Anda di halaman 1dari 18

HIFEMA

Pembimbing : dr. Hj. Ratna Juwita. Sp.M


Disusun oleh : Afif Naufal Akbarsyah S.ked

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
2016
I. PENDAHULUAN

Trauma okuli merupakan salah satu penyebab utama gangguan penglihatan dan
kebutaan pada satu mata yang dapat dicegah.

Trauma tajam / trauma tumpul / trauma termal / trauma kimia / trauma fisik

Prevalensi :

Di dunia : 1, 6juta kebutaan , 2,3 juta penurunan fungsi bilateral, dan 19 juta penurunan
fungsi penglihatan unilateral.

Amerika Serikat  2,4 juta pertahun dan sedikitnya setengah juta di antaranya
menyebabkan kebutaan.

Nasional  Survey Kesehatan Penglihatan dan Pendengaran pada tahun 1993-1996


didapatkan bahwa trauma okuli dimasukkan ke dalam penyebab kebutaan lain-lain sebesar
0,15% dari jumlah total kebutaan nasional yang berkisar 1,5%.

Hifema merupakan keadaan dimana terjadi perdarahan pada bilik mata depan dapat terjadi
akibat trauma tumpul pada mata
II. PEMBAHASAN
Anatomi Mata Vaskularisasi Bola mata

-Tunika Fibrosa ( sclera / kornea )


-Tunika Vaskulosa Pigmentosa
a. Siliaris posterior brevis memvaskularisasi
(Iris/siliar body/ koroid)
badan siliaris, beranastomosis dengan satu
-Tunika Nervosa (retina) dengan yang lain, dan a. siliaris anterior
membentuk sirkulus arteriosus major iris.
DEFINISI HIFEMA

Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata depan, yaitu
daerah diantara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek
pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur dengan humor aqueous yang jernih.

Epidemiologi :
• 33% dari seluruh trauma mata yang serius menimbulkan hifema
• 80% hifema terjadi pada pria. 3 : 1  trauma tumpul
• Sekitar 57% pasien trauma mata dengan hifema berlanjut pada
kerusakan segmen posterior dari mata tersebut.
• Dalam hal ini maka perlu tindakan evaluasi dalam menilai seberapa
besar akibat trauma pada segmen posterior mata.
ETIOLOGI HIFEMA

Berdasarkan penyebabnya hifema terbagimenjadi tiga yakni:


a. Hifema Traumatik (tersering)
b. Hifema iatogenik (komplikasi medis)
c. Hifema spontan (anamnesa membedakan dengan traumatik)
- Neovaskularisasi  DM, Iskemi maupun sikatrik.
- Neoplasma __> retio blastoma dan melanomma maligna.
- Hematologi  leukemia, penyakit Von Willebrand.
Klasifikasi Hifema
• Berdasarkan penyebab :
– hifema traumatika  trauma segmen anterior bola mata 
pecah P.darah iris dan badan siliar

– Hifema Iatogenik

– Hifema akibat inflamasi yang parah pada iris dan badan siliar

– Hifema akibat kelainan sel darah merah atau pembuluh darah


(mis: juvenile xanthogranuloma)

– Hifema akibat neoplasma (mis: retinoblastoma)


Berdasarkan waktu terjadinya:
• Hifema primer, timbul
segera setelah trauma
hingga hari ke-2
• Hifema sekunder, timbul
pada hari ke 2-5 setelah
terjadi trauma

Berdasarkan tampilan klinisnya


dibagi menjadi beberapa grade
(Sheppard):
• Grade 1: 1/3 COA
• Grade II: darah mengisi
sepertiga hingga setengah
COA
• Grade III: darah mengisi
jampir total COA
• Grade IV: darah memenuhi
seluruh COA
Patofisiologi Hifema

Trauma tumpul  Kompresi bola mata  peregangan limbus  perubahan


iris/lensa  peningkatan TIO robekan p.darah iris/badan siliar  merusak
sudut COA  darah bergerak ke ruang COA  Aktivasi mekanisme
hemostatis &fibrinolisis  pembentukan fibrin dalam 4-7 hari  plasminogen
menjadi plasmin o aktivator cascade koagulasiplasmin memecah fibrin
bekuan darah menjadi desolusi  Produk hasil degradasi bekuan darah,
bersama dengan sel darah merah dan debris peradangan, keluar dari bilik
mata depan menuju jalinan trabekular dan aliran uvea skleral.
Manifestasi Klinis

• Adanya riwayat trauma bola mata


• adanya perdarahan pada COA (dapat diperiksa dengan flashlight)
• Kadang ditemukan gangguan visus.
• adanya tanda-tanda iritasi dari konjungtiva dan perikorneal
• nyeri pada mata, fotofobia (tidak tahan terhadap sinar), blefarospasme,
kadang disertai gangguan umum yaitu letargi, disorientasi atau somnolen.
mata disertai dengan mata yang berair.
• Terdapat penumpukan darah.  terkumpul di bagian bawah COA mengikuti
gravitasi
Pemeriksaan Penunjang

