Anda di halaman 1dari 77

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY.

T
UMUR 38 TAHUN P2A0 AKSEPTOR KB IMPLANDENGAN
AMENORE DI PUSKESMAS PLUPUH II SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh :
Anisa Nofitasari
B13050

PROGAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY .


T UMUR 38TAHUN P2A0 AKSEPTOR KB IMPLAN DENGAN
AMENORE DI PUSKESMAS PLUPUH II SRAGEN

Diajukan Oleh :

ANISA NOFITASARI
NIM : B13050

Telah diperiksa dan disetujui


Pada tanggal Juni 2016

Pembimbing
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY.


T UMUR 38 TAHUN P2A0 AKSEPTOR KB IMPLAN DENGAN
AMENORE DI PUSKESMAS PLUPUH II SRAGEN

Karya Tulis Ilmiah

Disusun Oleh :
ANISA NOFITASARI
NIM : B13050

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Ujian Akhir Progam DIII Kebidanan
Pada Tanggal Juni 2016

Penguji I Penguji II

RahajengPutriningrum, SST., M.Kes Erlyn Hapsari, SST.,M.Keb


NIK.201083059 NIK.200683018
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui,
Ka. Prodi DIII Kebidanan

Siti Nurjanah, SST.,M.Keb


NIK.201188093
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikanKarya
Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Pada Ny. T
umur 38 tahunP2A0 Akseptor KB Implan dengan Amenore di Puskesmas Plupuh
II Sragen”. KaryaTulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas
akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarah dari berbagai
pihak,Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Wahyu Rima Agustin,S.Kep., Ns.,M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Ibu Siti Nurjanah, SST.,M.Keb selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan
Kusuma Husada Surakatra.
3. Ibu Erlyn Hapsari, SST.,M.Keb, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
4. Ibu Rahajeng Putriningrum, SST., M.Kes, selaku Penguji I.
5. dr.Abdul Aziz, selakuKepalaPuskesmasPlupuh II Sragenyang telah bersedia
memberikan ijin pada penulis dalam melakukan studi pendahuluan serta studi
kasus.
6. Ny. T yang telah bersedia untuk menjadi pasien dalam pengambilan kasus
7. Seluruh dosen dan staffProdi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis membuka saran demi kemajuan studi kasus selanjutnya.
SemogaKarya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juni 2016

Penulis
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016
Anisa Nofitasari
B13050
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY.T
UMUR 38 TAHUN P2A0 AKSEPTOR KB IMPLAN DENGAN
AMENORE DI PUSKESMAS PLUPUH II SRAGEN
xii + 63 halaman + 13lampiran

INTISARI

Latar belakang : Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan


jumlah peningkatan penduduk yang tinggi. Pertumbuhan penduduk ini tentu saja
berimplikasi secara signifikan terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan
negara. Keluarga berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera adalah
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan
usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera
(Arum dan Sujiatini, 2011). Berdasarkan BKKBN provinsi Jawa Tengah tahun
2013, beberapa alat kontrasepsi pada akseptor KB salah satunya adalah KB
Implan dengan presentase11,83%,Efek samping yang sering terjadi perubahan
pola haid berupaamenorea. Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Plupuh
II Sragen pada bulan Oktober 2014 sampai bulan Oktober 2015 jumlah akseptor
KB Implan menurut data yang diperoleh sebanyak 89 (14,40%), dan yang
mengalami amenore sebanyak 7 (1,13%).
Tujuan : Menerapkan asuhan kebidanan pada akseptor KB Implan dengan
Amenore sesuai dengan manajemen 7 langkah varney.
Metodologi : Metode studi yang digunakan adalah metode deskriptif. Lokasi
studi kasus ini dilakukan di Puskesmas Plupuh II Sragen. Subjek studi kasus yang
diambil adalah akseptor KB Implan dengan Amenore. Waktu studi kasus
dilaksanakan tanggal 25 Maret 2015 sampai 2 April 2016. Teknik pengumpulan
data diambil dari data primer yang terdiri dari pemeriksaan fisik meliputi inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi, wawancara dan pengamatan (observasi), data
sekunder meliputi studi dokumentasi dan studi kepustakaan.
Hasil : Berdasarkan asuhan kebidanan secara menyeluruh yaitu pemeriksaan
kehamilan (fisik dan penunjang), KIE efek samping KB Implan, KIE personal
hygiene, pemberian terapi Norelut 5 mg 2 x 1 selama 7 hari, maka diperoleh hasil
keadaan umum baik, tidak ada masalah potensial yang muncul, ibu tidak merasa
cemas, sudah menstruasi, ibu bersedia datang ke sarana kesehatan bila ada
keluhan dan ibu tetap memakai KB Implan.
Kesimpulan : setelah dilakukan asuhan kebidanan pada akseptor KB Implan
dengan Amenoretidakterdapat kesenjangan antara teori dengan praktek.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, KB Implan, Amenore


Kepustakaan : 20literatur (Tahun 2006 s/d 2015)
MOTTO

1. Sesungguhnya setiap kesulitan itu pasti disertai dengan kemudahan


(QS. Al-insyiroh : 6).
2. Jadikan ilmu itu sebagai lentera dalam menepuh hidupmu, karena dengan
ilmu itu manusia dapat menghargai dan dihargai orang lain, dan dengan ilmu
itu pula manusia laksana seorang raja (penulis).
3. Awali semuanya dengan doa dan senyum.
4. Apa yang telah berlalu, sudah berlalu dan apa yang telah pergi tidak akan
kembali. Oleh karena itu jangan pikirkan apa yang telah berlalu, karena
sesungguhnya ia telah pergi dan tidak akan kembali ( Kahlil Gibran ).
5. Beri satu kunci untuk mengenal hidup, jadikan setiap langkah kita sebagai
ibadah insya Allah kita akan tahu tujuan hidup yang sesungguhnya.

PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, Karya Tulis Ilmiah
ini penulis persembahkan :
1. Bapak dan Ibu tercinta terima kasih atas
doa restunya dan cinta kasihnya selama
ini.
2. Adikku tercinta yang selalu memberikan
support setiap langkahku.
3. Teman-teman yang telah berpartisipasi
dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
4. Almamater tercinta.
CURICULUM VINTAE

3x4

Nama : Anisa Nofitasari


NIM : B13050
Tempat / Tanggal lahir : Sragen, 05 Juni 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dolog Rt 14 Rw 5, Kandangsapi, Jenar, Sragen

Riwayat Pendidikan
1. SD N Dawung 1 Lulus Tahun : 2007
2. SMP N 1 Jenar Lulus Tahun : 2010
3. SMA N 1 Sambungmacan Lulus Tahun : 20113
4. D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan tahun 2013
DAFTAR ISI

halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................iv
INTISARI ......................................................................................................... vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii
CURRICULUM VITAE ...................................................................................viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ..................................................................3
C. Tujuan Studi Kasus ...................................................................4
D. Manfaat Studi Kasus .................................................................5
E. Keaslian Studi Kasus................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis .............................................................................. 7
B. Teori Manajemen Kebidanan ................................................... 16
C. Landasan Hukum ..................................................................... 33
BAB III METODOLOGI
A. Jenis Studi ................................................................................ 34
B. Lokasi Studi Kasus ................................................................... 34
C. Subjek Studi Kasus .................................................................. 34
D. Waktu Studi Kasus ................................................................... 35
E. Instrumen Studi Kasus ............................................................. 35
F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 35
G. Alat – alat Yang Dibutuhkan .................................................... 38
H. Jadwal....................................................................................... 39
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TinjauanKasus .......................................................................... 40
B. PembahasanKasus .................................................................... 56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 61
B. Saran ......................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian


Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Pasien
Lampiran 7. Surat Persetujuan Pasien (InformedConsent)
Lampiran 8. Lembar Pedoman Wawancara (Format ASKEB)
Lampiran 9. Lembar Observasi
Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 11. Leaflet
Lampiran 12. Dokumentasi Studi Kasus (foto)
Lampiran 13. Lembar Konsultasi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah peningkatan

penduduk yang tinggi. Hasil sensus menurut publikasi Badan Pusat Statistik

(BPS) pada Agustus 2010 menyebutkan bahwa jumlah penduduk Indonesia

adalah 237.556.363 orang. Terdiri atas 119.507.600 pria dan 118.048.783

wanita, dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 persen per tahun. Pertumbuhan

penduduk ini tentu saja berimplikasi secara signifikan terhadap

perkembangan ekonomi dan kesejahteraan negara (Irianto, 2014).

Keluarga berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera adalah upaya

peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan

usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan

keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera

(Arum dan Sujiatini, 2011).

Berdasarkan data secara nasional bulan Agustus 2013 tercatat jumlah

akseptor KB aktif 5.547.543 peserta, pengguna KB IUD sebanyak 348.134

(7,85%) peserta, MOW sebanyak 85.137 (1,53%), Implan sebanyak 475.463

(8,57%), Suntik 2.748.777 (49,55%), Pil 1.458.464 (26,29%), MOP 9.375

(0,25%), Kondom 330.303 (5,95%) (BKKBN, 2013).

1
2

Pencapaian peserta KB aktif semua metode kontrasepsi Provinsi Jawa Tengah

pada tahun 2013, jumlah akseptor KB aktif sebanyak 666.194 peserta.

