Anda di halaman 1dari 13

REFLEKSI KASUS

MODUL PENYAKIT PERIODONTAL


PERIODONTITIS

Disusun oleh :

Nama Mahasiswa : Nur Indah Febriani


NIM : 20100340104

PROGRAM PROFESI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
I. PENDAHULUAN

Gigi goyah adalah masalah yang sering terjadi pada gigi yang dapat berakibat
terhadap hilangnya gigi dikarenakan penyakit ataupun cedera pada gingival atau tulang
yang mendukung. Terjadinya peningkatan mobiliti gigi dapat disebabkan oleh banyak
faktor, namun terjadinya inflamasi yang diakibatkan oleh akumulasi plak dan adanya
trauma karena oklusi merupakan faktor penyebab yang paling sering terlibat sebagai
penyebab terjadinya mobiliti gigi.
Perawatan terhadap gigi goyah harus dilakukan dengan baik. Terdapat berbagai
bentuk perawatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah gigi goyah. Untuk
kasus gigi goyah yang disebabkan inflamasi maka dapat dilakukan penyingkiran
terhadap faktor penyebab inflamasi seperti skalling dan root planning, penggunaan obat
lokal dan sistenik serta terapi pembedahan. Pada kasus gigi goyah yang disebabkan
karena adanya trauma oklusi maka harus dilakukan penyingkiran terhadap faktor
penyebab terjadinya trauma karena oklusi. Perawatan seperti penyelarasan oklusal,
perbaikan terhadap kebiasaan parafungsi, stabilisasi gigi dengan menggunakan splin,
pemakaian alat ortodonti dan rekonstruksi oklusal menjadi pilihan perawatan. Ekstraksi
terhadap gigi yang goyah juga dapat dilakukan.

II. DESKRIPSI KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Sarwo Gembiro


No RM : 032905
Umur : 49 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Gamping Kidul

Kunjungan 1 (2 Desember 2015)


Pemeriksaan Subjektif :
Pasien mengeluhkan kadang gusinya berdarah saat menggosok gigi sejak 1 tahun yang
lalu, tetapi tidak ada perdarahan spontan pasien juga mengeluhkan kadang ada bau
mulut. Pasien menggosok gigi 2x sehari, setiap mandi pagi dan sore. Pasien mempunyai
kebiasaan minum kopi 4x sehari dan teh 7x dalam sehari, Pasien mempunyai kebiasaan
merokok 1 bungkus dalam 3 hari.

Pemeriksaan Objektif :
 OHI kunjungan I (2 Desember 2015 ) = 8 (buruk)
PI = 55,76%
Gigi 26 BOP = +
PD bagian bukal = 6 mm
PD bagian lingual = 3 mm
Resesi gingiva = 3 mm
Gigi 27 = BOP +
PD bagian bukal = 5 mm
PD bagian lingual = 3 mm
Resesi gingiva = 3 mm
Dx: periodontitis kronis
TP:

1. Skalling USS
2. KIE
3. Kontrol

Kunjungan 2 (18 Januari 2016)


Pemeriksaan Subjektif :
Pasien datang untuk kontrol paska scalling USS yang dilakukan pada tanggal 2
Desember 2015 dan tidak ada keluhan.

Pemeriksaan Objektif :
OHI kunjungan II = 2,5 (sedang)
PI= 36,5%
Gigi 26 BOP = +
PD bagian bukal = 5 mm
PD bagian lingual = 3 mm
Resesi gingiva = 3 mm
Gigi 27 BOP = +
PD bagian bukal = 4 mm
PD bagian lingual 3 mm
Resesi gingiva = 3 mm
Assesment : OHI membaik
PI membaik

Intepretasi rontgen foto periapikal pada tanggal 18 Januari 2016


Terlihat lusensi pada puncak crest alveolar bagian mesial dan distal gigi 26 dan 27
hingga tersisa 1/3 apikal.
Suspek: resorbsi tulang alveolar
Dx :periodontitis kronis
TP :
1. KIE
2. Rontgen periapikal gigi 26 dan 27
3. Skalling USS
4. Kuretase
5. Kontrol
Kunjungan 3 (29 Februari 2016)
Pemeriksaan Subjektif:
Pasien datang paska giginya dilakukan skalling USS disertai kuretase dan tidak ada
keluhan sakit,

Pemeriksaan Objektif:
 OHI kunjungan 3 = 2,5 (Sedang)
PI = 30,4 %
Gigi 26 BOP = +
PD bagian bukal 3 mm
PD bagian lingual 2 mm
Resesi gingiva = 2 mm
Gigi 27 BOP = +
PD bagian bukal 3 mm
PD bagian lingual 2 mm
Resesi gingiva = 2 mm

