Anda di halaman 1dari 31

Kista Dentigerous

Beradang Pada Maksila


Program Studi Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Airlangga
Proccedings Book FORKINAS VI FKG UNEJ 14th-15th 2016
Pendahuluan
Kista rongga patologis yang berisi cairan, bahan setengah cair
atau gas dan sering dibatasi oleh lapisan epitel dan bagian
luarnya dilapisi oleh jaringan ikat dan pembuluh darah
Kista dentigerous rongga patologis yang dibatasi oleh epiteliu
atau kantung jaringan ikat yang berbatas epitelium skuamosa
berlapis yang terbentuk di sekeliling mahkota gigi yang tidak
erupsi dan terdapat cairan.
Menurut WHO
• Kista dentigerous merupakan kista dari
lapisan epitel pada rahang yang terjadi
karena proses pertumbuhannya berasal
dari dental folikel gigi ang tidak
mengalami erupsi atau sedang dalam
pertumbuhan
Gejala klinis yang terlihat
• Pembengkakan yang
tumbuh lambat
Jika ada rasa sakit dan pembengkakan
tumbuh cepat mengindikasikan adanya • Tidak sakit
peradangan • Palpasi keras (menunjukkan
adanya ekspansi kortikal)
TATALAKSANA KASUS
Tatalaksana Kasus
• Seorang wanita (18) datang ke Klinik BM dan Maksilofasial RSGM UNAIR pada
13 Oktober 2015 dengan keluhan pipi kiri bengkak.
• 5 tahun lalu pernah dilakukan operasi pengambilan gigi taring yang tertanam,
setelah itu pasien sudah tidak merasakan sakit.
• 1 tahun lalu pipi kiri atas pasien terbentur bola dan pasien merasakan pusing.
• 2 minggu yang lalu pipi kiri pasien terbentur pagar di daerah yang sama.
• 1 minggu terakhir timbul rasa sakit dan pasien minum asam mefenamat untuk
menghilangkan rasa sakit. Sakit menghilang, namun bengkak masih ada.
• Pasien merasakan sakit saat mengunyah
• Pasien tidak dicurigai memiliki riwayat hipertensi, kencing manis, dan alergi
obat.
Pemeriksaan

• Pemeriksaan fisik : keadaan umum baik


• Ekstra oral :
a) Inpeksi : wajah asimetris pada region maksila kiri,
pembengkakan berbatas diffuse mulai dari
infraorbita ke maksila, kemerahan (+)
b)Palpasi : teraba pembengkakan, batas diffuse,
konsistensi padat kenyal, nyeri tekan (+)
• Intra oral
a) Inpeksi : pembengkakan berbatas jelas pada
region gigi 21, 63, 24, 25, ukuran ± 8x3x2 cm,
warna mukosa sekitar slight hiperemi
b) Palpasi : teraba pembengkakan padat keras, nyeri
tekan (+), terdapat daerah fluktuatif, mobilitas gigi
63 (O2), 24 (O2), 25 (O2)
• Pemeriksaan Panoramik
a)Tampak gambaran radiolusen unilokuler berbatas
jelas pada region apical gigi 21 – 26
b)Impaksi gigi 23 terdesak oleh massa ke arah apical.
Mahkota gigi tampak terlibat dalam massa kista
c)Tepi lesi sklerotik dengan korteks yang jelas,
ditandai garis batas radiopak tipis
• Pasien diberi medikasi antibiotic Amoxicillin 500 mg dan
NSAID Asam Mefenamat 500 mg dan direncanaan insisi
biopsy bila inflamasi mereda.
• 3 hari kemudian (16 Oktober 2015) pasien kontrol. Pada
anamnesa diketahui pasien masih mengeluhkan rasa
sakit pada pipi kiri. Pemeriksaan EO dan IO tidak ada
perubahan signifikan, masih ada tanda – tanda
inflamasi, sehingga pasien diinstruksikan untuk
melanjutkan konsumsi obat dan direncanaan insisi
biopsy bila inflamasi mereda.
• Pada tanggal 18 Februari 2016 (setelah 3 bulan tidak
kontrol), pasien datang kembali, berdasarkan anamnesa
diketahui pasien masih merasa nyeri dan sudah tidak
mengonsumsi obat. Ukuran benjolan masih sama.
Dilakukan insisi drainase
Tindakan Perawatan
• Dilakukan insisi drainase pada daerah paling fluktuatif,
yaitu region 24-25.
• Didapatkan cairan kuning jernih (cairan kista) ± 5 cc
bercampur darah.
• Irigasi PZ dan povidone iodine ± 30 cc, bilas dengan PZ
lagi
• Benjolan terlihat mengecil, dilakukan insersi rubber
drain dan difiksasi dengan 2 jahitan silk 3.0
• 6 hari pasca tindakan (24 Februari 2015)
dilakukan insisional biopsy disertai marsupialisasi
dengan anastesi local pada bagian mesial dan
distal dari window post marsupialisasi.
• Window diperlebar dan didapatkan dinding kista,
dilakukan insisi pada dinding kista dan irigasi
larutan PZ steril.
• Dilakukan pemasangan kassa tampon kamicetin
dan difiksasi jahitan benang silk 4.0
• Sampel dikirim ke bagian PA RSUD dr. Soetomo
Surabaya
Hasil Pemeriksaan HPA

