PENDAHULUAN
1
Sampai saat ini, kejadian plasenta previa pada primigravida tanpa risiko
signifikan masih kurang dipahami. Tidak diketahui apakah endometriosis
yang tidak terdiagnosis pada pasien tersebut dapat menyebabkan
terjadinya plasenta previa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji
hasil kehamilan antara primigravida dengan plasenta previa mayor
dibandingkan dengan non primigravida dan mengidentifikasi faktor-faktor
yang terkait dengan plasenta previa pada primigravida.
B. Tujuan
C. Metode
Studi ini disetujui oleh dewan peninjau etik dari Pusat Medis
UKM, Malaysia, dan didanai oleh Hibah Peneliti Muda, Universiti
2
Kebangsaan Malaysia. Semua data dianalisis menggunakan SPSS versi
21.0. Data disajikan sebagai sarana untuk variabel kontinu dan persentase
untuk variabel kategori. Variabel kontinyu dianalisis dan dibandingkan
dengan menggunakan Student -test. Variabel kategorikal dianalisis dan
dibandingkan menggunakan Pearson Chi Square dan Yates Continuity
Correction dan nilai-nilai <0,05 dianggap mengindikasikan signifikansi
statistik.
D. Hasil
3
kelompok. Menariknya, tidak ada primigravida yang memiliki plasenta
yang terletak di anterior. Sebagian besar primigravida memiliki tipe
posterior tipe II atau plasenta previa tipe III. Hemoglobin sebelum operasi
adalah serupa untuk kedua kelompok. Hanya 5,8% dari nonprimigravida
yang menjalani MRI karena diduga plasenta akreta. Dari 11, tujuh wanita
memiliki fitur yang sangat sugestif dari plasenta akreta pada MRI.
Tabel 4 menunjukkan perbandingan hasil kebidanan antara
primigravida dan nonprimigravida. Dua kasus kelahiran sesar klasik
dilakukan di non-primigravida. Perkiraan kehilangan darah secara
signifikan lebih tinggi pada nonprimigravida dibandingkan dengan
primigravida. Sembilan wanita (4,8%) memerlukan prosedur tambahan
yang dilakukan secara intraoperatif untuk menghentikan perdarahan yang
mencakup enam histerektomi. Namun, hemoglobin postopera-tive serupa
antara kedua kelompok. Tidak ada kematian ibu dalam populasi sampel
kami.
Tabel 5 menunjukkan perbandingan hasil neonatal antara
primigravida dan nonprimigravida. Ada lebih banyak bayi perempuan
yang lahir dari kelompok primigravida. Skor Apgar pada 1 menit secara
signifikan lebih rendah untuk nonprimigravida dibandingkan dengan
primigravida (7,89 ± 1,72versus 8,39 ± 1,28). Tidak ada perbedaan
signifikan yang diamati dalam berat badan, skor Apgar pada 5 menit, pH
tali pusat, penerimaan NICU, dan anomali janin antara kedua kelompok.
E. Pembahasan
4
mempelajari faktor terjadinya plasenta previa antara primigravida dan
dampaknya pada keadaan kehamilan.
Menariknya, berdasarkan hasil penelitian didapatkan insiden lebih
tinggi konsespsi dan endometriosis pada primigravida dengan plasenta
previa. Dari 56 primigravida, 8,9% diantaranya hasil konsepsi
chlomiphene citrate, inseminasai intrauterine (IUI), in vitro fertilisasi
(IVF), dan intrasistoplasmik injeksi sperma (ICSI). Beberapa penulis
melaporkan insiden plasenta previa lebih tinggi pada perempuan yang
menerima teknologi buatan reproduksi tersebut (ART). Romunstad dkk
melaporkan risiko plasenta previa 6 kali lebih tinggi pada perempuan
hamil dengan penanganan ART dibandingkan dengan konsepsi spontan.
Patofisiologi pasti plasentra previa pada pasien ART masih belum
jelas. Transfer embrio via transervikal didalilkan sebagai penjelasan
penyebab kejadian plasenta previa menjadi lebih tinggi diikuti IVF/ICSI.