Dengan klasifikasi kontrasepsi Suntik 54,89%, Pil 16,59%, IUD 9,67%,

Implan 11,83%, Medis Operatif Wanita (MOW) 2,25%, Medis Operatif Pria

(MOP) 0,14%, Kondom 4,64% (BKKBN, 2013).

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari BKKBN (Badan Kependudukan

dan Keluarga Berencana Nasional) Provinsi Jawa Tengah didapatkan hasil

kontrasepsi implan menduduki urutan nomor 3. Pada kasus implan efek

samping yang sering terjadi gangguan pola haid, terutama pada 6 sampai 12

bulan pertama. Beberapa perempuan mungkin akan mengalami berhentinya

haid sama sekali (Arum dan Sujiatini, 2011).

Susuk atau implanadalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung

levonogestrel yang dibungkus dalam kapsul silasticsilicon

(Polydimethylsiloxane) dan dipasang dibawah kulit. Efek samping yang

sering terjadi perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting),

hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, amenorea, efek samping

lainnya yaitu sakit kepala, perubahan berat badan, perubahan suasana hati,

mual, dan nyeri payudara(Mulyani dan Rinawati, 2013).

Amenore adalah keadaan dimana tidak adanya menstruasi

untuk sedikitnya 3 bulan berturutturut. Hal ini dibagi atas amenore

primer (usia 16 tahun ke atas tidak dapat menstruasi) dan sekunder

penderita pernah mendapat menstruasi dan tidak menstruasi lagi

(Proverawati dan Misaroh, 2009).


3

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 12

November 2015 di Puskesmas Plupuh II Sragen di peroleh data dari bulan

Oktober 2014 sampai Oktober 2015 jumlah akseptor KB secara keseluruhan

sebanyak 618 akseptor, untuk akseptor kontrasepsi suntik sebanyak 324

(52,42%), MOW sebanyak 111 (17,96%), implan sebanyak 89 (14,40%),

IUD sebanyak 48 (7,76%), pil 34 (5,50%), dan kondom sebanyak 12 (1,94%).

Akseptor KB Implan yang tidak ada keluhan 66 (10,67%), akseptor KB

Implan dengan keluhan spotting 11 (1,77%), akseptor KB Implan dengan

keluhan amenore 7 (1,13%), akseptor KB Implan yang mengalami

polimenore 5 (0,80%).

Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis peroleh di Puskesmas Plupuh II

Sragen, walaupun jumlah akseptor KB Implan yang mengalami amenore

tergolong sedikit tetapi angka kejadian masih ada dan beberapa pasien merasa

khawatir dan tidak nyaman terhadap keadaan yang dialami, sehingga penulis

tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Kebidanan pada Ny. T umur

38tahun P2A0 Akseptor KB Implan dengan Amenore di Puskesmas Plupuh II

Sragen”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana penatalaksanaan

asuhan kebidanan pada Ny. Tumur 38 tahun P2A0akseptor KB Implan dengan

Amenoredi Puskesmas Plupuh II Sragen dengan menggunakan pendekatan

manajemen 7 langkah varney ?”


4

C. Tujuan Studi kasus

1. Tujuan Umum

Penulis dapat menerapkan asuhan kebidanan pada Ny. T umur38 tahun

P2A0 akseptor KB Implan dengan Amenore sesuai dengan manajemen 7

langkah varney.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis Mampu

1) Melaksanakan pengkajian data pada Ny. Tumur 38tahun

P2A0akseptor KB ImplandenganAmenore.

2) Melakukan interpretasi data serta merumuskan diagnosa

kebidanan, masalah dan kebutuhan pada Ny. T umur38 tahun

P2A0 akseptor KB Implan dengan Amenore.

3) Merumuskan diagnosa potensial pada Ny. T umur 38tahun P2A0

akseptor KB Implan dengan Amenore.

4) Mengidentifikasi tindakan segera yang akan dilaksanakan pada

Ny. Tumur38 tahun P2A0 akseptor KB Implan dengan Amenore.

5) Merencanakan asuhan yang menyeluruh pada Ny. T umur38

tahun P2A0 akseptor KB Implan dengan Amenore.

6) Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny. Tumur

38tahun P2A0 akseptor KB Implan dengan Amenore.

7) Melakukan evaluasi tindakan secara teliti dan cermat pada Ny.

Tumur38 tahun P2A0 akseptor KB Implan dengan Amenore.


5

b. Penulis mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus

nyata di lapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat pada

akseptor KB Implan dengan Amenore.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Diri Sendiri

mendapatkan gambaran yang nyata dalam melaksanakan Asuhan

Kebidanan Khususnya tentang Asuhan Kebidanan pada akseptor KB

Implan dengan Amenore.

2. Bagi Instansi dan Institusi

a. Bagi Puskesmas

Sebagai tambahan informasi dalam mengembangkan asuhan

kebidanan khususnya Asuhan Kebidanan akseptor KB Implan

dengan Amenore.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan untuk menambah referensi, wacana dan

pengetahuan mahasiswa maupun pengajar tentang Asuhan

Kebidanan pada Ny. Tumur 38 tahun P2A0akseptor KB Implan

dengan Amenore.

3. Bagi Profesi

Dapat memberikan masukan pada tenaga kesehatan lainnya dalam

memberikan Asuhan Kebidanan khususnya Asuhan Kebidanan KB

Implan dengan Amenore.


6

E. Keaslian Studi Kasus

Berdasarkan penulisan kepustakaan ada beberapa Karya Tulis Ilmiah tentang

asuhan kebidanan pada akseptor KB Implan dengan Amenore yang pernah

dilakukan oleh :

1. Septiana Putri Fajarini (2014) Universitas Sebelas Maret judul penelitian

“Asuhan kebidanan pada Ny. D umur 39 tahun P3A0 Akseptor KB Implan

dengan Amenore di Puskesmas Ngoresan Surakarta”. Data yang

diperoleh dari Puskesmas Ngoresan Surakarta dari bulan Juni 2013

sampai bulan Desember 2013 jumlah akseptor KB Implan yang

mengalami amenore 5,31%. Asuhan yang diberikan berupa Norelut 5 mg

2 x 1 selama 7 hari dan pemberian konseling tentang efek kontrasepsi

Implan. Hasilnya Amenore dapat diatasi selama 7 hari keadaan ibu

membaik dan implan tetap dipakai.

Perbedaan dari studi kasus diatas adalah subyek, tempat dan waktu dan

persamaan dari studi kasus diatas adalah kasus dan penanganannya.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori Medis

1. Keluarga Berencana

Keluarga berencana ialah suatu usaha yang mengatur banyaknya

jumlah kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya dan

bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak

akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kelahiran

tersebut (Irianto, 2014).

2. Kontrasepsi

a. Pengertian Kontrasepsi

Menurut Suratundkk (2013), kontrasepsi adalah

menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya

pertemuan antara sel telur dengan sel sperma.

b. Efektifitas Kontrasepsi

Menurut Irianto (2014), efektivitas kontrasepsi adalah :

1) Efektivitas metode kontrasepsi yang digunakan tergantung pada

kesesuaian pengguna dengan instruksi.

2) Efektivitas antara penggunaan tipikal dan penggunaan sempurna

menjadi sangat bervariasi antara suatu metode kontrasepsi

dengan metode kontrasepsi yang lain.

7
8

c. Macam-macam Kontrasepsi

Menurut suratundkk (2013), macam-macam metode kontrasepsi,

antara lain sebagai berikut :

1) Kontrasepsi metode Sederhana

a) Kondom

b) Coitus Interuptus

c) KB Alami (metoda kalender, suhu basal dan lendir serviks)

d) Diafragma

e) Kontrasepsi kimiawi/ spermicede

2) Kontrasepsi Efektif

a) Pil KB

b) Suntik KB

c) Implan

d) IUD

3) Kontrasepsi Mantap

a) Pada wanita : Medis Operatif Wanita (MOW) : Tubektomi

b) Pada Pria : Medis Operatif Pria (MOP) : Vasektomi

3. Kontrasepsi Implan

a. Pengertian

Implan adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung

levonogestrel yang dibungkus dalam kapsul silastic

silicon (polydimethylsiloxane) dan dipasang dibawah kulit

(Mulyani dan Rinawati, 2013).


9

Implan adalah metode kontrasepsi yang dipakai dilengan atas

bagian sebelah dalam, berbentuk silastik (lentur), berukuran hampir

sebesar korek api (Irianto, 2014).

b. Jenis-jenis Implan

Menurut Mulyani dan Rinawati (2013), jenis implan ada 4 yaitu :

1) Norplant

Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang

3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36

mglevonogestrel dan lama kerjanya 5 tahun.

2) Implanon

Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40

mm dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-

desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.

3) Jadena dan Indoplant

Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mglevonogestrel

dengan lama kerja 3 tahun.

c. Cara Kerja Kontrasepsi Implan

Menurut Irianto (2014), cara kerja dari kontrasepsi implan adalah

sebagai berikut :

1) Menekan ovulasi yang akan mencegah lepasnya sel telur (ovum)

dari indung telur.

2) Mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sel mani (sperma)

tidak mudah masuk kedalam rahim.


10

3) Menipiskan endometrium, sehingga tidak siap untuk midasi.

d. Efektifitas Kontrasepsi Implan

Menurut Arum dan Sujiyatini (2011), efektifitas implan sangat tinggi

(kegagalan 0,2 - 1 kehamilan per 100 perempuan).

e. Indikasi Pemakaian Kontrasepsi Implan

Menurut Mulyani dan Rinawati (2013), indikasi pemakaian implan:

1) Umur reproduksi (20-35 tahun).

2) Telah memiliki anak sesuai yang diinginkan atau tidak ingin

tambah anak lagi tetapi saat ini belum ingin menggunakan

kontrasepsi mantap.

3) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan

menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.

4) Pascapersalinan dan sedang menyusui bayinya yang berusia 6

minggu atau lebih.

f. Kontra Indikasi Pemakaian Kontrasepsi Implan

Menurut Mulyani dan Rinawati (2013), yang tidak diperkenankan

menggunakan kontrasepsi implan adalah :

1) Hamil atau diduga hamil.

2) Perdarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya.

3) Ada benjolan atau kanker payudara atau riwayat kanker

payudara.

4) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi

5) Mioma uterus dan kanker payudara


11

6) Ibu yang memiliki riwayat hipertensi

7) Ibu yang memiliki riwayat diabetes militus.

g. Keuntungan pemakaian kontrasepsi implan

Menurut suratundkk (2013), keuntungan pemakaian implan antara

lain:

1) Tidak menekan produksi ASI.

2) Praktis dan efektif.

3) Tidak ada faktor lupa.

4) Masa pakai jangka panjang (5 tahun).

5) Membantu mencegah anemia

6) Khasiat kontrasepsi susuk berakhir segera setelah pengangkatan

implan.

h. Kerugian pemakaian kontrasepsi implan

Menurut suratundkk (2013), kerugian pemakaian implan antara lain:

1) Implan harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan

yang terlatih.

2) Implan lebih mahal dari pil KB atau suntikan dan cara KB

jangka pendek lainnya.

3) Implan sering mengubah pola haid.

4) Wanita tidak dapat menghentikan pemakaiannya sendiri.

5) Beberapa wanita mungkin enggan menggunakan cara yang

belum dikenalnya.

6) Susuk mungkin dapat terlihat di bawah kulit.


12

i. Efek samping dan penanggulangannya pemakaian kontrasepsi

implan.

Menurut Irianto (2014), efek samping dan penanggulangan KB

implan antara lain :

1) Amenore

a) Lakukan pemeriksaan kehamilan (bila memungkinkan

lakukan tes kehamilan). Beberapa wanita melihat ini

sebagai suatu keuntungan dan tidak berbahaya. Beri

motivasi bahwa hal ini bukan suatu yang abnormal dan

dalam 2-3 bulan pasti akan haid.

b) Jika klien memaksa ingin haid, dapat diberikan: pil KB 1 x

1 tablet selama 4 5 hari. Biasanya setelah itu akan terjadi

“haid”.

c) Jika terbukti hamil (melalui pemeriksaan fisik dan

laboratorium). Segera cabut semua kapsul implan.

2) Spotting atau Metroragia

a) Jika ringan atau tidak terlalu mengganggu tidak perlu diberi

obat.

b) Jika cukup mengganggu, dapat diberikan: pil KB dosis

rendah 3x1 tablet per hari selama 7 hari.

c) Menoragia (perdarahan lebih banyak dari biasanya. Cukup

diberi: Tablet sulfasferosus: 3 x 1 tablet (5-7 hari) sampai

keadaan membaik.
13

3) Ekspulsi

a) Periksa apakah kapsul yang lain masih ada pada tempatnya.

Kemudian periksa pula adanya tanda-tanda infeksi pada

daerah insersi seperti kemerahan, nyeri, dan panas.

b) Jika tidak ada infeksi dan kapsul yang lain masih berada

pada tempatnya. Cabut sisanya (5 kapsul yang lain)

dipertahankan. Jangan lupa ingatkan untuk mencabut

implan setahun lebih awal dari semestinya.

c) Jika ada tanda-tanda infeksi:

(1) Cabut semua kapsul yang ada dan pasang kapsul yang

baru pada sisi lengan yang lain.

(2) Anjurkan klien untuk memakai kontrasepsi yang lain.

4) Perubahan berat badan

a) Jika kenaikan berat badan ini tidak mengganggu, tidak perlu

diberi obat apapun.

b) Pastikan penambahan berat badan bukan karena kehamilan.

c) Anjurkan klien untuk diet rendah kalori dan olahraga yang

porposional.

d) Jika cara tersebut tidak menolong dan berat badan

bertambah terus implan dicabut dan ganti cara-cara

kontrasepsi lain yang non hormonal (AKDR).


14

4. Amenore

a. Pengertian

Amenore adalah keadaaandimana tidak adanya menstruasi untuk

sedikitnya 3 bulan berturut-turut (Proverawati dan Misaroh, 2009).

b. Jenis Amenore

Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), amenore ada dua jenis,

yaitu:

1) Amenore Primer

Amenore primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi

pada wanita usia 16 tahun. Amenore primer terjadi pada 0,1 –

2,5% wanita usia reproduksi.

2) Amenore Sekunder

Amenore sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3

siklus (pada kasus oligomenorea<jumlahdarah menstruasi

sedikit>), atau 6 siklus setelah sebelumnya mendapat siklus

menstruasi biasa. Angka kejadian berkisar antara 1 – 5%.

c. Penyebab

Penyebab dari amenore adalah kehamilan, setelah kehamilan,

menyusui, dan penggunaan kontrasepsi, stres, nutrisi yang kurang,

penurunan berat badan berlebihan, obesitas, gangguan hipotalamus

dan hipofisis, obat – obatan(Proverawati dan Misaroh, 2009).

Penyebab amenore karena memakai implan yaitu karena adanya

ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium mengalami


15

perubahan histologi berupa degenerasi atau atropi. Keadaan

amenore merupakan manisfestasiatropiendrometrium

(Irianto, 2014).

d. Penanganan

Penanganan untuk amenore yaitu:

1) Pastikan hamil atau tidak, bila tidak hamil, tidak memerlukan

penanganan khusus, cukup konseling saja.

2) Anjurkan ibu untuk ganti kontrasepsi lain jika ibu tidak terima

dengan kondisi saat ini

3) Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi Norelut 5

mg 2 x 1 selama 7 hari jika ibu tetap ingin memakai KB implan

dan ingin menstruasi.

4) Bila terjadi kehamilan dan klien ingin melanjutkan kehamilan,

cabut implan dan jelaskan, bahwa progestin tidak berbahaya

bagi janin.

(Saifuddin, 2006).

Menurut Irianto (2014), penanganannya adalah:

1) Lakukan pemeriksaan kehamilan (bila memungkinkan lakukan

tes kehamilan). Beberapa wanita melihat ini sebagai suatu

keuntungan dan tidak berbahaya. Beri motivasi bahwa hal ini

bukan merupakan suatu yang abnormal dan dalam 2-3 bulan

pasti akan haid.


16

2) Jika klien memaksa ingin haid, dapat diberikan: pil KB x 1

tablet selama 3hari, selanjutnya 1 x 1 tablet selama 4 5 hari.

Biasanya setelah itu akan terjadi “haid”.

3) Jika terbukti hamil (melalui pemeriksaan fisik dan

laboratorium), segera cabut semua kapsul implan.

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan

tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, serta ketrampilan dalam

rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang

berfokus pada pasien (Sulistyawati, 2009).

2. Proses Manajemen Kebidahan 7 Langkah Varney

Manajemen kebidanan terdiri atas tujuh langkah yang berurutan,

diawali dengan pengumpulan data sampai dengan evaluasi. Proses ini

bersifat siklik (dapat berulang), dengan tahap evaluasi sebagai data awal

pada siklus berikutnya (Sulistyawati, 2009). Proses manajemen

kebidanan terdiri atas langkah-langkah berikut ini:

Langkah 1 : Pengkajian

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang

akurat dan lengkap dari berbagai sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien. Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesis. Anamnesis


17

adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang pasien

melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan (Sulistyawati, 2009).

a. Data Subjektif

Data subjektif adalah informasi yang dicatat mencakup identitas,

keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada

pasien/klien (anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan

(Sari, 2012).

1) Identitas pasien

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), identitas meliputi:

a) Nama : Dikaji dengan nama yang jelas danlengkap.

b) Umur : Ditulis dalam tahun untuk mengetahui

adanya resiko.

c) Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien

tersebut untuk membimbing atau

mengarahkan pasien dalam berdoa.

d) Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan

untuk mengetahui sejauh mana tingkat

intelektualnya, sehingga bidan dapat

memberikan konseling sesuai dengan

pendidikannya.

e) Suku/bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau

kebiasaan sehari-hari.
18

f) Pekerjaan : Gunanya untuk mengetahui dan mengukur

tingkat sosial ekonominya,karena ini juga

mempengaruhi dalam gizi pasien.

g) Alamat : ditanyakan untuk mempermudah kunjungan

rumah bila diperlukan.

2) Riwayat pasien

a) Keluhan utama.

Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien

datang pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan

(Sulistyawati, 2009). Pada kasus implan dengan amenore

keluhan yang dialami pasien yaitu tidak menstruasi

sedikitnya tiga bulan (Proverawati dan Misaroh, 2009).

b) Riwayat kebidanan

Menurut sulistyawati (2009), data ini penting diketahui

tenaga kesehatan sebagai data acuan jika pasien mengalami

penyulit postpartum.

(1) Menstruasi

Beberapa data yang harus kita peroleh dari riwayat

menstruasi antara lain sebagai berikut :

(a) Menarche

Menarche adalah usia pertama kali mengalami

menstruasi. Wanita Indonesia pada umumnya


19

mengalami menarche sekitar 12 sampai 16 tahun

(Sulistyawati, 2009).

(b) Siklus

Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi

yang dialami dengan menstruasi berikutnya, dalam

hitungan hari. Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari

(Sulistyawati, 2009) . pada kasus implan dengan

amenore mengalami perubahan siklus sedikitnya

tiga bulan (Proverawati dan Misaroh, 2009).

(c) Volume

Data ini menjelaskan seberapa banyak darah

menstruasi yang dikeluarkan. Kadang kita akan

kesulitan untuk mendapatkan data valid. Sebagai

acuan biasanya kita gunakan kriteria banyak,

sedang, dan sedikit. Jawaban yang diberikan oleh

pasien biasanya bersifat subjektif, namun kita

dapat kaji lebih dalam lagi dengan beberapa

pertanyaaan yang mendukung, misalnya sampai

berapa kali mengganti pembalut dalam sehari

(Sulistyawati, 2009).

(d) Disminore

Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang

dirasakan ketika mengalami menstruasi, misalnya


20

nyeri hebat, sakit kepala sampai pingsan, atau

jumlah darah yang banyak. Ada beberapa keluhan

yang disampaikan oleh pasien dapat menunjukan

kepada diagnosis tertentu (Sulistyawati, 2009).

3) Riwayat Kesehatan

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), riwayat kesehatan

meliputi:

a) Riwayat kesehatan yang lalu

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : jantung, DM,

Hipertensi, Asma (Ambarsari dan Wulandari, 2010).

b) Riwayat kesehatan sekarang

Data-data ini diperlukan untuk mengetahui

kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini

(Ambarsari dan Wulandari, 2010).

c) Riwayat kesehatan keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan

pasien, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang

menyertainya (Ambarsari dan Wulandari, 2010).

d) Riwayat Operasi

Riwayat operasi luka SC, operasi laparotomi, apendixitis

maupun operasi lainnya (Rukiyah, 2014).


21

4) Riwayat Obstetri

Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.

Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara

persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas

(Ambarwati dan Wulandari, 2010)

5) Riwayat KB

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan

jenis kontrasepsi apa, berapa lama, adakah keluhan selama

menggunakan kontrasepsi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Riwayat KB perlu ditanyakan karena setiap alat kontrasepsi

memiliki efek samping sendiri – sendiri hingga timbulnya suatu

komplikasi (Fajarini, 2014).

6) Riwayat Perkawinan

Menurut Sulistyawati (2009), ini penting untuk dikaji

karena dari data ini kita akan mendapatkan gambaran mengenai

suasana rumah tangga pasangan. Beberapa pertanyaan yang

dapat diajukan antara lain sebagai berikut:

a) Berapa tahun usia ibu ketika menikah pertama kali?

b) Status pernikahan (sah/tidak)?

c) Lama pernikahan?

d) Ini adalah suami yang ke?


22

7) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

a) Nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,

banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

b) Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang

air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau

serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna,

jumlah(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

c) Istirahat

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam

pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca,

mendengarkan musik, kebiasaan mengonsumsi obat tidur,

kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang

(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus implan

dengan amenore perlu dikaji mengenai data istirahat karena

istirahat merupakan faktor yang berperan terhadap

terjadinya amenore (Fajarini, 2014).

d) Personal hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga

kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).


23

e) Aktifitas

Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola

ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

b. Data Objektif

Data objektif adalah pencatatan dilakukan dari hasil

pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan, dan data

penunjang yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium

(seperti pemeriksaan radio diagnostik atau USG) yang dilakukan

sesuai dengan beratnya masalah (Sari, 2012).

1) Vital sign

Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan

kondisi yang alaminya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

a) Keadaan umum

Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati

keadaan pasien secara keseluruhan (Sulistyawati, 2009).

b) Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan pasien, kita

dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari

keadaan compos mentis (kesadaran maksimal), sampai

dengan koma (sulistyawati, 2009).

c) Tanda vital

Menurut Sulistyawati (2009), tanda vital meliputi :


24

(1) Tekanan darah

Tekanan darah rata – rata normalnya 120/80 mmHg.

(2) Nadi

Untuk mengetahui denyut nadi ibu.

(3) Pernafasan

(4) Suhu

Untuk mengetahui suhu badan pasien.

2) Pemeriksaan sistematik

a) Inspeksi

(1) Rambut

Untuk mengetahui warna, kebersihan dan mudah

rontok atau tidak (Sulistyawati, 2009).

(2) Mata

Untuk mengetahui apakah konjungtiva warna merah

muda, sklera warna putih, adakah kelainan atau tidak,

adakah gangguan penglihatan seperti rabun jauh atau

dekat (Sulistyawati, 2009).

(3) Telinga

Untuk mengetahui keadaan telinga bersih atau tidak

dan apakah ada gangguan pendengaran atau tidak

(Sulistyawati, 2009).
25

(4) Hidung

Untuk mengetahui keadaan hidung dari kebersihan, ada

benjolan atau tidak dan alergi debu atau tidak

(Sulistyawati, 2009).

(5) Mulut

Untuk mengetahui keadaan mulut dari bibir warna dan

kelembabannya, lidah bersih atau tidak, gigi caries atau

tidak dan ada gangguan pada mulut atau tidak seperti

bau mulut (Sulistyawati, 2009).

b) Palpasi

(1) Leher

Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar limfe

dan pembesaran kelenjar parotis (Sulistyawati, 2009).

(2) Dada

Untuk mengetahui bentuk payudara, simetris atau tidak,

hyperpigmentasi, teraba masa atau nyeri tidak,

kolostrum, keadaan puting menonjol atau tidak, dan

kebersihan dari payudara (Sulistyawati, 2009).

(3) Abdomen

Mengetahui bentuk perut, ada bekas luka operasi atau

tidak, strie, dan linea. Pada kasus implan dengan

amenore dilakukan palpasi untuk memastikan apakah

ibu hamil atau tidak (Sulistyawati, 2009).


26

(4) Genetalia

Untuk mengetahui kebersihan genetalia, pengeluaran

per vaginam, dan ada tidaknya tanda-tanda infeksi

vagina (Sulistyawati, 2009).

(5) Anus

Untuk mengetahui kebersihan dan ada tidaknya

haemoroid (Sulistyawati, 2009).

c) Perkusi

(1) Ekstremitas

Untuk mengetahui bentuk, adanya gangguan/kelainan

atau tidak, adanya oedema atau tidak, adanya varises

atau tidak, reflekpatella positif atau negatif

(Sulistyawati, 2009).

d) Auskultasi

(1) Data penunjang

Data penunjang diperlukan sebagai pendukung

diagnosa, apabila diperlukan. Misalnya pemeriksaan

laboratorium seperti pemeriksaan kadar Hb,

Pemeriksaan Hematokrit, Kadar Leukosit dan golongan

darah (Sulistyawati, 2009). Pada kasus implan dengan

amenore dilakukan pemeriksaan kehamilan untuk

mengetahui sebab dari amenore karena hamil atau tidak

(Irianto, 2014).
27

Langkah II : Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis,

masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas

data-data yang telah dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan

diagnosis atau masalah adalah pengolahan data dan analisis dengan

menggabungkan data satu dengan lainnya sehingga tergambar fakta

(Sulistyawati, 2009).

a. Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan dapat ditegakkan yang berkaitan para, abortus,

umur ibu, dan pengkajian yang menyertai diagnosa

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Diagnosa : Ny....umur.....tahun P...A... akseptor KB Implan dengan

Amenore.

1) Data subjektif :

a) Ibu mengatakan umur...

b) Ibu mengatakan memakai KB implan sejak...

c) Ibu mengatakan mengalami perubahan pola haid yaitu tidak

haid sedikitnya tiga bulan

(Proverawati dan Misaroh, 2009).

2) Data objektif :

a) Keadaan umum untuk mengetahui data ini cukup dengan

mengamati keadaan pasien secara keseluruhan baik atau

lemah (Sulistyawati, 2009).


28

b) Tanda-tanda vital

(1) Tekanan darah (Sulistyawati, 2009).

(2) Nadi untuk mengetahui denyut nadi ibu

(Sulistyawati, 2009).

(3) Pernapasan (Sulistyawati, 2009).

