Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KEPANITERAAN

GIGI TIRUAN CEKAT


MODUL PROSTHODONTIA

Disusun Oleh :
Nama : Arina Zakiyyatun Nisa, S.Kg
No Mahasiswa : 20100340038
Nama Pasien : Didik Setyawan
No RM : 32863

Pembimbing :
drg. Arief Waskitho, Sp. Pros

PENDIDIKAN PROFESI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
I. PENDAHULUAN

Gigi Tiruan Cekat (GTC) adalah suatu restorasi gigi di dalam mulut yang
menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang yang tidak dapat dilepas dengan mudah,
baik oleh pasien atau dokter giginya. Restorasi ini dilekatkan/dipasang secara permanen pada
gigi asli atau akar-akar gigi asli yang merupakan pendukung utama dari restorasi tersebut.
Apabila gigi dicabut dan tidak segera diganti, dapat membawa berbagai macam
akibat, misalnya setelah pencabutan gigi molar pertama kanan bawah dapat megakibatkan:
1. Gigi M2 condong ke mesial
2. Gigi antagonis (M1 atas) ekstrusi ke arah edentulous
3. Premolar kedua sering condong ke distal
4. Dapat terjadi kantong gusi (pocket) pada sisi edentulous
5. Titik kontak antara P1 dan P2 dapat hilang
6. Dapat terjadi karies karena akumulasi plak pada gigi
7. Ganguan estetika terjadi apabila gigi depan terlihat
8. Gangguan fonetik (bicara) pada kehilangan gigi depan
9. Kelainan persendian mandibula
Tujuan pembuatan GTC :
1. Memperbaiki fungsi organ kunyah
2. Mencegah terjadinya oclusal disharmony
3. Mencegah terjadinya migrasi gigi
4. Mencegah kerusakan lebih lanjut
5. Memperbaiki estetik untuk manfaat psikologik
6. Memulihkan fungsi fonetik
7. Memelihara dan mempertahankan gusi dan jaringan periodontium
Keuntungan GTC dibanding dengan GTSL (Gigi Tiruan Sebagian Lepasan) adalah
1. Karena diletakkan pada gigi asli, maka tidak mudah terlepas atau tertelan
2. Dirasakan sebagai gigi sendiri oleh pasien, tanpa adanya frame/plat.
3. Tidak mempunyai clasp (pendekap) yang dapat menyebabkan keausan pada
enamel gigi.
4. Dapat mempunyai efek spint (efek belat) yang melindungi gigi terhadap stress.
5. Mendistribusikan stress (tegangan) fungsi ke seluruh gigi, sehingga
menguntungkan jaringan pendukungnya.
I. TINJAUAN PUSTAKA

