TINJAUAN PUSTAKA
dipahami terlebih dahulu arti dari perilaku, yang menurut Edwin G. Boring dalam
terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan
Faktor pemungkin maksudnya adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk
tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, tempat olah raga, makanan
Kadang-kadang meskipun orang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi
tidak melakukannya.
pendidikan yang lebih baik dan berada dalam kondisi stress yang rendah dengan
dukungan sosial yang tinggi memiliki perilaku sehat yang lebih baik dari pada
kesehatan pada anak-anak dapat dikatakan baik, memburuk pada remaja dan
orang dewasa, namun meningkat kembali pada orang yang lebih tua.
Misalnya latihan bagi wanita sangat diinginkan bagi budaya tertentu tetapi tidak
dilakukan pada Health locus of control scale yang mengukur derajat sejauh
6) Personal Goal, kebiasan perilaku sehat juga memiliki hubungan dengan tujuan
personal. Jika tujuan menjadi atlet berprestasi merupakan tujuan yang penting,
individu akan cenderung olah raga secara teratur dibandingkan jika hal itu bukan
tujuan personal.
8) Akses ke Health care delivery system, akses ke health care juga mempengaruhi
yang dapat digunakan untuk mengukur perilaku kesehatan seorang individu, yaitu:
makanan berbahan kacang kedelai segar; c) mengkonsumsi ikan yang kaya omega
3) Kebiasan sehat, meliputi: a) menggosok gigi dan flosis setiap hari; b) tidur yang
4) Seks, mencakup: a) memiliki seks sehat; dan b) memiliki orgasme yang lebih
sering.
6) Berat badan dan jantung sehat, mencakup: a) mempertahankan berat badan yang
ideal; b) menjaga tekanan darah normal; dan c) kolesterol yang lebih rendah.
seseorang berupa membakar dan menghisap rokok serta dapat menimbulkan asap
(empat) tahap dalam perilaku merokok seseorang sehingga menjadi perokok, yaitu:
mengenai merokok dengan cara: mendengar, melihat atau dari hasil bacaan
2) Tahap initiation, tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan
(empat) batang per hari, maka akan mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
4) Tahap maintenance of smoking, pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu
bagian dari cara pengaturan diri untuk memperoleh efek psikologis yang
menyenangkan.
berikut:
di tempat umum atau ruang publik, meliputi: (1) kelompok homogen yang sama
heterogen atau merokok di tengah orang lain yang tidak merokok, seperti: anak
kecil, orang jompo, orang sakit, dan sebagainya; dan b) merokok di tempat yang
bersifat pribadi, meliputi: (1) kantor atau kamar tidur pribadi; dan (2) Toilet,
perokok jenis ini dapat digolongkam sebagai orang yang suka berfantasi.
theory of affect, keempat tipe tersebut adalah: a) tipe perokok yang dipengaruhi
oleh perasaan positif, meliputi: (1) pleasure relaxation, perilaku merokok hanya
negatif yang dirasakannya; c) tipe perokok yang adiktif, perokok yang sudah
adiksi akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari
rokok yang dihisapnya berkurang; dan d) tipe perokok yang sudah menjadi
3) Berdasarkan jumlah rokok yang dihisap dalam sehari, menurut Sitepoe (2000)
dalam Alamsyah R.M (2009) membagi perokok atas 4 (empat) bagian, yaitu: 1)
perokok ringan, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 1-10 batang
rokok lebih dari 20 batang perhari; dan 4) perokok yang menghisap rokok dalam-
dalam.
rokok terhadap kesehatan pertama sekali ditemukan pada tahun 1951, dan sejak saat
sering disebut silent killer karena timbul secara perlahan dan dalam tempo yang
relatif lama, tidak langsung dan tidak tampak nyata. Kebiasaan merokok merupakan
salah satu faktor resiko bagi banyak penyakit tidak menular yang berbahaya. Merokok
juga dapat mengurangi setengah usia harapan hidup perokok dan 50% dari kematian
1) Dampak positif
Merokok menimbulkan dampak positif yang sangat sedikit bagi kesehatan. Para
2) Dampak negatif
bagi kesehatan. Merokok bukanlah penyebab suatu penyakit, tetapi dapat memicu
berbagai jenis penyakit yang dapat dipicu karena merokok, antara lain: penyakit
sakit mag, gondok, gangguan pembuluh darah, penghambat pengeluaran air seni,
ambliyopia (penglihatan kabur), kulit menjadi kering, pucat dan keriput, serta
polusi udara dalam ruangan (sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan
tenggorokan).
menurut Aditama (1997) dalam Sulistyorini I.R (2008) menyebutkan bahwa perilaku
Seseorang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan.
