Anda di halaman 1dari 9

DISKUSI TATAP MUKA PERAWATAN SALURAN AKAR GANDA

Nama Pasien : Miftahillah


Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia Pasien : 22 tahun
Elemen Gigi : 46
Nama Operator : Fikriyadi Nurzal
NPM : 1813101020044
Tanggal : 2 Januari 2019

Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan gigi geraham bawah sebelah kanan berlubang besar
dan sering tersangkut makanan. Pasien juga mengeluhkan gusinya bengkak dan
terasa sakit saat mengunyah. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
Pasien juga sedang tidak mengkonsumsi obat-obatan.

Pemeriksaan Objektif
Hasil pemeriksaan ekstraoral wajah terlihat simetris, bibir sehat, kelenjar
submandibula kanan dan kiri tidak teraba dan tidak sakit. Berdasarkan hasil
pemeriksaan klinis intra-oral terlihat pada gigi 46 terdapat karies mencapai pulpa
yang meluas sampai kehilangan struktur mahkota. Jaringan gingiva sekitar gigi 46
terdapat udem dan hiperemi. Hasil tes perkusi positif, tes palpasi positif, dan tes
termal memberikan respon negatif.
Gambar 1. Foto klinis; permukaan oklusal 46

Pemeriksaan Radiograf
Pada pemeriksaan radiograf terdapat lesi radiolusensi periapikal bagian mesial
berbatas tidak jelas, lamina dura terputus, ligamen periodontal menebal, kamar
pulpa dan saluran akarnya normal.

Gambar 2. Foto radiograf 46

Diagnosis : 46 = Abses Apikalis Kronis e.c Nekrosis pulpa


Rencana Perawatan : Perawatan saluran akar non-vital
Restorasi Pasca Endodontik: Restorasi metal (Onlay)
Prognosis
a. Dari sudut pandang periodonsia; Prognosis baik, karena tidak adanya
mobiliti pada gigi tersebut.
b. Dari sudut pandang prostodonti; Baik, karena pada gigi tersebut masih
terdapat ke-4 struktur dinding yang dapat menopang restorasi pasca
endodontik
c. Dari sudut pandang endodonsia; Prognosis sedang, morfologi dan ukuran
saluran akar sempit, serta belum pernah dilakukan perawatan endo
sebelumnya
d. Faktor pendukung; prognosisnya baik, karena pasien kooperatif dan akses
ke RSGM terjangkau.

Persiapan Alat dan Bahan


1. Alat
 Alat standar (kaca mulut, sonde halfmoon, pinset, eskavator)
 Sonde berkait dan sonde lurus
 Bur akses (bur intat bulat), fisure, dan diamendo
 Penggaris besi/penggaris endo
 K-file No.8, 10, 15-80 (ukuran 21 dan 25 mm)
 Finger plugger
 Finger spreader
 Gates glidden drill
 Lentulo
 Spuit irigasi
 Lampu spiritus
 Kaca pengaduk
 Spatula semen
 Rubber dam

1. Persiapan Bahan
 Build up artificial wall: flowable composite
 Medikamen: CaOH
 Irigasi; NaoCl 2,5%
 Tumpatan sementara; Cavit
 Semen pengisi; endometasone + eugenol
 Basis: GIC tipe III Liner
 Guttapercha No. 15-80
 Paper point No. 15-80

Prosedur Kerja
Kunjungan I
1. Pengisian rekam medik
2. Pengambilan foto klinis dan foto radiograf elemen gigi 46
3. Pemasangan rubber dam, jika diperlukan lakukan anastesi gingiva.
4. Pembuangan karies dan identifikasi orifis agar akses terbuka dan didapatkan
akses yang lurus.
a. Identifikasi orifis diperiksa menggunakan sonde lurus.
b. Dilakukan irigasi dengan NaOCl 2,5% menggunakan spuit dan ditampung
menggunakan kapas gulung.
5. Pembuatan artificial wall menggunakan bahan resin komposit
6. Penjajakan Saluran Akar
a. Penentuan panjang estimasi dengan cara mengukur jarak antara cusp gigi
tertinggi ke apeks gigi pada foto periapikal dan dikurangi 2 mm.
b. Penempatan stopper pada setiap file yang akan digunakan sepanjang
panjang kerja estimasi, kemudian semua file tersebut diolesi dengan gel
EDTA.
c. Penjajakan saluran akar menggunakan file no. 8, no. 10 sampai no.20
sepanjang panjang kerja estimasi dengan gerakan watch winding.
d. Saluran akar diirigasi menggunakan 1 cc NaOCl 2,5% dan kamar pulpa
dikeringkan dengan kapas butir.
e. File no. 20 dimasukkan sepanjang panjang kerja estimasi, kemudian
dilakukan foto radiograf periapikal yang ke-2.

