Anda di halaman 1dari 81

LAPORAN KASUS

ASUHAN PERSALINAN PADA Ny. S DENGAN MENERAPKAN


TERAPI BIRTH BALL UNTUK MENGURANGI RASA NYERI
DI BPM NURHASANAH, S.Tr.Keb GUDANG LELANG
TELUK BETUNG TAHUN 2021

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktek Klinik Asuhan Kebidanan pada Persalinan
Program Study Profesi Bidan

Disusun Oleh :

LUSIANA FRANSISKA SILALAHI


NIM. 20390023

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS
ASUHAN PERSALINAN PADA Ny. S DENGAN MENERAPKAN
TERAPI BIRTH BALL UNTUK MENGURANGI RASA NYERI
DI BPM NURHASANAH, S.Tr.Keb GUDANG LELANG
TELUK BETUNG TAHUN 2021

Disusun Oleh :

LUSIANA FRANSISKA SILALAHI


NIM. 20390023

Tgl. 02 Februari 2021 Pemberian Asuhan Persalinan pada Ny. S


di BPM Nurhasanah, S.Tr.Keb Gudang Lelang Teluk Betung

Disetujui :

Pembimbing Institusi/Praktek Pembimbing Lapangan

Astriana, S.ST, M.Kes Nurhasanah, S.Tr.Keb

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus
yang berjudul “Asuhan Persalinan pada Ny. S dengan Menerapkan Terapi
Birth Ball Untuk Mengurangi Rasa Nyeri di BPM Nurhasanah, S.Tr.Keb
Gudang Lelang Teluk Betung Tahun 2021”, sebagai syarat untuk menyelesaikan
Ketuntasan Praktek Klinik Asuhan Persalinan pada Program Study Profesi Bidan
di Universitas Malahayati Bandar Lampung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak DR. dr. Achmad Farich, M.Kes., selaku Rektor Universitas Malahayati
Bandar Lampung.
2. Ibu Dainty Maternity, S.ST., M.Keb., selaku Ketua Program Study Profesi
Bidan.
3. Ibu Astriana, S.ST., M.Kes., selaku Pembimbing Institusi/Praktek yang telah
membimbing, memberikan nasehat dan saran bagi penulis, sehingga dapat
menyelesaikan Laporan Kasus ini tepat pada waktunya.
4. Ibu Nurhasanah, S.Tr.Keb., selaku Pembimbing Lapangan yang telah
mengizinkan penulis untuk melakukan Asuhan Kebidanan.
5. Seluruh Staf dan Karyawan di BPM Nurhasanah, S.Tr.Keb.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan Laporan Kasus ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Kasus ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi perbaikan di masa yang datang. Akhir kata, semoga
Laporan Kasus ini bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, Februari 2021

Penulis,

Lusiana Fransiska Silalahi

iii
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul ................................................................................................. i
Halaman Persetujuan ....................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................ iii
Daftar Isi .......................................................................................................... iv
Daftar Tabel .................................................................................................... vi
Daftar Gambar ................................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Persalinan Kala I ...................................................................
1. Pengertian Persalinan ......................................................
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan ...............
3. Fase Persalinan Kala I .....................................................
B. Nyeri Persalinan ....................................................................
1. Pengertian .......................................................................
2. Penyebab Nyeri Persalinan .............................................
3. Dampak Nyeri Persalinan ...............................................
4. Pengkajian Nyeri .............................................................
C. Senam Hamil .........................................................................
1. Pengertian Senam Hamil .................................................
2. Pelvic Rocking ................................................................
D. Hubungan Birth Ball dengan Proses Persalinan ...................
1. Pengertian Birth Ball ......................................................
2. Tujuan Penggunaan Birth Ball ........................................
3. Indikasi dan Kontraindikasi ............................................
4. Persiapan Latihan dengan Birth Ball ..............................
5. Jenis Gerakan Birth Ball .................................................

iv
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Persalinan ..............................................................................
1. Data Subjektif (S) .............................................................
2. Data Objektif (O) ..............................................................
3. Assasment (A) ..................................................................
4. Planning (P) ......................................................................

BAB IV PEMBAHASAN
A. Format Jurnal Refleksi Pembelajaran Praktek Bimbingan .....
1. Deskripsi Pengalaman (Description of the Experience) ...
2. Perasaan terhadap Pengalaman (Feeling of the
Experience) .......................................................................
3. Evaluasi (Evaluating of the Experience) ...........................
4. Analisis (Analysis of the Experience) ...............................
5. Kesimpulan (Conclusion of the Experience) .....................
6. Rencana Tindak Lanjut (Action Plan) ...............................
B. Pembahasan antara Kasus dan Jurnal.......................................

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................
B. Saran .....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 Observasi Kala I Fase Aktif ...................................................................
3.2 Hasil Pemantauan Kala IV .....................................................................

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Kurva Friedman .....................................................................................
2.2 Penurunan Kepala Janin ........................................................................
2.3 Pengukuran Skala Nyeri ........................................................................
2.4 Skala Nyeri Muka ..................................................................................
2.5 Duduk di Atas Bola ...............................................................................
2.6 Duduk di Atas Bola dan Bersandar ke Depan .......................................
2.7 Berdiri Bersandar di Atas Bola ..............................................................
2.8 Berlutut dan Bersandar di Atas Bola .....................................................
2.9 Jongkok dan Bersandar pada Bola .........................................................

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mortalitas dan morbiditas ibu hamil, ibu bersalin dan nifas
masih merupakan masalah besar terutama di negara berkembang termasuk
Indonesia. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan tolak ukur status
kesehatan di suatu negara yang dari waktu kewaktu dapat memberikan
gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dan sebagai indikator
dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan serta program
pembangunan kesehatan lainnya. Kematian ibu menurut World Health
Organization (WHO) yang dikutip dari Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI adalah kematian selama kehamilan atau dalam
periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang
terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi
bukan disebabkan oleh kecelakaan/cedera (WHO, 2018).
Menurut laporan data dari WHO (2015) mencatat bahwa setiap hari
pada tahun 2015 ada 830 ibu yang meninggal dunia karena komplikasi
kehamilan dan persalinannya. WHO juga mencatat AKI di Indonesia
(2015) sebesar 126/100.000 kelahiran hidup. Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012 mencatat bahwa AKI di Indonesia masih
tinggi sebesar 359/100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih cukup
tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di kawasan
ASEAN.
Data menyatakan bahwa hingga semester I di tahun 2017 terjadi
1.712 kasus kematian ibu saat proses persalinan. Angka tersebut masih jauh
untuk mencapai agenda target Sustainable Development Goals (SDG’s)
tahun 2020 yaitu 70/100.000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2017).
Sebagian besar kematian ibu tergolong pada kematian secara langsung
yaitu karena perdarahan, sepsis, hipertensi dalam kehamilan, partus macet,
komplikasi aborsi tidak aman dan sebab-sebab lainnya. Indonesia masih
harus berbenah dan bekerja keras untuk menyelesaikan target dalam
menurunkan AKI. Sebenarnya sebagian besar penyebab utama dari
mortalitas dan morbiditas ibu tersebut dapat dicegah melalui upaya
pencegahan yang efektif (JNPK-KR, 2014).
Tujuan dari asuhan persalinan normal tersebut adalah menjaga
kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu
dan bayinya melalui upaya terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi
yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan
dapat terjaga pada tingkat yang optimal. Setiap wanita yang akan menjadi
seorang ibu pasti ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya. Begitu pula
pada proses kelahirannya. Persalinan adalah proses yang luar biasa dan
bermakna yang seharusnya sangat membahagiakan dan menyenangkan bagi
ibu. Namun dalam banyak kejadian, persalinan masih saja dianggap salah
satu proses yang melelahkan dan menyakitkan bagi ibu. Pemahaman bahwa
persalinan adalah proses yang mempertaruhkan nyawa menunjukkan bahwa
setiap persalinan dapat menghadapi risiko atau bahaya yang
mengakibatkan kematian pada ibu dan bayi baru lahir. Insiden persalinan
lama juga merupakan penyumbang angka kematian pada ibu dan bayi
(Prawirohardjo, 2013).
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) mencatat bahwa
partus lama sebesar 38,2% merupakan penyebab kematian maternal dan
perinatal utama disusul oleh perdarahan 35,26%, dan eklampsia 16,44%.
Hasil survey didapatkan bahwa partus lama dapat menyebabkan
kegawatdaruratan pada ibu dan bayi. Pada ibu dapat terjadi perdarahan, syok
dan kematian sedangkan pada bayi dapat terjadi fetal distress, asfiksia dan
caput. Gustyar (2017) menyatakan bahwa ibu dengan partus lama yang
rawat inap di Rumah Sakit di Indonesia diperoleh proporsi 4,3% yaitu
12.176 dari 281.050 persalinan (SDKI, 2012).
Aprilia (2011) dalam Gustyar (2017) menyatakan bahwa selain
menggunakan partograf, ada beberapa upaya fisiologis yang dapat
dilakukan untuk mencegah persalinan lama seperti, senam hamil dan teknik
napas dalam. Upaya lainnya dalam mencegah persalinan lama seperti
pelvic rocking dengan birthing ball yang mendukung persalinan agar
dapat berjalan secara fisiologis. Hal ini juga merupakan salah satu
metode yang sangat membantu merespon rasa sakit dengan cara aktif dan
mengurangi lama persalinan kala I fase aktif. Pelvic rocking dengan birthing
ball adalah cara menambah ukuran rongga pelvis dengan menggoyang
panggul di atas bola dan dengan perlahan mengayunkan pinggul ke depan
dan ke belakang, sisi kanan, kiri, dan melingkar.
Birth Ball adalah terapi fisik atau latihan sederhana menggunakan bola,
dimana latihan tersebut diterapkan untuk ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu
pasca melahirkan. Indikasi penggunaan birth ball adalah untuk meredakan
nyeri pada ibu inpartu, untuk pembukaan yang lama dan untuk
menurunkan kepala bayi yang lama (Kustari, 2012). Birth ball adalah bola
terapi fisik yang membantu ibu inpartu kala I dalam kemajuan persalinan
yang dapat digunakan dalam berbagai posisi. Salah satu gerakannya yaitu
dengan duduk di atas bola dan bergoyang- goyang membuat rasa nyaman
dan membantu kemajuan persalinan dengan menggunakan gravitasi
sambil meningkatkan pelepasan endorphin karena elastisitas dan lengkungan
bola merangsang reseptor di panggul yang bertanggung jawab untuk
mensekresi endorphin (Kurniawati, 2017).
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung yang dikutip oleh
Pemerintah Provinsi Lampung, menyatakan bahwa terdapat 5 (lima) orang
ibu yang meninggal karena disebabkan oleh partus lama di Bandar
Lampung. Pada tahun 2020, AKI (Angka Kematian Ibu) di Provinsi
Lampung tercatat sebesar 126,55/100.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan
Provinsi Lampung, 2020).
Di Kota Bandar Lampung (2012), AKI yang dilaporkan sebesar
106/100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2014 tercatat angka kematian
ibu yang melahirkan sebanyak 187 dari 228.947 kelahiran hidup (Dinas
Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2020).
Penelitian menunjukkan hasil bahwa pada kelompok wanita yang
melakukan birth ball exercise mengalami kala I persalinan yang lebih
pendek, penggunaan analgesik yang rendah dan kejadian sectio caesaria
yang rendah, (Kurniawati, 2017). Sriwenda (2016) membuktikan bahwa
lama fase aktif persalinan 30% lebih pendek dan hambatan selama kala II
persalinan menurun secara signifikan pada kelompok yang melaksanakan
latihan. Studi lain yang dikemukakan oleh Masbait (2015) menunjukkan
bahwa kelompok kontrol yang diberi teknik pelvic rocking lebih cepat
mengalami pembukaan yaitu 60% selama persalinan kala I sampai
pembukaan lengkap.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian
kedalam Laporan Kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ibu
Bersalin dengan Menerapkan Terapi Birth Ball Untuk Mengurangi Rasa
Nyeri di BPM Nurhasanah S.Tr.Keb Gudang Lelang Teluk Betung Tahun
2021”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah ini adalah :
“Bagaimanakah Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Menerapkan
Terapi Birth Ball Untuk Mengurangi Rasa Nyeri di BPM Nurhasanah
S.Tr.Keb Gudang Lelang Teluk Betung Tahun 2021 ?”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pelaksanaan pelvic rocking dengan
menggunakan birth ball terhadap kemajuan persalinan pada ibu bersalin
di BPM Nurhasanah S.Tr.Keb Gudang Lelang Teluk Betung Tahun
2021.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui penerapan pelaksanaan pelvic rocking dengan
menggunakan birth ball.
b. Untuk mengetahui kemajuan persalinan pada ibu bersalin.
c. Untuk mengetahui penerapan terapi birth ball dalam mengurangi rasa
nyeri pada ibu bersalin.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat diterapkan
dalam pelayanan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan fase aktif
Kala I di BPM Nurhasanah, S.Tr.Keb Gudang Lelang Teluk Betung
Tahun 2021.

2. Manfaat Praktis
Bagi Institusi Pendidikan sebagai metode penilaian kepada
mahasiswa dalam melaksanakan tugasnya dalam menyusun, membimbing
dan mendidik mahasiswa, agar lebih terampil dalam memberikan asuhan
persalinan serta sebagai tambahan bahan referensi dengan terapi birth
ball.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan Kala I
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan plasenta) yang telah cukup bulan ataudapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau
tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya
perubahan servik secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta.
(Sulistyawati, 2012).
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang
normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa yang ibu dan
keluarga nantikan selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu
adalah untuk melahirkan bayimya. Peran petugas kesehatan adalah
memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi
disamping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan
pada ibu bersalin. (Prawirohardjo, 2014).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan


Ada 5 (lima) faktor penting yang mempengaruhi persalinan yang
dimana jika terdapat malfungsi salah satu diantaranya dapat
menyebabkan komplikasi pada ibu dan janin, yaitu sebagai berikut :
a. Passage Way, merupakan jalan lahir dalam persalinan berkaitan
dengan keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim pada
persalinan. Segmen atas memegang peran yang aktif karena
berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya
persalinan. Sebaliknya segmen bawah rahim memegang peran pasif
dan makin tipis karena majunya persalinan karena peregangan. Jalan
lahir terdiri dari pelvis dan jaringan lunak serviks, dasar panggul,
vagina, introitus (bagian luar/lubang luar dari vagina). Walaupun
jaringan lunak terutama otot dasar panggul membantu kelahiran bayi
tetapi pelvik ibu jauh lebih berperan dalam proses kelahiran.
Pelvik terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:
1) Bagian keras, bagian ini terdiri dari tulang panggul
2) Bagian lunak, dibentuk oleh otot-otot dan ligamentum
(Indrayani, 2016)

b. Passanger, merupakan faktor yang juga sangat mempengaruhi


persalinan adalah faktor janin. Meliputi sikap janin, letak janin, dan
bagian terendah. Sikap janin menunjukkan hubungan bagian–bagian
janin dengan sumbu tubuh janin, misalnya bagaimana sikap fleksi
kepala, kaki, dan lengan. Ini berarti seorang janin dapat dikatakan
letak longitudinal (preskep dan presbo), letak lintang, serta letak
oblik. Bagian terbawah adalah istilah untuk menunjukkan bagian
janin apa yang paling bawah (Varney, 2007).

c. Power, merupakan tenaga yang mendorong keluar janin. Kekuatan


yang berguna untuk mendorong keluar janin adalah his, kontraksi
otot–otot perut, dan kontraksi diagfragma, ada dua power yang
bekerja dalam proses persalinan, yaitu his dan Tenaga mengejan ibu.
his merupakan kontraksi uterus karena otot-otot polos bekerja dengan
baik dan sempurna, pada saat kontraksi, otot-otot rahim menguncup
sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri lebih kecil
mendorong janin dan kantong amnion ke arah bawah rahim dan
serviks. Sedangkan tenaga mengejan ibu adalah tenaga selain his
yang membantu pengeluaran. (Varney, 2007).

d. Position, posisi yang nyaman selama persalinan sangat diperlukan


bagi pasien. Selain mengurangi ketegangan dan rasa nyeri, posisi
tertentu justru akan membantu proses penurunan kepala janin
sehingga persalinan berjalan lebih cepat selama tidak ada kontra
indikasi dari keadaan pasien (Sulistyawati, 2012). Faktor posisi
sangat penting disini, posisi dapat membantu mengatasi faktor-
faktor penyebab persalinan yang lama seperti diatas. Posisi ibu
mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan, posisi tegak
memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih
hilang, memberi rasa nyaman dan melancarkan sirkulasi darah. Posisi
tegak meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, jongkok. Posisi
tegak memungkinkan gaya gravitasi untuk membantu bagian
terendah janin. Kontraksi uterus lebih kuat dan lebih efisien untuk
membantu penipisan dan dilatasi serviks sehingga persalinan lebih
cepat. Posisi tegak dapat mengurangi insiden penekanan tali pusat
(Bobak, 2005).

e. Psychology, merupakan tingkat kecemasan perempuan selama


bersalin akan meningkat jika perempuan tersebut tidak memahami
apa yang terjadi pada dirinya, ibu bersalin biasanya akan
mengutarakan kekhawatirannya jika ditanya. Perilaku dan
penampilan perempuan serta pasangannya merupakan petunjuk
berharga tentang jenis dukungan yang akan diperlukan. Membantu
perempuan berpartisipasi sejauh yang diinginkan dalam melahirkan,
memenuhi harapan perempuan akan hasil akhir persalinan. Dukungan
psikologi dari orang-orang terdekat akan membantu memperlancar
proses persalinan yang sedang berlangsung (Indrayani, 2016).

3. Fase Persalinan Kala I


Kala I persalinan dimulai saat persalinan mulai sampai pembukaan
lengkap (10 cm). Proses ini terbagi menjadi 2 fase, fase laten (8 jam)
serviks membuka sampai 4 cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka
dari 4 sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering saat fase aktif
(Prawirohardjo, 2014). Kontraksi lebih kuat dan sering terjadi pada fase
aktif. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga parturient (ibu yang sedang bersalin) masih dapat berjalan-
jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung selama 12 jam,
sedangkan untuk multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan Kurva
Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm per jamdan
pembukaan multigravida 2 cm per jam.
Dengan perhitungan tersebut, maka waktu pembukaan lengkap
dapat diperkirakan. (Sulistyawati, 2012).