A. DASAR TEORI
1. Pengertian
Gigi tiruan cekat adalah suatu restorasi gigi di dalam mulut yang tidak
dapat dilepas dengan mudah baik oleh pasien maupun dokter giginya. Restorasi
ini dilekatkan/dipasang secara permanen pada gigi asli atau akar-akar gigi asli
yang merupakan pendukung utama dari restorasi tersebut (Stephen, 1998 &
Cowell, 1979).
2. Indikasi GTC
a. Pasien berusia 20-50 tahun, diutamakan pembuatannya untuk pasien dewasa
b. Kesehatan struktur gigi baik
c. Kebersihan mulut pasien baik (diamati melalui deposit saliva)
d. Tulang alveolar gigi normal (tidak resorbsi)
e. Pendukungan alveolar baik (bentuk akar baik, padat, besar, divergen dsb.)
f. Tidak melanggar aturan ratio akar dan mahkota sebesar 50%
g. Bentuk gigi bagus dan normal
h. Sesuai dengan hukum Ante (untuk pemilihan gigi penyangga)
i. Hubungan oklusi yang baik (tidak adanya crossbite)
j. Jaringan periodontal gigi penyangga baik, gigi yang tidak kokoh kadang
memerlukan dukungan tambahan dengan perlekatan ganda.
k. Gigi yang jarang berfungsi secara fungsional memiliki membran periodontal
yang tipis, begitu sebaliknya.
l. Pasien yang profesinya memerlukan kesempurnaan oklusi (musisi, pedagang).
m. Penyanyi dan pembicara yang tidak menginginkan penampilan buruk karena
kehilangan gigi atau pemasangan protesa yang kurang estetis
n. Sebagai perencanaan perawatan pada kasus periodontal
o. Pasien tidak memiliki bad habit yang berpengaruh terhadap stabilitas dan
keawetan GTC (misal: kebiasaan bruxism)
p. Kesehatan umum pasien baik (misal : tidak menderita Diabetes Mellitus,
osteoporosis, dsb.). Paling tidak mendekati normal, tapi lebih baik jika
sempurna
q. Pertimbangan pasca perawatan ortodonsi (sisa ruang yang terlalu sempit
apabila dilakukan pemasangan GTS tidak memungkinkan)
r. Pada kasus rehabilitasi mulut, dimana semua faktor memenuhi syarat (tingkah
laku pasien, kooperatif, umur)
s. Poros gigi (inklinasi) gigi penyangga harus tegak, dan sejajar satu sama lain,
apabila miring tidak boleh melebihi 25 derajat
t. Tidak terdapat kegoyahan gigi pada gigi penyangga
u. Gigi yang masih vital dengan reaksi yang normal (gigi tidak hipersensitivitas)
v. Operator sanggup untuk melakukan perawatan GTC
w. Tingkat ekonomi pasien yang mendukung pembuatan GTC
3. Bagian-bagian/komponen GTC
a. Gigi Abutment/Penyangga/pegangan
Gigi asli atau akar yang telah dipreparasi untuk penempatan retainer dan yang
mendukung bridge tersebut
b. Retainer
Bagian dari GTC yang dilekatkan pada gigi abutment
c. Pontic/Dummy
Bagian dari GTC yang menggantikan gigi asli yang hilang dan memperbaiki
fungsinya
d. Connector/Joint
Bagian dari GTC yang menghubungkan retainer pontic.
e. Unit
Setiap GTC yang meliputi retainer atau pontic
4. Persyaratan GTC
a. Persyaratan Mekanis
Gigi abutment : mempunyai sumbu panjang yang sejajar satu sama lain tanpa
membahayakan vitalitas pulpa. Bentuk dan ukuran cukup sehingga dapat
dipreparasi.
Bentuk pontik : serupa gigi asli & kuat.
b. Persyaratan Fisiologis
GTC tidak boleh mengganggu kesehatan gigi-gigi abutment dan jaringan
pendukung lainnya (gusi, lidah, pipi, bibir)
c. Persyaratan Hygiene
Tidak boleh ada bagian yang menimbulkan retensi sisa makanan. Diantara
pontik-pontik atau pontik-retainer harus ada sela (embrasure) yang cukup
