Anda di halaman 1dari 9

BBDM SK 1 YG SEBENARNYA

BELAJAR MANDIRI

1. DEFINISI RADANG DAN JENIS BESERTA CONTOH DAN MEKANISME TIAP


JENISNYA
Inflamasi adalah

Jenis-jenis inflamasi:

a. Inflamasi akut, yaitu inflamasi yang berlangsung relative singkat, dari beberapa
menit sampai beberapa hari dan ditandai dengan eksudasi cairan dan protein plasma
serta akumulasi leukosit neutrofilik yang menonjol.
Mekanismenya:
1) Hyperaemia
Jejas yang terbentuk pertama-tama akan menyebabkan dilatasi arteri lokal
(didahului vasokonstriksi sesaat). Dengan demikian mikrovaskular pada lokasi
jejas melebar, aliran darah mengalami perlambatan, dan terjadi bendungan darah
yang berisi eritrosit pada bagian tersebut, yang disebut hiperemia. Pelebaran ini
lah yang menyebabkan timbulnya warna merah (eritema) dan hangat.
2) Exudating
Selanjutnya, terjadi peningkatan permeabilitas endotel disertai keluarnya protein
plasma dan sel-sel leukosit ke daerah extravaskular yang disebut eksudasi. Hal ini
menyebabkan sel darah merah dalam darah terkonsentrasi, viskositas meningkat,
sirkulasi menurun, terutama pada pembuluh darah-pembuluh darah kecil yang
sisebut stasis. Pada ujung arteriol kapiler, tekanan hidrostatik yang tinggi
mendesak cairan keluar ke dalam ruang jaringan interstisial dengan cara
ultrafiltrasi. Hal ini berakibat meningkatnya konsentrasi protein plasma dan
menyebabkan tekanan osmotik koloid bertambah besar, dengan menarik kembali
cairan pada pangkal kapiler venula. Pertukaran normal tersebut akan menyisakan
sedikit cairan dalam jaringan interstisial yang mengalir dari ruang jaringan
melalui saluran limfatik. Eksudat adalah cairan radang ekstravaskuler dengan
berat jenis tinggi (di atas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg%
serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi.
3) Emigration od leucocyte
Penimbunan sel-sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit pada lokasi jejas,
merupakan aspek terpenting reaksi radang. Beberapa produk sel darah putih
merupakan penggerak reaksi radang, dan pada hal-hal tertentu menimbulkan
kerusakan jaringan yang berarti. Dalam fokus radang, awal bendungan sirkulasi
mikro akan menyebabkan sel-sel darah merah menggumpal dan membentuk
agregat-agregat yang lebih besar daripada leukosit sendiri. Mula-mula sel darah
putih bergerak dan menggulung pelan-pelan sepanjang permukaan endotel pada
aliran yang tersendat tetapi kemudian sel-sel tersebut akan melekat dan melapisi
permukaan endotel. Emigrasi adalah proses perpindahan sel darah putih yang
bergerak keluar dari pembuluh darah. Tempat utama emigrasi leukosit adalah
pertemuan antar-sel endotel.
4) Kemotaksis
Setelah meninggalkan pembuluh darah, leukosit bergerak menuju ke arah utama
lokasi jejas. Migrasi sel darah putih yang terarah ini disebabkan oleh pengaruh-
pengaruh kimia yang dapat berdifusi disebut kemotaksis. Hampir semua jenis sel
darah putih dipengaruhi oleh faktor-faktor kemotaksis dalam derajat yang
berbeda-beda.
5) Fagositosis
Setelah leukosit sampai di lokasi radang, terjadilah proses fagositosis. Fagositosis
akan sangat ditunjang apabila mikroorganisme diliputi oleh opsonin, yang
terdapat dalam serum (misalnya IgG, C3). Setelah bakteri yang mengalami
opsonisasi melekat pada permukaan, selanjutnya sel fagosit sebagian besar akan
meliputi partikel, berdampak pada pembentukan kantung yang dalam. Partikel ini
terletak pada vesikel sitoplasma yang masih terikat pada selaput sel, disebut
fagosom. Meskipun pada waktu pembentukan fagosom, sebelum menutup
lengkap, granula-granula sitoplasma neutrofil menyatu dengan fagosom dan
melepaskan isinya ke dalamnya, suatu proses yang disebut degranulasi. Sebagian
besar mikroorganisme yang telah mengalami pelahapan mudah dihancurkan oleh
fagosit yang berakibat pada kematian mikroorganisme. Walaupun beberapa
organisme yang virulen dapat menghancurkan leukosit.
Contohnya:
 Bronkitis akut
 Usus buntu akut
 Tonsilitis akut
 Infeksi meningitis akut
 Sinusitis akut
 Tumbuh kuku terinfeksi
 Sakit tenggorokan
 Goresan atau luka di kulit
 Latihan sangat intens
 Pukulan
b. Inflamasi kronis, yaitu inflamasi yang berlangsung lebih lama yaitu berhari-hari
sampai bertahun-tahun dan ditandai khas dengan influx limfosit dan makrofag
disertai dengan proliferasi pembuluh darah dan pembentukan jaringan parut.
Mekanismenya: Inflamasi kronis dapat timbul melalui satu atau dua jalan. Dapat
timbul menyusul radang akut, atau responnya sejak awal bersifat kronik. Perubahan
radang akut menjadi radang kronik berlangsung bila respon radang akut tidak dapat
reda, disebabkan agen penyebab jejas yang menetap atau terdapat gangguan pada
proses penyembuhan normal. Ada kalanya radang kronik sejak awal merupakan
proses primer. Sering penyebab jejas memiliki toksisitas rendah dibandingkan
dengan penyebab yang menimbulkan radang akut. Terdapat 3 kelompok besar yang
menjadi penyebabnya, yaitu infeksi persisten oleh mikroorganisme intrasel tertentu
(seperti basil tuberkel, Treponema palidum, dan jamur-jamur tertentu), kontak lama
dengan bahan yang tidak dapat hancur (misalnya silika), penyakit autoimun. Bila
suatu radang berlangsung lebih lama dari 4 atau 6 minggu disebut kronik. Tetapi
karena banyak kebergantungan respon efektif tuan rumah dan sifat alami jejas, maka
batasan waktu tidak banyak artinya. Pembedaan antara radang akut dan kronik
sebaiknya berdasarkan pola morfologi reaksi (Robbins & Kumar, 1995). Inflamasi
kronis telah dihubungkan dengan berbagai tahapan yang terlibat dalam
karsinogenesis termasuk transformasi seluler, promosi, surivival, proliferasi, invasi,
angiogenesis, dan metastasis. Inflamasi tersebut menjadi faktor risiko pada
kebanyakan tipe kanker.

