I
DENGAN LABIOSKIZIS DI RS PANTI WALUYO
SURAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh
Disusun Oleh
HALAMAN PERSETUJUAN
Diajukan Oleh :
Tika Aprillia Zahraul Fauziah
NIM B12048
Juni 2015
Pembimbing
ii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BY. NY. I
DENGAN LABIOSKIZIS DI RS PANTI WALUYO
SURAKARTA
Juli 2015
Penguji I
Penguji II
NIK 200580012
NIK 200886033
iii
KATA PENGANTAR
Surakarta,
Penulis
iv
Juli 2015
Latar Belakang : Hasil Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) 2007, Angka
Kematian Bayi menurun dari 97 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1991
menjadi 44 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 dan pada tahun 2010
menjadi 29 per 1.000 kelahiran hidup (Nurjanah, dkk.2013). AKB di Provinsi
Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 10,75/1.000 kelahiran hidup dibanding pada
tahun 2011 sebesar 10,34/1.000 kelahiran hidup. Data studi pendahuluan di RS
Panti Waluyo Surakarta bulan september 2013-september 2014 tercatat data 1.649
kelahiran, dan dari jumlah tersebut terdapat 2 bayi Labioskizis (0,12 %). Sehingga
mahasiswa tertarik untuk memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan Labioskizis karena masih sangat jarang ditemukan
Tujuan : Untuk memberikan asuhan kebidanan Bayi Baru Lahir pada By. Ny. I
dengan labioskizis di RS Panti Waluyo menggunakan 7 langkah Varney.
Metode : Jenis laporan ini adalah laporan studi kasus dengan menggunakan
metode deskriptif yaitu metode penelitian yang digunakan dengan tujuan utama
untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo,
2010). Studi kasus ini akan mendeskripsikan tentang asuhan kebidanan bayi baru
lahir pada By. Ny. I dengan Labioskizis di RS Panti Waluyo Surakarta.
Hasil : Asuhan kebidanan yang telah diberikan pada By. Ny. I meliputi observasi
KU dan vital sign, memberikan informasi kepada Ny. I bahwa By. Ny. I akan
puasa 6 jam pre operasi. Dalam pelaksanaan disesuaikan dengan perencanaan
yang telah disesuaikan dengan masalah yang ada dan diagnosis yang diperoleh
dari diagnosa kebidanan. Pada pelaksanaan tidak terjadi kesenjangan. Dan
evaluasi pada By. Ny. I adalah bayi sudah dapat minum PASI menggunakan botol
peras dengan dot panjang sebanyak 40 cc, reflex menghisap sudah ada, labioskizis
tertutup kassa steril selama 7 hari.
Kesimpulan : Dari asuhan kebidanan yang telah dilakukan maka didapatkan
kesimpulan bayi telah di operasi bibir sumbing dan KU bayi baik.
MOTTO
1. Always be yourself and do your best at any moment that you have
2. Belajar dari kesalahan di masa lalu, mencoba dengan cara yang berbeda
dan selalu berharap untuk sebuah kesuksesan di masa depan
3. Visi tanpa tindakan hanyalah sebuah mimpi. Tindakan tanpa visi hanyalah
membuang waktu. Visi dengan tindakan mampu mengubah kehidupan
yang lebih bermanfaat
4. Kecerdasan bukan penentu kesuksesan tetapi kerja keras merupakan
penentu kesuksesanmu yang sebenarnya
PERSEMBAHAN
1. Orang tuaku yang selalu memberikan doa yang tiada henti-hentinya untuk
saya dan semangat moral dan moril
2. Saudaraku, keluargaku dan orang-orang terdekatku yang memberikan
semangat dan doanya
3. Sahabatku tersayang Tika Anisa, Tri Novita Handayani, Tri Yuli Astuti
dan teman-teman semua yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Terima kasih untuk semangatnya
4. Dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah Ibu Ernawati, SST., M.Kes, terima
kasih atas bimbingannya
5. Seluruh dosen di STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas
bimbingannya
vi
CURICULUM VITAE
Nama
Tempat/Tanggal Lahir
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Riwayat Pendidikan
1.
SD N 1 Gabugan
2.
3.
SMA N 1 Sukodono
4.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
ii
iii
iv
vi
vii
viii
xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ............................................................................
2. Labioskizis.......................................................................
13
18
19
31
33
34
34
36
viii
36
38
39
39
39
40
40
40
43
44
45
1.
Pengkajian .......................................................................
45
2.
52
3.
54
4.
54
5.
55
6.
Pelaksanaan ....................................................................
55
7.
Evaluasi ...........................................................................
56
B. PEMBAHASAN.....................................................................
63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................
68
B. Saran ......................................................................................
70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
13
16
49
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan masalah
yaitu Bagaimana Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada By. Ny. I dengan
Labioskizis di RS Panti Waluyo Surakarta?
