PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prevalensi terjadinya karies gigi pada penduduk Indonesia meningkat
dari 43,4% (2007) menjadi 53,2% (2013) (Bilitbang Kemenkes RI, 2013). Lesi
karies akan terjadi bila ada ketidakseimbangan antara faktor protektif dan
faktor patologik, yang akan menimbulkan gangguan pada proses
demineralisasi-remineralisasi. Pembentukan biofilm plak menjadi pemicu
proliferasi bakteri kariogenik dengan memproduksi asam hasil fermentasi
karbohidrat. Keadaan ini menyebabkan turunnya pH saliva, sehingga akan
merusak struktur mineral gigi. pH yang rendah meningkatkan populasi flora
patogen. Lesi awal tampak sebagai hasil dari hilangnya kalsium, fosfat, dan
karbonat, membentuk lesi deminerlisasi di subsurface yang sering disebut
sebagai “white spots”, terutama di daerah akumulasi plak. Tahap awal dari lesi
dini dapat dicegah dengan menurunkan faktor patologik seperti plak biofilm,
dan meningkatkan faktor protektif.
Karies yang tidak dirawat akan meluas sampai ke pulpa, maka akan
terjadi respon peradangan kronis yang menyebabkan penderita mengeluh
giginya terasa sakit dan risiko hilangnya vitalitas pulpa.
Semen ionomer kaca ialah bahan restorasi yang paling akhir
berkembang dan mempunyai sifat perlekatan yang baik. Sifat utama semen
ionomer kaca adalah kemampuan utama untuk melekat pada email dan dentin
tanpa ada penyusutan atau panas yang bermakna, mempunyai sifat
biokompatibilitas dengan jaringan periodontal dan pulpa, ada pelepasan flour
yang berfungsi sebagai antimikroba dan kariostatik, kontraksi volume pada
pengerasan sedikit, koefesien ekspansi termal sama dengan struktur gigi.
Semen ionomer kaca diindikasikan untuk kavitas kelas III dan kelas V yang
tidak terlalu membutukan estetik yang tinggi.
1
B. Rumusan Masalah
Diskusi 1
1. Sebutkan posisi operator untuk merawat gigi 23, 33, 34, 35, 36, 24, 25.
2. Jelaskan pemeriksaan yang diperlukan untuk mendapatkan suatu
diagnosis.
3. Apakah diagnosis gigi 23, 33, 34, 35, 36, 24, 25.
4. Jelaskan klasifikasi ICDAS pada gigi 23, 33, 34, 35, 36, 24, 25.
5. Jelaskan etiologi terjadinya lesi putih pada email gigi 23, 33, 34, 35,
36, 24, 25.
6. Bagaimana cara membedakan lesi putih karies dengan lesi putih non
karies.
Diskusi 2
1. Jelaskan proses terbentuknya karies
2. Jelaskan perbedaan preparasi: amalgam, gic, komposit
3. Jelaskan reaksi setting GIC scr lengkap
4. Jelaskan lengkap ttg restorasi closed sandwich dan open sandwich
5. Jelaskan lengkap pelepasan fluoride pada glass ionomer cement
6. Jelaskan sifat biokompatibilitas GIC terhadap pulpa
7. Jelaskan sifat2 fisik GIC
C. Tujuan
Diskusi 1
1. Untuk mengetahui posisi operator dalam merawat gigi pada kasus ini.
2. Untuk mengetahui pemeriksaan yang diperlukan untuk mendapatkan
suatu diagnosis.
3. Untuk mengetahui diagnosis gigi pada kasus ini.
4. Untuk mengetahui klasifikasi ICDAS pada kasus ini.
5. Untuk mengetahui etiologi terjadinya lesi putih pada email gigi.
6. Untuk mengetahui perbedaan lesi putih karies dengan lesi putih non
karies.
2
Diskusi 2
1. Untuk mengetahui proses terbentuknya karies dan bagaimana cara
restorasi penggunaan bahan amalgam, GIC, dan komposit.
2. Untuk mengetahui reaksi pengerasan GIC , sifat fisik, reaksi pelepasan
fluoride , dan sifat biokompatibilitasnya terhadap pulpa.
3. Untuk mengetahui teknik restorasi open sandwich dan close sandwich
D. Manfaat
Diskusi 1
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui posisi operator dalam merawat gigi
pada kasus ini.
2. Agar mahasiswa dapat menjelaskan pemeriksaan yang diperlukan
untuk mendapatkan suatu diagnosis.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui diagnosis gigi pada kasus ini.
