Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK


REQUIREMENT: RESTORASI

Dosen Pembimbing:
drg. Riski Amalia Hidayah, M.PH

Nama Mahasiswa/ NIM:


Hani Nirmasari/ G4B020028

Angkatan Koas: 16

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI
PURWOKERTO
2021
Borang Penilaian Diskusi Kasus Restorasi

TANGGAL ASPEK PENILAIAN DISKUSI CAPAIAN *) KETERANGAN PEDOMAN PENILAIAN


1. Asesmen pasien awal *) : 1 = SANGAT KURANG --------------5= SANGAT BAIK
- Menjelaskan pemeriksaan subyektif 1/2/3/4/5 < 66 : Belum kompeten
- Menjelaskan pemeriksaan obyektif 66 :Kompetendalamdiskusi/ketrampilan> 4x,
2. Diagnosis hasil cukup
70 : Kompetendalamdiskusi/simulasikasusstlh>2x
1/2/3/4/5
memperbaiki, hasil cukup
73 : Kompeten dalamdiskusi/simulasikasus
3. Rencana Perawatan stlh> 2xmemperbaiki, hasil baik
Indikasi dan kontraindikasi, prinsip preparasi. Jenis 78 : Kompetendalamproses diskusi/simulasikasus stlh 1-
bahan, Alasan penggunaan bahan, Sifat bahan, 2xmemperbaiki
1/2/3/4/5
≥80 : Langsungkompetendalamproses diskusi/simulasi
kasus

