Anda di halaman 1dari 4

Human immunodeficiency Virus Infection (HIV)

Pendahuluan
HIV merupakan kondisi yang berpotensi mematikan. Infeksi RNA retrovirus yang
dikenal sebagai human immunodeficiency virus (HIV) yang sebelumnya disebut
human T lymphotrophic virus III (HTL III) yang pada akhirnya merusak limfosit
T, terutama CD4+ , sehingga menyebabkan penyakit HIV dan terakhir menjadi
AIDS. Pada orang sehat berusia 5 tahun dan lebih tua, dengan sistem kekebalan
yang berfungsi normal, jumlah CD4 biasanya berkisar 500-150 sel/mL. Imunosit
ini sangat penting untuk pertahanan tubuh terhadap infeksi jamur, virus,
mikrobakteri dan parasit. HIV ini kemudian berkembang dari waktu ke waktu
menajdi AIDS, yaitu didefinisikan sebagai jumlah limfosit T CD4+ pada atau
<200 sel/mL atau HIV stadium 3.

Faktor Predisposisi dan Transmisi


HIV hadir dalam jaringan dan cairan tubuh (termasuk darah dan juga saliva) dari
orang yang terinfeksi HIV, sebagian besar penularannya ini memalui viral load
yang tinggi dan ditularkan;
1. Berbagi jarum suntik ( terutama pada injeksi obat rekreasi)
2. Hubungan seksual tanpa menggunakan kondom dengan orang yang
terinfeksi. Risiko penularan melalui berbagai praktik seksual; spt
hubungan anal seks lebih berisiko daripada vagina; penularan melalui oral
seks jauh lebih rendah ( 0,04%) daripada penularan melalui anal seks
(0,82%).
3. Kadang-kadang bayi yang lahir dari wanita positif HIV, sebelum atau
selama kelahiran atau melalui menyusui setelah lahir
4. Lebih jarang (pada negara-negara yang melakukan screening darah),
melalui transfusi darah yang terinfeksi atau faktor pembekuan darah, atau
transplantasi
5. Jarang terjadi pada kondisi praktik kesehatan, misalnya terkena
jarum/benda tajam yang mengandung darah terinfeksi HIV. Atau lebih
jarang setelah darah yang terinfeksi terkena luka terbuka atau selaput
lendir operator (spt mulut, mata atau bagian dalam hidung)
6. Jarang dikarenakan saliva, mungkin karena perlindungan dari saliva;
 SLIP1 (sekresi I eukosit protease 1)
 Peroksidase
 Thrombospondin-1
 Human beta defensin (HBD-2 dan 3)
 Salivary chemokines terjadi peningkatan CCL2,CCL4,CCL5, dan
CCL11 pada orang yang tidak terinfeksi tapi terpapar HIV, dan
mungkin memiliki efek perlindungan
7. Tindakan pencegahan sangat efektif untuk mencegah penularan di semua
situasi sosial dan pekerjaan, kecual untuk cidera jarum suntik, penularan
sebaiknya dicegah dengan;
Abstinence
Be Faithful
Condom always
Etiologi dan Patogenesis
1. Ada dua virus utama yang bertanggung jawab atas infeksi HIV, kedua
virus ini memiliki sedikit perbedaan dalam hal patogenesis, manifestasi
infeksi, pengobatan dan juga prognosis;
 HIV-1 adalah yang paling umum di dunia
 HIV-2 telah menyebar terutama dari Arfika Barat
2. Sebagian besar infeksi HIV berinisiasi pada mukosa, terutama mukosa
mulut. DNA HIV, DNA proviral, dan sel yang terinfeksi terdeteksi di
mukosa mulut dan saliva individu yang terinfeksi. Mukosa oral tidak
permisif untuk replikasi HIV yang efisien dan karena itu dapat berbeda
dalam kerentanan terhadap infeksi bila dibandingkan dengan mukosa
lainnya. Paparan HIV melalui seks oral tampaknya cukup untuk
menginduksi systemic HIV-specifik Sel T CD4+ dan CD8+ pada beberapa
orang yang tidak terinfeksi.
3. HIV menginfeksi sel dengan reseptor CD4. Melalui ini sebagian besar
limfosit T-helper CD4+, brain glial cells dan juda CD4+ dan karenanya
menjadi tidak berfungsi dan mati. Jumlah CD4 menurun (dan ada
penurunan rasio sel CD4/CD8) sehingga menghasilkan defisiensi progresif
pada sistem imun. Dan juga ensefalopati dan demensia.
4. Ketika perlindingan imun yang dimediasi sel-T berkurang, pasien
cenderung terinfeksi jamur, virus, mikrobakteri, dan juga parasit
5. Infeksi timbul dari organisme komensal (yaitu organisme pada host
imunokompeten yang menyebabkan tidak/sedikit bahaya) yang menjadi
patogen oportunistik, atau dari patogen eksogen.
6. Patogen oportunistik termasuk spesies candida dan jamur lainnya, dan
beberapa virus herpes, seperti herpes simpleks virul (HSV), Varicella
zoster virus (VZV), Epstein Barr virus (EBV), sitomegalovirus (CMV),
dan human herpes virus-8 (HHV-8). Beberapa virus dapat menyebabkan