Perbedaan dari kedua keaslian kasus tersebut dengan studi kasus yang
dilakukan peneliti adalah terletak pada subjektif, tempat, waktu, pasien
dan terapi obat. Persamaan dari kedua keaslian adalah terletak pada kasus
yang mengenai Labioskizis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1.
Pengertian
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai dengan
4000 gram (Arief, 2009).
b.
terkena kotoran / feses, maka tali pusat harus dicuci dengan sabun
dan air bersih kemudian dikeringkan ( Muslihatun, 2010).
Upaya untuk mencegah terjadinya infeksi pada tali pusat,
antara lain dengan cara sebagai berikut :
1) Mencuci tali pusat dengan air bersih dan sabun (pemakaian
alkohol dapat menunda penyembuhan)
2) Menghindari membungkus tali pusat
3) Melakukan skin to skin contact dengan kulit ibu
(Muslihatun, 2010).
Pemeriksaan awal terhadap bayi baru lahir, yaitu :
1) Fontanel yaitu pemeriksaan dilakukan terhadap lebar dan
ketegangannya.
2) Mata
Pemeriksaan mata berfungsi untuk memastikan tanda infeksi
atau kelainan. Selain itu diberikan tetes mata dengan eritromisin
atau nitras 1%.
3) Pemeriksaan daun telinga
Pemeriksaan ini untuk memastikan kenormalan dan adanya
cairan yang keluar dari liang telinga.
4) Bibir dan palatum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan ada tidaknya
labioskizis dan palatoskizis. Pemeriksaan ini penting saat
memberi ASI agar tidak terjadi aspirasi ASI.
10
5) Denyut jantung
Pemeriksaan denyut jantung bayi dihitung penuh selama 60
detik sehingga jumlah absolutnya dapat ditentukan.
6) Pemeriksaan payudara
Dilakukan untuk mengkaji adanya pembesaran atau benjolan.
7) Pemeriksaan genitalia
Dilakukan pada bayi laki-laki untuk mengetahui apakah kedua
testis telah turun. Bila belum dapat dievaluasi dan direncanakan
untuk melakukan tindakan lanjut agar testis dapat turun. Pada
bayi perempuan dilakukan pemeriksaan labia minora dan
mayora serta hymen dan introitus vagina apakah ada
imperferata hymen. Pemeriksaan genitalia eksterna juga
dilakukan pada saat memasukkan bayi ke ruang perawatan
untuk memastikan jenis kelamin bayi dengan label yang
menyertainya (Manuaba, 2008).
d.
11
12
5) Perubahan lain
Alat-alat pencernaan, hati, ginjal dan alat-alat lain mulai
berfungsi.
e.
f.
13
a.
b.
c.
d.
e.
Tanda
0
1
Appearance
Badan merah
Pucat
(Warna kulit)
Ekstremitas biru
Pulse rate
(Tekanan
Tidak ada
Kurang dari 100
Jantung)
Grimace
Sedikit gerakan
Tidak ada
(Fleksi)
minik (grimace)
Activity
Ekstremitas
Tidak ada
(Tonus otot)
sedikit fleksi
Respiration
Lemah/tidak
Tidak ada
(Pernafasan)
teratur
Sumber : Wiknjosastro (2005)
g.
2
Seluruh tubuh
kemerah-merahan
Lebih dari 100
Batuk bersin
Gerakan aktif
Baik/menangis
2.
Labioskizis
a.
Pengertian
Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi
akibat kegagalan fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan
prominen nasalis medial yang diikuti disrupsi kedua bibir, rahang
dan palatum anterior Sedangkan Palatoskizis adalah kelainan
14
Etiologi
Menurut Sudarti dan Fauziah (2012), penyebab terjadinya
labioskizis dan labiopalatoskizis umumnya kelainan kongenital ini
berdiri sendiri dan penyebabnya tidak diketahui dengan jelas. Selain
itu dikenal beberapa syndrome atau malformasi yang disertai adanya
sumbing bibir, sumbing palatum atau keduanya yang disebut
kelompok sydrome clefts dan kelompok sumbing yang berdiri sendiri
non sydrome clefts. Pada 20% dari kelompok ini ditemukan adanya
riwayat kelainan sumbing dalam keturunan. Kejadian ini mungkin
disebabkan
adanya
faktor
toksik
dan
lingkungan
yang
Klasifikasi
Menurut Dewi (2011), jenis belahan pada labioskizis atau
labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi, bisa mengenai salah satu
15
bagian atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus
dan palatum durum, serta palatum molle. Suatu klasifikasi membagi
struktur-struktur yang terkena menjadi beberapa bagian berikut :
1) Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan
palatum durum di belahan foramen insisivum.
2) Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle
posterior terhadap foramen.
3) Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya,
palatum primer dan palatum sekunder dan juga bisa berupa
unilateral atau bilateral.
4) Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini
mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan
otot palatum.
d.
keturunan
dapat
berperan
penting
terhadap
16
Resiko
Risiko
Labioskizis
palatokisis
dengan atau tanpa
(%)
palatokisis
(%)
23
49
37
14
13
12
13
30
20
Komplikasi
Menurut
Sudarti
dan
Khoirunnisa
(2010),
komplikasi
17
3) Kekurangan gizi
f.
Patofisiologi
Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya
karena tidak terbentuknya mesoderm, pada daerah tersebut sehingga
bagian yang telah menyatu (proses nasalis dan maksilaris) pecah
kembali.
Labioskizis terjadi akibat fusi atau penyatuan prominen
maksilaris dengan prominen nasalis medial yang diikuti disfusi
kedua bibir, rahang dan palatum pada garis tengah dan kegagalan
fusi septum nasi. Gangguan fusi palatum durum serta palatum molle
terjadi sekitar kehamilan ke 7 sampai 12 minggu
(Rukiyah dan Yulianti, 2013).
g.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bayi dengan labioskizis, meliputi :
1) Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga
(Sudarti, 2010).
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
(Sudarti, 2010).
3) Observasi keadaan umum dan vital sign tiap 4 jam serta pola
eliminasi bayi (Sudarti, 2010).
4) Menjaga suhu tubuh bayi agar bayi tetap hangat (Sudarti, 2010).
5) Lakukan perawatan tali pusat (Sudarti, 2010).
6) Pemantauan intake dan output
18
Intake
Output
(Sudarti, 2010).
7) Pemberian ASI/PASI secara langsung (Dewi, 2011).
8) Bila anak sukar menghisap sebaiknya gunakan botol peras
(squeeze bottles) untuk mengatasi gangguan menghisap,
pakailah dot yang panjang dengan menekan botol maka susu
dapat didorong jatuh di belakang mulut hingga dapat dihisap
(Dewi, 2011).
9) Kolaborasi dengan Ortodontis untuk dibuat okulator untuk
menutup sementara celah palatum agar memudahkan pemberian
minum dan sekaligus mengurangi deformitas palatum sebelum
dapat dilakukan tindakan bedah (Dewi, 2011).
10) Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi
obat sesuai kebutuhan bayi (Sudarti, 2010).
11) Dilakukan Tindakan bedah dengan kerjasama yang baik antara
ahli bedah, ortodontis, dokter anak, dokter THT serta ahli wicara
(Dewi, 2011).
19
teori
ilmiah.
Penemuan-penemuan,
keterampilan
dalam
rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang
berfokus pada klien. Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah
yang berurutan, dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan
evaluasi, langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap
sehingga dapat diaplikasikan dalam semua situasi, akan tetapi setiap langkah
tersebut bisa dipecah-pecah sehingga sesuai dengan kondisi pasien. Adapun
tujuh langkah proses manajemen kebidanan (Varney, 2007) :
1.
Data Subjektif
Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang
diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien atau klien
(anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan
(Hidayat, 2012).
20
1) Biodata pasien
a) Nama bayi
b) Umur
c) Tanggal/jam lahir
d) Jenis kelamin
: Untuk
pemeriksaan
penilaian
data
klinis,
misalnya
f)
: Untuk
menambah
keakuratan
pola
pendekatan
dalam anamnesis.
g) Agama & suku bangsa : Untuk
memantapkan
identitas
21
penyakit
yang
sering
: Berperan
dalam
pendekatan
Alamat
untuk
kepentingan
b) HPL
c) Keluhan keluhan
yang
mungkin
terapi
untuk
gejala
dini
atau
22
yang
pernah
Imunisasi TT
3) Riwayat Persalinan
Dikaji untuk mengetahui tempat persalinan, penolong
persalinan,
tanggal/jam
persalinan,
jenis
persalinan,
23
mengetahui
apakah
ibu
perokok
dan
24
Jantung
keringat
dingin
saat
beraktifitas ringan.
(2)
Ginjal
(3)
Asma / TBC
nafas
dan
batuk
Hepatitis
dan
kuku
tidak
pernah
berwarna kuning.
(5)
DM
(6)
Hipertensi
(7)
Epilepsi
25
(8)
Lain lain
: Untuk
mengetahui
ibu
tidak
Data Objektif
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan
khusus kebidanan, data penunjang, hasil laboratorium
(Wildan dan Hidayat, 2012).
26
1) Pemeriksaan Umum
a) Tanda-tanda vital, meliputi :
(1) Suhu
Suhu tubuh bayi yang sehat adalah sekitar 36,5-37,50 C
(Wiknjosastro, 2005).
(2) Pernapasan
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30
detik
sesudah
kelahiran
40-60
kali
per
menit
(Wiknjosastro, 2005).
(3) Nadi
Pada bayi normal yaitu 100-140 kali per menit
(Wiknjosastro, 2005).
2) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
: Adakah
capput
succedaneum,
serta
hidrosefalus
atau
porensefalu
(Wiknjosastro, 2005).
b) Ubun ubun
cephal
hematoma,
ada
cara
palpasi
dengan
27
c) Muka
d) Mata
e) Telinga
f)
Mulut
: Untuk
memastikan
labioskizis
ada
dan
tidaknya
palatoskizis
(Wiknjosastro, 2005).
g) Hidung
h) Leher
keretakan
pada
clavicula
Dada
: Bentuk
frekuensi
pembesaran
bunyi
buah
jantung,
dada,
adakah
kelainan.
j)
Abdomen
28
k) Tali Pusat
Untuk
melihat
apakah
terdapat
lainnya
pada
tali
pusat.
hingga ke 10.
l)
kerusakan
yang
terlihat
n) Genetalia
o) Anus
3) Pemeriksaan Reflek
a) Reflek Moro
: Bila
bayi
diangkat
bayi
akan
29
kemudian
memfleksikan
dan
bayi
akan
mengabdusikan
membuka
mulutnya
apabila
yang disentukan
bayi
menghisap.
menimbulkan
Pada
bayi
reflek
dengan
e) Reflek Babinski
30
f)
tonik
leher
lemah
(Wiknjosastro, 2005).
4) Pemeriksaan Antropometri
a) Lingkar kepala
b) Lingkar dada
c) LLA
d) BB / PB
4.000
gram.
Pada
bayi
31
atau
kurang
dari
45
cm
(Varney, 2007).
5) Data Penunjang
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa,
apabila diperlukan. Misalnya pemeriksaan laboratorium meliputi
pemeriksaan Hb, golongan darah dan darah secara rutin, sputum,
dan pemeriksaan radiologi seperti CT Scan Kepala yang khusus
menilai letak Labioskizis (Varney, 2007).
2.
perawatan
kesehatan
yang
di
identifikasi
khusus
(Varney, 2007).
a.
Diagnosa Kebidanan
Prediksi yang mencakup masalah potensial dan prognosis hasil
dari hasil perumusan masalah yang merupakan keputusan yang
ditegakkan oleh bidan (Hidayat, 2012).
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan yang dapat ditegakkan pada bayi baru lahir
adalah By. Ny. X umur ...... hari dengan Labioskizis.
Data Dasar :
32
a) Data Subjektif
(1) Ibu mengatakan bayinya lahir pada tanggal... pukul...
(2) Ibu mengatakan bayinya lahir dengan berat badan...
(3) Ibu mengatakan bayinya lahir menangis kuat atau keras
(4) Ibu mengatakan bayinya mengalami kelainan pada
mulutnya
b) Data Objektif
(1) Keadaan umum bayi normal yaitu dengan status baik
dan kesadaranya composmentis.
(2) TTV :
(a) Nadi
(Wiknjosastro, 2005).
(b) Respirasi
(c) Suhu
(Wiknjosastro, 2005).
(d) PB
: Normal yaitu 45 54 cm
(Wiknjosastro, 2005).
(e) Berat badan : Normal yaitu 2500 4000 gram
(Wiknjosastro, 2005).
(f) Untuk
menunjang
dilakukan
kasus
pemeriksaan
Labioskizis
tambahan
maka
berupa
33
Masalah
Masalah diidentifikasi berdasarkan masalah yang ditemukan
dengan didukung oleh data subyektif dan obyektif (Hidayat, 2012).
Menurut Sudarti dan Khoirunnisa (2010), masalah pada bayi baru
lahir dengan labioskizis yaitu refleks menghisap yang terganggu
akibat adanya labioskizis.
c.
Kebutuhan
Kebutuhan disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat itu
(Hidayat, 2012). Menurut Dewi (2011), kebutuhan bayi baru lahir
dengan labioskizis, meliputi : Pemberian ASI/PASI secara langsung.
Bila anak sukar menghisap sebaiknya gunakan botol peras (squeeze
bottles) untuk mengatasi gangguan menghisap, pakailah dot yang
panjang dengan menekan botol maka susu dapat didorong jatuh di
belakang mulut hingga dapat dihisap.
3.
34
Langkah IV : Antisipasi
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan
menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah
ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi
dan melakukan rujukan (Varney, 2007).
Tindakan segera yaitu kolaborasi dengan kerjasama yang baik antara ahli
bedah, ortodontis, dokter anak, dokter THT serta ahli wicara.
5.
agar
pelaksanaan
secara
menyeluruh
dapat
berhasil
(Varney, 2007).
Penatalaksanaan bayi dengan labioskizis, meliputi :
1) Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga
(Sudarti, 2010).
2) Cuci
tangan
(Sudarti, 2010).
sebelum
dan
sesudah
kontak
dengan
bayi
35
3) Observasi keadaan umum dan vital sign tiap 4 jam serta pola
eliminasi bayi (Sudarti, 2010).
4) Menjaga suhu tubuh bayi agar bayi tetap hangat (Sudarti, 2010).
