bagian perut menyentuh bagian paha dan letakkan tangan diatas
kepala,
l. Thread Of Niddle pose masih pada posisi sujud angkat bagian
bokong lalu silangkan tangan membentuk huruf L bergantian kanan
dan kiri,
m. Legs up the wall pose posisi berbaring letakkan kaki pada dinding
secara sejajar dan paha belakang menyentuh dinding

119
n. final rest posisi berbaring ambil nafas Panjang sambil focus
memberi afirmasi positif
- Ibu mau melakukakan gerakan postnatal yoga
11. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu ke depan
atau jika ada keluhan
- Ibu mau kunjungan ulang

3.4 Bayi Baru Lahir

3.4.1 Kunjungan Bayi Baru Lahir 1 jam setelah kelahiran tanggal 16 Januari
2024 pukul 13.56 WIB

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan bayinya sehat, tidak rewel
B. Data Objektif
Keadaan umum baik, denyut jantung bayi: 125 x/menit, pernapasan
60x/menit, suhu 36,5ºC, BB 3000 gram, PB 48 cm, A/S : 9/10 menangis kuat,
gerakan aktif, warna kulit kemerahan.
Nilai APGAR
No Aspek yang 0 1 2 Menit
dinilai 1 5
1 Warna kulit Biru/Puc Merah jambu/ujung- Merah 1 2
at ujung biru jambu
2 Reaksi terhadap Tidak Meringis/merintih Menangis 2 2
rangsangan ada
3 Denyut jantung Tidak < 100x/menit > 2 2
ada 100x/menit
4 Tonus otot Lemah Sedang Baik 2 2
5 Pernafasan Tidak Tak teratur Baik 2 2
ada
Total 9 10

C. Analisa Data
Diagnosa : Neonatus Cukup Bulan 1 jam

120
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan seperti jenis kelamin laki-laki, BB:
3000 gram, PB: 48 cm, T: 36,5oC, P: 60 x/m, denyut jantung bayi: 125
x/menit.
- Ibu mengerti penjelasan bidan
2. Memberikan salap mata dan telah disuntikan Vit K untuk mencegah
infeksi dan perdarahan dan 1 jam lagi akan diberikan imunisasi Hb.0
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
3. Memberikan Konseling
Memberitahu ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya hindarkan dari
kipas angin dan lantai yaitu dengan cara selimuti bayi.
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
4. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap melakukan rangsangan puting susu
dengan hisapan mulut bayi agar ASI keluar.
- Ibu mengerti penjelasan bidan
5. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya hingga
umur 6 bulan tanpa makanan tambahan dan memberikannya sesering
mungkin.
- Ibu mau mengikuti anjuran yang diberikan bidan
6. Memberitahu ibu tanda bayi cukup ASI yaitu tampak tenang, tidak rewel,
dan bayinya sudah BAK, payudara ibu terasa lembek dari sebelumnya
menyusui.
- Ibu mengerti dengan penjelsan bidan
7. Memberitahu ibu cara merawat tali pusat yaitu menggunakan kasa steril
tanpa tambahan apapun dan menggantinya apabila lembab.
-Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
8. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada bayi yaitu tali pusat berbau,
demam, kejang dan tidak mau menyusu.
-Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
9. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang satu minggu kedepan atau jika
ada keluhan

121
-Ibu mau kunjungan ulang

3.4.2 Kunjungan Bayi Baru Lahir 3 Hari setelah kelahiran tanggal 19 Januari
2024 pukul 11.00 WIB
d) Data Subjektif
Ibu mengatakan bayinya sehat, tali pusat belum lepas, menyusu kuat
gerakan aktif, menangis kuat, tidak rewel, perutnya tidak kembung, buang air
besar dan buang air kecil lancar dan tali pusat sudah lepas hari ke empat
e) Data Objektif
Keadaan umum baik, denyut jantung bayi: 120x/menit, pernapasan
40x/menit, suhu 36,5ºC, BB 3000 gram, PB 48 cm, mulut bayi bersih, tidak
ada bintik putih, tidak ikterus, kulit bersih.
f) Analisa Data
Diagnosa : Neonatus Cukup Bulan 3 Hari

g) Penatalaksanaan
1. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan bayinya seperti T: 36,5oC, P:
40 x/menit, denyut jantung bayi: 120x/menit, BB 3100 gram, PB 48 cm
- Ibu mengerti penjelasan bidan
2. Memberikan Konseling
Mengingatkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya dan
melakukan imunisasi pada bayi
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
3. Mengingatkan dan menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI
Ekslusif kepada bayinya hingga umur 6 bulan tanpa makanan tambahan
apapun dan memberikannya minimal 2 jam sekali.
- Ibu mau mengikuti anjuran yang diberikan bidan
4. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan bayi seperti
memandikan bayi dan mengganti kain setelah bayi BAK dan BAB.
- Ibu mau menjaga kebersihan bayinya

122
5. Mengingatkan kembali ibu tanda bahaya pada bayi yaitu bayi demam lebih
dari 3 hari, bayi kejang, tidak mau menyusu, harap dibwa ke pelayanan
kesehatan untuk pemeriksaan.
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
6. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu kedepan atau jika ada
keluhan
- Ibu mau kunjungan ulang