2) Faktor sosio-kultural
Seseorang merokok karena pengaruh orang tua dan peer group atau teman dan
kelompoknya. Perilaku merokok akan lebih kuat pengaruhnya apabila orang tua
juga merokok dan berbagai fakta mengungkapkan bahwa remaja yang merokok
Seseorang merokok oleh karena iklan, seseorang dengan melihat iklan di media
Remaja perokok adalah anak-anak yang berasal dari rumah tangga yang tidak
dengan remaja yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia.
Remaja yang berasal dari keluarga konservatif akan lebih sulit untuk terlibat
permisif, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri
menjadi contoh figur yaitu perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin
mereka yang tinggal dengan orang tua tunggal (single parent). Remaja
berperilaku merokok apabila ibu mereka merokok daripada ayah yang merokok
demikian sebaliknya. Ada dua kemungkinan yang terjadi dari fakta tersebut,
atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok
3) Faktor kepribadian
Seseorang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Satu sifat kepribadian yang
Pendapat ini didukung Atkinson (1999) yang menyatakan bahwa orang yang
memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih menjadi
4) Pengaruh iklan
Dengan melihat iklan di media masa dan elektronik yang menampilkan gambaran
seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.
Perilaku merokok pada seseorang juga timbul karena pengaruh emosi yang
lebih banyak dan kompleks dari pada yang dihadapi pada generasi sebelumnya.
Semua ini sangat berpotensi menyebabkan seseorang merasa tertekan dan stress.
sebagai suatu cara untuk mengatasi stres yang mereka hadapi karena kurangnya
2) Faktor lingkungan
Bandura dalam teori social learning berasumsi bahwa perilaku dan sistem nilai
3) Faktor demografis
usia, jenis kelamin, ras dan etnik serta tingkat sosial ekonomi. Status sosial
merokok. Hasil penelitian Rachiotis dkk (2008) menemukan bahwa usia yang
semakin tua, jenis kelamin pria dan tingkat pendidikan orang tua yang semakin
Selain itu, Hansen dalam Nasution (2007) juga menyatakan beberapa faktor
1) Faktor biologis
satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan merokok. Hal ini
didukung oleh penemuan kadar nikotin dalam darah perokok yang cukup
tinggi.
2) Faktor psikologis
sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari.
4) Faktor demografis
Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada usia
dewasa semakin banyak. Namun, pengaruh jenis kelamin saat ini tidak terlalu
5) Faktor sosial-budaya
6) Faktor sosial-politik
politik yang bersifat melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan
merokok.
sebagai mahluk sosial memiliki motif untuk mengadakan hubungan, dan hidup dengan
orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan dasarnya, yang disebut dengan
dorongan sosial. Manusia membutuhkan hubungan bukan saja dengan individu lain,
lainnya dan lingkungan disebut dengan interaksi sosial. Interaksi sosial dapat juga
disebut dengan proses sosial dan merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas
sosial. Agar lebih mudah dipahami, maka dibawah ini akan diuraikan lebih lanjut
individu dan kelompok, kelompok dan kelompok dalam bentuk kerja sama serta
persaingan atau pertikaian. Interaksi sosial menurut Walgito (2001) dalam Mubarak
(2009) adalah hubungan antar individu satu dan individu lain, individu satu dapat
memengaruhi yang lainnya atau sebaliknya, jadi terdapat hubungan yang timbal balik.
interaksi sosial adalah hubungan yang dinamis antar sesama manusia baik orang dan
2009):
Faktor imitasi ini mempunyai peranan sangat penting dalam proses interaksi sosial
yang dapat mendorong seseorang mematuhi kaidah dan nilai yang berlaku. Salah
satu segi positif dari imitasi ini adalah dapat mendorong seseorang untuk
mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Segi negatif dari imitasi ini
2) Faktor sugesti
Faktor ini memberikan suatu pandangan atau sikap yang berasal dari dirinya
seseorang memberikan suatu pandangan atau sikap yang berasal dari dirinya,
3) Faktor identifikasi
dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identikasi sifatnya
lebih mendalam karena kepribadian seseorang dapat terbentuk melalui proses ini.
4) Faktor simpati
Faktor yang merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik kepada
pihak lain. Dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting,
walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak
lain dan bekerja sama dengannya. Faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri
hanya dapat diterima untuk sementara waktu saja, proses ini dinamakan akomodasi
(accomodation) dan ini berarti bahwa kedua belah pihak belum tentu puas
sepenuhnya. Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi
sosial. Keempat bentuk pokok dari interaksi sosial ini tidak perlu menjadi suatu
kontinuitas, dalam arti bahwa interaksi sosial dimulai dari kerja sama yang kemudian
menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertikaian dan akhirnya sampai pada
Gillin dan Gillin (1993) menggolongkan 2 (dua) macam proses sosial yang
timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu: 1) proses yang assosiatif
Istilah kebudayaan berasal dari kata Budh berasal dari bahasa sansekerta. Dari
kata Budh ini kemudian dibentuk kata Buddhayah, sehingga kata kebudayaan diartikan
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dari hasil karya manusia dalam rangka
membangun kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar.
telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu, dan tidak akan
mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan, kebudayaan diperlukan oleh
manusia membuat sejarah yang bergerak dinamis dan selalu maju yang diwariskan
secara turun temurun; 2) bersifat geografis, dimana kebudayaan manusia tidak selalu
berjalan seragam, ada yang berkembang pesat dan ada yang lamban. Dalam interaksi
meluas dalam kesukuan dan kebangsaan/ras, selanjutnya kebudayaan itu meluas dan
mencakup wilayah / regional serta makin meluas keseluruh penjuru belahan bumi; dan
terbentur pada nilai dan seberapa jauh nilai itu bisa dikembangkan (Mubarak, 2009).
dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, alat
rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya); 6) sistem pengetahuan (pengetahuan
alam dan fisika dan sebagainya) dan 7) religi (sistem kepercayaan) (Mubarak, 2009).
1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam masyarakat sendiri, antara
seperti munculnya kelas sosial yang baru dan profesi yang baru. Selain itu
baik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok
golongan muda yang ingin mengadopsi budaya asing, golongan tua yang tetap
nilai, pola perilaku dan interaksi yang baru di masyarakat tersebut; 4) Terjadinya
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar masyarakat, antara lain
berikut ini: 1) lingkungan alam fisik, salah satu faktor penyebab perubahan yang
bersumber dari lingkungan alam seperti terjadinya bencana alam banjir, longsor,
gempa bumi, kebakaran hutan, dan sebagainya. Di daerah yang terkena banjir
mencari tempat tinggal baru, sehingga mereka harus menyesuaikan diri dengan
kepada negara yang kalah. Hal itu berakibat terjadinya perubahan-perubahan pada
globalisasi ini tidak ada satupun negara yang mampu menutup dirinya dari
interaksi dengan bangsa lain. Interaksi yang dilakukan antara dua negara
menerima pengaruh dari masyarakat lain. Dengan demikian akan timbul suatu
nilai-nilai sosial budaya yang baru sebagai akibat asimilasi atau akulturasi kedua
budaya.
unsur kebudayaan asing, yang lambat laun unsur kebudayaan asing tersebut
menghilangkan ciri kebudayaan lama. Hal-hal yang biasa terjadi dalam akulturasi
baru; 3) adisi, yaitu unsur-unsur baru ditambahkan kepada unsur yang lama; 4)
2) Difusi
lain, dari orang ke orang lain, dan dari masyarakat ke masyarakat lain. Manusia
fungsi lama akan ditolak; d) kedudukan penemu unsur baru ikut menentukan
menyaingi unsur lama atau mendukung; e) peran penemu dan penyebarannya; dan
f) pemaksaan.
4) Invasi
5) Asimilasi
6) Hibridisasi
7) Milenarisme
golongan masyarakat bawah yang tertindas dan telah lama menderita dalam
8) Adaptasi
9) Imitasi
yang ditiru
terkumpul secara acak-acakan saja. Karena itulah kebiasaan yang dimiliki dalam
lain.
3) Dinamis, kebudayaan bersifat dinamis artinya kebudayaan itu selalu berubah dan
Dinamika kehidupan sosial budaya terjadi sebagai akibat dari interaksi manusia
organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofosis yang menentukan caranya
yang khas dalam individu menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Jadi persoalan
mengenai kepribadian adalah persoalan mengenai segala aktivitas individu, baik yang
tampak maupun tidak tampak (Suryabrata, 2008). Kepribadian menurut Cattel (1983)
dalam Engler (2009) kepribadian adalah suatu prediksi mengenai apa yang akan
dilakukan oleh seseorang dalam berbagai situasi yang terjadi pada dirinya.
mewakili karakteristik individu yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan dan
perilaku yang konsisten. Defenisi tersebut memiliki arti agar kita fokus pada banyak
aspek yang berbeda pada setiap orang. Namun hal tersebut juga menganjurkan kita
untuk konsisten pada pola tingkah laku dan kualitas dalam diri orang tersebut yang
mempunyai warisan biologis yang unik dan berbeda dari orang lain. Hal ini berarti
tidak ada seorangpun di dunia ini yang mempunyai karakteristik fisik yang sama
persis dengan orang lain, bahkan anak kembar sekalipun. Warisan biologis ini
Perbedaan iklim, topografi, dan sumber daya alam menyebabkan manusia harus
menyesuaikan diri terhadap alam tersebut. Melalui penyesuaian diri itu, dengan
alam. Misalnya orang yang hidup di pinggir pantai dengan mata pencaharian
sebagai nelayan, mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang yang tinggal
di daerah pertanian. Mereka memiliki nada bicara yang lebih keras dari pada
mereka yang tinggal di daerah pertanian, karena suara harus menyamai deburan
suara ombak. Hal itu terbawa kedalam kehidupan sehari-hari dan telah menjadi
kepribadiannya.
hubungan yang sangat erat dan saling mempengaruhi. Manusia berusaha untuk
hidup. Misalnya saja manusia membuka hutan untuk dijadikan lahan pertanian.