sehingga dapat dibersihkan dengan mudah oleh saliva atau lidah. Diantara
pontik-gusi harus dapat dilalui seutas benang/dental floss untuk membersihkan
GTC tersebut. GTC harus dipolis hingga mengkilat supaya kotoran tidak
mudah melekat.
d. Persyaratan Estetik
GTC harus menyerupai gigi asli tetapi tidak boleh mengorbankan kekuatan
dan kebersihan GTC.
e. Persyaratan Fonetik
Suara (voice) dan bicara (speech) pada GTC tidak banyak dipersoalkan.
5. Macam-macam/jenis GTC
a. Fixed-Fixed Bridge
Bridge yang connectornya bersifat rigit/kaku. Bisa digunakan pada gigi
anterior/posterior. Connectornya dikerjakan dengan pematrian/soldering atau
one piece casting.
b. Fixed Movable Bridge
Bridge yang connectornya yang satu rigit dan yang satunya non rigit/movable
(bisa bergerak). Sifat-sifat individu gigi secara alami mempunyai individual
movement
c. Spring Bridge
Bridge yang mempunyai pontic jauh dari retainer dan dihubungkan dengan
palatal bar. Indikasi : pada kasus di mana gigi anterior terdapat diastema
(kasus yang mengutamakan estetis)
d. Cantilever bridge
Satu ujung bridge melekat secara rigid/kaku pada retainer sedang ujung yang
lain bebas/menggantung. Biasanya dibuat pada pasien yang menghendaki
sedikit jaringan gigi asli yang dikurangi tetapi tetap tidak lepas dari kriteria
retensi dan stabilitasi.
e. Compound bridge
Kombinasi dari 2 tipe bridge.
f. Complex Bridge
Jembatan bilateral meliputi dua sisi rahang yang menggantikan sejumlah gigi
dengan kegiatan fungsi yang berbeda.
6. Syarat gigi Penyangga
a. Panjang gigi normal (panjang akar yang tertanam dalam soket gigi sedikitnya
1½ panjang mahkota anatomisnya) tanpa disertai kerusakan jaringan
periodontal
b. Mahkota berbentuk persegi (untuk mendapatkan bentuk retainer dengan
retensi dan stabilisasi yang baik)
c. Tidak memiliki kelainan di sekitar ujung akar gigi
d. Tidak memiliki karies, jika ada karies sudah dilakukan penumpatan
e. Akar tidak boleh bengkok dan berbentuk kerucut (mengurangi retensi)
f. Tidak goyah
g. Kedudukan yang normal pada lengkung gigi sudah erupsi sempurna
h. Memiliki poros gigi (inklinasi) yang tegak, kemiringannya tidak lebih dari 25
derajat (akan membahayakan pulpa pada preparasi)
i. Gigi penyangga tidak malposisi (misal : gigi linguoversi atau bukoversi dapat
mempersulit pada saat dilakukan path of insertion, juga dapat memperbesar
tekanan karena pengunyahan sehingga dapat menggangu stabilitas dan
keawetan GTC)
j. Jika gigi penyangga non vital, harus dilakukan perawatan endodontik serta
tidak terjadi resorbsi.
7. Bentuk/desain pontik
a. Saddle pontic :
- Bentuk menyerupai gigi asli
- Bagian servikal pontik menempel semua tanggul alveolar
- Estetis bagus, tetapi tingkat kebersihan jelek.
b. Ridge lap pontic :
- Untuk gigi anterior dan posterior yang memerlukan estetis dan tingkat
kebersihan yang tinggi
- Bagian servikal pontik menempel pada tanggul alveolar hanya bagian bukal/
labial saja, bagian palatal/lingual menggantung.
c. Hygiene pontic :
- Untuk posterior rahang bawah yang memerlukan tingkat kebersihan yang
tinggi
- Bagian servikal pontik tidak ada yang menempel pada tanggul alveolar
(sehingga estetis kurang).
d. Conical pontic :
- Bagian servikal pontik yang menempel tanggul alveolar hanya sedikit saja.

