Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MOKSIBUSI PADA REMAJA

Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester (UAS)


Mata Kuliah Komplementer Remaja Dan Perimenopause

Dosen Pengampu : Anni Suciawati, SST., Bdn., SH., M.Kes., MH

Disusun Oleh :
Dilas Yuanita Salsa
225401446124
Kelas B3

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2024
TUGAS KELOMPOK
MOK\SIBUSI PADA REMAJA

Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester (UAS)


Mata Kuliah Komplementer Remaja Dan Perimenopause

Dosen Pengampu : Anni Suciawati, SST., Bdn., SH., M.Kes., MH

Disusun Oleh :
Kelompok 3

1. Resa Anggriyani 225401446115


2. Putie Annisya Ramadhani 225401446120
3. Dilas Yuanita Salsa 225401446124
4. Elisabeth Mani Ratu 225401446138
5. Ai Suminar 225401446139

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang maha sempurna, dengan
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan
judul “Moksibusi Pada Remaja“. Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu syarat tugas mata kuliah Komplementer remaja dan
perimenopauuse.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna baik materi maupun teknik penulisannya, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk penelitian
selanjutnya. Penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis dan
khususnya bagi pembaca pada umumnya. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Jakarta, 28 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................................3
2.1 Pengertian Terapi Moksibusi.......................................................................3
2.2 Tujuan Terapi Moksibusi.............................................................................4
2.3 Tekhnik Moksibusi........................................................................................4
2.4 Jenis-jenis Moksibusi....................................................................................4
2.5 Fungsi Moksibusi..........................................................................................5
2.6 Prosedur Terapi Moksibusi..........................................................................5
2.7 Indikasi Moksibusi........................................................................................6
2.8 Kontraindikasi Moksibusi............................................................................7
2.9 Hasil Penelitian Tentang Moksibusi............................................................8
BAB III PENUTUP...................................................................................................12
3.1 Kesimpulan..................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Moksibusi adalah salah satu terapi non-farmakologis yang menggunakan
moxa untuk memberikan panas. Moksa adalah perangkat berbentuk silinder atau
kerucut yang terbuat dari daun Hia (Artemisia vulgaris) yang dikeringkan, untuk
memanaskan titik akupunktur/acupoint. Tanaman ini terbukti dapat meningkatkan
sirkulasi darah ke area panggul dan rahim, merangsang menstruasi, serta
mengatasi kram selama menstruasi/dismenore (Kiswojo, 2013). Pemberian
stimulasi panas pada titik akupunktur dengan teknik moksibusi dapat mengatasi
sensasi nyeri melalui peningkatan endorfin, hormon yang mampu memberikan
perasaan rileks pada tubuh secara alami, serta memblokir reseptor nyeri menuju
otak (Aprilia, 2010).
Mingxiao Yang et al (2017) menggunakan terapi moksibusi dengan 3 titik
akupunktur, yaitu Guanyuan (CV4), Shenque (CV8), dan Sanyinjiao (SP6) pada
133 siswi di Kota Chengdu (69 wanita dalam kelompok moksibusi dan 64 wanita
dalam kelompok ibuprofen) menunjukkan bahwa kedua intervensi (obat
konvensional dan terapi moksibusi) dapat mengurangi nyeri menstruasi. Kedua
intervensi tersebut menunjukkan manfaat yang diinginkan dalam mengelola nyeri
menstruasi. Namun, penelitian sebelumnya hanya menunjukkan efektivitas, bukan
efikasi, moksibusi untuk nyeri menstruasi. Perbedaan penelitian sebelumnya
dengan penelitian ini adalah penggunaan 9 titik akupunktur, yaitu Guanyuan
(CV4), Shenque (CV8), Sanyinjiao (SP6), Tianshu (ST25), Wailing (ST26),
Shuidao (ST28), Qichong (ST30), Neiting (ST44), dan Yinlingquan (SP9), pada
responden dengan karakteristik remaja awal berusia 11-14 tahun, dengan
memberikan terapi moksibusi selama 15 menit.