5) Lakukan perawatan tali pusat (Sudarti, 2010).
6) Pemantauan intake dan output (Sudarti, 2010).
7) Pemberian ASI/PASI secara langsung (Dewi, 2011).
8) Bila anak sukar menghisap sebaiknya gunakan botol peras (squeeze
bottles) untuk mengatasi gangguan menghisap, pakailah dot yang
panjang dengan menekan botol maka susu dapat didorong jatuh di
belakang mulut hingga dapat dihisap (Dewi, 2011).
9) Kolaborasi dengan ortodontis untuk dibuat okulator sebagai menutup
sementara celah palatum agar memudahkan pemberian minum dan
sekaligus mengurangi deformitas palatum sebelum dapat dilakukan
tindakan bedah (Dewi, 2011).
10) Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi obat
sesuai kebutuhan bayi (Sudarti, 2010).
11) Dilakukan Tindakan bedah dengan kerjasama yang baik antara ahli
bedah, ortodontis, dokter anak, dokter THT serta ahli wicara
(Dewi, 2011).
6.
Langkah VI : Implementasi
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan
menyeluruh seperti telah diuraikan pada langkah kelima secara efisien
dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
36
sebagian oleh bidan atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak
melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya (memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar
terlaksana). Dalam situasi bidan berkolaborasi dengan dokter dan
keterlibatannya dalam manajemen asuhan kebidanan bagi pasien yang
mengalami komplikasi, bidan juga bertanggung jawab terhadap
terlaksananya asuhan bersama yang menyeluruh. Pelaksanaan asuhan
pada bayi baru lahir dengan labioskizis adalah disesuaikan dengan
rencana tindakan (Varney, 2007).
7.
37
S (Subyektif)
Menggambarkan
dan
asuhan
mendokumentasikan
hasil
O (Obyektif)
Menggambarkan dan mendokumentasikan hasil pemeriksaan fisik
klien, hasil laboratorium dan tes dignostik lain yang dirumuskan
dalam data fokus untuk mendukung asuhan langkah satu Varney.
3.
A (Assesment)
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
data subyektif dan obyektif suatu identifikasi :
a.
b.
c.
4.
P (Planning)
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi,
perencanaan berdasarkan assesment sebagai langkah V, VI, VII
Varney.
38
C. Landasan Hukum
Seorang bidan dalam melakukan tugas dan fungsinya dalam melakukan
asuhan kebidanan pada By. Ny. I dengan Labioskiziz harus berdasarkan :
1.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia.
No
b.
c.
Perawatan bayi.
d.
e.
BAB III
METODOLOGI
39
40
Data Primer
Primer adalah data yang diperoleh langsung dari subyek dan obyek
penelitian oleh perorangan maupun organisasi (Riwidikdo, 2009). Data
primer dapat diperoleh dari :
a.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik atau pengkajian fisik dalam keperawatan
dipergunakan untuk memperoleh data obyektif dari riwayat
41
penghasilan
suara.
Perkusi
bertujuan
atau
42
4) Auskultasi
Pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suatu yang
diberikan
oleh
tubuh
dengan
menggunakan
stetoskop.
Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan atau
mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan
penderita secara lisan dari seorang sasaran peneliti (responden) atau
bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut face to face
(Notoatmodjo, 2010). Pada pengambilan kasus ini dilakukan
wawancara dengan keluarga dan tenaga kesehatan.
c.
Observasi
Observasi adalah suatu prosedur yang terencana antara lain
meliputi : melihat mencatat jumlah data, syarat aktifitas tertentu
yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo,
2010). Pada kasus ini observasi dilakukan untuk mengetahui vital
sign (suhu, nadi, respirasi), input (cairan yang masuk seperti
ASI/PASI, Cairan Infus) dan output (BAB dan BAK). Warna kulit,
kelembaban kulit dan keaktifan gerakan bayi.
2.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh langsung dari lingkungan
studi kasus (Arikunto, 2010). Data sekunder diperoleh dari :
43
a.
Studi dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan semua bentuk sumber informasi
yang berhubungan dengan dokumen, baik dokumen-dokumen resmi
maupun tidak resmi (Notoatmodjo, 2010). Dokumen ini didapat
dengan melihat catatan rekam medik (RM) pasien di RS Panti
Waluyo Surakarta berupa data jumlah kelahiran bayi total dalam
jenjang waktu tertentu, jumlah kelahiran bayi normal, jumlah
kelahiran bayi dengan patologi khususnya bayi dengan Labioskizis
dan jumlah kelahiran dengan kematian.
b.
Studi kepustakaan
Studi kepustakaan adalah bahan-bahan pustaka yang sangat
penting dalam menunjang latar belakang teoritis suatu penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Bahan pustaka dalam kasus ini penulis
mengambil dari buku-buku yang berhubungan dengan bayi baru
lahir dengan labioskizis dari tahun 2005 sampai 2013.