4. Agar mahasiswa dapat menjelaskan klasifikasi ICDAS pada kasus ini.
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui etiologi terjadinya lesi putih pada
email gigi pada kasus ini
6. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara membedakan lesi putih karies
dengan lesi putih non karies.
Diskusi 2
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui bahan restorasi GIC lebih dalam
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara pengaplikasian bahan restorasi
berupa GIC, amalgam, dan komposit
3. Agar mahasiswa mengetahui sifat-sifat , kekurangan dan kelebihan dari
GIC
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara restorasi open dan close
sandwich
BAB II
PEMBAHASAN
3
DISKUSI 1
Seorang perempuan 18 tahun datang ke RSGM-P FKG Usakti dengan keluhan
gigi-gigi bagian kiri belakang berbecak putih, setelah dilakukan perawatan ortodonti.
Hasil pemeriksaan klinis menunjukan lesi putih pada permukaan bukal 23, 33, 34, 35,
36, pada distobukal 24, dan pada mesiobukal 25; saat email dalam keadaan basah.
Hasil tes vitalitas pada gigi-gigi tersebut menunjukan gigi vital dengan respon dalam
batas normal. Perkusi negatif.
1. Sebutkan posisi operator untuk merawat gigi 23, 33, 34, 35, 36, 24, 25.
Ada 4 zona pada posisi kerja berdasarkan arah jarum jam :
a. Zona operator berada pada posisi arah jarum jam 7 – 12
b. Zona asisten berada pada posisi arah jarum jam 2 – 4
c. Zona statis (untuk instrumen dan bahan) berada pada posisi arah jarum
jam 12 – 2
d. Zona transfer berada pada posisi arah jarum jam 4 – 7
Pada operator right-handed bisa dilakukan pada posisi arah jarum jam 7, 9
dan 11. Sedangkan pada operator left-handed dapat dilakukan pada posisi arah
jarum jam 5, 3, dan 1. Namun idealnya posisi operator untuk semua kasus yaitu
dengan posisi arah jarum jam 11 atau 12. Posisi arah jam 11 atau 12 bukanlah
menjadi patokan seorang dokter gigi dalam melakukan tindakan perawatan,
semua tergantung dari dokternya sendiri yang menentukan posisi kerja yang
4
menurut mereka nyaman. Dokter gigi juga harus tahu posisi operator dalam
melakukan tindakan sesuai dengan gigi yang akan dilakukan tindakan. Yang
harus diperhatikan saat melakukan tindakan, seperti:
Badan tidak membungkuk, punggung lurus, bahu simetris sama tinggi
Kedua kaki bertumpu diatas lantai, lengan kaki bagian bawah
membentuk sudut 90° dengan lengan kaki bagian atas/paha.
Jarak mata kemedan kerja 14-16 inci, tidak boleh terlalu dekat
Pandangan kemedan kerja tidak terhalang
Operator dapat menggunakan alat bantu berupa loop untuk melihat
lebih jelas, loop yang dapat digunakan adalah loop 2,5x atau 4,8x.
Selain loop, operator juga dapat menggunakan alat bantu berupa
operating microscope.
Posisi pasiensebaiknya berbaring 180 ˚. Selain itu, posisi pasien juga
dapat duduk 45˚. Namun posisi pasien tergantung bagian mana yang di
periksa. Untuk kasus ini yaitu gigi anterior, sebaiknya posisi pasien
berbaring, agar lebih mudah di lihat.
Mulut pasien sama tinggi dengan siku operator
Tidak meraih obyek/alat kerja yang sulit dijangkau dan melebihi tinggi
bahu.
7
gigi kearah lateral dalam soketnya dengan
menggunakan jari atau tangkai dua instrumen.
Jumlah gerakan menunjukkan kondisi
periodonsium, makin besar gerakannya, makin jelek
status periodontalnya. Hasil tes mobilitas dapat
berupa tiga klasifikasi derajat kegoyangan. Derajat
pertama, keduadan ketiga.
Probing
Probing bertujuan untuk mengukur kedalaman
jaringan periodontal dengan menggunakan alat
berupa probe. Cara yang dilakukan dengan
memasukan probe kedalam attached gingiva,
kemudian mengukur kedalaman poket periodontal
dari gigi pasien yang sakit.
Tes termal
Tes termal merupakan kevitalan gigi yang
meliputi aplikasi panas dan dingin pada gigi untuk
menentukan sensitivitas terhadap perubahan termal.
Tes termal terbagi menjadi 2 yaitu tes termal dingin
dan tes panas.
