Anda di halaman 1dari 7

A.

Teori

Proses terjadinya karies dimulai dengan melekatnya pelikel pada permukaan gigi.
Pelikel merupakan lapisan organik yang terbentuk dalam beberapa menit setelah permukaan
gigi yang bersih berkontak dengan saliva. Pelikel mempunyai dua sisi, sisi pertama yang
melekat pada permukaan gigi dan sisi kedua merupakan permukaan yang lengket tempat
melekatnya bakteri.
Karies gigi terjadi karena adanya interaksi antara bakteri dengan pelikel pada
permukaan gigi, sehingga terjadilah kolonisasi bakteri. Metabolisme karbohidrat oleh bakteri
menghasilkan asam laktat, sehingga terjadi penurunan pH plak dan menyebabkan suasana
asam pada permukaan gigi. Ion asam bereaksi dengan fosfat pada saliva dan plak. Bila pH
kritis hidroksi apatit (5,5) tercapai, maka mulai terjadi interaksi progresif ion asam dengan
fosfat pada hidroksi apatit yang melarutkan permukaan kristal hidroksi apatit
sebagian/seluruhnya. Terjadilah penurunan pH lebih lanjut dan terjadilah demineralisasi
jaringan keras gigi dan rusaknya bahan organik.
Penghancuran setempat jaringan kalsifikasi yang dimulai pada permukaan gigi
melalui proses dekalsifikasi lapisan email gigi yang diikuti oleh lisis struktur organik secara
enzimatis sehingga terbentuk kavitas atau lubang yang bila didiamkan akan menembus email
serta dentin dan dapat mengenai pulpa. Kerusakan pulpa yang parah menyebabkan
terganggunya aliran darah didalam pulpa dan vasodilatasi pembuluh darah lalu sel inflamasi
membuat tekanan intrapulpa meningkat, menekan saraf sehingga muncul rasa nyeri tajam dan
berdenyut sehingga terjadi pulpitis irreversibel.
Pulpitis irreversibel merupakan inflamasi parah yang tidak akan pulih walaupun
penyebabnya dihilangkan. Nyeri pulpitis ireversibel dapat berupa nyeri tajam, tumpul lokal
atau difus dan berlangsung beberapa menit atau berjam-jam. Aplikasi stimulus eksternal
seperti termal dapat mengakibatkan nyeri berkepanjangan. Jika inflamasi hanya terbatas pada
jaringan pulpa dan tidak menjalar ke periapikal, respon gigi terhadap tes palpasi dan perkusi
berada dalam batas normal. Secara klinis, pulpitis ireversibel dapat bersifat simptomatik dan
asimptomatik. Pulpitis irreversibel simptomatik ditandai dengan nyeri yang bertahan lama
setelah dilakukan tes termal. Sehingga perawatan yang dilakukan tidak hanya dengan
restorasi, karena restorasi hanya dapat mengembalikan struktur anatomi. Perawatan yang
dilakukan yaitu perawatan saluran akar.
B. Foto Gigi

C. Alat dan Bahan

No Alat Bahan
D. Tahap Pekerjaan
1 Diagnostik set Cotton roll
2 Sonde berkait Cotton pellet
3 Ekskavator endo Suction
4 Bur set (round metal bur, diamendo bur, Paper point
round diamond bur, cylindrical diamond
bur)
5 Jarum miller Kapas steril
6 Jarum ekstirpasi Calcium Hydroxide
7 K- File Tumpatan sementara
8 Stopper NaOCl 2,5%
9 Endometer Aquadest
10 Plugger Clorhexidine diglukonat 2%
11 Spreader Zinc Phospate Cement
12 Lentulo Alkohol
13 Glass lab Guttapercha
14 Semen spatel Pasta sealer (endometason)
15 Spritus Eugenol
16 Spuit irigasi
17 Endo Suction
Kunjungan I
1. Anamnesa, pemeriksaan subjektif, pemeriksaan objektif, foto intra oral,
pemeriksaan radiografi, diagnosis, penentuan rencana perawatan dan
pemberian dental health education. (Pasien)
2. Penentuan panjang kerja.
Gigi 35
Panjang gigi sebenarnya = (a x b) / c
Keterangan:
a = panjang gigi pada foto rontgen = 23 mm
b = panjang mahkota klinis = 8 mm
c = panjang mahkota pada foto rontgen = 8 mm
Panjang gigi sebenarnya = 23 mm
Estimasi panjang kerja = panjang gigi – 1mm
Estimasi panjang kerja = 23 - 1 = 22 mm

Kunjungan II
1. Pengisian dan penandatanganan informed consent.(pasien)
2. Preparasi Akses
a. Anastesi infiltrasi pada bagian bukal untuk menghilangkan rasa sakit saat
dilakukan preparasi akses.(pasien)
b. Buang semua jaringan karies dengan round metal bur dan email yang
tidak didukung oleh dentin dengan cylindrical diamond bur. (pasien)
c. Preparasi akses dilakukan setelah semua jaringan karies hilang, dengan
menggunakan round diamond bur dari arah oklusal.
d. Buang atap kamar pulpa dengan diamendo bur.
e. Buang isi kamar pulpa dengan excavator endo.(pasien)
f. Irigasi dengan larutan aquadest menggunakan spuit endo.
g. Cari orifis dengan jarum miller (smooth broach) atau sonde lurus untuk
melihat arah masuknya instrumen.
h. Buang isi pulpa pada saluran akar dengan jarum ekstirpasi (barbed
broach). Jarum ekstirpasi dimasukan sepanjang 2/3 estimasi panjang kerja
dan diputar 360o derajat, kemudian ditarik keluar. (pasien)
i. Irigasi dengan NaOCl 2,5% dan aquadest secara bergantian menggunakan
spuit endo.
j. Preparasi akses selesai

3. Preparasi Apikal
a. Tentukan Initial Apical File (IAF), yaitu nomor file yang pertama kali
bisa masuk sepanjang kerja di saluran akar.
b. Perbesar bagian apikal dengan gerakan memutar searah jarum jam ¼
putaran, kemudian dengan arah berlawanan ¼ putaran kemudian ditarik
keluar.
c. Preparasi apikal dilakukan minimal 3 nomor lebih besar dari IAF (misal :
IAF nomor 15, perbesar dengan file nomor 20, 25 dan 30) sampai
didapatkan white dentin.
d. Irigasi menggunakan NaOCl 2,5% dan aquadest secara bergantian setiap
pergantian file.
e. Lakukan rekapitulasi dengan menggunakan file sebelumnya sepanjang
kerja.
f. Ukuran file yang terakhir digunakan pada preparasi apikal disebut MAF
(Master Apical File). Biasanya ukuran MAF akan sama dengan MAC
(Master Apical Cone = cone gutta percha utama).
g. Lakukan irigasi NaOCl 2,5% dan aquadest setiap penggantian ukuran file.
Jangan menyemprotkan larutan irigasi melewati apeks. Jangan
menyemprotkan udara ke dalam kavitas karena dapat mendorong debris
ke apeks.

4. Preparasi Badan Saluran Akar


a. Preparasi badan saluran akar dimulai dengan file 1 ukuran lebih besar dari
MAF dan panjang kerja dikurangi 1 mm dari panjang kerja.
b. Lakukan preparasi dengan gerakan memutar searah jarum jam ¼ putaran
kemudian dengan arah yang berlawanan ¼ putaran, kemudian ditarik
keluar. Lakukan berulang kali sampai file terasa longgar.
c. Ganti file dengan ukuran 1 nomor lebih besar dan panjang kerja dikurangi
1 mm.
d. Setiap pergantian file dilakukan irigasi NaOCl 2,5% dan aquadest dan
rekapitulasi dengan menggunakan file ukuran MAF sepanjang panjang
kerja
e. Preparasi badan saluran akar minimal hingga 3 nomor lebih besar dari
MAF.
f. Haluskan dinding saluran akar dengan file MAF dengan gerakan menekan
dinding saluran akar (circumferential filling) sepanjang panjang kerja.
g. Genangi dengan chlorhexidin 2% selama 30 detik sampai 1 menit.

5. Sterilisasi Saluran Akar Dan Aplikasi Bahan Medikamen (pasien)


a. Keringkan saluran akar dengan paper point.
b. Aplikasi calcium hydroxide ke dalam saluran akar dengan memasang
stopper sepanjang 2/3 panjang kerja pada alat yang telah disiapkan.
c. Letakan cotton pellet di atasnya.
d. Tutup dengan tumpatan sementara.
e. Cek oklusi.
f. Lakukan follow up 2 minggu kemudian.

Kunjungan ke III (pasien)


a. Tanyakan keluhan pasien dan lakukan tes perkusi, palpasi, tekan dan
mobility. Jika hasil pemeriksaan subjektif dan objektif masih terdapat
keluhan, maka medikamen kembali menggunakan kalsium hidroksida.
Jika tes dan keluhan tidak ada, maka bisa dilakukan trial.
b. Buka tumpatan sementara dan keluarkan cotton pellet.
c. Irigasi saluran akar menggunakan NaOCl 2,5% dan aquadest secara
bergantian hingga saluran akar benar-benar bersih, lalu genangi dengan
chlorhexidin 2% selama 30 detik sampai 1 menit dan bilas kembali
dengan aquadest.
d. Keringkan saluran akar dengan paper point.
e. Lakukan trial pengisian menggunakan gutta percha sesuai ukuran MAC.
f. Masukkan gutta percha ke dalam saluran akar sampai panjang kerja
kemudian potong hingga batas orifis, tutup dengan cotton pellet kemudian
tutup dengan tumpatan sementara serta cek oklusi.
g. Lakukan rontgen trial dan lihat apakah terjadi over filling atau under
filling. Jika hasil rontgen trial menunjukkan panjang MAC sesuai dengan
panjang saluran akar tanpa over filling atau under filling, lakukan
pengisian saluran akar. Jika hasil rontgen trial menunjukkan adanya over
filling atau under filling lakukan kembali trial dengan mengurangi atau
menambah panjang cone gutta percha.

Kunjungan ke IV
a. Bongkar tumpatan sementara. (pasien)
b. Keluarkan cotton pellet dari kamar pulpa. (pasien)
c. Keluarkan MAC dari saluran akar. (pasien)
d. Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5% dan aquadest. lalu genangi
dengan clorhexidine selama 1 menit dan bilas dengan aquadest.
e. Keringkan saluran akar dengan paper point.
f. Persiapkan gutta percha (ukuran MAC). Rendam gutta percha ke dalam
NaOCl 2,5% selama 1 menit lalu bilas dengan alkohol.
g. Aduk pasta sealer kemudian aplikasikan ke dalam saluran akar dengan
lentulo untuk melapisi dinding saluran akar.
h. Masukkan gutta percha MAC yang telah dilapisi pasta sealer pada 1/3
apikal ke dalam saluran akar.
i. Gunakan spreader dengan ukuran yang lebih kecil dari MAC untuk
memadatkan gutta percha ke lateral. Ruang yang tersisa diisi dengan
gutta percha tambahan sesuai dengan ukuran spreader yang digunakan
dan telah diolesi dengan sealer. Lakukan sampai saluran akar terisi penuh.
Teknik pengisian saluran akar ini disebut dengan teknik kondensasi
lateral.
j. Potong gutta percha sampai orifis dengan instrumen panas. Padatkan
gutta percha dengan root canal plugger hingga 2 mm dibawah orifis.
Kamar pulpa harus bersih dari gutta percha supaya tidak terjadi
perubahan warna.
k. Tutup dengan semen zinc fosfat atau gic lining kemudian tutup dengan
tumpatan sementara.
l. Lakukan rontgen untuk melihat kehermetisan hasil obturasi.

Kunjungan V (pasien)
a. Kontrol pasca obturasi setelah dua minggu.
b. Tanyakan keluhan pasien, lakukan tes perkusi, tes palpasi dan tes tekan.
c. Jika semua pemeriksaan tidak menunjukkan keadaan patologis, dapat
dilakukan restorasi pasca endodontik.

Anda mungkin juga menyukai