• Visus turun  Snelen chart


• Konfrontasi: penurunan dapat disebabkan oleh patologi vaskuler
okuler, glaukoma.
• Pengukuran tonografi TIO
• Slit Lamp Biomicroscopy: untuk menentukan kedalaman COA dan
iridocorneal contact, aqueous flare, dan synechia posterior.
• Pemeriksaan oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler.
• Tes provokatif: digunakan untuk menentukan adanya glaukoma bila
TIO normal atau meningkat ringan.
Tatalaksana
• Konservatif :
– Membatasi aktivitas pasien
– Melakukan penutupan mata dengan eye patch atau
eye cover
– Melakukan elevasi kepala 30-45o.  mengumpulkan
darah di inferior COA  posisi ini merupakan posisi
optimal dalam mencegah kontak sel-sel darah merah
dengan korena dan trabekula Fontana.
– Memberikan sedasi  bedrest
– Pemberian analgesik, asetaminofen / kodein. Hindari
NSAID dan Streroid  potensi perdarahan
– Pemantauan berkala (setiap hari) tentang tajam
penglihatan, tekanan intraokular, serta regresi hifema.
Cegah TIO meningkat :
• Anti glaukoma topikal ( turunkan produksi humor aquos )
• timolol (antagonis reseptor beta), latanoprost (analog prostaglandin),
serta brimonidin (agonis reseptor 2 tipe perifer).
• Bila TIO masih meningkat  inhibitor enzim karbonat-anhidrase (CAI)
topikal
• Bila TIO >22mmhg  CAI sistemik (melalui oral), yakni asetazolamid
dengan dosis 20 mg/kg/hari terbagi dalam empat dosis.
• Bila TIO >35mmhg agen osmotik (seperti manitol IV 1,5 g/kg dalam
larutan 10% 2 kali sehari atau 3 kali sehari apabila tekanan sangat
tinggi), atau pemberian gliserol per oral.

Untuk mencegah perdarahan sekunder S/D hifema grd 3 :


• Asam AminoKapriat (ACA) Antiplasmin  lisis bekuan darah
• dosis 100 mg/kg dan diberikan setiap 4 jam (dengan maksimal 30 g
setiap hari) melalui oral selama 5 hari
• Pemakaian topikal juga berefek sama dengan oral
• Steroid
Indikasi Bedah :
Pasien diindikasikan rawat inap jika:
• Corneal blood staining
• Pasien mengalami hifema derajat
• Riwayat sickle cell trait, dengan
Ii atau lebih, sebab berpotensi
tekanan intraokular di atas 24
terjadinya perdarahan sekunder
mmHg lebih dari 24 jam
• Merupakan sickle cell trait
• Hifema dengan derajat lebih dari
• Terjadi trauma tembus okuli
50% COA selama 9 hari atau
• Pasien yang tidak patuh terhadap
lebih.  cegah sinekia Anterior
pengobatan
• Hifema total, dengan tekanan
• Pasien yang memiliki riwayat
intraokular lebih dari 50 mmHg
glaukoma
selama 4 hari atau lebih
meskipun sudah mendapatkan
terapi medik secara maksimal
• Hifema total atau hifema dengan
derajat >75% COA, dengan
tekanan intraokular lebih dari 25
mmHg selama lebih dari 6 hari
meskipun sudah mendapatkan
terapi medik secara maksimal
Komplikasi

1. Perdarahan Sekunder
2. Glaukoma Sekunder (tersumbar
drainase)
3. Hemosiderosis Kornea (kornea
menjadi warna kuning akibat
proses hemosiderin yang
dilakukan oleh enzim
fibrinolitik)
4. Sinekia Posterior (iritis yang
kronis)  perlengketan iris ke
lensa
5. Atrofi optik (peningkatan TIO)
6. Uveitis (hipopion - leukosit)
Kesimpulan
• Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di
dalam bilik mata depan, yaitu daerah di antara kornea
dan iris
• Sering terjadi akibat trauma tumpul yang merobek
pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur
dengan humor aqueus yang jernih.
• Akibat trauma tumpul/ kesalahan operasi/ dan inflamasi
• Keadaan lain yang dapat menyebabkan hifema namun
jarang terjadi adalah adanya tumor mata (contohnya
retinoblastoma), dan kelainan pembuluh darah
(contohnya juvenile xanthogranuloma)
• Penegakan Dx ?
• Adanya riwayat trauma bola mata
• adanya perdarahan pada COA (dapat diperiksa dengan flashlight)
• Kadang ditemukan gangguan visus.
• adanya tanda-tanda iritasi dari konjungtiva dan perikorneal
• nyeri pada mata, fotofobia (tidak tahan terhadap sinar), blefarospasme,
kadang disertai gangguan umum yaitu letargi, disorientasi atau
somnolen.
• mata disertai dengan mata yang berair.
• Terdapat penumpukan darah.  terkumpul di bagian bawah COA
mengikuti gravitasi
• Terapi konservatif / farmakologi untuk
cegah komplikasi

Anda mungkin juga menyukai