1) Cold Test
Bahan yang digunakan:
- CO2 snow, merupakan metode yang
baik karena memiliki temperature -50°C
dan perubahan bentuk dari solid ke gas
sehingga tidak berpotensi untuk
menstimulus gigi yang berada di
dekatnya.
- Ethyl Chloride
8
- Dichloro difluoro methane (DDM),
prosedurnya adalah dengan
menyemprotkan DDM ke cotton pellet
kemudian aplikasikan ke gigi yang
ingindites. Sama dengan CO2 snow,
DDM tidak memiliki liquid state
2) Heat Test
Bahan yang digunakan adalah Gutta percha
yang sebelumnya gigi tersebut diolesi
petroleum jelly untuk mencegah perekatan,
kemudian gutta percha dipanaskan dan
aplikasikan pada gigi. Tes ini dilakukan jika
pasien mempunyai keluhan saat memakan atau
meminum-minuman panas. Alternatif lain
adalah dengan membungkus gigi dengan rubber
dam kemudian alirkan cairan dingin atau pun
panas. Bila gigi memberikan respon berarti gigi
vital, jika tidak maka gigi nonvital
3. Apakah diagnosis gigi 23, 33, 34, 35, 36, 24, 25.
Diagnosis pasien pada skenario adalah pulpa sehat dengan white spot lession.
Pada skenario dituliskan bahwa pada tes vitalitas pada gigi-gigi 23, 33, 34, 35,
36, 24, 25 menunjukkan respon dalam batas normal dan hasil negatif pada
perkusi. Namun pasien datang dengan keluhan adanya bercak putih pada gigi
tersebut dan pada pemeriksaan terlihat bercak putih pada gigi dalam keadaan
basah.
4. Jelaskan klasifikasi ICDAS pada gigi 23, 33, 34, 35, 36, 24, 25.
Klasifikasi karies ICDAS (International Caries Detection and Assesment System)
9
Kod Deskripsi
e
D0 Gigi sehat
D1 Perubahan awal pada tampilan email. Saat kondisi basah, tidak terlihat
perubahan warna yang berasal dari aktivitas karies, namun setelah dikeringkan
dengan udara selama 5 detik, email terlihat opak.
D2 Terdapat perubahan yang jelas pada email walau saat kondisi basah, yaitu
terlihat opak atau terdapat diskolorasi yang tidak konsisten dengan tampilan
klinis email normal.
D3 Kerusakan awal email karena karies dan tidak melibatkan dentin.
D4 Karies email, namun terdapat bayangan gelap dibawahnya yang berasal dari
dentin.
D5 Terdapat kavitas yang terlihat jelas dan ekstensif dan dentin terekspos. Tampak
dengan jelas ada struktur gigi yang hilang. Kavitas bisa dalam atau lebar.
Dinding dan dasar dentin terlihat jelas.
D6 Kavitas yang dalam, dentin terekspos dan terdapat keterlibatan pulpa
5. Jelaskan etiologi terjadinya lesi putih pada email gigi 23, 33, 34, 35, 36, 24,
25.
Lesi putih pada email gigi 23,33,34,35,36,24,25 merupakan lesi karies dini
pada email yaitu berupa bercak putih buram yang disebabkan oleh proses
demineralisasi awal. Proses demineralisasi gigi merupakan proses larutnya
mineral dari hidroksiapatit. Proses ini disebabkan oleh banyak faktor yaitu
mikroorganisme, substrat (karbohidrat), permukaan gigi yang rentan, dan waktu.
Faktor-faktor tersebut harus bergabung agar terjadi proses demineralisasi dan bila
tidak ditangani akan berlanjut menjadi karies gigi. Selain faktor-faktor tersebut
terdapat juga faktor dari orang itu sendiri seperti sifat-sifat saliva yang
dikeluarkannya. Proses diawali dari karbohidrat yang difermentasi oleh bakteri
10
plak (S. mutans, Lactobacillus sp.) dan menghasilkan asam. Asam yang
dihasilkan bakteri tersebut akan mengakibatkan pH mulut menjadi turun. pH
dinyatakan kritis apabila mencapai 5,5 untuk ikatan hidroksiapatit sedangkan
untuk ikatan fluoroapatit memiliki pH kritis 4,5. Apabila penurunan pH mulut
terjadi secara terus menerus maka akan menyebabkan mineral (terutama kalsium
dan fosfat) larut dari hidroksiapatit pada email dan disebut sebagai proses
demineralisasi.
