Anda di halaman 1dari 13

3.

1 Definisi dari Sistem Rujukan


Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah kesehatan
masyarakat dan kasus-kasus penyakit yang dilakukan secara timbal balik secara vertikal
maupun horizontal meliputi sarana, rujukan teknologi, rujukan tenaga ahli, rujukan
operasional, rujukan kasus, rujukan ilmu pengetahuan dan rujukan bahan pemeriksaan
laboratorium (permenkes 922/2008)
Sistem Rujukan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yg
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah yg
timbul,baik secara vertical (komunikasi antar unit yg sederajat) ataupun secara horisontal
(lebih tinggi yg lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yg lebih kompeten, terjangkau, rasional
dan tidak dibatasi wilayah administrasi.
Di negara Indonesia sistem rujukan kesehatan telah dirumuskan dalam Permenkes No.
01 tahun 2012. Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab timbal balik pelayanan
kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horiontal. Sederhananya, sistem rujukan
mengatur darimana dan harus kemana seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu
memeriksakan keadaan sakitnya.
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara
timbal balik baik vertikal maupun horizontal. Pelimpahan wewenang dalam sistem rujukan
dibagi menjadi:
1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita
sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan
selama jangka waktu tersebut dokter tsb tidak ikut menanganinya
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab
penanganan penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja
3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya
4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama
jangka waktu pelimpahan wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter
pemberi rujukan tidak ikut campur.

3.2 Jenis-Jenis Sistem Rujukan di Indonesia

1. Rujukan secara konseptual terdiri atas: Rujukan upaya kesehatan perorangan yang pada
dasarnya menyangkut masalah medic perorangan yang antara lain meliputi:
a. Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobafan, rindakan operasional dan lain
lain
b. Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik
yang lebih lengkap.
c. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau mengirim
tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan rindakan, member
pelayanan, ahli pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kualitas
pelayanan.
2. Rujukan upaya kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut masalah kesehatan
masyarakat yang meluas meliputi:
a. Rujukan sarana berupa bantuan laboratorium dan teknologi kesehatan.
b. Rujukan tenaga dalam bentuk dukungan tenaga ahli untuk penyidikan, sebab dan asal
usul penyakit atau kejadian luar biasa suatu penyakit serta penanggulannya pada bencana
alam, dan lain lain
c. Rujukan operasional berupa obat, vaksin, pangan pada saat terjadi bencana,
pemeriksaan bahan (spesimen) bila terjadi keracunan massal, pemeriksaan air minum
penduduk dan sebagainya.

3. Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : Rujukan internal dan
rujukan eksternal
a. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam
institusi tersebut Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu)ke puskesmas
induk.
b. Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit - unit dalam jenjang pelayanan
kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat map) maupun
vertikal (dan puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
4. Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: Rujukan Medik dan Rujukan
Kesehatan.
a. Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien
puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes
melitus) ke rumah sakit umum daerah.
b. Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan
dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan
(preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi
5. Menurut indikasi rujukannya, antara lain :
a. Rujukan Kasus Dengan Atau Tanpa Pasien :
Dari posyandu/sekolah/pustu ke puskesmas, indikasinya : semua kelainan/kasus/keluhan
yang ditemukan pada jaringan keras dan jaringa lunak didalam rongga mulut
Dari poli gigi puskesmas ke rumah sakit yang lebih mampu, indikasinya : semua
kelainan/kasus yang ditemukan tenaga kesehatan gigi (dokter gigi, perawat gigi) di
puskesmas yang memerlukan tindakan diluar kemampuannya.
b. Rujukan Model (Prothetic Atau Orthodonsi) :
Indikasinya : pelayanan kesehatan gigi yang memerlukan pembuatan prothesa termasuk
mahkota dan jembatan, plat orthodonsi, obturator, feeding plate, inlay, onlay, uplay.
c. Rujukan Spesimen :
Indikasinya : semua kelainan/kasus yang ditemukan tenaga kesehatan gigi (dokter gigi,
perawat gigi) di puskesmas yang memerlukan pemeriksaan penunjang
diagnostik/laboratorium sehubungan dengan kelainan dalam rongga mulutnya.
d. Rujukan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi :
Indikasinya : keadaan dimana dibutuhkan peningkatan ilmu pengetahuan dan atau
ketrampilan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, agar dapat memberikan pelayanan yang
lebih optimal.
e. Rujukan Kesehatan Gigi :
Indikasinya : semua kegiatan peningkatan promosi kesehatan dan pencegahan kasus yang
memerlukan bantuan teknologi, sarana dan biaya operasional.

