Submisi: 16 Februari 2017; Penerimaan: 26 April 2017; Publikasi online: 31 Agustus 2017
ABSTRAK
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) merupakan salah satu penyakit mulut yang paling umum terjadi. Prevalensi ulserasi
mulut di seluruh dunia adalah 4%, dengan SAR menempati urutan terbesar yaitu 25%. Stomatitis aftosa rekuren
merupakan ulserasi mulut yang memiliki self-limiting disease, namun sediaan obat yang spesik untuk mengurangi rasa
sakit yang ditimbulkan lesi sampai saat ini masih kurang bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
efektivitas antara aplikasi topikal asam hialuronat (AH), plester sariawan (PS) serta triamcinolone acetonide 0,1% (TA)
sebagai kontrol positif dalam menyembuhkan SAR dan ulkus traumatikus (UT). Jenis penelitian eksperimental klinis
kuasi dengan mengukur diameter lesi serta skala visual analog (VAS) pra dan paska pemberian tiga jenis obat. Hasil uji
Kruskal-walis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efektivitas (p=0,000) ketiga jenis obat terhadap penyembuhan
SA dan UT. Terdapat perbedaan bermakna penurunan diameter lesi (p = 0,015) dan VAS (p = 0,038) SAR dan UT dengan
penggunaan AH dan PS pada hari ke-4. Tidak ada perbedaan bermakna efektivitas (diameter dan VAS) obat PS dan
TA pada hari ke-4 (p = 0,880 dan p = 1,000 secara berurutan). Tidak ada perbedaan bermakna antara masing-masing
obat AH, PS dan TA terhadap penyembuhan lesi pada hari ke-7 (p >0,05). Kesimpulan efektivitas PS sama dengan obat
topikal yang mengandung kortikosteroid dalam menyembuhkan stomatitis aftosa dan ulkus traumatikus.
Kata kunci: asam hialuronat; plester sariawan; stomatitis aftosa; ulkus traumatikus
ABSTRACT: Mouth ulcer plaster is effective in accelerating the healing of recurrent aphthous stomatitis and
traumatic ulcers. Recurrent aphthous stomatitis (RAS) is one of the most commonly occurring oral diseases. The
prevalence of oral ulceration worldwide is 4%, with RAS having the largest proportion (25%). Recurrent aphthous
stomatitis is oral ulceration which has a self-limiting disease, but the specic medication to reduce pain caused by lesion
is still less varied nowadays. This study aimed to examine the differences in the effectiveness between topical application
of hyaluronic acid (HA), mouth ulcer plaster (MUP) and 0.1% triamcinolone acetonide (TA) as a positive control in the
healing of RAS and traumatic ulcers (TU). This was a quasi-experimental study by measuring the lesion diameter as well
as visual analogue scale (VAS) pre- and post-administration of three types of medication. Kruskal-walis test results show
that there are differences in effectiveness (p=0.000) of the three types of medication to cure RAS and TU. There are
signicant differences in the reduction of RAS and TU lesion diameter (p = 0.015) and VAS (p = 0.038) with the use of HA
and MUP on the 4th day. There is no signicant difference in effectiveness (diameter and VAS) of MUP and TA medication
on the fourth day (p = 0.880 and p = 1.000 respectively). There is no signicant difference among HA, MUP and TA on the
healing of the lesions on the seventh day (p>0.05). It can be concluded that the effectiveness of MUP is similar to that of
topical medications containing corticosteroids in the healing of RAS and traumatic ulcers.