7. Menentukan panjang kerja sebenarnya


a. Menentukan panjang kerja dengan mengukur file yang masuk ke saluran
akar ditambah dengan jarak dari ujung file ke apeks gigi lalu dikurangi 1
mm.

8. Preparasi crown down orifis


a. Orifis dilebarkan dengan Gates Glidden Drill (GGD), dimulai dengan
ukuran terbesar yang dapat masuk sedalam 2 mm, dilanjutkan dengan
ukuran yang lebih kecil berturut-turut sampai mencapai 2/3 panjang kerja.
b. Setiap penggantian alat diirigasi menggunakan 1 cc NaOCl 2,5%.
9. Preparasi apikal mesial
a. File awal (FA) ditentukan dengan menggunakan file terbesar yang pas
dengan saluran akar sampai mencapai panjang kerja. Caranya dengan
membandingkan file dengan foto periapikal saluran akar di 1/3 apeks gigi.
b. FA diolesi dengan gel EDTA lalu dimasukkan sepanjang kerja dengan
gerakan reaming; putar ± 900 searah jarum jam kemudian FA ditarik keluar
± 2-3 mm dan putar kembali keposisi semula, dilakukan berulang hingga
file terasa longgar.
c. Saluran akar diirigasi dengan 1 cc NaOCl 2,5%.
c. Kemudian preparasi dilanjutkan dengan file satu nomor lebih besar yang
telah diolesi gel EDTA.
d. Tindakan tersebut diulangi hingga diperoleh File Apikal Utama (FAU).
FAU adalah file terbesar sepanjang kerja setelah preparasi saluran akar yang
sesuai dengan kon utama. FAU minimal menggunakan file no. 30.
e. FAU diperiksa dengan adanya tug back pada panjang kerja dengan kon gutta
perca sesuai dengan no. FAU. Preparasi selesai jika hasil tampungan irigasi
pada cotton roll bersih.
f. Medikamen dengan menggunakan CaOH. Aplikasikan CaOH dengan cara
memasukkannya ke dalam saluran akar.
g. Tumpat sementara menggunakan cavit

Kunjungan II
1. Bongkar tumpatan sementara. Irigasi saluran akar menggunakan 1 cc NaOCl
2,5%.
2. Preparasi apikal distal
a. File awal (FA) ditentukan dengan menggunakan file terbesar yang pas
dengan saluran akar sampai mencapai panjang kerja. Caranya dengan
membandingkan file dengan foto periapikal saluran akar di 1/3 apeks gigi.
b. FA diolesi dengan gel EDTA lalu dimasukkan sepanjang kerja dengan
gerakan reaming; putar ± 900 searah jarum jam kemudian FA ditarik keluar
± 2-3 mm dan putar kembali keposisi semula, dilakukan berulang hingga
file terasa longgar.
c. Saluran akar diirigasi dengan 1 cc NaOCl 2,5%.
h. Kemudian preparasi dilanjutkan dengan file satu nomor lebih besar yang
telah diolesi gel EDTA.
i. Tindakan tersebut diulangi hingga diperoleh File Apikal Utama (FAU).
FAU adalah file terbesar sepanjang kerja setelah preparasi saluran akar yang
sesuai dengan kon utama. FAU minimal menggunakan file no. 30.
j. FAU diperiksa dengan adanya tug back pada panjang kerja dengan kon gutta
perca sesuai dengan no. FAU. Preparasi selesai jika hasil tampungan irigasi
pada cotton roll bersih.

3. Preparasi step back


a. Dilakukan preparasi dengan file satu nomor lebih besar dari FAU dan
panjang kerjanya dikurangi 2 mm dengan gerakan circumferential filling
yaitu dengan cara memutar file searah jarum jam dan sepanjang panjang
kerja, kemudian ditarik kearah koronal.
b. Dilakukan irigasi menggunakan 1 cc NaOCl 2,5%
c. Dilakukan rekapitulasi, yaitu kembali ke FAU setiap kenaikan nomor alat.
Rekapitulasi dilakukan untuk memastikan agar panjang kerja tidak berubah,
dan membersihkan 1/3 apeks dari sisa serbuk dentin.
d. Dilakukan preparasi dengan file dua nomor lebih besar dari FAU dan
panjang kerja dikurangi 3 mm.
e. Dilakukan irigasi menggunakan 1 cc NaOCl 2,5%
f. Dilakukan rekapitulasi.
g. Dilakukan preparasi dengan file tiga nomor lebih besar dari FAU dan
panjang kerja dikurangi 4 mm.
h. Dilakukan irigasi menggunakan 1 cc NaOCl 2,5%
i. Dilakukan rekapitulasi

4. Kon Guttaperca Utama (KGU)


a. Dimasukkan KGU sesuai nomor FAU, kemudian diperiksa adanya tug back.
(Apabila KGU yang masuk kurang dari panjang kerja dikarenakan
penumpukan debris maka dilakukan preparasi ulang untuk menghancurkan
debris tersebut menggunakan file no. 8 atau no. 10. Dan apabila KGU yang
masuk melebihi panjang kerja maka File Apikal Utama (FAU) dinaikkan
satu nomor lebih besar dari FAU sebelumnya).
b. Dilakukan foto periapikal KGU yang ke-3.
c. Analisa KGU dari foto radiograf untuk memastikan apakah KGU sudah
masuk sepanjang panjang kerja.