3.4.3 Kunjungan Bayi Baru Lahir 8 Hari setelah kelahiran tanggal 27 Januari
2024 pukul 09.00 WIB

a. Data Subjektif
Ibu mengatakan bayinya sehat, tali pusat sudah lepas, menyusu kuat
gerakan aktif, menangis kuat, tidak rewel, perutnya tidak kembung, buang air
besar dan buang air kecil lancar dan tali pusat sudah lepas hari ke empat
b. Data Objektif
Keadaan umum baik, denyut jantung bayi: 120x/menit, pernapasan
40x/menit, suhu 36,5ºC, BB 3100 gram, PB 48 cm, mulut bayi bersih, tidak
ada bintik putih, tidak ikterus, kulit bersih.
c. Analisa Data
Diagnosa : Neonatus Cukup Bulan 8 Hari

d. Penatalaksanaan
1. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan bayinya seperti T: 36,5oC, P:
40 x/menit, denyut jantung bayi: 120x/menit, BB 3100 gram, PB 48 cm
- Ibu mengerti penjelasan bidan
2. Memberikan Konseling
Mengingatkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya dan
melakukan imunisasi pada bayi
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan

123
3. Mengingatkan dan menganjurkan Kembali ibu untuk tetap memberikan
ASI Ekslusif kepada bayinya hingga umur 6 bulan tanpa makanan
tambahan apapun dan memberikannya minimal 2 jam sekali.
- Ibu mau mengikuti anjuran yang diberikan bidan
4. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan bayi seperti
memandikan bayi dan mengganti kain setelah bayi BAK dan BAB.
- Ibu mau menjaga kebersihan bayinya
5. Mengingatkan kembali ibu tanda bahaya pada bayi yaitu bayi demam lebih
dari 3 hari, bayi kejang, tidak mau menyusu, harap dibwa ke pelayanan
kesehatan untuk pemeriksaan.
- Ibu mengerti dengan penjelasan bidan
6. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu kedepan atau jika ada
keluhan
- Ibu mau kunjungan ulang

124
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis ini akan membahas “Asuhan Kebidanaan Komprehensif
ibu Hamil, Bersalin, Nifas,dan Bayi Baru Lahir Normal pada Ny. “A” di PMB
Husniyati Palembang. Sebagai bahan perbandingan antara teori dan kenyataan
dilahan praktik.

4.1 Masa Kehamilan


Klien dengan identitas Ny. “A” mengaku anak kedua usia kehamilan 40
minggu, hal ini merupakan kehamilan normal sesuai dengan Yuanita (2019)
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum
serta dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu
atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional.
Penulis melakukan anamnesa pada Ny. “A” didapatkan dari hasil Hari Pertama
Haid Terakhir (HPHT) pada tanggal 08 April 2023. Penulis menghitung tafsiran
persalinan menggunakan rumus neagle. Hal ini sesuai dengan teori Yulizawati
(2017) yang menyatakan bahwa tafsiran persalinan biasanya digunakan rumus
neagle, yaitu pada bulan 1-3 cara menghitung HPL +7+9-0 sedangkan pada bulan
4-12 cara menghitung HPL +7-3+1.
Selama kehamilan ini Ny. “A” memeriksakan kehamilannya secara teratur Ny.
“A” melakukan pemeriksaan kehamilan Antenatal care (ANC) dari trimester I
sampai trimester III sebanyak 6 kali. Pada trimester I Ny. ”A” melakukan
pemeriksaan kehamilan sebanyak 2 kali, pada trimester II sebanyak 2 kali dan pada
trimester III sebanyak 2 kali. Frekuensi pemeriksaan kehamilan ini sesuai dengan
Kemenkes RI (2020) yang menjelaskan bahwa pemeriksaan kehamilan minimal 6
kali kunjungan selama periode antenatal, yaitu 2x kali kunjungan pada terimester
pertama (kehamilan hingga 12 minggu), 1x pada trimester kedua (kehamilan diatas
12-24 minggu), 3x pada trimester ketiga (kehamilan diatas 24-40 minggu).