3.3 Mekanisme Sistem Rujukan di Indonesia

Jalur rujukan terdiri dari dua jalur yakni :


1. Rujukan Upaya Kesehatan perorangan
a. Antara masyarakat dengan puskesmas
b. Antara puskesmas pembantu atau bidan di desa dengan puskesmas
c. Intern petugas puskesmas atau puskesmas rawat inap
d. Antar puskesmas atau puskesmas dengan rumah sakit atau fasilitas pelayanan lainnya
2. Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat
a. Dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten atau kota
b. Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral maupun lintas
sektoral
c. Bila rujukan ditingkat kabupaten atau kota masih belum mampu menanggulangi bisa
diteruskan ke provinsi atau pusat (Trihono,2005)

Persiapan Rujukan
Persiapan yang harus diperhatikan antara lain :
a. Pastikan pasien didampingi oleh tenanga kesehatan yang kompeten dan memiliki
kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan.
b. Bawa perlengkapan alat dan bahan-bahan yang diperlukan seperti: tensimeter, stetoskop dan
lainnya.
c. Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir pasien dan alasan mengapa pasien tersebut
dirujuk.
d. Beri surat ke tempat rujukan yang berisi identitas, alasan rujukan, uraian hasil rujukan, obat-
obatan yang telah dikonsumsi dan sebagainya.
e. Bawa obat-obatan yang diperlukan selama perjalanan merujuk.
f. Siapkan kendaraan yang cukup baik dan nyaman untuk membawa pasien ke tempat rujukan.
g. Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk perawatan.
h. Siapkan calon pendonor darah untuk kasus yang memerlukan donor darah.

Merujuk dan menerima rujukan pasien


Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk. Adapun kriteria
pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari:
1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.
2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak mampu
diatasi.
3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan harus
disertai pasien yang bersangkutan.
4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan
perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu. Dalam prosedur merujuk dan menerima
rujukan pasien ada dua pihak yang terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang
menerima rujukan dengan rincian beberapa prosedur sebagai berikut :
1. Prosedur standar merujuk pasien
2. Prosedur standar menerima rujukan pasien,
3. Prosedur standar memberi rujukan balik pasien,
4. Prosedur standar menerima rujukan balik pasien.

1). Prosedur standar merujuk pasien


A. Prosedur Klinis:
1. Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik
untuk menentukan diagnosa utama dan diagnose banding.
2). Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus berdasarkan Standar Prosedur
Operasional (SPO).
3). Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan.
4). Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas Medis / Paramedis yang
kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien.
5). Apabila pasien diantar dengan kendaraan Puskesmas keliling atau ambulans, agar
petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien di IGD tujuan sampai ada kepastian pasien
tersebut mendapat pelayanan dan kesimpulan dirawat inap atau rawat jalan.
B. Prosedur Administratif:
1. Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan.
2. Membuat catatan rekam medis pasien.
3. Memberikan Informed Consernt (persetujuan/penolakan rujukan)
4. Membuat surat rujukan pasien rangkap 2 (form R/1/a terlampir). Lembar pertama
dikirim ke tempat rujukan bersama pasien yang bersakutan. Lembar kedua disimpan sebagai
arsip.
5. Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien.
6. Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin komunikasi dengan
tempat tujuan rujukan.
7. Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan administrasi yang
bersangkutan.

2). Prosedur standar menerima rujukan Pasien.