Treatment planning:
1. Skalling USS
3. Kuretase
4. Kontrol

Kunjungan 4 ( 11 April 2016)


Pemeriksaan Subjektif :
Pasien datang paska dilakukan perawatan sebelumnya dan tidak ada keluhan
Pemeriksaan Objektif :
 OHI kunjungan 3 = 2,5 (Sedang)
PI = 28,84%
Gigi 26 BOP = +
PD bagian bukal 2 mm
PD bagian lingual 2 mm
Resesi gingiva = 2 mm
Gigi 27 BOP = +
PD bagian bukal 2 mm
PD bagian lingual 2 mm
Resesi gingiva = 1 mm

Interpretasi rontgen:
Terlihat lusensi pada puncak crest alveolar bagian mesial dan distal gigi 26 dan 27
hingga tersisa 1/3 apikal.
Suspek: resorbsi tulang alveolar
Dx :periodontitis
Treatment planning:
1. Rontgen periapikal gigi 26 dan 27
2. Kontrol

III. PERTANYAAN KRITIS


1. Apakah periodontitis itu?
2. Apakah karakteristik klinis periodontitis?
3. Apakah tipe poket periodontal?
4. Bagaimana mekanisme kerusakan jaringan periodontal ?
5. Apakah pengertian kuretase?
6. Apakah indikasi dan kontraindikasi?
7. Bagaimana penatalaksanaan periodontitis ?

LANDASAN TEORI
1. PengertianPeriodontitis
Periodontitis adalah penyakit atau peradangan pada periodontium (jaringan
penyangga gigi/periodontal), merupakan keradangan berlanjut akibat gingivitis yang
tidak dirawat.

2. Karekteristik klinis periodontitis

Gingiva biasanya mengalami inflamasi kronis. Penampakan luar sangat


bervariasi tergantung dari lamanya waktu terjadinya penyakit dan respons dari
jaringan itu sendiri. Warna gingiva bervariasi dari merah sampai merah kebiruan.
Konsistensinya dari odem sampai fibrotik. Teksturnya tidak  stippling, konturnya
pada gingiva tepi membulat dan pada interdental gingiva mendatar. Ukurannya rata-
rata membesar,  junctional epithelium berjarak 3-4 mm kearah apical dari CEJ.
Tendensi perdarahan banyak, pada permukaan gigi biasanya terdapat kalkulus
diikuti dengan adanya eksudat purulen dan terdapat poket periodontal yang lebih
dari 2mm, terjadi mobilitas gigi.

3. Tipe poket periodontal


Poket periodontal merupakan suatu pendalaman sulkus gingiva dengan migrasi
apical dari apitelium junction dan rusaknya ligamen periodontal serta tulang
alveolar.
Ada dua tipe poket periodontal yang didasarkan pada hubungan antara epitelium
junction dengan tulang alveolar:
a. Poket periodontal suprabony:
  yaitu dasar poket merupakan bagian koronal dari puncak tulang alveolar.
b. Poket periodontal infrabony:
  yaitu dasar poket merupakan bagian apical dari puncak tulang alveolar.

4. Mekanisme Kerusakan Jaringan Periodontal 


Osteoklas dan fagositosis mononukklear merupakan suatu peningkatan produk
pada jaringan periodontal selama terjadinya inflamasi periodontal. Keduanya dapat
mengakibatkan resopsi tulang dengan cara menghilangkan mineral dan kemudian
memaparkan kolagen. Berikut ini adalah faktor-faktor yang menunjukan stimulasi
pada peningkatan osteoklas
a. Produksi osteoklas- factor aktivasi dari leukosit distimulasi oleh antigen dari plak
gigi
b. Peningkatan vaskularitas dihubungkan dengan inflamasi.
c. Endotoksin dari mikroorganisme bacteriodesmelaninogeniccus.
Faktor lain yang dihubungkan dengan resorpsi tulang adalah ekstrak glandula
paratiroid, fragmen tumor, heparin, prostaglandin, kolagenase, hyaluronidase dan
tekanan yang berlebihan pada bagian oklusal. Resorpsi tulang pada penyakit
periodontal bukan merupakan proses nekrosis, tetapi merupakan suatu proses yang
dapat merusak sel-sel tulang.
 Periodontitis secara umum disebabkan oleh mikroorganisme dan produk-produknya
yaitu: plak supra dan sub gingiva. Faktor predisposing atau factor etiologi sekunder
dari periodontitis dapat dihubungkan dengan adanya akumulasi, retensi dan maturasi
dari plak, kalkulus yang terdapat pada gingiva tepi dan yang over kontur, impaksi
makanan yang menyebabkan terjadinya kedalaman poket. Faktor sistemik juga
dapat berpengaruh pada terjadinya periodontitis, meskipun tidak didahului oleh
proses imflamasi. Tekanan oklusal yang berlebihan juga dapat memainkan peranan
penting pada progresivitas penyakit periodontitis dan terjadinya kerusakan tulang
(contohnya: pada pemakaian alat ortodonsi dengan tekanan yang berlebihan).
5. Pengertian kuretase
Kuretase adalah membuang atau membersihkan jaringan yang rusak, sementum
nekrotik, serta jaringan yang dapat mengiritasi gingival yang merupakan dinding
dari poket.

