Anda di halaman 1dari 3

Informasi Umum

Kabupaten Rembang terkenal akan wisata pesisir yang hampir sepanjang pantai di Rembang
dijadikan obyek wisata. Salah satu obyek wisata pesisir yang menarik dan terkenal adalah
wisata Jembatan Merah. Obyek wisata ini merupakan salah satu wisata pesisir yang ada di
Kabupaten Rembang yang terdapat pelestarian ekosistem mangrove. Wisata hutan mangrove
yang ada di Kabupaten Rembang merupakan satu satu nya wisata yang bertujuan melestarikan
ekosistem mangrove. Wisata ini sering dikunjungi pada saat liburan maupun hari biasa.
Lokasi wisata Jembatan Merah Hutan Mangrove ini tepatnya berada di dukuh Kaliuntu desa
Pasar Banggi, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Hutan
Mangrove ini memiliki luas kurang lebih 22 hektar dengan panjang 2.900 meter. Pelestarian
mangrove ini dijadikan obyek wisata sehingga dapat meningkatkan jumlah mangrove juga
menambah pendatan desa tersebut.
Wisata hutan mangrove ini wisatawan dapat melihat langsung mangrove yang kecil sampai
besar. Wisatawan dapat masuk dikawasan hutan dan disana dibangun jembatan untuk jalur
masuk wisatawan. Jembatan tersebut di cat warna merah sehingga nama yang obyek wisata
hutan mangrove ini adalah Jembatan Merah. Disana juga disediakan gazebo – gazebo kecil yang
bisa digunakan untuk berteduh dan melihat pemandangan laut. Untuk tarif masuk obyek wisata
ini terbilang murah karena wisatwan hanya membayar parkr sebesar Rp. 5.000,00 saja.
Keadaan mangrove
Mangrove di kabupaten Rembang sudah mulai dirawat dan dilestarikan. Sebelum menjadi
obyek wisata, hutan mangrove ini sempat terbengkalai dan hampir tidak terawat. Kemudian
para nelayan dan pemerintah desa setempat berupaya melestarikan mangrove itu dengan
menjadikan obyek wisata. Pada tahun 1970 luas hutan mangrove di Desa Pasarbanggi hanya
tinggal sekitar 3 Hektare dikarenakan perluasan lahan tambak ikan yang semakin meningkat.
Seiring berjalannya waktu masyarakat semakin sadar pentingnya mangrove diwilayah pesisir,
saat ini kondisi mangrove di Desa Pasarbanggi kembali semakin baik dan luasnya saat ini
mencapai 60 Ha.
Pemanfaatan mangrove di kawasan Pasarbanggi Rembang ini merupakan salah satu kawasan
mangrove yang sudah relatif baik kondisinya,. Sehingga dijadikan obyek wisata oleh masyarakat
setempat guna melestarikan hutan mangrove tersebut. Berdasarkan penelitin sebelumnya,
melalui perhitungan tingkat kerapatan relatif, frekuenssi relatif, dan penutupan relatif spesie
dapat dijadikan sebagai acuan untuk mngetahui perkembangan dari ekosistem mangrove di
Pasarbanggi Rembang. Hasilnya terdapat lima jenis mangrove yang hidup dan berkembang
dikawasan tersebut. Jenis jenis tersebut dantaranya Rhizophora Spp, Rhizophora apiculate,
Avicenia marina, Avicenia alba, Soneratia alba, dan Xilocarpus Spp.
Dari kelima jenis mangrove tersebut ditemukan jenis yang paling dominan dan memilki
pengaruh paling besar dalam perkembangan dan pertumbuhan mangrove di kawasan
Pasarbnggi Rembang ini, yaitu jenis Rhizophora Spp. Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa
jenis mangrove ini memiliki Indeks Nilai Penting (INP) paling tinggi drai yang lainnya. Hasil
temuan ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam pemilihan bibit unggul dalam penanaman
mangrove selanjutnya agara dapat memperluas lahan kawasan hutan mangrove ini.