Contohnya:

 Asma
 Ulkus peptikum kronik
 Rheumatoid arthritis
 Periodontitis kronik
 Ulcerative colitis dan penyakit cronn
 Sinusitis kronik

2. JENIS DAN PERAN MEDIATOR


Sumbernya adalah trombosit, netrofil, monosit/makrofag dan sel mast dan dijumpai
dalam dua bentuk, yaitu :
1) Bentuk yang siap pakai (disekresikan saat aktivasi) yaitu sebagai granula intrasel
(granul dalam sel) misalnya histamine dalam sel mast

2) Bentuk yang harus disintesis terlebih dahulu bila ada stimulus/rangsang (disintesis
secara de novo) misalnya prostaglandin.
Mediator yang berasal dari sel ini dibagi menjadi 5 kelompok yaitu :

a. Amin Vasoaktif ( vasoactive amine ):


 Histamin: tersebar luas terutama dalam sel mast yang berdekatan dengan
pembuluh darah, basofil dan trombosit sirkulasi. Tersimpan dalam sel mast
granula sel mast dan dilepaskan apabila terjadi cedera fisik (trauma/panas), reaksi
imunologik, reaksi anafilaksis dan lain sebagainya. Zat ini terutama berperan
pada saat permulaan proses radang dan menyebabkan dilatasi arteriol, serta
peningkatan permeabilitas kapiler fase cepat, yang menginduksi kontraksi endotel
venula dan interendotelial gap.
 Serotonin: berefek sama dengan histamin. Ditemukan teruama dalam granula
trombosit, dilepaskan bila terjadi agregasi trombosit.(kemampuan darah untuk
menggumpal).
b. Metabolit yang berasal dari asam arakidonat.
Zat  yang berasal dari asam arakidonat misalnya prostaglandin, lekotren, zat lipid
yang bersifat kemitaktik. Pembentukan  asam arakidonat akan dihambat oleh obat–
obat golongan steroid. Pembentukan prostaglandin akan dihambat oleh obat–obat
aspirin dan indomethacin. Prinsip kerja zat – zat ini juga seperti zat lainnya yaitu:
Vasokonstiksi, vasodilatasi, peningkatan permeabilitas, kemotaksis.
Jenis Reseptor Fungsi