2.
b.
Buku
c.
Alat Tulis
44
a.
Buku KIA
b.
c.
Termometer
d.
Stetoskop
e.
Jam tangan
f.
Selimut Bayi
g.
Timbangan Bayi
h.
Pita Ukur/Metlin
i.
j.
k.
Botol peras
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PADA BY. NY. I
DENGAN LABIOSKIZIS DI RS PANTI WALUYO SURAKARTA
TAHUN 2015
: 11 Februari 2015
Tempat
No.Register
: 00220782
1.
Jam
: 08.05 WIB
Pengkajian
Tanggal 11 Februari 2015
a.
Identitas Bayi
1) Nama Bayi
: By. Ny. I
2) Umur Bayi
: 20 hari
3) Tanggal/jam lahir
4) Jenis Kelamin
: Laki-laki
Identitas Ibu
Identitas Ayah
Nama Ibu
: Ny. I
Nama Ayah
: Tn. H
Umur
: 25 Tahun
Umur
: 25 Tahun
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama
: Islam
Agama
45
: Islam
46
Pendidikan
: SMK
Pendidikan
: SMK
Pekerjaan
: Buruh
Pekerjaan
: Buruh
Alamat
: 14 Mei 2014
b) HPL
: 21 Februari 2015
c) Keluhan-keluhan pada :
Trimester I
Trimester II
Trimester III
d) Pemeriksaan ANC
Trimester I
Trimester II
Trimester III
47
f)
Imunisasi TT
Ibu mengatakan 3 kali imunisasi TT
TT1
TT2
TT3
c) Jenis Persalinan
: Sectio Casearea
Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit saat hamil : Ibu
mengatakan
mempunyai
sakit
tidak
apapun
(2) Ginjal
: Ibu
mengatakan
tidak
nyeri
48
(4) Hepatitis
(5) DM
(6) Hipertensi
(7) Epilepsi
mengeluarkan
busa
dari
mulutnya.
(8) Lain-lain
c)
sistemik
seperti
49
d)
e)
Riwayat operasi
: Ibu
mengatakan
pernah
0
Pucat,
biru
seluruh
tubuh
Tidak ada
Score
1
Merah,
ekstremitas
biru
2
Seluruh
tubuh
kemerahan
1
1
<100 x/mnt
>100 xmnt
Grimace
(rangsang)
Tidak ada
Merintih
Menangis
kuat
Activity
(tonus otot)
Lunglai
Gerakan
aktif
Teratur,
kuat
10
Apgar
Appearance
(warna kulit)
Pulse
(denyut
jantung)
Ekstremitas
sedikit
fleksi
Respiratorion Tidak ada
Lemah,
(pernafasan)
tidak teratur
Total
2) Pemeriksaan umum
a) KU
: Baik
b) Kesadaran
: Composmentis
Hasil
5 10
1
2
50
c) Suhu
: 36,6C
d) Pernafasan
: 60 x/menit
e) Nadi
: 138 x/menit
d) Mata
e) Telinga
f)
Mulut
g) Hidung
h) Leher
i)
Dada
51
j)
Abdomen
k) Punggung
l)
4) Pemeriksaan Reflek
a) Reflek Moro
b) Reflek rooting
c) Reflek sucking
f)
Reflek grasping
Sedang,
tangan
bayi
mampu
: 10 cm
d) BB / PB
: 3300 gram / 51 cm
52
6) Eliminasi
a) Urine
= 12,4 mg/dl
Golongan Darah
=B
Hematokrit
= 38,5 %
Albumin
= 3,4 g/dl
2.
INTERPRETASI DATA
Tanggal 11 Februari 2015
a.
Diagnosa Kebidanan
By. Ny. I umur 20 hari dengan Labioskizis
53
Data Dasar :
1) Data Subjektif :
a) Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 22 Januari 2015
pukul 05.15
b) Ibu mengatakan bayinya lahir dengan berat badan 3000
gram
c) Ibu mengatakan bayinya lahir menangis kuat dan keras
d) Ibu
mengatakan
bayinya
mengalami
kelainan
pada
mulutnya
2) Data Objektif :
a) KU
: Baik Kesadaran
b) TTV
(1) N
: 100x/menit
(2) R
: 40 x/menit
(3) S
: 36,6C
(4) PB
: 51 cm
(5) BB
: 3300 gram
: Composmentis
= 12,4 mg/dl
Golingan Darah
=B
Hematokrit
= 38,5 %
54
Albumin
= 3,4 g/dl
Masalah
Bayi kesulitan untuk menelan
c.
Kebutuhan
Pemberian nutrisi PASI 3 jam sekali menggunakan botol peras
(Squeeze bottles) dengan dot panjang atau sendok
3.
DIAGNOSA POTENSIAL
Tanggal 11 Februari 2015
Faringitis
4.
TINDAKAN SEGERA
Tanggal 11 Februari 2015
55
5.