(4) Suhu untuk mengetahui suhu badan pasien

(Sulistyawati, 2009).

c) Data penunjang yaitu melakukan tes kehamilan

(Irianto, 2014).

b. Masalah

Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien

(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Masalah yang muncul pada

pasien dengan amenore berkaitan dengan kekhawatiran pasien

terhadap keadaan yang dialami. Hal ini muncul karena kurangnya

pengetahuan pasien tentang amenore maupun siklus menstruasi

(Fajarini, 2014).

c. Kebutuhan

Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan

keadaan dan masalahnya (Sulistyawati, 2009). Kebutuhan pasien

dengan amenore menurut Fajarini (2014):

1) Kolaborasi dengan dokter.

2) Kolaborasi dengan laboratorium untuk pemeriksaan penunjang.


29

3) Dukungan moril serta informasi tentang kasus dan

penatalaksanaan amenore.

Langkah III : Diagnosa Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga. Langkah ini

membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan,

sambil terus mengamati kondisi klien (Sulistyawati, 2009). Pada kasus

akseptor KB Implan dengan amenore tidak ada.

Langkah IV : Antisipasi masalah atau Tindakan Segera

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen

kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh

bidanatau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama

dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi paien

(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus akseptor KB Implan

dengan amenore tidak ada.

Langkah V : Perencanaan

Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya

yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah

diidentifikasi arau di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak

hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap

masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman

antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yangakan terjadi berikutnya

(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Rencana tindakan yang dapat


30

dilakukan pada asuhan pada akseptor KB Implan dengan Amenore

menurut (Saifuddin, 2006), adalah :

a. Pastikan hamil atau tidak, dan bila tidak hamil tidak perlu

penanganan khusus, cukup konseling saja.

b. Anjurkan ibu untuk ganti kontrasepsi lain jika ibu tidak terima

dengan kondisi saat ini.

c. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi Norelut 5 mg 2

x 1 selama 7 hari jika ibu tetap ingin memakai KB implan dan ingin

menstruasi.

d. Bila terjadi kehamilan dan klien ingin melanjutkan kehamilan, cabut

implan dan jelaskan, bahwa progestin tidak berbahaya bagi janin.

Langkah VI : Pelaksanaan

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisiensi dan aman.

Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan oleh bidan, pasien, atau

anggota keluarga yang lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia

tetap memikul tanggung jawab atas terlaksananya seluruh perencanaan.

Dalam situasi dimana ia harus berkolaborasi dengan dokter, misalnya

karena pasien mengalami komplikasi, bidan masih tetap bertanggung

jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama tersebut.

Manajemen yang efisiensi akan menyingkat watu, biaya, dan

meningkatkan mutu asuhan (Sulistyawati, 2009). Pada langkah ini bidan


31

melaksanakan langsung tindakan yang telah direncanakan pada akseptor

KB Implan dengan Amenore menurut (Saifuddin, 2006), adalah :

a. Memastikan hamil atau tidak, dan bila tidak hamil, tidak perlu

penanganan khusus, cukup konseling.

b. Menganjurkan ibu untuk ganti kontrasepsi lain apabila ibu tidak

terima dengan kondisi saat ini.

c. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi Norelut

5 mg 2 x 1 selama 7 hari jika ibu tetap ingin menggunakan KB

implan dan ingin mentruasi.

d. Mencabut implan apabila terjadi kehamilan, dan memberitahu ibu

bahwa progestin tidak berbahaya bagi janin.

Langkah VII : Evaluasi

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita

berikan kepada pasien, kita mengacu kepada beberapa pertimbangan

seperti tujuan asuhan kebidanan, efektifitas tindakan untuk mengatasi

masalah, dan hasil asuhan (Sulistyawati, 2009).

Evaluasi yang ingin dicapai pada akseptor KB Implan dengan Amenore

yaitu :

a. Klien sudah tahu bahwa amenore adalah efek samping KB Implan.

b. Sudah dilakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi

dan ibu tetap memakai KB Implan.


32

Data perkembangan

Menurut Walyani (2015), SOAP merupakan singkatan dari:

S : Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian pengumpulan data klien melalui

anamnesa (Walyani, 2015).

O : Objektif

Mengambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, hasil tes

laboratorium,dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus

untuk mendukung assesment (Walyani, 2015).

A : Assesment

Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi

subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan

(Walyani, 2015).

P : Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi

berdasarkan assesment (Walyani, 2015).

C. Landasan Hukum

Menurut Permenkes Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 pasal 9 bidan

dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan

meliputi :

1. Pelayanan kesehatan ibu.

2. Pelayanan kesehatan anak.


33

3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Pasal 12 bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana sebagai dimaksud dalam pasal 9 c,

berwenang untuk :

1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan

dan keluarga berencana dan

2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.

Pasal 13 selain kewenangan sbagaimana dimaksud dalam pasal 10,

pasal 11, dan pasal 2 bidan yang menjalankan program pemerintah

berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi:

1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan

memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit.

2. Pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit hanya dapat dilakukan oleh bidan

yang dilatih.
BAB III

METODOLOGI STUDI KASUS

A. Jenis Studi

Jenis studi yang digunakan penulis adalah studi kasus. Studi kasus

adalah melakukan penelitian yang rinci tentang seseorang atau suatu unit

selam kurun waktu tertentu. Metode deskriptif yaitu metode penelitian yang

digunakan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif

keadaan objektif (Notoatmodjo, 2012).Studi kasus ini menggambarkan

tentang Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. T umur 38 tahun

P2A0 akseptor KB Implan dengan Amenore dengan menggunakan asuhan

kebidanan menurut tujuh langkah Varney.

B. Lokasi Studi

Lokasi studi menjelaskan tempat atau lokasi tersebut dilakukan

(Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini telah dilaksanakan di Puskesmas Plupuh

II Sragen.

C. Subjek Studi

Subjek merupakan orang yang dijadikan sebagai pasien untuk

mengambil kasus (Arikunto, 2013). Subjek yang telah dilaksanakan

padakasus ini adalah Ny. T umur 38 tahun P2A0 akseptor KB Implan dengan

Amenore.

34
35

D. Waktu Studi

Waktu studi kasus adalah waktu yang dibutuhkan penulis untuk

mendapatkan data penelitian yang dilaksanakan sampai batas yang ditentukan

(Nursalam, 2008). Studi kasus ini telah dilaksanakan pada bulan Desember

2015sampaiJuni 2016.

E. Instrumen Studi

Instrumen adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan

data (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini instrumen yang digunakan untuk

mendapatkan data adalah format asuhan kebidanan keluargaberencana

menurut tujuh langkah Varney dan SOAP dalam bentuk data perkembangan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Tekik pengumpulan data pada klien adalah dengan cara mengambil data

primer dan data sekunder

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian

dengan mengenakan alat pengukur atau alat pengambil data, langsung

pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Saryono, 2011).

Data primer diperoleh dengan cara :

a. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui empat teknik yaitu :


36

1) Inspeksi

Inspeksi merupakan proses observasi yang dilakukan secara

sistematik. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indra

penglihatan, pendengaran, dan penciuman sebagai alat untuk

mengumpulkan data (Nursalam, 2008). Inspeksi dilakukan

secara berurutan dari kepala sampai kaki.

2) Palpasi

Palpasi merupakan teknik pemeriksaan yang menggunakan

indra peraba (Nursalam, 2008). Dalam kasus akseptor KB

Implan dengan Amenoredilakukan palpasi abdomen untuk

memastikan apakah ibu hamil atau tidak.

3) Perkusi

Perkusi merupakan teknik pemeriksaan dengan mengetuk-

ngetukan jari perawat (sebagai alat untuk menghasilkan suara)

ke bagian tubuh klien yang akan dikaji untuk membandingkan

bagian yang kiri dengan yang kanan (Nursalam, 2008). Pada

kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan.

4) Auskultasi

Auskultasi merupakan teknik pemeriksaan dengan

menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang

dihasilkan oleh tubuh (Nursalam, 2008). Pada kasus implan

dengan amenoredilakukan untuk memeriksa tekanan darah ibu

normal atau tidak.


37

b. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mewawancarai langsung responden yang diteliti, sehingga metode

ini memberikan hasil secara langsung (Hidayat, 2010). Pada studi

kasus ini wawancara dilakukan secara langsung pada Ny. T umur

38 tahun P2A0 akseptor KB Implan dengan Amenore.

c. Pengamatan

Pengamatan merupakan cara pengumpulan data dengan

mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden

penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti

(Hidayat, 2010).

PadakasusImplandenganamenoredilakukanpengamatantentangkead

aanumum, tanda-tanda vital,

pemeriksaankehamilanuntukmengetahuisebabdariamenorekarenaha

milatautidak.