125
Selama pemeriksaan Ny. “A” telah diberikan tablet Fe sebanyak 90 tablet
dengan dosis 1x1/ hari selama kehamilan, Ny. “A” mengkonsumsi sebanyak 77
tablet Fe pada malam hari. Hal ini tidak sesuai dengan teori (Oktaviani ,2018)
menyatakan bahwa setiap ibu hamil harus mendapatkan tablet Fe tambah darah
sebanyak 90 tablet selama kehamilan sejak kontak pertama.
Pola makan Pola kebiasaan sehari-hari pada Ny. “A” yaitu, makanan sehari-
hari teratur 3x sehari, jenis makanan bervariasi, ibu tidak mempunyai pantangan
dalam makan, serta alergi terhadap makanan dan obat, minum ± 8 gelas/hari. Hal
ini sesuai dengan teori menurut (Walyani, 2018) yang menyatakan bahwa
kebutuhan pada masa hamil antara lain kebutuhan nutrisi untuk mengkomodasi
perubahan yang terjadi selama masa kehamilan, banyak diperlukan zat gizi dalam
jumlah yang besar dari pada sebelum hamil.
Pada pemeriksaan tinggi badan didapatkan tinggi badan Ny. “A” normal
dengan hasil 155 cm , hal ini sesuai dengan (Oktaviani,2018) yang menyatakan
bahwa tinggi badan normal pada ibu hamil >145 cm, pengukuran tinggi badan pada
kunjungan pertama untuk menepis adanya faktor resiko pada ibu hamil.
Berat badan Ny. “A” sebelum hamil 57 kg, sedangkan pada pemeriksaan
terakhir kehamilan Berat badan Ny. “A” 68 kg. Hal ini sesuai dengan Kenaikan
berat badan ibu 11 kg selama kehamilan, hal ini sesuai dengan perkiraan
peningkatan berat badan menurut (Walyani,2018) yaitu berat badan wanita hamil
akan mengalami kenaikan 11-12 kg kemungkinan dalam batas maksima 12,5 kg.
Penulis melakukan pemeriksaan tekanan darah pada Ny. “A” dimana
didapatkan hasil 120/80 mmHg, tekanan darah ibu dapat dikatagorikan normal. Hal
ini sesuai dengan Oktaviani (2018) yang menyatakan bahwa adanya tekanan darah
normal pada kehamian berkisar antara 110/70 -120/80 mmHg.
Penulis melakukan pengukuran LILA yaitu didapatkan 26 cm, untuk
menentukan status gizi Ny. “A” berdasarkan hal tersebut lila ibu normal tidak
menderita KEK, hal ini sesuai dengan (Oktaviani ,2018) yang menjelaskan bahwa
kriteria KEK yaitu ukuran lila <23,5 cm.

126
Pada pemeriksaan kehamilan, Ny “A” melakukan pemeriksaan DJJ hasilnya
140x/menit hal ini dikatakan normal. Karena menurut teori (Humaera et al., 2018),
yang menyatakan bahwa normal DJJ 120 -160 x/m.
Pada pemeriksaan kehamilan Ny. “A” melakukan pemeriksaan darah (Hb)
pada kunjungan pertama dengan hasil 11 gr% hal ini menujukan bahwa HB ibu
normal dan tidak mengalami anemia. hal ini sesuai dengan teori menurut (Alfarisi
et al.,2019), Hb 11 gr% dikatakan tidak anemia, Hb 9-10 gr% dikatakan anemia
ringan 7-8 gr% dikatakan anemia sedang, Hb <6 gr% dikatakan anemia berat.
Berdasarkan hasil screening TT Ny. “A” telah mendapatkan TT 5. Hal ini
sesuai dengan teori Oktaviani (2018), yaitu mengatakan bahwa imunisasi TT 1 dan
TT 2 didapatkan pada saat imunisasi dasar lengkap, TT 3 didapatkan pada saat
sekolah kelas 1 SD, TT 4 didapatkan pada saat sekolah kelas 2 SD. TT 5 didapatkan
pada saat sekolah kelas 3 SD.
Tafsiran berat janin berdasarkan rumus Mc. Donald didapat dengan rumus :
(TFU-12) x 155= Berarti (32cm-12) x 155= 3.100 gram. Hal ini mengatakan sesuai
dengan Khairoh dkk (2019) yang mengatakan bahwa untuk menghitung TBJ dapat
menggunakan rumus (TFU-11) x 155, 11 untuk bagian terbawah yang belum masuk
PAP dan 12 untuk kepala yang sudah masuk PAP.
Pada standar pelayanan kebidanan pemeriksaan antenatal care pada Ny. “A”
telah dikatakan standar minimal 10 hal ini sesuai dengan anjuran Oktaviani (2018),
dalam standar pelayanan 10 T yang dilakukan yaitu pengukuran tinggi badan,
timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur lingkar lengan atas (LILA), ukur
TFU, menentukan presentasi dan DJJ, pemberian imunisasi TT, pemberian tablet
Fe, pemeriksaan laboratorium (Hb), tatalaksana kasus, penanganan kasus, dan temu
wicara.

4.2 Masa persalinan


Kala I
Ny. “A” Memasuki masa persalinan dengan usia kehamilan 40 minggu, tidak
ada kesenjangan antara teori dengan praktik dimana sesuai pendapat (Mutmainnah
et al.,2021) yang menyatakan bahwa persalinan dan kelahiran normal adalah proses

127
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 3 jam tanpa
komplikasi baik itu pada ibu maupun pada janin.
Pada tanggal 16-01-2024 pukul 10.00 WIB mengaku 9 bulan dengan keluhan
sakit perut menjalar kepinggang, dan gerakan janin masih bisa dirasakan Saat
dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 4 cm.
Penulis memberikan asuhan sayang ibu pada Ny. “A” seperti menganjurkan
ibu untuk makan dan minum di sela kontraksi, menganjurkan ibu untuk miring kiri,
menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB. Tidak ada kesenjangan
antara teori dan praktek dimana pendapat Suhartika (2018) yang menyatakan bahwa
asuhan sayang ibu meliputi Membantu pengaturan posisi ibu miring ke kiri
membuat ibu lebih nyaman dan membantu perbaikan oksiput yang melintang pada
bayi untuk berputar menjadi oksiput anterior serta mengurangi resiko terjadinya
laserasi dan memperlancar peredaran darah melalui plasenta, kebutuhan nutrisi dan
dehidrasi selama proses persalinan.
Pada pukul 11.47 WIB Ny. “A” mengatakan perutnya semakin sakit saat
dilakukan pemeriksaan pembukaan 6 cm .