Gambar 2.1 Kurva Friedman


Sumber : Modifikasi dari Friedman (Indriyani, 2016)

a. Fase Laten pada Kala I Persalinan


Fase laten adalah periode waktu dari awal persalinan hingga
ketitik ketika pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang
umumya dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan
3 s/d 4 cm atau permulaan fase aktif. Selama fase laten bagian
presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali
(Varney, 2007).

Ciri ciri fase laten, yaitu:


1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap.
2) Dimulai dari adanya pembukaan sampai pembukaan serviks
mencapai 3 cm atau serviks membuka kurang dari 4 cm.
3) Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga
8 jam (Indriyani, 2016)
Kontraksi menjadi lebih stabil selama fase laten seiring
dengan peningkatan frekuensi, durasi, dan intensitas dari mulaiterjadi
setiap 10 sampai 20 menit, berlangsung 15 sampai 20 detik, dengan
intensitas ringan hingga kontraksi dengan intensitas sedang (rata-rata
40 mmHg pada puncak kontraksi dari tonus uterus dasar sebesar
10 mmHg) yang terjadi setiap lima sampai tujuh menit dan
berlangsung 30 sampai 40 detik (Varney, 2007).

b. Fase Aktif pada Kala I Persalinan


Fase aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif
pembukaan hingga pembukaan menjadi komplit dan mencakupi
pembukaan lengkap. Pembukaan umumnya dimulai dari tiga sampai
empat sentimeter (atau pada akhir fase laten) hingga 10 cm (akhir
kala I persalinan). penurunan bagian presentasi janin yang progresif
terjadi selama akhir fase aktif dan selama kala II persalinan (Varney,
2007).

Ciri – ciri fase aktif, yaitu :


1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga
kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama
40 detik atau lebih).
2) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau
10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm perjam
(nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm atau 2 cm
(multipara).
3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
4) Pada umumnya fase aktif berlangsung hampir atau hingga 6 jam
5) Fase aktif (7 jam) dimulai dari serviks membuka 3 cm sampai
dengan lengkap atau 10 cm (Prawirohardjo, 2014). Namun pada
partograf tertera bahwa fase aktif dimulai saat pembukaan 4 cm
sampai dengan lengkap atau 10 cm selama 6 jam.
Kontraksi selama fase aktif menjadi lebih sering, dengan durasi
yang lebih panjang dan intensitas lebih kuat. Menjelang akhir fase
aktif, kontraksi biasanya muncul setiap dua sampai tiga menit,
berlangsung sekitar 60 detik, mencapai intensitas yang kuat (lebih dari
40 mmHg).
Menurut Freidman, fase percepatan atau akselerasi memulai fase
aktif persalinan dan mengarah ke fase dilatasi maksimal. Fase dilatasi
maksimal adalah waktu ketika pembukaan serviks terjadi paling cepat
dan maningkat dari 3 sampai 4 cm ke 8 cm. Pada kondisi normal
kecepatan pembukaan konstan, rata-rata 3 cm per jam, dengan
kecepatan minimal 1,2 cm per jam pada primigravida. Pada
multigravida kecepatan rata-rata pembukaan selama fase diltasi
maksimal 5,7 cm perjam dengan kecepatan minimal 1,5 cm per jam.
Fase perlambatan atau deselerasi adalah akhir fase aktif. Selama
waktu ini, kecepatan pembukaan melambat dan serviks mencapai
pembukaan dari 9 ke 10 cm sementara penurunan mencapai kecepatan
maksimumnya. Kecepatan maksimum penurunan rata-rata pada
primigravida 1,6 cm per jam dan normalnya paling sedikit 1 cm
perjam, sedangkan pada multigravida kecepatan penurunan rata-rata
5,4 cm per jam, dengan kecepatan minimal 2,1 cm perjam (Varney,
2007)
Kontraksi uterus bertanggung jawab terhadap penipisan dan
pembukaan serviks serta pengeluaran bayi dalam persalinan.
Kontraksi ini bersifat involunter yang bekerja dibawah kontrol saraf
dan bersifat intermitten yang memberikan keuntungan berupa adanya
periode istirahat/relaksasi diantara dua kontraksi. Kontraksi berawal
dari fundus padasalah satu kornu, kemudian menyebar kesamping dan
kebawah. Kontraksi terbesar dan terlama adalah di bagian fundus.
Namun pada puncak kontraksi dapat mencapai seluruh bagian uterus.
Pada awal persalinan kontraksi uterus berlangsung setiap 15-20
menit selama 30 detik dan diakhir kala I setiap 2-3 menit selama
50-60 detik dengan intensitas yang sangat kuat. Selama persalinan
aktif uterus berubah menjadi dua bagian yang berbeda, segmen atas
uterus yang berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal ketika
persalinan maju. Segmen bawah uterus dan serviks relatif pasif
dibanding dengan segmen atas dan bagian ini berkembang menjadi
jalan yang berdinding jauh lebih tipis untuk janin. Cincin retraksi
terbentuk pada sambungan segmen bawah dan atas uterus. Segmen
bawah rahim terbentuk secara bertahap ketika kehamilan bertambah
tua dan kemudian menipis sekali pada saat persalinan (Indrayani,
2016).
Munculnya kontraksi persalinan juga yang ditandai dengan
perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan pembukaan
serviks lengkap. Ada dua proses fisiologis utama yang terjadi pada
serviks:
1) Pendataran serviks disebut juga penipisan serviks adalah
pemendekan saluran serviks dari 2 cm menjadi hanya berupa
muara melingkar dengan tepi hampir setipis kertas. Proses ini
terjadi dariatas kebawah sebagai hasil dari aktivitas miometrium.
Serabut-serabut otot setinggi ostium serviks internum ditarik
keatas dan dipendekkan menuju segmen bawah uterus,
sementara ostium eksternum tidak berubah.
2) Pembukaan serviks. Pembukaan terjadi sebagai akibatdari
kontraksi uterus serta tekanan yang berlawanan dari
kantongmembran dan bagian bawah janin. Kepala janin saat fleksi
akan membantu pembukaan yang efisien. Pada primigravida
pembukaan didahului oleh pendataran serviks, sedangkan pada
multigravida pembukaan serviks dapat terjadi bersamaan dengan
pendataran (Indrayani, 2016).

Penurunan kepala janin yang terjadi selama kontraksi dan


pembukaan serviks, penurunan adalah gerakan bagian
presentasi melewati panggul. Penurunan terjadi akibat tiga kekuatan
yaitu, tekanan dari cairan amnion, tekanan langsung kontraksi fundus
pada janin dan yang terakhir kontraksi diafragma dan otot-otot
abdomen ibu pada tahap kedua persalinan. Efek ketiga kekuatan ibu
dimodifikasi oleh ukuran dan bentuk bidang panggul ibu dan
kapasitas janin untuk bermolase. Laju penurunan meningkat pada
tahap kedua persalinan. Pada kehamilan pertama, penurunan
berlangsung lambat, tetapi kecepatannya sama. Pada kehamilan
berikutnya penurunan dapat berlangsung cepat. Kemajuan penurunan
bagian presentasi dapat diketahui melalui palpasi abdomen
(Bobak, 2005).
Penilaian penurunan kepala janin dilakukan dengan menghitung
proporsi bagian terbawah janin yang masih berada di atas tepi
atas simfisis dan dapat diukur dengan lima jari tangan pemeriksa
(perlimaan). Bagian diatas simfisi adalah proporsi yang belum
masuk pintu atas panggul dan sisanya (tidak teraba) menunjukan
sejauh mana bagian terbawah janin telah masuk kedalam rongga
panggul.

Penurunan bagian terbawah janin dengan perlimaan adalah :


1) 5/5 : Jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas simfisis
pubis.
2) 4/5 : Jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki
pintu atas panggul (PAP)
3) 3/5 : Jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah
memasuki rongga panggul.
4) 2/5 : Jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih
berasa diatas simfisis dan 3/5 bagian telah turun melewati
bidang tengah rongga panggul (tidak dapat digerakan)
5) 1/5 : Jika hanya 1dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah
janin yang berada diatas simfisis dan 4/5 bagian telah turun
kerongga panggul.
6) 0/5 : Bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari
pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah
masuk ke dalam rongga panggul (Indrayani, 2016).
Lebih jelasnya dapat di dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.2 Penurunan Kepala Janin


(Fibrila, 2013)

B. Nyeri Persalinan
1. Pengertian
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial,
disamping itu nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang
dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu
mengatakannya potensial. Nyeri menurut International Association For
Study of Pain (IASP) adalah suatu pengalaman sensoris dan emosional
yang tidak menyenangkan yang terkait dengan kerusakan jaringan (Anik
M, 2010).

2. Penyebab Nyeri Persalinan


Menurut Bobak (2004) dalam Anik M. (2010), penyebab nyeri
persalinan adalah :
a) Kontraksi Otot Rahim
Kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan servik
serta iskemia rahim akibat kontraksi arteri miometrium. Karena
rahim merupakan organ internal, maka nyeri yang timbul disebut
nyeri visceral. Nyeri visceral juga dapat dirasakan pada organ lain
yang bukan merupakan asalnya disebut nyeri alih (reffered pain).
Pada persalinan nyeri dapat dirasakan pada punggung bagian bawah
dan sacrum. Biasanya ibu hanya mengalami rasa nyeri ini hanya
selama kontraksi dan babas dari rasa nyeri pada interval antar
kontraksi.
b) Regangan Otot Dasar Panggul
Jenis nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II. Tidak seperti
nyeri visceral, nyeri ini terlokalisir di daerah vagina, rectum dan
perineum, sekitar anus. Nyeri ini disebut nyeri somatic dan
disebabkan peregangan struktur jalan lahir bagian bawah akibat
penurunan bagian bawah janin.
c) Episiotomy
Ini dirasakan apabila ada tindakan episiotomy, laserasi maupun
rupture pada jalan lahir.
d) Kondisi Psikologis
Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa
cemas. Takut, cemas dan tegang memicu produksi hormon
prostatglandin sehingga timbul stress. Kondisi stress dapat
mempengaruhi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri.

3. Dampak Nyeri Persalinan


Persalinan umumnya disertai dengan adanya nyeri akibat kontraksi
uterus. Intensitas nyeri selama persalinan dapat mempengaruhi proses
persalinan, dan kesejahteraan janin. Nyeri persalinan dapat merangsang
pelepasan mediator kimiawi seperti prostaglandin, leukotrien,
tromboksan, histamin, bradikinin, substansi P, dan serotonin, akan
membangkitkan stres yang menimbulkan sekresi hormon seperti
katekolamin dan steroid dengan akibat vasokonstriksi pembuluh darah
sehingga kontraksi uterus melemah. Sekresi hormon tersebut yang
berlebihan akan menimbulkan gangguan sirkulasi uteroplasenta sehingga
terjadi hipoksia janin (Farrer, 2011).
Nyeri persalinan dapat menimbulkan stres yang menyebabkan
pelepasan hormon yang berlebihan seperti katekolamin dan steroid.
Hormon ini dapat menyebabkan terjadinya ketegangan otot polos dan
vasokonstriksi pembuluh darah. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan
kontraksi uterus, penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran
darah dan oksigen ke uterus, serta timbulnya iskemia uterus yang
membuat impuls nyeri bertambah banyak (Farrer, 2011).
Nyeri persalinan juga dapat, menyebabkan timbulnya hiperventilasi
sehingga kebutuhan oksigen meningkat, kenaikan tekanan darah, dan
berkurangnya motilitas usus serta vesika urinaria. Keadaan ini akan
merangsang peningkatan katekolamin yang dapat menyebabkan
gangguan pada kekuatan kontraksi uterus sehingga terjadi inersia uteri.
Apabila nyeri persalinan tidak diatasi akan menyebabkan terjadinya
partus lama (Llewllyn, 2003).

4. Pengkajian Nyeri
Pengguna skala intensitas nyeri adalah mudah dan merupakan
metode terpercaya dalam menentukkan intensitas nyeri ibu. Skala seperti
ini memberikan konsistensi bagi petugas kesehatan untuk berkomunikasi
dengan klien/ibu dan petugas kesehatan lainnya. Lebih jelasnya,
untuk mengukur skala nyeri dapat digunakan alat yang berupa Verbal
Descriptor Scale (VDS) atau Numerical Rating Scale (NRS) yang terdiri
dari sebuah garis lurus dengan 5 kata penjelas dan berupa urutan angka
0 sampai 10 yang mempunyai jarak yang sama sepanjang garis.
Gambaran tersebut, disusun dari “tidak nyeri” sampai “nyeri yang tidak
tertahankan atau nyeri sangat berat”. Selain itu, dapat pula digunakan
Visual Analog Scale (VAS) yang dapat digunakan untuk mengetahui
tingkat nyeri, skala ini terdiri dari enam wajah kartun yang diurutkan
seorang yang tersenyum (tidak ada rasa sakit) meningkat wajah yang
kurang bahagia hingga ke wajah yang sedih, wajah penuh air mata (rasa
sakit yang paling buruk) (Maryunani, 2010).

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Berat
Nyeri Terkontrol Tidak terkontrol

Gambar 2.3 Pengukuran Skala Nyeri


Verbal Descriptor Scale (VDS) / Numerical Rating Scale (NRS)
Sumber : Fauziah A dkk, 2012
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan
baik.
4-6 : Nyeri sedang : secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat
mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya.
10 : Nyeri tidak tertahankan : Klien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul.
Tidak ada cara yang tepat untuk menjelaskan seberapa berat
nyeri seseorang. Tidak ada tes yang dapat mengukur intensitas nyeri,
tidak ada alat imaging ataupun alat penunjang dapat menggambarkan
nyeri, dan tidak ada alat yang dapat menentukan lokasi nyeri dengan
tepat. Individu yang mengalami nyeri adalah sumber informasi terbaik
untuk menggambarkan nyeri yang dialaminya. Beberapa hal yang harus
dikaji untuk menggambarkan nyeri seseorang antara lain :
a. Intensitas Nyeri
Minta individu untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal.
Misal, tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri sedang, nyeri hebat, hebat atau
sangat nyeri, atau dengan membuat skala nyeri yang sebelumnya
bersifat kualitatif menjadi bersifat kuantitatif dengan menggunakan
skala 0-10 yang bermakna 0 = tidak nyeri dan 10 = nyeri sangat
hebat (Fauziah A, dkk, 2012).
b. Karakteristik Nyeri
Karakteristik nyeri dapat dilihat atau diukur berdasarkan lokasi
nyeri, durasi nyeri (menit, jam, hari atau bulan), irama/periodenya
(terus menerus, hilang timbul, periode bertambah atau berkurangnya
intensitas), dan kualitas (nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit
nyeri dalam atau superfisial, atau bahkan seperti digencet) (Fauziah
A, dkk, 2012).
Gambar 2.4 Skala Nyeri Muka
Sumber : Fauziah A. dkk, 2012

Keterangan :
Karakteristik dapat juga dilihat nyeri berdasarkan metode
PQRST (P : Provocate, Q : Quality, R : Region, S : Severe, T : Time)
1) P : Provocate, tenaga kesehatan harus mengkaji tentang
penyebab terjadinya nyeri pada penderita, dalam hal ini perlu
dipertimbangkan bagian-bagian tubuh mana yang mengalami
cidera termasuk menghubungkan antara nyeri yang diderita
dengan faktor psikologisnya, karena bisa terjadi nyeri hebat
karena dari faktor psikologis bukan dari lukanya.
2) Q : Quality, kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subyektif
yang diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendiskripsikan
nyeri dengan kalimat nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri
dalam atau superfisial, atau bahkan seperti digencet.
3) R : Region, untuk mengkaji lokasi, tenaga kesehatan
meminta penderita menunjukan semua bagian/daerah yang
dirasakan tidak nyaman. Untuk melokalisasi lebih spesifik maka
sebaiknya tenaga kesehatan meminta penderita menunjukan
daerah nyeri yang minimal sampai kearah nyeri yang sangat.
Namun hal ini akan sulit dilakukan, apabila nyeri yang dirasakan
bersifat menyebar atau difuse.
4) S : Severe, tingkat keparahan merupakan hal yang paling
subyektif yang dirasakan oleh penderita, karena akan diminta
bagaimana kualitas nyeri, kualitas nyeri harus bisa digambarkan
menggunakan skala yang sifatnya kuantitas.
5) T : Time, tenaga kesehatan mengkaji tentang awitan, durasi,
dan rangkaian nyeri. Perlu ditanyakan kapan mulai muncul
adanya nyeri, berapa lama menderita, seberapa sering untuk
kambuh dan lain-lain (Fauziah A, dkk, 2012).
C. Senam Hamil
1. Pengertian Senam Hamil
Senam hamil merupakan senam yang dianjurkan untuk dilakukan
guna mempersiapkan dan melatih otot-otot sehingga persalinan akan
berjalan secara optimal (Yuliasari, 2010). Senam hamil adalah latihan
fisik berupa beberapa gerakan tertentu yang untuk meningkatkan
kesehatan ibu hamil dan janin, yang meliputi 3 macam latihan yaitu
latihan pendahuluan, latihan inti serta latihan penenangan dan relaksasi
(Mandriwati, 2007).
Senam hamil sendiri merupakan program kebugaran yang
diperuntukan untuk ibu hamil sehingga prinsip-prinsip gerakan khusus
yang disesuaikan dengan kondisi ibu hamil. Latihan senam hamil
dirancang khusus untuk menyehatkan dan membugarkan ibu hamil,
mengurangi keluhan yang timbul selama kehamilan dan mempersiapkan
fisik dan psikis ibu dalam menghadapi persalinan, sehingga persalinan
menjadi aman dan efektif (Ida, 2012). Pelaksanaan senam hamil
dianjurkan saat usia kehamilan diatas 20 minggu dikarenakan saat
kehamilan dibawah 20 minggu perlekatan janin dalam rahim belum kuat
(Andries S, 2015).