neoplasma, HHV-9 menjadi penyebab Kaposi sarcoma ( karenanya
disebut KS HV), EBV dapat menyebabkan lympoma dan beberapa human
papiloma virus (HPV) juga menyebabkan servikal, anal dan oropharingeal
karsinoma.
7. Patogen eksogen yang ditemukan tergantung pada lingkungan tetapi
terutama mencakup beberapa mycoses spt Pneumocystus carinii (jiroveci),
cryptococcus dan histoplasmosis; TB dan atipikal mycobakteri, spt
Mycobacterium avium-intercelular, serta parasit spt cryptosporidia,
toxoplasma gondi dan Leishmania
Patogenesis
Virus HIV merupakan ribonucleic acid (RNA) viruses. HOV-1 dan HIV-2
berbeda dalam antigen dan asam nukleat, tetapi ditulakan dengan cara yang sama,
memiliki sifat biologis yang sama, dan keduanya mampu menyebabkan penyakit.
HIV-s dapat berkembang lebih lambat dan menyebabkan imunosupresan menjadi
menjadi kurang dalam. Co-infeksi HIV-1/HIV-2 kadang-kadang dapat diperoleh.
HIV-1 dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar: M, yang
mengandung sepuluh subtipe berbeda secara genetik (A ke J), dan O, yang
mengandung beberapa virus yang sangat heterogen. Virus B ditemukan di AS,
Eropa, dan Afrika Tengah.
HIV mengandung beberapa protein yang disebut “inti” dan dikelilingi
envelope yang mengandung lapisan protein. Salah satunya yaitu, dapat mengenali
reseptor CD4+ host. HIV kemudian mengikat, dan merusak sel host yang
mengandung reseptor t4 atau CD4 melalui protein gp120. Sel CD4 terutama
limfosit T-helper, monosit dan makrofag, sel Langerhans, brain glial cell, dan
beberapa colonic cells. Jaringan otak, khususnya sel-sel dari silsilah monosit
makrofag, dapat terinfeksi HIV. Kerusakan neurologis juga dapat dimediasi akibat
produksi makrofag yang terinfeksi HIV dari faktor-faktor yang mempengaruhi
fungsi sel saraf atau neural transmiter. Sebagian besar HIV bersifat tropik untuk
berbagai kemokin seperti CC CKR-5 (virus CCR5-tropik atau R5), yang terlibat
dalam perlekatan sel-HIV; beberapa pasien tampaknya mampu melawan infeksi,
karena perbahan ekspresi kemokin ini atau munculnya strain virus CXCr4-tropic
(X4). Beberapa jenis HIV menunjukkan duel-tropism.
Satu coat protein, p24, sangat antigenik. Antibodi p24 membentuk dasar
untuk sebagian besar tes serologis (tes HIV). Sehingga membuat pemgembangan
vaksin sulit. HIV juga mengandung enzim yang terlibat dalam patogenitasnya-
reverse transcriptase (yang dapat menyalin DNA dari RNA, misalnya dalam arah
sebaliknya, karena “retrovirus’) dan protease. Ini bisa menjadi target terapi.
Setelah infeksi primer dengan HIV, viremia akut menghasilkan
penyebaran luas HIV dan pada sepertiga dalam penyakit serokonversi klinis
menyerupai glandular fever. Virus ini terperangkap dalam sel dendritik folikel
pada pusat limfoit tissue germinal dan ada perluasan subset sel CD8 yang
merupakan prekursor sel T sitotoksik spesifik HIV. Sitokin proinflamasi termasuk
interleukin-6 (IL-6), faktor nekrosis tumor, gamma-interferon dan IL-10 juga
diekspresikan berlebih dan mungkin merupakan upaya yang gagal dalam respon
protektif. Sel dendritik terlibat dalam inisiasi dan penyebaran infeksi HIV dalam
sel CD4.
Antibodi HIV berkembang dan muncul dalam serum dalam waktu 6
minggu hingga 6 bulan dari infeksi (serokonversi) tetapi, dalam jeda waktu
windows, pasien mungkin seronegatif (walaupun HIV dapat dideteksi oleh
polymerase chain reaction; PCR). Serokonversi klinis adalah pertempuran antara
virus dan host. Biasanya virus telah berkembang biak tanpa diperiksa sebelumnya
dan oleh karena itu infektivitasnya maksimal dan setelah itu menyusut (walupun
tidak pernah turun sampai nol).
Setelah infeksi pada sel CD4+, biasanya asimptomatik jangka panjang,
tetapi ketika HIV merusak sel CD4 dalam sistem imun dan sistem saraf, risiko
pengembangan pengembangan defisiensi imun yang parah, dan gejala penyakit
meningkat seiirng waktu. HIV merusak limfosit CD4+ menyebabkan limfopenia
selama kurang lebih 6 bulan hingga 10 tahun, penurunan rasio limfosit T-helper
(CD4+) terhadap limfosit (CD8+), suatu defek yang dalam pada reaktivitas
kekebalan yang dimediasi sel, dan penyakit HIV yang bermanifestasi dengan
infeksi.

Anda mungkin juga menyukai