Potensi kerusakan dan ancaman


Penyebab kerusakan kawasan mangrove di Pasarbanggi Rembang ini secara umum karena
faktor adanya perluasan tambak oleh masyarakat sekitar, penebangan pohon mangrove secara
bebas dan ilegal, adanya reklamasi pantai, serta adanya pencemaran lingkungan seperti
pembuangan limbah dan lain sebagainya.
Ancaman utama kawasan mangrove di Pasarbanggi Rembang ini adalah adanya perluasan lahan
tambak ikan maupun garam. Mengingat mata pencaharian masyarakat sekitar aadalah petani
tambak serta nelayan. Tahun 2016 tambak garam di Pasarbanggi seluas 51,89 Ha, sedangkan
tambak ikan seluas 55,95 Ha. Luas tersebut merupakan peningkatan yang terbilang besar,
karena ditahun – tahun sebelumnya luas lahan yang digunakan tambak tidak seluas itu. Hal
tersebut menjadi indikator bahwa lahan ekosistem mangrove banyak dikonersi menjadi lahan
tambak.
Potensi kerusakan mangrove juga dipengaruhi oleh penenbangan pohon mangrove yang bebas
dan ilegal. Penebanga angroe ini seringkali dilakukan masyarakat setempat untuk diambil
kayunya. Mereka beranggapan bahwa sumber daya ekosistem mangrove ini merupakan
sumber daya milik bersama dan dapat dimanfaatkan sebanyak – banyaknya secara bebas,
mengingat mereka tidak menegathui peraturan – peraturan pemanfaatan sumber daya
tersebut. Dengan demikian pelestarian mangrove menjadi terkendala.
Potensi ancaman selanjutnya adalah adanya reklamasi pantai menjadi kawasan industri
maupun menjadi pelabuhan. Dikawasan hutan mangrove ini bnayk kapal – kapal nelayan
mendarat secara bebas dan tidak teratur. Sehingga jika kapal – kapal tersbeut mendaratnya
tepat didekat pohon mangrove dapat merusak mangrove – mangrove yang masih kecil dan
baru ditanam disekitar kawasan tepi laut.
Selanjutnya masalah ataunpotens ancaman yang paling memungkinkan adalahterjadi setiap
saat adalah pencemaran lingkungan. Hampir setiap jam dikawasan hutan mangrove tersebut
dikunjungi banyak orang, mengingat sekarang kawasan tersebut menjadi salah satu destinasi
obyek wisata yang cukup terkenal di Rembang dan sekitarnya. Hal tersebut mengakibatkan
banyaknya sampah yang berserakan, meskipun sudah disediakan tempat sampah. Selain
sampah juga ada saluran pembuangan air dari MCK yng dibangun disekitar pantai serta
kawasan hutan mangrove. Dengan demikian potensi kerusakan mangrove menjadi semakin
tinggi.
Pelestarian mangrove oleh masyarakat setempat
Tingkat pemahaman masyarakat terhadap mangrove didesa Pasarbanggi terbilang sudah mulai
baik. Hal ini dibuktikan dengan sering adanya sosialisasi dan pelatihan dari kelompok tani
mangrove dan para akademisi terhadap masyarakat pesisir. Meskipun sosialisasi tersebut
belum merata, tetapi sebagian besar termasuk perangkat desa sudah bnyak yang paham dan
memulai pemanfaatan serta pelestarian pohon mangrove. Sosialisasi serta pelatihan ini
memang sangat diperlukan karena pengaruh terhada pengembangan ekosistem mangrove
sangat besar. Selain tu juga dibutuhkan partisipasi masyarakat untuk ikut andil dan terjun
langsung dalam pengelolaan mangrove tersebut. Supaya nantinya masyarakat tidak hanya
menjadi obyeknya tetapi juga dapat mengambil peran atau menjadi subyek dalam program –
progarm pengelolaan kawasan mangrove ini.
Masyarakat Pasarbanggi mempunyai kelompok tani yang khusus serta memiliki minat yang
tinggi dalam mengelola ekosistem mangrove. Kelompok tani ini bernama “Sidodadi Maju”.
Kelompok tani tersebut telah dibekali pengetahuan serta ktrampilan tentang fungsi fungsi
mangrove sehingga mereka sudah memiliki bekal dan berinisitif mengembangkan ekosiste
mangrove.
Kelompok tani ini memiliki tugas serta agenda agenda yang rutin dilakukan, diantaranya :
1. Pembibitan mengrove
2. Pembuatan peraturan terkait pemanfaatan mangrove
3. Kerja bakti yang dilakukan setiap bulan tertentu
4. Penentuan waktu dan tempat penanaman mangrove baru
5. Mengelola dana dari pemerintah dengan cara arisan kelompok tani mangrove
6. Melayani pemesanan bibit mangrove
7. Menjaga dan memastikan bahwa keragaman hayati mangrove dalam keadaan baik dan
aman dari kerusakan
8. Mengajak masyarakat lainnya untuk berpartisipasi melindungi mangrove

Anda mungkin juga menyukai