8. Prinsip-prinsip preparasi gigi abutment


Untuk dapat memahami dan mengerjakan preparasi pada gigi
pegangan/pilar/abutment dengan benar perlu kiranya pemahaman terlebih dahulu
mengenai beberapa macam finish line (garis akhir preparasi yang terletak di
daerah cemento enamel junction). Di dalam preparasi GTC dikenal adanya 4
macam finish line:
1. Shoulderless / knife edge / tanpa pundak
Bentuk ini biasanya dibuat pada gigi-gigi pegangan yang tipis atau
pada GTC dengan retainer terbuat dari bahan yang mempunyai kekuatan tepi
cukup kuat. Biasanya pada preparasi mahkota ¾, mahkota penuh, mahkota
berjendela dengan retainer terbuat dari bahan logam campur.
2. Shoulder / berpundak
Bentuk ini kurang baik untuk mahkota penuh dengan bahan logam
sebagai retainernya (full cast crown), karena disini ada kesukaran di dalam
mewujudkan pertemuan yang akurat antara tepi retainer dengan tepi pundak
gigi pegangan. Untuk mengatasi keadaan biasanya pada pundak tersebut
dibuat bevel. Preparasi macam ini dibuat pada gigi pegangan dengan retainer
tanpa kekuatan tepi, sehingga pada tepi retainer tersebut mempunyai ketebalan
(contoh pada resin akrilik mahkota jaket).
3. Chamfer finish line
Bentuk ini akan menyebabkan kekuatan yang diterima oleh gigi pilar
menjadi berkurang, sehingga mencegah terjadinya kerusakan semen sebagai
bahan perekat yang ada diantara retainer dengan gigi pilar. Biasanya untuk
retainer jenis mahkota penuh (full veneer cast crown).
4. Partial shoulder/berpundak sebagian
Bentuk ini mempunyai pundak pada bagian bukal atau labial, kemudian
akan menyempit pada daerah proksimal dan akhirnya hilang sama sekali pada
daerah palatinal / lingual. Maksud bentuk ini untuk memberi ketebalan pada
bagian bukal / labial yang akan ditempati oleh resin akrilik/porselain sebagai
facing. Kasus yang sering terjadi yaitu pada gigi premolar 1 & 2 atas/bawah
dengan retainer full metal crown with porcelain/acrylic resin veneer.
II. LAPORAN KASUS

A. Identitas pasien
Nama : Didik Setyawan
Alamat : Imogiri,Bantul, DIY
TTL : Bantul, 4 Oktober 1989
Jenis kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Kristen
No. RM : 32863

B. Anamnesa
1. Pemeriksaan Subyektif
 Keluhan Utama :
Pasien mengeluhkan gigi geraham kecil pertama kanan atas sisa akar dan ingin
di cabut serta di buatkan gigi tiruan.
 Riwayat Perjalanan Penyakit :
Keluhan tersebut ada sejak ± 10 tahun yang lalu, awalnya muncul lubang kecil
kemudian sekarang tinggal sisa akar. Dahulu pernah bengkak gusi bagian pipi 1
tahun yang lalu namun hanya dibiarkan dan sekarang sudah tidak ada keluhan.
Pasien sikat gigi 2 kali sehari pada saat mandi. Pasien mengunyah pada sisi kiri
karena kebiaasaan karena sisi kanan susah dibersihkan.
 Riwayat Kesehatan Oral :
Pasien sudah pernah datang ke dokter gigi pada saat TK untuk mencabutkan
gigi susunya dan pada saat SD saat ada kunjungan dokter gigi di sekolah
 Riwayat kesehatan keluarga :
Ayah : tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
Ibu : tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
 Riwayat kehidupan sosial :
Pasien adalah seorang mahasiswa tingkat akhir jurusan sistem informasi di
AMIKOM dan bertempat tinggal di yogyakarta. Pasien jarang minum minuman
beralkohol.
 Riwayat kesehatan utama :
Pasien pernah di opname di rumah sakit karena penyakit DBD selama 1 minggu

2. Pemeriksaan fisik
Vital sign :
Tekanan darah: 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Nafas : 18 x/menit
Suhu : afebris
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 159 cm
Torus palatinus : Ada (± 3 cm)
Torus mandibula : Tidak ada
Palatum : Sedang
Mukosa : Normal
Gingiva : Normal
Bentuk lengkung :
RA : Parabola
RB : Parabola

3. Pemeriksaan klinis ekstraoral


Fasial Neuromuskula K.Ludah K.Limfe Tl.Rahang TMJ
r
Deformita
TAK TAK TAK TAK TAK TAK
s
Nyeri TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Tumor TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Gangguan
TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Fungsi

Deskripsi lesi/kelainan yang ditemukan :