4. Prosedur perawatan DPJP DISKUSI : NILAI DISKUSI


- Tahap Persiapan drg. Riski Amalia Hidayah, M.PH
- Tahap pembersihan kavitas Tanda Tangan :
- Tahap isolasi 1/2/3/4/5
- Tahap aplikasi tumpatan dan evaluasi tumpatan
- Tahap instruksi dan evaluasi
I. SKENARIO KASUS
Skenario 1
Seorang anak perempuan berusia 8 tahun diantar ibunya ke RSGM untuk memeriksakan gigi
depannya yang kehitaman. Pasien mengeluh malu dengan kondisi gigi anaknya yang terlihat
kehitaman. Pasien menyangkal adanya rasa nyeri pada gigi tersebut. Pasien sudah pernah ke
RSGM sebelumnya untuk dilakukan pencabutan gigi depan bawah yang goyah. Hasil
pemeriksaan intra oral terlihat area kehitaman pada permukaan servikolabial gigi 73, kedalaman
dentin, sondasi (-) nyeri, perkusi (-), palpasi (-), mobilitas (-), tes vitalitas dengan CE (+).
Skenario 2
Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun diantar ibunya ke RSGM untuk memeriksakan gigi
depannya yang kehitaman. Ibu pasien mengeluh malu dengan kondisi gigi anaknya yang terlihat
kehitaman. Pasien menyangkal adanya rasa nyeri pada gigi tersebut. Pasien sudah pernah ke
RSGM sebelumnya untuk dilakukan pencabutan gigi depan bawah yang goyah. Hasil
pemeriksaan intra oral terlihat kavitas di permukaan distal gigi 63 hingga ke labial, kedalaman
dentin, sondasi (-) nyeri, perkusi (-), palpasi (-), mobilitas (-), tes vitalitas dengan CE (+).
Skenario 3
Seorang anak perempuan berusia 4 tahun, bersama ibunya diantar ke RSGM dengan keluhan gigi
kanan bawah berlubang sehingga sering terselip makanan. Pemeriksaan intraoral menunjukkan
pada permukaan proksimal gigi 84, 85 terdapat karies dengan kedalaman dentin, sondasi (-) nyeri,
perkusi (-), palpasi (-), mobilitas (-), tes vitalitas dengan CE (+). Sementara, pada gigi 55 terlihat
kehitaman pada permukaan oklusal dengan kedalaman dentin, sondasi (-) nyeri, perkusi (-),
palpasi (-), mobilitas (-), tes vitalitas dengan CE (+). Oral hygiene buruk dan pola diet menyukai
makanan manis dan lunak.
II. ANALISIS KASUS SKENARIO 1
A. Identitas Pasien
Usia : 8 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
B. Pemeriksaan Subjektif
1. Chief Complaint : Ibu pasien mengeluh malu dengan kondisi gigi anaknya yang
terlihat kehitaman
2. Present Illness : Pasien menyangkal adanya rasa nyeri pada gigi tersebut
3. Post Medical History : Tidak disebutkan dalam kasus
4. Post Dental History : Pasien sudah pernah ke RSGM sebelumnya untuk dilakukan
pencabutan gigi depan bawah yang goyah
5. Family History : Tidak disebutkan dalam kasus
6. Social History : Tidak disebutkan dalam kasus
C. Pemeriksaan Objektif
1. Pemeriksaan Ekstraoral:
Tidak disebutkan dalam kasus
2. Pemeriksaan Intraoral:
Inspeksi : Terlihat area kehitaman pada permukaan servikolabial gigi 73 dengan
kedalaman dentin
Perkusi : Perkusi (-)
Palpasi : Palpasi (-)
Sondasi : Sondasi (-) nyeri
Mobilitas : Mobilitas (-)
Vitalitas : tes vitalitas dengan CE (+)
D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak disebutkan dalam kasus
E. Diagnosis
Pulpitis reversible (K04.01) pada gigi 73 Karies Media, Kelas V (G.V.Black), site 2 size 2
(G.J. Mount), D5 (ICDAS)
F. Rencana Perawatan
1. DHE dan Pemeriksaan subjektif dan objektif
2. Restorasi GIC kelas V pada gigi 73
3. Kontrol
G. Penatalaksanaan
1. Lakukan anamnesa pada orang tua atau wali pasien, kemudian lakukan pemeriksaan
objektif pada pasien.
2. Menjelaskan dan memberikan inform consent pada orang tua atau wali pasien tentang
prosedur yang akan dilakukan secara singkat, jelas, dan menggunakan bahasa pasien.
3. Menyiapkan alat dan bahan. Alat dan bahan yang akan digunakan, tidak boleh diletakkan
dekat pasien.
4. Menggunakan APD untuk operator dan untuk pasien.
5. Posisikan pasien pada dental chair dengan posisi semi-supine.
6. Posisi operator berada di sebelah kanan depan pasien.
7. Lakukan tell show do pada pasien anak.
8. Prosedur Tindakan:
a. Anestesi lokal dan isolasi rubber-dam harus digunakan jika diperlukan
b. Outline Form harus mengikuti luasnya lesi karies. Tidak perlu ekstensi untuk
pencegahan.
c. Buang semua karies lunak menggunakan round bur low speed atau dengan instrumen
tangan. Perhatikan ruang pulpa yang besar karena pulpa gigi sulung mudah terekspos
d. Preparasi dilakukan menggunakan round diamond bur untuk membentuk ginjal.
Setelah mencapai dentin dilanjutkan dengan pemakaian fissure diamond bur yang
berujung datar, sehingga sekaligus dapat menghaluskan dasar kavitas. Dasar kavitas
dapat pula dihaluskan menggunakan inverted diamond bur
e. Ulas daerah preparasi dengan dentin conditioner asam poliakrilat 10% selama 10
detik, lalu cuci dan keringkan
f. Aplikasi GIC. Manipulasi Dilakukan pada glass plat yang dilapisi paperpad
menggunakan agaat spatel, Perbandingan bubuk dengan cairan = 3: 1 (sesuai aturan
pabrik), waktu meneteskan cairan posisi botol vertical, agar udara ke luar, kemudian
dicampur dan diaduk dengan cepat, posisi melipat, selesai dalam waktu 30-40 detik.