2. Pelvic Rocking
a) Pengertian Pelvic Rocking
Pelvic Rocking merupakan salah satu gerakan dengan
menggoyangkan panggul kesisi depan, belakang, sisi kiri dan
kanan. Gerakan ini digunakan untuk mengurangi rasa kurang
nyaman pada saat proses persalinan di mana gerakan yang
dilakukan ini ternyata memberi banyak sekali manfaat.
Kelebihan dari Pelvic Rocking antara lain gerakan yang relatif
sederhana dan menggunakan alat yang sederhana tanpa
menggunakan tempat khusus dan pengawasan khusus.
Pelvic Rocking merupakan cara yang efektif untuk bersantai bagi
tubuh bagian bawah bahwa khususnya daerah panggul. Teknik ini
sering disarankan selama persalinan untuk meningkatkan relaksasi
dan memungkinkan gaya gravitasi untuk membantu perjalanan bayi
melalui jalan lahir (Aprilia, 2011).

b) Manfaat Pelvic Rocking


Duduk dengan tegak diatas bola dapat dilakukan pada kehamilan
Trimester III bermanfaat:
1) Meningkatkan aliran darah ke uterus, plasenta dan bayi.
2) Meredakan tekanan dan dapat meningkatkan bidang luas
panggul sebanyak 30%.
3) Nyaman untuk lutut dan pergelangan kaki.
4) Mendorong turunnya kepala bayi.
5) Penggul menjadi lebih relaks.
6) Mengurangi ketidaknyamanan selama kehamilan
(Indriyani, 2016)

c) Teknik Pelvic Rocking


Caranya dengan duduk diatas birth ball sesuai dengan ukuran
tinggi badan dan gerakkan otot dasar panggul kekiri kanan,
kedepan kebelakang, berputar searah jarum jam dan berlawanan
dengan arah jarum jam. Untuk faktor keamanan saat awal berlatih
sebaiknya bola diposisikan menempel pada dinding. (Kusuma E,
2014).

d) Dosis Pelvic Rocking


1) Dilakukan pada trimester ke-3 (>34 minggu)
2) Lakukan tiap hari secara bertahap
3) Pelvic Rocking dilakukan pada saat Kala I persalinan

D. Hubungan Birth Ball dengan Proses Persalinan


1. Pengertian Birth Ball
Birth ball adalah bola terapi fisik atau latihan sederhana dengan
menggunakan bola. Kata birth ball dapat diartikan ketika latihan
dengan menggunakan bola diterapkan untuk ibu hamil, ibu melahirkan
dan ibu pasca persalinan (Kustari, dkk 2012).
Birth ball bisa menjadi alat yang berguna untuk ibu bersalin. Birth
ball adalah bola terapi fisik yang dapat membantu ibu inpartu Kala I
dalam kemajuan persalinannya. Sebuah bola terapi fisik yang dapat
digunakan dalam berbagai posisi (Kurniawati, 2017).
Dengan bola ditempatkan di tempat tidur, ibu dapat berdiri dan
bersandar dengan nyaman di atas bola, mendorong dan mengayunkan
panggul untuk mobilisasi. Dengan bola di lantai atau tempat tidur,
ibu dapat berlutut dan membungkuk dengan berat badan tertumpu di
atas bola, bergerak mendorong panggul dan dapat membantu bayi
berubah ke posisi yang benar (posisi belakang kepala) sehingga
memungkinkan kemajuan persalinan menjadi lebih cepat (Aprillia,
2011).

2. Tujuan Penggunaan Birth Ball


Tujuan dilakukan terapi birth ball adalah mengontrol, mengurangi
dan menghilangkan nyeri pada persalinan terutama Kala I (Kustari,dkk,
2012). Selain itu, Kurniawati (2017) menyatakan bahwa penggunaan
birth ball juga bertujuan untuk membantu kemajuan persalinan ibu.
Gerakan bergoyang di atas bola menimbulkan rasa nyaman dan
membantu kemajuan persalinan dengan menggunakan gerakan gravitasi
sambil meningkatkan pelepasan endorphin karena elastisitas dan
lengkungan bola merangsang reseptor di panggul yang bertanggung
jawab untuk mensekresi endorphin. Manfaat lain yang dapat dirasakan
oleh ibu yaitu mengurangi kecemasan dan membantu proses penurunan
kepala serta meningkatkan kepuasan dan kesejahteraan ibu.
Nitte University Journal of Health Science menjelaskan bahwa
birthing ball membantu untuk mempersingkat kala I persalinan dan
tidak memiliki efek negatif pada ibu dan bayi (Mathew, 2012).
3. Indikasi dan Kontraindikasi
a. Indikasi
1) Ibu inpartu yang merasakan nyeri
2) Pembukaan yang lama
3) Penurunan kepala bayi yang lama

b. Kontraindikasi
1) Janin malpresentasi
2) Perdarahan antepartum
3) Ibu hamil dengan hipertensi
4) Penurunan kesadaran (Kustari, dkk, 2012).

American College of Obstetrician dan Gynecologist


merekomendasikan untuk menghentikan latihan atau olah raga ini
apabila berada dalam situasi berikut :
a. Faktor risiko untuk persalinan prematur
b. Perdarahan pervaginam
c. Ketuban pecah dini
d. Serviks incopetent
e. Janin tumbuh lambat

Sedangkan bagi ibu hamil dengan kondisi berikut ini diharapkan


untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau bidan yang
merawat, untuk mencegah hal-hal sebagai berikut :
1) Hipertensi
2) Diabetes gestational
3) Riwayat penyakit jantung atau kondisi pernapasan (asma)
4) Riwayat persalinan prematur
5) Plasenta previa
6) Preeklamsia (Kustari, dkk, 2012).
4. Persiapan Latihan dengan Birth Ball
Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan latihan dengan
birth ball menurut Kustari, dkk (2012) yaitu :
a. Alat dan Bahan
1) Bola
Ukuran bola disesuaikan dengan tinggi badan ibu hamil. Ibu
hamil dengan tinggi badan 160-170 cm dianjurkan
menggunakan bola dengan diameter 55-65 cm. Ibu dengan
tinggi badan diatas 170 cm cocok menggunakan bola dengan
diameter 75 cm. Suggested Birthing Ball Protocol menjelaskan
bahwa bola tersebut harus dipompa dengan baik pada sentimeter
diameter yang didesain sesuai dengan bola tersebut. Ukuran yang
biasa digunakan selama persalinan yaitu 65 cm, yang mana dapat
menahan beban sampai dengan 135,9 kg (Gymnastic Ball). Bola
ini bisa dipompa dengan menggunakan pompa kaki dan dapat
kempes jika dekat dengan panas atau benda yang tajam.
Untuk membersihkannya dapat menggunakan desinfektan untuk
bagian permukaannya atau pembersih yang mana mengandung
bakterisida, virusida, fungisida dan tuberkolusida. Kontaminasi
yang terlihat kotor dapat diatasi dengan pembersih kloroks 10%.
Bagi ibu yang memiliki bola secara pribadi dapat
membersihkannya dengan bahan pembasmi kuman yang disebut
dengan “cavicide” (Mallak, 2017).
2) Matras
3) Kursi
4) Bantal atau pengalas yang empuk

b. Lingkungan
Lingkungan yang nyaman dan kondusif dengan penerangan yang
cukup merangsang turunnya stress pada ibu. Pastikan lantai yang
digunakan untuk terapi birth ball tidak licin dan anti selip. Privasi
ruangan membantu ibu hamil termotivasi dalam latihan birth ball
(Kustari, dkk, 2012).
Penggunaan birth ball dengan aman merupakan kuncinya
dimana membutuhkan perhatian lebih agar ibu tidak terjatuh pada
saat menggunakannya, mengingat bentuk bola yang bundar dan
keseimbangan ibu dengan membawa beban besar di bagian perut.
Pendamping harus selalu menjaga ibu ketika ibu menggunakan
bola dan membantu ibu untuk bangkit dan duduk untuk
bersandar. Posisi bola yang dekat dengan tempat tidur dapat
membuat ibu merasa lebih aman sehingga ibu dapat menjaga
keseimbangan jika ingin mengganti posisi. Birthing ball dapat
digunakan pada saat yoga, pelvic rocking, gerakan jongkok bangun
pada ibu hamil. Selain itu penggunaan birthing ball pada saat pelvic
rocking juga membantu untuk pemijatan bagian perineum ibu hamil
(Hermina, 2015).

c. Peserta Latihan
Peserta latihan yang dimaksud adalah ibu yang akan melahirkan.
Klien dipersiapkan latihan dengan kondisi yang tidak capek. Jika ibu
dalam kondisi capek, maka tenaga yang terkuras semakin banyak dan
membuat ibu merasa lelah sehingga akan kehabisan tenaga saat
meneran.
Ibu bersalin di negara maju dengan fasilitas kesehatan yang amat
kurang selalu berbaring di tempat tidur pada Kala I persalinan.
Berbaring dapat meyebabkan kontraksi menjadi lemah karena adanya
tekanan dari berat uterus terhadap pembuluh darah abdomen.
Efektivitas kontraksi membantu dilatasi serviks dan penurunan
bayi. Wanita yang menggunakan posisi tegak lurus dan bergerak
selama persalinan memiliki waktu persalinan lebih pendek, sedikit
mendapat intervensi, melaporkan rasa sakit yang lebih sedikit, dan
menggambarkan kepuasan lebih pada pengalaman persalinan mereka
daripada wanita dalam posisi berbaring (Ondeck, 2014).
5. Jenis Gerakan Birth Ball
Jenis gerakan yang dijelaskan oleh Kustari, dkk (2012) adalah
sebagai berikut :
a. Duduk di atas bola
1) Duduklah di atas bola seperti halnya duduk di kursi dengan kaki
sedikit membuka agar keseimbangan badan di atas bola terjaga.
2) Dengan tangan di pinggang atau di lutut, gerakkan pinggul ke
samping kanan dan ke samping kiri mengikuti aliran gelinding
bola. Lakukan secara berulang minimal 2 x 8 hitungan.
3) Tetap dengan tangan di pinggang, lakukan gerakan pinggul ke
depan dan kebelakang mengikuti aliran menggelinding bola.
Lakukan secara berulang minimal 2 x 8 hitungan.
4) Dengan tetap duduk di atas bola, lakukan gerakan memutar
pinggul searah jarum jam dan sebaliknya seperti membentuk
lingkaran atau hula hoop.
5) Kemudian lakukan gerakan pinggul seperti spiral maju dan
mundur.

Gambar 2.5 Duduk di Atas Bola

Bahwa dengan cara duduk di bola, ibu harus menggerakkan


pinggul secara melingkar. Hal ini memungkinkan kepala bayi akan
menekan serviks dengan mendorong dilatasi (Mathew, 2012).

b. Duduk di atas bola bersandar ke depan


1) Setelah menggerakkan pinggul mengikuti aliran menggelinding
bola, lakukan fase istirahat dengan bersandar ke depan pada kursi
atau pendamping (bisa instruktur atau salah satu anggota
keluarga).
2) Sisipkan latihan tarikan nafas dalam.
3) Lakukan teknik ini selama 5 menit.
4) Posisi ini membantu ibu untuk melepaskan kecemasan,
mengurangi rasa sakit pada vagina dan perineum. Pada saat
kontraksi, ibu dapat melakukan gerakan seperti gambar di
bawah dan sambil tetap melakukan pelvic rocking serta
pernapasan disela kontraksi. Bantuan dari suami atau pendamping
persalinan akan membuat ibu merasa lebih nyaman (Aprillia,
2011).

Gambar 2.6 Duduk di Atas Bola dan Bersandar ke Depan

c. Berdiri bersandar di atas bola


1) Letakkan bola di atas kursi.
2) Berdiri dengan kaki sedikit dibuka dan bersandar ke depan
pada bola seperti merangkul bola.
3) Lakukan gerakan ini selama 5 menit.
4) Pada posisi berdiri/tegak akan membuat kontraksi lebih kuat
dan lebih efesien. Kontraksi akan mengikuti gravitasi untuk terus
mempertahankan kepala bayi berada di bawah, yang mana akan
membantu serviks untuk berdilatasi lebih cepat sehingga
persalinan berlangsung cepat. Mengubah posisi selama persalinan
akan mengubah bentuk dan ukuran panggul yang mana akan
membantu kepala bayi bergerak ke posisi optimal selama kala I
persalinan, dan membantu bayi berotasi dan turun selama kala II
(Mathew, 2012).

Gambar 2.7 Berdiri Bersandar di Atas Bola

d. Berlutut dan bersandar di atas bola


1) Letakkan bola di lantai.
2) Dengan menggunakan bantal atau pengalas yang empuk lakukan
posisi berlutut.
3) Kemudian posisikan badan bersandar ke depan di atas bola seperti
merangkul bola.
4) Dengan tetap pada posisi merangkul bola, gerakkan badan
ke samping kanan dan kiri mengikuti aliran menggelinding bola.
5) Dengan tetap merangkul bola, minta pendamping untuk memijat
atau melakukan tekanan halus pada punggung bawah. Lakukan
tindakan ini selama 5 menit.

Posisi ini adalah posisi paling nyaman untuk ibu hamil yang
mengeluh sakit di tulang belakang. Dengan mengalihkan berat
badannya di atas bola, maka dapat mengurangi tekanan di sekitar
tulang belakang dan sacrum. Posisi ini juga memudahkan ibu
menggerakkan panggul untuk mengurangi rasa nyeri saat persalinan,
mendorong rotasi bayi ke anterior posterior, mengurangi tekanan
serviks anterior serta memudahkan suami atau pendamping persalinan
melakukan endorphin massage (Aprillia, 2011).
Gambar 2.8 Berlutut dan Bersandar di Atas Bola

e. Jongkok bersandar pada bola


1) Letakkan bola menempel pada tembok atau papan sandaran.
2) Ibu duduk di lantai dengan posisi jongkok dan membelakangi
atau menyandar pada bola.
3) Sisipkan latihan tarikan nafas dalam pada posisi ini.
4) Lakukan selama 5-10 menit.

Gambar 2.9 Jongkok dan Bersandar pada Bola


Bahwa posisi ini adalah posisi yang sempurna membantu
membuka pelvis secara optimal dengan posisi telapak kaki tetap
menempel pada lantai untuk membantu stabilitas dan otot perineum
agar lebih relaks. Beberapa keuntungan dari posisi di atas adalah
(Aprillia, 2011) :
1) Membantu memperpendek jalan lahir atau serviks.
2) Meningkatkan garis tengah panggul lebih dari 10%.
3) Merangsang ibu hamil untuk lebih kuat saat mengejan dan
memperkuat intensitas kontraksi.
4) Memperbaiki peredaran darah janin.
5) Dengan adanya gaya gravitasi dapat mempercepat proses
persalinan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA Ny. S


DI BPM NURHASANAH, S.Tr.Keb GUDANG LELANG
TELUK BETUNG TAHUN 2021

PENGKAJIAN
Tanggal : 2 Februari 2021
Pukul : 01.10 WIB
Oleh : Lusiana Fransiska Silalahi

IDENTITAS
Istri Suami
Nama : Ny. S Nama : Tn. S
Umur : 27 tahun Umur : 29 tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : D3 Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Guru TK Pekerjaan : Supir
Alamat : Jl. Ikan bawal No.4 Teluk Betung

DATA SUBJEKTIF (S)


a. Keluhan Utama
1) Ibu mengatakan mulas-mulas dan nyeri menjalar kepinggang serta perut
bagian bawah sejak pukul 21.00 WIB sudah keluar lendir bercampur darah
dan belum keluar air-air.
2) Ibu mengatakan masih merasakan gerakan janin ± 15 kali.
3) Ibu mengatakan ini kehamilan ke-2, pernah melahirkan 1 kali dan belum
pernah keguguran.
b. Riwayat kehamilan sekarang
1) Riwayat menstruasi
Menarche : 15 tahun
Lamanya : 6 – 7 hari
Banyaknya : 2 – 3 kali ganti pembalut
Siklus : 28 hari ( teratur )
Konsistensi : Cair
HPHT : 12 Mei 2020
TP : 9 Februari 2021
2) Tanda – tanda kehamilan
PP test ( + ), amenorhea, mual, muntah
3) Pergerakan janin dirasakan pertama kali pada usia kehamilan 16 minggu,
pergerakan janin dalam 24 jam terakhir ± 10 kali.
4) Keluhan yang dirasakan
 Ibu mengatakan nyeri pada pinggang serta perut bagian bawah
5) Pola makan
- Sebelum hamil
Ibu mengatakan makan teratur 3x sehari seperti daging, telur, ayam,
hati, sayur.
- Setelah hamil
Ibu mengatakan makan 2-3 x sehari seperti nasi 1 piring, sayur 1
mangkok kecil, lauk pauk 1 potong, susu dan buah-buahan
6) Pola eliminasi
- BAB
Sebelum hamil : 1 – 2 x sehari
Konsistensi : Lembek, warna kuning kecoklatan
Setelah hamil : 1 – 2 x sehari
Konsistensi : Lembek, warnaa kuning kecoklatan
- BAK
Sebelum hamil : 2 – 4 x sehari
Konsistensi : Cair, warna jernih kekuningan
Setelah hamil : ± 7 – 8 x sehari
Konsistensi : Cair, warnanya jernih kekuningan

7) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


No Tgl/tahun UK Jenis Penyulit Penolong BB/ TB J.Kelamin Keterangan
partus persalinan
1 2017 40 Normal - Bidan 3600/48 Laki-laki Hidup
mgu
2 Hamil ini - - - - - - -

8) Pola aktifitas sehari – hari


a. Pola tidur
- Tidur siang
Sebelum hamil : ± 1 jam / hari
Sesudah hamil : ± 2 – 3 jam / hari
- Tidur malam
Sebelum hamil : ± 7 – 8 jam / hari
Sesudah hamil : ± 5 – 6 jam / hari
(Ibu kurang nyenyak pada saat tidur karena sering BAK, dan
posisi kurang nyaman)
b. Seksualitas
Normal, tidak ada keluhan
c. Pekerjaan
- Sebelum hamil :
Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga sehari – hari seperti
menyapu, mengepel, mencuci, dan menyetrika.
- Sesudah hamil :
Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan seperti
menyapu, mengepel, mencuci, dan menyetrika
9) Riwayat imunisasi
Sudah dilakukan screening test
10) Kontrasepsi yang pernah digunakan
Ibu mengatakan pernah menggunakan alat kontrasepsi KB kondom.
11) Obat – obatan yang pernah dikonsumsi
Ibu hanya mengonsumsi obat yang diberikan bidan.

c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Ibu mengatakan tidak menderita penyakit menurun, menular seperti TBC,
Hepatitis, HIV/AIDS.
2. Perilaku Kesehatan
Ibu mengatakan bahwa sebelum hamil dan saat hamil tidak pernah
mengonsumsi jamu, narkoba, merokok, dan minum-minuman beralkohol.
Ibu mandi 2 kali sehari, menggosok gigi 2-3 kali sehari, mengganti
pakaian dalam 2-3 kali sehari.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular, menahun,
dan menurun seperti : TBC, HIV/AIDS, Diabetes Melitus.