Tidak ditemukan adanya kelainan
4. Pemeriksaan Intra Oral
Pemeriksaan rongga mulut (intraoral)

PETA MUKOSA DAN JARINGAN LUNAK

Deskripsi Lesi / Kelainan yang Ditemukan:


2,4 : Terdapat lesi berbentuk garis irregular, setinggi dataran oklusal, sewarna
mukosa, dipalpasi tidak sakit, diretrak hilang.
dx : cheek biting
28, 29 : Terdapat garis kebiruan pada dasar lidah akibat pelebaran pembuluh darah
dx : varikositas lingualis
5. Pemeriksaan klinis gigi geligi
Odontogram
U

Keterangan :
X : missing
: Karies
V : Radik
UE: Unerupted.
6. Foto Study Model
Rahang Atas

Rahang Bawah
III. PROSEDUR KERJA DAN TAHAPAN PERAWATAN

A. Persiapan di Dalam Mulut / Mouth Preparation

Merupakan persiapan-persiapan di dalam mulut sebelum dibuatkan gigi tiruan


cekat, meliputi :
1. Perawatan periodontal / periodontal treatment, misalnya pemeriksaan gigi, gusi, dan
tulang pendukungnya serta perawatan scalling.
2. Perawatan konservasi / konservatif treatment, misalnya restorasi gigi yang karies. Hal
ini dilakukan untuk mengurangi hambatan, mencari bidang bimbing, membuat
sandaran oklusal dan bila perlu menciptakan daerah-daerah untuk retensi mekanis.
3. Perawatan bedah / surgical treatment, misalnya pencabutan gigi yang tidak mungkin
dipertahankan.

B. Perawatan

KUNJUNGAN I
( Membuat studi model RA dan RB & Foto rontgen)

Sendok cetak : perforated stock tray No.1


Bahan cetak : alginat
Cara mencetak : mukostatik
Studi model ini dipergunakan untuk mempelajari :
1. Letak gigi abutment
2. Letak pontic
3. Letak retainer
4. Letak konektor
Cara Pencetakan
Sebelum mencetak, sendok cetak dicobakan ke dalam rongga mulut pasien.
1. Pencetakan Rahang Atas :
a. Pasien duduk dengan posisi sedemikian rupa sehingga kepala dan punggung
terletak pada satu garis lurus, dataran oklusal sejajar lantai. Mulut pasien setinggi
siku operator.
b. Operator berdiri di belakang samping kanan pasien.
c. Sendok cetak rahang atas yang berisis adonan alginat dimasukkan kemulut pasien
dengan menempelkan bagian posterior lebih dahulu lalu sedikit demi sedikit ke
arah anterior sampai seluruh gigi terbenam alginat. Selanjutnya pasien
diinstruksikan mengucapkan “U” lalu dilakukan muscle triming di bagian bukal dan
labial.
d. Setelah alginat setting, sendok cetak dilepas.
2. Pencetakan Rahang Bawah :
a. Sama seperti pada rahang atas, tetapi posisi operator di sebelah kanan depan.
b. Lidah diangkat keatas.
Setelah selesai pencetakan, hasil cetakan diisi stone gips lalu di boxing.

KUNJUNGAN II
(Preparasi Gigi Abutment)