Konsistensi Adonan Terlihat kental dan berkilat di permukaan/seperti permen karet,
asam poliakrilat masih basah dan dapat melekat ke struktur gigi.
g. Memasukkan glass ionomer cements, yang telah dicampur aplikasikan dengan
menggunakan ball aplikator, waktu setting selama 1,5–2 menit.
h. Aplikasi varnish
i. Cek oklusi
j. Poles setelah 24 jam. (Cameron dan Widmer, 2013).
9. Komunikasi, edukasi, dan instruksi kepada wali pasien yaitu sebagai berikut.
a. Sebaiknya tidak minum atau berkumur selama 3 jam setelah restorasi
b. Mungkin perlu dilakukan pemolesan permukaan gigi setelah 24 jam
c. Menyikat gigi rutin 2 kali sehari, pagi setelah makan dan malam sebelum tidur.
d. Tidak menggunakan sikat gigi yang keras yang menyebabkan kerusakan restorasi
terutama pada bagian samping gigi
e. Hindari mengkonsumsi makanan/ minuman yang lengket seperti permen karet atau
makanan yang keras.
III. ANALISIS KASUS SKENARIO 2
A. Identitas Pasien
Usia : 8 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
B. Pemeriksaan Subjektif
1. Chief Complaint : Ibu pasien mengeluh malu dengan kondisi gigi anaknya yang
terlihat kehitaman
2. Present Illness : Pasien menyangkal adanya rasa nyeri pada gigi tersebut
3. Post Medical History : Tidak disebutkan dalam kasus
4. Post Dental History : Pasien sudah pernah ke RSGM sebelumnya untuk dilakukan
pencabutan gigi depan bawah yang goyah
5. Family History : Tidak disebutkan dalam kasus
6. Social History : Tidak disebutkan dalam kasus
C. Pemeriksaan Objektif
3. Pemeriksaan Ekstraoral:
Tidak disebutkan dalam kasus
4. Pemeriksaan Intraoral:
Inspeksi : Terlihat kavitas di permukaan distal gigi 63 hingga ke labial dengan
kedalaman dentin
Perkusi : Perkusi (-)
Palpasi : Palpasi (-)
Sondasi : Sondasi (-) nyeri
Mobilitas : Mobilitas (-)
Vitalitas : tes vitalitas dengan CE (+)
D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak disebutkan dalam kasus
E. Diagnosis
Pulpitis Reversibel (K04.01) pada gigi 63 Karies Media, Kelas III (G.V.Black), site 2 size 2
(G.J. Mount), D5 (ICDAS)
F. Rencana Perawatan
1. DHE dan Pemeriksaan subjektif dan objektif
2. Restorasi GIC kelas III pada gigi 63
3. Kontrol
G. Penatalaksanaan
1. Lakukan anamnesa pada orang tua atau wali pasien, kemudian lakukan pemeriksaan
objektif pada pasien.
2. Menjelaskan dan memberikan inform consent pada orang tua atau wali pasien tentang
prosedur yang akan dilakukan secara singkat, jelas, dan menggunakan bahasa pasien.
3. Menyiapkan alat dan bahan. Alat dan bahan yang akan digunakan, tidak boleh diletakkan
dekat pasien.
4. Menggunakan APD untuk operator dan untuk pasien.
5. Posisikan pasien pada dental chair dengan posisi semi-supine.
6. Posisi operator berada di sebelah kanan depan pasien.
7. Lakukan tell show do pada pasien anak.
8. Prosedur tindakan:
a. Anestesi lokal dan isolasi rubber-dam harus digunakan jika diperlukan
b. Outline Form harus mengikuti luasnya lesi karies. Tidak perlu ekstensi untuk
pencegahan.
c. Buang semua karies lunak menggunakan round bur low speed atau dengan instrumen
tangan. Perhatikan ruang pulpa yang besar karena pulpa gigi sulung mudah terekspos
d. Preparasi dimulai dari permukaan palato proksimal dengan round bur no. 1 dengan
arah bur tegak lurus bidang labial gigi (tidak menembus labial gigi). Seluruh
permukaan kavitas dihaluskan dengan fine finishing diamond bur sehingga diperoleh
hasil preparasi yang halus
e. Menggunakan celluloid strip yang terbuat dari lembar selulose asetat sederhana atau
salah satu bahan plastik yang sesuai. Strip ditempatkan di permukaan aproksimal dan
wedge yang kecil dipasang pada tepi gingival untuk menahan matriks terhadap
permukaan gigi.
f. Ulas daerah preparasi dengan dentin conditioner asam poliakrilat 10% selama 10 detik,
lalu cuci dan keringkan
g. Aplikasi GIC. Manipulasi Dilakukan pada glass plat yang dilapisi paperpad
menggunakan agaat spatel, Perbandingan bubuk dengan cairan = 3: 1 (sesuai aturan
pabrik), waktu meneteskan cairan posisi botol vertical, agar udara ke luar, kemudian
dicampur dan diaduk dengan cepat, posisi melipat, selesai dalam waktu 30-40 detik.
Konsistensi Adonan Terlihat kental dan berkilat di permukaan/seperti permen karet,
asam poliakrilat masih basah dan dapat melekat ke struktur gigi.
h. Memasukkan glass ionomer cements, yang telah dicampur aplikasikan dengan
menggunakan ball aplikator, waktu setting selama 1,5–2 menit.
i. Lepaskan strip bersihkan sisa–sisa glass ionomer cements
j. Aplikasi varnish
k. Cek oklusi
l. Poles setelah 24 jam. (Cameron dan Widmer, 2013).
9. Komunikasi, edukasi, dan instruksi kepada wali pasien yaitu sebagai berikut.
a. Sebaiknya tidak minum atau berkumur selama 3 jam setelah restorasi
b. Mungkin perlu dilakukan pemolesan permukaan gigi setelah 24 jam
c. Menyikat gigi rutin 2 kali sehari, pagi setelah makan dan malam sebelum tidur.
d. Tidak menggunakan sikat gigi yang keras yang menyebabkan kerusakan restorasi
terutama pada bagian samping gigi
e. Hindari mengkonsumsi makanan/ minuman yang lengket seperti permen karet atau