6. Indikasi dan kontraindikasi kuretase


Indikasi
- Poket supraboni yang dangkal dengan dinding poket yang meradang dan
oedematus( ≤ 5 mm).
- Poket infraboni yang dapatdicapai oleh alat (misalnya: gigi anterior).
- Treatment harus didahului terapi fase awal
Kontraindikasi
- Dinding poket fibrotik
- Poket yang dalam
- Keterlibatan percabangan akar
- Daerah yang sulit dijangkau/asesibilitas

7. Penatalaksanaan periodontitis
Prosedur perawatan dalam pengelolaan penyakit periodontal :
a. Pemeriksaan dan diagnose
b. Pemeriksaan meliputi
 Riwayat pribadi
 Alasan datang
 Kondisi sekarang
 Riwayat kesehatan umum
 Riwayat kesehatan gigi
 Pemeriksaan dalam mulut
c. Diagnosa meliputi kondisi periodontal :
 Localized
 Generalized
 Akut atau kronis
 Kebersihan mulut
d. Rencana perawatan
1) Fase pertolongan darurat (emergency), meliputi :Kondisi akut, abses, injuri,
hipersensitivitas, trauma, TMJ disorder.
2) Fase inisial (Fase I) meliputi :
 Plak control, edukasi,motivasi, instruksikebersihanmulut
 Skallingdan root planning
 Perawatan karies, endodontic dan restorasi gigi.
 Evaluasi
3) Fase koreksi (Fase II)
 Pembuatan bite plane
 Oclusal adjustment
 Bedah periodontal
 Splinting
4) Fase pemeliharaan (Fase III)
 Kunjungan periodic dan pemeriksaan ulang
 Pemeriksaan plak dan kalkulus
 Pemeriksaan gingival, poket,inflamasi
 Pemeriksaan oklusi dan kegoyahan gigi

Alat dan Bahan


1. Alat diagnostik
2. 1 set alat kuret
1-2 (yellow) & 3-4 (red)⇨ anterior
5-6 (blue)⇨ anterior & premolar
7-8 (green) & 9-10 (white)⇨ posterior permukaan facial & lingual
11-12 (black)⇨ posterior permukaan mesial
13-14 (brown)⇨ posterior permukaan distal
15-16 (violet) ⇨ mesial & lingual
3. Povidon iodin
4. Cotton pelet
5. Spulling dengan larutan Saline (NaoCl)
6. Spuit dan larutan anestesi Pehacain
Langkah- langkah:
Kuretase
1. Ukur kedalaman poket menggunakan pocket probe
2. Fase preliminary:
Masukkan kuret // sumbu gigi, mata pisau menghadap permukaan akar
sampai dasar poket → tarik ke arah oklusal → buang: jaringan lunak,
koloni bakteri, semen nekrosis, lakukan sampai permukaan akar terasa
halus.
3. Kuretase
Gingiva:
Masukkan kuret // sumbu gigi, mata pisau menghadap gingiva
(merupakan dinding poket ke dasar poket) → tarik ke arah oklusal →
buang jaringan inflamasi&granulasi
Sub Gingiva:
Masukkan kuret lebih ke apical dari dinding poket. Potong
perlekatan epitel → luka baru → bekuan darah → perlekatan baru.
4. Evaluasi:
Permukaan akar terasa halus
Tidak ada jaringan rusak yang terbuang
darah yang keluar terlihat segar
5. Irigasi dengan povidon iodine dicampur Saline