Keywords: hyaluronic acid; mouth oral patch; aphthous stomatitis; traumatic ulcer
69
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. Agustus 2017; 3(2): 69 - 75
ISSN 2460-0164 (print)
ISSN 2442-2576 (online)
dengan SAR, antara lain trauma, genetik, berhenti peradangan yang terjadi dapat segera teratasi.
merokok, perubahan hormon, stres, dan desiensi Gel dengan kandungan AH sudah banyak dipakai
nutrisi.3 Demikian pula dengan ulkus traumatikus dan memberikan kesembuhan berkisar 5 – 8 hari
(UT) yang disebabkan oleh trauma mekanis, sering tergantung dari jenis SAR dan kepatuhan pasien
ditemukan pada praktik sehari-hari. dalam memakai obat tersebut secara teratur.
Berbagai macam obat sering digunakan untuk Sejauh ini gel AH tidak memiliki efek samping
mengurangi gejala-gejala yang timbul pada SAR secara sistemik sehingga dapat dijadikan salah
dan UT. Pengobatannya pun bervariasi tergantung satu pilihan obat topikal SAR.5
dari faktor pemicunya. Prinsip dasar pengobatan Dekade terakhir ini terdapat jenis obat topikal
penyakit mulut antara lain adalah dengan lain yang disebut plester sariawan (PS). Berbeda
memberikan pengobatan secara simptomatis, dengan jenis obat SAR topikal lainnya, obat ini
mulai dari pemberian obat yang mengandung mengangkat konsep proteksi penuh pada lesi (full
anestetikum hingga kortikosteroid. Manfaat dari covering agent) yang memungkinkan lesi untuk
obat – obat tersebut adalah untuk mengurangi terhindar dari iritan dan memberi kesempatan
reaksi peradangan yang muncul akibat terjadinya untuk regenerasi atau repitelisasi sel, sehingga
kondisi dolor, tumor, calor, rubor, dan functiolasea memicu terjadinya kesembuhan lesi. Plester
dan tentu saja akan mempercepat penyembuhan. sariawan terdiri dari bahan metilselulosa kering
Gejala yang muncul biasanya berupa rasa (seperti kertas) yang mengandung kalsium dan
sakit, panas dan perih yang amat mengganggu elemen fosfor yang akan berubah menjadi gel
kelancaran aktivitas rongga mulut seperti makan, (hidrogel) apabila berkontak dengan saliva.6
minum, berbicara bahkan menelan jika lesi muncul Kondisi ini memungkinkan lesi untuk lebih cepat
pada area sekitar fausea atau lidah. Walaupun sembuh dan yang terpenting mungkin dapat
dikatakan SAR adalah penyakit yang bisa sembuh mengurangi keluhan rasa sakit secara signikan
sendiri, namun hingga saat ini obat yang spesik yang menjadi gejala patognomonik lesi SAR dan
untuk mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan UT. Penggunaannya di bidang kedokteran gigi
masih sangat langka karena umumnya berbentuk dalam hal ini untuk mengatasi keluhan rasa sakit
salep atau gel yang mudah lepas dari atas lesi. hingga efektivitas penyembuhannya belum banyak
Prinsip dasar covering agent untuk pengobatan lesi diteliti. Berdasarkan latar belakang kedua jenis
dianggap penting untuk membantu menghilangkan obat tersebut di atas, maka dianggap perlu untuk
rasa sakit yang muncul karena lesi terlindungi oleh dilakukan penelitian untuk mencobakan dua jenis
segala iritan. obat tersebut untuk melihat efektivitas keduanya
Pengobatan yang efektif untuk menyembuhkan terhadap penyembuhan SAR.