6. Bagaimana cara membedakan lesi putih karies dengan lesi putih non karies.
a. Gigi yang akan dicek dikeringkan terlebih dahulu
b. Cek lesi putih:
i. Lesi putih karies
Warnanya opaque
Permukaannya kasar/ berporus
ii. Lesi putih non karies
Permukaannya licin
Permukannya tidak berporus
Permukaannya halus
White Spot Lesion
- Memiliki resiko karies
- Terletak pada tempat-tempat terjadinya akumulasi plak
- Tidak mengkilat
- Permukaannya kasar
DISKUSI 2
1. Jelaskan proses terbentuknya karies
11
Proses terbentuknya karies merupakan proses demineralisasi gigi, yaitu
larutnya mineral dari hidroksiapatit. Proses ini disebabkan oleh banyak faktor
yaitu mikroorganisme, substrat (karbohidrat), permukaan gigi yang rentan, dan
waktu. Faktor-faktor tersebut harus bergabung agar terjadi proses demineralisasi
dan bila tidak ditangani akan berlanjut menjadi karies gigi. Proses diawali dari
karbohidrat yang difermentasi oleh bakteri plak (S. mutans, Lactobacillus sp.)
dan menghasilkan asam. Asam yang dihasilkan bakteri tersebut akan
mengakibatkan pH mulut menjadi turun. pH dinyatakan kritis apabila mencapai
5,5 untuk ikatan hidroksiapatit sedangkan untuk ikatan fluoroapatit memiliki pH
kritis 4,5. Apabila penurunan pH mulut terjadi secara terus menerus maka akan
menyebabkan mineral (terutama kalsium dan fosfat) larut dari hidroksiapatit pada
email dan disebut sebagai proses demineralisasi. Jika proses demineralisasi ini
tidak mampu diimbangi dengan remineralisasi gigi maka lama-kelamaan akn
terbentuk karies gigi.
12
dibutuhkan pengambilan jaringan sehat yang cukup luas. Selain itu, dibutuhkan
juga untuk membentuk dove tail dan dinding yang convergent untuk
meningkatkan rentensi pada tumpatan amalgam.
a. Kelebihan Amalgam
Menurut Anusavice (2004) kelebihan amalgam adalah sebagai berikut :
i. Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal
yang paling kuat dibandingkan dengan bahan tambal lain
dalam melawan tekanan kunyah, sehingga amalgam dapat
bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam
mulut.
ii. Ketahanan terhadap keausan tinggi, tidak seperti bahan lain
yang pada umumnya lama kelamaan mengalami aus karena
faktor-faktor dalam mulut yang saling berinteraksi seperti
gaya kunyah dan cairan mulut.
iii. Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan
mudah dan tidak terlalu sulit dibandingkan dengan resin
komposit.
iv. Biaya relatif lebih rendah
b. Kekurangan Amalgam
Menurut Anusavice (2004) kekurangan amalgam adalah sebagai berikut :
i. Secara estetik kurang baik karena warnanya yang kontras
dengan warna gigi, sehingga tidak dapat diindikasikan
untuk gigi depan atau dimana pertimbangan estetis sangat
diutamakan.
ii. Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus dimana tepi-
tepi tambalan yang berbatasan langsung dengan gigi dapat
menyebabkan perubahan warna pada gigi sehingga tampak
kehitaman.
13
iii. Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata
alergi dengan logam yang terkandung dalam bahan tambal
amalgam
c. Indikasi Amalgam
Untuk gigi posterior
Karies pit dan fisur gigi posterior, karies proksimal gigi
posterior, karies permukaan halus (sisi bukal atau lingual)
Pasien dengan insidensi karies tinggi
d. Kontra indikasi Amalgam
Gigi yang memerlukan estetika baik (terutama gigi
anterior)
Mengutamakan estetik untuk gigi posterior
Restorasi kecil sampai sedang yang tidak dapat dilakukan
isolasi dengan baik
Restorasi kelas 6 yang kecil
e. Prinsip preparasi Amalgam
Tahap I preparasi kavitas adalah memperoleh jalan masuk ke lesi
karies di dentin. Bila karies mengenai permukaan bukal gigi karena
sudah tidak terhalang email maka pencapaian ini mudah dilakukan, bila
karies mengenai email di proksimal maka akses langsung akan
terhambat oleh gigi tetangga. Oleh karena itu, hanya dilakukan
pengeboran email sehat di bagian dalam ridge tepi (marginal ridge)
i. Outline form
Outline form adalah bentuk dan batas dari suatu
preparasi, meliputi daerah yang terkena karies dan daerah
yang rentan terhadap karies. Yang harus diperhatikan
dalam membentuk outline form :
a. Convenience form
Preparasi harus dilakukan sedemikian rupa
14
sehingga memudahkan operator dalam
menggunakan peralatan dan menempatkan bahan
tumpatan ke dalam kavitas.