Kala II
Pada pukul 12.54 Ny. “A” mengeluh perutnya bertambah sakit dan ada rasa
ingin BAB dan meneran bersamaan dengan disertai terjadinya kontraksi, perineum
terlihat menonjol, vulva membuka, serta peningkatan pengeluaran lendir bercampur
darah. Hal ini sesuai dengan teori (Kuswanti, 2017) yang menyatakan tanda-tanda
persalinan yaitu ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan disertai terjadinya
kontraksi, ibu merasa meningkatnya tekanan pada rectum atau vagina, perineum
terlihat menonjol, vulva dan spingter ani membuka, serta peningkatan pengeluaran
lendir bercampur darah.
Pada pemeriksaan dalam Ny. “A” hasilnya yaitu pembukaan 10 cm dan telah
memasuki kala II, hal ini sesuai dengan teori (Walyani, 2017) yang menyatakan
bahwa kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)
dan berakhir dengan lahirnya bayi.

128
Setelah mengetahui bahwa pembukaan Ny. “A” telah lengkap maka
penolong melakukan persiapan persalinan seperti memakai alat pelindung diri,
persiapan tempat persalinan, alat dan bahan, persiapan ibu dan keluarga yang sesuai
dengan teori Suhartika (2018), dalam persiapan penolong persalinan meliputi
sarung tangan, persiapan pelindung diri, persiapan tempat persalinan, peralatan dan
bahan, persiapan tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayi, persiapan ibu dan
keluarga.
Pada kala II penolong memimpin persalinan letakkan handuk bersih (untuk
mengeringkan bayi) di atas perut ibu, dan kain segitiga dibawah bokong ibu jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm maka lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih, tangan lain kemudian
dilakukan Amniotomi menahan belakang kepala bayi agar tidak terjadi difleksi
maksimal
Kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat atau tidak ada lilitan tali pusat,
setelah bayi melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparietal, ajarkan ibu
untuk meneran saat ada kontraksi arahkan dengan lembut arahkan kebawah dan
distal hingga lahir bahu depan muncul ke bawah arkus pubis dan kemudian gerakan
keatas dan distal untuk melahirkan bahu belakang sangga dan susur kemudian
lakukan penilaian sepintas. Pada bayi, bayi lahir spontan pukul 12.56 jenis kelamin
laki-laki, menangis kuat dan bergerak aktif, warna kulit kemerahan, mengeringkan
bayi dan mengganti popok bayi, bayi sudah dikeringkan dan diganti dengan handuk
kering. Hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek dimana menurut
Nurjasmi (2018), yang menyatakan bahwa 60 langkah APN dari meliputi pimpinan
persalinan sampai dengan mengeringkan bayi dan mengganti popok bayi.

Kala III
Pada pukul 13.01 WIB, Ny. “A” mengeluh perutnya masih terasa mules hal
ini disebabkan karena uterus yang berkontraksi, penulis melihat tanda-tanda
lepasnya plasenta yaitu semburan darah seketika, tali pusat memanjang dan uterus
berbentuk globular, hal ini sesuai dengan teori Ekayanthi (2018) yang menyatakan

129
bahwa tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu, perubahan bentuk dan tinggi fudus
menjadi globular, tali pusat memanjang dan semburan darah mendadak dan singkat.
Kemudian penulis melakukan manajemen aktif kala III (MAK III) yaitu
melakukan penyuntikkan oksitosin di 1/3 paha kanan bagian luar ibu, melakukan
penjepitan dan pemotongan tali pusat lalu melakukan IMD, melakukan
perenggangan tali pusat terkendali (PTT), dan masase selama 15 detik setelah
plasenta lahir. Hal ini sesuai teori Ekayanthi (2018) yang menyatakan bahwa
menajemen aktif kala III meliputi pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit
pertama setelah bayi lahir, melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT), dan
rangsangan taktil (massase) fundus uteri.
Persalinan kala III atau kala uri Ny. “A” berlangsung selama 5 menit hal ini
berlangsung dengan baik sesuai dengan teori Ekayanthi (2018) yang menyatakan
bahwa kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan berlangsung selama 15-30 menit.
Setelah lahirnya plasenta penulis melakukan pemeriksaan laserasi jalan
lahir, setelah diperiksa terdapat laserasi jalan lahir derajat 1 , namun tidak dilakukan
penjahitan laserasi jalan lahir. Hal ini sejalan dengan teori Menurut (Astuti, 2022)
robekan/laserasi Derajat satu, Luasnya robekan hanya sampai mukosa vagina,
komisura posterior tanpa mengenai kulit perineum. Tidak perlu dijahit jika tidak
ada perdarahan dan posisi luka baik.
Kala IV
Kala IV tanggal 16 Januari 2024, setelah plasenta lahir penulis telah melakukan
pemantuan kala IV selama 2 jam yaitu setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan
setiap 30 menit pada jam kedua. Hasil pemeriksaan tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 80x/m, suhu 36,5℃, tinggi fundus uteri (TFU) 2 jari dibawah pusat, kontraksi
uterus baik, perdarahan 50 cc dan kandung kemih tidak penuh, hal ini sesuai dengan
teori (Triwidiyantari,2021) yang menyatakan kala IV dimulai lahirnya plasenta dan
berakhirnya 2 jam setelah itu, asuhan yang diberikan yaitu lakukan rangsangan
taktil (massase), evaluasi tinggi fundus, perkiraan kehilangan darah, periksa
kemungkinan perdarahan, evaluasi keadaan umum ibu dan dokumentasi.