Penelitian oleh Baba dkk melaporkan 80% embrio diimplantasikan di
tempat transfer. Penelitian terbaru menunjukkan angka kejadian yang
sama plasenta previa dengan IVF/ICSI dan transfer gamet intrafallopi
(GIFT). Hasil ini menunjukkan transfer embrio transervikal lebih rendah
menyebabkan plasenta previ pada pasien ART.
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa penempatan embrio secara
mekanis menyebabkan pelepasan prostaglandin, yang memicu
kontraktilitas uterus. Hal tersebut menjadi penjelasan kenapa implantasi
pada rongga uterus bagian bawah dapat berkembang menjadi plasenta
previa. Lima wanita primigravia (21.4%) didiagnosis dengan
endometriosis sebelum kehamilan dibandingkan 6.9% pada
nonprimigravida. Healy dkk melaporkan insidensi plasenta previa lebih
tinggi pada pasien endometriosis dengan ART dibandingkan dengan
pasien ART tanpa endometriosis. Penelitian menunjukkan wanita yang
didiagnosis dengan endometriosis memiliki prevalensi lebih tinggi akan
perdarahan antepartum. Endometriosis diobservasi menjadi karakteristik
yang lain endometrium. Hal tersebut berefek berbagai faktor dan penanda
5
tingkat penerimaan selama implantasi. Progesterone memiliki peran
penting dalam perubahan endometrium selama fase sekretorik pada proses
ovulasi. Endometriosis menyebabkan resisten progesteron yang
berdampak pada plasentasi.
Perdarahan pada nonprimigravida secara signifikan lebih tingg
ipada primigravida. Berkurangnya perdarahan diobservasikan pada
primigravida berkaitan dengan letak plasenta di posterior dan plasenta
akreta. Penelitian telah menunjukkan kemampuan kontraksi uterus selama
postpartum lebih baik pada primigravida dibandingkan dengan
nonprimigravida. Kontraksi uterus memiliki peran yang sangat penting
sebagai mekanisme menekan perdarahan intraoperative.
Tiga puluh tiga persen nonprimigravida memiliki riwayat seksio
sesaria dan 28% memiliki riwayat dilatasi dan kuretase. Seksio sesaria,
dilatasi dan kuretase sebagai faktor risiko kejadian PPH. Telah disebutkan
sebelumnya, bahwa tidak ada primigravida yang memiliki lokasi plasenta
di anterior. Penelitian melaporkan insidens plasenta akreta lebih tinggi
pada planseta anterior dibandingkan plasenta posterior. Perdarahan terjadi
lebih tinggi pada letak plasenta di anterior.
Risiko plasenta akreta lebih tinggi pada wanita dengan plasenta
previa yang memiliki riwayat seksio sesaria. Hal ini dapat dijelaskan
karena implantasi plasenta pada tempat jaringan parut, menyebabkan
meningkatnya daya invasi tropoblas. Pada penelitian ini, 11 (5.9%) wanita
didiagnosis plasenta akreta berdasarkan hasil pemeriksaan MRI. Diluar 11
wanita tersebut, 7 wanita menjadi suspek plasenta akreta. Sebanyak 3 dari
7 wanita tersebut dikonfirmasi menderita plasenta akreta secara
intraoperative dan dilakukan tindakan histerektomi. Salah satu dari
mereka mengalami embolisasi setelah melahirkan bayi sehingga
dilakukan histerektomi. Satu wanita secara MRI negatif plasenta akreta,
namun saat intraoperatif ditemukan plasenta akreta sehingga diperlukan
histerektomi. Wanita yang lain mengalami perdarahan antepartum saat
usia kehamilan 37 minggu. Tidak dilakukan pemeriksaan MRI.
6
Histerektomi dilakukan untuk plasenta akreta. Satu wanita memerlukan
histerektomi untuk atonia uteri. Dua wanita yang lain memerlukan insersi
balon Bakri dan ligase arteri iliaka interna karena atonia uteri. Keadaan
maternal dapat dibandingkan antara primigravida dan nonprimigravida.
Pada penelitian ini, keadaan neonatus pada kedua kelompok tidak
signifikan kecuali pada Apgar skor. Apgar skor lebih tinggi pada menit
ke-1 terjadi di primigravida, dapat dikaitkan karena posisi plasenta di
posterior. Kelahiran bayi akan lebih mudah dengan posisi plasenta di
posterior, karena plasenta tidak cenderung dipotong saat proses
melahirkan sehingga menurunkan prevalensi hipoksia neonatus dan
anemia pada primigravida. Tindakan seksio sesaria dapat menurunkan
prevalensi bayi preterm pada kelompok primigravida.
