Anda di halaman 1dari 14

1.1.

Kehilangan Gigi
Menurut Gerritsen, hilangnya satu atau beberapa gigi dapat menyebabkan gangguan fungsi dan
estetika yang dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang.
Dampak kehilangan gigi seperti :
1. Migrasi dan Rotasi Gigi. Hilangnya keseimbangan pada lengkung gigi dapat
menyebabkan pergeseran, miring atau berputarnya gigi. Gigi yang tidak menempati
posisi yang normal untuk menerima beban yang terjadi pada saat pengunyahan,
sehingga mengakibatkan kerusakan struktur periodontal.
2. Erupsi Berlebih. Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disrtai pertumbuhan tulang
alveolar. Tanpa pertumbuhan tulang alveolar, struktur periodontal akan mengalami
kemunduran sehingga gigi extrusi.
3. Penurunan Efisiensi Kunyah. Kehilangan gigi terutama gigi posterior akan
mengakibatkan berkurangnya efisiensi kunyah gigi.
4. Gangguan Pada Sendi Tempuro Mandibula Juntion (TMJ)
Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan yang berebihan (open closure),
hubungan rahang yang eksentrik akibat kehilangan gigi, dapat menyebabkan gangguan
struktur pada sendi rahang.
5. Beban berlebih pada jaringan pendukung
Bila penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya, maka gigi yang masih ada akan
menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi pembebanan berlebih. Hal ini
akan mengakibatkan kerusakan membrane periodontal dan lama kelamaan gigi tersebut
menjadi goyang dan akhirnya terpaksa dicabut.
6. Menurunkan kualitas penampilan. Kualitas penampilan seseorang akan menurun
karena kehilangan gigi depan akan mengurangi daya tarik wajah seseorang.
7. Terganggu kebersihan mulut. Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan kehilangan kontak
dengan tetangganya, demikian pula gigi yang kehilangan lawan giginya. Adanya ruang
interproksimal tidak wajar ini, mengakibatkan celah antar gigi sehingga mudah disisipi
sisa makanan
1.2.Gigi Tiruan Jembatan
Gigi tiruan jembatan adalah jenis gigi tiruan sebagian yang direkatkan secara permanen pada satu
atau lebih gigi penyangga yang berdekatan dengan gigi yang hilang yang telah dipersiapkan untuk
memperbaiki sebagian atau seluruh permukaan gigi yang mengalami kerusakan/ kelainan dan
untuk menggantikan kehilangan gigi

1.3.Indikasi dan Kontraindikasi Gigi Tiruan Jembatan


Indikasi GTJ :
a. Daerah edontolous yang pendek (short span)
b. Usia pasien 17-55 tahun
c. Terdapat gigi penyangga dan jaringan pendukung yang sehat
d. Oral hygine pasien baik
e. Jika protesa lepasan tidak diindikasikan, seperti pada pasien berkebutuhan khusus
yang tidak dapat memelihara protesa lepasan

Kontraindikasi
a. Pasien yang sangat mudah (<17 tahun) karena kamar pulpa lebar, mahkota klinis
pendek, pembentukan akar belum sempurna serta masih dalam masa pertumbuhan
rahang.
b. Pasien yang sangat tua (>55 tahun) karena gigi mudah rapuh serta dukungan dan
Kesehatan jaringan periodontal menurun
c. Kehilangan jaringan yang parah pada edontolous ridge karena pembedahan atau trauma
d. Daerah edontolous yang panjang (long span)
e. Pasien yang tidak kooperatif