130
4.3 Masa Nifas
Masa Nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-
alat reproduksi pulih sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung
selama 6 minggu atau 40 hari (Azizah and Rosyidah, 2019)
Tanggal 16-01-2024, pukul 20:00 WIB penulis melakukan pemeriksaan
masa nifas 6 jam postpartum pada ibu, Asuhan yang diberikan pada Ny”A” dalam
6-8 jam post partum yaitu memberitahu ibu bahwa rasa mules yang ia alami saat ini
adalah hal yang fisiologis karena uterus berkontraksi dan alat reproduksi akan
kembali seperti sebelum hamil, menganjurkan ibu untuk memberikan ASI esklusif
kepada bayinya selama 0-6 bulan tanpa mkanan atau minuman tambahan apapun,
memberikan ibu Vitamin A Merah setelelah melahirkan 1 kapsul kemudian minum
1 kapsul lagi 24 jam setelah pemberian kapsul pertama dan menganjurkan ibu untuk
meminumnya karena dapat membantu memperlancar produksi ASI dan membantu
penyembuhan proses persalinan, menganjurkan ibu untuk menjaga pola makan dan
makan-makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan nutrisi dan menjaga
pola istirahatnya, memberitahu ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB maka urin
akan mengendap atau penuh dan akan menyebabkan infeksi pada saluran kemih.
memberitahu ibu tentang tanda bahaya selama masa nifas. Asuhan yang telah
diberikan sesuai dengan teori (Kemenkes, 2018) yaitu mencegah terjadinya
komplikasi selama masa nifas pada Ny.”A” hal ini tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan praktek.
Lochea yang dikeluarkan pada 6 jam post partum adalah lochea rubra yang
berupa darah segar, hal ini sesuai dengan teori Walyani (2017) yang menyatakan
bahwa hari pertama dan kedua terdapat lochea rubra yang terdiri dari darah segar
yang bercampur sel desidua, vernika serosa, lanugo, sisa mekonium, sisa selaput
ketuban dan sisa darah.
3 Hari post partum tanggal 19-01-2024, pukul 11:00 WIB pada kunjungan
nifas dilakukan pemeriksaan pada Ny”A” dan untuk memastikan involusi uterus
berjalan dengan normal, menilai adanya tanda-tanda infeksi yang dilihat dari
pengeluaran lochea, memberitahu Ny”A” untuk tetap mengkonsumsi tablet Fe
karna bertujuan untuk mencegah terjadinya anemia, keadaan Ny”A” normal. Hal

131
ini sesuai dengan teori (Kemenkes, 2019), yaitu bertujuan untuk memastikan
keadaan Ny”A” dalam keadaan normal dan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi
baik secara fisik maupun psikologi dan untuk memastikan perawatan diri, nutrisi,
memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit.
Dilakukan terapi nonkonvesional berupa Massage Endorphin dikarenakan ibu
mengeluh badannya terasa Lelah, sulit tidur, dan merasakan khawatir. Hal ini sesuai
dengan teori (Putra, 2018). Bahwa Pijat endorfin dapat membantu ibu memberikan
ketenangan dan kenyamanan ketika menjelang persalinan maupun selama proses
persalinan sampai masa nifas.
8 Hari post partum tanggal 27-01-2024, pukul 20:00 WIB pada kunjungan nifas
1 minggu post partum tinggi fundus pertengahan pusat dan simfisis dengan berat
sekitar 500 gram. Keadaan involusi uterus Ny. “A” adalah normal dan sesuai
dengan teori yang ada.
Serta dilakukan terapi nonkonvesional berupa postnatal yoga dikarenakan
ibu mengeluh ibu mengeluh pegal- pegal otot. Hal ini sejalan dengan teori (Buttner
et al., 2015). Yaitu yoga dapat membantu ibu meningkatkan energi dan daya tahan
tubuh, melepaskan stress dan cemas, meningkatkan kualitas tidur, mengurangi
ketegangan otot, dan keluhan fisik yang lain seperti : nyeri punggung, nyeri pada
daerah sekitar paha dan pinggang Click or tap here to enter text.