• Menunjukkan jaringan sebagian dilapisi epithel


squamous, stroma tdd jaringan ikat fibrous dengan
infiltrasi sel radang limfosit, histiosit, dan sel plasma.
• Tidak Nampak tanda – tanda keganasan
• Kesimpulan hasil HPA : radicular cyst
• 26 Februari : dilakukan pencetakan obturator,
penggantian kassa kamicetin
• 1 Maret : kontrol pemasangan obturator
Evaluasi
• 3 bulan post pemasangan obturator: pasien tidak ada keluhan,
tidak ada cairan yang keluar dari window, namun pasien masih
merasa nyeri saat pipi ditekan. Bengkak sudah berkurang.
EO :
a) Inpeksi : tampak pembengkakan di pipi kiri minimal, diffuse, kemerahan (-)
b) Palpasi : teraba massa konsistensi padat kenyal, nyeri tekan minimal

IO :
pembengkakan region 21-22, window (+), diffuse, kemerahan (-), konsistensi
padat kenyal, nyeri tekan minimal, obturator fixed
Evaluasi Radiologis

• Tampak gambaran radiolusen batas jelas region


apical gigi 21-26, impaksi gigi 23, tepi sklerotik
batas jelas, korteks jelas, terdapat peningkatan
radiopasitas lebih tebal pada tepi lesi yang
menunjukkan peningkatan kalsifikasi tulang
(dampak dari penurunan volume massa kista post
marsupialisasi.
Enukleasi Kista
• 13 Mei : dilakukan enukleasi kista dengan insisi bentuk trapezium
pada distal 21 – distal 25. Pembuatan flap trapezium dengan
rasparatorium, didapatkan epitel kista. Dilakukan kuretase dan
tulang dikurangi dengan round bur, irigasi PZ.
• Gigi impaksi 23 diungkit dengan bein dan dikeluarkan dengan klem,
dilakuka kuretase dan irigasi
• Aplikasi spongostan, flap dikembalikan, penjahitan dengan benang
silk 4.0
• Sampel jaringan diperiksa ke lab. PA
Evaluasi 2 (11 hari post enukleasi)

• Pasien tidak merasa nyeri, bengkak di pipi berkurang.


Pasien bias membuka dan menutup mulut normal.
• EO : pembengkakan (-), asimetri wajah (-), tekan (-)
• IO : luka post operasi baik, jahitan lengkap, debris (+),
pembengkakan (-), kemerahan (-), teraba massa luka
post op, tekan (-)
• Dilakukan pengambilan jahitan
Hasil Pemeriksaan HPA post enukleasi kista

• Tampak potongan jaringan dilapisi epitel squamous


berstratifikasi dengan beberapa sel radang limfosit
dan neutrophil, stroma berupa jaringan ikat fibrous
dengan infiltrasi sel radang limfosit.
• Tidak tampak tanda – tanda keganasan
• Kesimpulan maksila sinistra : kista dentigerous
PEMBAHASAN
KISTA DENTIGEROUS
Kista dentigerous merupakan kista yang berhubungan dengan mahkota gigi
atau gigi yang tidak erupsi atau gigi yang sedang dalam perkembangan.
Menurut WHO kista dentigerous merupakan kista dari lapisan epitel pada
rahang yang terjadi karena proses pertumbuhannya berassal dari dental
folikel yang tidak mengalami erupsi.

Ciri-ciri :
 Asimtomatik kecuali ukuran membesar dan terjadi infeksi sekunder.
 Infeksi sekunder menyebabkan ekspansi rahang kemudian fraktur patologis
 berbagai macam ukuran
Gambaran radiografis : simetris, unilokuler, berbatas tegas dan mengelilingi
gigi yg tidak erupsi.
PATOGENESIS KASUS Pada laporan kasus ini dikemukakan suatu kista
dentigerous yang terdapat pada penderita
perempuan berusia 18 th yang datang dengan
keluhan bengkak pada pipi atas kiri makin lama
makin membesar dan terasa sakit.