b. Extention for prevention
Perluasan untuk pencegahan, bahwa pit dan
fisure yang dalam perlu diikutsertakan dalam
preparasi (meskipun belum terkena karies) untuk
mecegah terjadinya karies sekunder. Ada 4 alasan
perluasan kavitas dengan menghilangkan pit dan
fissure yang dalam :
- Penetrasi bakteri mungkin sudah terjadi
di daerah pertautan email-dentin tapi
tidak terdeteksi
- Sulit sekali membuat tepi kavitas yang
baik pada fissure yang dalam
- Fissure yang dalam mempunyai resiko
tinggi terserang karies lebih lanjut
- Lebih mudah melebarkan kavitas
dengan sedikit membuang fissure
ii. Retention form
Suatu bentukan kavitas sedemikian rupa sehingga
bahan restorasi tidak mudah lepas.
iii. Resistance form
Preparasi dengan tidak terlalu banyak membuang
jaringan gigi yang sehat sehingga sisa jaringan gigi dan
restorasi cukup tahan terhadap beban kunyah.
16
berikatan dengan gigi melalui ikatan kimiawi. Kekuatan dari resotasi GIC lebih
rendah dibandingkan dengan resin komposit dan amalgam. Sifat
biokompatibilitas GIC terhadap jaringan sangat baik ( tidak menimbulkan reaksi
merugikan terhadap tubuh ). Bahan tambal ini sangat populer karena sifatnya
dapat melepas fluor yang sangat berperan sebagai anti karies. Dengan adannya
bahan tambal GIC, resiko kemungkinan untuk terjadinya karies sekunder
dibawah tambalan jauh lebih kecil di bandingkan menggunakan bahan tambal
lain. GIC melekat dengan baik ke struktur gigi karena mekanisme perlekatanya
adalah secara kimiawi yaitu dengan pertukaran ion antara tumpatan dan gigi.
Oleh karena itu, gigi tidak perlu di preparasi terlalu banyak seperti halnya bila
menggunakan bahan tambal lain. Pada tumpatan ini tidak bisa digunakan untuk
bagian gigi yang menerima tekanan oklusi yang besar terutama pada karies kelas
2 dan 4. Preparasi yang dilakukan adalah minimal invasive sesuai dengan besar
dan kedalamnya karies yang terjadi.
a. Kelebihan GIC
Melepaskan fluor sehingga baik untuk pasien dengan resiko
karies tinggi, flow saliva yang rendah, dan mencegah karies
sekunder
Bersifat biocompatible yang sangat baik yaitu tidak
menimbulkan iritasi dan inflamasi terhadap jaringan.
Melekat dengan baik ke struktur gigi karena mekanisme
perlekatannya secara kimia yaitu dengan pertukaran ion
antara tumpatan dan gigi. Oleh karena itu juga, gigi tidak
perlu dipreparasi terlalu banyak.
Memilliki marginal seal yang baik, yaitu koefisien muai
dari GIC hampir sama dengan gigi sehingga menurunkan
kebocoran tepi.
Bersifat self adhesive karena tidak perlu etsa dan bonding
agent.
17
b. Kekurangan GIC
Dalam hal estetik warna tambalan lebih opaque sehingga
kurang baik untu menumpat karies kelas IV, Karena dapat
dibedakan secara jelas antara tambalan dengan permukaan
gigi asli.
Berporus dan sulit dipoles.
Tidak dapat digunakan sebagai bahan tumpatan untuk
restorasi kelas I karena bersifat rapuh dan tidak kuat untuk
menahan oklusal.
Kekuatan lebih rendah bila dibandingkan bahan tambalan
lain sehingga tidak disarankan pada gigi yang menerima
beban kunyah besar seperti gigi molar.