4.4 Bayi Baru Lahir


1 jam bayi baru lahir tanggal 16 Januari 2024 bayi lahir spontan pada usia
kehamilan 40 minggu, menangis kuat dan gerakan aktif , warna kulit kemerahan
berat badan 3000 gram, panjang badan 48 cm, hal ini termasuk dalam teori
Kumalasari (2018), ciri-ciri bayi normal adalah berat badan 2.500-4000 gram,
panjang badan 48-50 cm.
Menurut Marmi (2017) Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses menyusui
segera yang dilakukan dalam 1 jam pertama setelah bayi lahir. Satu jam pertama
kelahiran bayi adalah saat paling penting, karena saat ini terjadi fase kehidupan
yang mempengaruhi proses menyusui.

132
Segera setelah lahir tali pusat diklem dan dipotong bayi Ny.“A” langsung di
letakkan diantara payudara dan diselimuti untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) secara tengkurap di atas perut ibu untuk melakukan kontak kulit selama 1
jam sampai bayi dapat menyusu sendiri dan pemberian ASI. Hal ini sesuai dengan
pendapat Andina (2018), IMD adalah proses menyusu seger a yang dilakukan
dalam waktu 30 menit sampai 1 jam pasca bayi dilahirkan. Biarkan bayi mencari,
menemukan puting, dan mulai menyususebagian besar bayi akan berhasil
melakukan IMD dalam waktu 60-90 menit, menyusu pertama biasanya berlangsung
pada menit ke-45 hingga 60 dan berlangsung selama 10-20 menit dan bayi cukup
menyusu di satu payudara
Pada 1 jam pertama, bayi diberikan salep mata untuk mencegah terjadinya
infeksi pada mata bayi. Salep mata yang digunakan adalah salep mata tetrasiklin
1% hal ini sesuai dengan pendapat Sinta (2019) yang menyatakan bahwa setiap bayi
baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 1 jam bayi baru lahir, pemberian obat
mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit
mata karena klamidia (penyakit menular seksual).
Pada bayi Ny. “A” dilakukan penyuntikan vitamin K untuk mencegah
terjadinya perdarahan di otak bayi hal ini sesuai dengan pendapat (Apriyanti,2022)
injeksi vitamin K diberikan setelah 1 jam kontak kulit ibu dan bayi selesai
menyusui. dan Menjelaskan kepada ibu bahwa bayinya sudah diberikan imunisasi
HB 0 yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis B pada bayi
Ny”A”. hal ini sejalan dengan teori (Apriyanti,2022) yang mengatakan bahwa
pencegahan penyakit hepatitis B ditempuh melalui upaya preventif khusus dan
umum upaya preventif khusus imunisasi hepatitis B ditempuh dengan imunisasi
pasif dan aktif. Imunisasi pasif hepatitis B Immune Globulin (HBlg) dalam waktu
singkat memberikan proteksi, meskipun hanya untuk jangka pendek (3-6 bulan).

Pada saat kunjungan kedua pada tanggal 19 januari 2024, penulis melakukan
pemeriksaan pada bayi Ny.”A” di kediaman pasien, hasil pemeriksaan berat badan
bayi 3.100 gram PB: 48 cm, T; 36.5℃, P: 40x/ menit, N: 120x/ menit dan tali pusat
lepas pada hari keempat setelah kelahiran, bayi menyusu dengan kuat, dan bayi

133
sudah dilakukan imunisasi polio menurut pendapat (Rukiyah, 2018), menyatakan
berguna untuk mencegah penyakit tuberkulosis berat. Misalnya TB paru berat.
Pada saat kunjungan ketiga pada tanggal 27 januari 2023, penulis
melakukan pemeriksaan pada bayi Ny.”A” di kediaman pasien, hasil pemeriksaan
berat badan bayi 3.100 gram, PB; 48 cm, S: 36, 5℃, N: 120x / menit, P: 40x / menit
dan tali pusat lepas pada hari keempat setelah kelahiran, bayi menyusu dengan kuat,
dan bayi sudah dilakukan imunisasi polio menurut pendapat (Rukiyah, 2018),
menyatakan berguna untuk mencegah penyakit tuberkulosis berat. Misalnya TB
paru berat.