Sementara itu kebudayaan memberikan andil yang besar dalam memberikan warna
Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang lain, walaupun
orang itu berasal dari keluarga yang sama, dibesarkan dalam kebudayaan yang
sama, serta mempunyai lingkungan fisik yang sama pula. Walaupun mereka
mendapatkan pengalaman yang serupa dalam beberapa hal, namun berbeda dalam
hal yang lainnya. Mengingat pengalaman setiap individu adalah unik dan tidak ada
1) Pengalaman yang umum, dialami oleh setiap individu dalam kebudayaan tertentu.
Pengalaman ini erat hubungannya dengan fungsi dan peranan seseorang dalam
saudara, media massa) tidaklah sama juga pada setiap orang; dan b) tiap individu
sendiri.
2) Pengalaman yang khusus, dialami oleh individu sendiri dan pengalaman ini tidak
bergantung pada status dan peran seseorang yang bersangkutan dalam masyarakat.
Aditama (1997) dalam Sulistyorini I.R (2008) menyebutkan bahwa perilaku merokok
merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau
merokok karena pengaruh orang tua dan peer group atau teman dan kelompoknya.
Perilaku merokok akan lebih kuat pengaruhnya apabila orang tua juga merokok dan
merokok oleh karena iklan, seseorang dengan melihat iklan di media massa dan
orang tua, seorang perokok adalah anak-anak yang berasal dari rumah tangga yang
dibandingkan dengan seseorang yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang
bahagia. Seseorang yang berasal dari keluarga konservatif akan lebih sulit untuk
permisif, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri
menjadi contoh figur yaitu perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin
mereka yang tinggal dengan orang tua tunggal (single parent). Seseorang
berperilaku merokok apabila ibu mereka merokok dari pada ayah yang merokok
kemungkinan teman- temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Ada
dua kemungkinan yang terjadi dari fakta tersebut, pertama seseorang tersebut
seseorang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan
diri dari rasa sakit dan kebosanan. Satu sifat kepribadian yang bersifat pada
didukung Atkinson (1999) yang menyatakan bahwa orang yang memiliki skor
tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih menjadi perokok dibandingkan
dengan mereka yang memiliki skor yang rendah; dan 4) pengaruh iklan, dengan
melihat iklan di media masa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa
perilaku merokok pada seseorang, antara lain: 1) faktor individu, dimana perilaku
merokok pada seseorang juga timbul karena pengaruh emosi yang menyebabkan
seorang individu mencari relaksasi. Saat ini seseorang menghadapi berbagai tuntutan,
kompleks dari pada yang dihadapi pada generasi sebelumnya. Semua ini sangat
mengalami stress ini sangat mengembangkan perilaku merokok sebagai suatu cara
menyebabkan mereka lebih sering mengalami stres pribadi sehingga lebih mungkin
berasumsi bahwa perilaku dan sistem nilai seseorang terbentuk oleh sekumpulan
Jessor dalam Maman (2009) perilaku bermasalah pada seseorang termasuk merokok,
merupakan hasil interaksi dari kepribadian, sikap, dan perilaku dengan sistem
beberapa faktor demografis yang berhubungan dengan perilaku merokok adalah usia,
jenis kelamin, ras dan etnik serta tingkat sosial ekonomi. Status sosial ekonomi yang
terdiri dari tingkat pekerjaan, pendidikan dan penghasilan juga mempunyai hubungan
mempunyai hubungan yang kuat dengan perilaku merokok. Hasil penelitian Rachiotis
dkk (2008) menemukan bahwa usia yang semakin tua, jenis kelamin pria dan tingkat
pendidikan orang tua yang semakin rendah berhubungan secara signifikan dengan
perilaku merokok.
Selain itu, Hansen dalam Nasution (2007) juga menyatakan beberapa faktor
menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah satu bahan kimia yang
berperan penting pada ketergantungan merokok. Hal ini didukung oleh penemuan
kadar nikotin dalam darah perokok yang cukup tinggi; 2) faktor psikologis, bahwa
memberikan kesan modern dan berwibawa, sehingga bagi individu yang sering
bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari; 3) faktor
dan perhatian individu pada perokok. Seseorang akan berperilaku merokok dengan
umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada usia dewasa semakin banyak.
Namun, pengaruh jenis kelamin saat ini tidak terlalu berperan karena baik pria
Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka dan landasan teoritis yaitu: faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku merokok menurut Hansen dalam Nasution (2007)
Keterangan: