IO :
pembengkakan region 21-22, window (+), diffuse, kemerahan (-), konsistensi
padat kenyal, nyeri tekan minimal, obturator fixed
Evaluasi Radiologis
Ciri-ciri :
Asimtomatik kecuali ukuran membesar dan terjadi infeksi sekunder.
Infeksi sekunder menyebabkan ekspansi rahang kemudian fraktur patologis
berbagai macam ukuran
Gambaran radiografis : simetris, unilokuler, berbatas tegas dan mengelilingi
gigi yg tidak erupsi.
PATOGENESIS KASUS Pada laporan kasus ini dikemukakan suatu kista
dentigerous yang terdapat pada penderita
perempuan berusia 18 th yang datang dengan
keluhan bengkak pada pipi atas kiri makin lama
makin membesar dan terasa sakit.
Pada kasus gigi 23 yang terlibat dalam kista tampak bergeser ke arah apikal karena
terdesak oleh massa kista
Impaksi gigi menghambat aliran vena keluar dari sel kemudian menyebabkan transudasi
cairan yang melintas dinding kapiler
PANORAMIK
Tampak gambaran radiolusen unilokuler berbatas jelas pada regio apikal gigi 21 sampai
26, tampak impaksi gigi 23 yang terdesak oleh massa ke arah kranial, mahkota gigi 23
tampak terlibat dalam massa kista, tampak tepi lesi sklerotik dengan korteks yang jelas,
dan ditandai dengan garis batas radiopak yang tipis lesi tampak radiolusen dengan batas
jelas.
HISTOPATOLOGI
Hasil hpa pasca OK menunjukan potongan jaringan dilapisi epitel squamous
berstratifikasi dengan beberapa sel-sel radang limposit dan neutrofil, stroma berupa
jaringan ikat fibrous dengan infiltrasi sel-sel radang limfosit. Tidak tampak proses spesifik
maupun tanda-tanda keganasan. Kesimpulan maksila sinistra sesuai kista dentigerous.
Kista tidak meradang
• Lapisan epitel terdiri dari 2-4 lapisan Kista meradang
sel epithelium tak berkeratin serta
jaringan ikat dibawahnya menjadi rata. • lapisan epitel mengalami
• Dinding jaringan ikat subepitel tidak hyperplasia, terjadi akantosis
tersusun baik dan mengandung bahan dengan perkembangan rete peg dari
dasar glikosaminoglikan yang banyak.
epitel squamosa, dinding fibrosa
• biassanya di jumpai sel radang kronis
lebih padat kolagen sehingga
tetapi bila ada ulserasi, dapat dikumpai
kenyal, dengan bermacam-macam
sel radang kronis dan akut.
• dinding jaringan ikat kista kadang infiltrasi sel radang kronis.
menebal dan terdiri atas jaringan
penghubung rapuh yang banyak
mengandung jaringan kolagen yang
menyebar.
KESIMPULAN
1. Kista dentigerous adalah rongga patologis yang dibatasi oleh epitel yang
berbatas epitelium squamosa berlapis yang terbentuk disekeliling gigi
yang tidak erupsi dan terdapat cairan.
2. infeksi sekunder dapat terjadi dan menyebabkan gejala umum bengkak
dan rasa sakit serta expansi rahangsehingga kemungkinan terjadi fraktur
patologis.
3. Pada kista dentigerous yang mengalami peradangan, lapisan epitel
mengalami hiperplasia, terjadi akantosis, dinding fibrosa lebih padat
kolangen sehinnga kenyal dengan berbagai infiltrasi sel radang kronis.
4. Prognosis kista dentigerous baik sekali dan tidak ada kemungkinan
terjadi rekurensi setelah dilakukan enakulasi sempurna.
TERIMA KASIH
PENATALAKSANAAN
• Pada lesi yang kecil dapat dilakukan pengangkatan secara bedah.
• perawatan untuk kista adalah Enukleasi yaitu, dilakukan pengerokan mukosa dinding
kista disertai pencabutan gigi yang bersangkutan dan pembuangan dinding kista yang
menonjol hal ini untuk mengcegah terjadinya kista residual.
• jika lesi besar maka dilakukan marsupialisasi dengan menggunakan surgical drain.
• marsupialisasi adalah membuat suatu jendela pada dinding kista dalam pembedahan,
mengambil isi kistanya dan memelihara kontunuitas antara kista dengan rongga mulut,
sinus maksilaris atau rongga hidung.
PADA KASUS :
diawali dengan insisi dranage sebelum marsupialisasi karena
pada kista beradang HPA akan sulit mendapatkan jaringan
patologis yang representatif.
setelah radang mereda dilakukan marsupialisasi dan insisional
biopsi serta pemasangan obturator dengan matsud
mengecilkan ukuran massa .