Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KASUS

ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK


REQUIREMENT: SSC (STAINLESS STEEL CROWN)

Dosen Pembimbing:
drg. Maulina Triani, M.Biomed

Nama Mahasiswa/ NIM:


Hani Nirmasari/ G4B020028

Angkatan Koas: 16

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI
PURWOKERTO
2021
Borang Penilaian Diskusi Kasus Stainless Steel Crown

TANGGAL ASPEK PENILAIAN DISKUSI CAPAIAN *) FEEDBACK PEDOMAN PENILAIAN


1. Asesmen pasien awal *) : Lingkari yang sesuai
- Menjelaskan pemeriksaan subyektif 1/2/3/4/5 1 = SANGAT KURANG 5= SANGAT BAIK
- Menjelaskan pemeriksaan obyektif
2. Diagnosis < 66 : Belum kompeten
1/2/3/4/5 66 : Kompeten dalam diskusi/ketrampilan > 4x,
hasilcukup
3. Rencana Perawatan 70 : Kompeten dalam diskusi/simulasi kasus stlh
- Definisi, Tujuan, Indikasi dan >2x memperbaiki, hasil cukup
kontraindikasi, prinsip preparasi. 1/2/3/4/5 73 : Kompeten dalam diskusi/simulasi kasus stlh
Jenisbahan, Alasan > 2x memperbaiki, hasil baik
penggunaanbahan, Sifat bahan, Alat 78 : Kompeten dalam proses diskusi/simulasi
yang digunakan, Cara. kasus
stlh 1-2x memperbaiki
≥ 80 : Langsung kompeten dalam proses
diskusi/simulasi kasus
4. Tahapan prosedur perawatan DPJP DISKUSI : NILAI DISKUSI
padakasus drg. Maulina Triani,
- Tahap Persiapan M.Biomed
- Tahap Pemilihan mahkota
danpembentukanmahkota. 1/2/3/4/5 Tanda Tangan :
- Tahap isolasi
- Tahap preparasi, try in,
evaluasi preparasi
- Tahap insersi dan evaluasi insersi
- Tahap instruksi dan re-evaluasi
I. SKENARIO KASUS
Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun datang ke RSGM bersama ibunya dengan keluhan ngilu-
ngilu pada gigi belakangnya, terutama saat digunakan makan. Ibu pasien juga mengeluh gigi
anaknya yang berwarna kekuningan. Kondisi tersebut menyebabkan anak tidak percaya diri
karena tidak ada anggota keluarga lain yang mengalami hal serupa. Hasil pemeriksaan intra oral
menunjukkan gigi 84 yang atrisi dengan tes termal (+), tidak terlihat adanya peradangan dan
mobilitas gigi. Pasien memiliki kebersihan rongga mulut yang buruk, diet kariogenik yang tinggi.