a. Prosedur Klinis:
1. Segera menerima dan melakukan stabilisasi pasien rujukan sesuai Standar Prosedur
Operasional (SPO).
2. Setelah stabil, meneruskan pasien ke ruang perawatan elektif untuk perawatan
selanjutnya atau meneruskan ke sarana kesehatan yang lebih mampu untuk dirujuk lanjut.
3. Melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan klinis pasien.
b. Prosedur Administratif:
1. Menerima, meneliti dan menandatangani surat rujukan pasien yang telah diterima
untuk ditempelkan di kartu status pasien.
2. Apabila pasien tersebut dapat diterima kemudian membuat tanda terima pasien sesuai
aturan masing-masing sarana.
3. Mengisi hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan pada kartu catatan
medis dan diteruskan ke tempat perawatan selanjutnya sesuai kondisi pasien.
4. Membuat informed consent (persetujuan tindakan, persetujuan rawat inap atau pulang
paksa).
5. Segera memberikan informasi tentang keputusan tindakan / perawatan yang akan
dilakukan kepada petugas / keluarga pasien yang mengantar.
6. Apabila tidak sanggup menangani (sesuai perlengkapan Puskesmas / RSUD yang
bersangkutan), maka harus merujuk ke RSU yang lebih mampu dengan membuat surat
rujukan pasien rangkap 2 kemudian surat rujukan yang asli dibawa bersama pasien, prosedur
selanjutnya sama seperti merujuk pasien.
7. Mencatat identitas pasien di buku register yg ditentukan.
8. Bagi Rumah Sakit, mengisi laporan Triwulan pada RL.1.

3). Prosedur standar membalas rujukan pasien


a. Prosedur Klinis:
1. Rumah Sakit atau Puskesmas yang menerima rujukan pasien wajib mengembalikan
pasien ke RS / Puskesmas / Polindes/Poskesdes pengirim setelah dilakukan proses antara lain:
a. Sesudah pemeriksaan medis, diobati dan dirawat tetapi penyembuhan selanjutnya perlu
di follow up oleh Rumah Sakit / Puskesmas / Polindes/Poskesdes pengirim.
b. Sesudah pemeriksaan medis, diselesaikan tindakan kegawatan klinis, tetapi
pengobatan dan perawatan selanjutnya dapat dilakukan di Rumah Sakit / Puskesmas /
Polindes / Poskesdes pengirim.
2. Melakukan pemeriksaan fisik dan mendiagnosa bahwa kondisi pasien sudah
memungkinkan untuk keluar dari perawatan Rumah Sakit / Puskesmas tersebut dalam
keadaan:
a. Sehat atau Sembuh.
b. Sudah ada kemajuan klinis dan boleh rawat jalan.
c. Belum ada kemajuan klinis dan harus dirujuk ke tempat lain.
d. Pasien sudah meninggal.
3. Rumah Sakit / Puskesmas yang menerima rujukan pasien harus memberikan laporan /
informasi medis / balasan rujukan kepada Rumah Sakit / Puskesmas / Polindes / Poskesdes
pengirim pasien mengenai kondisi klinis terahir pasien apabila pasien keluar dari Rumah
Sakit / Puskesmas.
b. Prosedur Administratif:
1. Rumah Sakit / Puskesmas yang merawat pasien berkewajiban memberi surat balasan
rujukan untuk setiap pasien rujukan yang pernah diterimanya kepada Rumah Sakit /
Puskesmas / Polindes/Poskesdes yang mengirim pasien yang bersangkutan.
2. Surat balasan rujukan boleh dititip melalui keluarga pasien yang bersangkutan dan
untuk memastikan informasi balik tersebut diterima petugas kesehatan yang dituju,
dianjurkan berkabar lagi melalui sarana komunikasi yang memungkinkan seperti telepon,
handphone, faksimili dan sebagainya.
3. Bagi Rumah Sakit, wajib mengisi laporan Triwulan pada RL.1.
4. Prosedur standar menerima balasan rujukan pasien
a. Prosedur Klinis:
1.Melakukan kunjungan rumah pasien dan melakukan pemeriksaan fisik.
2.Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah Sakit/ Puskesmas yang
terakhir merawat pasien tersebut.
3.Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan memantau (follow
up) kondisi klinis pasien sampai sembuh.
b. Prosedur Administratif:
1. Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di buku register
pasien rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam medis pasien yang bersangkutan dan
memberi tanda tanggal/jam telah ditindaklanjuti.
2. Segera memberi kabar kepada dokter pengirim bahwa surat balasan rujukan telah
diterima.