Pada kasus gigi 23 yang terlibat dalam kista tampak bergeser ke arah apikal karena
terdesak oleh massa kista

Impaksi gigi menghambat aliran vena keluar dari sel kemudian menyebabkan transudasi
cairan yang melintas dinding kapiler

Tekanan hidrostatik menyebabkan folikel terpisah dari mahkota dan menyebabkan


perluasan kista
LANJUTAN
Pada dasarnya kista ini terjadi akibat
dilatasi ruang folikuler normal • KISTA DENTIGEROUS berpotensi
disekitar mahkota gigi yang sedang membesar dan menyebabkan
erupsi disebabkan akumulasi cairan kerusakan medulla tulang dan
jaringan atau darah. Proliferasi kista ekspansi rahang.
terjadi oleh suatu proses • cenderung menggeser dan
hiperosmolaritas sehingga akan meresobsi gigi tetangga.
terjadi kerusakan sel-sel kista • pada kasus ini tidak terjadi resobsi
dibagian tengah dan selanjutnya gigi tetangga sehingga tidak ada
akan terjadi tekanan gradient kegoyangan dan tidak perlu
osmotic yang akan memompa cairan dilakukan pencabutan.
di luar kista menuju lumen kista. C
PEMERIKSAAN

PANORAMIK
Tampak gambaran radiolusen unilokuler berbatas jelas pada regio apikal gigi 21 sampai
26, tampak impaksi gigi 23 yang terdesak oleh massa ke arah kranial, mahkota gigi 23
tampak terlibat dalam massa kista, tampak tepi lesi sklerotik dengan korteks yang jelas,
dan ditandai dengan garis batas radiopak yang tipis lesi tampak radiolusen dengan batas
jelas.

HISTOPATOLOGI
Hasil hpa pasca OK menunjukan potongan jaringan dilapisi epitel squamous
berstratifikasi dengan beberapa sel-sel radang limposit dan neutrofil, stroma berupa
jaringan ikat fibrous dengan infiltrasi sel-sel radang limfosit. Tidak tampak proses spesifik
maupun tanda-tanda keganasan. Kesimpulan maksila sinistra sesuai kista dentigerous.
Kista tidak meradang
• Lapisan epitel terdiri dari 2-4 lapisan Kista meradang
sel epithelium tak berkeratin serta
jaringan ikat dibawahnya menjadi rata. • lapisan epitel mengalami
• Dinding jaringan ikat subepitel tidak hyperplasia, terjadi akantosis
tersusun baik dan mengandung bahan dengan perkembangan rete peg dari
dasar glikosaminoglikan yang banyak.
epitel squamosa, dinding fibrosa
• biassanya di jumpai sel radang kronis
lebih padat kolagen sehingga
tetapi bila ada ulserasi, dapat dikumpai
kenyal, dengan bermacam-macam
sel radang kronis dan akut.
• dinding jaringan ikat kista kadang infiltrasi sel radang kronis.
menebal dan terdiri atas jaringan
penghubung rapuh yang banyak
mengandung jaringan kolagen yang
menyebar.
KESIMPULAN
1. Kista dentigerous adalah rongga patologis yang dibatasi oleh epitel yang
berbatas epitelium squamosa berlapis yang terbentuk disekeliling gigi
yang tidak erupsi dan terdapat cairan.
2. infeksi sekunder dapat terjadi dan menyebabkan gejala umum bengkak
dan rasa sakit serta expansi rahangsehingga kemungkinan terjadi fraktur
patologis.
3. Pada kista dentigerous yang mengalami peradangan, lapisan epitel
mengalami hiperplasia, terjadi akantosis, dinding fibrosa lebih padat
kolangen sehinnga kenyal dengan berbagai infiltrasi sel radang kronis.
4. Prognosis kista dentigerous baik sekali dan tidak ada kemungkinan
terjadi rekurensi setelah dilakukan enakulasi sempurna.
TERIMA KASIH
PENATALAKSANAAN
• Pada lesi yang kecil dapat dilakukan pengangkatan secara bedah.
• perawatan untuk kista adalah Enukleasi yaitu, dilakukan pengerokan mukosa dinding
kista disertai pencabutan gigi yang bersangkutan dan pembuangan dinding kista yang
menonjol hal ini untuk mengcegah terjadinya kista residual.
• jika lesi besar maka dilakukan marsupialisasi dengan menggunakan surgical drain.
• marsupialisasi adalah membuat suatu jendela pada dinding kista dalam pembedahan,
mengambil isi kistanya dan memelihara kontunuitas antara kista dengan rongga mulut,
sinus maksilaris atau rongga hidung.
PADA KASUS :
 diawali dengan insisi dranage sebelum marsupialisasi karena
pada kista beradang HPA akan sulit mendapatkan jaringan
patologis yang representatif.
 setelah radang mereda dilakukan marsupialisasi dan insisional
biopsi serta pemasangan obturator dengan matsud
mengecilkan ukuran massa .

Anda mungkin juga menyukai