134
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan yang komferehensif di PMB


Husniyati dimulai dari kehamilan 34 minggu sampai dengan masa nifas dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Penulis telah memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, dan kunjungan
ANC ibu sesuai dengan standar kompetensi kebidanan, dimana Ny.”A” telah
melakukan pemeriksaan kunjungan sebanyak 6 kali yaitu 4 kali di bidan
terdekat dan 2 kali dengan penulis PMB Husniyati. Hasil pemeriksaan keadaan
ibu dan janin sehat, standar pelayanan 10 T yang dilakukan yaitu pengukuran
tinggi badan, timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur lingkar lengan atas
(LILA), ukur TFU, menentukan presentasi dan DJJ, pemberian imunisasi TT,
pemberian tablet Fe, pemeriksaan laboratorium (Hb), tatalaksana kasus,
penanganan kasus, dan temu wicara.

b. Penulis telah memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin sesuai dengan
prosedur. Dimana selama proses persalinan kala I tidak terdapat permasalahan,
kala II sampai kala IV berjalan normal, pertolongan persalinan menggunakan
60 langkah APN.

c. Penulis telah melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan baik dan
profesional. Ny.”A” melakukan 2 kali kunjungan masa nifas dan didapatkan
hasil bahwa ibu dalam keadaan sehat dan tidak terdapat tanda-tanda bahaya
pada masa nifas.

d. Penulis telah melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir sesuai dengan
prosedur. Bayi Ny.”A” lahir dengan BB 3000 gram, PB 48 cm, jenis kelamin
laki-laki A/S 9/10 dan telah melakukan 3 kali kunjungan didapatkan hasil
keadaan bayi sehat dan tidak ada tanda-tanda bahaya pada bayi. Bayi Ny.”A”.

135
e. Penulis dapat memperaktikan Pendokumentasian asuhan kebidanan secara
Komprehensif pada Ny.”A” dalam bentuk SOAP dengan menggunakan alur
pikir Varney dari kehamilan, persalinan, nifas dan BBL.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Lahan Praktik


Untuk lebih meningkatkan kenyamanan ruangan dan pelayanan untuk
pemeriksaan ANC maupun persalinan, agar dapat menjadikan pedoman untuk
menunjang kelancaran dan kemajuan PMB Husniyati Palembang.

5.2.2 Bagi Mahasiswi


Diharapkan dapat memberikan Asuhan kebidanan secara komprehensif dan
dapat mempelajari kasus-kasus yang ada di lahan praktik., dapat memberikan
tatalaksana yang sesuai kasus yang dihadapi serta dapat melakukan
pendokumentasian dalam bentuk SOAP sehingga dapat bermanfaat untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan tugasnya
dimasa yang akan datang.

5.2.3 Bagi Institusi


Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat memberikan dukungan kepada
mahasiswi dengan menambahkan pustaka agar mahasiswi dapat memberikan
asuhan kebidanan dengan metode SOAP, dan diharapkan agar dapat mengetahui
sejauh mana kemampuan mahasiswi dalam menerapkan teori dalam lingkungan
praktek.

5.2.4 Bagi Pasien


Bagi pasien diharapkan untuk menjadi akseptor KB setelah 40 hari kelahiran
bayinya dan memberikan ASI ekslusif pada bayinya.

136
DAFTAR PUSTAKA

A Buchari (2018) ‘IMUNISASI’, Imunisasi dasar, 3(2), pp. 1–4.


Amalia, L. (2019) ‘Pemberian ASI Segera pada Bayi Baru Lahir’, Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, 3(4), pp. 171–176.
Andriani, F. (2019) ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS, BAYI DAN
BALITA. Edited by Yulizawati. Jakatra: Indomedia Pustaka.
Anggita Ratnaningtyas, M. et al. (2023) ‘334 HIGEIA 7 (3) (2023) HIGEIA
JOURNAL OF PUBLIC HEALTH RESEARCH AND
DEVELOPMENT Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian
Kehamilan Risiko Tinggi’. Available at:
https://doi.org/10.15294/higeia/v7i3/64147.
Anggraini, A. (2021) ‘THE INFLUENCE OF THE USE SIMULATION
METHOD AND VIDEO MEDIA ON LEARNING OUTCOME
PARTOGRAF IN NORMAL CHILDBIRTH CARE IN AKBID
NUSANTARA INDONESIA LUBUKLINGGAU 2020’, jurnal ilmiah
kesehatan, 1(9).
Arlenti, L. (2021) MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN. Edited by E.
ZAINAL. Jawa Barat.
Astuti, L.D. (2022) ‘Episiotomy for vaginal birth’, Jurnal ’Aisyiyah Medika, 1(2),
pp. 1–8.
Azizah, O.N. and Rosyidah, R. (2019) Buku Ajar Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
NIfas dan Menyusui Diterbitkan oleh UMSIDA PRESS.
Deviana, M. (2021) Modul asuhan masa nifas, Febi Sukma.
Dewi, A.D.C. (2019) ‘Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Produksi
Asi’, Jurnal ’Aisyiyah Medika, 4(1), pp. 122–134. Available at:
https://doi.org/10.36729/jam.v4i1.230.
Fajri, J. (2022) ‘, Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia, 2(3), pp. 1–8.
Fatimah (2017) BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN. Edited by A.
Novianti. Jakatra: Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
Fatkhiyah, N. (2020) ‘Kepatuhan kunjungan antenatal care berdasarkan faktor
maternal’, Jurnal SMART Kebidanan, 7(1), pp. 29–34.
Gultom, L. (2020) Asuhan kebidanan kehamilan. jawa timur: Zifatama Jawara.
Hanif, A. (2017) ‘Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia’, Journal
Community Health Practice, 3(2), pp. 16–19.