1
2

Menurut Mingxiao Yang et al (2017), penerapan stimulasi moksibusi pada


beberapa titik akupunktur di perut bagian bawah yang berada secara anatomi di
atas rahim. Stimulasi panas dapat meningkatkan aliran darah di pembuluh darah
dekat rahim yang menyebabkan sekresi prostaglandin, bradikinin, histamin di
dalam pembuluh darah untuk meningkatkan aliran darah juga meningkatkan
oksigenasi jaringan.
Menurut Koosnadi (2017), penderita yang menerima terapi moksibusi
mengalami penurunan nyeri (nyeri kram) dan perbaikan gejala ekstra genital,
seperti mual, sakit kepala, nyeri punggung, gejala premenstruasi yang disebabkan
oleh retensi cairan, dan ketegangan payudara.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah “Bagaimanakah asuhan kebidanan komplementer moksibusi pada
remaja”.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan komplementer moksibusi pada
remaja.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dasar asuhan kebidanan komplementer moksibusi
pada remaja
b. Mengetahui manfaat asuhan kebidanan komplementer moksibusi pada
remaja
c. Mengetahui penatalaksanaan asuhan kebidanan komplementer moksibusi
pada remaja
d. Mengetahui kontraindikasi asuhan kebidanan komplementer moksibusi
pada remaja.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Terapi Moksibusi

Moksibusi adalah cara pengobatan tradisional dengan menggunakan moksa


(MoE-kuasa = ramuan daun – daunan yang dibakar). Bahan daun AY atau
Arthesimia Vulgaris yang dibakar pada titik akupunktur tertentu, meminjam daya
panas api yang ditimbulkannya untuk menembus kulit, otot, kemudian mencapai
meridian, hingga menimbulkan reaksi pengobatan dan pencegahan penyakit yang
direncanakan.
Moksibusi adalah cara merangsang titik akupunktur dengan menggunakan
moksa yaitu cerutu yang terbuat dari daun Ngai (Arthemisia vulgaris) dengan
cara dibakar. Daya panas dari moksa tersebut melalui titik akupunktur akan
dialirkan menembus permukaan kulit, otot dan kemudian sampai pada titik dan
meridian sehingga akan menimbulkan reaksi pengobatan, pencegahan dan
perbaikan serta perawatan. Moxa tersedia dalam kerucut kecil, stik-tube besar
berbentuk seperti rokok yang terbuat dari tumbuhan herbal tersebut atau sebagai
„wol‟ yang dapat dip untir pada salah satu ujung jarum akupunktur, yang lalu
disisipkan ke dalam kulit secara normal dan moxa-nya disulut.
Moxa lepas terkadang juga dibakar dalam kotak yang diletakkan di atas
tubuh untuk membantu menyebarkan panas yang dihasilkan ke daerah yang lebih
luas. Moxabustion bisa bersifat „langsung‟, yakni dibakar pada tubuh dalam
kerucut atau jarum akupunktur, ataupun „tidak langsung‟, yakni dibakar di atas
kulit dengan cara memegang stik moxa 2,5 cm (1 inchi) di atas bagian sasaran
atau dengan zat-zat lain, misalnya jahe atau garam, ditempatkan di antara kulit
dan moxa yang sedang terbakar.

3
4

Moxabustion digunakan bagi penyakit-penyakit yang berkaitan dengan


Dingin dan Lembab misalnya bentuk-bentuk tertentu arthritis dan nyeri
punggung. Moxabustion tidak pernah digunakan jika pasien menderita demam
panas atau kondisi „panas‟. Moxabustion langsung, dengan tumbuhan herbal
tersebut dibiarkan terbakar pada kulit, dapat menyebabkan bekas luka dan tidak
pernah digunakan untuk wajah atau kepala, atau diberikan dekat dengan organ-
organ, arteri atau tulang-tulang penting. Pada kehamilan, perlakuan moxabustion
tidak pernah diberikan pada abdomen sebelah bawah.

2.2 Tujuan Terapi Moksibusi

a. Menghangatkan Qi, Xue supaya lancar,


b. Mengusisr penyebab penyakit dingin
c. Menghangakan Yang
d. Menambah kekuatan Yang

2.3 Tekhnik Moksibusi

a. Bu dengan acara api dibiarkan mati sendiri, kemudia titik akupuntur yang
dimaksud ditekan.
b. Xie dengan cara api moksa ditiup-tiup untuk menghasilkan api yang besar
sambal moksa diangkat naik turun dn tanpa adanya penekanan dititik
akupuntur.

2.4 Jenis-jenis Moksibusi

a. Moksa Kerucut (cone) baik yang dipakai langsung maupun tidak langsung.
b. Moksa Sylinder atau Cerutu, merupakan moksa yang dibuat dari daun ngai
ataucampuran obat-obatan yang digulung berbentuk cerutu kemudian
dibakar serta didekatkan pada jarak tertentu serta digerakan seperti patukan
burung.
5

c. Moksa selubung penghangat, merupakan moksa yang menggunakan alat dari


metal atau logam yang khusus di dalamnya moksa dibakar (ada yang
menggunakan aliran listrik dan sering disebut bantal penghangat)
d. Moksa alam, merupakan moksa yang bahannya berasal dari tumbuhan atau
binatang tertentu, jenis ini sekarang tidak ada lagi dan tinggal sejarah.
e. Moksa diatas jarum, merupakan moksa yang diletakan di ujung ekor jarum
kemudian dibakar sehingga panasnya dialirkan lewat jarum akupunktur ke
titik meridian, ini biasanya diberikan pada kasus rheumatic.

2.5 Fungsi Moksibusi

1. Mengangatkan peredaran Chi Xie sehingga menjadi lancar, mengusir


penyebab penyakit Yin Han (Yin Dingin)
2. Menghangati Yang, menimbulkan, memperbaiki denyut nadi dan menolong
dari bahaya akibat penyakit yang berat.
3. Mencegah penyakit, menguatkan daya tahan karena daya panas moksa akan
menghangati Yang, melancarkan peredaran energi maka dengan kuatnya
Yang Chi kuat pula Wei Chi sehingga daya tahan tubuh terhadap penyakit
atau penyebab penyakit luar menjadi kuat pula.
4. Menghangatkan limpa dan lambung.
5. Merangsang menstruasi dan mengatasi dismenorea

2.6 Prosedur Terapi Moksibusi

a. Siapkan moksa yang akan dipakai dan korek api serta lilin, siapkan juga
tempat pembuangan abu putung dari moksa.
b. Nyalakan moksa dan dekatkan ke titik akupunktur selama beberapa saat
tergantung tingkat ketahanan pasien. Jauhkan jika panas atau alihkan pada
titik yang lain, demikian pindah-pindahkan terus supaya tidak terlalu panas.
Pada penggunaan moksa yang dialas jahe atau bawang putih cenderung
terjadi pelepuhan di kulit, jika ini terjadi sobek sedikit dan keluarkan airnya,
6

kemudian olesi madu baru antiseptiknya. Pada penggunaan moksa yang di


taruh diujung jarum maka buatlah lingkaran dan gunting sampai ke tengah
pusat lingkaran dan masukan ke jarum hingga ke tengah pusat lingkaran
kertas, hal ini berguna untuk mencegah lepuhan akibat potongan putung yang
jatuh.
c. Bisa juga penggunaan pada jarum, jarum dibakar dengan didekatkan pada
moksa batang atau ujung ekor jarum diberi kapas yang dililitkan kemudian
diberi alcohol 100 % kemudian dibakar.