makanan yang keras.
IV. ANALISIS KASUS SKENARIO 3
A. Identitas Pasien
Usia : 4 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
B. Pemeriksaan Subjektif
1. Chief Complaint : Pasien mengeluhkan gigi kanan bawah berlubang sehingga
sering terselip makanan
2. Present Illness : Tidak disebutkan dalam kasus
3. Post Medical History : Tidak disebutkan dalam kasus
4. Post Dental History : Tidak disebutkan dalam kasus
5. Family History : Tidak disebutkan dalam kasus
6. Social History : Oral hygiene buruk dan pola diet menyukai makanan manis
dan lunak
C. Pemeriksaan Objektif
1. Pemeriksaan Ekstraoral:
Tidak disebutkan dalam kasus
2. Pemeriksaan Intraoral:
a. Pada permukaan proksimal gigi 84 dan 85 terdapat karies dengan kedalaman dentin,
sondasi (-) nyeri, perkusi (-), palpasi (-), mobilitas (-), tes vitalitas dengan CE (+)
b. Pada permukaan oklusal gigi 55 terlihat kehitaman dengan kedalaman dentin, sondasi
(-) nyeri, perkusi (-), palpasi (-), mobilitas (-), tes vitalitas dengan CE (+)
D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak disebutkan dalam kasus
E. Diagnosis
1. Pulpiti Reversible (K04.01) pada gigi 84 dan 85 kavitas kelas II (G.V.Black), Kedalaman
Media, Site 1 Size 2 (G.J. Mount), D5 (ICDAS).
2. Pulpitis Reversibel (K04.01) pada gigi 55 kavitas Kelas I (G.V.Black), Kedalaman
Profunda, Site 1 Size 3 (G.J. Mount), D5 (ICDAS).
F. Rencana Perawatan
1. DHE dan Pemeriksaan subjektif dan objektif
2. Restorasi GIC kelas II pada gigi 84 dan 85
3. Restorasi GIC kelas I pada gigi 55
4. Kontrol
G. Penatalaksanaan
1. Lakukan anamnesa pada orang tua atau wali pasien, kemudian lakukan pemeriksaan
objektif pada pasien.
2. Menjelaskan dan memberikan inform consent pada orang tua atau wali pasien tentang
prosedur yang akan dilakukan secara singkat, jelas, dan menggunakan bahasa pasien.
3. Menyiapkan alat dan bahan. Alat dan bahan yang akan digunakan, tidak boleh diletakkan
dekat pasien.
4. Menggunakan APD untuk operator dan untuk pasien.
5. Posisikan pasien pada dental chair dengan posisi semi-supine.
6. Posisi operator berada di sebelah kanan depan pasien.
7. Lakukan tell show do pada pasien anak.
8. Prosedur tindakan restorasi kelas I pada gigi 55:
a. Anestesi lokal dan isolasi rubber-dam harus digunakan jika diperlukan
b. Outline Form harus mengikuti luasnya lesi karies. Tidak perlu ekstensi untuk
pencegahan.
c. Buang semua karies lunak menggunakan round bur low speed atau dengan instrumen
tangan. Perhatikan ruang pulpa yang besar karena pulpa gigi sulung mudah terekspos
d. Ulas daerah preparasi dengan dentin conditioner asam poliakrilat 10% selama 10
detik, lalu cuci dan keringkan
e. Aplikasi GIC. Manipulasi Dilakukan pada glass plat yang dilapisi paperpad
menggunakan agaat spatel, Perbandingan bubuk dengan cairan = 3: 1 (sesuai aturan
pabrik), waktu meneteskan cairan posisi botol vertical, agar udara ke luar, kemudian
dicampur dan diaduk dengan cepat , posisi melipat, selesai dalam waktu 30- 40 detik.
Konsistensi Adonan Terlihat kental dan berkilat di permukaan/seperti permen karet,
asam poliakrilat masih basah dan dapat melekat ke struktur gigi.
f. Memasukkan glass ionomer cements, yang telah dicampur aplikasikan dengan
menggunakan ball aplikator, waktu setting selama 1,5–2 menit.
g. Lepaskan strip bersihkan sisa–sisa glass ionomer cements
h. Aplikasi varnish
i. Cek oklusi
j. Poles setelah 24 jam. (Cameron dan Widmer, 2013).
9. Prosedur tindakan restorasi kelas II pada gigi 84 dan 85:
a. Anestesi lokal dan isolasi rubber-dam harus digunakan jika diperlukan
b. Outline Form harus mengikuti luasnya lesi karies. Tidak perlu ekstensi untuk
pencegahan.
c. Buang semua karies lunak menggunakan round bur low speed atau dengan instrumen
tangan. Perhatikan ruang pulpa yang besar karena pulpa gigi sulung mudah terekspos
d. Membentuk preparasi oklusal mengikuti bentuk fissure gigi (sama seperti kavitas
karies oklusal). Preparasi dilanjutkan hingga memotong margin proksimal dengan bur
fissure parallel. Seluruh permukaan kavitas dihaluskan dengan fine finishing diamond
bur sehingga diperoleh hasil preparasi yang halus
e. Pemasangan matriks band dengan retainernya dan pegangannya terletak di dalam
vestibulum bukal. Tinggi pita kemudian diperiksa. Jika kelebihannya lebih dari 2-3
mm di luar garis oklusal kavitas, pita dirapikan kembali dengan gunting mahkota. Pita
matriks kemudian diketatkan dan disiapkan untuk penyisipan baji/wedge. Baji/wedge
disisipkan dari bukal dengan sisi lebarnya mengarah ke embrasur gingival pada sisi
kavitas proksimal
f. Ulas daerah preparasi dengan dentin conditioner asam poliakrilat 10% selama 10
detik, lalu cuci dan keringkan
g. Aplikasi GIC. Manipulasi Dilakukan pada glass plat yang dilapisi paperpad
menggunakan agaat spatel, Perbandingan bubuk dengan cairan = 3: 1 (sesuai aturan
pabrik), waktu meneteskan cairan posisi botol vertical, agar udara ke luar, kemudian
dicampur dan diaduk dengan cepat, posisi melipat, selesai dalam waktu 30-40 detik.