Merujuk dan menerima rujukan specimen dan penunjang diagnostik lainnya Pemeriksaan
Spesimen dan Penunjang Diagnostik lainnya dapat dirujuk apabila pemeriksaannya
memerlukan peralatan medik/tehnik pemeriksaan laboratorium dan penunjang diagnostik
yang lebih lengkap. Spesimen dapat dikirim dan diperiksa tanpa disertai pasien yang
bersangkutan. Rumah sakit atau unit kesehatan yang menerima rujukan specimen tersebut
harus mengirimkan laporan hasil pemeriksaan spesimen yang telah diperiksanya. Prosedur
standar pengiriman rujukan spesimen dan Penunjang Diagnostik lainnya
a. Prosedur Klinis:
1. Menyiapkan pasien/spesimen untuk pemeriksaan lanjutan.
2. Untuk spesimen, perlu dikemas sesuai dengan kondisi bahan yang akan dikirim dengan
memperhatikan aspek sterilitas, kontaminasi penularan penyakit, keselamatan pasien dan
orang lain serta kelayakan untuk jenis pemeriksaan yang diinginkan.
3. Memastikan bahwa pasien/spesimen yang dikirim tersebut sudah sesuai dengan kondisi
yang diinginkan dan identitas yang jelas.
b. Prosedur Administratif:
1. Mengisi format dan surat rujukan spesimen/penunjang diagnostic lainnya secara cermat
dan jelas termasuk nomor surat dan status Gakin / Non-Gakin / ASKES / JAMSOSTEK,
informasi jenis spesimen/penunjang diagnostic lainnya pemeriksaan yang diinginkan,
identitas pasien dan diagnosa sementara serta identitas pengirim.
2. Mencacat informasi yang diperlukan di buku register yang telah ditentukan masing-
masing intansinya.
3. Mengirim surat rujukan spesimen/penunjang diagnostik lainya ke alamat tujuan dan
lembar kedua disimpan sebagai arsip.
4. Mencari informasi perkiraan balasan hasil rujukan spesimen/ penunjang diagnostik
lainnya tersebut. Prosedur standar menerima rujukan spesimen dan penunjang diagnostik
lainnya
a. Prosedur Klinis
1. Menerima dan memeriksa spesimen/penunjang diagnostic lainnya sesuai dengan kondisi
pasien/bahan yang diterima dengan memperhatikan aspek : sterilisasi, kontaminasi
penularan penyakit, keselamatan pasien, orang lain dan kelayakan untuk pemeriksaan.
2. Memastikan bahwa spesimen yang diterima tersebut layak untuk diperiksa sesuai dengan
permintaan yang diinginkan
3. Mengerjakan pemeriksaan laboratoris atau patologis dan penunjang diagnostik lainnya
dengan mutu standar dan sesuai dengan jenis dan cara pemeriksaan yang diminta oleh
pengirim.
b. Prosedur Administratif
1. Meneliti isi surat rujukan spesimen dan penunjang diagnostic lainnya yang diterima
secara cermat dan jelas termasuk nomor surat dan status Gakin / Non-Gakin / ASKES /
JAMSOSTEK, informasi pemeriksaan yang diinginkan, identitas pasien dan diagnosa
sementara serta identitas pengirim.
2. Mencacat informasi yang diperlukan di buku register / arsip yang telah ditentukan masing-
masing instansinya.
3. Memastikan kerahasiaan pasien terjamin.
4. Mengirimkan hasil pemeriksaan tersebut secara tertulis dengan format standar masing-
masing sarana kepada pimpinan institusi pengirim. Prosedur standar mengirim balasan
rujukan hasil pemeriksaan spesimen dan Penunjang diagnostik lainnya.
a. Prosedur Klinis:
1. Memastikan bahwa permintaan pemeriksaan yang tertera di surat rujukan specimen/
Penunjang diagnostik lainnya yang diterima, telah dilakukan sesuai dengan mutu standar dan
lengkap
2. Memastikan bahwa hasil pemeriksaan bisa dipertanggung jawabkan.
3. Melakukan pengecekan kembali (double check) bahwa tidak ada tertukar dan keraguan
diantara beberapa spesimen.
b. Prosedur Administratif:
1. Mencatat di buku register hasil pemeriksaan untuk arsip.
2. Mengisi format laporan hasil pemeriksaan sesuai ketentuan masingmasing instansi.
3. Memastikan bahwa hasil pemeriksaan tersebut terjaga kerahasiaannya dan sampai kepada
yang berhak untuk membacanya.
4. Mengirimkan segera laporan hasil pemeriksaan kepada alamat pengirim, dan memastikan
laporan tersebut diterima pihak pengirim dengan konfirmasi melalui sarana komunikasi yang
memungkinkan.