2.7 Indikasi Moksibusi

Indikasi dari terapi moksa adalah sindrom dingin dan defisiensi Yang.
Tindakan terapi dapat dinilai menurut:
a. Terapi yang berhubungan dengan darah
1) Mengatur darah
2) menyimpan darah agar pada tempatnya
3) mengatur pergerakan darah
4) menguatkan darah
5) mendinginkan darah
6) Melancarkan stagnasi darah
7) Menghentikan perdarahan
b. Terapi yang berhubungan dengan yang, diantaranya:
1) menguatkan Yang
2) Mengaktifkan Yang
3) menurunkan kekuatan Yang hati
4) Menghangatkan Yang
c. Terapi yang berhubungan dengan cairan dan jing
1) Tonifikasi dan menutrisi yin
2) Meningkatkan cairan
3) Melancarkan cairan
7

4) Mendinginkan cairan
5) Menyimpan essence/sari
d. Terapi untuk bagian luar, saluran dan lubang
1) Pembebasan bagian luar
2) Bagian luar yang terbuka
3) Bagian luar yang dingin
4) Menstabilkan bagian luar
5) Menutrisi bagian luar
6) Mengendalikan keringat
7) Menghangatkan saluran
8) Mencerahkan mata
e. Terapi untuk kaku,bengkak dan wujud
1) Melemakan kekauan/bengkak dan menghilangkan bengkak
2) Menghentikan dan menghilangkan wujud
3) Melemahkan kekakuan
4) Meredakan bengkak
5) Menghentikkan obstruksi aliran qi

2.8 Kontraindikasi Moksibusi

Adapun kontra indikasi dari moksibusi menurut Saputra (2005):


a. Moksibusi dilarang untuk keadaaan Yin Si dan Yang Xiang, yang berarti
keadaan Yin kosong dan Yang berlebihan.
b. Tidak dianjurkan moksibusi area wajah, genitalia, putting susu, daerah tendo
dan pembululuh darah penting, perut bagian bawah dan daerah koksigeus
pada wanita hamil.
c. Pada pasien dengan kondisi lemah
d. Scarring Moxibution tidak boleh dilakukan di area kepala, wajah, pembuluh
darah besar.
8

2.9 Hasil Penelitian Tentang Moksibusi

Hasil penelitian tentang terapi moksibusi dalam jurnal yang berjudul Effect
of Moxibustion Therapy on Intensity of Primary Dysmenorrhea in Adolescents
Girl at Cimahi Negeri 2 Junior High School yang diteliti oleh Achmad Setya
Roswend (2021), menyatakan bahwa terapi moksa merupakan salah satu
pengobatan non-farmakologis untuk dismenore pada remaja. Panas dari moxa
mampu merangsang sel-sel saraf sensorik di sekitar titik-titik akupuntur dan
dapat mempengaruhi sistem endokrin untuk melepaskan endorfin dan juga
menghambat impuls nyeri di tulang belakang, saraf tulang belakang. Hasil dari
penelitian membuktikan adanya perbedaan rata-rata nilai skala nyeri dismenore
primer pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p-value = 0,000)
sehingga ada pengaruh terapi moksibusi terhadap intensitas nyeri dismenore
primer pada remaja.
Dismenorea dapat mempengaruhi kondisi fisik dan psikis wanita. Fisik
fisik seperti nyeri pada perut bagian bawah, pinggang, dan bahkan punggung
akan menyebabkan ketidaknyamanan dalam melakukan aktivitas fisik sehari-
hari. Keluhan-keluhan ini terkait dengan ketidakhadiran berulang dari sekolah,
terbatasnya kehidupan sosial, prestasi akademik, dan aktivitas olahraga. Secara
psikologis Kondisi psikologis seperti mudah tersinggung, suasana hati yang
buruk, mudah marah, lemas, dan cemas. akan mempengaruhi kemampuan
seorang remaja. Keluhan ini menunjukkan adanya pengaruh yang buruk bila
mengalami dismenorea dengan produktivitas kerja dan perilaku wanita (Puji,
2011).
Masalah remaja yang mengalami dismenorea dapat diatasi dengan terapi
farmakologis atau non-farmakologis. Terapi nonfarmakologis antara lain istirahat
yang cukup, mengkonsumsi minuman hangat, relaksasi atau yoga, melakukan
aktivitas fisik fisik seperti olahraga, bersepeda, senam aerobik, mandi dengan air
hangat dan kompres hangat pada pada bagian yang nyeri (Komalasari, 2012).
9