1.4.Persyaratan Gigi Tiruan Jembatan

a. Persyaratan Mekanis
Gigi penyangga harus mempunyai sumbu panjang yang sejajar atau hampir sejajar satu
sama lain, atau sedemikian rupa sehingga dapat dibuat sejajar tanpa membahayakan
vitalitas pulpa. Gigi penyangga harus mempunyai bentuk dan ukuran yang sedemikian rupa
sehingga dapat dipreparasi dengan baik untuk memberi pegangan (retensi) yang baik bagi
retainer. Suatu pontik harus mempunyai bentuk mendekati bentuk anatomi gigi asli yang
diganti dan harus sedemikian kuatnya sehingga dapat menahan/memikul daya kunyah
tanpa patah.
b. Persyaratan Estetik
GTJ terutama yang menggantikan gigi anterior harus dibuat sedemikian rupa sehingga
menyerupai gigi asli. Estetika GTJ dapat diperoleh melaluibentuk, warna, dan inklinasi yang
sesuai dan harmonis dengan keadaan sekitarnya, sehingga memberikan kenyamanan dan
kepercayaan diri bagi pasien
c. Persyaratan Biologis
Gigi tiruan tidak boleh mengganggu kesehatan gigi-gigi penyangga dan jaringan
pendukung lainnya. Preparasi pada gigi vital tidak boleh membahayakan vitalitas pulpanya,
retainer atau pontik tidak boleh mengiritasi jaringan lunak, dan bahan yang digunakan
bersifat biokompatibel.
d. Persyaratan Hygiene
Desain GTJ yang dibuat harus mudah dibersihkan. Pada GTJ tidak boleh terdapat
bagian-bagian yang dapat mengakibatkan retensi makanan. Semua permukaan GTJ
(kecuali permukaan-permukaan dalam retainer) harus dipoles sampai mengkilat agar
kotoran-kotoran tidak mudah melekat.