Konsistensi Adonan Terlihat kental dan berkilat di permukaan/seperti permen karet,
asam poliakrilat masih basah dan dapat melekat ke struktur gigi.
h. Memasukkan glass ionomer cements, yang telah dicampur aplikasikan dengan
menggunakan ball aplikator, waktu setting selama 1,5–2 menit.
i. Lepaskan strip bersihkan sisa–sisa glass ionomer cements
j. Aplikasi varnish
k. Cek oklusi
l. Poles setelah 24 jam. (Cameron dan Widmer, 2013).
10. Komunikasi, edukasi, dan instruksi kepada wali pasien yaitu sebagai berikut.
a. Sebaiknya tidak minum atau berkumur selama 3 jam setelah restorasi
b. Mungkin perlu dilakukan pemolesan permukaan gigi setelah 24 jam
c. Menyikat gigi rutin 2 kali sehari, pagi setelah makan dan malam sebelum tidur.
d. Tidak menggunakan sikat gigi yang keras yang menyebabkan kerusakan restorasi
e. Hindari mengkonsumsi makanan/ minuman yang lengket seperti permen karet atau
makanan yang keras.
V. PEMBAHASAN
A. Karies
1. Pengertian Karies
Karies merupakan penyakit mikrobiologika pada stuktur keras gigi, yang
menyebabkan demineralisasi terlokalisir pada bagian inorganik dan destruksi substansi
organik gigi. Proses karies gigi dapat terjadi pada permukaan gigi manapun, khususnya
bila ada deposit plak gigi yang berkelanjutan. Bakteri-bakteri yang terdapat di dalam plak
atau dental biofilm memfermentasi subtrat karbohidrat dari sisa makan dan menghasilkan
asam yang menyebabkan penurunan pH di bawah 5 dalam rentang waktu 1-3 menit.
Penurunan pH yang berulang menyebabkan demineralisasi permukaan gigi, meskipun
demikian asam tersebut dinetralisasi oleh saliva yang menghasilkan peningkatan pH. Hal
ini menyebabkan mineral yang telah hilang diperoleh kembali, proses ini disebut
remineralisasi (Kidd dan Bechal, 2012).
2. Etiologi Karies
Patogenesis terbentuknya karies dental sebagai berikut: (1) adanya permukaan
gigi yang rentan menjadi tempat penumpukan sisa makanan, (2) terbentuknya biofilm
dan tumpukan mikroba, (3) produksi asam dari mikroorganisme menurunkan pH dalam
rongga mulut, (4) perubahan pada equilibrium mineral, (5) mineral gigi menjadi larut, (6)
permulaan dari karies dental. Karies dental berawal dari bercak putih seperti kapur pada
permukaan gigi, lesi yang baru terbentuk lama kelamaan akan menghasilkan kavitas. Jika
kavitas tidak diberi tindakan perawatan, maka dentin dan pulpa gigi pun akan terlibat.
Bila semakin parah, inflamasi pulpa akan terjadi dan menyebabkan nekrosis pulpa yang
pada akhirnya dapat mengakibatkan terbentuknya lesi periradikular (Garg dan Garg,
2013).
Banyak faktor lokal yang mempengaruhi insiden karies, namun secara umum
terdapat 4 faktor utama antara lain gigi sebagai host, subtrat sebagai faktor lingkungan,
mikroorganisme, dan rentang waktu. Faktor-faktor yang berasal dari gigi sebagai host
yaitu variasi dalam morfologi gigi, komposisi gigi, dan posisi gigi. Faktor-faktor yang
termasuk dalam subtrat sebagai faktor lingkungan yaitu (1) saliva yang terdiri dari
komposisi, kuantitas, pH, viskositas dan faktor antibakteri, (2) diet yang mengandung
karbohidrat, vitamin, fluoride, dan lemak. Mikroorganisme yang berkaitan dengan
pembentukan karies sebagian besar adalah Streptococcus mutans dan Lactobacillus
(Garg dan Garg, 2013).
3. Klasifikasi Karies
a. Berdasarkan kedalaman karies
1) Karies superfisialis : karies baru mengenai email saja, sedang dentin belum
terkena.
2) Karies media: karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah
dentin
3) Karies profunda: karies sudah mengani lebih dari setengah dentin dan kad ang-
kadang sudah mengenai pulpa. Karies profunda ini dapat kita bagi lagi menjadi:
a) Karies profundaa stadium I. Karies telah melewati setengah dentin, biasanya
radang pulpa belum dijumpai.
b) Karies profunda stadium II. Masih dijumpai lapisan tipi s yang membatasi
karies dengan pulpa. Biasanya di sini telah terjadi radang pulpa.
c) Karies profunda stadium III. Pulpa telah terbuka dan dijumpai bermacam-
macam radang pulpa (Tarigan, 2014).
b. Berdasarkan lama Jalannya Karies
1) Karies akut Proses karies berjalan cepat sehingga badan tidak sempat membuat
perlawanan. Karies terus berjalan sampai ke ruang pulpa.
2) Karies kronis Proses karies terlambat, badan masih sempat membuat pertahanan
dengan adanya daerah berwarna kehitam – hitaman dan keras Karena adanya
endapan kapur.
3) Rampant caries Proses karies ini tidak dapat dikontrol karena jalannya sangat
cepat. (Saluna, 2016)
c. Klasifikasi menurut WHO
1) Tingkat keparahan sangat rendah dengn nilai DMF-T sebesar 0,0-0,1
2) Tingkat keparahan rendah dengan nilai DMF-T sebesar 1,2-2,6
3) Tingkat keparahan sedang dengan nilai DMF-T sebesar 2,7-4,4
4) Tingkat keparahan tinggi dengan nilai DMF-T sebesar 4,5-6,5
5) Tingkat keparahan sangat tinggi dengan nilai DMF-T sebesar >6,6
d. Klasifikasi menurut G.V. Black
1) Kelas I: karies ini yang terdapat pada bagian oklusal (pits dan fissur) dari gigi
premolar dan molar (gigi posterior) terdapat pada gigi anterior pada permukaan