Prinsip preparasi yang harus diperhatikan terdiri dari 3 kategori yaitu biologic consideration,
mechanical consideration dan esthetic consideration.
1. Biologic consideration
Sebelum preparasi gigi penyangga, hitung luas jaringan periodontal gigi yang akan
digantikan dengan gigi pegangan sesuai dengan Hukum Ante. Untuk kasus ini luas
jaringan periodontal gigi caninus kanan rahang atas adalah 102 mm² (setengah dari 204
mm² karena pada saat pencabutan dilakukan pengurangan tulang) . Maka luas jaringan
gigi yang menjadi pegangan harus sama dengan atau lebih dari jumlah gigi yang akan
digantikan. Gigi yang menjadi pegangan adalah Caninus sebesar 102 mm² dan gigi
premolar kedua 140 mm² = 242.mm² Jumlah ini lebih besar dibandingkan luas
periodontal gigi premolar pertama (yang digantikan) yaitu 149 mm². Dimana syarat untuk
gigi pegangan memenuhi hukum ante.
Pada saat preparasi perhatikan posisi bur terhadap gigi yang dipreparasi, pada kasus ini
gigi yang dipreparasi adalah gigi 13 dan 15. Perhatikan juga umur pasien untuk melihat
ukuran kamar pulpanya. Pasien berusia 26 tahun (rentang usia 20-29 tahun), jarak antara
mesial gigi dengan mesial pulp horn adalah 2,5mm dan distal gigi dengan distal pulp
horn adalah 3,2mm. Jarak dari labial ke kamar pulpa 2,4mm dan jarak palatal 1,9mm.
sedangkan, untuk jarak incisal ke mesial pulp horn adalah 4,8mm dan jarak incisal ke
distal pulp horn 5,2mm.
Finishing line yang digunakan adalah chamfer finishing line karena finishing line jelas,
adekuat dan lebih mudah dikontrol. Bahan yang akan digunakan adalah porcelain fused
metal crown. Finishing line dibuat pada subgingival margin masuk kira-kira 0,5mm di
bawah margin gingival.
2. Mechanical consideration
Pada saat preparasi pengurangan gigi dan arah gerakan bur dilakukan satu arah agar
retentif. Bentuk preparasi konvergen ke oklusal/incisal dengan sudut kemiringan 6º. Arah
insersi harus tepat pada satu titik dan tidak berubah. Cek oklusi pasien penting untuk
melihat ada tidaknya beban oklusi yang berlebihan serta kebiasaan buruk pasien misalnya
bruxism dan pipe smoking. pada kasus ini pasien tidak mempunyai kebiasaan buruk.
3. Esthetic Consideration
Preparasi gigi akan dibuat kira-kira 1,5mm sesuai dengan ketebalan bahan (1mm untuk
porcelain, 0,3mm untuk metal dan 0,2mm untuk opaquer). Untuk pengurangan bagian
incisaldibutuhkan kira-kira 2mm untuk estesis yang baik.