SAR sangat bervariatif. Salah satu obat yang
sering digunakan adalah vitamin C, obat kumur METODE PENELITIAN
seperti chlorhexidine gluconate 0,2%, obat kumur
Penelitian ini adalah single blind – randomized clinical
antibiotika (larutan tetrasiklin 2%), salep dengan
trial dengan consecutive sampling dan dilakukan
kandungan asam hialuronat (AH), steroid topikal,
di Departemen Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas
sampai dengan herbal seperti madu dan lain-
Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti dan telah
lain. Asam hialuronat merupakan polimer linear
mendapatkan persetujuan dari Komite Etik, Fakultas
dari asam glukoronik dan N-asetilglukosamin
Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti dengan nomor
disakarida. Asam hialuronat merupakan matriks
surat 312/KE/FKG/03/2016. Kriteria inklusi adalah
ekstraseluler yang dihasilkan tubuh saat terjadi
pasien dengan SAR atau ulkus traumatikus (UT)
inamasi akibat jejas jaringan, dan komponen ini
dan kooperatif dengan pengobatan. Kriteria eksklusi
merupakan salah satu pengikat yang berfungsi
adalah pasien yang telah menerima pengobatan
untuk meredakan peradangan.4 Pemberian asam
dengan analgesik, pasien dengan penyakit sistemik
hyaluronat gel pada lesi SAR diharapkan proses
dan pasien yang sedang menjalani proses kemoterapi
70
Amtha, dkk: Plester sariawan efektif ...
atau radioterapi. Informed consent tertulis diterapkan Tabel 1. Sosiodemograk subjek penelitian
untuk semua pasien yang setuju untuk berpartisipasi Karakteristik N % SD
dalam penelitian ini. Pasien dengan SAR digolongkan Umur
secara acak menjadi tiga kelompok berdasarkan 5 – 15 tahun 8 10,7
perlakuan yang diberikan, yakni kelompok perlakukan 16 – 35 tahun 28 37,3
dengan asam hialuronat (Grup A), plester sariawan 26 – 35 tahun 15 20 29.12 ± 1.302
(Grup B) dan kortikosteroid (Grup C) triamcinolone 36 – 45 tahun 10 13,3
71
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. Agustus 2017; 3(2): 69 - 75
ISSN 2460-0164 (print)
ISSN 2442-2576 (online)
Gambar 1. Perbedaan efektivitas obat A, obat B dan obat C berdasarkan diameter lesi (A) dan VAS (B)
Jenis obat Obat N Rata-rata P Value pada berbagai faktor psikologis, hormonal, beban
Obat A 35 23,30 kerja yang tinggi dan trauma. Hal ini sesuai dengan
Diameter Lesi 0,773
Obat C 10 21,95
banyak gambaran prevalensi SAR di seluruh
Obat A 35 24,61
VAS
Obat C 10 17,35
0,106 pelosok dunia yang menyatakan angka kejadian
Diameter Lesi Obat A 35 38,24 0,015* SAR menurun sesuai dengan bertambahnya
Obat B 30 26,88 usia.7,8,9 Berkurangnya jumlah penderita SAR sesuai
VAS Obat A 35 37,23 0,038* dengan pertambahan usia dibandingkan usia muda
Obat B 30 28,07
berkaitan erat dengan sistem imun yang diketahui
Diameter Lesi Obat B 30 18,95 0,140
Obat C 10 25,15 memiliki hubungan dengan etiopatogenesis dari
VAS Obat B 30 20,82 0,726 stomatitis aphtosa. Penurunan angka kejadian
Obat C 10 19,55 seiring bertambahnya usia, sebagian tergantung
*p<0.005
pada bawaan (innate) tubuh dan komponen adaptif
tubuh yang digambarkan sebagai “inam aging”
(penuaan komponen radang). Hal ini menyebabkan
Tabel 4. Perbedaan antar 2 jenis obat pada hari ke-tujuh
Obat N Rata-rata P Value
berkurangnya respon tubuh terhadap komponen
Obat A 35 36,77 yang dapat memicu terjadinya reaksi imun dan