palatal.
2) Kelas II: kavitas yang terdapat pada permukaan aproksimal gigi posterior, karies
kelas II dapat mengenai permukaan mesial dan distal atau hanya salah satunya
sehingga dapat digolongkan menjadi kavitas MO (mesio-oklusal) atau
MOD(Mesio-Oklusal-Distal).
3) Kelas III: lesi kelas III hanya mengenai gigi anterior. Lesi ini dapat terjadi pada
bagian approximal dari gigi depan, tetapi belum mencapai 1/3 incisal gigi.
4) Kelas IV: Kavitas ini adalah kelanjutan dari kavitas kelas III. Lesi ini pada
permukaan proksimal gigi anterior yang telah meluas sampai ke sudut insisal.
5) Kelas V: kavitas gingival adalah kavitas pada permukaan yang halus. Karies
Kelas V terjadi pada permukaan facial maupun lingual, namun lebih dominan
timbul pada permukaan yag menghadap bibir dan pipi daripada lidah. Kavitas ini
bisa mengenai sementum selain email.
6) Kelas VI: tipe kavitas ini terjadi pada ujung tonjol gigi posterior dan edge insisal
gigi insisivus
e. Klasifikasi menurut G.J. Mount
1) Berdasarkan site (lokasi)
a) Site 1: karies terletak pada pit dan fissure.
b) Site 2: karies terletak di area kontak gigi (proksimal), baik anterior maupun
posterior.
c) Site 3: karies terletak di daerah servikal, termasuk enamel/ permukaan akar
yang terbuka.
2) Berdasarkan size (ukuran).
a) Size 0: lesi dini.
b) Size 1: kavitas minimal, belum melibatkan dentin.
c) Size 2: adanya keterlibatan dentin. Perawatan dengan preparasi kavitas
dimana gigi tersebut masih kuat untuk mendukung.
d) Size 3: kavitas yang berukuran lebih besar, sehingga preparasi kavitas di
perluas agar restorasi dapat digunakan untuk melindungi struktur gigi yang
tersisa dari retak/patah.
e) Size 4: sudah terjadi kehilangan sebagian besar struktur gigi seperti
cups/sudut insisal (Mount dkk., 2016).
f. Klasifikasi menurut ICDAS (International Caries Detection and Assessment System)
1) D0: gigi yang sehat.
2) D1: Perubahan awal pada email yang tampak secara visual. Biasa dilihat dengan
cara mengeringkan permukaan gigi, dan tampak adanya lesi putih di gigi.
3) D2: Perubahan pada email yang jelas tampak secara visual. Terlihat lesi putih
pada gigi, walau gigi masih dalam keadaan basah.
4) D3: Kerusakan email, tanpa keterlibatan dentin. 14
5) D4: Terdapat bayangan dentin (tidak kavitas pada dentin). Karies pada tahap ini
sudah menuju dentin, berada pada perbatasan dentin dan email (Dentino Enamel
Junction).
6) D5: Kavitas karies yang tampak jelas dan juga terlihatnya dentin (Karies sudah
mencapai dentin).
7) D6: Karies dentin yang sudah sangat meluas (melibatkan pulpa)
4. Pencegahan Karies
Tindakan preventif perlu dilakukan untuk mengurangi terjadinya karies gigi pada
anak terhadap proses demineralisasi permukaan gigi yang utuh dan mendukung terjadinya
proses remineralisasi pada tahap awal kerusakan gigi. Aplikasi bahan restorasi sebagai
tindakan kuratif harus segera dilakukan begitu lesi karies terbentuk (Sianturi dan Riyanti,
2018). Perawatan restoratif harus didasarkan pada hasil pemeriksaan klinis dan idealnya
merupakan bagian dari rencana perawatan yang komprehensif. Rencana perawatan harus
mempertimbangkan:
a. Status perkembangan gigi geligi
b. Penilaian risiko karies
c. Kebersihan mulut pasien
d. Kepatuhan orang tua yang diantisipasi dan kemungkinan penarikan kembali
e. Kemampuan pasien untuk bekerja sama dalam perawatan (AAPD, 2018).
5. Penatalaksanaan Karies
a. Restorasi (Filling)
Untuk mencegah proses karies lebih lanjut, perawatan restorasi adalah salah
satu cara yang dilakukan terutama pada karies yang ditemukan pada email dan dentin.
b. Perawatan Saluran Akar
Dilakukan bila sudah terjadi pulpitis irrevesibel atau peradangan. Dimana
karies sudah mencapai pulpa. Tahap pertama yang dilakukan adalah mematikan saraf
supaya tidak menimbulkan rasa sakit, selanjutnya membuang dan membersihkan
jaringan pulpa, saraf, dan pembuluh darah yang terinfeksi untuk dilakukan pengisian
saluran akar yang diatasnya dilakukan penambalan permanen atau pembuatan
mahkota tiruan.
c. Pencabutan Gigi
Pencabutan gigi adalah suatu prosedur pengangkatan gigi dari tempatnya
dalam mulut. Pencabutan gigi dapat dilakukan jika gigi mengalami kerusakan yang
terlalu parah sehingga tidak dapat direstorasi (Tarigan, 2014).
B. Restorasi Gigi Sulung
1. Prinsip Preparasi
Restorasi gigi sulung berbeda dengan restorasi gigi permanen, sebagian karena
perbedaan morfologi gigi. Diameter mesiodistal mahkota molar sulung lebih besar dari
dimensi servikooklusal. Permukaan bukal dan lingual menyatu ke arah oklusal. Enamel
dan dentin lebih tipis. Kamar pulpa gigi sulung secara proporsional lebih besar dan lebih
dekat ke permukaan. Area kontak gigi sulung lebih lebar dibandingkan gigi permanen.
Ketinggian mahkota klinis yang lebih pendek gigi sulung juga mempengaruhi
kemampuan gigi ini untuk mendukung dan mempertahankan restorasi intrakoronal secara
memadai (Muhamad dkk., 2015).
Untuk membuat suatu restorasi yang baik dan tahan terhadap beban daya kunyah,