137
Harti, L.B., Kusumastuty, I. and Hariadi, I. (2016) ‘, Indonesian Journal of Human
Nutrition, jakarta
Hayu, R. (2020), Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan dan Kesehatan, 3(2), pp. 19–29.
Indrayani. 2016. Asuhan persalianan dan bayi baru lahir. Jakarta: CV Trans Info
Medika.
Indrayani, dan Moudy. E. U. D. (2016) Update Asuhan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Jakarta: Trans Info Media.
Junianti, R. (2022) ‘Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir’, Jurnal Kebidanan, 3(1),
pp. 42–51.
Kurniarum, A. (2016) askeb persalinan dan bbl. 1st edn. Edited by A. Suryana.
jakarta.
Kumalasari, Intan. 2015. Panduan Praktik Laboratorium Dan Klinik Perawatan
Antenatal, Intranatal, Postnatal Bayi Baru Lahir Dan Kontrasepsi.
Jakarta: Salemba medika.
Kuswanti, I. 2017. Askeb II Persalinan. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Kementrian Kesehatan RI. 2020. Buku KIA Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia. [online] Tersedia di
: http://www.depkes.go.id [diakses 20 Oktober 2019.
Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2019. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Ri.
Kementrian Kesehatan. (2018). Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Dasar dan
Rujukan.
Marbun, U. (2023) ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN. Edited by L.P. Sari.
Jawa Barat: Widina Media Utama.
Marmi. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “ Peurperium Care”. Pustaka
Pelajar
Marliandiani, Y. dan Ningrum, N. 2015. Buku Ajaran Asuhan Kebidanan pada
Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta: Salemba Medika.
Mutmainnah, A. U. 2017. Asuhan Persalinan Normal Dan Bayi Baru Lahir.
Yogjakarta: CV. ANDI OFFSET.
Manuaba, I. A. (2016). Ilmu Kebidanan Penyakit Dan Kandungan dan Kb Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: ECG
Morgan, R. (2017). Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Edisi
III. Jakarta : EGC
Nababan, L. (2021) PSIKOLOGI KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS, STIKes
Sapta Bakti Bengkulu.
Novihandari. (2016). Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Edisi
III. Jakarta : EGC
Nurjasmi, Dr. Emi. 2016. Buku Acuan Midwifery Update, Cetakan Pertama
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia. Jakarta.
Nugraheni, A. (2018), Pengantar Ilmu Kebidanan dan Standar Profesi Kebidanan.
Yogyakarta: Healty

138
Nugroho, Taufan. 2017. Kasus Emergensi Kebidanan Untuk Kebidanan dan
Keperawatan. Nuha Medika, Yogyakarta
Octaviani, R. (2022) ‘ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
NORMAL’, Jurnal Kebidanan, 2(1), pp. 23–28.
Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogjakarta: Nuha Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2017. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Rosyati, H. (2022) ‘Masa Nifas’, Jurnal Kebidanan Indonesia, 2(1), pp. 12–39.
Suhartika. 2018. Asuhan Kala Satu Persalinan Normal. Jakarta: EGC
Sukarni. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Jakarta.
Sumiaty. 2017. Kebidanan Teori dan Asuhan vol 2. Jakarta: EGC.
Sinta, E. L. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Neonates, Bayi Dan Balita.
Sidoarjo : Indomedia Pustaka
Sujiyatini, Muflidah, dan Hidayat. 2019. Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin. Jakarta :
Salemba Medika.
Sunarti. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah
Dini Pada Ibu Bersalin di RSUD Sleman Yogyakarta. Yogyakarta :
Stikes „Aisyiyah Yogyakarta.
Sinclair. (2018). Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Edisi III.
Jakarta : EGC
Sutanto, A. V dan Fitriana, Y. 2018. Asuhan Pada Kehamilan. Yogjakarta: PT.
Pustaka Baru.
Walyani, E. S. 2015. Asuahan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogjakarta: PT.
Pustaka Baru.
Walyani, E. S dan Purwoastuti, T. E. 2015. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Walyani, E. S dan Purwoastuti, T. E. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Walyani, E. S dan Purwoastuti, T. E. 2016. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Yogjakarta: PT. Pustaka Baru.
WHO. 2015. Data Global Health Observatory (GHO).
www.who.imt/gho/en/kesehatanibudanreproduksi diakses pada tanggal 07
Februari 2022 .
Wikjosastro, R. (2017). Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi
Edisi III. Jakarta : EGC
Yuliani, D. R. 2017. Buku Ajar Aplikasi Asuhan Kehamilan Ter-Update. Jakarta:
CV Trans Info Media.

139
L
A
M
P
I
R
A
N

140
Pemeriksaan ANC

Kunjungan pertama Kunjungan kedua

Proses Persalinan

141
Masa Nifas

Kunjungan nifas pertama 6 jam K2 3 hari Postpartum

142
Kunjungan Ketiga 8 hari postpartum

Bayi Baru Lahir

K1 1 jam postpartum

143
K2 3 hari postpartum

K3 8 hari postpartum

144
Massage Endorphin

145
Postnatal Yoga

146

Anda mungkin juga menyukai