II. ANALISIS KASUS


A. Identitas Pasien
Usia : 5 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
B. Pemeriksaan Subjektif
1. Chief Complaint : Pasien datang bersama ibunya dengan keluhan ngilu-ngilu
pada gigi belakangnya, terutama saat digunakan makan
2. Present Illness : Gigi anak tersebut yang berwarna kekuningan
3. Post Medical History : Tidak disebutkan dalam kasus
4. Post Dental History : Tidak disebutkan dalam kasus
5. Family History : Tidak disebutkan dalam kasus
6. Social History : Pasien memiliki kebersihan rongga mulut yang buruk, diet
kariogenik yang tinggi
C. Pemeriksaan Objektif
1. Pemeriksaan Ekstraoral:
Tidak disebutkan dalam kasus
2. Pemeriksaan Intraoral:
Inspeksi : gigi 84 yang atrisi
Perkusi : Tidak disebutkan dalam kasus
Palpasi : Tidak terdapat peradangan di sekitar gigi.
Mobilitas : Tidak terdapat mobilitas gigi
Vitalitas : Tes termal (+)
D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak disebutkan dalam kasus
E. Diagnosis
Atrisi gigi 84 / K03.0
F. Rencana Perawatan
Restorasi indirect dengan Stainless Steel Crown (SSC).
G. Penatalaksanaan
1. Melakukan pemeriksaan subjektif dan objektif.
2. Penjelasan kepada wali pasien mengenai diagnosa, rencana perawatan dan tata laksana
yang akan dilakukan serta informed consent.
3. Melakukan pendekatan pada pasien menggunakan metode tell-show-do.
4. Persiapan alat dan bahan (diagnostic set, rubber dam, bur preparasi, tang SSC, spuit dan
larutan anestetikum, articulating paper, wax sheet, glass marking pencil, cotton pallete,
cotton roll).
5. Lakukan pemilihan mahkota dengan tepat agar menutupi seluruh gigi yang sudah
dipreparasi serta memberikan retensi yang baik agar tidak terlepas. Mahkota yang dipilih
harus lebih besar dari gigi yang akan diadaptasikan mahkota tersebut, terutama ketika
bagian gingival mahkota tersebut dipotong atau dibentuk, tujuannya adalah untuk
memilih mahkota terkecil yang menutupi seluruh bagian yang dipreparasi dan untuk
mendapatkan kontak proksimal yang tepat.
6. Lakukan anestesi lokal pada gigi yang akan dilakukan preparasi untuk mengurangi rasa
sakit atau tidak nyaman pada anak
7. Isolasi area kerja dengan cotton roll atau rubber dam jika memungkinkan
8. Lakukan preparasi denga cara:
a. Menghilangkan seluruh jaringan karies menggunakan round bur
b. Preparasi oklusal: Preparasi oklusal dilakukan dengan menggunakan fissure bur dan
high speed handpiece. Preparasi dilakukan sebanyak 1 - 1,5 mm hingga
menghilangkan kontak dengan gigi antagonisnya dengan tetap mengikuti bentuk
anatomi oklusal
c. Preparasi proksimal: Preparasi proksimal dilakukan menggunakan tappered fissure
bur. Preparasi proksimal dilakukan dengan cara menghilangkan kontak proksimal
dengan sudut kemiringan 5° hingga membentuk finishing line berbentuk knife edge.
d. Preparasi bukal/lingual: Preparasi bukal/lingual dilakukan menggunakan tappered
fissure bur.
e. Preparasi dilakukan sebanyak 0,5 – 1 mm hingga membentuk finishing line.
f. Finishing: Finishing dilakukan untuk mennghaluskan dan membulatkaan semua
permukaan preparasi yang bersudut menggunakan finishing bur atau bur pita kuning.
Periksa kontak oklusi.
9. Try-in, pemotongan, dan konturing mahkota
Lakukan pemotongan dan konturing mahkota SSC, hal ini dilakukan dengan tujuan
untuk membentuk SSC agar sesuai dengan morfologi gigi.
10. Sementasi SSC dengan bahan yang dapat digunakan adalah ZnOE, ZnPO4,
polikarboksilat, dan GIC. GIC merupakan bahan yang paling disukai sebagai bahan
sementasi.
11. KIE kepada pasien yaitu:
a. Instruksikan pasien untuk tidak makan makanan yang keras atau lengket terlebih
dahulu
b. Instruksikan pasien untuk tidak makan menggunakan mahkota yang baru dipasang
selama 24 jam pertama
c. Instruksikan pasien untuk tetap menjaga kebersihan rongga mulutnya
d. Instruksikan pasien untuk kontrol pada 1 minggu pertama, 1 bulan kemudian dan 3
bulan kemudian pasca pemasangan SSC.