d. Riwayat Sosial
1. Ibu mengatakan bahwa kehamilan ini direncanakan.
2. Jenis kelamin yang diharapkan adalah laki-laki/ perempuan sama saja
3. Status perkawinan
Ibu menikah 1 kali dan lama pernikahan sudah hampir 6 tahun.
4. Pengambilan keputusan dalam keluarga
Ibu mengatakan bahwa pengambilan keputusan dalam keluarga diambil
secara musyawarah dan pemegang keputusan dalam keluarga adalah
suami.
5. Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas
Ibu mengatakan tidak memiliki kepercayaan adat istiadat terhadap
kehamilan, persalianan dan nifas

O : DATA OBJEKTIF
1) Keadaan umum : Lemas
2) Kesadaran : Composmentis
3) Keadaan emosional : Stabil

4) TTV : TD : 120/80 mmHg S : 36,8o C


N : 76 x/menit R : 18x/menit

5) Pemeriksaan fisik
- Rambut
Rambut bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok, warna rambut hitam
Mencirikan nutrisi sampai ke kulit kepala
- Mata
Konjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarna putih, tidak
strabismus, kelopak mata tidak oedem, tidak terdapat cloasma
Untuk memastikan tidak ada tanda-tanda hipertensi dan anemia
- Hidung
Bersih, tidak ada pengeluaran cairan lendir, tidak ada polip, fungsi
penciuman baik, lubang hidung dipisahkan oleh septum nasal untuk
memudahkan ibu bernafas
- Telinga
Bersih, tidak ada serumen, tidak ada peradangan, bentuk simetris
kanan dan kiri, menandakan alat pendengaran ibu berfungsi dengan
baik.
- Mulut dan gigi
Lidah bersih, tidak ada bintik putih, tidak ada stomatitis, gigi bersih,
tidak ada caries, gusi tidak berdarah, tidak ada tanda peradangan.
- Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembengkakan pada
kelenjar getah bening (limfe), tidak ada pembengkakan pada vena
jugularis.
- Dada
Bunyi jantung normal (lup-dup), tidak ada suara wheezing, ronchi, dan
mur-mur pada paru-paru normal (vesikuler)
Payudara simetris kanan dan kiri, warna kulit merata, areola mamae
berwarna hitam, puting susu menonjol, kolostrum belum keluar tidak
ada benjolan, untuk memudahkan bayi menyusui dengan benar dan
sebagai tes screening

- Abdomen
a. Inspeksi : Pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan,
tidak ada luka bekas operasi, terdapat linea nigra,
dan tidak ada strie gravidarum.
b. Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari dibawah px
Pada fundus teraba bagian yang kurang bulat, lunak
dan tidak melenting (bokong).
Leopold II : Pada bagian kanan perut ibu teraba keras,
memanjang seperti papan dan seperti ada tahanan
(punggung) Pada bagian kiri perut ibu teraba
bagian-bagian kecil janin (ekstremitas).
Leopold III : Pada bagian bawah perut ibu teraba bagian keras,
bulat, dan melenting (kepala). Dan kepala sudah
masuk PAP.
Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP
(konvergent) 3/5

Auskultasi
1. DJJ (+) Frekuensi 140X/menit teratur, terdengar pada punctum
maximum kuadran kiri 3 jari dibawah pusat perut ibu
2. His : 3x dalam 10 menit lamanya >40 detik.
3. Mc. Donald : 33 cm
4. TBJ (Niswander ) : 1,2 ( TFU – 7,7 ) 100 ± 150
: 1,2 ( 33 – 7,7 ) 100 ± 150
: 1,2 ( 25,3 ) 100 ± 150
: 3036 ± 150
: ± 2886 gram – 3186 gram.

5. Vaginal Touche (VT)


Dilakukan periksa dalam pukul 01.10 WIB, keadaan perineum
elastis, pada dinding vagina tidak terdapat pembengkakan sistokel
dan rektokel, pendataran 50%, pembukaan 4 cm, ketuban (+),
presentasi kepala, penurunan di hodge II, bloodslim (+), penunjuk
tulang sub oksiput.

ASSASMENT (A)
Ibu G2P1A0 usia kehamilan 38 minggu 4 hari inpartu kala 1 fase aktif janin hidup
intrauterin presentasi kepala, dengan keluhan utama nyeri pada pinggang serta
perut bagian bawah

Dasar :
a. Ibu mengatakan ini kehamilan anak ke-2
b. Ibu mengatakan pergerakan janin pada usia kehamilan 16 minggu
c. HPHT : 12 Mei 2020
d. DJJ : (+) Frekuensi 140X/menit teratur, terdengar pada punctum maximum
kuadran kiri 3 jari dibawah pusat perut ibu
e. Leopold I : TFU 3 jari dibawah px
Leopold II : - bagian sebelah kanan perut ibu teraba punggung
- bagian sebelah kiri perut ibu teraba ekstremitas
Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba kepala dan sudah masuk PAP
Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP (konvergent) 3/5
f. Ibu mengeluh nyeri pada pinggang serta perut bagian bawah

Antisipasi Diagnosa dan Masalah Potensial


Antisipasi Diagnosa : Senam Hamil Pelvic Rocking dengan teknik Birth Ball
Masalah Potensial :
1. Kala I fase aktif memanjang (partus lama)
2. Dapat menimbulkan stress pada ibu
3. Timbulnya hiperventilasi (kebutuhan oksigen meningkat, kenaikan tekanan
adarah dan berkurangya motilitas usus serta urinaria)

Identifikasi Kebutuhan, Kolaborasi dan Tindakan Segera


Kebutuhan : Dukungan psikologi
Kolaborasi : Keluarga
Tindakan segera : Senam hamil Pelvic Rocking

PLANNING (P)
1. Menyiapkan dan menjelaskan informed consent kepada keluarga.
Ibu dan keluarga telah jelas dan mengerti tentang informed consent dan
menyetujuinya
Rasional : Ibu dan keluarga telah menyetujui tentang informed consent
2. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan pada ibu dan tentang keadaannya
saat ini
TD : 120/80 mmHg DJJ :142 x/menit
S : 36,8O C N : 70x/menit
RR : 20 x/menit
Rasional : Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan
3. Menganjurkan kepada ibu untuk senam hamil Pelvic Rocking dengan teknik
duduk di atas birth ball sesuai dengan ukuran tinggi badan dan gerakkan otot
dasar panggul kekiri kanan, kedepan kebelakang, berputar searah jarum jam
dan berlawanan denganarah jarum jam.
Hal ini bermanfaat sebagai teknik relaksasi ibu untuk mengurangi rasa nyeri.
Rasional : Ibu sudah mengerti dan mau melakukannya.
4. Menganjurkan ibu untuk berbaring miring ke kiri untuk mempercepat proses
penurunan kepala serta mencegah janin agar tidak mengalami hipoksia dan
memberitahu ibu memang efeknya mulas karena kepala turun ke bawah.
Rasional : Ibu mengerti dan ibu sudah berbaring miring ke kiri.
5. Menganjurkan keluarga atau suami untuk mendampingi ibu pada saat bersalin
agar ibu mendapatkan support dan lebih merasa aman.
Rasional : Ibu sudah didampingi suami.
6. Menganjurkan pada ibu untuk tetap makan dan minum di sela-sela kontraksi
untuk mempertahankan tenaga ibu dan asupan untuk persiapan persalinan.
Rasional : Ibu mengerti dan sudah minum teh hangat.
7. Melakukan asuhan sayang ibu dengan cara massase atau usapan pada bagian
punggung belakang ibu, agar ibu merasakan kenyamanan dan rasa nyeri yang
dirasakan sedikit berkurang.
Rasional : Asuhan sudah diberikan dan ibu terlihat sedikit nyaman.
8. Menganjurkan pada ibu untuk tetap BAK dan tidak menahannya agar
kandung kemih tidak penuh, karena jika penuh akan mengganggu penurunan
kepala janin ke jalan lahir.
Rasional : Ibu sudah mengerti dan mau melakukannya.
9. Menyiapkan alat-alat persalinan
a. Persiapan penolong : apron, masker, kacamata, alas kaki, handscoon
b. Persiapan alat
- Partus set : kateter nelato, setengah koher, 2 klem tali
pusat, gunting tali pusat, gunting episiotomi,
kassa steril, penjepit tali pusat
- Heating set : pinset, nald puder, benang cutget
- Bak instrument kecil : spuit 3cc berisi 1 amp oxytocin
- Waskom berisi larutan klorin 0,5%, air sabun dan air bersih
- Perlengkapan resusitasi dan perlengkapan bayi
- Underpad, kain
- Wadah plasenta
- Wadah sampah
Rasional : Alat persiapan persalinan telah dipersiapkan
10. Mengajarkan ibu cara mengedan yang baik dan benar, yaitu mata membuka
melihat kearah perut, tidak bersuara, tangan merangkul paha dengan posisi
litotomi mengedan seperti ingin BAB, agar ibu tidak kehabisan tenaga pada
saat persalinan.
Rasional : Ibu sudah mengerti dan akan melakukannya.
11. Mengobservasi keadaan ibu dan janin seperti DJJ, his, tekanan darah dan
pembukaan.
Rasional : Pemantauan keadaan ibu dan janin sudah dilakukan

Tabel 3.1 Observasi Kala I Fase Aktif


Pukul HIS DJJ TD N S Pembukaan Ketuban
01.10 3x selama >30detik 140 130/80 70 36,80C 4 cm Utuh
dalam 10 menit mmHg
01.40 4x selama >30detik 142 70
dalam 10 menit
02.10 4x selama >35detik 140 70
dalam 10 menit
02.40 4x selama >35detik 137 70
dalam 10 menit
03.10 5x selama >40detik 140 80
dalam 10 menit
03.40 5x selama >45detik 140 130/80 80 36,80C 10 cm Amniotomi
dalam 10 menit mmHg
EVALUASI (KALA I)
Tanggal : 2 Februari 2021
Pukul : 01.30 WIB

1. Ibu dan keluarga telah menyetujui tentang informed consent


2. Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
3. Ibu sudah mengerti dan mau melakukannya.
4. Ibu mengerti dan ibu sudah berbaring miring ke kiri.
5. Ibu sudah didampingi suami.
6. Ibu mengerti dan sudah minum teh hangat.
7. Asuhan sudah diberikan dan ibu terlihat sedikit nyaman.
8. Ibu sudah mengerti dan mau melakukannya.
9. Alat persiapan persalinan telah dipersiapkan.
10. Ibu sudah mengerti dan akan melakukannya.
11. Pemantauan keadaan ibu dan janin sudah dilakukan
KALA II ( 03.40 – 04.20 WIB )

DATA SUBJEKTIF (S)


a. Ibu mengatakan semakin mulas dan ingin BAB
b. Ibu mengatakan semakin sering kontraksi dan ingin meneran saat kontraksi
datang

DATA OBJEKTIF (O)


1. TTV : TD : 120/80 mmHg RR : 20 x/menit
N : 80 x/menit S : 36,80 C
2. Dorongan ingin meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva
membuka
3. His dengan frekuensi 5x dalam 10 menit lamanya >45 detik
4. Perdarahan : +50 cc
5. DJJ : 140 x/menit
6. Pada pukul 03.40 WIB dilakukan VT atas indikasi untuk mengetahui kemajuan
persalinan. Perineum elastis, porsio tidak teraba, pembukaan 10 cm, presentasi
kepala, hodge IV

ASSASMENT (A)
Ibu G2P1A0 hamil 38 minggu 4 hari inpartu kala II janin tunggal hidup intrauterine
presentasi kepala

PLANNING (P)
1. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan akan dilakukan
pertolongan persalinan
Rasional : Ibu telah mengerti dan ibu sudah siap
2. Mendekatkan alat pertolongan persalinan (partus set)
Rasional : Partus set sudah disiapkan dan sudah didekatkan
3. Melakukan pertolongan persalinan sesuai dengan APN, yaitu : mendekatkan
partus set, memakai alat pelindung diri (APD) dan mencuci tangan 6 langkah
sebelum melakukan tindakan
a. Melahirkan kepala bayi
- Pimpin ibu untuk mengejan saat kepala sudah tampak 5-6 cm didepan
vulva
- Letakkan satu tangan kiri di kepala bayi, agar tidak terjadi defleksi
maksimal
- Satu tangan kanan menahan perineum agar tidak terjadi robekan
- Usap muka bayi dengan kasa/kain kering untuk membersihkan dari
kotoran seperti darah, lendir dan cairan ketuban
- Periksa apakah ada lilitan tali pusat atau tidak, jika ada lilitan tali pusat
panjang longgarkan melewati kepala bayi tapi jika tali pusat pendek
diklem kemudian dipotong

b. Melahirkan bahu dan anggota badan seluruhnya


- Biarkan kepala bayi mengadakan putaran paksi luar dengan sendirinya
- Pegang kepala bayi secara biparietal
- Lakukan tarikan kebawah untuk melahirkan bahu depan dan tarikan
keatas untuk melahirkan bahu belakang
- Susuri tubuh bayi untuk melahirkan tubuh bayi seutuhnya
- Bayi lahir pukul 04.20 WIB, lahir spontan, segera menangis
- Jenis kelamin : Laki-laki
BB : 3800 gram
PB : 52 cm
Anus : (+)

Rasional : Bayi sudah lahir dengan selamat dan sehat


EVALUASI (KALA II)
Tanggal : 2 Februari 2021
Pukul : 04.20 WIB WIB

1. Ibu telah mengerti dan ibu sudah siap


2. Partus set sudah disiapkan dan sudah didekatkan
3. Bayi sudah lahir dengan selamat dan sehat
KALA III ( 04.20 – 04.35 WIB )

DATA SUBJEKTIF (S)


a. Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya
b. Ibu mengatakan masih merasa mulas pada perutnya
c. Ibu mengatakan haus ingin minum

DATA OBJEKTIF (O)


a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : composmentis
c. TTV : TD : 110/80mmHg RR : 20x/menit
N : 70 x/menit S : 36,50 C
TFU : Sepusat
d. Kandung kemih : 100cc
e. Terdapat pelepasan plasenta
f. Perubahan bentuk dan tinggi fundus
g. Tali pusat memanjang
h. Semburan darah secara tiba-tiba

ASSASMENT (A)
Ibu P2A0 Kala III

PLANNING (P)
1. Meletakkan bayi diatas perut ibu untuk IMD dilakukan selama 1 jam
Rasional : Bayi sudah diletakkan diatas perut ibu
2. Melakukan palpasi abdomen untuk mengetahui kemungkinan adanya bayi
kedua dengan meletakkan kain bersih diatas perut ibu
Rasional : Palpasi sudah dilakukan dan dipastikan sudah tidak ada bayi kedua
3. Memberikan injeksi oksitosin 10 unit IM untuk merangsang kontraksi uterus
sehingga dapat membantu pelepasan plasenta.
Rasional : Ibu telah diinjeksi oksitosin secara IM di 1/3 paha ibu bagian luar
4. Memindahkan klem kedepan vulva dengan jarak 5-10 cm, melakukan
peregangan tali pusat terkendali dengan tangan kanan dan tangan kiri
mendorong fundus ke arah dorso kranial untuk mengetahui plasenta telah
lepas atau belum jika tali pusat memanjang ketika ditarik, dan tiba-tiba ada
semburan darah dipastikan plasenta sudah lepas
Melahirkan plasenta secara perlahan lahan dengan melakukan pemutaran
searah jarum jam sehingga selaputnya terpilin. Setelah lahir periksa
kelengkapannya lalu ukur plasenta
Rasional : Plasenta lahir pukul 04.35 WIB dengan berat plasenta ± 500 gram,
diameter 20 cm, tebal 2 cm, panjang tali pusat ± 50 cm, insesi
lateralis, pendarahan Kala III ± 150 cc
5. Memeriksa kelengkapan plasenta
Plasenta lahir lengkap berat plasenta : 500 gram, Panjang tali pusat 50 cm,
insersi sentralis, kotiledon 20 , diameter 20 cm
Rasional : Plasenta sudah diperiksa
6. Memeriksa luka jalan lahir terdapat luka jalan lahir derajat 1 lalu melakukan
penjahitan pada robekan jalan lahir untuk menghentikan perdarahan
Rasional : Penjahitan sudah dilakukan
7. Melakukan massase pada fundus uteri segera setelah lahir sebanyak 15 kali,
dan ajarkan ibu untuk melakukannya
Rasional : Kontraksi uterus baik, uterus bulat, keras, TFU 2 jari di bawah
pusat, perdarahan ± 150 cc
EVALUASI (KALA III)
Tanggal : 2 Februari 2021
Pukul : 04.35 WIB WIB

1. Bayi sudah diletakkan diatas perut ibu


2. Palpasi sudah dilakukan dan dipastikan sudah tidak ada bayi kedua
3. Ibu telah diinjeksi oksitosin secara IM di 1/3 paha ibu bagian luar
4. Plasenta lahir pukul 04.35 WIB dengan berat plasenta ± 500 gram, diameter
20 cm, tebal 2 cm, panjang tali pusat ± 50 cm, insesi lateralis, pendarahan Kala III
± 150 cc
5. Plasenta sudah diperiksa
6. Penjahitan sudah dilakukan
7. Kontraksi uterus baik, uterus bulat, keras, TFU 2 jari di bawah pusat, perdarahan
± 150 cc
KALA IV ( 04.35 - 06.35 WIB )

DATA SUBJEKTIF (S)


a. Ibu mengatakan perutnya masih mulas
b. Ibu mengatakan bahwa ia lelah

DATA OBJEKTIF (O)


a. Kesadaran : Composmentis
b. Keadaan umum : Baik
c. TTV : TD : 120/80 mmHg RR : 20x/menit
N : 70x/menit S : 36,60 C
d. Kontraksi : Baik
e. TFU : 3 jari di bawah pusat
f. Kandung kemih : Kosong
g. Perineum : Terdapat luka post heating

ASSASMENT (A)
Ibu P2A0 Kala IV

PLANNING (P)
1. Menjelaskan keadaan ibu saat ini dengan hasil :
- Keadaan ibu : Baik
- Kesadaraan : Composmentis
- Keadaan emosional : Stabil
- TTV : TD : 120/80 mmHg RR : 20 x/menit
N : 70 x/menit S : 36,60C