Diameter Lesi 0,052
Obat B 30 28,60 menyebabkan lepasnya sitokin pro inamasi (Th 1)
Obat A 35 34,71 maupun sitokin pro anti inamasi (Th 2) sehingga
VAS 0,058
Obat B 30 31,00
tidak menyerang sel epitel mukosa mulut.10
Diameter Lesi Obat A 35 24,17 0,274
Obat C 10 18,90 Lesi jenis SAR lebih banyak ditemukan pada
VAS Obat A 35 23,57 0,600 rongga mulut dibandingkan ulkus traumatikus
Obat C 10 21,00
(UT). Hal ini berdasarkan riwayat terjadinya dan
Diameter Lesi Obat B 30 20,37 0,880
Obat C 10 20,90 gambaran klinis lesi. Lesi dengan pinggiran lesi
VAS Obat B 30 20,50 1,000 yang teratur dan dikelilingi daerah kemerahan
Obat C 10 20,50 serta dasar lesi ditutupi oleh brin berwarna putih
kekuningan biasanya terjadi akibat adanya trauma
PEMBAHASAN atau dengan faktor yang lain dan melibatkan
mediator kimia / sitokin sehingga memicu terjadinya
Pada studi ini tampak sebagian besar (57,5%) usia
reaksi sitotoksik (imunologis) yang berujung pada
yang terserang stomatitis aftosa rekuren (SAR)
rusaknya epitel mukosa, sedangkan UT terjadi
adalah wanita pada usia remaja (16 – 25 tahun) dan
apabila epitel mukosa mulut rusak akibat adanya
dewasa muda (26 – 35 tahun) dan semakin rendah
jejas akut dan hanya melibatkan sel radang akut
angka kejadiannya seiring dengan bertambahnya
dengan gambaran klinis terlihat tepi lesi yang
usia. Wanita usia remaja dan dewasa muda di-
tidak teratur. Namun kedua lesi secara klinis
asumsikan sebagai usia yang banyak terpapar
72
Amtha, dkk: Plester sariawan efektif ...
oleh masyarakat awam sering dianggap sebagai (AH), plester sariawan (PS) dan pasta kortikosteroid
sariawan. triamcinolone acetonide (TA). Pada Gambar 1(A)
Pada lesi yang masuk dalam penelitian ini tampak obat B (PS) menunjukkan penurunan
dipastikan tidak ada yang dilatarbelakangi oleh diameter lesi berjalan linear ke bawah secara
penyakit sistemik. Sesuai dengan hasil penelitian signikan yaitu setengah dari ukuran lesi setiap kali
yang dilakukan oleh Scully dan Poter tahun 2008 subjek kontrol (hari ke-4 dan ke 7) sedangkan obat A
yang menunjukkan bahwa SAR dengan latar (AH) dan C (TA) menunjukkan perlambatan respon
belakang sistemik seperti gangguan gastrointestinal penurunan diameter lesi pada hari ke-4 namun
dan desiensi mikro elemen biasanya akan kemudian turun cukup cepat setelah hari ke-4
bersifat rekuren dan kesembuhannya dipengaruhi hingga ke-7. Pada Gambar 1(B) tampak penurunan
oleh dapat atau tidaknya pengendalian faktor rasa sakit yang sama antara obat B dan C hingga
sistemiknya sehingga pengukuran efektivitas hari ke-7, sedangkan obat A tampak sedikit lebih
obat yang bersifat simptomatik tidak dapat diukur lambat dalam hal mengurangi rasa sakit pada hari
secara langsung karena melibatkan mekanisme ke-1 hingga 4. Hal ini karena AH yang merupakan
penyembuhan secara sistemiknya.11 komponen karbohidrat utama pada matriks ekstra
seluluer berperan dalam mengendalikan hidrasi
Sebagian besar pekerjaan subjek penelitian jaringan selama periode perubahan epitel seperti
adalah pelajar/mahasiswa, diikuti dengan para akibat proses inamasi atau respons terhadap
karyawan dan kaum profesional serta ibu rumah cedera jaringan. Asam hyaluronat juga memiliki
tangga. Anamnesis tampak sebagian besar subjek properti khusus untuk meningkatkan proliferasi dan