dalam menggambar outline form operator harus mengingat prinsip preparasi, yaitu:
a. Extension for prevention yang berarti perluasan untuk pencegahan, bahwa pit dan
fissure yang dalam perlu diikutsertakan dalam preparasi untuk mencegah terjadinya
karies sekunder.
b. Resistance form yang berarti bahwa preparasi perlu dilakukan dengan tidak terlalu
banyak membuang jaringan gigi yang sehat sehingga sisa jaringan gigi tersebut
cukup kuat menahan beban daya kunyah dan restorasi disanggah oleh jaringan
dentin yang sehat
c. Retention form yang berarti bahwa preparasi perlu dilakukan dengan mengingat
bahan restorasi tidak mudah lepas, jadi perlu dilakukan pembuatan retensi, misalnya
berupa undercut atau pembuatan dinding aksial yang tegak atau konvergen kearah
oklusal/divergen kearah servikal.
d. Removal of caries yang berarti membuang seluruh jaringan karies yang infeksius
terutama jaringan dentin yang lunak.
e. Finish of the enamel wall yang berarti menghaluskan seluruh bidang preparasi.
f. Convenience form yang berarti bahwa preparasi dilakukan sedemikian rupa
sehingga memudahkan operator dalam menggunakan peralatan dan menempatkan
bahan tumpatan kedalam kavitas gigi.
g. Toilet of the cavity yang berarti melakukan pembersihan sisa jaringan nekrotik dan
bekas preparasi serta sterilisasi kavitas dengan menggunakan bahan sterilisasi
kavitas yang ada (Jain dkk.,2020).
2. Bahan Restorasi
a. Komposit
Resin komposit merupakan bahan restorasi sewarna gigi yang digunakan
hampir pada semua jenis restorasi. Komposit merupakan gabungan 2 atau lebih bahan
berbeda dengan sifat-sifat yang unggul atau lebih baik dibandingkan apabila bahan itu
sendiri. Bahan komposit modern mengandung beberapa komponen, seperti matriks
resin, partikel pengisi anorganik (filler), bahan pengikat (coupling agent). Ketiga
komponen tersebut memiliki fungsi sebagai berikut (Anusavice, 2013).
b. Glass Ionomer Cement (GIC)
Restorasi GIC merupakan perawatan yang dilakukan pada gigi anterior dan
posterior pada gigi sulung dengan menggunakan bahan glass ionomer cement (GIC).
GIC memiliki kemampuan untuk melepaskan fluor dan berikatan secara kimiawi
dengan jaringan keras gigi, sehingga meningkatkan retensi dan resistensi restorasi.
Namun, GIC memiliki beberapa kekurangan, yaitu ketahanan terhadap tekanan
kompresi yang rendah, sehingga tidak direkomendasikan untuk digunakan pada gigi
yang memiliki beban tekan kunyah besar. Selain itu, GIC memiliki warna yang
kurang estetis karena lebih opaque. (Sianturi dan Riyanti,2018).
Indikasi glass ionomer cement adalah:
1) Restorasi pada lesi erosi/abrasi tanpa prevarasi kavitas.
2) Penutupan / penumpatan pit dan fisura oklusal.
3) Restorasi gigi decidiu.
4) Restorasi lesi karies kelas V.
5) Restorasi lesi karies kelas III, diutamakan yang pembukaannya dari lingual atau
palatinal belum melibatkan bagian labial.
Kontra indikasi glass ionomer cement adalah:
1) Kavitas –kavitas yang ketebalannya kurang
2) Kavitas-kavitas yang terletak pada daerah yang menerima tekanan tinggi
3) Lesi karies klas IV atau fraktur insisal
4) Lesi yang melibatkan area luas pada email labial yang mengutamakan factor
estetika (Sulastri 2017).
Retensi semen ionomer kaca terhadap jaringan gigi berupa ikatan fisiko kimia
tanpa menggunakan teknik etsa asam. Ikatan kimia berupa ikatan ion kalsium yang
berasal dari jaringan gigi dengan gugus COOH (karboksil). Gugus Karboksil multiple
membentuk ikatan hydrogen yang kuat. Dan memungkinkan pasta semen untuk
membasahi, adaptasi dan melekat pada permukaan email. Air memegang peran
penting selama proses pengerasan dan apabila terjadi penyerapan air maka akan
mengubah sifat fisik GIC. Kontaminasi dengan saliva akan menyebabkan GIC
mengalami pelarutan dan daya adhesinya terhadap gigi akan menurun dan juga rentan
terhadap kehilangan air beberapa waktu setelah penumpatan. Untuk mendapatkan
hasil yang maksimum, maka selama proses pengerasan GIC perlu dilakukan
perlindungan agar tidak terjadi kontaminasi dengan saliva dan udara dengan isolasi
dan bahan yang kedap air (Suprastiwi, 2009).
Beberapa lapisan pelindung yang dapat digunakan yaitu varnis dan bonding.
Varnis merupakan larutan resin, shellac, copal, sandarac, dan medikamen lain dalam
pelarut yang mudah menguap seperti eter atau alkohol. Pada penguapannya, varnis
membentuk lapisan tipis yang lengket atau film yang merupakan barier terhadap efek
berbahaya dari cairan atau bahan pengiritasi. Varnis yang diaplikasikan di atas
permukaan GIC bertujuan untuk mencegah kontaminasi air dan saliva selama 24 jam
pertama setelah penempatan tumpatan GIC di dalam kavitas. Selain itu, varnis juga
digunakan untuk melindungi GIC yang belum mengeras secara sempurna dari
pengeringan akibat perubahan mekanisme hilangnya air. Komposisi yang terdapat di
dalam varnis yaitu: Asetat isopropyl 60-70%, Aseton 14%, dan Kopolimer kloride
vinil dan asetat vinil 14%. Aplikasi pelindung setelah 5 menit pengaplikasian GIC.
DAFTAR PUSTAKA