- TFU : 2 jari dibawah pusat


- Kontraksi uterus : Baik
Rasional : Ibu sudah tahu keadaannya saat ini
2. Melakukan pengawasan Kala IV, yaitu :
Memeriksa fundus uterus 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan,
setiap 15 menit pada 1 jam perata pasca persalinan, setiap 20-30 menit pada
jam ke dua pasca persalinan
Rasional : Kontraksi uterus baik
3. Mengajarkan kepada ibu dan kelaurga cara memeriksa kontraksi uterus dan
massase uterus yaitu dengan cara tangan ibu melakukan gerakan memutar
searah jarum jam diatas fundus uteri ± 15 detik sebanyak 15 kali atau sampai
rahim teraba keras kembali untuk mencegah perdarahaan pasca persalinan.
Rasional : Ibu dan keluarga sudah diajarkan massase fundus uteri
4. Memberikan penjelasan pada ibu bahwa mulas-mulas yang dirasakan adalah
fisiologis yang disebabkan adanya kontraksi uterus untuk mengembalikan
rahim seperti keadaan semula.
Rasional : Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan merasa lebih tenang.
5. Memberikan rasa nyaman kepada ibu dengan cara membersihkan badan ibu
dengan menggunakan air DTT dan menggantikan pakaian bersih.
Rasional : Ibu sudah dibersihkan dan digantikan pakaian bersih.
6. Menganjurkan ibu untuk istirahat dan menyusui bayinya untuk memulihkan
tenaga ibu setelah melahirkan.
Rasional : Ibu sudah mengerti dan akan melakukannya.
7. Memberikan ibu makan dan minum untuk menambah energi untuk pemulihan
pasca melahirkan.
Rasional : Ibu sudah diberikan makan dan minum.
8. Menjelaskan mobilisasi dini 2 jam postpartum miring ke kiri dan ke kanan
diatas tempat tidur untuk memperlancar peredaran darah.
Rasional : Ibu mengerti dan sudah melakukan mobilisasi dini.
9. Dekontaminasi alat-alat yang digunakan untuk persalinan dengan larutan
klorin 0,5% selama 10 menit, membilas dengan air sabun dan air DTT.
Rasional : Alat dan tempat persalinan telah di bersihkan dan didekontaminasi
10. Lengkapi partograf
Rasional : Partograf telah dilengkapi
Tabel 3.2 Hasil Pemantauan Kala IV
Jam TD N S Kandung
Waktu TFU Kontraksi Perdarahan
ke (mmHg) (x/m) (0C) kemih
3 jari
1 04.35 120/80 70 36,6 Baik Kosong + 10 cc
dibawah pusat
3 jari
04.50 120/80 70 Baik Kosong ± 10 cc
dibawah pusat
3 jari
05.05 120/80 75 Baik Kosong ± 10 cc
dibawah pusat
3 jari
05.20 120/80 75 Baik Kosong ± 10 cc
dibawah pusat
3 jari
2 05.50 120/80 75 36,6 Baik Kosong + 5 cc
dibawah pusat
3 jari
06.20 120/80 75 Baik Kosong ±5 cc
dibawah pusat
EVALUASI (KALA IV)
Tanggal : 2 Februari 2021
Pukul : 06.35 WIB WIB

1. Ibu sudah tahu keadaannya saat ini


2. Kontraksi uterus baik
3. Ibu dan keluarga sudah diajarkan massase fundus uteri
4. Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan merasa lebih tenang.
5. Ibu sudah dibersihkan dan digantikan pakaian bersih.
6. Ibu sudah mengerti dan akan melakukannya.
7. Ibu sudah diberikan makan dan minum.
8. Ibu mengerti dan sudah melakukan mobilisasi dini.
9. Alat dan tempat persalinan telah di bersihkan dan didekontaminasi
10. Partograf telah dilengkapi

Bandar Lampung, Februari 2021

Peneliti,

Lusiana Fransiska Silalahi

Mengetahui,

Pembimbing Institusi, Pembimbing Akademik,

Astriana, S.ST, M.Kes Nurhasanah, S.Tr.Keb


BAB IV
PEMBAHASAN

A. Format Jurnal Refleksi Pembelajaran Praktek Bimbingan


1. Deskripsi Pengalaman (Description of the Experience)
Pada tanggal 07 Februari 2021 Ny. S, umur 27 tahun datang bersama
suaminya dengan diagnosa sebagai berikut : G2P1A0 usia kehamilan 38
minggu 4 hari, keadaan umum ibu dan janin baik, mengeluh mengeluarkan
lendir bercampur darah dan kontraksi teratur.
Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada Ny. S selama pemeriksaan
yaitu tekanan darah 120/80 mmHg, pemeriksaan abdomen didapat hasil :
a. Leopold I : TFU 36 cm
b. Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba lurun memanjang, yaitu
punggung, bagian kiri perut ibu teraba kosong, yaitu
ekstermitas bayi.
c. Leopold III : Bagian bawah perut ibu teraba bulat, yaitu kepala dan tidak
melenting
d. Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP, detak jantung bayi (DJJ)
140x/menit, pemeriksaan dalam didapat hasil VT : 4 cm,
porsio tipis lunak, ketuban utuh, presentasi kepala, penujuk
presentasi UUK, penurunan 3/5.
Asuhan persalinan pada Ny. S dilakukan oleh Bidan Lusiana F. Silalahi
didampingi Ibu Nurhasanah, S.Tr.Keb, didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Riwayat Menstruasi
1) Menarche : 28 hari
2) Lamanya : 7 hari
3) Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
4) Konsistensi : Cair
5) Desminorhe : Tidak ada
6) HPHT : 10 Mei 2020
7) TP : 7 Februari 2021
b. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum : Baik
2) Kesadaran :Composmentis
TTV : TD :120/80 mmHg R :18x/menit
N :76x/menit S :36,8ºC
c. Pemeriksaan Fisik
- Rambut
Rambut bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok, warna rambut
hitam
Mencirikan nutrisi sampai ke kulit kepala
- Mata
Konjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarna putih, tidak
strabismus, kelopak mata tidak oedem, tidak terdapat cloasma
Untuk memastikan tidak ada tanda-tanda hipertensi dan anemia
- Hidung
Bersih, tidak ada pengeluaran cairan lendir, tidak ada polip, fungsi
penciuman baik, lubang hidung dipisahkan oleh septum nasal untuk
memudahkan ibu bernafas
- Telinga
Bersih, tidak ada serumen, tidak ada peradangan, bentuk simetris
kanan dan kiri, menandakan alat pendengaran ibu berfungsi dengan
baik.
- Mulut dan gigi
Lidah bersih, tidak ada bintik putih, tidak ada stomatitis, gigi
bersih, tidak ada caries, gusi tidak berdarah, tidak ada tanda
peradangan.
- Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembengkakan
pada kelenjar getah bening (limfe), tidak ada pembengkakan pada
vena jugularis.
- Dada
Bunyi jantung normal (lup-dup), tidak ada suara wheezing, ronchi,
dan mur-mur pada paru-paru normal (vesikuler)
Payudara simetris kanan dan kiri, warna kulit merata, areola
mamae berwarna hitam, puting susu menonjol, kolostrum belum
keluar tidak ada benjolan, untuk memudahkan bayi menyusui
dengan benar dan sebagai tes screening

- Abdomen
a. Inspeksi : Pembesaran perut sesuai dengan usia
kehamilan, tidak ada luka bekas operasi,
terdapat linea nigra, dan tidak ada strie
gravidarum.
b. Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari dibawah px
Pada fundus teraba bagian yang kurang bulat,
lunak dan tidak melenting (bokong).
Leopold II : Pada bagian kanan perut ibu teraba keras,
memanjang seperti papan dan seperti ada
tahanan (punggung) Pada bagian kiri perut ibu
teraba bagian-bagian kecil janin (ekstremitas).
Leopold III : Pada bagian bawah perut ibu teraba bagian
keras, bulat, dan melenting (kepala). Dan kepala
sudah masuk PAP.
Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP
(konvergent) 3/5

Auskultasi
1. DJJ (+) Frekuensi 140X/menit teratur, terdengar pada punctum
maximum kuadran kiri 3 jari dibawah pusat perut ibu
2. His : 3x dalam 10 menit lamanya >40 detik.
3. Mc. Donald : 33 cm
4. TBJ (Niswander ) : 1,2 ( TFU – 7,7 ) 100 ± 150
: 1,2 ( 33 – 7,7 ) 100 ± 150
: 1,2 ( 25,3 ) 100 ± 150
: 3036 ± 150
: ± 2886 gram – 3186 gram.

5. Vaginal Touche (VT)


Dilakukan periksa dalam pukul 01.10 WIB, keadaan perineum
elastis, pada diding vagina tidak terdapat pembengkakan
sistokel dan rektokel, pendataran 50%, pembukaan 4 cm,
ketuban (+), presentasi kepala, penurunan di hodge II,
bloodslim (+), penunjuk tulang sub oksiput.

2. Perasaan terhadap Pengalaman (Feeling of the Experience)


a. Setelah melihat situasi tersebut, sebagai seorang Bidan hal yang dirasakan
adalah menunjukkan rasa empati dan simpati terhadap Ny. S. Hal ini
didasarkan pada keluhan Ny. S sewaktu kunjungan ke BPM Nurhasanah,
S.Tr.Keb yaitu dengan keluhan utama nyeri pada pinggang serta perut
bagian bawah pada Ny. S.
b. Komplikasi nyeri, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Kala I fase aktif memanjang (partus lama)
2) Stress
3) Timbulnya hiperventilasi (kebutuhan oksigen meningkat, kenaikan
tekanan darah dan berkurangnya morbilitas usus serta urinaria).

3. Evaluasi (Evaluating of the Experience)


a. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial,
disamping itu nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang
dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu
mengatakannya potensial. Nyeri menurut International Association For
Study of Pain (IASP) adalah suatu pengalaman sensoris dan emosional
yang tidak menyenangkan yang terkait dengan kerusakan jaringan. Jika
keluhan ini terjadi secara terus-menerus dan signifikan pada Ny. S, maka
hal tersebut dapat berdampak negatif pada kesehatan psikis ibu yang akan
berdampak pada proses persalinan Kala I fase aktif memanjang dan
berdampak buruk bagi janin. Namun, jika keluhan ini segera ditangani,
maka ibu dan janin dapat terselamatkan.
b. Untuk mengurangi rasa nyeri, ibu dianjurkan untuk melakukan senam
hamil Pelvic Rocking dengan menggunakan alat bantu Birth ball yang
bertujuan membantu ibu inpartu Kala I dalam kemajuan persalinannya
dengan teknik Pelvic Rocking.

4. Analisis (Analysis of the Experience)


Ibu datang ke BPM Nurhasanah, S.Tr.Keb untuk memeriksakan
kehamilannya ke tenaga kesehatan, dikarenakan cukup mengganggu aktivitas
Ny. S sehari-hari. Dengan keluhan utama, yaitu ibu mengatakan nyeri pada
pinggang serta perut bagian bawah dan mengatakan mulas-mulas dan nyeri
menjalar kepinggang serta perut bagian bawah sejak pukul 21.00 WIB, sudah
keluar lendir bercampur darah dan belum keluar air-air dengan usia kehamilan
38 minggu 4 hari (inpartu Kala I Fase Aktif).
Berdasarkan penelitian dari jurnal Indonesian Journal of Nursing and
Midwifery yang dilakukan oleh Ade Kurniawati, dkk (2017) yang berjudul
“Efektivitas Latihan Birth ball terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala I
Fase Aktif pada Primigravida” menunjukkan bahwa studi ini merupakan
laporan kasus dari seorang ibu bersalin sebanyak 38 dengan teknik
consecutive sampling. Sampel dibagi 2 kelompok, kelompok perlakuan
diberikan latihan birth ball pada ibu inpartu kala I fase aktif, selama 30 menit
dan sebanyak 2 kali, kelompok kontrol tidak diberikan latihan birth ball.
Hasil penelitian menunjukan rata-rata nyeri persalinan pada kelompok yang
diberikan latihan birth ball lebih rendah 4,5 dibandingkan dengan kelompok
kontrol 5,4 dengan nilai p-value sebesar 0,01. Variabel luar yang berpengaruh
terhadap nyeri persalinan adalah kecemasan, dukungan suami dan keluarga
dengan nilai p<0,05. Analisis multivariat model 4 didapatkan nilai R² sebesar
0,49 yang berarti bahwa latihan birth ball dan dukungan suami dan keluarga
itu berkontribusi terhadap nyeri persalinan, yaitu sebesar 49%.
Terdapat perbedaan yang signifikan intensitas nyeri persalinan kala I fase
aktif pada ibu primigravida yang melakukan latihan birth ball dengan yang
tidak melakukan latihan birth ball. Intensitas nyeri persalinan kala I pada ibu
primigravida yang melakukan latihan birth ball lebih rendah dibandingkan
dengan yang tidak melakukan latihan birth ball.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Ny. S di BPM Nurhasanah,
S.Tr.Keb Gudang Lelang, Teluk Betung bahwa birth ball adalah bola terapi
fisik yang membantu ibu inpartu kala I dalam kemajuan persalinan yang dapat
digunakan dalam berbagai posisi. Salah satu gerakannya, yaitu dengan duduk
di atas bola dan bergoyang- goyang membuat rasa nyaman dan membantu
kemajuan persalinan dengan menggunakan gravitasi sambil meningkatkan
pelepasan endorphin karena elastisitas dan lengkungan bola merangsang
reseptor di panggul yang bertanggung jawab untuk mensekresi endorphin.

5. Kesimpulan (Conclusion of the Experience)


Dengan dilakukannya senam hamil oleh Ny. S berdasarkan metode Pelvic
Rocking yang menggunakan alat bantu birth ball, dapat membantu ibu inpartu
Kala I dalam kemajuan persalinannya, sehingga diharapkan pembukaan akan
semakin cepat.

6. Rencana Tindak Lanjut (Action Plan)


Sebagai upaya dalam rencana tindak lanjut yang berhubungan dengan
kelainan rasa nyeri, maka dapat dilakukan melalui teknik senam hamil Pelvic
Rocking dengan birth ball, yaitu sebagai berikut :
a. Duduklah di atas bola seperti halnya duduk di kursi dengan kaki sedikit
membuka agar keseimbangan badan di atas bola terjaga.
b. Dengan tangan di pinggang atau di lutut, gerakkan pinggul ke samping
kanan dan ke samping kiri mengikuti aliran gelinding bola. Lakukan
secara berulang minimal 2 x 8 hitungan.
c. Tetap dengan tangan di pinggang, lakukan gerakan pinggul ke depan dan
kebelakang mengikuti aliran menggelinding bola. Lakukan secara
berulang minimal 2 x 8 hitungan.
d. Dengan tetap duduk di atas bola, lakukan gerakan memutar pinggul
searah jarum jam dan sebaliknya seperti membentuk lingkaran atau hula
hoop.
e. Kemudian lakukan gerakan pinggul seperti spiral maju dan mundur.
Bahwa dengan cara duduk di bola, ibu harus menggerakkan pinggul
secara melingkar. Hal ini memungkinkan kepala bayi akan menekan
serviks dengan mendorong dilatasi.

7. Pembahasan antara Kasus dan Jurnal


Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada kunjungan pertama tanggal
2 Februari 2021, pukul 01.20 WIB, Ny. S umur 27 tahun mengatakan hamil
yang kedua dengan usia kehamilan 38 minggu 4 hari inpartu kala 1 fase aktif
dengan keluhan utama ibu mengatakan nyeri pada pinggang serta perut bagian
bawah dan sudah keluar lendir bercampur darah, belum keluar air-air.
Hal ini sesuai Menurut Bobak (2004) dalam Anik M. (2010), penyebab
nyeri persalinan adalah kontraksi otot rahim, regangan otot dasar panggul,
episiotomy, kondisi psikologis.
Berdasarkan keluhan yang dirasakan oleh Ny. S tentang masalah nyeri,
yaitu termasuk dalam hamil beresiko dan dapat mengakibatkan Kala I fase
aktif memanjang (partus lama) bahkan kematian ibu dan janinnya.
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) mencatat bahwa partus
lama sebesar 38,2% merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal
utama disusul oleh perdarahan 35,26%, dan eklampsia 16,44%. Hasil survey
didapatkan bahwa partus lama dapat menyebabkan kegawatdaruratan pada ibu
dan bayi. Pada ibu dapat terjadi perdarahan, syok dan kematian sedangkan
pada bayi dapat terjadi fetal distress, asfiksia dan caput (SDKI, 2012).
Berdasarkan penelitian dari jurnal Indonesian Journal of Nursing and
Midwifery yang dilakukan oleh Ade Kurniawati, dkk (2017) yang berjudul
“Efektivitas Latihan Birth ball terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala I
Fase Aktif pada Primigravida” menunjukkan bahwa studi ini merupakan
laporan kasus dari seorang ibu bersalin sebanyak 38 dengan teknik
consecutive sampling. Sampel dibagi 2 kelompok, kelompok perlakuan
diberikan latihan birth ball pada ibu inpartu kala I fase aktif, selama 30 menit
dan sebanyak 2 kali, kelompok kontrol tidak diberikan latihan birth ball.
Terdapat perbedaan yang signifikan intensitas nyeri persalinan kala I fase
aktif pada ibu primigravida yang melakukan latihan birth ball dengan yang
tidak melakukan latihan birth ball. Intensitas nyeri persalinan kala I pada ibu
primigravida yang melakukan latihan birth ball lebih rendah dibandingkan
dengan yang tidak melakukan latihan birth ball.
Bahwa birth ball adalah bola terapi fisik yang membantu ibu inpartu kala I
dalam kemajuan persalinan yang dapat digunakan dalam berbagai posisi.
Salah satu gerakannya, yaitu dengan duduk di atas bola dan bergoyang-
goyang membuat rasa nyaman dan membantu kemajuan persalinan
dengan menggunakan gravitasi sambil meningkatkan pelepasan endorphin
karena elastisitas dan lengkungan bola merangsang reseptor di panggul yang
bertanggung jawab untuk mensekresi endorphin.
Penggunaan birth ball dengan aman merupakan kuncinya dimana
membutuhkan perhatian lebih agar ibu tidak terjatuh pada saat
menggunakannya, mengingat bentuk bola yang bundar dan keseimbangan ibu
dengan membawa beban besar di bagian perut. Pendamping harus selalu
menjaga ibu ketika ibu menggunakan bola dan membantu ibu untuk
bangkit dan duduk untuk bersandar. Posisi bola yang dekat dengan tempat
tidur dapat membuat ibu merasa lebih aman sehingga ibu dapat menjaga
keseimbangan jika ingin mengganti posisi. Birthing ball dapat digunakan
pada saat yoga, pelvic rocking, gerakan jongkok bangun pada ibu hamil.
Selain itu penggunaan birthing ball pada saat pelvic rocking juga membantu
untuk pemijatan bagian perineum ibu hamil (Hermina, 2015).
BAB V
PENUTUP