Semua tindakan ini telah diteliti sebelumnya tetapi hanya mengurangi rasa nyeri
sampai rasa nyeri tersebut hilang, dan untuk penerapan kompres hangat tidak
sesuai dengan titik yang dapat mengurangi nyeri. Selain itu, terdapat terapi non
farmakologi lainnya yaitu Traditional Chinese Medicine (TCM), yaitu
akupunktur, akupresur, tuina, akupunktur aurikular, dan terapi moksibusi
(Mingxiao, et al., 2017). TCM dibagi menjadi 2 yaitu terapi yang menggunakan
jarum dan terapi yang tidak menggunakan jarum. menggunakan jarum. Terapi
TCM yang menggunakan jarum seperti akupunktur dan akupunktur auricular
membutuhkan keahlian dan pelatihan yang tersertifikasi. Terapi TCM yang tidak
menggunakan jarum adalah akupresur, tuina, dan moksibusi. Terapi akupresur
dan terapi tuina membutuhkan keterampilan dan pelatihan bersertifikat,
sedangkan terapi moksibusi merupakan terapi yang mudah dilakukan remaja
secara mandiri tanpa resep dokter resep dokter, hanya diberikan rangsangan
panas pada titik titik akupuntur, tanpa menggunakan jarum, biasanya menjadi
terapi pilihan untuk menghilangkan semua jenis nyeri dan dapat dikatakan bahwa
terapi moksibusi tanpa efek samping yang perlu ditakuti dan terjadi perbaikan
perlu ditakuti dan terjadi perbaikan dalam waktu yang lama (Koosnadi, 2017).
Menurut hasil penelitian Myeong Soo Lee (2010) terapi moksibusi dapat
mengurangi nyeri kanker dan herpes zoster karena adanya peningkatan kadar β-
endorfin dalam tubuh.
Moksa adalah salah satu terapi non-farmakologis yang menggunakan
pemanasan moksa. Moksa adalah alat berbentuk silinder atau kerucut yang
terbuat dari tanaman kering, yaitu daun Hia (Artemisia vulgaris), untuk
menghangatkan titik-titik akupunktur/akupuntur. Tanaman ini terbukti dapat
meningkatkan sirkulasi darah ke daerah panggul, rahim, merangsang menstruasi
dan mengatasi kram saat haid/dismenorea (Kiswojo, 2013). Pemberian
rangsangan panas pada titik akupunktur dengan teknik moksibusi dapat
mengatasi nyeri melalui peningkatan hormon endorfin, yaitu hormon yang
mampu memberikan rasa rileks rileks pada tubuh secara alamiah, memblokir
10

reseptor nyeri ke otak (Aprilia, 2010). Mingx- Mingxiao Yang et al (2017)