2. Data Sekunder

Menurut Saryono (2011), data sekunder adalah data yang diperoleh

lewat pihak lain, tidak langsung (pemeriksaan laboratorium,

pemeriksaan kedokteran khusus, CT Scan, Foto Rontgen, USG dan

lain-lain). Data sekunder diperoleh dengan cara :

a. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah setiap bahan yag tertulis yang

dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik


38

(Arikunto, 2013). Dalam studi kasus ini, dokumentasi dilakukan

dengan cara pengumpulan data Ny. T umur 38 tahun P2A0 akseptor

KB Implan dengan Amenore yang diambil dari rekam medik di

Puskesmas Plupuh II Sragen.

b. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan kegiatan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti dalam rangka mencari landasan teori dari

permasalahan penelitian (Hidayat, 2007). Pada kasus ini studi

kepustakaan berupa buku-buku referensi, artikel internet, karya

ilmiah yang terdahulu, dan sumber pustaka lainya yang menunjang

studi kasus ini dari tahun 2006-2015

G. Alat-alat yang dibutuhkan

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data antara lain :

1. Alat dan bahan pengambilan data :

a. Format pengkajian pada akseptor KB Implan (askeb).

b. Buku tulis

c. Bolpoint

2. Alat dan bahan melakukan pemeriksaan dan observasi

a. Spighomanometer

b. Stetoskop

c. Thermometer

d. Timbangan berat badan


39

e. Pengukur tinggi badan

f. Sarung tangan

3. Alat untuk pendokumentasian

a. Buku tulis

b. Bolpoint

c. Lembar Askeb

H. Jadwal Studi Kasus

Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai

menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian,

beserta waktu berjalan atau berlangsunnya tiap kegiatan tersebut

(Notoatmodjo, 2012). Jadwal studi kasus terlampir.


40

BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian

Tanggal : 25 Maret 2016 Pukul: 09.50 WIB

a. Identitas Pasien Identitas Suami

1) Nama : Ny. T Nama : Tn. S

2) Umur : 38 Tahun Umur : 45 Tahun

3) Agama : Islam Agama : Islam

4) Suku Bangsa :Indonesia Suku Bangsa : Indonesia

5) Pendidikan : SMA Pendidikan : SD

6) Pekerjaan :IRT Pekerjaan : Swasta

7) Alamat : Jabung RT 2/ RW 5Plupuh Sragen

b. Anamnesa (Data Subjektif)

Tanggal : 25 Maret 2016 Pukul : 09.55 WIB

1) Alasan utama masuk

Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaannya.

2) Keluhan Utama

Ibu mengatakan tidak menstruasi selama 4 bulan dan

menggunakan KB Implan sejak tanggal 3 Agustus 2015


41

menstruasi terakhir tanggal 27 November 2015 dan ibu merasa

cemas dengan keadaannya saat ini.


42

3) Riwayat Menstruasi

a) Menarche : Ibu mengatakan umur 12 tahun.

b) Siklus : Ibu mengatakan siklusnya 28 hari.

c) Lama : Ibu mengatakan lamanya 5 hari.

d) Banyaknya : Ibu mengatakan 2 kali ganti pembalut per

hari.

e) Teratur/tidak : Ibu mengatakan menstruasinya teratur.

h. Sifat darah : Ibu mengatakan darahnya encer,

warnanya merah segar.

i. Disminorhoe : Ibu mengatakan nyeri haid pada hari

pertama.

4) Riwayat Perkawinan

Status perkawinan sah, kawin satu kali umur 18 tahun dengan

suami umur 25 tahun lamanya 20 tahun dengan anak 2 orang.

5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

No Tahun Tempat UKM Jenis Penolong JK BB PB Nifas Laktasi Keadaan

Partus Partus Partus (CM) Kead anak

1 1997 BPM 39 Normal Bidan P 3200 50 Baik Baik Hidup

2 2003 BPM 39 Normal Bidan L 3000 49 Baik Baik Hidup

6) Riwayat KB

Ibu mengatakan setelahanakpertamapernah menggunakan KB

suntik 1 bulan selama 3 tahun berhenti karena ibu mengalami


43

perdarahan banyak, KB pil selama 2 tahun berhenti karena ingin

hamil lagi, setelahkelahirananak ke-2 kemudian menggunakan

KB suntik 3 bulan selama 5 tahun ganti karena ibu mengalami

peningkatan berat badan, kemudian ibu mengunakan KB pil

selama 1,5 tahun ganti karena ingin KB jangka panjang,

kemudian ibu menggunakan KB Implan sejak 7 bulan yang lalu

dan selama 4 bulan terakhir menggunakan KB Implan ibu

mengalami Amenore.

7) Riwayat penyakit

a) Riwayat penyakit sekarang : Ibu mengatakan tidak

menstruasi selama 4 bulan, menstruasi terakhir tanggal 27

November 2015.

b) Riwayat penyakit sistemik

(1) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan

jantung berdebar kencang, tidak mudah

capek, dan tidak pernah berkeringat dingin

pada telapak tangan.

(2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah merasa sakit

pada punggung bagian bawah, tidak

pernah sakit saat buang air kecil.

(3) Asma : Ibu mengatakan tidak pernah tiba-tiba

sesak nafas atau nafas megapmegap.


44

(4) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk

berkepanjangan ± 3 bulan disertai keluar

keringat dingin dari telapak tangannya.

(5) Hepatitis : ibu mengatakan selama ini tidak pernah

terlihat kuning pada sclera mata dan ujung

kuku.

(6) DM : Ibu mengatakan tidak pernah sering

makan dan minum banyak, dan sering

buang air kecil pada malam hari ± 6-7

hari.

(7) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah mempunyai

tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.

(8) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak menderita penyakit

apapun.

c) Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengatakan baik dari pihak istri maupun suami tidak

ada riwayat penyakit menurun seperti hipertensi, DM dan

riwayat penyakit menular seperti hepatitis dan epilepsi.

d) Riwayat keturunan kembar

Ibu mengatakan baik dari keluarganya maupun suaminya

tidak memiliki riwayat keturunan kembar.

e) Riwayat Operasi

Ibu mengatakan belum pernah melakukan operasi.


45

8) Riwayat Psikologis

Ibu mengatakan cemas terhadap keadaannya sekarang ini.

9) pola kebiasaan sehari-hari

a) Pola nutrisi : Ibu mengatakan makan sehari 3 kali,

porsi sedang (nasi, lauk pauk, sayur

dan buah) dan minum ± 5 gelas air

putih.

b) Eliminasi : Ibu mengatakan BAK ± 4-5 kali

sehari warna putih kekuningan,

BAB 1 kali sehari konsistensi padat.

c) istirahat : Ibu mengatakan tidur siang ± 2 jam,

tidur malam ± 8 jam.

d) Aktifitas :Ibumengatakan mengerjakan

pekerjaan rumah sendiri tanpa

bantuan.

e) Personal hygiene : Ibu mengatakan mandi sehari 2 kali,

gosokgigi 2 kali, gantibaju 2 kali

seharidankeramas 3 kali seminggu.

f) Pola seksual : Ibu mengatakan selama Amenore

tidak melakukan hubungan seksual.

g) Keadaan psikologis : ibu mengatakan cemas dengan

keadaannya.
46

c. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)

1) Status Generalis

a) Keadaan umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis

c) Tekanan darah : 110/70 mmHg

d) Nadi : 78x/menit.

e) Respirasi : 23x/menit

f) Suhu : 36,7 0 C

g) Berat badan : 58 kg

h) Tinggi badan : 155 cm

2) Pemeriksaan sistematis

a) Kepala

(1) Rambut :Bersih, warna hitam, tidak rontok,

tidak berketombe.

(2) Muka : Tidak pucat, tidak ada oedema.

(3) Mata

(a) Oedema : Tidak ada oedema

(a) Conjungtiva: Warna merah muda

(b) Sklera : Warna putih

(4) Hidung : Bersih, tidak ada benjolan

(5) Telinga : Bersih , simetris, tidak ada serumen

(6) Mulut/gigi/gusi : Mulut bersih, tidak ada stomatitis,

gigi tidak caries, gusi tidak berdarah.


47

b) Leher

(1) Kelenjar gondok : Tidak ada benjolan

(2) Tumor : Tidak adatumor

(3) Pembesaran kelenjar limfe :Tidak ada

pembesaran kelenjar

limfe.

c) Dada dan axilla

(1)Mammae

(a) Pembengkakan : Tidak ada

pembengkakan

(b) Tumor : Tidak ada

benjolan

(c) Simetris : Simetris kanan kiri

(2)Axilla

(a) Benjolan : Tidak ada benjolan

(b) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan

d) Ekstremitas

(1) Varises : tidak dilakukan

(2) Oedema : tidak dilakukan

(3) Reflekpatella : tidak dilakukan

3) Pemeriksaan Khusus

a) Abdom

en
48

(1) Pembesaran hati : Tidak dilakukan

(2) Benjolan / tumor : Tidak ada benjolan

(3) Nyeri Tekan : Tidak ada nyeri tekan

(4) Pembesaran uterus : tidak ada pembesaran uterus

(5) Luka bekas operasi : tidak ada luka bekas operasi

b) Anogenital

(1) Vulva vagina

(a) Varises : tidak ada varises

(b) Luka : tidak ada bekas

luka

(c) Kemerahan : tidak ada kemerahan

(d) Nyeri : tidak ada nyeri

tekan

(e) Pengeluaran pervaginam : tidak ada

(2) Inspekulo

(a) Porsio : tidak dilakukan

(b) Erosi : tidak dilakukan

(c) Tanda-tanda radang : tidak dilakukan

(3) Pemeriksaan dalam

(a) Porsio : tidak dilakukan

(b) Posisi uterus : tidak dilakukan

(c) Tumor / benjolan : tidak dilakukan

(d) Nyeri : tidak dilakukan


49

(4) Anus

(a) Haemoroid : tidak dilakukan

(b) Keluhan lain : tidak dilakukan

4) Pemeriksaan penunjang

a) Pemeriksaan laboratorium : PP Tes Negatif

b) Pemeriksaan penunjang : tidak dilakukan

II. Interpretasi Data

Tanggal : 25 Maret 2016 Pukul : 10.10 WIB

a. Diagnosa Kebidanan

Ny. T umur 38 tahun P2A0 akseptor KB Implan dengan Amenore.