Tambalan GIC lebih aus dibandingkan tambalan lain.
c. Indikasi GIC
Restorasi pada lesi erosi/abrasi tanpa preparasi kavitas
Penumpatan pit dan fisura oklusal
Restorasi gigi sulung
Restorasi lesi karies kl. V
Restorasi lesi karies kl. III lebih diutamakan yang
pembukaannya arah lingual
Reparasi kerusakan tepi restorasi mahkota (Craig, 2004).
d. Kontra indikasi GIC
Kavitas-kavitas yang ketebalannya kurang
Kavitas-kavitas yang terletak pada daerah yang menerima
tekanan tinggi
Lesi karies kelas IV atau fraktur insisal
Lesi yang melibatkan area luas pada email labial yang
mengutamakan faktor estetika (Craig, 2004).
e. Prinsip preparasi GIC
i. Isolasi gigi
18
Mengisolasi dapat menggunakan rubber dam atau
cotton roll untuk menghindari kontaminasi dari saliva.
ii. Preparasi kavitas
Membuka kavitas dengan round bur dan membersihkan
jaringan karies dengan ekskavator. Ekskavasi karies sampai
dengan infected dentin dan meninggal affected dentin.
iii. Bersihkan karies dengan pumis air
iv. Oleskan dentin conditioner selamat 10 detik, kemudian
bilas dan dikeringkan dengan menggunakan cotton pellet
sehingga permukaan dentin lembab. Dentin conditioner
digunakan untuk menghilangkan smear layer untuk
meningkatkan perlekatan
19
pengaplikasian etsa dan bonding. Fungsi dari etsa adalah untuk membuat
mikroporusitas pada jaringan gigi. Pengaplikaisan etsa dilakukan selama 15 detik.
Kemudian bilas dengan air hingga bersih lalu di keringkan. Kemudian
dilanjutkan dengan pengaplikasian bahan bonding. Bahan bonding ini berfungsi
dalam melekatkan komposit (hidrofobik) pada jaringan gigi (hidrofilik).
Pengaplikaisan bonding dilakukan selama 20 detik kemudian di light cure.
a. Kelebihan Resin Komposit
Shrinkage polimerisasi yang rendah.
Penyerapan air yang rendah
Koefisian pemuaian panas yang sama dengan struktur gigi.
Ketahanan terhadap fraktur yang tinggi
Radiopak yang tinggi
Berikatan dengan baik terhadap enamel atau dentin
Sewarna dengan gigi
Manipulasi yang mudah
Finishing dan polishing yang mudah.
b. Kekurangan Resin Komposit
Mengalami penyusutan
Kurang kuat dibanding amalgam
c. Indikasi Resin Komposit
Lesi interproksimal (klas III) pada gigi anterior
Lesi pada permukaan fasial gigi anterior (klas V)
Lesi pada permukaan fasial gigi premolar
Hilangnya sudut insisal gigi
Fraktur gigi anterior
Membentuk kembali gigi untuk mendukung restorasi tuang
Lesi oklusal dan interproksimal gigi posterior (klas I dan
klas II dengan keterbatasan)
d. Kontra indikasi Resin Komposit
Lesi distal dari premolar
20
Tambalan rutin untuk posterior
Pasien dengan insidens karies tinggi serta kebersihan mulut
tidak terjaga
Lesi distal kaninus
e. Prinsip preparasi resin komposit
Jika prosedur komposit hanya membutuhkan sedikit preparasi
atau bahkan tidak melakukan preparasi pada gigi sama sekali, maka
diperlukan pembersihan area operasi dengan
menggunakan slurry pumice untuk menghilangkan plak, pelikel, dan
pewarnaan superfisial. Menghilangkan kalkulus dengan beberapa
instrumen juga diperlukan. Tahapan-tahapan tersebut akan
menciptakan area yang baik untuk dilakukan bonding. Prophy
paste terdiri dari flavoring agents, gliserin, atau fluoride yang berperan
melawan kontaminan dan sebaiknya diberikan untuk mencegah
kemungkinan timbulnya masalah saat prosedur etsa asam.
21
Selama tahap awal tersebut terjadi, SIK berikatan dengan struktur gigi.
Secara fisik SIK terlihat berkilau. Penempatan pada struktur gigi harus dilakukan
pada fase ini karena matriks poliasam bebas yang dibutuhkan untuk perlekatan ke
gigi tersedia dalam jumlah yang maksimum. Pada tahap akhir dari fase pelepasan
ion ini, yang ditandai dengan hilangnya tampilan berkilau SIK, matriks poliasam
bebas bereaksi dengan kaca sehingga kurang mampu berikatan dengan struktur
gigi atau struktur lainnya .