C. Rujukan pengetahuan dan tenaga ahli /Dokter spesialis


Kegiatan rujukan pengetahuan dapat berupa kegiatan permintaan dan pengiriman dokter
ahli dari berbagai bidang keahlian. Permintaan dapat berasal dari Puskesmas atau Rumah
Sakit Umum Kabupaten / Kota yang ditujukan kepada pihak Rumah Sakit atau Dinas
Kesehatan yang memang mampu menyediakan tenaga ahli yang dibutuhkan. Pihak-pihak
yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan rujukan tenaga ahli / dokter spesialis antara lain:
1. Rumah Sakit / Puskesmas yang memerlukan bantuan tenaga ahli, misalnya Rumah Sakit
Umum Kabupaten / Kota.
2. Rumah Sakit / Instansi Kesehatan yang mapan memberikan bantuan tenaga ahli , misalnya
Rumah Sakit Umum Provinsi.
3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dimana Rumah Sakit /Puskesmas yang
membutuhkan tersebut berada.
4. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dimana Rumah Sakit yang akan memberikan bantuan
tenaga ahli tersebut berada. Ruang lingkup rujukan pengetahuan tenaga ahli /dokter spesialis
meliputi antara lain:
1. Bimbingan klinis untuk deteksi dini kasus-kasus rujukan.
2. Bimbingan klinis melakukan tindakan pra-rujukan.
3. Bimbingan klinis penanganan kasus-kasus yang masih menjadi kewenangan
puskesmas melakukan Pelayanan Obstetri Neonatal Dasar (PONED).
4. Bimbingan klinis untuk tindak lanjut (follow up) kasus kasus rujukan balik yang
diterima oleh puskesmas, puskesmas pembantu dan polindes.
5. Kursus singkat atau penyegaran penatalaksanaan klinis kasus-kasus yang sering dijumpai
di puskesmas, puskesmas pembantu dan polindes.

Prosedur Standar Permintaan Rujukan Pengetahuan (Tenaga Ahli)


1. Puskesmas / Rumah Sakit Kabupaten/Kota yang memerlukan tenaga ahli membuat surat
permintaan tenaga ahli.
2. Surat permintaan ditujukan kepada ke Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota atau Dinas
Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
3. Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota atau Dinas Kesehatan Provinsi melanjutkan permintaan
tenaga ahli tersebut ke Direktur Rumah Sakit tujuan dan tembusan kepada Kepala Staf
Medik Fungsional (SMF) yang dituju paling lambat 14 hari sejak surat permintaan diterima.
4. Mempersiapkan penerimaan, termasuk agenda, akomodasi, konsumsi dan honor atau
insentif lainnya sesuai Peraturan Daerah yang bersangkutan.
5. Melakukan monitoring dan evaluasi proses dan pelaksanaannya.
6. Membuat laporan pelaksanaan ke Dinas Kesehatan di wilayahnya dengan tembusan ke
Rumah Sakit atau Instansi yang mengirim.
7. Bagi Rumah Sakit, mengisi laporan Triwulan pada RL.1

Prosedur Standar Pengiriman Tenaga Ahli


1. Rumah Sakit / Instansi Kesehatan yang akan mengirimkan tenaga ahli berkonsultasi
dengan pihak Dinas Kesehatan Provinsi untuk disesuaikan dengan program rujukan di
Provinsi tersebut.
2. Setelah ada persetujuan dari Dinas Kesehatan Provinsi, maka Rumah Sakit / Instansi
tersebut membuat jadwal kunjungan dan surat tugas bagi tenaga ahli yang bersangkutan
sesuai permintaan.
3. Melakukan evaluasi dan membuat laporan pelaksanaan dan dikirim ke Dinas Kesehatan
Provinsi dan arsip. Bagi Rumah Sakit, mengisi laporan Triwulan pada RL.1
Tata Cara Rujukan dalam Kedokteran Gigi :
Rujukan Model :
Dari puskesmas/ rumah sakit ke unit pelayanan kesehatan gigi lainnya yang mempunyai
fasilitas laboratorium teknik gigi. Tata caranya :
a. Formulir rujukan model diisi oleh petugas yang merujuk.
b. Register rujukan pasien diisi oleh petugas.
c. Model dikirim ke laboratorium teknik gigi dengan memperhatikan cara pembungkusan dan
pengirimannya agar model tidak rusak.
d. Laboratorium teknik gigi mengirim kembali hasil pekerjaan yang telah selesai kepada
pengirim.
e. Catat kembali dalam register bahwa pekerjaan telah diterima kembali.