RENCANA TINDAKAN
Tanggal 11 Februari 2015
a.
b.
c.
d.
e.
f.
- Metrafisol 100 ui
6.
PELAKSANAAN
Tanggal 11 Februari 2015
a.
b.
c.
56
d.
h.
e.
f.
7.
EVALUASI
Tanggal 11 Februari 2015
a.
b.
c.
Intake
: Beri nutrisi bayi per oral / per sonde PASI dan susu
formula 30-40 cc / 3 jam
Output
57
f.
Telah diberi terapi pemberian Catripo 150 ui, Metrafisol 100 ui,
Parachetamol 3 sendok teh 3x1, Amoksilin 3 sendok teh 3x1,
salep Gentanisum 2x1
g.
58
DATA PERKEMBANGAN I
Subjektif
Ny. I bersedia bayinya dilakukan operasi dan keadaan By. Ny. I baik
2.
Objektif
a.
Keadaan Umum
: Baik
b.
Kesadaran
: Composmentis
c.
TTV
: S : 36,8C
N : 108 x/menit
R : 42 x/menit
3.
d.
Berat Badan
: 3300 gram
e.
Bayi BAB
f.
Bayi BAK
Assessment
By. Ny. I umur 21 hari dengan labioskizis hari ke 2
4.
Planning
Tanggal 12 Februari 2015
a.
Pukul 06.15 WIB Memonitor keadaan umum bayi dan vital sign setiap 6
jam sekali
a.
b.
Pukul 06.35 WIB Memberi tahu ibu bahwa bayinya untuk puasa 6 jam
pre operasi
59
c.
5.
Evaluasi
Tanggal 12 Februari 2015
a.
b.
c.
d.
60
DATA PERKEMBANGAN II
Subjektif
Bidan mengatakan By. Ny. I pasca operasi dalam keadaan membaik dan
sudah minum PASI sedikit demi sedikit dan menganjurkan pada ibu untuk
memberi minum sesuai kebutuhan bayinya.
2.
Objektif
a. Keadaan Umum
: Baik
b. Kesadaran
: Composmentis
c. TTV
: S: 36,8 0 C
R : 42 x/menit
N : 112 x/menit
d. Mulut Labioskizis dalam keadaan tertutup kassa
3.
e. Bayi BAB
f. Bayi BAK
Assessment
By. Ny. I umur 22 hari dengan labioskizis pasca operasi hari 1
4.
Planning
Tanggal 13 Februari 2015
a. Pukul 05.15 WIB Memonitor keadaan umum bayi dan vital sign setiap 6
jam sekali
b. Pukul 05.25 WIB Mengobservasi keadaan labioskizis setelah di operasi
61
Evaluasi
Tanggal 13 Februari 2015
a.
Beritahu pada ibu hasil pemeriksaan keadaan umum bayi dan vital sign
bayi S : 36,8 0 C, R : 42 x/menit, N : 112 x/menit
b.
c.
d.
e.
62
Subjektif
Ibu mengatakan luka bekas operasi bibir sumbing sudah membaik dan ibu
berencana untuk pulang.
2.
Objektif
a.
Keadaan Umum
: Baik
b.
Kesadaran
: Composmentis
c.
TTV
: S: 36,5 0 C, R : 42 x/menit,
N : 112 x/menit
d.
3.
e.
Bayi BAB
f.
Bayi BAK
Assessment
By. Ny. I umur 23 hari dengan labioskizis pasca operasi hari 2
4.
Planning
Tanggal 14 Februari 2015
a.
Pukul 05.15 WIB Memonitor keadaan umum bayi dan vital sign setiap 6
jam sekali
b.
63
c.
d.
e.
5.
Evaluasi
Tanggal 14 Februari 2015
a.
Memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan keadaan umum bayi dan vital
sign bayi S : 36,5 0 C, R : 42 x/menit, N : 112 x/menit
b.
c.
d.
e.
B. Pembahasan
Berdasarkan data-data yang didapatkan dari hasil observasi selama 4
hari, penulis telah melakukan analisis data dengan mengggunakan prinsip
manajemen asuhan kebidanan menurut Varney dan untuk catatan
perkembangan dengan menggunakan SOAP.
Setelah dilaksanakan asuhan kebidanan selama 4 hari pada By. Ny. I
dengan kasus labioskizis dapat dilakukan pembahasan sebagai berikut :
64
1.
Pengumpulan Data
Pada kasus ini pengkajian dimulai sejak tanggal 11 Februari 2015
diperoleh data subjektif yaitu Ny. I mengatakan bayinya mengalami
kelainan pada mulutnya. Pada data objektif dari pemeriksaan KU : baik,
kesadaran : composmentis, N : 100x/menit, R : 40x/menit, S : 36,6C,
PB : 51 cm, BB : 3300 gram. Pada By. Ny. I dilakukan pemeriksaan
penunjang tanggal 11 Februari 2015 Pukul 08.00 WIB yaitu HB : 12,4
mg/dl, Golongan Darah : B, Hematokrit : 38,5%, Albumin : 3,4 g/dl dan
CT Scan kepala untuk menilai letak Labioskizis.
Menurut Arief (2009) bayi dengan labioskizis dapat mengalami
masalah kesulitan makan/minum bahkan sampai aspirasi
yang
untuk
mengembalikan fungsi
normalnya dan estetika atau keindahan. Sehingga pada tahap ini penulis
tidak menemukan adanya kesenjangan.
65
2.
Interprestasi Data
Pada kasus ini dari pengkajian telah ditegakkan berdasarkan data
subjektif dan data objektif. Diagnosa kebidanan yaitu By. Ny. I umur 20
hari dengan Labioskizis. Masalah yang timbul pada By. Ny. I adalah
bayi kesulitan untuk
Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada By. Ny. I dengan
Labiokizis yaitu bibir sumbing dapat menyebabkan kesulitan makan,
infeksi, kesulitan berbicara, dan masalah gigi (Rukiyah dan Yulianti,
2013). Apabila tidak segera di tangani secara medis akan mengalami
Faringitis.
4.
66
Rencana Tindakan
Pada kasus By. Ny. I dengan Labioskizis ini rencana tindakan
yang diberikan adalah pendekatan terapeutik pada Ny. I dan keluarga,
cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi, pantau intake dan
output, beri PASI menggunakan dot panjang atau sendok, kolaborasi
dengan ortodontis untuk dibuat okulator, kolaborasi dengan dokter
spesialis anak untuk diberi terapi obat yaitu Catripo 150 ui,
Parachetamol 3 sendok teh 3x1, Metrafisol 00 ui, Amoksilin 3
sendok teh 3x1, salep Gentanisum 2x1, kerja sama dengan ahli bedah,
ortodontis, dokter anak.
Menurut Sudarti dan Khoirunnisa (2010) mengatakan bahwa
perencanaan tindakan pada bayi dengan labioskizis adalah dengan
tindakan bedah efektif namun harus dilakukan pada umur 3 bulan serta
perlu adanya tindakan orthodontic untuk perbaikan gusi dan gigi. Pada
kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara praktek dan teori.
6.
Pelaksanaan
Pada kasus By. Ny. I dengan Labioskizis adalah pendekatan
terapeutik pada Ny. I dan keluarga karena bayinya akan dilakukan
tindakan untuk labioskizisnya, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan bayi, pantau intake dan output, beri PASI menggunakan dot
67
Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 4 hari mulai tanggal
11 Februari 2015 sampai tanggal 14 Februari 2015 pada By. Ny. I umur
20 hari dengan labioskizis, maka hasil asuhan yng didapat yaitu By. Ny.
I sudah dioperasi, kebutuhan nutrisi terpenuhi lewat susu formula/PASI.
Menurut Sudarti (2010) evaluasi yang diharapkan pada bayi baru
lahir dengan labioskizis yaitu terjadi pada bayi, keseimbangan cairan dan
elektrolit bayi terpelihara dan terjalin interaksi bayi dan orang tua.
Penanganan yang tepat dan observasi yang baik dari pelaksanaan
asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien maka dari hasil tidak
ditemukan kesenjangan antara praktek dan teori.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada By. Ny. I dengan
labioskizis di bangsal bakung RS Panti Waluyo Surakarta selama 4 hari.
Maka penulis dapat menyimpulkan :
1.
2.
3.
4.
68
69
5.
dan
output,
gunakan
dot
panjang
atau
sendok
untuk
7.
Evaluasi pada By. Ny. I adalah bayi sudah dapat minum PASI
menggunakan dot panjang atsebanyau sendok 30-40cc/3jam sekali, reflex
menghisap sudah ada, labioskizis tertutup kassa steril selama 7 hari dan
keadaan luka semakin membaik.
70
B. SARAN
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberikan saran
yaitu :
1.
Bagi Penulis
Dapat meningkatkan ilmu dari situasi nyata dan ilmu pengetahuan
sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan labioskizis serta dapat membandingkan antara teori dan praktek
dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
labioskizis.
2.
Bagi Institusi
a. Bagi Rumah Sakit
Disarankan agar lebih meningkatkan pelayanan sehingga pasien
merasa lebih nyaman dan aman, melalui pendekatan manejemen
kebidanan secara komprehensif, tepat dan profesional untuk
meningkatkan mutu pelayanan.
b. Bagi Pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan informasi dan referensi dalam bidang
kepustakaan di bidang asuhan kebidanan pada neonatus bayi dengan
Labioskizis
3.
Bagi Pasien
Diharapakan ibu lebih memperhatikan dalam merawat dan memantau
bayinya di rumah dengan baik dan apabila terdapat kegawat daruratan
71
DAFTAR PUSTAKA