Setelah dilakukannya asuhan persalinan yang diberikan kepada Ny. S, umur


27 tahun, G2P1A0 dengan usia kehamilan 38 minggu 4 hari di BPM Nurhasanah,
S.Tr.Keb, Gudang Lelang, Teluk Betung, Bandar Lampung pada tanggal
02 Februari 2021 dan telah didokumentasikan dalam bentuk SOAP, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1. Pada tanggal 02 Februari 2021 diagnosanya adalah G2P1A0 usia kehamilan
38 minggu 4 hari, ibu mengatakan nyeri pada pinggang serta perut bagian
bawah dan mengatakan mulas-mulas dan nyeri menjalar kepinggang serta
perut bagian bawah sejak pukul 21.00 WIB, sudah keluar lendir bercampur
darah dan belum keluar air-air dengan usia kehamilan 38 minggu 4 hari
(inpartu Kala I Fase Aktif).
2. Keluhan yang dirasakan Ny. S adalah masalah nyeri, termasuk dalam hamil
beresiko dan dapat mengakibatkan syok bahkan kematian ibu dan janinnya.
Bahwa partus lama merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal
utama disusul oleh perdarahan dan eklampsia. Pada ibu dapat terjadi
perdarahan, syok dan kematian, sedangkan pada bayi dapat terjadi fetal
distress, asfiksia dan caput.
3. Birth ball adalah bola terapi fisik yang membantu ibu inpartu kala I fase
aktif dalam kemajuan persalinan yang dapat digunakan dalam berbagai
posisi. Hal ini dapat membuat rasa nyaman pada ibu dan membantu
kemajuan persalinan dengan menggunakan gravitasi sambil meningkatkan
pelepasan endorphin karena elastisitas dan lengkungan bola merangsang
reseptor di panggul yang bertanggung jawab untuk mensekresi endorphin.
4. Birthing ball dapat digunakan pada saat yoga, pelvic rocking, gerakan
jongkok bangun pada ibu hamil. Selain itu penggunaan birthing ball pada
saat pelvic rocking juga membantu untuk pemijatan bagian perineum ibu
hamil.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Bagi Lahan Praktik
a. Bidan dan asisten diharapkan dapat meningkatkan kembali pelayanan
kemampuan mendeteksi, mencegah serta menangani masalah-
masalah yang timbul pada masa persalinan.
b. Pelvic Rocking merupakan cara yang efektif untuk bersantai bagi tubuh
bagian bawah, khususnya daerah panggul pada ibu. Teknik ini sering
disarankan selama persalinan untuk meningkatkan relaksasi dan
memungkinkan gaya gravitasi untuk membantu perjalanan bayi melalui
jalan lahir.
c. Terapi birth ball adalah terapi fisik yang menggunakan bola dan
membantu ibu inpartu Kala I fase aktif dalam kemajuan persalinan yang
dapat digunakan dalam berbagai posisi. Selain itu, penggunaan birthing
ball pada saat pelvic rocking juga membantu untuk pemijatan bagian
perineum ibu hamil.

2. Penulis
a. Diperlukan adanya evaluasi dalam penerapan di lapangan dan teori
yang didapatkan, sehingga Asuhan Persalinan yang diberikan selalu
berkesinambungan sesuai dengan teori dan kebijakan yang ada.
b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengalaman, baik
bagi penulis maupun peneliti selanjutnya yang mengembangkan atau
menggunakan birthing ball pada saat pelvic rocking.
DAFTAR PUSTAKA

Aprillia, Yessie.2014.Gentle Birth Balance : Persalinan Holistik mind, Body and


Soul.Bandung : Qanita

Eniyati dan Melisa Putri R.2012.Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Gustyar, Indah dan Eka Nouyriana.2017.Penerapan Teknik Pelvic Rocking dengan


Birth Ball pada Ibu Bersalin terhadap Kemajuan Persalinan di BPM
Syafrida Kabupaten Kebumen Tahun 2017.Program Studi Diploma III
Kebidanan STIKES Muhammadiyah.Gombong

Handajani, Sih Rini.2013.Pengaruh Pelvic Rocking Terhadap Pengurangan Nyeri


Pinggang Persalinan Kala I dan Lama Waktu Persalinan Kala II di RSU
PKU Muhammadiyah Delanggu.Kementerian Kesehatan Politeknik
Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan

Jaringan Nasional Pelatihan Klinik.2014.Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi


Menyusui Dini : Buku Acuan dan Panduan Edisi Ketiga. Jakarta

Kurniawati, Ade, dkk.2017.Efektivitas Latihan Birth Ball terhadap Penurunan


Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Primigravida.Indonesian Journal
of Nursing and Midwifery.5(1) : 1-10

Kustari, Oktifa, dkk.2012.Birth Ball Pengaruh Terapi Birth Ball Terhadap Nyeri
Persalinan.Malang : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Program
Studi Ilmu Keperawatan

Kusumawati, Yuli.Faktor-Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Persalinan


dengan Tindakan. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Semarang

Mallak, Jan S.2017.Suggested Birthing Ball Protocol.International Journal of


Childbirth Education.13(1) : 1-3

Maryunani, Anik dan Eka Puspita.2013.Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan


Neonatal.Jakarta : TIM

Masbait, Sahtria Ningsih, dkk.2015.Penurunan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif


Sebelum dan Setelah Dilakukan Pelvic Rocking dengan Birthing Ball pada
Ibu Bersalin di RB Rahayu Ungaran Tahun 2015

Ondeck, Michele.2014.Healthy Birth Practice#2:Walk, movearound, and change


position Troughout Labor.The Journal of Perinatal Education.23(4) : 188-
193

Surtiningsih, dkk.2016.Efektivitas Pelvic Rocking Exercises terhadap Lama


Waktu Persalinan pada Ibu Primipara di Puskesmas Wilayah Kabupaten
Banjarnegara.The Soedirman Journal of Nursing. 11(2) : 117-129
ISSN 2354-7642 (Print), ISSN 2503-1856 (Online)
Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia INDONESIAN JOURNAL OF NURSING
Tersedia online pada: AND MIDWIFERY
http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI

Efektivitas Latihan Birth Ball terhadap Penurunan Nyeri Persalinan


Kala I Fase Aktif pada Primigravida
Ade Kurniawati1, Djaswadi Dasuki1, Farida Kartini1

1
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Jalan Ring Road Barat No. 63, Nogotirto, Gamping, Nogotirto, Sleman, Yogyakarta
Email: dekur.sst@gmail.com

Abstrak
Ketidaknyamanan, rasa takut dan rasa nyeri merupakan masalah bagi ibu bersalin. Nyeri pada kala I persalinan
merupakan nyeri yang berat dengan waktu yang lebih lama, untuk itu perlu diperhatikan penanganan untuk
mengatasi nyeri pada kala I persalinan. Penelitian quasi eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
latihan birth ball yang merupakan salah satu metode nonfarmakologi terhadap pengurangan nyeri persalinan
kala I fase aktif pada primigravida. Sampel penelitian ibu bersalin sebanyak 38 dengan teknik consecutive
sampling. Sampel dibagi 2 kelompok, kelompok perlakuan diberikan latihan birth ball pada ibu inpartu kala I
fase aktif, selama 30 menit dan sebanyak 2 kali, kelompok kontrol tidak diberikan latihan birth ball. Analisis
bivariabel dilakukan dengan uji korelasi dan t-test sedangkan analisis multivariabel menggunakan regresi
linear. Hasil penelitian menunjukan rata-rata nyeri persalinan pada kelompok yang diberikan latihan birth ball
lebih rendah 4,5 dibandingkan dengan kelompok kontrol 5,4 dengan nilai p-value sebesar 0,01. Variabel luar
yang berpengaruh terhadap nyeri persalinan adalah kecemasan, dukungan suami dan keluarga dengan nilai
p<0,05. Analisis multivariat model 4 didapatkan nilai R² sebesar 0,49 yang berarti bahwa latihan birth ball
dan dukungan suami dan keluarga itu berkontribusi terhadap nyeri persalinan yaitu sebesar 49%. Terdapat
perbedaan yang signifikan intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif pada ibu primigravida yang melakukan
latihan birth ball dengan yang tidak melakukan latihan birth ball. Intensitas nyeri persalinan kala I pada ibu
primigravida yang melakukan latihan birth ball lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak melakukan
latihan birth ball.

Kata Kunci: birth ball, nyeri persalinan, kala I, fase aktif, primigravida

Effectiveness of Birth Ball Exercise to Decrease Labor Pain in The


Active Phase of The First Stage of Labor on The Primigravida Women
Abstract
Some problems may appear due to childbirth, such as discomfort, fear and pain. Particularly for pain in the
first stage of labor, it can be severe and takes place a longer time, thus, pain management is necessary.
Birth ball exercise is one of nonpharmacological methods to reduce labor pain.This was a quasi-experimental
study to determine the effectiveness of birth ball exercise is one of nonpharmacological methods towards the
reduction of labor pain in the active phase of the first stage of labor in primigravida. Thirty eight women were
recruited with consecutive sampling technique, divided into 2 groups, the treatment group given ball birth
exercise in active phase of the first stage for 30 minutes for two times and the control group not given the
exercise. The bivariable analysis was conducted with correlation and t-test, while the multivariable analysis
used linear regression. The results showed that the mean labor pain in the group given birth ball exercise was
lower 4.5 than that in the control group at 5.4 with a p-value of 0,01. The extraneous variables that influenced
labor pain were anxiety, husband and family support with a p-value of <0.05. The multivariate analysis using
Model 4 obtained an R² value of 0.49, which means that the birth ball exercise and husband and family support
contributed to labor pain equal to 49%. There were significant differences in pain intensity in active phase

Efektivitas Latihan Birth Ball terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Primigravida 1
of the first stage of labor between primigravida who practiced birth ball exercise and those who did not. The
pain intensity was lower in women practicing birth ball exercise than that in those who did not.

Keywords: birth ball, labor pain, the first stage, the active phase, primigravida

Info Artikel:
Artikel dikirim pada 23 September 2016
Artikel diterima pada 14 Februari 2017
DOI : http://dx.doi.org/10.21927/jnki.2017.5(1).1-10

PENDAHULUAN t e r k o o d i n a s i n ya k o n t r ak s i u t e r u s ya n g d a p a t
mengakibatkan perpanjangan kala I persalinan dan
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian
kesejahteraan janin terganggu. Tidak ada kemajuan
fisiologis yang normal. Peran petugas kesehatan
persalinan atau kemajuan persalinan yang lambat
adalah memantau persalinan untuk mendeteksi
merupakan salah satu komplikasi persalinan yang
dini adanya komplikasi (1). Nyeri persalinan dan
mengkhawatirkan, rumit, dan tidak terduga (7). Upaya
manajemen pengelolaan nyeri tetap menjadi perhatian
untuk menghilangkan rasa nyeri persalinan bisa
utama bagi wanita, keluarga, dan penyedia layanan
dengan menggunakan metode farmakologi maupun
kesehatan. Hal ini penting bagi pemberi layanan
nonfarmakologi. Mengingat potensi efek samping
kesehatan untuk selalu menggunakan tindakan-
pada ibu dan janin, penggunaan metode farmakologi
tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan rasa
berupa analgesik dan anestesi memungkinkan untuk
nyeri persalinan (2). Rasa nyeri muncul akibat reflek
tidak menjadi pilihan pertama untuk persalinan.
fisik dan respon psikis ibu. Ketegangan emosi akibat
Banyak wanita bersalin yang berkeinginan untuk
rasa cemas sampai rasa takut dapat memperberat
menghindari nyeri dengan meminimalkan penggunaan
persepsi nyeri selama persalinan. Nyeri yang dialami
metode farmakologi (2).
ibu ketika menghadapi persalinan dapat merangsang
Manajemen nyeri secara farmakologi lebih
ketakutan sehingga timbul kecemasan yang berakhir
efektif dibanding dengan metode nonfarmakologi yaitu
dengan kepanikan. Hal ini dapat menimbulkan respon
bersifat murah, simpel efektif, dan tanpa efek yang
fisiologis yang mengurangi kemampuan rahim untuk
merugikan (8). Asuhan sayang ibu dalam kala I juga
berkontraksi dengan akibat akan memperpanjang
harus diberikan, salah satunya adalah memberikan
waktu persalinan. Nyeri pada kala I persalinan
teknik relaksasi pada kala I yaitu dengan pernapasan,
merupakan nyeri yang berat dengan waktu yang lebih
posisi ibu dan pijat (9).
lama, untuk itu perlu diperhatikan penanganan untuk
Salah satu teknik relaksasi dan tindakan
mengatasi nyeri pada kala I persalinan (3). Ketakutan,
nonfarmakologis dalam penanganan nyeri saat
ketegangan dan ansietas sangat diperburuk oleh
persalinan dengan menggunakan birth ball yang
nyeri (4).
juga biasa dikenal dalam senam pilates sebagai
Ketidaknyamanan, rasa takut dan rasa nyeri
fitball, swiss ball dan petzi ball. Birth ball adalah bola
merupakan masalah bagi ibu bersalin. Hal tersebut
terapi fisik yang membantu ibu inpartu kala I ke posisi
merupakan rintangan terbesar dalam persalinan dan
yang membantu kemajuan persalinan. Sebuah bola
jika tidak diatasi akan berdampak pada terhambatnya
terapi fisik yang membantu kemajuan persalinan dan
kemajuan persalinan (5). Nyeri persalinan dapat
dapat digunakan dalam berbagai posisi. Salah satu
menimbulkan stres yang menyebabkan pelepasan
gerakannya yaitu dengan duduk di bola dan bergoyang-
hormon stres yang berlebihan seperti katekolamin
goyang membuat rasa nyaman dan membantu
dan s t er oid. H o r m o n i n i d a p a t m e n y e b a b k a n
kemajuan persalinan dengan menggunakan gravitasi
ketegangan otot polos dan vasokontriksi pembuluh
sambil meningkatkan pelepasan endorfin karena
darah sehingga terjadi penurunan kontraksi uterus,
elastisitas dan lengkungan bola merangsang reseptor
penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan
di panggul yang bertanggung jawab untuk mensekresi
aliran darah dan oksigen ke uterus yang membuat
endorfin (2).
impuls nyeri bertambah banyak (6).
Penelitian di Taiwan menunjukkan hasil bahwa
Ibu bersalin yang sulit beradaptasi dengan
pada kelompok wanita yang melakukan birth ball
rasa nyeri persalinan dapat menyebabkan tidak

2 Ade Kurniawati, Djaswadi Dasuki, Farida Kartini, 2017. JNKI, Vol. 5, No. 1, Tahun 2017, 1-10
exercise mengalami kala I persalinan yang lebih ini mencakup semua ibu bersalin primigravida yang
pendek, penggunaan analgesik yang rendah dan memenuhi kriteria inklusi di Bidan Praktek Mandiri
kejadian Sectio Caesaria yang rendah (2). Birth ball (BPM) yang akan dipakai sebagai tempat penelitian di
bermanfaat secara fisik sehingga dapat digunakan Kota Tasikmalaya. Sampel sebanyak 38 ibu bersalin
selama kehamilan dan persalinan. Dalam hal ini, primigravida yang memenuhi kriteria inklusi secara
birth ball memposisikan tubuh ibu secara optimal consecutive sampling.
dan pengurangan nyeri selama kontraksi uterus Kriteria inklusi dalam pengambilan sampel
memunculkan gerakan yang tidak biasa. Alasan adalah ibu inpartu primigravida berusia 18-35 tahun
yang mendasari hal ini adalah latihan birth ball dapat dengan usia kehamilan 37-42 minggu, kala I fase
bekerja secara efektif dalam persalinan. Penggunaan aktif persalinan, janin tunggal hidup, presentasi
birth ball selama persalinan mencegah ibu dalam belakang kepala, rencana melahirkan normal, dan
posisi terlentang secara terus-menerus (2). tidak dilakukan induksi saat persalinan, tidak ada
Salah satu penelitian tentang birth ball yang riwayat komplikasi selama masa prenatal maupun
dilakukan oleh Kwan et al, yaitu evaluasi penggunaan penyakit penyerta pada kehamilan, tidak diberi
birth ball pada intrapartum. Sebanyak 66% melaporkan obat-obatan pengurang nyeri persalinan, persalinan
penurunan tingkat nyeri setelah menggunakan birth didampingi oleh suami atau keluarga terdekat serta
ball, 8% melaporkan nyeri yang lebih dari sebelumnya, dapat berkomunikasi dengan baik. Kriteria eksklusi
26% melaporkan tidak ada perubahan dalam tingkat adalah ibu bersalin yang tidak kooperatif dan DJJ
nyerinya. Dalam hal kepuasan pemakaian, 84% tidak normal.
menyatakan birth ball dapat meredakan nyeri Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan
kontraksi, 79% dapat meredakan nyeri punggung melakukan perlakuan (latihan birth ball), latihan 30
dan 95% menyatakan nyaman ketika menggunakan menit persesi latihan sebanyak 2 kali selama 60
birth ball (10). menit pada kala I fase aktif persalinan. Observasi
Manfaat yang didapatkan dengan menggunakan dan Pengukuran pada kelompok perlakuan, dimulai
birth ball selama persalinan adalah mengurangi rasa persalinan kala 1 fase aktif (pembukaan 4-7 cm).
nyeri, dan kecemasan, meminimalkan penggunaan Instrumen dalam penelitian ini yaitu kuesioner
petidin, membantu proses penurunan kepala, mengenai intensitas nyeri responden berupa Numeric
mengurangi durasi persalinan kala I, meningkatkan Rating Scale (NRS). Analisis data yang digunakan
kepuasan dan serta kesejahteraan ibu-ibu (11). adalah univariat menggunakan distribusi frekuensi dan
Latihan birth ball dapat meningkatkan mobilitas homogenitas data, bivariat menggunakan uji statistik
panggul ibu hamil. Latihan ini dilakukan dalam posisi Independent t-test dan multivariat menggunakan
tegak dan duduk, yang diyakini untuk mendorong model regresi linear.
persalinan dan mendukung perineum untuk relaksasi
dan meredakan nyeri persalinan (12). HASIL DAN BAHASAN
Studi pendahuluan yang dilakukan dengan
wawancara kepada beberapa bidan di BPM Kota Karakteristik dan Persentasi Kedua Subjek
Tasikmalaya mengatakan bahwa penggunaan birth Penelitian
ball dapat mengurangi nyeri persalinan, rileksasi dan Penelitian dilaksanakan di Bidan Praktek
mempercepat proses persalinan tetapi belum semua M a n d i r i K o t a Ta s i k m a l a y a Ta h u n 2 0 1 6 , p a d a
bidan menerapkan latihan birth ball sehingga masih Bulan Februari-Maret 2016. Berdasarkan Tabel 1
sedikit dimanfaatkan oleh ibu hamil dan bersalin. menunjukan bahwa perbandingan jumlah subjek
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penelitian yang melakukan latihan birth ball dan yang
efektivitas latihan birth ball terhadap pengurangan tidak melakukan latihan birth ball masing masing
nyeri persalinan kala I fase aktif pada primigravida. adalah 19 orang (ibu bersalin primigravida), variabel
umur ibu paling muda 19 tahun dan umur ibu paling
BAHAN DAN METODE tua 35 tahun dengan rata-rata 28,2 tahun. Skor
kecemasan pada ibu paling rendah 8 dan paling
Jenis penelitian adalah quasi eksperimen,
tinggi 20 dengan rata-rata skor 12,9. Skor dukungan
dengan desain penelitian p o s t t e s t – o n l y n o n
suami dan keluarga paling rendah 4 dan paling tinggi
equivalent control group. Populasi dalam penelitian
10 dengan rata-rata skor 7,2.