merupakan subjek yang punya kesibukan. Ibu migrasi sel, dengan menurunkan perlekatan antar
rumah tangga memiliki serangkaian pekerjaan sel radang pada matriks ekstraseluler sehingga
rumah yang amat menyita perhatian dan tenaga. memungkinkan terjadinya migrasi sel. Pada
Hal ini sesuai dengan gambaran sosiodemogra kondisi radang, AH dapat memobilisasi molekul air
SAR pada seluruh populasi di dunia. Stomatitis yang terkumpul dan menyebabkan berkurangnya
aphtosa yang timbul umumnya berhubungan peradangan. Selain itu, AH juga memiliki efek yang
dengan pekerjaan yang menyebabkan tekanan cukup kuat dalam hal mencegah radikal bebas,
psikologis yang dapat terjadi pada semua kalangan efek antioksidan, serta melalui enzim pada jaringan
usia.12 yang berasal dari lingkungan selular atau komponen
Lokasi lesi yang paling banyak timbul lesi struktural lainnya dari matriks ekstraseluler dan
pada penelitian ini adalah daerah bibir dan mukosa meningaktkan angiogenesis sehingga oksigen
pipi. Kedua predileksi lesi tersebut menunjukkan mengalir baik ke jaringan. Semua sifat tersebut
karakteristik tempat yang kerap terserang SAR dan cenderung untuk berkontribusi pada proses
UT. Hal ini karena SAR yang bukan jenis rekuren penyembuhan lesi.14 Namun dengan adanya jejas
paling sering terjadi karena tergigit saat bicara atau yang menyebabkan rusaknya epitel (secara klinis
makan dan bibir serta mukosa mulut merupakan SAR dan UT), diperlukan kontak AH pada jaringan
lokasi paling luar yang berhadapan dengan gigi dalam waktu yang lebih lama. Hal ini dimaksudkan
geligi. Demikian halnya dengan gingiva yang sering agar memberikan kesempatan molekul AH untuk
terkena iritasi atau trauma saat menyikat gigi. Hal diserap dan melakukan aktivitas anti inamasi
ini sejalan dengan yang pernah dikemukakan oleh dengan sempurna. Dalam hal ini sifat covering agent
Jurge dkk bahwa trauma pada mukosa mulut dapat sebagai prinsip dasar penyembuhan luka amat
disebabkan oleh injeksi anestesi lokal, bentuk diperlukan sehingga memberikan kesempatan bagi
gigi yang tajam, perawatan gigi, dan luka akibat sel epitel untuk beregenerasi dan sembuh. Pada
sikat gigi dapat menjadi faktor pendukung pada preparat gel diketahui komposisi air lebih banyak
perkembangan SAR.13 dibandingkan dengan jenis pasta atau plester.
Secara garis besar, terdapat perbedaan Obat C yang berupa pasta kortikosteroid
efektivitas antara penggunaan gel asam hyaluronat triamcinolone acetonide 0,1% adalah jenis orabase
73
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia. Agustus 2017; 3(2): 69 - 75
ISSN 2460-0164 (print)
ISSN 2442-2576 (online)
yang mempunyai kemampuan untuk melekat baik. Kortikosteorid memiliki beberapa golongan
pada mukosa mulut yang secara alami bersifat berdasarkan kemampuannya (potensi). Pada
lembab dan berlendir karena terdapat saliva. Obat penelitian ini digunakan yang jenis triamcinolone
C dianggap obat baku untuk penyembuhan SAR, acetonid 0,1% yang merupakan jenis paling lemah
karena daya proteksi (covering agent) dan sifat untuk mencegah beberapa efek samping seperti
anti radangnya yang potensial. Sifat proteksi kuat kandidiasis akibat pemakaian topikal yang kurang
juga di dapat dari jenis obat B yang merupakan benar dan jangka waktu yang lama.