Data Dasar

Data Subjektif

1) Ibu mengatakan berumur 38 tahun.

2) Ibu mengatakan telah menggunakan KB Implan.

3) Ibu mengatakan tidak menstruasi ± 4 bulan.

4) Ibu mengatakan pernah melahirkan 2 kali dan belum pernah

keguguran.

5) Ibu mengatakan pernah menggunakan KB Suntik 1 bulan, pil,

suntik 3 bulan dan Implan.

6) Ibu mengatakan cemas dengan keadaannya saat ini.

Data Objektif

Pemeriksaan fisik
50

1) Keadaan umum : baik

2) Kesadaran : composmentis

3) Vital sign :TD : 110/70 mmHg R : 23 x/menit

N :78 x/menit S : 36,7 0 C

4) Palpasi abdomen tidak ada nyeri dan tidak ada pembesaran

uterus.

5) PP Test : Negatif.

b. Masalah

Ibu merasa cemas sehubungan dengan tidak terjadinya menstruasi

yang dialaminya.

c. Kebutuhan

KIE tentang tidak terjadinya menstruasi dan berikan dukungan moril.

III. Diagnosa Potensial

Tidak ada

IV. Tindakan Segera

Tidak ada

V. Perencanaan

Tanggal : 25 Maret 2016 pukul : 10.15 WIB

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan.


51

2. Beri KIE tentang efek samping KB Implan dan beri penjelasan

mengenai amenore.

3. Beri KIE tentang personal hygiene.

4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.

5. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang jika ada keluhan dan akan

dilakukan kunjungan rumah.

VI. Pelaksanaan

Tanggal : 25 Maret 2016 Pukul : 10.20 WIB

1. Pukul 10.20 WIB, Memberitahu ibu hasil pemeriksaan

a. Tekanan darah : 110/70 mmHg

b. Nadi : 78 x/menit

c. Suhu : 36,7 0 C

d. Pernapasan : 23 x/menit

e. Pemeriksaan abdomen : tidak ada pembesaran uterus (tidak

terjadi kehamilan).

f. PP Test : Negatif

2. Pukul 10.25 WIB, Memberikan KIE tentang efek samping KB

Implan yaitu penambahan berat badan, ekspulsi implan, infeksi pada

luka insisi, dan gangguan siklus menstruasi dan memberikan

penjelasan tentang amenore yaitu tidak mendapatkan menstruasi,

penyebabnya adalah karena ketidakseimbangan hormon pada tahun

pertama.
52

3. Pukul 10.30 WIB, Memberikan KIE tentang personal hygiene

terutama daerah kemaluannya dan mengajarkan cara cebok yang

benar yaitu dengan membasuh alat genetalia dengan air bersih dari

arah depan kebelakang.

4. Pukul 10.35 WIB, Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk

pemberian terapi Norelut 5 mg 2x1 selama 7 hari ( berisi hormon

progesteron ).

5. Pukul 10.40 WIB, Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan

ulang jika ada keluhan dan akan dilakukan kunjungan rumah pada

tanggal 29 Maret 2016.

VII.Evaluasi

Tanggal : 25 Maret 2016 pukul : 10.45 WIB

1. Ibu mengerti hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

2. Ibu mengerti tentang efek samping KB Implan dan penjelasan

tentang amenore.

3. Ibu bersedia menjaga personal hygiene terutama daerah kemaluan

seperti yang telah di sarankan.

4. Ibu telah diberikan terapi.

5. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang bila ada keluhan dan akan

dilakukan kunjungan rumah pada tanggal 29 Maret 2016.


53

DATA PERKEMBANGAN 1

Kunjungan Rumah 1

Tanggal : 29 Maret 2016 Pukul : 15.45 WIB

Tempat : Jabung RT 2/ RW 5Plupuh Sragen

S : Subjektif

1. Ibu mengatakan belum mendapat menstruasi.

2. Ibu mengatakan masih merasa cemas.

O : Objektif

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : composmentis

3. Vital sign

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Nadi : 79 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36,6 0 C

4. Pengeluaranpervaginam: tidak adapengeluaran darah padacelanadalam

A : Assesment

Ny. T umur 38 tahun P2A0 Akseptor KB Implan dengan Amenore hari ke 4

P : Planning

Tanggal : 29 Maret 2016 Pukul : 16.05 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

2. Mengingatkan ulang ibu tentang efek samping KB

Implanuntukmengatasi rasa cemas.


54

3. Menganjurkan ibu untuk tetap melanjutkan minum obatNorelut 2 x 1.

4. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang bila ada keluhan.

Evaluasi

Tanggal : 29 Maret 2016 Pukul : 16.15 WIB

1. Ibu mengerti hasil pemeriksaan

Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis

TTV :TD :100/70 mmHg N : 79 x/menit

R : 20 x/menit S : 36,6 0 C

2. Ibu sudah merasa lebih paham dengan efek samping dari KB Implan.

3. Ibu bersediatetapmelanjutkan minum obat yang masihtersisa.

4. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang bila ada keluhan.


55

DATA PERKEMBANGAN II

Kunjungan Rumah 2

Tanggal : 2 April 2016 Pukul : 16.10 WIB

Tempat : Jabung RT 2/ RW 5Plupuh Sragen.

S : Subjektif

1. Ibu mengatakan sudahmenstruasi tanggal 1 April 2016, gantipembalut 3

kali sehari, darahberwarnamerahencer tidak bercampur

gumpalandantidaknyeriperutbagianbawah.

2. Ibu mengatakan sudah tidak cemas.

O : Objektif

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. Vital Sign

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Nadi :78 x/menit

Pernapasan :22 x/menit

Suhu :36,7 0 C

4. Pemeriksaan Inspeksi

a. Mata

1) Conjungtiva : berwarna merah muda

2) Sklera : putih
56

b. Pengeluaranpervaginam : ada,

warnamerahencertidakbercampurgumpalan,

tidaknyeriperutbagianbawah, gantipembalut 3 kali sehari.

A : Assesment

Ny. T umur 38 tahun P2A0 Akseptor KB Implan denganriwayatAmenore.

P : Planning

Tanggal : 2 April 2016 Pukul : 16.30 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan.

2. Menanyakan pada ibu apakah merasanyamandantetap ingin menggunakan

alat kontrasepsi Implan atau memilih menggunakan alat kontrasepsi

metode lain.

3. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang bila ada keluhan.

Evaluasi

Tanggal : 2 April 2016

1. Ibu mengerti hasil pemeriksaan

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

TTV :TD :120/70 mmHg R : 22 x/menit

N :78 x/menit S :36,7 0 C

2. Ibu merasanyamandantetap mengggunakan KB Implan.

3. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang bila ada keluhan.


57

B. PEMBAHASAN KASUS

Setelah penulis menerapkan manajemen kebidanan Varney pada Ny.

Tumur 38 tahun P2A0 akseptor KB Implan dengan Amenore maka penulis

akan menjelaskan kesenjangan yang terjadi dan menarik kesimpulan dengan

menggunakan 7 Langkah Varney sebagai berikut :

1. Pengkajian

Pada kasus ini pengkajian dilakukan dari tanggal 25 Maret 2016

diperoleh data subjektif yaitu ibu mengatakan tidak mendapat menstruasi

± 4 bulan,menstruasi terakhir tanggal 27 November 2015. Sedangkan

pada data objektif dilakukan pemeriksaan, antara lain : keadaan umum

ibu baik, kesadaran composmentis, vital sign : TD : 110/70 mmHg, N: 78


0
x/menit, R: 23 x/menit, S : 36,7 C. Palpasi abdomen tidak nyeri dan

tidak ada pembesaran uterus, pengeluaranpervaginam tidak ada, dan data

penunjang hasil pemeriksaan PP Test negatif.

Menurut Sari (2012), data subjektif adalah informasi yang dicatat

mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara

langsung kepada pasien/klien (anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga

kesehatan dan data objektif adalah pencatatan dilakukan dari hasil

pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan, dan data penunjang

yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium (seperti pemeriksaan

radio diagnostik atau USG) yang dilakukan sesuai dengan beratnya

masalah.
58

Pada langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan

praktek.

2. Interpretasi Data

Data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menurut diagnosa

kebidanan, masalah dan kebutuhan, pada langkah ini maka diagnosa

kebidanan yang muncul yaitu Ny. T umur 38 tahun P2A0 akseptor KB

Implan dengan Amenore. Disertai rasa cemas sehubungan tidak

menstruasi yang dialaminya maka kebutuhan yang diberikan adalah KIE

tentang tidak terjadinya menstruasi dan dukungan moril.