   vasodilasi

PGI 2 IP    menghambat agregasi platelet

   bronchodilatation

PGE 2    bronkokonstriksi
EP 1
   GI saluran otot polos kontraksi

   bronchodilatation

EP 2    GI saluran otot polos relaksasi

   vasodilatasi

EP 3   ↓ lambung sekresi asam

  ↑ lambung lendir sekresi

   rahim kontraksi (bila hamil)

   GI saluran otot polos kontraksi
   lipolisis inhibisi

  ↑ otonom neurotransmitter 

   Platelet ↑ tanggapan terhadap agonis mereka ↑ atherothrombosis dan in


vivo

   rahim kontraksi
PGF 2α FP
§   bronkokonstriksi

c. Limfokin merupakan zat aktif hasil sel T akibat reaksi imunologik.


Termasuk kelompok ini ialah interferon dan interleukin. Interferon mempunyai
kemampuan antiviral dan anti tumor.
d. Nitrogen monoksida (NO)
Merupakan mediator yang baru ditemukan, mengakibatkan vasodilatasi pembuluh
darah, dihasilkan oleh sel endotel dan makrofag.  NO dengan cepat akan terdifusi
keluar ke dalam periplasma dan memasuki sel darah merah untuk dikonversi
menjadi asam nitrat melalui reaksi dengan oksihemoglobin -> kompensasi
hyperglobulinemia -> kelelahan, mengurangi kekuatan otot.

Radikal bebas yang berasal dari oksigen. (ROS)


Zat – zat ini cenderung menimbulkan kerusakan pada jaringan karena zat – zat ini dapat
menyebabkan:
 Kerusakan sel endotel yang secara tidak langsung akan menyebabkan meningkatnya
permeabilitas.
 Tidak  aktifnya antiprotease sehingga kerusakan jaringan akan makin luas.
 Meningkatnya proses kemotaksis

Mediator asal plasma:

a. Sistem Komplemen
Merupakan bagian dari sistem protein enzimatik. Sistem komplemen dapat diaktifkan
sepanjang reaksi radang akut yang berlangsung melalui berbagai jalan.
b. Sistem Kinin
Sistem kinin diaktifkan oleh faktor koagulasi XII. Akan menghasilkan bradikinin dan
proses fibrinolisis atau koagulasi. Bradikinin berperan mirip histamin. Yaiyu
meningkatkan permeabilitas kapiler vaskular, vasokonstriksi otot polos (bronkus) dan
vasodilatasi arteriol. Nyeri terutama diakibatkan oleh bradikinin (mediator kimiawi
rasa sakit)
c. Sistem Koagulasi
Sistem koagulasi bertanggung jawab terhadap perubahan fibrinogen menjadi fibrin,
suatu komplemen utama dari eksudat radang akut.
d. Sistem Fibrinolitik
Plasmin bertanggung jawab terhadap lisisnya fibrin menjadi produk fibrin yang
rendah yang memiliki efek lokal pada permeabilitas lokal.

3. TANDA GEJALA DAN TANDA KLINIS RADANG


Respon antiinflamasi meliputi kerusakan mikrovaskular, meningkatnya permeabilitas
kapiler dan migrasi leukosit ke jaringan radang. Gejala proses inflamasi yang sudah
dikenal ialah:
1. Kemerahan (rubor)
2. Terjadinya warna kemerahan ini karena arteri yang mengedarkan darah ke daerah
tersebut berdilatasi sehingga terjadi peningkatan aliran darah ke tempat cedera
(Corwin, 2008).
3. Rasa panas (kalor)
4. Rasa panas dan warna kemerahan terjadi secara bersamaan. Dimana rasa panas
disebabkan karena jumlah darah lebih banyak di tempat radang daripada di daerah
lain di sekitar radang. Fenomena panas ini terjadi bila terjadi di permukaan kulit.
Sedangkan bila terjadi jauh di dalam tubuh tidak dapat kita lihat dan rasakan
(Wilmana, 2007).
5. Rasa sakit (dolor)
6. Rasa sakit akibat radang dapat disebabkan beberapa hal:
1) adanya peregangan jaringan akibat adanya edema sehingga terjadi peningkatan
tekanan lokal yang dapat menimbulkan rasa nyeri,
2) adanya pengeluaran zat – zat kimia atau mediator nyeri seperti prostaglandin,
histamin, bradikinin yang dapat merangsang saraf – saraf perifer di sekitar radang
sehingga dirasakan nyeri (Wilmana, 2007).
4. Pembengkakan (tumor)
5. Gejala paling nyata pada peradangan adalah pembengkakan yang disebabkan oleh
terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler, adanya peningkatan aliran darah dan
cairan ke jaringan yang mengalami cedera sehingga protein plasma dapat keluar dari
pembuluh darah ke ruang interstitium (Corwin, 2008).
6. Fungsiolaesa
Fungsiolaesa merupakan gangguan fungsi dari jaringan yang terkena inflamasi dan
sekitarnya akibat proses inflamasi. (Wilmana, 2007).