Efektivitas Latihan Birth Ball terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Primigravida 3
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil uji
N %
statistik pada variabel umur ibu, dukungan suami
Variabel dan keluarga didapatkan hasil p>0,05 yang berarti
Mean±SD Min-Max
Kelompok hom ogen dan sebanding s em entara variabel
Latihan Birth Ball kecemasan tidak homogen.
19 50,0
Tidak Latihan Birth Ball
19 50,0
Skala Pengukuran Nyeri
Skala Nyeri Kala I ke-1 Analisis Bivariat
4,9±1,2 3–7
Skala Nyeri Kala I ke-2
5,6±1,4 3–8 Analisis pengaruh latihan birth ball dan variabel
Umur Ibu
28,2±4,3 19–35
Kecemasan
12,9±2,9 8–20
luar terhadap pengurangan nyeri persalinan kala
Dukungan Suami dan I fase aktif di BPM kota Tasikmalaya. Analisis ini
7,2±1,6 4–10
Keluarga
bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara satu
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016
variabel terhadap luaran. Analisis bivariabel dalam
penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh
Tabel 2. Tabel Normalitas Variabel Umur Ibu,
Kecemasan, Dukungan Suami dan Keluarga Menurut latihan birth ball dan variabel luar terhadap nyeri
Kelompok Intervensi pada Ibu Bersalin Kala I Fase persalinan kala I fase aktif. Tabel 4 menunjukan hasil
Aktif di BPM Kota Tasikmalaya analisis menggunakan menggunakan uji t-test untuk
Variabel p-value
melihat pengaruh latihan birth ball terhadap nyeri
Skala Nyeri Kala I Pengukuran ke-1 0,38 persalinan kala I fase aktif dengan melihat beda mean
Skala Nyeri Kala I Pengukuranke-2 0,06 dan confidence interval (CI) 95%.
Umur Ibu 0,75 Berdasarkan Tabel 4 menunjukan bahwa
Kecemasan 0,47
Dukungan Suami dan Keluarga 0,42 terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok
perlakuan latihan birth ball pada pengukuran pertama
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016
(setelah 30 menit) dengan tanpa latihan birth ball.
Rata-rata tingkat nyeri pada kelompok latihan
Berdasarkan Tabel 2 uji normalitas data
birth ball 4,5 dengan standar deviasi 1,0 dan rata-
untuk skala nyeri kala I, umur ibu, kecemasan, dan
rata tingkat nyeri pada kelompok tanpa perlakuan
dukungan suami menunjukan nilai p>0,05 sehingga
latihan birth ball 5,4 dengan standar deviasi 1,1.
data berdistribusi normal dan dapat dilakukan dengan
Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa rata-rata
uji parametric t-test dan korelasi. Nilai p digunakan
nyeri persalinan pada kelompok perlakuan latihan
untuk melihat homogenitas setiap variabel dari kedua
birth ball pada pengukuran pertama lebih rendah
kelompok yaitu apabila nilai p>0,05 maka secara
dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan
statistik pada kedua kelompok bersifat homogen.

Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Variabel Umur Ibu, Kecemasan, Dukungan Suami dan
Keluarga Menurut Kelompok Intervensi pada Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif di BPM Kota
Tasikmalaya

Latihan Birth Ball


Variabel Ya (19) Tidak (19) T p-value
Mean±SD Mean±SD
Umur Ibu 26,9±5,2 29,6±2,7 -1,9 0,05
Kecemasan 11,5±2,4 14,3±2,7 -3,4 0,002
Dukungan Suami dan Keluarga 7,5±1,5 6,8±1,7 1,3 0,20
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016

Tabel 4. Pengaruh Latihan Birth Ball terhadap Pengurangan Nyeri Persalinan Kala I Fase
Aktif pengukuran ke-1 dan ke-2

Latihan Birth Ball


Variabel T Mean p-value CI95%
Ya Tidak
Skala Nyeri (Mean±SD)
Pengukuran Ke-1 4,5 ± 1,0 5,4 ± 1,1 -2,7 -0,9 0,01 -1,65 – (-0,24)
Pengukuran Ke-2 4,9 ± 1,0 6,3 ± 1,3 -3,4 -1,4 0,002 -2,10 – (-0,54)
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016

4 Ade Kurniawati, Djaswadi Dasuki, Farida Kartini, 2017. JNKI, Vol. 5, No. 1, Tahun 2017, 1-10
nilai p-value sebesar 0,01 dengan nilai beda mean Tabel 5. Uji Korelasi Variabel Umur Ibu, Kecemasan
sebesar -0,9 hal ini berarti secara statistik terdapat serta Dukungan Suami dan Keluarga terhadap
Pengukuran Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif
perbedaan skala nyeri persalinan pada ibu bersalin
Pengukuran ke-1 dan ke-2
yang dilakukan latihan birth ball dengan rata-rata
sebesar 0,9 lebih rendah dibandingkan dengan ibu Nyeri 1 Nyeri 2
Variabel
bersalin yang tidak dilakukan latihan birth ball. R p R p
Umur Ibu 0,27 0,11 0,31 0,06
Pengukuran ke-2 (setelah 60 menit) menunjukan
Kecemasan 0,44 0,006 0,52 0,001
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara Dukungan Suami dan -0,43 0,006 -0,59 0,0001
kelompok perlakuan latihan birth ball dengan tanpa Keluarga
latihan birth ball. Rata-rata tingkat nyeri pada Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016
kelompok latihan birth ball 4,9 dengan standar deviasi
1,0 dan rata-rata tingkat nyeri pada kelompok tanpa memperlihatkan bahwa pada pengukuran nyeri yang
perlakuan latihan birth ball 6,3 dengan standar deviasi pertama maupun yang kedua variabel kecemasan dan
1,3. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa rata- dukungan suami dan keluarga ada hubungan yang
rata skala nyeri persalinan pada kelompok perlakuan signifikan terhadap nyeri persalinan termasuk kuat
lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu dengan nilai korelasi sebesar 0,44 dan 0,52 dan
dengan nilai p-value sebesar 0,002 hal ini berarti variabel dukungan suami dan keluarga dengan nilai
secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna korelasi -0,43 dan -0,59 artinya semakin meningkat
pada nyeri persalinan pada ibu bersalin yang dilakukan dukungan suami dan keluarga maka semakin
latihan birth ball pada pengukuran ke-2 dengan ibu menurun nyeri persalinan sebesar 0,43 dan 0,59 serta
bersalin yang tidak dilakukan latihan birth ball dengan semakin meningkat kecemasan, maka nyeri semakin
nilai beda mean sebesar -1,4 artinya secara statistik meningkat sebesar 0,44 dan 0,52 sedangkan variabel
terdapat perbedaan skala nyeri persalinan pada ibu umur mempunyai kekuatan signifikansi yang lemah
bersalin yang dilakukan latihan birthball dengan rata- dengan nilai korelasi sebesar 0,27 dan 0,31.
rata sebesar 1,4 lebih rendah dibandingkan dengan
ibu bersalin yang tidak dilakukan latihan birth ball. Analisis Multivariat
Analisis bivariabel selanjutnya adalah uji
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui
korelasi untuk melihat adanya hubungan variabel
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
luar terhadap variabel terikat (nyeri persalinan kala
setelah dilakukan pengontrolan luar. Uji statistik
I fase aktif).
yang digunakan adalah model regresi ganda
Berdasarkan pada Tabel 5 menunjukan hasil
dengan perhitungan koefisien regresi dan interval
analisis menggunakan uji korelasi untuk melihat
kepercayaan 95% serta tingkat kemaknaan p<0,05.
pengaruh variabel umur ibu, kecemasan, serta
Analisis multivariabel pada penelitian ini digunakan
dukungan suami dan keluarga terhadap nyeri
untuk mengetahui efektivitas latihan birth ball
persalinan kala I fase aktif. Berdasarkan Tabel 5

Tabel 6. Analisis Pemodelan dengan Regresi Linear Hubungan Variabel Bebas Latihan Birth
Ball dan Variabel Luar Umur Ibu, Kecemasan, Dukungan Suami dan Keluarga terhadap Nyeri
Persalinan Kala I Pengukuran ke 1

Variabel Model 1 Model 2 Model 3 Model 4


Coef Coef Coef Coef
CI 95% CI 95% CI 95% CI 95%
Latihan Birth Ball -0,9 -0,6 -0,8 -0,8
-1,65 – (-0,24) -1,39 – 0,18 -1,45 – (-0,09) -1,58 – (-0,09)
Umur Ibu 0,04
-0,05 – 0,13
Kecemasan 0,1
-0,02 – 0,26
Dukungan Suami dan Keluarga -0,3
-0,47 – (-0,05)
Constanta 5,4 3,7 7,2 4,2
R² 0,17 0,24 0,29 0,19
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016

Efektivitas Latihan Birth Ball terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Primigravida 5
terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif dengan variabel yaitu latihan birth ball sebagai variabel bebas,
mempertimbangkan variabel luar yang dianggap serta umur ibu, kecemasan, dukungan suami dan
mengganggu pengaruh latihan birth ball. keluarga sebagai variabel luar/pengganggu. Dengan
Analisis multivariabel pada penelitian ini melihat semua model yang telah disusun, peneliti
digunakan untuk mengetahui efektivitas latihan birth lebih memilih model 4 pada pengukuran yang kedua
ball terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif dengan yang secara statistik dan praktis lebih efektif serta
mempertimbangkan variabel luar yang dianggap efisien dalam menggambarkan pengaruh latihan birth
mengganggu pengaruh latihan birth ball. ball terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif. Jika
Berdasarkan hasil analisis Tabel 6 menunjukan dilihat dari nilai r², model ini memiliki nilai R² paling
bahwa analisis multivariabel pada pengukuran ke-1 besar yaitu 0,49 yang berarti bahwa latihan birth ball
(setelah 30 menit) menggunakan 4 model dengan 4 dan dukungan suami dan keluarga itu berkontribusi
variabel yaitu latihan birth ball sebagai variabel bebas, terhadap nyeri persalinan yaitu sebesar 49%.
serta umur ibu, kecemasan, dukungan suami dan Pengurangan rasa nyeri persalinan kala I terjadi
keluarga sebagai variabel luar/pengganggu. Dengan setelah dilakukan intervensi berupa pelaksanaan
melihat semua model yang telah disusun, peneliti lebih latihan birth ball yang dilakukan selama tiga puluh
memilih model 3 pada pengukuran yang kesatu yang menit pada pengukuran ke-1 maupun ke-2. Menurut
secara statistik dan praktis lebih efektif serta efisien Graston dalam Rumbin, menyatakan bahwa secara
dalam menggambarkan pengaruh latihan birth ball signifikan derajat nyeri lebih berat dirasakan pada
terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif dibangun primipara daripada multipara (13). Ada perbedaan
dengan mengikutsertakan latihan birth ball dengan tingkat nyeri antara paritas primipara dengan
variabel dukungan suami dan keluarga diperoleh hasil multipara terhadap nyeri persalinan kala 1, sebagian
koefisien sebesar -0,8 artinya bahwa ibu yang latihan besar pada multipara mengalami tingkat nyeri berat.
birth ball skala nyeri persalinan kala I nya lebih rendah Paritas primigravida mengalami proses pendataran
sebesar 0,8 setelah dikontrol dengan variabel dukungan serviks terjadi terlebih dahulu dibandingkan dengan
suami dan keluarga. Pada variabel dukungan suami dan pembukaan, sehingga proses persalinan lebih lama
keluarga diperoleh koefisien -0,3 yang berarti semakin dibandingkan dengan multigravida.
tinggi dukungan suami dan keluarga maka skala nyeri Latihan birth ball dilaksanakan selama 30 menit
mengalami penurunan sebesar 0,3. Jika dilihat dari pada ibu inpartu primigravida setelah pembukaan
nilai R², model ini memiliki nilai R² sebesar 0,29 yang 4cm-7cm (kala I fase aktif persalinan) akan berdampak
berarti bahwa latihan birth ball dan dukungan suami pada nyeri persalinan. Ketidaknyamanan dapat
dan keluarga itu berkontribusi terhadap nyeri persalinan diatasi dengan posisi tubuh yang menunjang grafitasi
yaitu sebesar 29%. dan posisi yang mempercepat dilatasi serviks seperti
Berdasarkan hasil analisis Tabel 7 menunjukan berjalan, berjongkok, berlutut, dan duduk. Penggunaan
bahwa analisis multivariabel pada pengukuran ke-2 birth ball akan mendukung ibu untuk menggunakan
(setelah 60 menit) menggunakan 5 model dengan 4 posisi tersebut selama proses persalinan. Hal ini akan

Tabel 7. Analisis Pemodelan dengan Regresi Linear Hubungan Variabel Bebas Latihan Birth Ball dan
Variabel Luar Umur Ibu, Kecemasan, Dukungan Suami dan Keluarga terhadap Nyeri Persalinan Kala I
Pengukuran ke 2

Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 Model 5


Variabel Coef Coef Coef Coef Coef
CI 95% CI 95% CI 95% CI 95% CI 95%
Latihan -1, 3 -0,8 -1,2 -1,0 -0,8
Birth Ball -2,09 - (-0,54) -1,68 – 0,01 -1,99 – (-0,35) -1,69 – (-0,37) -1,45 – (-0,11)
Umur Ibu 0,1 0,1
-0,04 – 0,15 0,01 – 0,16
Kecemasan 0,2
0,02 – 0,32
Dukungan Suami dan Keluarga -0,4 -0,5
-0,62 – (-0,21) -0,65 – (-0,11)
Constanta 6,3 3,8 4,6 9,1 6,8
R² 0,24 0,34 0,27 0,49 0,55
Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2016

6 Ade Kurniawati, Djaswadi Dasuki, Farida Kartini, 2017. JNKI, Vol. 5, No. 1, Tahun 2017, 1-10
membantu janin turun ke dalam rongga panggul dan memungkinkan mereka untuk mencapai posisi
ibu lebih sedikit merasakan nyeri (5). yang lebih nyaman untuk meningkatkan kemajuan
Silva, et al melakukan penelitian berjudul “Using persalinan (2). Penggunaan birth ball memungkinkan
the Swiss ball in labor”. Penelitian ini menggunakan perempuan melahirkan dalam posisi tegak dan
birth ball pada saat dilatasi serviks berkisar 4-7 cm, memanfaatkan gaya gravitasi sehingga mempercepat
mayoritas digunakan saat dilatasi serviks mencapai penurunan janin serta mendorong gerakan ritmis
4 cm. Kontraindikasi penggunaan birth ball dalam yang dapat meningkatkan posisi bersalin yang
penelitian ini mengacu pada adanya permasalahan optimal. Secara keseluruhan posisi dan gerakan pada
kebidanan yaitu induksi persalinan, hipertensi penggunaan birth ballberkontribusi bagi kenyamanan
kehamilan atau solusio plasenta dan multipara. Hasil dan kemajuan persalinan.
penelitian menunjukan bahwa penggunaan birth Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
ball dikaitkan dengan relaksasi (19,7%), kemajuan Mathew et al yang menyatakan bahwa ketidaknyamanan
persalinan (17,1%), latihan perineum (14,5%), dan pada ibu bersalin dapat diatasi dengan posisi
pereda nyeri (11,8%) (14). tubuh yang menunjang gravitasi dan posisi yang
mempercepat dilatasi serviks seperti berjalan,
Pengaruh Latihan Birth Ball terhadap Intensitas berjongkok, berlutut, dan duduk (5). Penggunaan
Nyeri Persalinan birth ball akan mendukung ibu untuk menggunakan
posisi tersebut selama proses persalinan. Hal ini akan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
membantu janin turun ke dalam rongga panggul dan
perbedaan intensitas nyeri persalinan pada ibu
ibu lebih sedikit merasakan nyeri. Sebagai pereda
primigravida yang melakukan latihan birth ball
nyeri persalinan, birthball dapat digunakan secara
dan yang tidak melakukan birth ball. Pengukuran
simultan dengan metode nonfarmakologi yang lain
dilakukan sebanyak 2 kali dengan melihat skala nyeri
seperti pijat, aroma terapi, terapi musik dan kompres
setelah 30 menit dan 60 menit latihan birth ball. Subjek
hangat atau dingin (15).
penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
Nyeri persalinan merupakan pengalaman
dengan perlakuan latihan birth ball dan kelompok
subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan
tidak latihan birth ball sebagai pembanding.
kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta
Hasil uji statistik pada kelompok latihan birth ball
penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologis
terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok
terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan darah,
perlakuan latihan birth ball pada pengukuran pertama
denyut nadi, pernapasan, keringat, dan ketegangan
(setelah 30 menit pertama) dan ke-2 (setelah 30 menit
otot (5). Menurut Potter dan Perry teknik pengurangan
kedua) dibandingkan dengan tanpa latihan birth ball.
nyeri secara nonfarmakologi memberikan pengaruh
Rata-rata tingkat nyeri pada kelompok latihan birth ball
paling baik untuk jangka waktu yang singkat, untuk
4,5 dan 4,9 dengan standar deviasi 1,0 dan rata-rata
mengatasi nyeri hanya berlangsung beberapa menit,
tingkat nyeri pada kelompok tanpa perlakuan latihan
misalnya selama pelaksanaan prosedur invasif atau
birth ball 5,4 dan 6,3 dengan standar deviasi 1,1.
saat menunggu persalinan (16). Pemakaian teknik
Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa rata-rata
birth ball pada ibu inpartu kala I ini dapat membantu
nyeri persalinan pada kelompok perlakuan latihan birth
menurunkan skala nyeri yang dirasakan ibu, dengan
ball pada pengukuran pertama maupun kedua lebih
teknik ini ibu primigravida akan lebih rileks dan santai
rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil
sehingga akan mengurangi ketegangan karena
ini signifikan secara statistik yaitu nilai p-value sebesar
adanya pengeluaran hormon endorfin yang dapat
0,01 dan 0,002 (p<0,05). Hasil penelitian ini menjawab
membantu mengurangi skala nyeri pasien. Selain
hipotesis penelitian yaitu intensitas nyeri persalinan
itu, perasaan santai dan tenang dapat mengubah
kala I pada ibu primigravida yang melakukan latihan
tingkat oksidasi.
birth ball lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak
Mirzakhani et al,menyatakan bahwa pelaksanaan
melakukan latihan birth ball.
latihan birth ball sangat direkomendasikan mengingat
Penggunaan birth ball pada ibu bersalin
pentingnya mempromosikan persalinan secara
mempunyai manfaat dalam pengurangan nyeri,
pervaginam pada wanita, karena latihan birth
hasil penelitian ini juga mendukung pendapat Gau
ball sangat bermanfaat, bersifat non-farmakologi,
et al yang menyatakan bahwa birth ball merupakan
serta merupakan strategi yang tidak mahal untuk
alat yang nyaman bagi wanita melahirkan, yang