menggunakan terapi moksibusi dengan 3 titik akupuntur, yaitu Guanyuan (CV4),
Shenque (CV8), dan Sanyinjiao (SP6) kepada 133 mahasiswi di Kota Chengdu
(69 wanita di kelompok moksibusi dan 64 wanita di kelompok ibuprofen)
menunjukkan bahwa kedua intervensi (pengobatan konvensional dan terapi
moksibusi) dapat mengurangi nyeri haid. Kedua intervensi tersebut menunjukkan
manfaat yang diinginkan untuk mengatasi nyeri haid. nyeri. Namun, penelitian
sebelumnya hanya menunjukkan efektivitas, bukan kemanjuran, moksibusi
moksibusi untuk nyeri haid. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini
adalah menggunakan 9 titik akupuntur yaitu Guanyuan (CV4), Shenque (CV8),
Sanyinjiao (SP6), Tianshu (ST25), Wailing (ST26), Shuidao (ST28), Qichong
(ST30), Neiting (ST44), dan Yinlingquan (SP9) kepada responden dengan
karakteristik remaja awal usia 11-14 tahun, dengan pemberian terapi moksibusi
selama 15 menit. Menurut Mingxiao Yang et al (2017) pemberian stimulasi
moksibusi pada beberapa titik akupuntur di perut bagian bawah yang secara
anatomis terletak di atas rahim. Stimulasi panas dapat meningkatkan aliran darah
di pembuluh darah dekat rahim yang menyebabkan sekresi prostaglandin,
bradikinin, histamin di intravaskuler untuk meningkatkan aliran darah juga
meningkatkan oksigenasi jaringan. Menurut Koosnadi (2017) penderita yang
mendapatkan terapi moksibusi mengalami penurunan nyeri (nyeri kram), dan
perbaikan gejala ekstra genitalia, seperti seperti mual, sakit kepala, sakit
punggung, gejala pramenstruasi yang disebabkan oleh retensi cairan dan
ketegangan payudara. Keluhan ini dapat membaik dalam satu kali pengobatan,
sehingga penelitian ini berharap untuk menunjukkan keampuhan terapi
moksibusi untuk mengatasi nyeri haid.
11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Moksibusi adalah salah satu terapi non-farmakologis yang menggunakan


pemanasan moksa dengan cara merangsang titik akupunktur menggunakan moksa
yaitu cerutu yang terbuat dari daun Ngai (Arthemisia vulgaris) dengan cara
dibakar. Daya panas dari moksa tersebut melalui titik akupunktur akan dialirkan
menembus permukaan kulit, otot dan kemudian sampai pada titik dan meridian
sehingga akan menimbulkan reaksi pengobatan, pencegahan dan perbaikan serta
perawatan. Moksa adalah alat berbentuk silinder atau kerucut yang terbuat dari
tanaman kering, yaitu daun Hia (Artemisia vulgaris), untuk menghangatkan titik-
titik akupunktur/akupuntur.
Moksa terbukti dapat meningkatkan sirkulasi darah ke daerah panggul, rahim,
merangsang menstruasi dan mengatasi kram saat haid/dismenorea. Pemberian
rangsangan panas pada titik akupunktur dengan teknik moksibusi dapat mengatasi
nyeri melalui peningkatan hormon endorfin, yaitu hormon yang mampu
memberikan rasa rileks rileks pada tubuh secara alamiah, memblokir reseptor
nyeri ke otak.

12
DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha, S. (1999).Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1.Jakarta: Trubus


Agriwidya.
Gongwang, L., et al .(1999). Clinical Acupuncture & Moxibusen.Beijing: TSTTPC.
Heidelberg.
Hempen, Carl-Herman.(2009).A Materia Medica For Chinese Medicine.German:
Churchill
Komalasari. (2012). Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa Kebidanan dan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Koosnadi, S. (2017). Akupunktur Dasar. Surabaya: Airlangga University Press.
Lee, M. S. (2010). Moxibustion for Treating Pain: A Systemic Review. The American
Journal of Chinese Medicine 38(5):829-38. DOI:
10.1142/S0192415X10008275
Liu Z, Liu L.(2009).Essentials of Chinese Medicine. New York: Springer Dordrecht
Livingstone Elsevier.
Mingxiao, Y., et al. (2017). Moxibustion for Pain Relief in Patients with Primary
Dysmenorrhea: A Randomized Controlled Trial. PLoS ONE, vol. 12, issue 2,
p.0170952.
Pialoux, J. (2008). to Acupuncture and Moxibustion. Switzerland: Foundation
Cornelius Celsus.
Puji. (2011). Efektivitas Senam Dismenorea Dalam Mengurangi Dismenorea Pada
Remaja Putri Di SMUN 5 Semarang. Retrieved from http://eprints.undip.ac.id.

Roswendi, A. S. (2021). Effect of Moxibustion Therapy on Intensity of Primary


Dysmenorrhea in Adolescents Girl at Cimahi Negeri 2 Junior High School.
KnE Life Sciences, 1012-1022.

13

Anda mungkin juga menyukai