a. Preparasi abutment dengan PFM crown pada gigi 13


1) Prosedur preparasi diawali dengan pembuatan guiding groove yaitu pada 3 tempat
facial gigi central, mesiofacial dan distofacial dengan mengikuti kontur gigi bagian
facial. Guiding groove ini dapat menggunakan bur fissure dengan ketebalan 1,3 mm
kemudian diikuti finishing menjadi kedalaman 1,5 mm.
2) Guiding groove pada bagian incisal edge pada gigi anterior atau occlusal pada gigi
posterior sedalam 1,8 mm mengikuti guidjng groove dari arah facial dan menjadi 2
mm setelah dilakukan finishing. Guiding groove ini tidak boleh terlalu dalam dan
overreduced serta harus rata.
3) Incisal reduction : Bagian incisal dikurangi dengan menggunakan tapered bur sebesar
2 mm
4) Labial/Palatal reduction : Bagian labial dikurangi dengan chamfer bur kemudian
dibuat chamfer finish line pada daerah cemento-enamel junction.pengurangan pada
bagian labial sebesar 1-1,5mm. pada bagian palatal dikurangi menggunakan bur
chamfer dengan bur tegak lurus aksis gigi sebesar 1,5mm dan cingulum dikurangi
dengan bur flame.
5) Proximal reduction : Menggunakan bur tapered yang tipis dan kecil dengan
pemotongan sejajar antar dinding proksimal sedikit menutup kearah incisal sebesar 6o.
Pengurangan proksimal sebesar 1,5mm
6) Axial reduction : Tumpulkan sudut-sudut aksial dengan silindris tapered bur terutama
daerah gingival margin.
7) Penghalusan hasil preparasi : Menggunakan chamfer finishing bur untuk
menghilangkan bagian yang tajam, runcing, tidak rata dan undercut-undercut untuk
memperoleh hasil preparasi yang halus.
b. Preparasi abutment dengan PFM crown pada gigi 15
1) Prosedur preparasi diawali dengan pembuatan guiding groove yaitu pada 3 tempat
facial gigi central, mesiofacial dan distofacial dengan mengikuti kontur gigi bagian
facial. Guiding groove ini dapat menggunakan bur fissure dengan ketebalan 1,3 mm
kemudian diikuti finishing menjadi kedalaman 1,5 mm
2) Guiding groove pada bagian incisal edge pada gigi anterior atau occlusal pada gigi
posterior sedalam 1,8 mm mengikuti guidjng groove dari arah facial dan menjadi 2
mm setelah dilakukan finishing. Guiding groove ini tidak boleh terlalu dalam dan
overreduced serta harus rata.
3) Oklusal reduction : bagian oklusal dikurangi dengan bur fissure ujung datar sebesar
1,5-2 mm mengikuti bentuk permukaan oklusal
4) Bukal/Palatal reduction : Bagian labial dikurangi dengan chamfer bur 1,5mm
kemudian dibuat chamfer finish line pada daerah cemento-enamel junction.
5) Proximal reduction : Menggunakan bur tapered yang tipis dan kecil dengan
pemotongan sejajar antar dinding proksimal sedikit menutup kearah incisal sebesar 6o.
Pengurangan proksimal sebesar 1,5mm
6) Axial reduction : Tumpulkan sudut-sudut aksial dengan silindris tapered bur terutama
daerah gingival margin.
7) Penghalusan hasil preparasi : Menggunakan chamfer finishing bur untuk
menghilangkan bagian yang tajam, runcing, tidak rata dan undercut-undercut untuk
memperoleh hasil preparasi yang halus.
c. Anestesi infiltrasi dapat digunakan apabila terdapat kesulitan saat preparasi. Bisa dengan
menganastesi Nervus Alveolaris Superior Media untuk menganastesi gigi p1, p2 sampai
pada mesial m1 dan Nervus Alveolaris Superior Anterior untuk menganestesi gigi anterior.
d. Retrak gingival dengan menggunakan cord adrenalin atau kapas adrenalin yang dilinting
seukuran lingkaran gigi kemudian masukkan pada sulkus gingival dengan menggunakan
plastis instrument tipis
e. Pencetakan work model
Pencetakan work model dilakukan dengan bahan cetak elastomer jenis silicon adisi.
Silicon adisi diguakan karena stabilitas dimensi baik, mudah digunakan dan kualitas
permukaan baik. Cara mencetak (metode One step putty wash):
- Bahan putty base dan katalis dimanipulasi dengan menggunakan tangan tanpa
handscoon kemudian letakkan pada sendok cetak, buat cekungan pada bagian yang
akan diisi wash sedalam gigi yang akan dicetak
- Injeksikan bahan wash pada gigi yang sudah dipreparasi yang sebelumnya sudah
diretrak dan pada bagian putty yang sudah dicekungkan
- Kemudian cetak pada pasien dan tunggu hingga setting
- Evaluasi cetakan. Pastikan finishing line tercetak dengan baik.
f. Pembuatan mahkota sementara dan pontik sementara
- Sebelumya buat mock up pontik pada study model sebelum preparasi dan cetak dengan
putty
- Setelah gigi dipreparasi kemudian dicetak dengan putty wash, isi cetakan negative
dengan glass stone tunggu hingga setting membentuk cetakan positif
- Cetakan negative mock up putty kemudian diisi dengan menggunakan acrilic putih SC,
sebelumnya cetakan preparasi gigi diolesi dengan CMS dan kemudian letakkan akrilik
putih SC diatas cetakan preparasi dan tunggu hingga setting.
- Atau bisa dengan menggunakan mahkota semnetara buatan akrilik yang telah
disiapkan sebelumnya apabila hanya dapat mempreparasi satu gigi saja.
- Bersihkan kelebihan akses dan rapikan tepi bagian dari akrilik putih. Try in pada
pasien dan pastikan tepi akrilik tidak menekan gingival.
- Sementasikan dengan menggunakan Fletcher atau semen seng phospat