e. Instruksikan pasien untuk datang kembali apabila ada keluhan mengenai SSC yang
baru dipasang.
III. PEMBAHASAN
A. Stainless Steel Crown
Stainless Steel Crown (SSC) merupakan mahkota baja nirkarat yang digunakan untuk
restorasi atau tambalan sementara gigi posterior sulung, mempunyai bentuk yang sesuai
dengan gigi asli dan mudah dibentuk untuk diadaptasikan pada permukaan gigi yang telah
dipreparasi. SSC adalah restorasi yang sering kurang digunakan pada gigi desidui karena
sering disamakan dengan cast crown (Casamassimo, 2013; Yoana, 2019).
SSC memiliki kandungan yang terdiri dari paduan logam yang mengandung 18%
Chromium, 8% Nikel (disebut alloy 18-8), dengan kandungan karbon sebesar 0,8 – 20%.
Kandungan logam yang ada membuat SSC memiliki kelebihan karena logam memiliki sifat
semakin besar gaya yang menimpa, akan semakin menambah kekerasan bahan, demikian pula
kandungan chrome yang tinggi akan mengurangi korosi, selain itu SSC memiliki kelebihan
dapat bertahan lama, tidak memerlukan banyak waktu karena dapat dikerjakan dalam satu kali
kunjungan, serta biayanya juga relatif murah (Hartman, 2018; Yoana, 2019). Namun, dibalik
beberapa kelebihannya, SSC memiliki kekurangan menurut Marwah (2014) antara lain estetik
yang kurang baik, memerlukan pengurangan gigi yang banyak dan dapat menyebabkan
terjadinya gingivitis apabila adaptasi marginalnya kurang baik.
B. Kelebihan dan Kekurangan SCC
Kelebihan Pemakaian SSC:
1. SSC dapat bertahan selama ± 40 bulan
2. Secara ekonomi tergolong murah
3. Memerlukan preparasi yg minimal
Kekurangan Pemakaian SSC:
1. Karies yang tidak diobati dapat menyebabkan patologi pulpa.
2. Kesulitan dalam retreatment (Cameron dan Widmer, 2013)
C. Jenis-jenis SSC
1. Untrimmed
Berbentuk panjang dan butuh dilakukan trimming, contohnya Sankim dan Unitek.
2. Pretrimmed (prefestooned)
Berbentuk pendek namun tidak terkontur, memiliki sisi paralel, contohnya 3M, Denovo.
3. Precontoured
Terkontur dan bell-shape, contohnya 3M Ni-chromium ioncrowns, Unitek.
4. Prevented
Terdapat resin komposit pada bagian bukal dan sebagian permukaan oklusal, contohnya
Nu Smile (Rao, 2012).
D. Indikasi dan Kontraindikasi SSC
Indikasi dilakukannya perawatan SSC yaitu sebagai berikut.
1. Gigi permanen muda dengan karies yang luas.
2. Gigi desidui dengan karies yang luas atau karies pada beberapa permukaan gigi
3. Gigi molar desidui dengan lesi pada interproksimal sisi mesial.
4. Gigi desidui setelah dilakukan perawatan pulpotomi atau pulpektomi.
5. Gigi dengan kelainan herediter seperti dentinogenesis atau amelogenesis imperfekta.
6. Bruxism yang parah.
7. Fraktur pada gigi desidui.
8. Pada anak disabilitas (Rao, 2012; Casamassimo, 2013)
Kontraindikasi dilakukannya perawatan SSC yaitu sebagai berikut.
1. Digunakan pada gigi permanen
2. Gigi desidui yang sudah mengalami mobilitas
3. Gigi molar desidui dengan waktu tanggal yang sudah dekat
4. Gigi desidui dengan resorpsi lebih dari ½ panjang akar
5. Pasien dengan alergi nikel dan chrome.
6. Gigi yang sudah tidak dapat dilakukan restorasi (Rao, 2012; Marwah, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Casamassimo, P.S., Fields, H.W., McTigue, D.J., Nowak, A.J., 2013, Pediatric Dentistry: Infancy
Through Adolescence, Elsevier, St.Louis.

Hartman, H., 2018, The Effectiveness of One Visit Vital Pulpotomy in Primary Teeth,

Journal of Medicine and Health, 2(1):689-696.

Marwah, N., 2014, Textbook of Pediatric Dentistry, 4th ed., Jaypee Brothers Medical Publishers,
New Delhi.

Rao, A., 2012, Principles and Practice of Pedodontics, Jaypee Brothers Medical Publishers, New
Delhi.

Cameron, A.C., Widmer, B.C., 2013, Handbook of Pediatric Dentistry, London, Elsevier

Yoana, I. S. S., 2019, Modifikasi Restorasi Stainless Steel Crown Pada Kasus Severe Early Childhood
Caries, Jurnal Material Kedokteran Gigi, 8 (2):53-59.

Anda mungkin juga menyukai