5. Pengeringan saluran akar


a. Saluran akar diirigasi dengan 1 cc NaOCl 2,5%.
b. Papper point dimasukkan sesuai dengan nomor FAU ke dalam saluran akar
dengan menggunakan pinset, dibiarkan beberapa saat lalu papper point
dikeluarkan dari saluran akar.
c. Tindakan tersebut diulangi hingga papper point kering. Penggunaan paper
point bertujuan untuk memastikan agar saluran akar bersih dari darah dan
eksudat.

6. Medikasi Saluran Akar


a. Pasta Ca(OH)2 dimasukkan ke dalam saluran akar dengan menggunakan
jarum lentulo kode merah.
b. Tentukan panjang kerja lentulo dengan memasukkan lentulo ke dalam
saluran akar sampai tertahan, lalu kurangi 1 mm agar tidak terkunci.
c. Ambil Ca(OH)2 dengan menggunakan jarum lentulo, lalu masukkan ke
dalam saluran akar sambil diputar sepanjang kerja lentulo, kemudian ditarik
perlahan-lahan.
d. Ulangi prosedur (c) sampai seluruh saluran akar terisi penuh dengan
Ca(OH)2.
e. Padatkan Ca(OH)2 dengan tangkai gutaperca besar.

7. Tumpatan Sementara
a. Sebelum bahan tumpatan sementara diletakkan di kavitas, terlebih dahulu
letakkan kapas butir.
b. Setelah itu bahan tumpatan sementara (cavit) diambil dan ditumpat dengan
menggunakan instrument plastis hingga menutupi kavitas.

Kunjungan ke III
1. Obturasi dilakukan apabila tidak ada keluhan subjektif dari pasien dan
pemeriksaan objektif  perkusi negatif, palpasi negatif, tidak ada eksudat
yang berlebih, dan tumpatan sementara baik.
2. Restorasi sementara dibuka dan dibersihkan menggunakan bur bulat dan
ekskavator.
3. Irigasi menggunakan NaOCl 2,5 %
4. Dilakukan rekapitulasi untuk memastikan agar panjang kerja tidak berubah.
5. Saluran akar dikeringkan dengan papper point.
6. Dilakukan pengadukan semen endometasone dan eugenol dengan cara:
meletakkan powder dan liquid diatas kaca pengaduk, kemudian diaduk
dengan spatula semen sampai mencapai konsistensi krim (ketika diangkat ±
3 mm tidak terputus), kemudian diambil menggunakan ujung spatula semen
7. Dinding saluran akar dilapisi dengan semen menggunakan jarum lentulo.
Semen diambil dengan ujung jarum lentulo dan dimasukkan ke dalam saluran
akar sampai tertahan, kemudian ditarik ± 2 mm agar tidak tertahan di dalam
saluran akar, kemudian diputar searah jarum jam.
8. Selanjutnya dimasukkan kon utama yang steril ke dalam saluran akar
perlahan-lahan, ditarik sedikit 1-2 kali, kemudian dimasukkan kembali
sepanjang panjang kerja.
9. Spreader dimasukkan sampai 2 mm dari panjang kerja, lalu diputar ke kiri
dan ke kanan. Spreader diangkat dan dimasukkan kon guttaperca tambahan
yang telah diolesi semen.
10. Langkah tersebut diulangi hingga saluran akar terasa padat.
11. Kon guttaperca dipotong sepanjang kamar pulpa dengan cara: memanaskan
semen stopper (khusus untuk memotong kon guttaperca) di atas api spiritus,
lalu ditekan pada guttaperca dan langsung diangkat.
12. Dilakukan foto periapikal yang ke-4 untuk melihat kehermetisan obturasi.
13. Kon guttaperca dipotong sampai 1 mm di bawah orifis.
14. Dasar pulpa dilapisi dengan GIC tipe III setebal ± 2 mm.
15. Setelah GIC keras, letakkan kapas butir, lalu tumpat dengan tumpatan
sementara.

Kunjungan IV
1. Dilakukan kontrol 1 minggu kemudian untuk dilakukan pemeriksaan :
a. Subjektif : apakah pasien mengeluhkan rasa sakit atau rasa tidak nyaman
atau tidak.
b. Objektif : dilakukan pemeriksaan untuk melihat apakah restorasi masih
baik atau tidak, kemudian dilakukan tes palpasi dan perkusi, dan evaluasi
perkembangan lesi.

Anda mungkin juga menyukai