Anda di halaman 1dari 1

Rujukan

Pada kasus ini, pasien harus dilakukan rujukan untuk mengevaluasi tubuh dan
bagian lain yang terkena trauma kepada ahlinya. Rujukan dilakukan ke
bagian:

1. Ophtalmologist / Ahli mata


Pada kasus, diantara diagnosis pasien adalah fraktur zygomatico maxillary
complex dan orbital blow out dengan hasil pemeriksaan klinis adanya
epistaxis masif, hematoma di periorbita kiri, mata kiri yang tidak bisa
digerakkan, tinggi pupil kiri lebih rendah dari pupil kanan, vulnus
laseratum di alis kiri sepanjang 5cm disertai perdarahan aktif, trismus,
krepitasi dan step di dasar orbita kiri, arcus zygoma, fronto sygoma,
superior orbita kiri, serta nilai kesadaran berdasarkan GCS adalah 15
(normal).
Tanda awal terjadinya trauma orbital adalah adanya ekimosis atau edema
pada periorbital. Trauma orbital juga dapat menyebabkan kerusakan saraf
infraorbital seperti paresthesia sehingga terbatasnya pergerakan normal
bola mata, terjadinya diplopia (penglihatan ganda) yang dapat
mengganggu. Sehingga fraktur yang melibatkan orbital harus dirujuk
untuk dilakukan evaluasi. Terdapatnya injuri pada saraf cranial III (N.C.
Occulomotorius), IV (N.C. Trochlear), VI (N.C. Abducen) yang mempersaraf
pergerakan otot mata juga dapat menjadi alasan dilakukannya rujukan ke
bagian ophtalmologist.

2. Ahli THT
Pada kasus, dari hasil pemeriksaan disebutkan pasien mengalami trauma
wajah disertai epistaxis massive. Epistaxis adalah salah satu ciri terjadinya
fraktur nasal (midfacial fracture) sehingga dapat dilakukan rujukan pada
ahli THT.

3. Ahli saraf
Pada kasus, dapat dilakukan rujukan jika kerusakan yang terjadi pada
pergerakan mata karena adanya keterlibatan injuri pada persarafan.

4. Ahli Penyakit Dalam


Dilakukan rujukan karena usia pasien yang sudah lanjut, 52 tahun, untuk
mengevaluasi komplikasi lanjutan yang mungkin dapat timbul.

Anda mungkin juga menyukai