Rujukan Spesimen
Yaitu rujukan bahan diagnostik dari puskesmas/rumah sakit ke unit pelayanan kesehatan yang
lebih mampu. Untuk prinsip rujukan spesimen sebagian besar sama dengan rujukan model.
Rujukan Kesehatan gigi
Yaitu upaya peningkatan dan pencegahan di bidang kesehatan gigi dan mulut meliputi:
bantuan teknologi, bantuan sarana, bantuan operasional. Tata cara :
a. Unit administrasi yang lebih rendah mengirim rencana program/proposal ke unit
administrasi yang lebih tinggi.
b. Unit administrasi yang lebih tinggi memberikan bantuan yang diperlukan.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1) Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah
kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dan satu unit ke unit yang lebih lengkap / rumah
sakit) untuk horizontal (dari satu bagian lain dalam satu unit). (Muchtar, 1977).
2) Di negara Indonesia sistem rujukan kesehatan telah dirumuskan dalam Permenkes No. 01
tahun 2012. Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab timbal balik pelayanan
kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horiontal.
3) Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : Rujukan internal dan
rujukan eksternal
a. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam
institusi tersebut Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu)ke puskesmas
induk.
b. Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit - unit dalam jenjang pelayanan
kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat map) maupun
vertikal (dan puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
4) Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: Rujukan Medik dan Rujukan
Kesehatan.
a. Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien
puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes
melitus) ke rumah sakit umum daerah.
b. Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan
dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan
(preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi

5) Tata Cara Rujukan dalam Kedokteran Gigi :


Rujukan Model :
Dari puskesmas/ rumah sakit ke unit pelayanan kesehatan gigi lainnya yang mempunyai
fasilitas laboratorium teknik gigi. Tata caranya :
f. Formulir rujukan model diisi oleh petugas yang merujuk.
g. Register rujukan pasien diisi oleh petugas.
h. Model dikirim ke laboratorium teknik gigi dengan memperhatikan cara pembungkusan dan
pengirimannya agar model tidak rusak.
i. Laboratorium teknik gigi mengirim kembali hasil pekerjaan yang telah selesai kepada
pengirim.
j. Catat kembali dalam register bahwa pekerjaan telah diterima kembali.

Rujukan Spesimen
Yaitu rujukan bahan diagnostik dari puskesmas/rumah sakit ke unit pelayanan kesehatan yang
lebih mampu. Untuk prinsip rujukan spesimen sebagian besar sama dengan rujukan model.
Rujukan Kesehatan gigi
Yaitu upaya peningkatan dan pencegahan di bidang kesehatan gigi dan mulut meliputi:
bantuan teknologi, bantuan sarana, bantuan operasional. Tata cara :
Unit administrasi yang lebih rendah mengirim rencana program/proposal ke unit
administrasi yang lebih tinggi.

Unit administrasi yang lebih tinggi memberikan bantuan yang diperlukan.

3.2 Saran
Dengan adanya sistem rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditujukan pada kasus yang tergolong beresiko
tinggi. Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu dengan
keluhan ginekologi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika
menghadapi penyulit.
DAFTAR PUSTAKA

POGI-JNPKKR. 2005. Buku Acuan Pelayanan Obstetri Neonatal dan Emergensi Dasar.
Jakarta: Depkes RI.
Saifuddin, Abdul Bari, dkk,. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: YBPSP-MNH PROGRAM.
Varney, Helen. 1997. Varneys Midwifery. Jakarta: EGC.
Adisasmito,Wiku.2007.Sistem Kesehatan.Jakarta:PT Raja Gravindo Persada.
Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.
Notoatmodjo Soekidjo.2001.Peran Pelayanan Kesehatan Swasta dalam Menghadapi Masa
Krisis. Jakarta:Suara Pembaruan Daily.
Satrianegara, M. Fais. 2009. Buku Ajar Organisasi Dan ManajemenPelayanan Kesehatan
Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Departemen Kesehatan RI . 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta : Depkes

Anda mungkin juga menyukai