IV. Refleksi Kasus


Perawatan skalling dan rootplanning merupakan “gold standar” untuk
manajemen perawatan non-surgical bagi penderita periodontitis kronik.
Pengobatan dan pencegahan periodontitis telah dilakukan dengan berbagai
antimikroba, termasuk antibiotik sistemik, antibiotik topikal dan antiseptik
topikal.
Pada kasus ini digunakan bahan irigasi povidone iodine yang berguna
sebagai antiseptik topikal. Antiseptik adalah agen yang diterapkan untuk
jaringan hidup, yang mampu mencegah atau menangkap pertumbuhan atau
tindakan mikroorganisme. Povidone iodine dapat larut dalam air, tidak
mengiritasi mukosa, dan memberikan efek samping, seperti perubahan warna
gigi dan lidah dan perubahan dalam rasa sensasi, seperti yang terlihat dengan
chlorhexidine. Povidone iodine memiliki potensi untuk menginduksi
hipertiroidisme, hal ini dikarenakan penggabungan yang berlebihan antara
yodium dalam kelenjar tiroid dan karena itu harus digunakan hanya untuk
jangka waktu yang singkat. Kontraindikasi adalah pasien dengan yodium
hipersensitivitas dan pathosis tiroid, serta wanita hamil dan menyusui untuk
melindungi bayi. Untuk irigasi subgingival, sebuah konsentrasi efektif adalah
10% povidone yodium diterapkan berulang kali oleh endodontik jarum suntik
untuk mendapatkan kontak waktu minimal 5 menit. Ini umumnya dilakukan
setelah selesainya setiap sesi scaling dan root planing, tapi juga dapat dilakukan
sebelum mekanik debridement untuk mengurangi risiko bakteremia, khususnya
individu dengan inflamasi gingiva parah. Untuk digunakan dalam scaler
ultrasonik, 10% povidone-iodine diencerkan dengan mencampur 1 bagian
larutan dengan 9 bagian atau kurang air, tergantung pada pasien penerimaan.
Sebuah perangkat pelepasan terkontrol untuk aplikasi subgingival dari
povidone-yodium telah dikembangkan. Namun, karena pembunuhan mikroba
yang cepat oleh povidone-iodine, jangka pendek penerapan agen saja mungkin
menghasilkan antimikroba yang memadai efek (Slots, 2002)
Pada kasus ini juga digunakan metronidazole gel (Ti-Es) yang
mengandung 25% metronidazole sebagai antibiotik topikal. Tidak menggunakan
Ti-Es metronidazole gel plus (mengandung 25% metronidazole dan asam
mefenamat) dikarenakan tidak terdapat rasa sakit. Metronidazole merupakan
antimikroba spesifik untuk bakteri gram negative seperti Bacteroides gingivalis,
Bacteroides forsythus and Treponema denticola yang merupakan penyebab
utama periodontitis. Metronidazole bersifat bakterisid (membunuh kuman).
Hasil penelitian Suwandi (2003) aplikasi metronidazole gel setelah skalling dan
penghalusan akar dapat mengurangi kedalaman poket dan perdarahan saat
probing, meningkatkan perlekatan dan meminimalkan operasi flap. Cara
pengaplikasian Ti-Es adalah setelah dilakukan skeling dan penghalusan akar,
daerah operasi diisolasi dengan gulungan kapas. Ties metronidasol gel
diaplikasikan dengan memasukkan ujung tip jarum tumpul ke dalam poket
sedalam 2 mm, lalu diaplikasikan sampai terlihat ada gel keluar dari marginal
gingival, lalu sisa gel tersebut dibersihkan dengan kapas.

V. Kesimpulan

Periodontitis adalah penyakit atau peradangan pada periodontium (jaringan


penyangga gigi / periodontal), merupakan keradangan berlanjut akibat gingivitis
yang tidak dirawat. Bersama dengan proses inflamasi akan timbul potensi untuk
menstimulasi resorpsi jaringan periodontal dan pembentukan poket periodontal.

VI. Referensi
Robert P.Langlais, Craig S. Miller ; Atlas kelainan rongga mulut yang lazim,
Jakarta : Hipokrates,1998
Witjaksono, W. 2006. Clinical Evaluation in Periodontitis Patient after
Curretage.
Slots, Jorgen. 2002. Selection of antimicrobial agents in periodontal therapy.
JPeriodontRes2002;37;389–398
Newman, Michael G.,dkk. 2002. Carranza’s Clinical Periodontology .9h ed. St.
Louis Missouri : Saunders Elsevier.
Wolff,Larry.2009.PeriodontalSurgery.http://www1.umn.edu/perio/dent6613/Fla
p_Sx.pdf

Anda mungkin juga menyukai