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), diagnosa kebidanan adalah

dapat ditegakkan yang berkaitan para, abortus, umur ibu, dan pengkajian

yang menyertai diagnosa. Masalah yang muncul pada pasien dengan

amenore berkaitan dengan kekhawatiran pasien terhadap keadaan yang

dialami. Hal ini muncul karena kurangnya pengetahuan pasien tentang

amenore maupun siklus menstruasi. Sedangkan kebutuhan dukungan

moril serta informasi tentang kasus dan penatalaksanaan amenore.

Maka dapat ditarik kesimpulan pada langkah ini tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan kasus.

3. Diagnosa Potensial

Pada kasus Ny. T umur 38 tahun P2A0 akseptor KB Implan dengan

Amenore tidak ada diagnosa potensial karena hanya efek samping dari

penggunaan KB dan biasanya terjadi pada tahun pertama.


59

Menurut Sulistyawati (2010), diagnosa potensial pada kasus Ny. T umur

38 tahun P2A0 akseptor KB Implan dengan Amenore tidak ada.

Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktek.

4. Antisipasi

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), antisipasi pada kasus

akseptor KB Implan dengan Amenore tidak ada dan pada prakteknya

juga tidak ada.

Pada langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori

dengan praktek.

5. Perencanaan

Dalam kasus Ny. T umur 38 tahun P2A0 akseptor KB Implan dengan

Amenorerencana tindakannya adalah menjelaskan pemeriksaan yang

telah dilakukan, beri KIE efek samping KB Implan, beri KIE personal

hygine, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi melakukan

kunjungan ulang jika da keluhan dan beritahu akan dilakukan kunjungan

rumah.

Menurut Saiffudin (2006), rencana tidakan meliputi Pastikan hamil atau

tidak, dan bila tidak hamil tidak perlu penanganan khusus, cukup

konseling saja, anjurkan ibu untuk ganti kontrasepsi lain jika ibu tidak

terima dengan kondisi saat ini, berkolaborasi dengan dokter untuk

pemberian terapi Norelut 5 mg 2 x 1 selama 7 hari jika ibu tetap ingin

memakai KB implan dan ingin menstruasi,bila terjadi kehamilan dan


60

klien ingin melanjutkan kehamilan, cabut implan dan jelaskan, bahwa

progestin tidak berbahaya bagi janin.

Pada tahap ini tidakterdapat kesenjangan antara teori dengan praktek.

6. Implementasi

Pada langkah ini dilakukan tindakan sesuai dengan perencanaan yaitu

menjelaskan hasil pemeriksaan, KIE efek samping KB Implan, KIE

personal hygiene, memberikan terapi obat dan kunjungan ulang jika ada

keluhan dan akan ada kunjungan rumah.

Menurut Saiffudin (2006), rencana tindakan meliputi memastikan hamil

atau tidak, dan bila tidak hamil tidak perlu penanganan khusus, cukup

konseling saja, menganjurkan ibu untuk ganti kontrasepsi lain jika ibu

tidak terima dengan kondisi saat ini, melakukan kolaborasi dengan dokter

untuk pemberian terapi Norelut 5 mg 2 x 1 selama 7 hari ( berisi hormon

progesteron ) jika ibu tetap ingin memakai KB implan dan ingin

menstruasi,bila terjadi kehamilan dan klien ingin melanjutkan kehamilan,

cabut implan dan jelaskan, bahwa progestin tidak berbahaya bagi janin.

Pada tahap ini tidakterdapat kesenjangan antara teori dengan praktek.

7. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan asuhan, langkah selanjutnya melakukan

evaluasi untuk menilai keefektifan dari asuhan pada Ny. T umur 38 tahun

P2A0 akseptor KB Implan dengan Amenore selama 7 hari, dimulai dari

tanggal 25 Maret 2016 sampai 2 April 2016 diperoleh hasil keadaan

umum baik, tidak ada masalah potensial yang muncul, ibu sudah tidak
61

cemas, sudah mendapat menstruasi tanggal 1 April 2016, ibu bersedia

datang ke tenaga kesehatan bila ada keluhan dan ibu merasa nyaman dan

tetap menggunakan KB Implan.

BAB V
62

PENUTUP

Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. T umur 38 tahun

P2A0akseptor KB Implan dengan Amenore di Puskesmas Plupuh II Sragen, maka

dapat diambil beberapakesimpulan dan saran untuk meningkatkan Asuhan

Kebidanan khususnya untuk akseptor KB Implan dengan Amenore.

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan dengan menggunakan

manajemen kebidanan menurut Varney pada akseptor KB Implan dengan

Amenore maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

1. Pengkajian akseptor KB Implan dengan Amenore diperoleh dari data

subjektif dan data objektif. Dari data subjektif diperoleh dari hasil

wawancara pasien beserta keluarga pasien dimana keluhan utama adalah

ibu mengatakan tidak mendapatkan menstruasi ± 4 bulan, menstruasi

terakhir tanggal 27 November 2015 dan ibu merasa cemas dengan

keadaannya saat ini, sedangkan data objektif diperoleh dari hasil

pemeriksaan fisik, keadaan ibu, palpasi abdomen tidak nyeri dan tidak

ada pembesaran uterus, dan data hasil PP Tes Negatif.

2. Interpretasi data diperoleh dari pengumpulan data yang diambil dari

pengkajian sehingga didapatkan diagnosa yang tepat yaitu Ny. T umur 38

tahun P2A0akseptor KB Implan dengan Amenore. Dimana timbul


63

masalah kecemasan karena tidak terjadi menstruasi yang dialaminya

sehingga diberi kebutuhan berupa penjelasan tentang efek samping KB

Implan terutama tentang Amenore.

3. Pada kasus Ny. T akseptor KB Implan dengan Amenore diagnosa

potensialnya tidak ada.

4. Antisipasi pada Ny. T akseptor KB Implan dengan Amenore tidak ada.

5. Rencana tindakan yaitu jelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan,

beri KIE tentang efek samping KB Implan, KIE personal hygiene, beri

terapi obat, beritahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang jika ada

keluhan dan akan dilakukan kunjungan rumah, tanyakan apakah tetap

menggunakan KB Implan atau memilih menggunakan metode kontrasepsi

lain.

6. Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

7. Evaluasi dari asuhan yang diberikan pada Ny. T selama 7 hari di peroleh

hasil keadaan umum baik, tidak ada masalah potensial yang muncul, ibu

sudah tidak cemas, sudah mendapatkan menstruasi, ibu bersedia datang

ke sarana kesehatan bila ada keluhan dan ibu tetap menggunakan KB

Implan.

8. Pada kasus Ny. T umur 38 tahun P2A0akseptor KB Implan dengan

Amenoretidakterdapat kesenjangan antara teori dengan praktek.

.
64

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas perlu adanya upaya untuk meningkatkan

pelayanan yang lebih baik. Oleh karena itu penulis memberikan saran sebagai

berikut :

1. Penulis

Diharapkan dari hasil studi kasus ini dapat meningkatkan pengetahuan

dan kemampuan penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada

akseptor KB Implan dengan Amenore.

2. Profesi

Diharapkan bidan dapat lebih meningkatkan wawasan bagi profesi atau

tenaga kesehatan lainnya dalam menangani kasus atau melaksanakan

asuhan kebidanan khususnya pada akseptor KB Implan dengan Amenore.

3. Institusi

a. Puskesmas

Diharapkan dapat memberikan pelayanan yang maksimal dengan

cara meningkatkan mutu pelayanan dengan manajemen kebidanan

secara tepat dan profesional, sehingga pasien merasa puas dan

nyaman dengan hasil pelayanan yang diberikan.

b. Pendidikan

Bagi pendidikan dapat dijadikan referensi tambahan secara alternatif

pemecahan masalah dan untuk membandingkan teori yang telah

dipelajari dibangku kuliah dan kenyataan di lapangan.


DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E.R, Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Nuha


Medika.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka


Cipta.

Arum, N.D, Sujiatini. 2011. Paduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Jogjakarta:


Nuha Medika.

BKKBN, 2013. Hasil Pelaksanaan Sub Sistem Pencatatan Dan Pelaporan


Pelayanan Kontrasepsi. (online).Available :
https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=CdJWVvy9CZKxuATu06
HwAg#q=jurnal+bkkbn+2013. Akses 20 November 2015

Fajarini, S.P. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Ny. X Umur 38 Tahun P 3A0
Akseptor Keluarga Berencana Implan Dengan Amenorea Di Puskesmas
Ngoresan. Universitas Sebelas Maret.Surakarta.

Hidayat, A.A.A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A.A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.

Irianto, K. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana Dua Anak Cukup. Bandung:


Alfabeta.

Kepmenkes, 2010. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1464/Per/X/2010. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Mulyani, N.S. 2013. Keluarga Berencana Dan Alat Kontrasepsi. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam, 2008. Proses Dan Dokumentasi Keperawatan Konsep Dan Praktik.


Jakarta: Salemba Medika.
Proverawati, A, Misaroh, S. 2009. Menarche. Yogyakarta: Nuha Medika.

Rukiyah, A.Y. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: CV.Trans Info Media

Saifuddin, A.B. 2006. Buku Paduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 2.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sari, N.R. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:


Salemba Medika.

Suratun, Maryani, S, Hartini, T, Rusmiati, Pinem, S. 2013. Pelayanan Keluarga


Berencana Dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Walyani, E.S. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka


Baru Press.

Anda mungkin juga menyukai