Fase kedua dari reaksi pengerasan SIK adalah fase hidrogel. Fase hidrogel
terjadi 5 sampai 10 menit setelah pencampuran dilakukan. Selama fase ini, ion-
ion kalsium yang dilepas dari permukaan kaca akan bereaksi dengan rantai
poliasam polianionik yang bermuatan negatif untuk membentuk ikatan silang
ionik. Pada fase hidrogel ini mobilitas rantai polimer berkurang sehingga
menyebabkan terbentuknya gelasi awal matriks ionomer. Selama fase hidrogel
berlangsung,permukaan SIK harus dilindungi dari lingkungan yang lembab dan
kering karena ion kalsium yang bereaksi dengan rantai poliasam polianionik
mudah larut dalam air. Jika SIK tidak dilindungi, maka ikatan silang ionik yang
mudah larut tersebut akan melemahkan SIK secara keseluruhan dan terjadi
penurunan derajat translusensi sehingga turut mempengaruhi estetika .
Pada fase hidrogel ini, SIK memiliki bentuk yang keras dan opak. Opaksitas
tersebut disebabkan adanya perbedaan yang besar pada indeks refraksi antara
filler kaca dan matriks. Opaksitas SIK ini sifatnya sementara dan akan
menghilang selama reaksi pengerasan akhir terjadi.
Fase terakhir adalah gel poligaram, yang terjadi ketika SIK mencapai
pengerasan akhir, dapat berlanjut selama beberapa bulan. Matriks yang terbentuk
akan menjadi mature ketika ion-ion aluminium, yang pelepasannya dari
permukaan kaca lebih lambat, terikat ke dalam campuran semen membantu
membentuk hidrogel poligaram yang menyebabkan semen menjadi lebih kaku .
Fase gel poligaram ini menyebabkan SIK terlihat lebih menyerupai gigi,
disebabkan indeks refraksi gel silika yang mengelilingi filler kaca hampir sama
22
dengan matriks. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya penyebaran cahaya dan
opaksitas. Jika SIK masih terlihat opak, maka hal tersebut mengindikasikan
bahwa gel poligaram tidak terbentuk disebabkan karena adanya kontaminasi air.
SIK yang telah mengeras secara sempurna terdiri atas tiga komponen, yaitu kaca
pengisi, gel silika, dan matriks poliasam .
Close sandwich
Dentin ditutupi oleh GIC, yang sepenuhnya ditutupi oleh komposit. Teknik
ini digunakan pada saat enamel masih ada tersisa pada gingival margin.
23
Kavitas dibersihkan dan dikeringkan kemudian dioleskan dentin
kondisioner pada permukaan kavitas agar ikatan GIC ke gigi dapat
diperkuat yang mengandung asam poliakrilik.
c. Pemberian Semen
Kavitas dibersihkan dan dikeringkan, aplikasikan tumpatan GIC
kedalam kavitas dan menutupi tepi cavosurface.
d. Preparasi Semen Tepi Email
Setelah mengeras, tumpatan yang berlebihan dibuang dari tepi-tepi
dan ke dinding dentin
e. Pemberian Resin Bonding
Bonding diaplikasikan ke basis semen dan dinding kavitas.
Pastikan pengaplikasiannya dengan lapisan tipis. Setelah itu dilakukan
light cured
f. Pemberian Resin Komposit
Aplikasikan tumpatan resin dan dikontur ke posisinya. Tumpatan
dibersihkan dari yang berlebihan dan dengan adaptasi yang tepat dapat
menggunakan matriks serta dilakukan light cure.
g. Penyelesaian
Setelah disinari restorasi tersebut diselesaikan dengan bur diamond
rata atau bur karbid. Dilakukan pemolesan dengan menggunakan “cup
polishing”karet abrasif dan bubuk aluminium oxida yang halus.
24
Fluoride yang dilepaskan oleh GIC ini mampu menggantikan ion hidroksil
yang berada pada ikatan hidroksiapatit dan menggantikannya menjadi ikatan
fluoroapatit yang lebih stabil dan lebih resisten terhadap karies. Oleh karena itu,
bagian gigi yang berada di sekitar tumpatan GIC akan lebih resisten terhadap
karies dan mengurangi kemungkinan untuk terjadinya karies sekunder. Selain itu
juga dapat menghindari terjadinya kebocoran tepi dari tumpatan serta
menghindari kegagalan restorasi. Daerah affected dentine dan email yang berada
di sekitar tumpatan pun juga dapat terremineralisasi dengan adanya fluoride yang
dilepaskan oleh tumpatan GIC ini.1–3
25
7. Jelaskan sifat-sifat fisik GIC
Biokompatibilitas
Respon pulpa terhadap GIC baik di bandingkan dengan respon
pulpa terhadap zinc oxide dan zinc polikarboksilat. Jaringan
periodontal memiliki respon yang baik terhadap GIC, selain itu GIC
dapat mengurangi biofilm subgingiva di bandingkan dengan restorasi
resin komposit.