1.5.Komponen Gigi Tiruan Jembatan


Komponen gigi tiruan jembatan terdiri dari empat bagian yaitu penyangga (abutment),
connector, retainer dan pontik.
1.5.1. Abutment (Penyangga)
Abutment adalah gigi asli yang digunakan sebagai tempat diletakkannya gigi tiruan
jembatan. Mahkota gigi yang baik untuk dijadikan penyangga hendaknya mempunyai panjang
yang normal dan ketebalan dentin yang cukup.
1.5.2. Connector
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan pontik dengan
retainer, pontik dengan pontik atau retainer dengan retainer sehingga menyatukan bagian-
bagian tersebut, yang dapat berfungsi sebagai splinting dan penyalur beban kunyah.
Terdapat 2 macam konektor, yaitu rigid connector dan nonrigid connector.
a. Rigid connector
Merupakan konektor yang tidak memungkinkan terjadinya pergerakan pada komponen
GTJ serta konektor yang paling sering digunakan untuk GTJ
b. Nonrigid connector
Merupakan konektor yang memungkinkan terjadinya pergerakan terbatas pada komponen
GTJ
1.5.4. Retainer
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan gigi tiruan tersebut
dengan gigi penyangga. Fungsinya untuk memegang/menahan (to retain) supaya gigi tiruan
tetap stabil di tempatnya, dan menyalurkan beban kunyah (dari gigi yang diganti) ke gigi
penyangga.
Macam-macam retainer yaitu Extra Coronal Retainer, Intra Coronal Retainer, dan Dowel
Retainer.
1.5.3. Pontik
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi asli yang hilang dan
berfungsi untuk mengembalikan fungsi kunyah dan bicara, estetis, comfort (rasa nyaman), serta
mempertahankan hubungan antar gigi tetangga seperti mencegah migrasi pada gigi sebelahnya/
ektrusi gigi antagonis. Jika desain pontik tidak akurat, maka akan mengganggu kebersihan mulut
yang tepat karena adanya akumulasi plak.
Jenis jenis pontik :
a) Pontik Sadel atau Ridge Lap
Pontik ini terlihat paling mirip seperti gigi alami, menggantikan semua kontur gigi
yang hilang dan membentuk kontak cekungan yang besar pada daerah yang
berkontak dengan lingir. Pontik ini juga disebut ridge lap, sebab tumpang tindih
dengan aspek fasial dan lingual linger sehingga menutupi residual ridge pada aspek
bukolingual.
b) Pontik Modified Ridge Lap
Pontik ini menggabungkan aspek terbaik dari desain pontik hygienic dan ridge lap
yaitu estetika dengan pembersihan yang mudah. Desain ini memberikan ilusi pada
gigi tetapi memiliki permukaan cembung dibagian lingual untuk memudahkan
pembersihan.
c) Pontik Conical
Berbentuk kerucut bulat dan mudah dibersihkan dengan ujung pontik yang kecil.
Pontik ini dibuat semaksimal mungkin dan hanya memiliki satu titik kontak pada
pusat linggir. Desain ini juga memudahkan pasien dalam proses pembersihannya.
Desain pontik ini diindikasikan pada linggir mandibular yang tipis atau berbentuk
tappering, namun apabila digunakan pada linggir yang luas dan datarakan
menimbulkan celah berbentuk segitiga yang besar disekitar kontak jaringan yang
mengakibatkan akumulasi debris pada daerah tersebut.
d) Pontik Ovate
Pontik ini merupakan desain yang estetis dan kuat. Permukaan pontik cembung
menekan jaringan lunak atau berongga pada lingir, sehingga tampak gigi secara
alami muncul dari lingir. Pontik ovate adalah suatu pendekatan bagi gigi anterior
secara estetik
e) Pontik Sanitary/hygienic
Pontik hygienic juga dikenal dengan nama pontik wash the through karena diyakini
desain ini menawarkan metode yang paling tepat untuk menghindari peradangan
mukosa dan gingiva. Efek dari pontik sanitary adalah pontik dibuat pendek dengan
dengan celah besar tujuan menciptakan ruang proksimal bagi embrasure gigi dan
menjaga pontik agar tidak bersentuhan dengan jaringan lunak
1.6.Tipe-tipe Gigi Tiruan Jembatan
1.6.1. Fixed-fixed Bridge/Rigid Fixed Bridge/Fixed Bridge
Fixed bridge merupakan GTJ yang menggantikan kehilangan satu atau lebih gigi geligi
yang berurutan, yang didukung oleh satu atau lebih gigi penyangga pada masing-masing ujung
daerah edentulous dimana semua komponen dilekatkan secara kaku pada ujung-ujungnya
(retainer) sehingga tidak ada pergerakan individual dari gigi-gigi penyangga
1.6.2. Fixed-Movable Bridge/Semi Fixed Bridge
Pada GTJ ini, gaya yang datang dibagi menjadi dua, menggunakan konektor rigid dan
nonrigid sehingga tekanan oklusi akan lebih disalurkan ke tulang dan tidak dipusatkan ke
retainer. GTJ tipe ini memungkinkan pergerakan terbatas pada konektor di antara pontik dan
retainer.
1.6.6. Adhesive Bridge/Resin-Bonded Fixed Partial Denture/Maryland Bridge
Merupakan tipe GTJ yang sangat konservatif karena preparasi yang sangat minimal.
Dilakukan preparasi gigi penyangga hanya sebatas email. GTJ tipe ini terdiri dari satu atau
beberapa pontik yang didukung retainer tipis yang direkatkan dengan semen dengan sistem
etcing bonding ke email gigi penyangga di bagian lingual dan proksimal.
Spring Bridge
Konektor GTJ tipe ini berupa loop atau bar. Loop tersebut menghubungkan retainer dan
pontik di permukaan palatal. Spring bridge membutuhkan retensi yang kuat, oleh karena itu
biasanya dibutuhkan gigi penyangga ganda
1.6.4. Cantilever Bridge
Pontik GTJ tipe ini hanya memiliki satu atau beberapa gigi penyangga di satu sisi. Pontik dan
retainer akan mengalami/menerima gaya rotasi/ungkit dan akan sangat terbebani jika mendapat
beban oklusal. Untuk meminimalkan efek ungkit, pontik biasanya dibuat lebih kecil daripada
gigi asli dan kontak ringan saat oklusi dan artikulasi. GTJ tipe ini tidak diindikasikan untuk
daerah dengan beban oklusal besar.
1.6.5. Compound Bridge/GTJ Kombinasi
GTJ kombinasi merupakan gabungan dua atau lebih tipe GTJ yang disatukan.
Diindikasikan pada penggantian gigi hilang yang membutuhkan gabungan beberapa tipe
GTJ. Dapat berupa fixed bridge dan cantilever bridge atau fixed bridge dan semi fixed
bridge. GTJ tipe ini dapat dibuat untuk menggantikan kehilangan gigi 12 dan 22 dengan
diastema antara gigi 11 dan 21 menggunakan 2 buah fixed bridge.