jenis plester. Plester sariawan (PS) yang berasal
dari bahan metil selulosa dengan kandungan KESIMPULAN
kalsium akan berubah menjadi hidrogel yang lebih Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
kuat melekat pada mukosa mulut dengan bantuan perbedaan bermakna antara penggunaan tiga jenis
saliva. Selain itu kalsium yang terkandung pada PS obat yang mengandung asam hyaluronat, plester
akan memblok calcium chanel sehingga mampu sariawan dan pasta kortikosteroid triamcinolone
mengurangi rasa sakit yang disebabkan karena acetonide 0,1% (sebagai kontrol positif) terhadap
lepasnya sitokin pro inamasi (Th 1) maupun efektivitas penyembuhan stomatitis aftosa dan ulkus
sitokin pro anti inamasi (Th 2) sebagai akibat jejas traumatikus. Plester sariawan efektif mengurangi
atau faktor penyebab lainnya.
rasa sakit dan ukuran lesi pada hari ke-4 setara
Pada hari ke-4, PS tampak lebih cepat menu- dengan pasta yang mengandung kortikosteroid
runkan ukuran lesi dan mengurangi rasa sakit jika dan tidak berbeda dengan dua obat lainnya
dibandingkan obat yang mengandung AH. Hal pada hari ke-7. Berdasarkan penelitian ini maka
ini mungkin dilatarbelakangi oleh kemampuan diperlukan dilakukan penelitian lebih lanjut yang
AH dalam mengendalikan produk radang cukup lebih luas berdasarkan community-base sehingga
kuat akan tetapi lesi tidak cukup terlindungi dapat menjadi salah satu alternatif pemilihan obat
sehingga jejas pada lesi selama makan, minum stomatitis aftosa yang bersifat simptomatik yang
dan berbicara masih tetap terjadi. Pada hari ke-7 dapat dibeli bebas oleh masyarakat.
tampak ke tiga jenis obat tidak berbeda ber-
makna dalam hal menyembuhkan lesi. Hal ini UCAPAN TERIMA KASIH
menunjukkan proses radang sebagian besar dapat
Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada
diatasi oleh ketiganya dalam kurun waktu kurang
staf Departemen Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas
dari 7 hari. Namun apabila dilihat dari rata-rata
Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti, drg.Widijanto
lamanya penyembuhan, obat dengan golongan
Sudhana, M.Kes., untuk analisis statistik serta
kortikosteroid lebih cepat mengatasi radang dan
PT. Kolosal Pratama atas dukungannya dalam
menyembuhkan lesi dibandingkan obat golongan
penelitian ini.
AH atau PS. Hal ini sesuai dengan berbagai
penelitian yang menunjukkan bahwa kortikosteroid
DAFTAR PUSTAKA
memiliki efek anti-inamasi yang kuat, karena
mampu menurunkan jumlah dan fungsi berbagai 1. Chavan M, Jain H, Diwan H, Khedkar S, Shete
sel imun, seperti T dan B limfosit, monosit, A, Durkar S. Recurrent aphthous stomatitis: a
neutrol, dan eosinol, pada lokasi inamasi.15 review. J Oral Pathol Med. 2012; 41: 577 –
Kortikosteroid menurunkan produksi sitokin, 583.
kemokin, dan eikosanoid serta meningkatkan 2. Scully C, Porter S. Oral mucosal disease:
produksi makrofag yang menghambat migrasi sel.15 recurrent aphthous stomatitis. Br J Oral
Selain sebagai bahan aktif utama, kortikosteroid Maxillofac Surg. 2008; 46: 198 – 206.
juga berada dalam wadah orabase yang amat
3. Preeti L, Magesh KT, Rajkumar K, Karthik R.
baik, sehingga memberikan kesempatan bahan
Recurrent apthous stomatitis. J Oralmaxillofac
aktif tersebut berkontak dan melindungi lesi dari
Pathol. 2011; 15(3): 252 – 256.
jejas luar dan akhirnya dapat terserap dengan
74
Amtha, dkk: Plester sariawan efektif ...
75