Efektivitas Latihan Birth Ball terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Primigravida 7
mengurangi angka operasi sebesar (17). Pelaksanaan ini berarti secara statistik terdapat pengaruh yang
klinis latihan birth ball dapat menjadi alat yang efektif signifikan.
bagi seorang ibu yang melahirkan untuk mengurangi Penelitian yang dilakukan oleh Alehagen
nyeri persalinan (18). Hal yang sama dikemukakan menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara rasa
oleh Taavoni, et al yang menyimpulkan bahwa ketakutan akan persalinan selama hamil dengan
latihan birth ball dapat mengurangi rasa nyeri. Hal pengalaman nyeri selama fase aktif persalinan
ini ditunjukkan dengan hasil penelitian mengenai (18). Judha, bahwa emosi dapat meningkatkan
kelompok perlakuan yang memiliki nilai rata nyeri stres atau rasa takut ibu, yang secara fisiologis
yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok dapat meningkatkan kontraksi uterus sehingga
kontrol (19). meningkatkan nyeri yang dirasakan (20). Saat wanita
Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan dalam kondisi inpartu tersebut mengalami stres,
bahwa dengan teknik birth ball, ibu bersalin akan selalu maka secara otomatis tubuh akan melakukan reaksi
mendapat rasa nyaman dan rileksasi sebagaimana defensif sehingga secara otomatis dari stres tersebut
diketahui salah satu faktor yang memengaruhi nyeri merangsang tubuh mengeluarkan hormon stressor
adalah keletihan, dukungan keluarga, dan metode yaitu hormon katekolamin dan hormon adrenalin,
relaksasi yang digunakan sehingga ibu bersalin katekolamin ini akan dilepaskan dalam konsentrasi
dapat beradaptasi terhadap nyeri dengan lebih baik. tinggi saat persalinan jika calon ibu tidak bisa
Rasa nyeri pada persalinan dalam hal ini adalah menghilangkan rasa takutnya sebelum melahirkan,
nyeri kontraksi uterus yang dapat mengakibatkan berbagai respon tubuh yang muncul antara lain uterus
peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, perubahan menjadi semakin tegang sehingga aliran darah dan
tekanan darah, denyut jantung dan pernapasan. oksigen ke dalam otot-otot terus berkurang karena
arteri mengecil dan menyempit akibatnya adalah rasa
Pengaruh Umur Ibu terhadap Intensitas Nyeri nyeri yang tak terelakan.
Persalinan Kala I Fase Aktif Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
Taavoni et al yang menyatakan bahwa rasa nyeri yang
Umur ibu merupakan salah satu faktor yang
dialami oleh seorang wanita pada saat proses persalinan
mempengaruhi respon nyeri pada ibu. Dengan
dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik fisik maupun
bertambah umur ibu, cara merespon nyeripun akan
psikologi (21). Persepsi nyeri sangat bervariasi pada
berbeda dan komplikasi dalam kehamilan akan
setiap wanita. Beberapa faktor yang dapat berpengaruh
berbeda sehingga tingkat nyeri yang akan dirasakan
terhadap persepsi nyeri yang dirasakan oleh ibu bersalin
setiap ibu akan berbeda. Hal ini sesuai dengan
adalah lingkungan, pengalaman pribadi, dukungan
teori judha bahwa umur ibu akan mempengaruhi
keluarga, budaya, serta kondisi psikologi ibu. Ibu yang
perkembangan yang secara tidak langsung akan
tidak merasakan cemas pada saat proses persalinan
mempengaruhi reaksi nyeri terhadap persalinan.
dimungkinkan untuk dapat mentolerir dengan baik rasa
Perbedaan perkembangan akan mempengaruhi
nyeri yang dirasakan.
reaksi nyeri terhadap persalinan. Perkembangan
Perempuan yang sedang dalam keadaan takut
tersebut yaitu secara fisik, organ-organ pada umur
dan tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya
yang kurang dari umur reproduksi akan belum
serta tidak dipersiapkan dengan teknik relaksasi dan
siap untuk melaksanakan tugas reproduksi dan
pernafasan untuk mengatasi kontraksi, akan bergerak
kematangan psikis menyebabkan reaksi pada nyeri
tidak terkendali walaupun kontraksi tersebut ringan.
yang timbul akan menjadi lebih parah (20).
Sebaliknya, jika seorang perempuan dipersiapkan
dalam menghadapi pengalaman persalinan dan
Pengaruh Kecemasan terhadap Intensitas Nyeri
mendapat dukungan dari tenaga profesional, maka
Persalinan Kala I Fase Aktif
akan menunjukkan proses pengendalian diri pada
Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji saat terjadi kontraksi yang hebat (19).
korelasi untuk melihat pengaruh variabel kecemasan
terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif menunjukan Pengaruh Dukungan Suami dan Keluarga terhadap
hasil semakin meningkat kecemasan, maka nyeri Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif
semakin meningkat sebesar 0,44 dan 0,52 dengan
Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji
nilai p-value sebesar 0,006 dan 0,001 (p<0,05) hal
korelasi untuk melihat pengaruh variabel dukungan

8 Ade Kurniawati, Djaswadi Dasuki, Farida Kartini, 2017. JNKI, Vol. 5, No. 1, Tahun 2017, 1-10
suami dan keluarga terhadap nyeri persalinan kala kepada ibu bersalin. Untuk peneliti selanjutnya perlu
I fase aktif menunjukan hasil semakin meningkat menggunakan perlu dikembangkan dengan desain
dukungan suami dan keluarga, maka nyeri semakin penelitian eksperimental murni secara randimized
berkurang sebesar 0,43 dan 0,59 dengan nilai clinical trial (RCT) dengan jumlah sampel yang
p-value sebesar 0,006 dan 0,0001 (p<0,05) hal lebih banyak dan evaluasi pemberian latihan birth
ini berarti secara statistik terdapat pengaruh yang ball dilakukan sampai berakhirnya kala I fase aktif
signifikan. Hasil penelitian ini didukung oleh Batbual, sehingga hasil penelitian bisa lebih representatif.
bahwa faktor lain yang bermakna mempengaruhi
respon nyeri adalah kehadiran orang-orang terdekat RUJUKAN
klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien.
Walaupun nyeri dirasakan, kehadiran orang yang 1. Sarwono. Buku Acuan Nasional Pelayanan
bermakna bagi pasien meminimalkan kecapaian Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT. Bina
dan ketakutan. Apabila tidak ada keluarga atau Pustaka; 2009.
teman, seringkali pengalaman nyeri membuat 2. Gau M-L, Chang C-Y, Tian S-H, Lin K-C. Effects of
klien semakin tertekan, sebaliknya tersedianya birth ball exercise on pain and self-efficacy during
seseorang yang memberi dukungan sangatlah childbirth: A randomised controlled trial in Taiwan.
berguna karena akan membuat seseorang merasa Midwifery [Internet]. 2011 Dec;27(6):e293–300.
nyaman (22). Available from: http://linkinghub.elsevier.com/
retrieve/pii/S0266613811000192.
3. Tournaire M, Theau-Yonneau A. Complementary
SIMPULAN DAN SARAN
and Alternative Approaches to Pain Relief during
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan Labor. Evidence-Based Complement Altern Med
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan intensitas [Internet]. 2007;4(4):409–17. Available from: http://
nyeri persalinan kala I fase aktif pada ibu inpartu www.hindawi.com/journals/ecam/2007/256475/
primigravida yang melakukan latihan birth ball pada abs/.
pengukuran ke-1 (setelah 30 menit pertama) dan 4. Kenned y BB, Ruth DJ, Martin EJ. Modul
ke-2 (setelah 30 menit kedua) dengan yang tidak Manajemen Intrapartum. Jakarta: EGC; 2013.
melakukan latihan birth ball. 5. Mathew A, Nayak S, Vandana K. A Comparative
Intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif pada Study On Effect Of Ambulation and Birthing Ball
ibu inpartu primigravida yang melakukan latihan birth On Maternal And Newborn Outcome Among
ball lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak Primigravida Mothers In Selected Hospitals In
melakukan latihan birth ball. Dukungan suami dan Mangalore. NUJHS. 2012;2(2):2–5.
keluarga berhubungan secara signifikan terhadap 6. Cunningham F, Leveno K, Bloom S, Hauth J,
penurunan nyeri persalinan kala I fase aktif. Kecemasan Rouse D, Spong CY. Williams Obstetrics. 23rd
berhubungan dengan intensitas nyeri persalinan pada ed. New York: Mc. Graw Hill Medical; 2010.
ibu primigravida. Semakin tinggi kecemasan maka 7. Wiknjosastro. Buku Panduan Praktis Pelayanan
semakin berat nyeri yang dirasakan oleh ibu bersalin. Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina
Birth ball merupakan salah satu alat yang sangat baik Pustaka; 2010.
untuk memfasilitasi mobilisasi dan dapat digunakan 8. Henderson C, Jones K. Buku Ajar Konsep
untuk mengurangi nyeri dengan cara non farmakologi. Kebidanan. Jakarta: EGC; 2006.
Diharapkan di Bidan Praktek Mandiri dapat 9. Baston H, Hall J. Persalinan (Midwifery Essential:
melakukan latihan birth ball sebagai salah satu teknik Labour). Jakarta: EGC; 2011.
non farmakologi dalam mengurangi/meminimalkan 10. Kwan WS, Chan S, Li W. The Birth Ball Experience:
rasa nyeri persalinan kala I fase aktif. Hendaknya Outcome Evaluation of the Intrapartum Use of
profesi bidan menerapkan asuhan sayang ibu Birth Ball. Hong Kong J Gynaecol Obs Midwifery.
pada kala I fase aktif dengan menggunakan birth 2011;11:59–64.
ball kepada ibu bersalin sehingga rasa sakit yang 11. Hau W-L, Tsang S-L, Kwan W, Man LS-K, Lam
ibu rasakan bisa berkurang dan mengajarkan K-Y, Ho L-F, et al. The use of birth ball as a method
kepada pendamping persalinan untuk turut serta of pain management in labour. Hong Kong J
membantu pelaksanaan teknik latihan birth ball Gynaecol Obs Midwifery. 2012;12:63–8.

Efektivitas Latihan Birth Ball terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Primigravida 9
12. Leung RW, Li JF, Leung MK, Fung BK, Fung 17. Pillitteri A. Maternal and Child Health Nursing: Care of
LC, Tai S, et al. Efficacy of birth ball exercises Childbearing and Childbearing Family. Philadelphia,
on labour pain management. Hong Kong Med USA: Lippincot Williams & Wilkins; 2010.
J [Internet]. 2013 Jul 22; Available from: http:// 18. Alehagen S, Wijma B, Wijma K. Fear of childbirth before,
www.hkmj.org/abstracts/v19n5/393.htm. during, and after childbirth. Acta Obstet Gynecol Scand
13. Rumbin P. Studi Tentang Nyeri Persalinan [Internet]. 2006 Jan;85(1):56–62. Available from:
Berdasarkan Umur dan Paritas di RSUD Dr. http://doi.wiley.com/10.1080/00016340500334844.
Soewanhdie Surabaya. Surabaya: Depkes 19. Sriwenda D, Yulinda. Efektifitas Latihan Birth Ball
RI; 2008. Terhadap Efikasi Diri Primipara dengan Persalinan
14. Silva LM e, Oliveira SMJV de, Silva FMB da, Normal. J Ners dan Kebidanan Indones. 2016;4(3):25–
Alvarenga MB. Using the Swiss ball in labor. 31.
Acta Paul Enferm [Internet]. Escola Paulista 20. Judha M, Sudarti, Fauziah A. Teori Pengukuran Nyeri
de Enfermagem, Universidade Federal de dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika;
São Paulo; [cited 2016 Oct 12];24(5):656–62. 2012.
Available from: http://www.scielo.br/scielo. 21. Taavoni S, Abdolahian S, Haghani H, Neysani L. Effect
php?script=sci_arttext&pid=S0103-2100201 of birth ball usage on pain in the active phase of labor:
1000500010&lng=en&nrm=iso&tlng=pt. a randomized controlled trial. J Midwifery Womens
15. Widyaswara P. Pengaruh Terapi Birth Ball Health [Internet]. 56(2):137–40. Available from: http://
Terhadap Nyeri Persalinan Kala I. 2012. www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21429078.
16. Potter PA, Perry AG. Buku Ajar Fundamental 22. Batbual B. Hypnobirthing dan Hypnosis. Yogyakarta:
Keperawatan. 4th ed. Jakarta: EGC; 2006. Gosyen Publising; 2010.
.

10 Ade Kurniawati, Djaswadi Dasuki, Farida Kartini, 2017. JNKI, Vol. 5, No. 1, Tahun 2017, 1-10
Skenario
Ibu hamil Ny. S, 27 tahun hamil P2A0 usia kehamilan 38 minggu 4 hari, datang ke
BPM Nurhasanah, S.Tr.Keb pada tanggal 02 Februari 2021, pukul 01.20 WIB
dengan keluhan nyeri pada pinggang serta perut bagian bawah dan mengatakan
mulas-mulas dan nyeri menjalar kepinggang serta perut bagian bawah sejak pukul
21.00 WIB, sudah keluar lendir bercampur darah dan belum keluar air-air. Ny. S
didiagnosa inpartu Kala I Fase Aktif (dengan keluhan nyeri).

Pertanyaan
Bagaimana penanganan nyeri pada persalinan Kala I Fase Aktif ?

PICO
P = Pasien
Ibu bersalin di Bidan Praktek Mandiri Kota Tasikmalaya Tahun 2016 pada bulan
Febuari sampai dengan Maret 2016.

I = Intervensi
Ibu bersalin yang mengalami nyeri pada Kala I persalinan.

C = Comparasion
Ibu hamil yang diberikan terai nonfarmakologi (birth ball) terhadap pengurangan
nyeri persalinan Kala I Fase Aktif.

O = Outcome
Dengan diberikan terapi nonfarmakologi (birth ball) oleh bidan pasien diharapkan
dapat mengurangi intensitas nyeri persalinan Kala I Fase Aktif pada ibu bersalin.

Jurnal terkait kasus di atas

Efektivitas Latihan Birth ball terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala


I Fase Aktif pada Primigravida

ABSTRAK

Ketidaknyamanan, rasa takut dan rasa nyeri merupakan masalah bagi ibu bersalin.
Nyeri pada kala I persalinan merupakan nyeri yang berat dengan waktu yang lebih
lama, untuk itu perlu diperhatikan penanganan untuk mengatasi nyeri pada kala I
persalinan. Penelitian quasi eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
latihan birth ball yang merupakan salah satu metode nonfarmakologi terhadap
pengurangan nyeri persalinan kala I fase aktif pada primigravida. Sampel
penelitian ibu bersalin sebanyak 38 dengan teknik consecutive sampling. Sampel
dibagi 2 kelompok, kelompok perlakuan diberikan latihan birth ball pada ibu
inpartu kala I fase aktif, selama 30 menit dan sebanyak 2 kali, kelompok kontrol
tidak diberikan latihan birth ball. Analisis bivariabel dilakukan dengan uji
korelasi dan t-test sedangkan analisis multivariabel menggunakan regresi linear.
Hasil penelitian menunjukan rata-rata nyeri persalinan pada kelompok yang
diberikan latihan birth ball lebih rendah 4,5 dibandingkan dengan kelompok
kontrol 5,4 dengan nilai p-value sebesar 0,01. Variabel luar yang berpengaruh
terhadap nyeri persalinan adalah kecemasan, dukungan suami dan keluarga dengan
nilai p<0,05. Analisis multivariat model 4 didapatkan nilai R² sebesar 0,49 yang
berarti bahwa latihan birth ball dan dukungan suami dan keluarga itu
berkontribusi terhadap nyeri persalinan yaitu sebesar 49%. Terdapat perbedaan
yang signifikan intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif pada ibu primigravida
yang melakukan latihan birth ball dengan yang tidak melakukan latihan birth ball.
Intensitas nyeri persalinan kala I pada ibu primigravida yang melakukan latihan
birth ball lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak melakukan latihan birth
ball.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini pendekatan Manajemen Asuhan Persalinan dan
pendokumentasian dalam bentuk SOAP dilakukan dengan pemberian asuhan
yang sesuai dengan Standar Operasional Prosedur pada kasus yang diteliti.

HASIL PENELITIAN
Peneliti mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial. Pada kasus ibu,
antisipasi diagnosa adalah melakukan Senam Hamil Pelvic Rocking dengan
teknik Birth Ball. Adapun masalah potensial pada ibu adalah keluhan nyeri pada
Kala I Fase Aktif.

KESIMPULAN
Birth ball adalah bola terapi fisik yang membantu ibu inpartu kala I fase aktif
dalam kemajuan persalinan yang dapat digunakan dalam berbagai posisi. Selain
itu, penggunaan birthing ball pada saat pelvic rocking juga membantu untuk
pemijatan bagian perineum ibu hamil.

Anda mungkin juga menyukai