KUNJUNGAN III
(Try in dan Insersi GTC)

a. Lepas mahkota sementara pasien dengan crown removal.


b. Try in gigi tiruan lalu cek oklusi pasien dengan articulating paper.
c. Sementasi retainer menggunakan semen ionomer kaca (SIK) tipe I (luting).
d. Retainer pada kasus ini menggunakan PFM (Porcelain Fused Metal)

KUNJUNGAN IV
(Kontrol)
Kontrol dilakukan untuk mengoreksi adanya kesalahan yang mungkin terjadi setelah
pemakaian GTC, dengan cara:
1. Pemeriksaan subyektif
- apakah terdapat keluhan berkaitan dengan GTC ?
- apakah fungsi bicara terganggu ?
2. Pemeriksaan obyektif
Komplikasi setelah pemakaian GTC dapat berupa :
a. Terdapat suara akibat sentrik oklusi yang tinggi sehingga menimbulkan suara pada
bagian oklusal
b. Retensi yang kurang menyebabkan GTC tidak stabil
c. Kesukaran dalam mengunyah akibat oklusi yang tidak seimbang
d. Gigi tiruan goyang : perlu diperiksa oklusinya dengan kertas artikulating paper
e. Saliva berlebihan : adanya stimulasi pada glandula salivarius karena gigi tiruan, namun
dapat hilang setelah beradaptasi
IV. DISKUSI

Pada kasus kehilangan gigi premolar kanan atas digunakan GTC dengan fixed fixed
bridge. Preparasi full crown pada elemen 13 dan 15 dengan finishing line menggunakan
chamfer finish line. Pertimbangan penggunaan GTC pada kasus ini karena pasien sudah tidak
memiliki gigi premolar pertama kanan atas yang telah di cabut karena tinggal sisa akar.
Jaringan periodontal dan alveolar masih sehat dan baik, usia pasien pun terbilang cukup
untuk penggunaan GTC yaitu 26 tahun. Pontic yang digunakan adalah Modified ridge lap
pontic karena untuk anterior rahang atas yang memerlukan estetik dan tingkat kebersihan
yang tinggi. Bagian servikal pontik menempel pada tanggul alveolar hanya bagian labial saja,
bagian palatal menggantung. Bahan restorasi (GTC) yang digunakan adalah PFM. Pada
retainer menggunakan PFM (Porcelain fused to metal) dengan diberi jarak ±2 mm pada saat
preparasi untuk penempatan bahan. Sementasi retainer menggunakan bahan semen ionomer
kaca tipe I (luting). Conector pada kasus ini menggunakan rigid connector.

DESAIN GIGI TIRUAN CEKAT

Keterangan :
1. Retainer
2. Pontic
3. Abutment
4. Connector
5. Unit
VI. PROGNOSA

Diperkirakan hasil perawatan baik karena :


1. Jaringan pendukung dan tulang alveolar baik
2. Tes mobilitas (-)
3. Kesehatan umum baik
4. Motivasi pasien baik
5. Pasien kooperatif
VII. KESIMPULAN

Missing teeth pada gigi anterior 14 dipasang GTC fixed bridge disertai dengan
modified ridge lap pontic dan rigid connector. Retainer menggunakan bahan PFM (porcelain
fused to metal) pada gigi 13 dan 15.

Yogyakarta, Januari 2016


Mengetahui,

Operator Dosen Pembimbing

Arina Zakiyyatun Nisa, S.KG drg. Arief Waskitho, Sp. Pros

Anda mungkin juga menyukai