Terdapat beberapa batasan di penelitian ini. Penelitian retrospektif
ini tidak dapat menyertakan parameter yang spesifik karena keterbatasan
dokumen dan tidak termasuk potensial bias. Penelitian ini hanya
dilakukan pada rumah sakit kelas tiga, sehingga sampel populasi tidak
dapat mewakili populasi menyeluruh. Hubungan antara endometriosis dan
konsepsi buatan pada primigravida dengan plasenta previa hanya dapat
dinilai dengan trial longitudinal prospektif.
Penelitian ini menekankan hasil yang menarik mengenai lokasi
plasenta previa pada kelompok primigravida. Mengingat tingginya
prevalensi endometriosis pada primigravida dengan plasenta previa,
sehingga penelitian dilakukan untuk mencari tahu hubungan antara dua
hal tersebut. Penelitian ini fokus pada investigasi status metilasi uPA
promoter dan level uPA pada plasenta and plasenta previa dengan suspek
endometriosis.
7
BAB II
TELAAH JURNAL
1. Population
8
Pada penelitian populasi yang digunakan adalah perempuan hamil yang
menjalani operasi caesar plasenta previa mayor di the Department of
Obstetrics and Gynaecology, UKM Medical Centre yang dimulai pada bulan
Januari 2007 hingga Desember 2013. Total 270 perempuan dengan plasenta
previa mayor. Subjek yang diambil pada penelitian ini adalah pasien dengan
riwayat operasi caesar yang didiagnosis plasenta previa mayor.
2. Intervention
Pada penelitian ini tidak dilakukan intervensi pada subjek penelitian.
3. Comparison
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
terkait dengan plasenta previa pada primigravida dan nonprimigravida dan
menguji hasil kehamilannya.
4. Outcome
Berdasarkan penelitian ini, didapatkan hasil yaitu sebagai berikut:
Pada tabel 1 menunjukkan data sosiodemografik. Hasil yang didapat usia
pada primigravida dengan plasenta previa lebih muda dibandingkan
dengan non-primigravida dan tidak ada perbedaan dalam etnisitas,
pekerjaan dan kebiasaan merokok antara kedua kelompok.
9
Pada tabel 3 menunjukkan perbandingan data kebidanan antara
primigravida dan nonprimigravida. Primigravida proses kelahiran terjadi
lebih awal daripada non-primigravida (31,68 ± 4,49 minggu dibandingkan
32,92 ± 3,55 minggu). Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam
kejadian perdarahan antepartum (HAP) dan menerima deksametason pada
kedua kelompok. Menariknya, tidak ada primigravida yang memiliki
plasenta yang terletak di anterior. Sebagian besar primigravida memiliki
tipe posterior tipe II atau plasenta previa tipe III. Hemoglobin sebelum
operasi adalah serupa untuk kedua kelompok. Hanya 5,8% dari
nonprimigravida yang menjalani MRI karena diduga plasenta akreta.
5. Validity
Research question
10
a) Is the data collected in accordance with the purpose of the
research?
Yes , all the collected data assosiated with the target of the research.
The research use cohort retrospective study, explain pregnancy
outcomes among primigravidas with major placenta praevia compared
to nonprimigravidas. The study also aimed to identify the factors
associated with placenta praevia in primigravida.
Randomization
Was the randomization list concealed from patients, clinicians, and
researchers?
The research not used randomization in this study
11
6. Importancy
Is this study is important?
Yes, this study can help the doctor to understanding the pregnancy
outcomes of women with placenta praevia can assist clinicians in
identifying patients who are at higher risk of mortality and morbidity.
Identifying potential risk factors in primigravida may assist in counseling
and management of such patients.
7. Applicability
Is your environment so different from the one in study that the methods
could not be use there?
The enviroment on the research can be used for Indonesia enviroment.
BAB III
SIMPULAN
After study this journal, the concultion this journal is valid, importance, and can
be used as referances for studies in the future
12
DAFTAR PUSTAKA
13