Identitas pasien
Nama : RR
Tempat/Tanggal Lahir : Semarang/8 Januari 1996
Usia : 27 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pegawai Negri
Agama : Islam
Alamat : Padang
Nomor RM : XXX

2. Pemeriksaan Subjektif/ Anamnesis


a. Chief Complaint
Pasien datang dengan keluhan gigi depan atas kiri ompong dan ingin dibuatkan
gigi palsu.
b. Present illness
Gigi pasien ompong sejak 1 tahun yang lalu karana pasien kecelakaan motor yang
mengakibatkan gigi tersebut tinggal akar dan akhirnya telah dicabut sekitar 3 bulan
yang lalu. Pasien merasa malu dengan kehilangan gigi tersebut. Gigi yang hilang
tersebut belum pernah dibuatkan gigi tiruan sebelumnya.
c. Past dental history
Pasien terakhir datang ke dokter gigi 3 bulan yang lalu untuk pencabutan sisa akar
gigi, pasien menyikat gigi 2 kali sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam
sebelum tidur, pasien tidak mengonsumsi obat kumur dan tidak menggunakan
benang gigi.
d. Family history
Ayah ibu, saudara kandung dan saudara sedarah pasien tidak dicurigai memiliki
riwayat penyakit sistemik.
e. Past medical history
Pasien tidak dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik dan tidak pernah dirawat
dirumah sakit. Saat ini pasien dalam kondisi sehat dan tidak sedang dalam
pengawasan dokter. Pasien tidak memiliki alergi obat dan makanan.
f. Social history
Pasien merupakan seorang pegawai negri dengan waktu istirahat 5 jam/hari,
konsumsi air putih cukup, konsumsi buah dan sayur cukup, tidak merokok, tidak
mengonsumsi alcohol dan narkotika.

1. Kunjungan Pertama (Pencetakan Anatomis)


Pencetakan anatomis dilakukan menggunakan bahan cetak irreversible hydrocolloid
(alginate) untuk mendapatkan replika dari gigi dan jaringan rongga mulut. Hasil cetakan
kemudian dicor menggunakan dental stone tipe III (gips biru) untuk mendapatkan model
studi. Model studi selanjutnya digunakan untuk menentukan rencana perawatan dalam
desain gigi tiruan cekat jembatan yang akan dibuat.
Kunjungan Kedua
a. Preparasi Gigi penyangga
Preparasi adalah tindakan mengasah gigi yang akan menjadi penyangga pada GTJ
untuk mendapatkan arah pasang dan tempat penggunaan retainer.
1) Pengasahan bidang proksimal
Alat : pointed tapered cylindrical diamond bur
Penatalaksanaan :
• Buat garis pedoman pada permukaan labial proksimal berjarak 1 mm pada bagian mesial
dan 1,5 mm bagian distal dari titik kontak dan tegak lurus / sedikit mengkerucut terhadap
bidang horizontal dari puncak interdental papil ke arah insisal
• Lakukan pengasahan proksimal menggunakan pointed tapered cylindrical diamond bur
yang dijalankan antara titik kontak dengan garis pedoman dengan posisi bur tegak lurus
/ sedikit mengkerucut terhadap bidang horizontal
• Arah gerakan bur dari labial ke palatal.
• Lakukan pengasahan sampai titik kontak hilang, lalu dilanjutkan sampai bur
menyinggung garis pedoman
• Hasil preparasi dibuat sedikit mengkerucut (konvergen) ke arah insisal dengan sudut 2-
6o
• Setelah selesai, lakukan pengecekan dengan menempelkan sonde lurus pada permukaan
proksimal gigi untuk melihat apakah ada bagian yang belum halus atau terdapat undercut.

2) Pengasahan bidang insisal


Alat : flat end straight cylindrical diamond bur

Penatalaksanaan :
Buat 2 atau 4 groove horizontal dengan kedalaman 0,5 mm pada 1/3 insisal dengan flat
end straight cylindrical diamond bur. Preparasi dilakukan dengan flat end straight
cylindrical diamond bur sesuai pedoman pengasahan yang telah dibuat dengan posisi
bur 450 ke arah palatal, dengan arah gerakan dari groove ke mesial atau distal. Setelah
selesai, dilakukan pengecekan dengan membandingkan permukaan insisal hasil
preparasi terhadap insisal gigi tetangga. Kemudian dilihat ruangan hasil preparasi pada
gerakan artikulasi ke anterior sampai dengan edge to edge, apakah cukup atau tidak.

3) Pengasahan bidang labial


Alat : flat end tapered cylindrical diamond bur

Penatalaksanaan :

• Buat pedoman groove menggunakan flat end tapered cylindrical diamond bur
sebanyak 3 buah pada bagian 2/3 insisal sedalam 1-1,5 mm dan 2 groove pada 1/3
servikal sedalam 0,5 mm

• Pada 2/3 bagian insisal, pengasahan dilakukan dengan flat end tapered cylindrical
diamond bur dengan menjalankan bur dari pedoman groove ke arah mesial dan distal
mengikuti kontur gigi guna mempertahankan outline gigi
• Pada 1/3 servikal, dilakukan pengasahan dengan flat end tapered cylindrical diamond
bur dengan menjalankan bur sejajar sumbu gigi sampai dasar groove dengan gerakan
ke mesial atau ke distal serta ujung bur berada 0,5 mm di atas margin gingiva.
• Lakukan pengecekan seluruh hasil pengasahan menggunakan sonde lengkung.
Gerakan dari servikal ke insisal
• Lakukan pengecekan hasil permukaan labial yang diasah dibandingkan dengan gigi-
gigi tetangga. Permukaan labial preparasi harus lebih rendah dari permukaan labial
gigi 11. Kemudian liaht dengan kaca mulut dari insisal, apakah lengkung permukaan
labial yang diasah sudah sesai dengan lengkung permukaan anatomis sebelumnya
atau bandingkan dengan lengkung permukaan labial gigi.

4) Pengasahan bidang palatal


Alat : flame type diamond bur dan torpedo bur

Penatalaksanaan :
• Lakukan pengasahan pada bagian marginal ridge terlebih dahulu sampai setinggi fossa,
kemudian asah fossa dengan flame type diamond bur kearah mesial/ distal mengikuti
anatomi bidang palatal
• Lakukan pengasahan pada 1/3 bagian servikal menggunakan bur torpedo dengan posisi
bur tegak lurus terhadap bidang horizontal untuk membentuk dinding pada 1/3 servikal
dan akhiran champer.
• Periksan hasil preparasi menggunakan sonde dan kaca mulut dari arah insisal baik
bidang palatal maupun bidang labial harus sejajar sumbu gigi.
5) Pengasahan servikal
Alat : flat end straight cylindrical bur (shoulder pada labial), bur torpedo (chamfer pada
palatal)
Jalankan bur flat end straight cylindrical diamond sejajar sumbu gigi dengan ujung
bur equigingiva sepanjang daerah servikal di labial sampai proksimal dan jalankan
bur torpedo sejajar sumbu gigi dengan ujung bur supragingiva sepanjang daerah
servikal di palatal
• Jalankan round diamond bur pada cavosurface line angle pada akhiran shoulder untuk
menghilangkan sudut akhiran yang tajam
• Lakukan pengecekan dengan sonde lengkung, apakah masih ada jaringan gigi yang
berkontak dengan gigi-gigi sebelahnya dan batas hasil pengasahan harus terlihat jelas
di sekeliling servikal

b. Kesejajaran preparasi
Kesejajarang gigi 21 dan 23 dilihat dengan mengggunakan 2 buah sonde lurus (mesial 21
dengan distal 23 / mesial 23 dengan distal 21) dan konvergen kearah insisal

Penentuan warna gigi dengan shade guide


Tentukan warna gigi yang sesuai dengan gigi pasien yang masuh ada. Minta persetujuan
kepada pasien mengenai warna gigi yang dipilih

PENCETAKAN BACA PPT


Pembuatan gigi tiruan sementara
• Lakukan pencetakan pada model studi yang sudah ada menggunakan alginate.
• Cetak rahang pasien yang telah dipreparasi mengunakan alginat menggunakan sendok
cetak sebagian. Kemudian cor menggunakan gips biru
• Aduk akrilik self curing dan masukkan ke dalam cetakan negatif yang menggunakan
alginate tadi, kemudian lakukan pencetakan pada model pasca preparasi.
• Setelah mengeras, angkat cetakan. Keluarkan mahkota sementara akrilik dari cetakan
• Lakukan pemotongan bagian yang berlebih dari mahkota sementara dan lakukan
pemolesan.
• Penyemenan mahkota sementara dengan menggunakan fletcher.
• Cek oklusi pasien.

Pengiriman ke laboratorium
• Hasil cetakan dengan elastomer dikirim ke lab untuk dibuatkan crown dan bridge gigi
22 dengan gigi penyangga pada 21 dan 23 bahan PFM dengan backing logam di palatal
• Pengiriman ke lab disertakan dengan cetakan rahang bawah pasien dan warna gigi yang
telah dipilih.
Kunjungan Ketiga
Try in Coping Logam GTC
Coping yang sudah selsai, dilakukan percobaan pemasangan pada pasien.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
• Adaptasi pada daerah servikal
• Periksa ruangan tersedia untuk daerah porselen
• Periksa oklusi apakah ada traumatik oklusi
• Periksa stabilitas coping. Apabila sudah sesuai dengan kriteria maka kirim kembali
ke laboratorium untuk dibuatkan facing porselennya
4. Kunjungan ke Empat
Insersi GTC dan Pemasangan Sementara

Hal yang perlu diperhatikan saaat try in adalah


• Periksa adaptasi
• Periksa titik kontak menggunakan dental floss (dimasukkan melalui interdental
diantara retainer dengan gigi tetangga
• Periksa ketebalan bahan → over/under bulk dengan melihat dari permukaan oklusal
dan lateral
• Pemeriksaan akhiran pontik dengan kaca mulut → gusi dibawah pontik tidak
tertekan atau gusi tidak pucat.
• Pemeriksaan tepi restorasi dengan menggunakan sonde pada permukaan gusi →
tidak boleh ada sela atau menekan gusi.
• Pemeriksaan oklusi dengan menggunakan artikulating paper pasien diinstruksikan
melakukan oklusi sentrik → untuk melihat prematur kontak.
• Pemeriksaan oklusi artikulasi dengan meminta pasien untuk melakukan gerakan
lateral dan protrusif → occlusal interference.
• Pemeriksaan stabilisasi → apabila pasien melakukan gerakkan lateral dan protrusif
maka gigi tetap berada diposisinya/ tidak bergerak/ tidak goyang.
Bila sudah pas lakukan sementing menggunakan fletcher, bersihkan sisa fletcher pada
gigi dan lakukan pemeriksaan oklusi pasien serta finishing.
Instruksi ke pasien :
- Hindari makan makanan yang keras
- Menjaga kebersihan mulut (oral hygiene)
- Kembali 1 minggu kemudian
5. Kunjungan Kelima
Berikut tahapannya :
• Pemasangan benang retractor
• Lakukan sementasi priermanen dengan menggunakan GIC Luting
• Bersihkan sisa semen pada gigi, periksa oklusi kembali.
• Finishing
Instruksi pemeliharan GTC jembatan
- Menjaga kebersihan rongga mulut
- Mengurangi makanan yang asam dan kariogenik
- Menggunakan alat bantu obat kumur
- Lakukan kontrol rutin 3-6 bulan
Kunjungan Keenam
Kontrol 1 minggu GTJ, periksan :
- Apakah pasien ada keluhan atau tidak -> premature kontak, gingival berdarah/tidak
- Keadaan jaringan lunak
- Kebersihan mulut pasien
- Oklusi
7. Kunjungan Ketujuh
Kontrol 1 bulan GTJ, periksa :
- Apakah pasien ada keluhan atau tidak
- Keadaan jaringan lunak
- Kebersihan mulut pasien
- Oklusi

PERTANYAAN :
1. Apa syarat gig bisa dijadikan abutment?

Pertimbangan pemilihan gigi penyangga :


• Konfigurasi akar
Gigi harus memiliki panjang mahkota oklusoservikal yang memadai untuk mencapai
retensi yang cukup.
• Rasio mahkota dan akar
Rasio ini merupakan perbandingan antara jarak oklusal gigi ke alveolar crest dan Panjang
akar yang tertanam di dalam tulang alveolar. Perbandingan panjang mahkota dan akar
adalah 2:3 minimal 1:1 untuk abutment prospektif dalam kondisi normal
• Bentuk mahkota
Beberapa gigi memiliki bentuk mahkota yang meruncing, yang mengganggu paralelisme
preparasi sehingga memerlukan retainer dengan full-coverage untuk meningkatkan kualitas
retentif dan estetisnya
• Ligament periodontal
Merupakan jumlah luas permukaan perlekatan ligamen periodontal ke tulang alveolar. Gigi
yang lebih besar memiliki luas ligamen periodontal lebih besar, sehingga dapat menahan
tekanan yang lebih besar

2. Apa saja jenis jenis retainer?


Macam-macam retainer yaitu Extra Coronal Retainer, Intra Coronal Retainer, d. Extra
Coronal Retainer terdiri dari full veener crown retainer dan partial veener crown retainer.
Intra Coronal Retainer bentuknya adalah onlay dan inlay.

Anda mungkin juga menyukai