Linear-Elastic Mechanical Properties
Karakteristik parameter mekanik dasar pada material dental
restoratif diantaranya adalah modulus elastisitas, kekuatan fraktur,
fracture toughness, dan kekerasan permukaan. Produk komersial GIC
memiliki modulus elastisitas sebesar 2-10 Mpa. Kontaminasi
kelembaban yang berlebihan pada sesaat setelah pencampuran semen
menyebabkan menurunnya modulus elastisitas dan kekuatan fraktur.
GIC memiliki kekuatan kompresif berkisar diantara 60-300 Mpa dan
kekuatan fleksuralnya hingga 50 Mpa. GIC memiliki resistensi
terhadap cairan-cairan yang ber pH asam.
Fluoride release
GIC memiliki sifat fluoride release, sehingga mampu mengganti
ikatan hidroksiapatit pada gigi menjadi ikatan fluoroapatit yang lebih
stabil dan lebih resisten terhadap karies sehingga mencegah terjadinya
karies sekunder di bawah tumpatan.
Performa klinis
Kegagalan yang sering terjadi pada restorasi GIC Fatigue
fractures. Kerusakan restorasi seperti fraktur marginal atau cups sering
ditemukan.
Wear and Fatique
Sifat mekanik jangka panjang GIC dipengaruhi oleh kekuatan
26
mastikasi. Kekuatan mastikasi akan berdampak pada permukaan
restorasi.
Thermal
Ekspansi dan kontraksi saat mengonsumsi makanan panas dan
dingin akan mempengaruhi marginal seal pada bahan restoratif.
Adhesi
Perlekatan kimia GIC terhadap jaringan keras gigi melalui
kombinasi asam polikarboksilat dengan hidroksiapatit. Kekuatan ikatan
GIC dengan email lebih besar daripada dentin. Namun, dengan
pemberian conditioner seperti polikarboksilat, asam sitrat atau fosfat
dapat meningkatkan ikatan antara GIC dan jaringan keras gigi.
Conditioner berperan sebagai bahan yang menghilangkan smear layer
dari tubuli dentin. GIC juga memiliki beberapa keterbatasan, seperti
kekuatan meaknis dan kekerasan yang rendah.
BAB III
SIMPULAN
Diskusi 1
Posisi yang ideal operator untuk semua kasus yaitu dengan posisi arah jarum jam
11 atau 12. Posisi arah jam 11 atau 12 bukanlah menjadi patokan seorang dokter gigi
dalam melakukan tindakan perawatan, semua tergantung dari dokternya sendiri yang
27
menentukan posisi kerja yang menurut mereka nyaman. Untuk menegakkan suatu
diagnosis dokter pertama kali melakukan pemeriksaan subjektif berupa anamnesis dan
kemudian melakukan pemeriksaan objektif berupa pemeriksaan klinis yang meliputi
pemeriksaan ekstraoral dan intraoral. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis
pada pasien, diagnosis gigi23, 33, 34, 35, 36, 24, 25 adalah pulpa normal dengan
white spot lession. Menurut ICDAS (International Caries Detection and Asessment
System), gigi 23, 33, 34, 35, 36, 24, 25 termasuk dalam klasifikasi D2 yaitu terlihat
adanya lesi putih pada permukaan gigi dalam keadaan basah. Lesi putih yang
terbentuk pada gigi merupakan proses demineralisasi awal yang dipengaruhi oleh
frekuensi makanan berkarbohidrat dan plak yang menimbulkan adanya bakteri pada
gigi. Lesi putih karies memiliki warna opaque dan permukaannya kasar/berporus
berbeda dengan lesi putih non karies yang permukaannya cenderung lebih licin dan
tidak berporus.
Diskusi 2
Dari hasil diskusi diatas dapat kami simpulkan bahwa proses terjadinya karies
melibatkan 4 faktor utama yaitu substrat, microorganisme, waktu, dan host. Kami
juga telah mampu mejelaskan tentang perbedaan dari preparasi penumpatan amalgam,
GIC, dan komposit. Menjelaskan reaksi setting dari GIC dan tentang restorasi closed
dan open sandwich. Menjelaskan tentang pelepasan fluoride pada GIC, serta
menjelaskan tentang sifat biokompabilitas dari GIC, maupun sifat fisik dari GIC.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Heymann HO, Jr EJS, Ritter AV. Sturdevant’s Art and Science of Operative
13. Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca Dengan Resin Komposit. :6.
14. Medeiros A, Cardoso R, De Sousa Leitão A, Cordeiro J, Neto L, Lúcio T, et al.
30