7. PROSES TERJADINYA LUKA SAMPAI INFLAMASI


Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang melibatkan respon seluler dan biokimia
baik secara lokal maupun sistemik melibatkan proses dinamis dan kompleks dari
koordinasi serial termasuk pendarahan, koagulasi, inisiasi respon inflamasi akut segera
setelah trauma, regenerasi, migrasi dan proliferasi jaringan ikat dan sel parenkim, serta
sintesis protein matriks ekstraselular, remodeling parenkim dan jaringan ikat serta
deposisi kolagen (T Velnar, 2009). Sel yang paling berperan dari semua proses ini adalah
sel makrofag. Fase Inflamasi terbagi dua, yaitu Fase inflamasi awal atau fase haemostasis
dan fase inflamasi akhir. Pada saat jaringan terluka, pembuluh darah yang terputus pada
luka akan menyebabkan pendarahan, reaksi tubuh pertama sekali adalah berusaha
menghentikan pendarahan dengan mengaktifkan faktor koagulasi intrinsik dan ekstrinsik,
yang mengarah ke agregasi platelet dan formasi clot vasokontriksi, pengerutan ujung
pembuluh darah yang putus (retraksi) dan reaksi haemostasis. Reaksi haemostasis akan
terjadi karena darah yang keluar dari kulit yang terluka akan mengalami kontak dengan
kolagen dan matriks ekstraseluler, hal ini akan memicu pengeluaran platelet atau dikenal
juga dengan trombosit mengekspresi glikoprotein pada membran sel sehingga trombosit
tersebut dapat beragregasi menempel satu sama lain dan membentuk massa (clotting).
Massa ini akan mengisi cekungan luka membentuk matriks provisional sebagai scaffold
untuk migrasi sel-sel radang pada fase inflamasi. (Landén, Li, & Ståhle, 2016). Pada saat
yang bersamaan sebagai akibat agregasi trombosit, pembuluh darah akan mengalami
vasokonstriksi selama 5 sampai dengan 10 menit, akibatnya akan terjadi hipoksia,
peningkatan glikolisis dan penurunan PH yang akan direspon dengan terjadinya
vasodilatasi. Lalu akan terjadi migrasi sel leukosit dan trombosit ke jaringan luka yang
telah membentuk scaffold tadi. Fase inflamasi dimulai segera setelah terjadinya trauma
sampai hari ke-5 pasca trauma. Tujuan utama fase ini adalah menyingkirkan jaringan
yang mati, dan pencegahan kolonisasi maupun infeksi oleh agen mikrobial patogen
(Gutner GC, 2007). Setelah hemostasis tercapai, sel radang akut serta neutrofil akan
menginvasi daerah radang dan menghancurkan semua debris dan bakteri. Dengan adanya
neutrofil maka dimulai respon keradangan yang ditandai dengan cardinal symptoms,
yaitu tumor, kalor, rubor, dolor dan functio laesa.Netrofil, limfosit dan makrofag adalah
sel yang pertama kali mencapai daerah luka. Fungsi utamanya adalah melawan infeksi
dan membersihkan debris matriks seluler dan benda-benda asing .Agen kemotaktik
seperti produk bakteri, yaitu DAMP (Damage Associated Molecules Pattern) dan PAMP
(Pathogen Spesific Associated Molecules Pattern), complement factor, histamin,
prostaglandin, dan leukotriene. Agen ini akan ditangkap oleh reseptor TLRs (toll like
receptor) dan merangsang aktivasi jalur signalling intraseluler yaitu jalur NFκβ dan
MAPK. Pengaktifan jalur ini akan menghasilkan ekspresi gen yang terdiri dari sitokin
dan kemokin pro-inflamasi yang menstimulasi leukosit untuk ekstravasasi keluar dari sel
endotel ke matriks provisional. Leukosit akan melepaskan bermacam-macam faktor
untuk menarik sel yang akan memfagosit debris, bakteri, dan jaringan yang rusak, serta
pelepasan sitokin yang akan memulai proliferasi jaringan. Leukosit yang terdapat pada
luka di dua hari pertama adalah neutrofil, biasanya terdeteksi pada luka dalam 24 jam
sampai dengan 36 jam setelah terjadi luka. Sel ini membuang jaringan mati dan bakteri
dengan fagositosis.
8. MEKANISME PENGHAMBATAN MEDIATOR SERTA MEDIKAMEN
Antiinflamasi Steroid
Obat antiinflamasi golongan steroida bekerja menghambat sintesis prostaglandin
dengan cara menghambat enzim fosfolipase, sehingga fosfolipid yang berada pada
membran sel tidak dapat diubah menjadi asam arakidonat. Akibatnya prostaglandin
tidak akan terbentuk dan efek inflamasi tidak ada. (Tan, dan Rahardja, 2007).Contoh
obat antiinflamasi steroid adalah deksametason, betametason dan hidrokortison.

Antiinflamai Non Steroisd (NSAID)

Obat analgesik antipiretik serta obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) merupakan


suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara
kimiawi. Walaupun demikian obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan
dalam efek terapi ataupun efek samping. Prototip obat golongan ini adalah aspirin,
karena itu obat golongan ini sering disebut juga sebagai obat mirip aspirin (aspirin-
like drugs).

Obat antiinflamasi dapat dikelompokkan dalam 7 kelompok besar :

1) Derivat asam propionat: fenbufen, fenoprofen, flurbiporfen, ibuprofen,

ketoprofen, naproksen, asam pirolalkonat, asam tioprofenat

2) Derivat indol: indomestin, sulindak, tolmetin

3) Derivat asam fenamat: asam mefenamat, meklofenat

4) Derivat asam piroklakonat

5) Derivat piirazolon: fenil butazon, oksifenbutazol, azopropazonon

6) Derivat oksikam: piroksikam, tenoksikam

7) Derivat asam salisilat: asam fenilasetat, asam asetat inden

NSAID merupakan obat yang well-absorbed, dan memilki sifat highlymetabolized,

yang dimetabolisme baik melalui mekanisme metabolisme fase 1 dan kemudian


diikuti fase II dan beberapa obat dimetabolisme langsung oleh direct-
glucuronidation (fase II). NSAID dimetabolisme oleh CYP3A atau CYP2C yang
merupakan bagian dari enzim P450 di hati. Ekskresi ginjal merupakan rute yang
penting dalam eliminasi obat tersebut. Sebagian besar obat NSAID highly protein-
bound (98%), dan biasanya berikatan dengan albumin. Semua obat NSAID dapat
ditemukan di dalam cairan sinovial setelah penggunaan yang

berulang.
Mekanisme kerja obat NSAID adalah menghambat biosintesis dari prostaglandin.
Berbagai obat NSAID juga dapat bekerja melalui mekanisme yang lain termasuk
menginhibit kemotaksis, menurunkan regulasi dari produksi interleukin-1 dan
menurunkan produksi dari radikal bebas dan superoksidase. Aspirin bekerja dengan
cara asetilasi dan memblok platelet-cyclooxygenase secara irreversibel, dimana
non-COX-selective NSAID adalah inhibitor yang reversibel. NSAID menurunkan
sensitivitas pembuluh darah terhadap brakinin dan histamin, mempengaruhi
produksi limfokin dan limfosit dan meniadakan vasodilatasi. NSAID yang baru
bersifat analgetik, antiinflamasi dan antipiretik dan semua NSAID (kecuali agen COX-
2-selective dan nonacetylated salicylates) menghambat agregasi platelet, walau
derjatnya berbeda-beda.

Pengobatan inflamasi mempunyai 2 tujuan utama: Pertama, meringankan gejala


dan mempertahankan fungsi. Kedua, memperlambat atau menghambat proses
perusakan jaringan.

Anda mungkin juga menyukai