Kidd, E.A.M., & Bechal, S.J. 2012. Dasar-Dasar Karies penyakit dan penanggulangan. Jakarta.
EGC.

Garg, N., Garg, A., 2013, Textbook of Operative Dentistry 2nd Edition, Jaypee Brothers Medical
Publisher, New Delhi.

Tarigan, R. 2014. Karies gigi (2nd.ed.). Jakarta: EGC.

Listrinah. Indeks Karies Gigi Ditinjau dari Penyakit Umum dan Sekresi Saliva pada Anak di Sekolah
Dasar Negeri 30 Palembang 2017. JPP.2017.12(2):136-148.

Mount, G.J., Hume, W.R., Ngo, H.C., Wolff, M.S., 2016, Preservation and Restoration of Tooth
Structure, Third Edition, Wiley Blackwell, New Delhi, India.

Muhamad AH, Nezar W, Azzaldeen W, Hanali AS. Anterior Dental Esthtics in Primary Teeth.
Internasional Journal of Public Health Research. 2015.3(1):25-36.

Anusavice, K.J., 2013, Phillips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi, EGC, Jakarta.

American Association of Pediatric Dentist. Guidline on Pediatric Restorative Dentistry. 2018.

Sianturi E, Riyanti E. Aplikasi Teknologi Surface Prereacted Glass pada Restorasi Gigi Anak.
Journal of Indonesian Dental Association. 2018. 1(2):121-129.

Cameron AC, Widmer R. Handbook of Pediatric Dentistry. 2013. Elsevier. Australia.

Suprastiwi E. Potensi Semen Ionomer Kaca sebagai Material Bioaktif. Jurnal PDGI. 2009.58(2).

Jain S, Pati RU, Diwan P, Rajput S, Meshram S, Kak S. Princlpes and Practice of Conservative
Adhesive Restorations A Brief Review. Internasional Journal of Dentistry Research.
2020.5(2):110-116.

Anda mungkin juga menyukai